Top Banner
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM) MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS I MALARIA PLASMODIUM VIVAX KELOMPOK III SRI UNTARI I1B110004 RESVIA ARWINDA I1B110014 MUHAMMAD ALFIAN I1B110033 CITRA IRAWAN I1B110040 FITRI AYATUL AZLINA I1B110201 NOR AZIZAH DWI SUBEKTI I1B110202 FIRYAL AFIFAH JUANDA I1BII0203 M. REZA PAHLEVI I1B110204 TITY RIEZKA RIANTHI I1B110214 Page 0
47

LBM 4pix

Dec 11, 2014

Download

Documents

cece_marice
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LBM 4pix

BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)

MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS I

MALARIA PLASMODIUM VIVAX

KELOMPOK III

SRI UNTARI I1B110004

RESVIA ARWINDA I1B110014

MUHAMMAD ALFIAN I1B110033

CITRA IRAWAN I1B110040

FITRI AYATUL AZLINA I1B110201

NOR AZIZAH DWI SUBEKTI I1B110202

FIRYAL AFIFAH JUANDA I1BII0203

M. REZA PAHLEVI I1B110204

TITY RIEZKA RIANTHI I1B110214

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2011/2012

Page 0

Page 2: LBM 4pix

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA ANGGOTA :

SRI UNTARI I1B110004

RESVIA ARWINDA I1B110014

MUHAMMAD ALFIAN I1B110033

CITRA IRAWAN I1B110040

FITRI AYATUL AZLINA I1B110201

NOR AZIZAH DWI SUBEKTI I1B110202

FIRYAL AFIFAH JUANDA I1BII0203

M. REZA PAHLEVI I1B110204

TITY RIEZKA RIANTHI I1B110214

JUDUL : MALARIA

Banjarbaru, 20 Maret 2012

Dosen Pengampu/Tutor

Rismia Agustina S.Kep, Ners M.Kep

Page 1

Page 3: LBM 4pix

DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..................……. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….................. 2

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………..................... 3

- SKENARIO (LBM)…………………………………………………….................... 3

- ANALISA KASUS ……………………………………………………..................... 3

1. LANGKAH 1 …………………………………………………………..................... 3

2. LANGKAH 2 ............................................................................................................. 5

3. LANGKAH 3 ............................................................................................................. 5

4. LANGKAH 4 ............................................................................................................. 6

5. LANGKAH 5 ............................................................................................................. 7

BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 8

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................29

Page 2

Page 4: LBM 4pix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. SKENARIO (LBM II)

Tn Danu (20 tahun) dirawat di RS dengan riwayat pekerjaan sebagai penambang emas di

hutan. Berdasarkan hasil pemeriksaan lab. darah terdapat plasmodium vivax. Klien mendapat

obat anti malaria, analgesik-antipiretik. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan Ners

Dedi didapatkan data TD 120/80, RR 18x/m, N 80x/m, suhu 40-C, terdapat jaundice. Klien

mengatakan sakit kepala dan nyeri di daerah persendian seperti ditusuk-tusuk dengan skala

nyeri 5. Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari. Klien tidur mulai 24.00-04.00 wita.

1.2. ANALISA KASUS

1. LANGKAH 1

Klasifikasi Istilah

a. Jaundice

b. Plasmodium vivax

c. Analgesic-antipiretik

d. Persendian

e. Skala nyeri 5

f. Anti malaria

g. Pemeriksaan laboratorium darah

h. Nyeri

Identifikasi istilah

a. Jaundice :

ikhterik, keadaan perubahan kulit dan sclera menjadi kuning akibat beberapa

factor yaitu pigmen empedu dalam darah

penyakit kuning akibat lebihnya bilirubin

kerusakan hati yang di ekskresi oleh empedu sehingga bilirubin banyak

terjadi sebagian pada bayi yang baru lahir

Page 3

Page 5: LBM 4pix

b. Plasmodium vivax :

filum sporozoa, tidak mempunyai alat gerak, bulat, panjang

parasit penyebab malaria tertian benikna yang ditularkan oleh nyamuk yang

terinfeksi dengan demam selama 48 jam

c. Analgesic-antipiretik :

Analgetik adalah obat pengurang nyeri sedangkan antipiretik adalah obat

mengurangi demam

Adalah obat yang bersifat atau berguna untuk pengurang nyeri serta menurunkan

suhu. 90% analgetik memiliki efek antipiretik

d. Persendian : tempat menyatu atau berhubungannya antara tulang dengan tulang

sehingga bisa digerakkan yang bersifat system dan fungsional

e. Skala nyeri 5 : nyeri sedang, dimana pasien dapat menunjukkan letak nyerinya dan

bisa mendeskripsikannya.

f. Anti malaria :

Obat yang diberikan untuk pencegahan maupun pengobatan malaria. Contohnya

klorokuin, primakuin, kuinin.

Pencegahan : klorokuin

Pengobatan : kuinin

g. Pemeriksaan laboratorium darah :

Pemeriksaan yang dilakukan dengan specimen darah dan dikerjakan di

laboratorium

Specimen darah terbagi 2 yaitu :

Specimen darah tipis : dapat mengidentifikasi gambar parasit lebih baik

Specimen darah tebal : dapat mengidentifikasi parasit tetapi gambar yang

dihaasikan kurang baik dan dapat digunakan untuk menghitung jumlah parasit

yang ada dalam darah

h. Nyeri : perasaan tidak menyenangkan, emosional, baik ringan atau berat, baik actual

maupun potensial yang dirasakan secara subyektif atau yang hanya dapat dirasakan

oleh yang mengalami nyeri

2. LANGKAH 2

Page 4

Page 6: LBM 4pix

Membuat Daftar Masalah

1. Jelaskan patogenesis, patofisiologi dan etiologi dari malaria serta sebab terjadinya

nyeri!

2. Bagaimana penanganan pertama pada penyakit malaria?

3. Bagaimana gejala dan manifestasi malaria?

4. Sebutkan jenis – jenis malaria beserta gejala dan manifestasi klinisnya!

5. Mengapa bisa terjadi jaundice pada penyakit malaria?

6. Kapan analgetik-antipiretik diberikan pada penderita malaria?

7. Apa hubungan pekerjaan pasien sebagai penambang emas dengan malaria?

8. Apakah malaria dapat menular selain dari gigitan nyamuk?

9. Bagaimana sistem penularan malaria?

10. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari malaria!

11. Jelaskan epidemiologi malaria!

12. Pendidikan kesehatan dan pencegahan seperti apa yang dapat di berikan pada

masyarakat dengan penderita malaria?

13. Adakah batasan umur untuk penyakit malaria?

14. Asuhan keperawatan seperti apa yang dapat diberikan pada klien?

3. LANGKAH 3

Analisis Masalah

1. Sasaran belajar

2. Sasaran belajar

3. Demam, kejang, menggigil, muntah, mual, flu, diare, anemia, berkeringat, nyeri,

jaundice, tidak nafsu makan

Dingin :kedinginan, menggigil, dan berusaha untuk menutupi seluruh tubuh, nadi

cepat dan lemah. Berlangsung selama 15-60 menit

Demam : hipertermi, suhu tubuh > 400 C, nadi kuat, pasien merasa panas seluruh

tubuh dan muka memerah 2-6 jam

Berkeringat :berkeringat, serta pengurangan suhu secara drastic bahkan normal 2-

4 jam.

4. Plasmodium vivax : malaria tertian, pernisiosa

Plasmodium malariae : malaria quartana

Plasmodium ovale : malaria tertiana, ovale

Plasmodium falciparum : malaria serebral, topika, tertian maligna

Page 5

Page 7: LBM 4pix

Plasmodium knowlesi : terjadi pada kera ekor panjang dan kuncir

5. Sasaran belajar

6. Sasaran belajar

7. Berkembang di hutan karena hutan merupakan tempat berkembangnya nyamuk

anopheles

8. Sasaran belajar

9. Sasaran belajar

10. Sasaran belajar

11. Sasaran belajar

12. 3M, kelambu, anti nyamuk, lotion, insektisida, biologi (pelihara ikan), pemberantasan

nyamuk, memberesakan baju bergelantungan, pendidikan untuk tidak keluar senja dan

malam hari, jangan pakai pakaian gelap dan jauhkan kandang ternak

13. Tidak ada, malaria untuk semua umur

14. Sasaran belajar

15. LANGKAH 4

Problem Tree

16. LANGKAH 5

Sasaran Belajar

Page 6

Manifestasi Klinis

Malaria Vivax (Malaria Tertiana)

Patofisiologis

Penatalaksanaan

Asuhan Keperawatan

Kolaborasi

Pencegahan

Page 8: LBM 4pix

Menjelaskan pathogenesis, patofisiologis, etiologi, dan penyebab

Menjelaskan penanganan pertama penyakit malaria

Menjelaskan terjadinya jaundice pada malaria

Menjelaskan pemberian analgesic dan antipiretik pada malaria

Menjelaskan epidimeologi malaria

Menjelaskan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada pasien DBD

Merencanakan asuhan keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

Page 7

Page 9: LBM 4pix

A. Tinjauan Teori

Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh

parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penyakit malaria

adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia

ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species

nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan

kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor

penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae

dan ordo coccidiidae.

Daur Hidup Parasit Malaria

Parasit malaria pada manusia memiliki siklus hidup kompleks yang membutuhkan

sejumlah manusia dan serangga sebagai host. Dalam nyamuk Anopheles, Plasmodium

bereproduksi seksual (dengan menggabungkan seks parasit sel). Pada manusia, parasit

bereproduksi secara aseksual (dengan pembelahan sel), pertama dalam sel hati dan kemudian,

berulang kali, dalam sel darah merah (sel darah merah).

Ketika nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi menggigit manusia, dibutuhkan

dalam darah. Pada saat yang sama, nyamuk tersebut menyuntikkan air liur yang berisi bentuk

infeksi dari parasit malaria yaitu sporozoit ke aliran darah seseorang. Sporozoit kemudian

menyerang sel hati. Di sana, pada minggu pertama atau kedua (tergantung pada spesies

Plasmodium), sporozoite berkembang menjadi skizon, struktur yang berisi ribuan merozoit

bulat kecil (tahap lain dari parasit). Ketika skizon matang, maka pecah dan melepaskan

merozoit ke dalam aliran darah.

Pada beberapa P. vivax dan ovale P. sporozoit berubah menjadi hypnozoites, suatu

bentuk yang bisa tetap tertidur di hati selama berbulan-bulan atau tahun. Jika mereka menjadi

aktif lagi, hypnozoites berkembang menjadi schizon yang kemudian menyebabkan relaps

pada orang yang terinfeksi.

Merozoit dilepaskan dari hati atas pecahnya schizon dan dengan cepat menyerang sel

darah merah, di mana mereka tumbuh dengan memakan hemoglobin. Dalam RBC (Red

Blood Cell), merozoit mengalami satu putaran reproduksi aseksual, sekali lagi membentuk

schizon namun diisi dengan merozoit yang lebih banyak. Ketika skizon matang, sel pecah

dan merozoit keluar. Merozoit yang baru dirilis menyerang sel darah merah lain, dan

Page 8

Page 10: LBM 4pix

terbentuk siklus infeksi terus menerus sampai berada di bawah kontrol, baik dengan obat atau

pertahanan kekebalan tubuh sistem.

Parasit Plasmodium melengkapi siklus hidupnya melalui nyamuk ketika beberapa

merozoit yang menembus sel darah merah tidak berkembang secara aseksual ke schizon, tapi

malah berubah menjadi bentuk seksual pria dan wanita yang dikenal sebagai gametosit. Ini

beredar dalam aliran darah seseorang, menunggu kedatangan nyamuk Anopheles betina

mencari darah.

Ketika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi dan mengisap gametosit

bersama dengan darah. Setelah di perut nyamuk, gametosit yang berkembang menjadi sperma

seperti gamet jantan atau Makrogametosit dan gamet betina atau Mikrogametosit. Pembuahan

menghasilkan ookista yg diisi dengan sporozoit yang bersifat menular. Bila ookista matang,

maka pecah dan ribuan benang sporozoit bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk (yang

memproduksi air liur). Siklus dimulai lagi ketika nyamuk menggigit korban berikutnya.

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis

plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian

infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara

plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae.

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya

antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Page 9

Page 11: LBM 4pix

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling

berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang

banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika

menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit

normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double

Chromatin).

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang

sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali

menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak

tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi

trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya

dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid

Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim

vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur

mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai

membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang

tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan

Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada

kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang

jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap

ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,

hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae,

skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah.

Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang

terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale

merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh

Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4

Page 10

Page 12: LBM 4pix

tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun

tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda

yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan

plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah

menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.

Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris,

pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik

trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam

setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system

tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas

yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya

komplikasi.

A. Patogenesis, Patofisiologi, Etiologi dan penularan Malaria

Patogenesis

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan

nyamuk anophles betina (2).

1. Siklus pada manusia. Pada waktu nyamuk anophles infektif menghisap darah manusia,

sporozit yg berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama

lebih kurang 1/2 jam. Setelah itu sporozit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi

tropozit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yg terdiri dari 10.000-30.000

merozit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritroser yg

berlangsung selama lebih dari 2 minggu. Pada P.vivax dan P.ovale, sebahagian tropozit

hati tdk langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yg menjadi bentuk dorman yg

disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-

bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi

aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yg berasal dari skizon hati

yg pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Didalam sel

darah merah ,parasit tersebut berkembang dari stadium tropozit sampai skizon. Proses

perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritosit yg terinfeksi (skizon)

pecah dan merozoit yg keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini

disebut siklus eritroser. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,sebahagian merozoit yg

Page 11

Page 13: LBM 4pix

menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan

betina).

2. Siklus pada nyamuk anophles betina. Apabila nyamuk anophles betina menghisap darah

yang mengandung gametosit, didalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan

pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus

dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi

ookista dan selanjutnya menjadi sporozit. Sporozit ini bersifat infektif dan siap ditularkan

ke manusia (2).

Patofisiologi

Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Perubahan

patofisiologi pada malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah

setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endothelium

kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa

mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan

peradangan. Skizogoni ekso-eritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan

fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.

Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai

berikut (2):

a. Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang

mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang mengandung parasit dan

yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan.

Dengan hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater

fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.

b. Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit

memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang

rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria.

Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran

pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF).

TNF adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang

terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam,

hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult

Respiratory Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah

paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat meningkatkan

perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endothelium kapiler. Konsentrasi TNF

Page 12

Page 14: LBM 4pix

dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan

mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P.

falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan

tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan

berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap

endotelium kapiler darah dalam organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi

organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada

endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler

dalam organ tubuh. Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor

(menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia

jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P.

falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut.

Etiologi dan penularan

Pada Negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic malaria.

Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis

dan subtropics seperti di Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika.

Di Indonesia, malaria ditemukan hamper di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan

kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, slide positive

rate (SPR) : 9215, annualparacitic index (API) 0,08 0/00. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%.

Menurut laporan, di provinsi Jawa Tengan tahun 1999; API sebanyak 0,35 0/00, sebagian besar

disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di

provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003,

menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium

malariae banyak di temukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan

NTT.

Plasmodium falciparum yang paling bertanggung jawab atas kematian pada kasus

malaria, terutama di Afrika. Infeksi dapat terjadi tiba-tiba dan menghasilkan beberapa

komplikasi yang mengancam jiwa. Namun, dengan pengobatan yang efektif dan cepat

semuanya hampir selalu dapat disembuhkan.

Menurut WHO, derajat endemisitas malaria berdasar atas indeks limpa dapat

diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu:

1. Daerah malaria hipoendemik, yaitu daerah endemik dengan malaria dimana indeks

limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun berkisar antara 0% sampai 10%

Page 13

Page 15: LBM 4pix

2. Daerah malaria mesoendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek

limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun berkisar antara 11% sampai 50%

3. Daerah malaria hiperendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek

limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun selalu berada di atas 75%, disertai juga

dengan tingginya indek limpa pada orang dewasa.

4. Daerah malaria holoendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek

limpa pada anak berumur antara 2 – 9 tahun selalu berada di atas 75%, tetapi indek

limpa pada orang dewasa adalah rendah.

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada

waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah

malam sampai fajar.

Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh

manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni( terjadi pada nyamuk. Siklus seksual dimulai

dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam perut

nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selput luar

lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari,

tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan

membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar keseluruh organ nyamuk>

pada kelenjar inilahb sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit

manusia.

Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah

sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium

eksoeritrosit dengan masuk kesel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon yang akan

pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah dan

menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan

mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit – bentuk cincin – trofozoit – merozoit.

Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut akan

ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi

mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang

bermanisfestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi

ini, maka gametosit yang ada pada daerah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan

demikian, siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.

Page 14

Page 16: LBM 4pix

Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola

curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi

perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa

daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun – Negara tersebut

digolongkan sebagai "endemis malaria ". Di daerah lain, ada “musim malaria” yang biasanya

berhubungan dengan musim hujan.

Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari

nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun

memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau,

ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus

malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau

perpindahan masyarakat akibat konflik.

Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya P. falcifarum

memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P.ovale8-14 hari, sedangkan P. malariae

memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor

seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat.

Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain

melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang di sebabkan karena kelainan pada sawar plasenta

yang menghalangi penularan infeksi vertical. Metode penularan lainnya adalah melalui jarum

suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara

tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui transfuse darah. Disebut

dalam literature bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati

tidak terjadi karena melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati.

B. Diagnosis Malaria

Manifestasi Klinis Malaria

Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan olehPlasmodium mempunyai

gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses

skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol)

atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi

(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.

Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali.

Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut :

1. Masa inkubasi

Page 15

Page 17: LBM 4pix

Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit

(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae). Pada Plasmodium

vivax dan Plasmodium ovale, masa inkubasi berlangsung antara 10 sampai 17 hari, pada

Plasmodium falciparum antara 8 sampai 12 hari dan pada infeksi dengan Plasmodium

malariae, masa inkubasi berlangsung antara 21 sampai 40 hari., beratnya infeksi dan pada

pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi

yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah

yang mengandung stadium aseksual).

2. Keluhan-keluhan prodromal

Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,

lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak

enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal

sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan

prodromal tidak jelas.

Gejala-gejala umum

a. Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi).

Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka

periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)

pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai

dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias

malaria (malaria proxym),secara berurutan :

Periode dingin

Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus

dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar,

pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit

sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

Periode panas

Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh

tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi

meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok.

Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti

dengan keadaan berkeringat.

Page 16

Page 18: LBM 4pix

Periode berkeringat

Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa

capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan

pekerjaan biasa.

b. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik.

Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit

parasit dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika

membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas

anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika

lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan

fossa iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia

karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit

normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit

karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.

d. Ikterus

Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan

bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga

jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik

Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat

terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan

semua bilirubin yang dihasilkan.

2) Ikterus hepatoseluler

Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan

di sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif

Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut

dengan ikterus obstuktif.

Tanda dan gejala :

1. Malaria Vivax & Ovale.

Page 17

Page 19: LBM 4pix

Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat

dan demam yang hilang-timbul. Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodormal

berupa: sakit kepala, sakit punggung, mual, malaise umum. Dalam 1 minggu, akan

terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala

atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8

jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil

berikutnya.

Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam.

2. Malaria falciparum

Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap

kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita tampak

lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara

serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak enak badan

dan mengalami demam ringan.

3. Malaria malariae

Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Disebabkan oleh plasmodium

malariae. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Serangannya

menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam.

C. Komplikasi pada Malaria

1) Malaria serebral (malaria otak) adalah ) adalah malaria dengan penurunan kesadaran.

Penilaian derajat kesadaran dilakukan berdasarkan Skala Koma Glasgow (GCS,

Glaslow Coma Scale). Pada orang dewasa GCS ≤15, sedangkan pada anak

berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤3, atau koma >30 menit setelah serangan kejang

yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.

2) Anemia berat (Hb <5gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit

>10.000/µL. bila anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya

anemia defisiensi besi, talasemia, atau hemoglobinopati lainnya.

3) Gagal ginjal akut (urin <400mL/24 jam pada orang dewasa atau <1mL/kgBB/jam

pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah >3mg%)

4) Edema paru atau acute respiratory distress syndrome

5) Hipoglikemia : gula darah <40mg/%

6) Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <70 mmHg (pada anak tekanan nadi ≤ 20

mmHg) disertai keringat dingin

Page 18

Page 20: LBM 4pix

7) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan

laboratorik adanya gangguan koagulasi intravascular

8) Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia

9) Asidemia (pH<7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L)

10) Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat

antimalaaria pada seseorang dengan defisiensi G6-PD)

Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat yaitu :

1) Gangguan kesadaran ringan (GCS<15)

2) Kelemahan otot (tidak bias duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologic)

3) Hiperparasitemia >5%

4) Ikterus (kadar bilirubin >3mg%)

5) Hiperpireksia (temperature rectal >400C pada orang dewasa >410C pada anak)

Pilihan utama derivate artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau intramuscular dan

artemeter intramuscular.

D. Pencegahan pada Malaria

a. Berbasis Masyarakat

1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan

melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun

melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk

(pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan

genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau

mengerinkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air

tergenang.

2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu

mencegah penularan.

3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomedik

anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistensi

terhadap insektisida.

b. Berbasis pribadi

1. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain (1)tidak keluar rumah pada senja dan

malam hari,bila terpaksa keluar,sebaiknya mengenakan kemeja dan celana panjang

berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap,(2) menggunakan

repelan yang mengandung dimetilftalatatau zat anti nyamuk lainny, (3) membuat

konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk pada

Page 19

Page 21: LBM 4pix

ventilasi pintu dan jendela,(4) menggunakan kelambu yang mengandung

insektisisda(insecticide-treated mosquito net, ITN), (5) menyemprot kamar dengan

obat nyamuk atau menggunakan obat anti nyamuk bakar.

2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik, meliputi :

a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitife terhadap klorokuin,

diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang

dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4

minggu setelah meninggalkan tempat tersebut.

b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan

supresif, yaitu dengan meflokuin 5 mg/kgNN/minggu atau doksisiklin 100

mg/hati atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg (Suldox), 3 tablet sekali

minum.

3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil, meliputi :

a. Klorokuin, bukan kontraindikasi.

b. Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3

mg/kgBB/minggu di berikan pada bulan keempat kehamilan untuk daerah di

mana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin.

c. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.

4. Informasi tentang donor darah

Calon donor darah yang datang ke daerah endemic dan berasal daerah non endemic

serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan

darahnya selama 6 bulan sejak ia datang. Alon donor tersebut, apabila telah di beri

pengobatan profilaksis malaria dan telah menetap di daerah itu 6 bulan atau lebih

serta tidak menunjukkan gejala klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3

tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemik malaria

merupakan sumber infeksi.

E. Obat Anti malaria, Analgesik dan Antipiretik pada Pasien Malaria

1. Pengobatan malaria Vivax ; obat anti malaria (1):

- Lini pertama

a) Klorokuin + primakuin.

b) Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan

seksual.

c) Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di sel hati dan parasit

aseksual di eritrosit

Page 20

Page 22: LBM 4pix

d) Klorokuin difosfat 250 mg setara dengan klorokuin 150 mg basa, diberikan 1 kali

per hari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa/kgBB.

e) Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB per hari selama 14 hari diberikan bersama

klorokuin. Klorokuin tidak boleh deberikan kepada ibu hamil, bayi berusia <1

tahun, dan pasien dengan defisiensi G6-PD.

f) Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, gejala

klinisnya (demam dan gejala lainnya) berkurang (sejak H4) dan parasit malaria

stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7).

g) Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya memburuk dan parasit

aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak memburuk tetapi

parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum H14

(kemungkinan resisten) atau gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul

kembali antara H15 sampai H28 (kemungkinan resisten, relaps, atau terjadi infeksi

baru).

h) Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.

1. Pengobatan malaria vivax yang resisten klorokuin

Hari Jenis Obat Jumlah Taplet per Hari Menurut Kelompok Umur

0-1

bulan

2-11

bulan

1-4

tahun

5-9

tahun

10-11

tahun

≥15

tahun

H1-7 Klorokuin *) *) 3x1 3x1 3x1½ 3x4

H1-14 Primakuin - - 1/4 1/2 3/4 1

2. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kampus)

Hari Jenis Obat Jumlah Taplet per Hari Menurut Kelompok Umur

0-1

bulan

2-11

bulan

1-4

tahun

5-9

tahun

10-11

tahun

≥15

tahun

H1 Klorokuin ¼ 1/2 1 2 3 3-4

Primakuin - - ½ 1 1½ 2

H2 Klorokuin ¼ 1/2 1 2 3 3-4

Primakuin - - ½ 1 1½ 2

H3 Klorokuin 1/8 1/4 1/2 1 1½ 2

Primakuin - - ½ 1 1½ 2

Primakuin - - ½ 1 1½ 2

2. Analgesik dan antipiretik

Page 21

Page 23: LBM 4pix

Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa

sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu

tubuh (8).

Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia (8):

1. Paracetamol/acetaminophen

Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai

analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,

parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati

analgesik.Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak

menolong.Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi

meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.

2. Ibuprofen

Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat

ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek

analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita

hamil dan menyusui.

3. Asam mefenamat

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat

pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan.

Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi

lain terhadap mukosa lambung.

4. Tramadol

Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan

untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan

untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama.

Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar

atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg

sehari.

5. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan

sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini

bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang

terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk

anak yang mengidap Sindrom Reye.

Page 22

Page 24: LBM 4pix

6. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan

sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl

digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.Menghilangkan periode

sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan

obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan

hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.

Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa

efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada

pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila

pemakaiannya sesuai dengan aturan.Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan

dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu

dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan

dihentikan.

7. Naproxen

Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan

cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.

8. Obat lainnya

Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron,

Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.

Resistensi obat terhadap seringnya penggunaan anti malaria telah berkembang dengan

cepat. Untuk mencegah kondisi ini, pengobatan sebaiknya digunakan secara kombinasi

sebagai ACTs (Artemisinin-based Combination Therapies) dan bukan artemisinin

monotherapy (penggunaan satu artemisinin berbeda dengan pil kombinasi yang lebih efektif).

Pengobatan single-drug meningkatkan kemungkinan parasit berkembang dan menjadi kebal

terhadap obat. Pengawasan intensif terhadap potensi obat penting dilakukan sebagai

pencegahan perkembangan strain malaria resistan ke belahan dunia lain. WHO menyarankan

dilakukannya pengawasan berkelanjutan dan saat ini sedang mendampingi beberapa negara

untuk memperkuat upaya pengawasan obat.

F. Asuhan Keperawatan pada Malaria

Pengkajian

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

Page 23

Page 25: LBM 4pix

2. Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase

demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso

kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.

3. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

4. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.

Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

5. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.

6. Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

7. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat

splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.

Analisis Data

DATA MASALAH ETIOLOGIDs : -Do : suhu 400C

Hipertermi Penyakit ( Malaria)

Ds: Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari.Do: Klien tidur mulai jam 24.00-04.00

Insomnia Ketidaknyamanan fisik misalnya nyeri

Rencana keperawatan

No.

DIAGNOSAKEPERAWATAN

TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC) RASIONAL

1. Hipertermi b.d

Penyakit (malaria)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1x24 jam klien

mampu berkompromi

Regulasi temperature

1. monitor suhu setiap 2 jam

Page 24

Page 26: LBM 4pix

dengan kriteria hasil :

- termoregulasi

- tanda-tanda vital

1. mengurangi

peningkatan suhu

tubuh dr skala 5-3

2. menangani

dehidrasi dr skala 5-3

3. mengetahui

kekuatan denyut nadi

dr skala 5-3

Keterangan:

Skala 1 = selalu bisa

berkrompomi

Skala 2 = sering bisa

berkompromi

Skala 3 = kadang-

kadang bisa

berkompromi

Skala 4 = jarang bisa

berkompromi

Skala 5 = tidak pernah

bisa berkompromi

2. berikan cairan adekuat dan

asupan nutrisi

3. berikan pengobatan

antipiretik

Tanda-tanda vital

1. monitor tekanan

darah,denyut jntng, suhu,

status pernafasan

2. monitor dan laporkan

tanda dan gejala dari

hipotermi dan hipertermi

3. pasang dan lihat

perubahan suhu

4. identifikasi kemungkinan

penyebab dan perubahan

ttv

TTD Perawat

2. Insomnia b.d

Ketidaknyamanan

Fisik mis (nyeri)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1x24 jam klien

mampu berkompromi

dengan criteria hasil :

-Level Nyeri

-Tidur

Manajemen Nyeri

1. Lakukan tindakan

lanjutan nyeri untuk

mencakup lokasi,

karakteristik,onset/dura

si,

frekuensi,kualitas,keku

atan/kerasnya nyeri.

Page 25

Page 27: LBM 4pix

1. Melaporkan nyeri

dari skala 5-3

2. Melaporkann

lamanya episode

nyeri dari skala 5-

3

3. Melaporkan

ekspresi wajah saat

nyeri dari skala 5-

3

4. Mengukur Jam

tidur dari skala 5-3

5. Mengobservasi

jam tidur dari

skala 5-3

6. Menyatakan

kenyamanan

tempat tidur dan

temperature di

ruangan dari skala

5-3

Keterangan:

Skala 1 = selalu bisa

berkrompomi

Skala 2 = sering bisa

berkompromi

Skala 3 = kadang-

kadang bisa

berkompromi

Skala 4 = jarang bisa

berkompromi

Skala 5 = tidak pernah

bisa berkompromi

2. Eksplor pengetahuan px

dan keyakinan tentang

nyeri

3. Yakinkan px penuh

pengobatan analgesic

4. Ajarkan dasar untuk

management nyeri

5. Ajarkan tentang metode

farmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri.

Peningkatan Tidur

1. Tentukan tidur px atau

setelah aktivitas.

2. Perkirakan tidur px

teratur/ tidur berjalan

pada rencana perawatan.

3. Terangkan pentingnya

tidur yang cukup selama

kehamilan, penyakit,

stress psikososial

4. Tentukan efek

pengobatan px pada pola

tidur

5. Monitor pola tidur px

dan jumlah jam tidur

6. Monitor pola tidur px

dan catatam fisik

(nyeri/kenyamanan) atau

fisiologi (cemas).

7. Setel lingkungan seperti

lampu, temperature

tempat tidur untuk

Page 26

Page 28: LBM 4pix

meningkatkan tidur.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Page 27

Page 29: LBM 4pix

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup

dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui

gigitan nyamuk Anophles betina. Spesies Plasmodium pada manusia adalah :

1. Plasmodium Falciparum

2. Plasmodium Vivax

3. Plasmodium Ovale

4. Plasmodium Malariae

Gejala umumnya adalah demam, anemia, ikterik, splenomegali, mual, pusing dan nyeri

punggung. Obat-obatan anti malaria yang digunakan diantaranya adalah kina/ kuinin,

pirimetamin, mefarin, sulfonamid, klorokuin, kuinolin metanol, proguanil, antibiotik,

primakuin

Saran

Kita sebagai calon perawat diharapkan bisa mengembangkan kemampuan berpikir

kritis untuk menganalisis masalah dari klien. Selain itu diperlukan kerjasama yang baik agar

masalah tersebut dapat diselasikan secara cermat dan tepat.

Page 28

Page 30: LBM 4pix

DAFTAR PUSTAKA

1. National Institutes of Health. Understanding Malaria. U.S. Department of Health and

Human Services. 2007; 1-36

2. Wongsrichanalai Ch, Thimasam K, Sirichaisinthop J . Antimalarial drug combination

policy: A caveat. Lancet, 2007; 355; 9222; 2245–8.

3. Simanjuntak CH, Arbani PR. Status Malaria di Indonesia. Cermin

Dunia Kedokteran. 2008; 55; 3-11

4. Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;1994.

5. Anstey NM, Russell B, Yeo TW, Price RN. The Pathophysiology of Vivax Malaria.

Trends in Parasitology, 2009; 25; 5; 220-7

6. Havryliuk, T. and Ferreira, M.U. A closer look at multiple-clone Plasmodium vivax

infections: detection methods, prevalence and consequences. Mem. Inst. Oswaldo

Cruz. 2009; 104; 67–73

7. Fernandez-Becerra, C. Plasmodium vivax and the importance of the subtelomeric

multigene vir superfamily. Trends Parasitol. 2009; 25; 44-51

8. Kai, O.K. and Roberts, D.J. The pathophysiology of malarial anaemia: where have all

the red cells gone?. BMC Med. 2008; 6; 24

9. Handayani, S. High deformability of Plasmodium vivax infected red blood cells

undermicrofluidic conditions. J. Infect. Dis. 2009; 199;45–450

10. Baird, J.K. Neglect of Plasmodium vivax malaria. Trends Parasitol. 2007; 23; 533–

539

11. Kochar DK, Kaswan K, Kochar SK, Sirohi P, Pal M, Kochar A, et al. A comparative

study of regression of jaundice in patients of malaria and acute viral hepatitis. J Vect

Borne Dis. 2006; 43; 123-9

12. Anand AC, Puri P. Jaundice in Malaria. Journal of Gastroenterology and Hepatology.

2007; 20; 1322-1332

13. Widoyo. 2008. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan, &

pemberantasannya. Semarang : Erlangga.

14. Anonymous. 1998. Buku Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC.

15. Adhyatma M. 1983. Malaria; Pemberantasan. Jakarta: Depkes RI.

16. Soedarto. 1990. Protozoologi Kedokteran. Jakarta: Widya Medika.

17. Gilles. H.M. 1991.Management of Severe and Complicated Malaria. :WHO Geneva.

18. Depkes RI. 1995. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan

Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman : Jakarta

Page 29