Page 1
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)
MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS I
MALARIA PLASMODIUM VIVAX
KELOMPOK III
SRI UNTARI I1B110004
RESVIA ARWINDA I1B110014
MUHAMMAD ALFIAN I1B110033
CITRA IRAWAN I1B110040
FITRI AYATUL AZLINA I1B110201
NOR AZIZAH DWI SUBEKTI I1B110202
FIRYAL AFIFAH JUANDA I1BII0203
M. REZA PAHLEVI I1B110204
TITY RIEZKA RIANTHI I1B110214
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2011/2012
Page 0
Page 2
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA ANGGOTA :
SRI UNTARI I1B110004
RESVIA ARWINDA I1B110014
MUHAMMAD ALFIAN I1B110033
CITRA IRAWAN I1B110040
FITRI AYATUL AZLINA I1B110201
NOR AZIZAH DWI SUBEKTI I1B110202
FIRYAL AFIFAH JUANDA I1BII0203
M. REZA PAHLEVI I1B110204
TITY RIEZKA RIANTHI I1B110214
JUDUL : MALARIA
Banjarbaru, 20 Maret 2012
Dosen Pengampu/Tutor
Rismia Agustina S.Kep, Ners M.Kep
Page 1
Page 3
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..................……. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….................. 2
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………..................... 3
- SKENARIO (LBM)…………………………………………………….................... 3
- ANALISA KASUS ……………………………………………………..................... 3
1. LANGKAH 1 …………………………………………………………..................... 3
2. LANGKAH 2 ............................................................................................................. 5
3. LANGKAH 3 ............................................................................................................. 5
4. LANGKAH 4 ............................................................................................................. 6
5. LANGKAH 5 ............................................................................................................. 7
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 8
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................29
Page 2
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. SKENARIO (LBM II)
Tn Danu (20 tahun) dirawat di RS dengan riwayat pekerjaan sebagai penambang emas di
hutan. Berdasarkan hasil pemeriksaan lab. darah terdapat plasmodium vivax. Klien mendapat
obat anti malaria, analgesik-antipiretik. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan Ners
Dedi didapatkan data TD 120/80, RR 18x/m, N 80x/m, suhu 40-C, terdapat jaundice. Klien
mengatakan sakit kepala dan nyeri di daerah persendian seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 5. Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari. Klien tidur mulai 24.00-04.00 wita.
1.2. ANALISA KASUS
1. LANGKAH 1
Klasifikasi Istilah
a. Jaundice
b. Plasmodium vivax
c. Analgesic-antipiretik
d. Persendian
e. Skala nyeri 5
f. Anti malaria
g. Pemeriksaan laboratorium darah
h. Nyeri
Identifikasi istilah
a. Jaundice :
ikhterik, keadaan perubahan kulit dan sclera menjadi kuning akibat beberapa
factor yaitu pigmen empedu dalam darah
penyakit kuning akibat lebihnya bilirubin
kerusakan hati yang di ekskresi oleh empedu sehingga bilirubin banyak
terjadi sebagian pada bayi yang baru lahir
Page 3
Page 5
b. Plasmodium vivax :
filum sporozoa, tidak mempunyai alat gerak, bulat, panjang
parasit penyebab malaria tertian benikna yang ditularkan oleh nyamuk yang
terinfeksi dengan demam selama 48 jam
c. Analgesic-antipiretik :
Analgetik adalah obat pengurang nyeri sedangkan antipiretik adalah obat
mengurangi demam
Adalah obat yang bersifat atau berguna untuk pengurang nyeri serta menurunkan
suhu. 90% analgetik memiliki efek antipiretik
d. Persendian : tempat menyatu atau berhubungannya antara tulang dengan tulang
sehingga bisa digerakkan yang bersifat system dan fungsional
e. Skala nyeri 5 : nyeri sedang, dimana pasien dapat menunjukkan letak nyerinya dan
bisa mendeskripsikannya.
f. Anti malaria :
Obat yang diberikan untuk pencegahan maupun pengobatan malaria. Contohnya
klorokuin, primakuin, kuinin.
Pencegahan : klorokuin
Pengobatan : kuinin
g. Pemeriksaan laboratorium darah :
Pemeriksaan yang dilakukan dengan specimen darah dan dikerjakan di
laboratorium
Specimen darah terbagi 2 yaitu :
Specimen darah tipis : dapat mengidentifikasi gambar parasit lebih baik
Specimen darah tebal : dapat mengidentifikasi parasit tetapi gambar yang
dihaasikan kurang baik dan dapat digunakan untuk menghitung jumlah parasit
yang ada dalam darah
h. Nyeri : perasaan tidak menyenangkan, emosional, baik ringan atau berat, baik actual
maupun potensial yang dirasakan secara subyektif atau yang hanya dapat dirasakan
oleh yang mengalami nyeri
2. LANGKAH 2
Page 4
Page 6
Membuat Daftar Masalah
1. Jelaskan patogenesis, patofisiologi dan etiologi dari malaria serta sebab terjadinya
nyeri!
2. Bagaimana penanganan pertama pada penyakit malaria?
3. Bagaimana gejala dan manifestasi malaria?
4. Sebutkan jenis – jenis malaria beserta gejala dan manifestasi klinisnya!
5. Mengapa bisa terjadi jaundice pada penyakit malaria?
6. Kapan analgetik-antipiretik diberikan pada penderita malaria?
7. Apa hubungan pekerjaan pasien sebagai penambang emas dengan malaria?
8. Apakah malaria dapat menular selain dari gigitan nyamuk?
9. Bagaimana sistem penularan malaria?
10. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari malaria!
11. Jelaskan epidemiologi malaria!
12. Pendidikan kesehatan dan pencegahan seperti apa yang dapat di berikan pada
masyarakat dengan penderita malaria?
13. Adakah batasan umur untuk penyakit malaria?
14. Asuhan keperawatan seperti apa yang dapat diberikan pada klien?
3. LANGKAH 3
Analisis Masalah
1. Sasaran belajar
2. Sasaran belajar
3. Demam, kejang, menggigil, muntah, mual, flu, diare, anemia, berkeringat, nyeri,
jaundice, tidak nafsu makan
Dingin :kedinginan, menggigil, dan berusaha untuk menutupi seluruh tubuh, nadi
cepat dan lemah. Berlangsung selama 15-60 menit
Demam : hipertermi, suhu tubuh > 400 C, nadi kuat, pasien merasa panas seluruh
tubuh dan muka memerah 2-6 jam
Berkeringat :berkeringat, serta pengurangan suhu secara drastic bahkan normal 2-
4 jam.
4. Plasmodium vivax : malaria tertian, pernisiosa
Plasmodium malariae : malaria quartana
Plasmodium ovale : malaria tertiana, ovale
Plasmodium falciparum : malaria serebral, topika, tertian maligna
Page 5
Page 7
Plasmodium knowlesi : terjadi pada kera ekor panjang dan kuncir
5. Sasaran belajar
6. Sasaran belajar
7. Berkembang di hutan karena hutan merupakan tempat berkembangnya nyamuk
anopheles
8. Sasaran belajar
9. Sasaran belajar
10. Sasaran belajar
11. Sasaran belajar
12. 3M, kelambu, anti nyamuk, lotion, insektisida, biologi (pelihara ikan), pemberantasan
nyamuk, memberesakan baju bergelantungan, pendidikan untuk tidak keluar senja dan
malam hari, jangan pakai pakaian gelap dan jauhkan kandang ternak
13. Tidak ada, malaria untuk semua umur
14. Sasaran belajar
15. LANGKAH 4
Problem Tree
16. LANGKAH 5
Sasaran Belajar
Page 6
Manifestasi Klinis
Malaria Vivax (Malaria Tertiana)
Patofisiologis
Penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan
Kolaborasi
Pencegahan
Page 8
Menjelaskan pathogenesis, patofisiologis, etiologi, dan penyebab
Menjelaskan penanganan pertama penyakit malaria
Menjelaskan terjadinya jaundice pada malaria
Menjelaskan pemberian analgesic dan antipiretik pada malaria
Menjelaskan epidimeologi malaria
Menjelaskan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada pasien DBD
Merencanakan asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
Page 7
Page 9
A. Tinjauan Teori
Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh
parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penyakit malaria
adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia
ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species
nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan
kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor
penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae
dan ordo coccidiidae.
Daur Hidup Parasit Malaria
Parasit malaria pada manusia memiliki siklus hidup kompleks yang membutuhkan
sejumlah manusia dan serangga sebagai host. Dalam nyamuk Anopheles, Plasmodium
bereproduksi seksual (dengan menggabungkan seks parasit sel). Pada manusia, parasit
bereproduksi secara aseksual (dengan pembelahan sel), pertama dalam sel hati dan kemudian,
berulang kali, dalam sel darah merah (sel darah merah).
Ketika nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi menggigit manusia, dibutuhkan
dalam darah. Pada saat yang sama, nyamuk tersebut menyuntikkan air liur yang berisi bentuk
infeksi dari parasit malaria yaitu sporozoit ke aliran darah seseorang. Sporozoit kemudian
menyerang sel hati. Di sana, pada minggu pertama atau kedua (tergantung pada spesies
Plasmodium), sporozoite berkembang menjadi skizon, struktur yang berisi ribuan merozoit
bulat kecil (tahap lain dari parasit). Ketika skizon matang, maka pecah dan melepaskan
merozoit ke dalam aliran darah.
Pada beberapa P. vivax dan ovale P. sporozoit berubah menjadi hypnozoites, suatu
bentuk yang bisa tetap tertidur di hati selama berbulan-bulan atau tahun. Jika mereka menjadi
aktif lagi, hypnozoites berkembang menjadi schizon yang kemudian menyebabkan relaps
pada orang yang terinfeksi.
Merozoit dilepaskan dari hati atas pecahnya schizon dan dengan cepat menyerang sel
darah merah, di mana mereka tumbuh dengan memakan hemoglobin. Dalam RBC (Red
Blood Cell), merozoit mengalami satu putaran reproduksi aseksual, sekali lagi membentuk
schizon namun diisi dengan merozoit yang lebih banyak. Ketika skizon matang, sel pecah
dan merozoit keluar. Merozoit yang baru dirilis menyerang sel darah merah lain, dan
Page 8
Page 10
terbentuk siklus infeksi terus menerus sampai berada di bawah kontrol, baik dengan obat atau
pertahanan kekebalan tubuh sistem.
Parasit Plasmodium melengkapi siklus hidupnya melalui nyamuk ketika beberapa
merozoit yang menembus sel darah merah tidak berkembang secara aseksual ke schizon, tapi
malah berubah menjadi bentuk seksual pria dan wanita yang dikenal sebagai gametosit. Ini
beredar dalam aliran darah seseorang, menunggu kedatangan nyamuk Anopheles betina
mencari darah.
Ketika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi dan mengisap gametosit
bersama dengan darah. Setelah di perut nyamuk, gametosit yang berkembang menjadi sperma
seperti gamet jantan atau Makrogametosit dan gamet betina atau Mikrogametosit. Pembuahan
menghasilkan ookista yg diisi dengan sporozoit yang bersifat menular. Bila ookista matang,
maka pecah dan ribuan benang sporozoit bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk (yang
memproduksi air liur). Siklus dimulai lagi ketika nyamuk menggigit korban berikutnya.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis
plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian
infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara
plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae.
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Page 9
Page 11
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling
berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang
banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika
menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit
normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double
Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang
sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali
menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak
tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya
dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid
Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim
vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur
mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai
membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang
tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan
Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada
kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang
jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap
ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale
merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4
Page 10
Page 12
tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun
tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.
d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda
yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan
plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah
menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris,
pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik
trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam
setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system
tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas
yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.
A. Patogenesis, Patofisiologi, Etiologi dan penularan Malaria
Patogenesis
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anophles betina (2).
1. Siklus pada manusia. Pada waktu nyamuk anophles infektif menghisap darah manusia,
sporozit yg berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama
lebih kurang 1/2 jam. Setelah itu sporozit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi
tropozit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yg terdiri dari 10.000-30.000
merozit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritroser yg
berlangsung selama lebih dari 2 minggu. Pada P.vivax dan P.ovale, sebahagian tropozit
hati tdk langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yg menjadi bentuk dorman yg
disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yg berasal dari skizon hati
yg pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Didalam sel
darah merah ,parasit tersebut berkembang dari stadium tropozit sampai skizon. Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritosit yg terinfeksi (skizon)
pecah dan merozoit yg keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini
disebut siklus eritroser. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,sebahagian merozoit yg
Page 11
Page 13
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan
betina).
2. Siklus pada nyamuk anophles betina. Apabila nyamuk anophles betina menghisap darah
yang mengandung gametosit, didalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus
dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi
ookista dan selanjutnya menjadi sporozit. Sporozit ini bersifat infektif dan siap ditularkan
ke manusia (2).
Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Perubahan
patofisiologi pada malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah
setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endothelium
kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa
mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan
peradangan. Skizogoni ekso-eritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan
fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.
Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai
berikut (2):
a. Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang
mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang mengandung parasit dan
yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan.
Dengan hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater
fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.
b. Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit
memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang
rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria.
Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran
pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF).
TNF adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang
terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam,
hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult
Respiratory Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah
paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat meningkatkan
perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endothelium kapiler. Konsentrasi TNF
Page 12
Page 14
dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan
mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.
c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.
falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan
tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan
berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap
endotelium kapiler darah dalam organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi
organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada
endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler
dalam organ tubuh. Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor
(menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia
jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P.
falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.
Etiologi dan penularan
Pada Negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic malaria.
Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis
dan subtropics seperti di Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika.
Di Indonesia, malaria ditemukan hamper di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan
kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, slide positive
rate (SPR) : 9215, annualparacitic index (API) 0,08 0/00. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%.
Menurut laporan, di provinsi Jawa Tengan tahun 1999; API sebanyak 0,35 0/00, sebagian besar
disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di
provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003,
menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium
malariae banyak di temukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan
NTT.
Plasmodium falciparum yang paling bertanggung jawab atas kematian pada kasus
malaria, terutama di Afrika. Infeksi dapat terjadi tiba-tiba dan menghasilkan beberapa
komplikasi yang mengancam jiwa. Namun, dengan pengobatan yang efektif dan cepat
semuanya hampir selalu dapat disembuhkan.
Menurut WHO, derajat endemisitas malaria berdasar atas indeks limpa dapat
diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu:
1. Daerah malaria hipoendemik, yaitu daerah endemik dengan malaria dimana indeks
limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun berkisar antara 0% sampai 10%
Page 13
Page 15
2. Daerah malaria mesoendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek
limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun berkisar antara 11% sampai 50%
3. Daerah malaria hiperendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek
limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun selalu berada di atas 75%, disertai juga
dengan tingginya indek limpa pada orang dewasa.
4. Daerah malaria holoendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek
limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun selalu berada di atas 75%, tetapi indek
limpa pada orang dewasa adalah rendah.
Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada
waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah
malam sampai fajar.
Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh
manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni( terjadi pada nyamuk. Siklus seksual dimulai
dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam perut
nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selput luar
lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari,
tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan
membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar keseluruh organ nyamuk>
pada kelenjar inilahb sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit
manusia.
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrosit dengan masuk kesel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon yang akan
pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah dan
menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan
mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit – bentuk cincin – trofozoit – merozoit.
Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut akan
ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi
mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang
bermanisfestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi
ini, maka gametosit yang ada pada daerah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan
demikian, siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.
Page 14
Page 16
Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola
curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi
perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa
daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun – Negara tersebut
digolongkan sebagai "endemis malaria ". Di daerah lain, ada “musim malaria” yang biasanya
berhubungan dengan musim hujan.
Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari
nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun
memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau,
ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus
malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau
perpindahan masyarakat akibat konflik.
Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya P. falcifarum
memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P.ovale8-14 hari, sedangkan P. malariae
memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor
seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.
Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain
melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang di sebabkan karena kelainan pada sawar plasenta
yang menghalangi penularan infeksi vertical. Metode penularan lainnya adalah melalui jarum
suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara
tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui transfuse darah. Disebut
dalam literature bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati
tidak terjadi karena melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.
B. Diagnosis Malaria
Manifestasi Klinis Malaria
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan olehPlasmodium mempunyai
gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol)
atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut :
1. Masa inkubasi
Page 15
Page 17
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae). Pada Plasmodium
vivax dan Plasmodium ovale, masa inkubasi berlangsung antara 10 sampai 17 hari, pada
Plasmodium falciparum antara 8 sampai 12 hari dan pada infeksi dengan Plasmodium
malariae, masa inkubasi berlangsung antara 21 sampai 40 hari., beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi
yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah
yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak
enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal
sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan
prodromal tidak jelas.
Gejala-gejala umum
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi).
Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai
dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias
malaria (malaria proxym),secara berurutan :
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus
dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok.
Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
Page 16
Page 18
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa
capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika
membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas
anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika
lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan
fossa iliaca dekstra.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit
karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan
bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga
jenis ikterus antara lain :
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat
terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan
semua bilirubin yang dihasilkan.
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan
di sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut
dengan ikterus obstuktif.
Tanda dan gejala :
1. Malaria Vivax & Ovale.
Page 17
Page 19
Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat
dan demam yang hilang-timbul. Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodormal
berupa: sakit kepala, sakit punggung, mual, malaise umum. Dalam 1 minggu, akan
terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala
atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8
jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil
berikutnya.
Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.
2. Malaria falciparum
Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap
kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita tampak
lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara
serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak enak badan
dan mengalami demam ringan.
3. Malaria malariae
Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Disebabkan oleh plasmodium
malariae. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Serangannya
menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam.
C. Komplikasi pada Malaria
1) Malaria serebral (malaria otak) adalah ) adalah malaria dengan penurunan kesadaran.
Penilaian derajat kesadaran dilakukan berdasarkan Skala Koma Glasgow (GCS,
Glaslow Coma Scale). Pada orang dewasa GCS ≤15, sedangkan pada anak
berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤3, atau koma >30 menit setelah serangan kejang
yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2) Anemia berat (Hb <5gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit
>10.000/µL. bila anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya
anemia defisiensi besi, talasemia, atau hemoglobinopati lainnya.
3) Gagal ginjal akut (urin <400mL/24 jam pada orang dewasa atau <1mL/kgBB/jam
pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah >3mg%)
4) Edema paru atau acute respiratory distress syndrome
5) Hipoglikemia : gula darah <40mg/%
6) Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak tekanan nadi ≤ 20
mmHg) disertai keringat dingin
Page 18
Page 20
7) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravascular
8) Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
9) Asidemia (pH<7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L)
10) Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat
antimalaaria pada seseorang dengan defisiensi G6-PD)
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat yaitu :
1) Gangguan kesadaran ringan (GCS<15)
2) Kelemahan otot (tidak bias duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologic)
3) Hiperparasitemia >5%
4) Ikterus (kadar bilirubin >3mg%)
5) Hiperpireksia (temperature rectal >400C pada orang dewasa >410C pada anak)
Pilihan utama derivate artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau intramuscular dan
artemeter intramuscular.
D. Pencegahan pada Malaria
a. Berbasis Masyarakat
1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun
melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk
(pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan
genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau
mengerinkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air
tergenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu
mencegah penularan.
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomedik
anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistensi
terhadap insektisida.
b. Berbasis pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain (1)tidak keluar rumah pada senja dan
malam hari,bila terpaksa keluar,sebaiknya mengenakan kemeja dan celana panjang
berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap,(2) menggunakan
repelan yang mengandung dimetilftalatatau zat anti nyamuk lainny, (3) membuat
konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk pada
Page 19
Page 21
ventilasi pintu dan jendela,(4) menggunakan kelambu yang mengandung
insektisisda(insecticide-treated mosquito net, ITN), (5) menyemprot kamar dengan
obat nyamuk atau menggunakan obat anti nyamuk bakar.
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik, meliputi :
a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitife terhadap klorokuin,
diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang
dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4
minggu setelah meninggalkan tempat tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan
supresif, yaitu dengan meflokuin 5 mg/kgNN/minggu atau doksisiklin 100
mg/hati atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg (Suldox), 3 tablet sekali
minum.
3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil, meliputi :
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi.
b. Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3
mg/kgBB/minggu di berikan pada bulan keempat kehamilan untuk daerah di
mana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.
c. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah
Calon donor darah yang datang ke daerah endemic dan berasal daerah non endemic
serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan
darahnya selama 6 bulan sejak ia datang. Alon donor tersebut, apabila telah di beri
pengobatan profilaksis malaria dan telah menetap di daerah itu 6 bulan atau lebih
serta tidak menunjukkan gejala klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3
tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemik malaria
merupakan sumber infeksi.
E. Obat Anti malaria, Analgesik dan Antipiretik pada Pasien Malaria
1. Pengobatan malaria Vivax ; obat anti malaria (1):
- Lini pertama
a) Klorokuin + primakuin.
b) Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan
seksual.
c) Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di sel hati dan parasit
aseksual di eritrosit
Page 20
Page 22
d) Klorokuin difosfat 250 mg setara dengan klorokuin 150 mg basa, diberikan 1 kali
per hari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa/kgBB.
e) Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB per hari selama 14 hari diberikan bersama
klorokuin. Klorokuin tidak boleh deberikan kepada ibu hamil, bayi berusia <1
tahun, dan pasien dengan defisiensi G6-PD.
f) Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, gejala
klinisnya (demam dan gejala lainnya) berkurang (sejak H4) dan parasit malaria
stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7).
g) Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya memburuk dan parasit
aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak memburuk tetapi
parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum H14
(kemungkinan resisten) atau gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul
kembali antara H15 sampai H28 (kemungkinan resisten, relaps, atau terjadi infeksi
baru).
h) Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.
1. Pengobatan malaria vivax yang resisten klorokuin
Hari Jenis Obat Jumlah Taplet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-11
tahun
≥15
tahun
H1-7 Klorokuin *) *) 3x1 3x1 3x1½ 3x4
H1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1
2. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kampus)
Hari Jenis Obat Jumlah Taplet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1
bulan
2-11
bulan
1-4
tahun
5-9
tahun
10-11
tahun
≥15
tahun
H1 Klorokuin ¼ 1/2 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
H2 Klorokuin ¼ 1/2 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
H3 Klorokuin 1/8 1/4 1/2 1 1½ 2
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
2. Analgesik dan antipiretik
Page 21
Page 23
Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa
sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu
tubuh (8).
Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia (8):
1. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai
analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong.Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat
ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita
hamil dan menyusui.
3. Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat
pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi
lain terhadap mukosa lambung.
4. Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan
untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan
untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama.
Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar
atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg
sehari.
5. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini
bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang
terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk
anak yang mengidap Sindrom Reye.
Page 22
Page 24
6. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan
sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl
digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.Menghilangkan periode
sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan
obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan
hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa
efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada
pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila
pemakaiannya sesuai dengan aturan.Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan
dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu
dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan
dihentikan.
7. Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan
cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
8. Obat lainnya
Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron,
Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.
Resistensi obat terhadap seringnya penggunaan anti malaria telah berkembang dengan
cepat. Untuk mencegah kondisi ini, pengobatan sebaiknya digunakan secara kombinasi
sebagai ACTs (Artemisinin-based Combination Therapies) dan bukan artemisinin
monotherapy (penggunaan satu artemisinin berbeda dengan pil kombinasi yang lebih efektif).
Pengobatan single-drug meningkatkan kemungkinan parasit berkembang dan menjadi kebal
terhadap obat. Pengawasan intensif terhadap potensi obat penting dilakukan sebagai
pencegahan perkembangan strain malaria resistan ke belahan dunia lain. WHO menyarankan
dilakukannya pengawasan berkelanjutan dan saat ini sedang mendampingi beberapa negara
untuk memperkuat upaya pengawasan obat.
F. Asuhan Keperawatan pada Malaria
Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
Page 23
Page 25
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase
demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso
kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
4. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
6. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.
Analisis Data
DATA MASALAH ETIOLOGIDs : -Do : suhu 400C
Hipertermi Penyakit ( Malaria)
Ds: Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari.Do: Klien tidur mulai jam 24.00-04.00
Insomnia Ketidaknyamanan fisik misalnya nyeri
Rencana keperawatan
No.
DIAGNOSAKEPERAWATAN
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1. Hipertermi b.d
Penyakit (malaria)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam klien
mampu berkompromi
Regulasi temperature
1. monitor suhu setiap 2 jam
Page 24
Page 26
dengan kriteria hasil :
- termoregulasi
- tanda-tanda vital
1. mengurangi
peningkatan suhu
tubuh dr skala 5-3
2. menangani
dehidrasi dr skala 5-3
3. mengetahui
kekuatan denyut nadi
dr skala 5-3
Keterangan:
Skala 1 = selalu bisa
berkrompomi
Skala 2 = sering bisa
berkompromi
Skala 3 = kadang-
kadang bisa
berkompromi
Skala 4 = jarang bisa
berkompromi
Skala 5 = tidak pernah
bisa berkompromi
2. berikan cairan adekuat dan
asupan nutrisi
3. berikan pengobatan
antipiretik
Tanda-tanda vital
1. monitor tekanan
darah,denyut jntng, suhu,
status pernafasan
2. monitor dan laporkan
tanda dan gejala dari
hipotermi dan hipertermi
3. pasang dan lihat
perubahan suhu
4. identifikasi kemungkinan
penyebab dan perubahan
ttv
TTD Perawat
2. Insomnia b.d
Ketidaknyamanan
Fisik mis (nyeri)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
1x24 jam klien
mampu berkompromi
dengan criteria hasil :
-Level Nyeri
-Tidur
Manajemen Nyeri
1. Lakukan tindakan
lanjutan nyeri untuk
mencakup lokasi,
karakteristik,onset/dura
si,
frekuensi,kualitas,keku
atan/kerasnya nyeri.
Page 25
Page 27
1. Melaporkan nyeri
dari skala 5-3
2. Melaporkann
lamanya episode
nyeri dari skala 5-
3
3. Melaporkan
ekspresi wajah saat
nyeri dari skala 5-
3
4. Mengukur Jam
tidur dari skala 5-3
5. Mengobservasi
jam tidur dari
skala 5-3
6. Menyatakan
kenyamanan
tempat tidur dan
temperature di
ruangan dari skala
5-3
Keterangan:
Skala 1 = selalu bisa
berkrompomi
Skala 2 = sering bisa
berkompromi
Skala 3 = kadang-
kadang bisa
berkompromi
Skala 4 = jarang bisa
berkompromi
Skala 5 = tidak pernah
bisa berkompromi
2. Eksplor pengetahuan px
dan keyakinan tentang
nyeri
3. Yakinkan px penuh
pengobatan analgesic
4. Ajarkan dasar untuk
management nyeri
5. Ajarkan tentang metode
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
Peningkatan Tidur
1. Tentukan tidur px atau
setelah aktivitas.
2. Perkirakan tidur px
teratur/ tidur berjalan
pada rencana perawatan.
3. Terangkan pentingnya
tidur yang cukup selama
kehamilan, penyakit,
stress psikososial
4. Tentukan efek
pengobatan px pada pola
tidur
5. Monitor pola tidur px
dan jumlah jam tidur
6. Monitor pola tidur px
dan catatam fisik
(nyeri/kenyamanan) atau
fisiologi (cemas).
7. Setel lingkungan seperti
lampu, temperature
tempat tidur untuk
Page 26
Page 28
meningkatkan tidur.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Page 27
Page 29
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui
gigitan nyamuk Anophles betina. Spesies Plasmodium pada manusia adalah :
1. Plasmodium Falciparum
2. Plasmodium Vivax
3. Plasmodium Ovale
4. Plasmodium Malariae
Gejala umumnya adalah demam, anemia, ikterik, splenomegali, mual, pusing dan nyeri
punggung. Obat-obatan anti malaria yang digunakan diantaranya adalah kina/ kuinin,
pirimetamin, mefarin, sulfonamid, klorokuin, kuinolin metanol, proguanil, antibiotik,
primakuin
Saran
Kita sebagai calon perawat diharapkan bisa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis untuk menganalisis masalah dari klien. Selain itu diperlukan kerjasama yang baik agar
masalah tersebut dapat diselasikan secara cermat dan tepat.
Page 28
Page 30
DAFTAR PUSTAKA
1. National Institutes of Health. Understanding Malaria. U.S. Department of Health and
Human Services. 2007; 1-36
2. Wongsrichanalai Ch, Thimasam K, Sirichaisinthop J . Antimalarial drug combination
policy: A caveat. Lancet, 2007; 355; 9222; 2245–8.
3. Simanjuntak CH, Arbani PR. Status Malaria di Indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran. 2008; 55; 3-11
4. Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;1994.
5. Anstey NM, Russell B, Yeo TW, Price RN. The Pathophysiology of Vivax Malaria.
Trends in Parasitology, 2009; 25; 5; 220-7
6. Havryliuk, T. and Ferreira, M.U. A closer look at multiple-clone Plasmodium vivax
infections: detection methods, prevalence and consequences. Mem. Inst. Oswaldo
Cruz. 2009; 104; 67–73
7. Fernandez-Becerra, C. Plasmodium vivax and the importance of the subtelomeric
multigene vir superfamily. Trends Parasitol. 2009; 25; 44-51
8. Kai, O.K. and Roberts, D.J. The pathophysiology of malarial anaemia: where have all
the red cells gone?. BMC Med. 2008; 6; 24
9. Handayani, S. High deformability of Plasmodium vivax infected red blood cells
undermicrofluidic conditions. J. Infect. Dis. 2009; 199;45–450
10. Baird, J.K. Neglect of Plasmodium vivax malaria. Trends Parasitol. 2007; 23; 533–
539
11. Kochar DK, Kaswan K, Kochar SK, Sirohi P, Pal M, Kochar A, et al. A comparative
study of regression of jaundice in patients of malaria and acute viral hepatitis. J Vect
Borne Dis. 2006; 43; 123-9
12. Anand AC, Puri P. Jaundice in Malaria. Journal of Gastroenterology and Hepatology.
2007; 20; 1322-1332
13. Widoyo. 2008. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan, &
pemberantasannya. Semarang : Erlangga.
14. Anonymous. 1998. Buku Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC.
15. Adhyatma M. 1983. Malaria; Pemberantasan. Jakarta: Depkes RI.
16. Soedarto. 1990. Protozoologi Kedokteran. Jakarta: Widya Medika.
17. Gilles. H.M. 1991.Management of Severe and Complicated Malaria. :WHO Geneva.
18. Depkes RI. 1995. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan
Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman : Jakarta
Page 29