Skenario Idham, 9 tahun datang ke RSIGM dengan keluhan sakit tajam pada rahang bawah kanan disertai susah membuka mulut, dan gigi geraham atas goyang setelah kecelakaan sepeda motor 6 jam sebelumnya. Pasien sadar, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menyatakan tidak mual dan muntah setelah kejadian. Pasien sudah minum obat pengurang rasa sakit namun masih terganggu dengan rasa sakitnya. Pemeriksaan klinis didapatkan: EO: inspeksi: laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse fasial oedema, step (diskontinuitas) pada regio parasimfisis kanan IO: laserasi pada mukosa bukal 84 – 85 Pemeriksaan tambahan: Tongue blade test memberikan rasa sakit. Pemeriksaan Ro: didapatkan garis fraktur pada diantara regio 84 – 85 Pasien dilakukan tindakan immobilisasi dan diberi obat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skenario
Idham, 9 tahun datang ke RSIGM dengan keluhan sakit tajam pada rahang bawah kanan
disertai susah membuka mulut, dan gigi geraham atas goyang setelah kecelakaan sepeda
motor 6 jam sebelumnya. Pasien sadar, dapat berkomunikasi dengan baik, dan menyatakan
tidak mual dan muntah setelah kejadian. Pasien sudah minum obat pengurang rasa sakit
namun masih terganggu dengan rasa sakitnya.
Pemeriksaan klinis didapatkan:
EO: inspeksi: laserasi (+) pada kulit pipi kanan, diffuse fasial oedema, step (diskontinuitas)
pada regio parasimfisis kanan
IO: laserasi pada mukosa bukal 84 – 85
Pemeriksaan tambahan:
Tongue blade test memberikan rasa sakit.
Pemeriksaan Ro: didapatkan garis fraktur pada diantara regio 84 – 85
Pasien dilakukan tindakan immobilisasi dan diberi obat
I. Pendahuluan
Fraktur merupakan diskontinuitas dari jaringan tulang yang biasanya disebabkan oelh
adanya kecelakaan yang timbul secara langsung. Fraktur mandibula adalah putusnya
kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kintinuitas pada rahang bawah atau mandibula,
dapat menyebabkan fatal bila tidak ditangani dengan baik dan benar. Mandibula adalah
tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi.
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, kecelakaan industry atau
kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk, perkelahian, atau kekerasan fisik.
Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada
mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah lebih besar dibandingkan
dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian fraktur mandibula lebih sering terjadi
dibandingkan dengan bagian skeleton lainnya.
Fraktur mandibula merupakan frakturkedua tersering pada rangka wajah. Hal ini
disebabkan karena kondisi mandibula yang terpisah dari cranium. Diagnosis mandibula dapat
ditunjukan dengan adanya: rasa sakit, pembengkakakn, nyeri tekan, dan maloklusi. Patahnya
gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arcus dentalis, adanya laserasi intra
oral, gigi yang longgar dan adanya krepitasi menunjukkan kemungkinan adanya fraktur.
Selain hal itu, mungkin juga tejadi trismus (nyeri waktu rahang digerakkan). Evaluasi
radiografis pada mandibula mencakup foto polos, bila perlu dilakukan foto waters, CT scan
dan pemeriksaan panoramic.
Secara khusus penanganan fraktur mandibula dan tulang pada wajah (maksilofasial)
mulai diperkenalkan oleh Hipocrates (400 – 373 SM). Dengan menggunakna panduan oklusi
(hubungan ideal antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah) sebagai dasar pemikiran dan
diagnostic fraktur mandibula. Pada perkembangan selanjunya oleh para ahli klinis
menggunakan oklusi sebgai konsep dasar penanganan fraktur mandibula dan tulang wajah
terutama dalam diagnostic dan penatalaksanaannya. Hal ini diikuti dengan pekembangan
teknik fiksasi mulai dari hand bandage (pengikat kepala), pengikat rahang atas dan rahang
bawah dengan kawat (intermaxillary fixation), serta fiksasi dan imobilisasi fragmen fraktur
dengan menggunakan pien tulang (plate and screw).
II. Rumusan Masalah
Dari scenario yang sudah kami baca sebagai latar belakang pada LBM 4 ini,
kami menganalisis dan mendapat beberapa masalah yang timbul. Yaitu mengenai
fraktur mandibula dan penatalakasanaannya.
Pada step pertama, kami membahas kata – kata yang belum dimengerti yang
terdapat paa scenario diatas terdapat kata laserasi, dikontinuitas, dan tongue blade test.
Laserasi adalah luka yang biasanya disebabkan oleh trauma atau robekan bentuknya
tidak teratur seperti bekas sayatan bedah. Dikontinuitas merupakan terputusnya garis
normal antar tulang. Tongue blade test merupakan merupakan pemeriksaan stabilatas
tulang mandibula dengan meletakan spatel lidah diantara gigi, dilihat apakah pasien
dapat menahan spatel tersebut.
Kemudian semua anggota SGD kami menyampaikan bebagai pertanyaan yang
berhubungan d3engan rumusan masalah utama yang sesuai dengan scenario diatas.
Didapatkan ada 16 pertanyaan yang telah disampaikan dan disetujui oleh semua
anggota SGD kami. Pertanyaan tersebut terdiri dari:
1. Interpretasi EO, IO, dan pmeriksaan tambahan tersebut?
2. Klasifikasi fraktur mandibula?
3. Etiologi secara umum?
4. Diangnosa skenario?
5. Gambaran klinis dan Ro dari diagnosa diskenario?
6. Penatalaksanaan selain obat yang diberikan oleh dokter?
7. Tindakan immobilisasi dan obat apa yang akan diberikan dokter?
8. Pemeriksaan Ro apa yang dapat mengetahui fraktur?
9. Mekanisme penyembuhan fraktur?
10. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari perawatan?
11. Komplikasi yang timbul akibat adanya fraktur mandibula?
12. Mengapa pasien mengeluh sakit tajam dan sulit membuka mulut?
13. Mengapa terjadi diskontinuitas pada daerah parasimfisis?
14. Kenapa obat rasa sakitnya tidak dapat mengurangi rasa skit pada pasien?
15. Apakah ada pengaruh jawaban pasien mual dan muntah terhadap komplikasi?
16. Regio mana yang sering terkena fraktur mandibula dan alasannya?
III. Pembahasan
Fraktur mandibula merupakan putusnya kontinuitas tulang mandibula.
Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh
wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan
baik.
Banyak klasifikasi fraktur yang ditulis dalam berbagai buku, namun secara
praktisfraktur secara umum dapat dikelompokan menjadi:
a. Menurut penyebab terjadinya fraktur
- Fraktur traumatic
Trauma langsung (direct), terjadi secra langsung mengenai anggota tubuh
penderita.
Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada penderita yang jatuh
dengan tangan menumpu dan dan lengan atas – bawah lurus, berakibat
fraktur kaput radii atau klavikula. Gaya tersebut dihantarkan melalui
tulang – tulang anggota gerak atas berupa gerak berputar, pembengkakan,
atau kombinasi pembengkakan dengan kompresi.
- Fraktur stress atau fatik, trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang
mengakibatkan tulang lemah. Contohnya fraktur fibula pada kecelakaan olah
raga.
- Fraktur patologis, terjadi karena proses patologis yang mengakibatkan tulang
tersebut rapuh dan lemah. Biasanya fraktur terjadi secara spontan.
b. Menurut hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya
Fraktur simple/tertutup, oleh karena kulit disekeliling fraktur sehat dan tidak
sobek
Fraktur terbuka, kulit di sekitar fraktur sobek sehingga fragmen tulang
berhubungan dengan dunia luar (bone expose) dan potensi terjadinya infeksi.
Fraktur komplikasi, fraktur ini berhubungan dengan kerusakan jarigan atau
strukstur lain seperti saraf, pembuluh darah atau sendi.
c. Menurut Bentuk Fraktur
Fraktur komplit, garis fraktur membagi tulang menjadi dua fragmen atau lebih.
Garis fraktur bias transversal, oblik atau spiral.
Fraktur inkomplit, kedua fragmen terlihat saling impaksi atau masih saling
tertancap
Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
Fraktur kompresi, fraktur ini sering terjadi pada tulang konselus.
Diatas merupak fraktur secara umum. Sedangkan Klasifikasi Fraktur Mandibula
dapat digolongkan menjadi:
1. Menunjukkan regi – region pada mandibula, yaitu: badan, simfisis, parasimfisis, angulus,