Top Banner
TUGAS TERSTRUKTUR PERTANIAN BERLANJUT “PENGGUNAAN LAHAN DI DAS SUMBER BRANTAS” KELOMPOK : 4 - Intan Permatasari (105040201111184) - Nur Atikah Putri A (105040203111001) - Kharis Pribadi (105040203111011) - Dina Ayu Ningtyas (105040203111012) - Erfika Yustianita (105040203111015) - Rangga Herwanda (105040203111019) - Ahmad Muhlisin (105040204111005) - Hanna Kartikasari (105040204111007) - Roberto Ivan A (105040207111008) PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
33

LATARBELAKANG APELLL

Feb 13, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LATARBELAKANG APELLL

TUGAS TERSTRUKTUR PERTANIAN BERLANJUT

“PENGGUNAAN LAHAN DI DAS SUMBER BRANTAS”

KELOMPOK : 4

- Intan Permatasari (105040201111184)

- Nur Atikah Putri A (105040203111001)

- Kharis Pribadi (105040203111011)

- Dina Ayu Ningtyas (105040203111012)

- Erfika Yustianita (105040203111015)

- Rangga Herwanda (105040203111019)

- Ahmad Muhlisin (105040204111005)

- Hanna Kartikasari (105040204111007)

- Roberto Ivan A (105040207111008)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: LATARBELAKANG APELLL

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini Akar, batang, daun, serta bagian-bagian tumbuhan lainnya merupakan bagian-bagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan itu sendiri selama masa pertumbuhannya. Oleh sebab itu, alat-alat tersebut seringkali dinamakan pula alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif. Apel adalah jenis buah buahan , atau buah yang dihasilkan dari pohon buah apel. Buah apel biasanya berwarna merah kulitnya jika masak (siap dimakan), namun bisa juga kulitnya berwarna hijau atau kuning. Kulit buahnya agak lembek, daging buahnya keras. Buah ini memiliki beberapa biji di dalamnya. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis.

Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang banyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia. Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya telah dihasilkan suatu alat yang nanti akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Alat-alat demikian dinamakan alat perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam dua golongan diantaranya yang bersifat vegetatif dan yang bersifat generatif. Proses perkembangbiakan ini terjadi melalui penyerbukan yang terjadi di bunga. Tanaman apel akan tumbuh baik bila ditanam pada dataran tinggi kering dengan syarat Iklim dan tanah yang sesuai. Buah apel salah satu buah di Indonesia yang disukai banyak orang, karena rasanya manis agak masam segar dan mengandung banyak vitamin C dan B. Buah apel ini sering menjadi pilihan bagi orang yang sedang diet sebagai makanan pengganti. Tanaman apel (Malus sylvestrys Mill) berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis dan ditanam di Indonesia sejak tahun 1934 sampai saat ini. Tidak semua tempat tanaman apel dapat tumbuh baik, tanaman apel akan tumbuh dan berproduksi baik bila ditanam pada lahan di dataran tinggi kering.

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, terjadinya, peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup (International Glossary of Hidrology, 1974). Karena perkembangannya yang begitu cepat, hidrologi telah menjadi ilmu dasar dari pengelolaan sumberdaya-sumberdaya air (rumah tangga air) yang merupakan pengembangan, agihan dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya air secara terencana.

1.2 Tujuana. Dapat memahami pengaruh pengelolaan yang dilakukan dalam setiap penggunaan lahan

terhadap kondisi hidrologi lingkungan (kualitas dan kuantitas air). b. Bisa mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi hidrologi, baik ditingkat plot

maupun lansekap

Page 3: LATARBELAKANG APELLL

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggunaan LahanPenggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap

lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan.

Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya.

Berikut ini merupakan penjelasan dari macam-macam bentuk penggunaan lahan di Indonesia menurut Darmoyuwono, 1964 :

a. Lahan permukiman dijabarkan menjadi permukiman dan lahan non-pertanian, meliputi permukiman perkotaan, permukiman pedesaan, permukiman pedesaan bercampur kebun dan tanaman keras, dan lahan non-pertanian lain.

b. Kebun ditanami sayuran, buah-buahan kecil dan bunga. Kelas ini sangat umum dan terdapat di beberapa pedesaan wilayah Indonesia, biasanya sayuran, buah-buahan kecil seperti tomat, mentimun, dan lainnya merupakan tanaman campuran (tumpang sari) seperti halnya di pertanian lahan kering.

c. Tanaman keras, antara lain tanaman kelapa, rambutan, tanaman pohon lainnya.d. Lahan untuk tanaman semusim, antara lain padi, jagung, ketela pohon, tanaman

perdagangan.e. Lahan padang rumput yang dikelola, seperti lapangan olah raga.f. Tanaman padang rumput yang tidak dikelola untuk penggembalaan.g. Lahan hutan, dikelaskan hutan lebat, hutan terbuka, pohon jarang merupakan sabana

tropis, hutan belukar, hutan rawa, hutan sudah dibuka atau dibakar, hutan industri, hutan ladang.

h. Bentuk-bentuk tubuh perairan, adalah rawa air tawar, rawa pasang surut, kolam ikan, sungai, danau, laut.

i.  Lahan tidak produktif, seperti lahan kosong, lahan berbatu, lahan berpasir, lahan berbukit (perbukitan), gunung (pegunugan).

2.2 Kawasan DAS BrantasSungai Brantas adalah sungai terbesar kedua terbesar di Pulau Jawa. Panjang sungai

utamanya sekitar 320. Curah hujan rata-rata di DAS Brantas sekitar 2,000 mm dan total potensi air permukaan sebesar 373,64 m3/detik atau debit aliran permukaan tahunannya sekitar 11.783,2 juta m3/tahun. Wilayah Sungai (WS) Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional dan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat berdasarkan Permen PU No. 11A Tahun 2006. Luas WS Kali Brantas adalah 14.103 km2 melintasi 15 Kab/Kota (9 kabupaten dan 6 kotamadya), terdiri atas 4 DAS yaitu:1. DAS Kali Brantas seluas 11.988 km2 (25% dari luas Propinsi Jawa Timur), terdiri atas 6

Sub DAS, 32 Basin Block;2. DAS Tengah seluas 596 km2, terdiri atas Kali Ngampo, Kali Tengah, dan Kali Tumpak

Nongko;3. DAS Ringin Bandulan seluas 595 km2, terdiri atas Kali Klathak, Kali Kedungbanteng, Kali

Ngrejo, dan Kali Sidorejo.4. DAS Kondang Merak seluas 924 km2, terdiri atas Kali Glidik dan Kali Bambang

Jumlah penduduk di WS Kali Brantas pada tahun 2005 adalah sebesar 15.884.000 jiwa (43% Jawa Timur), dengan pertumbuhan rata-rata 0,99 % dan kepadatan 1.272 jiwa/km2.

Di masa lalu, banyak masalah yang yang diderita masyarakat yang tinggal di dataran banjir dan desa-desa di sepanjang aliran Sungai Brantas, seperti kejadian banjir tahunan, kekurangan ketersediaan air selama musim kemarau sehingga berakibat pada penurunan produksi pangan, ketidakseimbangan alokasi air di antara para konsumen, kualitas air yang rendah dan kekurangan listrik (PLTA).

Page 4: LATARBELAKANG APELLL

Untuk itu Pemerintah Pusat dengan dukungan bantuan dana dari Pemerintah Jepang memulai pembangunan DAS Brantas pada tahun 1961, dengan dirumuskannya sebuah rangkaian Master Plan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di DAS tersebut. Secara umum tujuan pembangunan DAS Brantas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan sosial ekonomi, sosial dan budaya masyarakat di dalam DAS. Rencana pembangunan DAS Brantas yang terpadu dan menyeluruh dirumuskan dengan tujuan untuk pengendalian banjir, meningkatkan produksi pangan, memasok air untuk kebutuhan domestik dan industri, serta untuk pembangkit listrik, dan lain-lain. Konsep dasar pembangunannya dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi, yang disebut sebagai “one river, one plan, one coordinated management”. Mengingat air adalah sumber daya yang dinamis, yang mengalir dari hulu ke muara sebagai suatu kesatuan, maka meskipun sungai mengalir melintasi batas kecamatan, kabupaten dan kotamadya atau negara, tetapi harus dikelola sebagai sebuah kesatuan untuk menghindari konflik kepentingan.

2.2.1 Tahapan Pembangunan DAS Brantas Sekitar tahun 1958, Gunung Kelud meletus dan aliran sungai Brantas terisi oleh lahar

sekunder, menyebabkan terjadi peningkatan sedimen di dalam badan sungai utama Brantas. Pengendapan sedimen ini menyebabkan terjadinya penurunan kapasitas debit sungai untuk membawa banjir. Sejak saat itu terjadi banjir hampir setiap tahun, menyebabkan kerugian tidak hanya kehilangan jiwa, kerusakan tanaman tetapi juga kehilangan aset. Oleh karena itu, pencegahan banjir menjadi prioritas pertama dalam tahap awal pengembangan DAS Brantas. Mengingat situasi seperti itu, maka disusunlah konsep dasar bagi seluruh Rencana Pengendalian Banjir di DAS Brantas yang terdiri atas aspek teknis dan aspek administratif yang dikenal dengan nama Rencana Brantas 1958.

Berdasarkan siklus pengembangan dan ketersediaan anggaran, pengembangan Sungai Brantas dilaksanakan dalam beberapa tahap yang merupakan rangkaian beberapa Master Plan yakni: Master Plan I-(1961) – prioritas pengendali banjir, Master Plan II 1973) – prioritas produksi pangan, Master Plan III (1985) – prioritas penyediaan air untuk air minum dan industri, Master Plan IV (1998) – prioritas pengelolaan sumber daya air.

Selanjutnya upaya terpadu dan komprehensif yang dilakukan antara lain:a. Pengaturan prioritas pembangunanb. Pengaturan pengembangan penduduk di DAS Brantasc. Perubahan perilaku masyarakat di hulu-tengah-hilir d. Pembangunan infrastruktur, yang tidak hanya memerlukan investasi besar komitmen

jangka panjang, tetapi juga koordinasi antar sektor, daerah dan stakeholder dengan dukungan institusi yang kuat.

e. Pengaturan peran pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, kantor proyek khusus dalam batas-batas DAS yang mengatur penerimaan manfaat proyek termasuk peraturan kelembagaan, peraturan struktur pengumpulan pendapatan, institusi yang dapat mengoperasikan dan memelihara infrastruktur.

f. Pengupayaan keterlibatan publik: konsultasi dan kesadaran publik melalui kampanye.

Untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari penanganan aspek teknis tersebut, maka diperlukan pengelolaan banjir, sebagai prioritas pertama dalam tahapan pembangunan yang dimulai tahun 1961. Pengelola memiliki kewajiban untuk mengelola infrastruktur dan memiliki kewenangan untuk mengumpulkan uang dari para penerima manfaat.

Adapun kerangka hukum yang memperkuat pelaksanaan pengelolaan DAS Brantas yaitu:1. UU No 11/1974 Pengembangan Sumber Daya Air (Berdasarkan 1936 “Hukum Air”): Pengembangan sumber daya air & Manajemen harus didasarkan pada DAS / Wilayah;2. UU No 11/1974 telah mengalami perubahan dan menjadi UU No 7 / 2004 tentang Sumber Daya Air UU 7/2004 menyediakan sebuah sistem yang lebih terdesentralisasi UU ini juga mengatur prinsip pembayaran bagi penerima manfaat, biaya pengelolaan air dan hak-hak dasar air dan keberadaan Perusahaan Umum sebagai pengelola sumber daya air secara komersial di sebuah DAS.

Page 5: LATARBELAKANG APELLL

2.2.2 Masalah Pengelolaan DAS Brantas

Masalah proyek DAS Brantas sama halnya dengan masalah proyek di Indonesia pada umumnya. Ketika proyek selesai, masih banyak terdapat kekurangan dalam pengelolaan oleh instansi yang bertanggung jawab seperti, kekurangan staf yang berkualitas dan minimnya anggaran untuk mengelola, struktur alokasi dana dari Pemerintah yang sangat terbatas dan kurang dari persyaratan standar, menyebabkan penurunan fungsi struktur badan pengelola.

Untuk itu didirikan sebuah perusahaan Negara berdasarkan PP No. 5/1990 yang dikenal dengan nama Perum Jasa Tirta I, pada tahun 1990 oleh Pemerintah Pusat untuk mengelola Sungai Brantas dan 39 anak sungainya. Perseroan memiliki kewajiban untuk mengelola aliran Sungai Brantas dan memiliki kewenangan untuk mengumpulkan uang dari penerima manfaat (industri, perusahaan air minum dan listrik/perusahaan listrik). Sementara itu bagi petani bebas dari kewajiban untuk membayar kontribusi. PP tersebut kemudian diamandemen dengan PP No. 93/1999 dan Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 2000 yang menetapkan bahwa kewenangannya ditambah dengan pengelolaan cekungan DAS Bengawan Solo.

1) Pengelolaan Jumlah Air

a. Perizinan

Pengambilan air dalam jumlah besar dari Sungai Brantas harus dilakukan dengan izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan didukung oleh rekomendasi teknis oleh Perum Jasa Tirta (PJT I). Adapun rekomendasi teknis diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasokan air dan permintaan, karena sumber daya air di Sungai Brantas digunakan untuk berbagai tujuan. Konsumen utamanya adalah: irigasi (80%), air baku untuk air minum, industri, tambak, pembilasan kota, dan lain-lain (20%) sementara listrik praktis tidak mengkonsumsi air. Alokasi air dari PJT kepada pengguna didasarkan atas dasar kontrak. Pengguna harus memberikan kontribusi biaya O & M untuk PJT, kecuali petani. Tingkat tarif ditetapkan oleh Pemerintah setelah sebelumnya dilakukan diskusi antara PJT dan pengguna.

b. Kaidah Operasi (OR) pada Musim Kering

Pengelolaan air di Sungai Brantas dikoordinasikan oleh suatu badan yang disebut Badan Air Provinsi Jawa Timur/EJPWB (Panitia Tata Pengaturan Air), dipimpin oleh Wakil Gubernur Propinsi Jawa Timur. Pola alokasi air terdiri atas dua jenis yakni Kaidah Operasi (OR) untuk musim kemarau (Juni-November) dan untuk musim hujan (Desember-Mei). Prosedur untuk mempersiapkan OR adalah sebagai berikut. Pada bulan Mei (untuk OR musim kemarau) pengguna air mengajukan permintaan untuk PJT. Kemudian dilakukan simulasi komputer dan peramalan cuaca, selanjutnya PJT menyiapkan draft untuk musim kemarau. Pada akhir Mei draft OR telah dibahas dalam forum EJPWB dan jika semua pihak setuju, kemudian disetujui oleh Wakil Gubernur untuk implementasi. Jika selama waktu pemantauan, ada penyimpangan prediksi dari OR atau ada konflik kepentingan antara pengguna, maka dilakukan pembahasan anggota EJPWB yang terbatas untuk memecahkan masalah.

c. Kaidah Operasi (OR) pada Musim Hujan

Penyusunan prosedur OR musim hujan sama seperti musim kemarau, Fokus pada musim hujan adalah untuk pengendalian banjir, mengingat dari debit tahunan rata-rata aliran permukaan sebesar 12 Milyar m3, hanya sekitar 4,5 Milyar m3 saja yang dipergunakan. Sisanya mengalir ke laut, dan sebagian besar terjadi selama musim hujan. Pengelolaan pengendalian banjir di DAS Brantas dilakukan oleh Perum Jasa Tirta. Pengendalian dilakukan dengan peralatan Peramalan Banjir dan Sistem Peringatan, dengan interval waktu 1 jam, sesuai dengan buku panduan peramalan banjir dan peringatan banjir. Dalam pengendalian banjir Perum Jasa Tirta I telah menggunakan sistem peramalan banjir dan sistem peringatan dini (Flood Forecasting and Warning System/ FFWS) telah dibangun sejak tahun 1990 untuk mengontrol dan mengalihkan debit banjir. Melalui FFWS dapat dketahui data hidrologi seluruh DPS, meliputi ketinggian muka air waduk dan sungai serta hujan. Pemantauan siaga banjir dilaporkan kepada pejabat instansi terkait sesuai dengan

Page 6: LATARBELAKANG APELLL

mekanisme yang telah ditetapkan untuk dipergunakan dalam koordinasi pengendalian dan penanggulangan banjir. Telah pula disusun Pedoman Siaga Banjir.

2) Pengelolaan Kualitas Air

Kontrol kualitas air Sungai Brantas (termasuk anak sungainya), memegang peranan penting dalam mempertahankan manfaat dari proyek pembangunan sungai tersebut. Untuk itu perlu memperhatikan aspek hukum yang ada mulai dan hubungannya dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Dalam rangka peran serta mewujudkan kondisi kualitas air Kali Brantas sesuai dengan peruntukannya, PJT I sebagai Badan Pengelola Daerah Pengaliran Sungai Kali Brantas sesuai Permen PU No. 56/PRT/1991 dan Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 28/2000 mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengendalian.

Berdasarkan penelitian pada tahun 1989, sumber pencemar utama di Sungai Brantas, berasal dari industri, limbah domestik dan pertanian. Untuk mengurangi polutan yang berasal dari industri, maka telah diterbitkan peraturan oleh Pemerintah Daerah tentang keharusan bagi semua industri untuk membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Namun karena jenis industri yang bervariasi, terutama untuk industri kecil (industri rumah tangga) mengalami kesulitan untuk mengikuti peraturan tersebut. Sebenarnya, di lapangan beberapa industri besar tidak mengoperasikan IPAL secara terus menerus. Pengendalian polutannya menjadilebih sulit dari pada pengendalian limbah domestik. Orang-orang menggunakan air sungai untuk berbagai tujuan. Karena berpenghasilan rendah dan kurang pendidikan mereka tidak peduli perlindungan lingkungan. Butuh beberapa waktu untuk mendidik mereka.

Bagaimanapun juga polutan yang berasal dari pertanian bukanlah faktor signifikan yang memperburuk kualitas air. Aliran air di sungai terutama selama musim hujan itu cukup besar untuk menetralisir polusi dari aktivitas pertanian.

3) Pengelolaan Sedimentasi

Pengelolaan DAS memainkan peran penting untuk meminimalkan sedimen yang masuk ke dalam waduk-waduk yang terdapat di dalam DAS. DAS Brantas menghasilkan sedimen, terutama hasil dari letusan gunung berapi yang aktif, yaitu Gunung Kelud. Menurut data sejak tahun 1000, Gunung Kelud meletus rata-rata setiap 15 sampai 30 tahun. Sekitar 100-200 juta m3 lava yang mengalir di salah satu letusan, menyebabkan meningginya dasar Sungai Brantas. Pada letusan terakhir tahun 1990, berakibat pada Waduk Wlingi yang terletak di bagian tengah Sungai Brantas sudah hampir sepenuhnya ditutupi oleh endapan sedimen yang berasal dari lereng selatan Gunung. Kelud. Untuk menyelesaikan masalah ini, sedimen maka dibangun perangkap sedimen. Bendungan-bendungan sabo di alur Sungai Konto dan Lesti, yang terletak di hulu sungai Brantas, direncanakan akan direhabilitasi atau dibangun untuk debit perangkap sedimen.

Terdapat 2 bendungan (Sengguruh dan Wlingi) dari 7 bendungan yang terkena dampak sedimen akibat letusan gunung berapi (Gunung Kelud dan Gunung Semeru). Untuk mengatasi masalah tersebut, di samping pembangunan cek dam sebagaimana dimaksud dalam Master Plan, juga dilakukan penggalian berkala (pengerukan) oleh PJT pada kedua bendungan tersebut. Reboisasi dan penghijauan juga berlangsung dipimpin oleh PJT untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi.

Sedimentasi waduk tidak hanya diakibatkan oleh endapan gunung meletus tetapi juga kerusakan pada daerah tangkapan hujan oleh perambahan hutan, berkurangnya areal hutan di hulu Brantas akibat penebangan lindungan dan pola pertanian yang tidak sesuai, serta pesatnya pengembangan permukiman dan industri. Berdasarkan hasil perhitungan, bangunan pengendali sedimen yang ada hanya dapat mengendalikan sedimen yang terjadi sebesar 8% dari sedimen maksimum tahunan yang keluar setelah letusan Gunung Kelud dan sisa kapasitas penyimpanan sedimennya hampir sama dengan sedimen tahunan sungai yang keluar pada kondisi normal. Tabel 6 menunjukkan luas lahan kritis di DAS Brantas pada tahun 2007.

Page 7: LATARBELAKANG APELLL

Upaya-upaya tersebut sesungguhnya tidak hanya untuk tujuan terkait pengendalian lahan kritis, tetapi juga upaya mempertahankan jumlah air yang cukup termasuk pemberdayaan masyarakat yang tinggal di dalam DAS, sehingga dapat terlihat dari bentuk-bentuk kegiatannya yang beragam antara lain:

Pengelolaan Hutan Rakyat

Pemanfaatan Lahan di Bawah Tegakan

Pengembangan hutan mangrove

Reboisasi

Penghijauan

Sabuk Hijau (Green Belt)

Sabuk Hijau (Green Belt)

Kebun Bibit Desa (KBD)

Hutan kota

Dam pengendali (Dpi)

Dam penahan (Dpn)

Sumur resapan

Perlebahan

Gully plug

4) Pengelolaan Sumber Daya Air

Sistem pengelolaan DAS Brantas dioperasikan sejalan dengan konsep keberlanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan dalam bentuk kegiatan yang akan diterapkan ke semua tahap pembangunan, yaitu: perencanaan, desain, konstruksi, operasi & pemeliharaan. Namun, pembangunan berkelanjutan tidak hanya terbatas pada menyimpan sumber daya semata, melainkan juga harus menjadi prinsip untuk semua perencanaan masa depan dan pembangunan. Prospek masa depan DAS Brantas adalah sebagai kunci sukses dalam mencapai pembangunan ekonomi Propinsi Jawa Timur serta ekonomi nasional, dalam jangka panjang.

Pengelolaan DAS Brantas bertujuan untuk mengangkat kemakmuran rakyat, hal itu juga penting untuk mempersiapkan program pembangunan berkelanjutan di DAS Brantas secara efektif dan efisien untuk mempertahankan sumber daya air di daerah aliran sungai tersebut.

2.3 Perkebunan Apel Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim

sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra produksi apel di adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan berkembang pesat pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yangbanyak dinanami apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa Tengah (Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Sedangkan sentra penanaman dunia berada di Eropa, Amerika, dan Australia.2.3.1 Syarat Tumbuh

1. IklimCurah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150

hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. Suhu yang

Page 8: LATARBELAKANG APELLL

sesuai berkisar antara 16-27oC. Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.

2. Media TanamTanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai

lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal. Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia. Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup. Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.

3. Ketinggian TempatTanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl.

dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.

2.3.2 Pedoman Budidaya1. Pembibitan

Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan (grafting) dan stek.

Persyaratan benih antara lain, syarat batang bawah : merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk pohon kokoh, mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas adalah berasal dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat unggul. Penyiapan benih dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan dengan anakan/siwilan, rundukan, stek.

Untuk teknik pembibitan dapat dilakukan dengan cara penempelan dan penyambungan. Selanjutnya untuk pemeliharaan pembibitan meliputi :a) Pemupukan: dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5 gram per tanaman ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.b) Penyiangan: waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.c) Pengairan: satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)d) Pemberantasan hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah Antracol atau Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis.Bersama dengan ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat Agristic.

Bibit okulasi grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang pada umur minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm dan daunnya dirompes.

2. Pengolahan Media TanamPersiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan

pelaksanaan survai. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan. Untuk pembukaan lahan, tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa tanaman yang masih tertinggal. Pembentukan bedengan pada tanaman apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur penanaman. Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran hanya dilakukan apabila ph tanah kurang dari 6. Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.

3. Teknik Penanaman

Page 9: LATARBELAKANG APELLL

Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitatrendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.

Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.

Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan.Cara penanaman bibit apel adalah sebagai berikut :a) Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.b) Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.c) Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah tanah galian lubang. d) Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.

4. Teknik Pemeliharaan TanamanPenjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan

pada tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim penghujan.

Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel dengan jarak tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak dapat tumbuh.

Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan. Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).

5. PanenPada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah

bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres.

BAB III

Page 10: LATARBELAKANG APELLL

PEMBAHASAN

3.1 Posisi lansekap DAS Sumber Brantas yang penggunaan lahan banyak dijumpai dan Hubungan dengan tanah, hidrologi, topografi, geologi atau geomorfologi kawasan DAS Sumber Brantas

Kawasan kota batu (termasuk bumiaji)secara astronomis terletak di 112°17'10,90"-122°57'11" Bujur Timur dan 7°44'55,11"-8°26'35,45 Lintang Selatan. Kota Batu merupakan ibu kota Batu, Jawa Timur. Memiliki wilayah seluas 197,087 km² yang dibagi dalam 3 wilayah kecamatan (Bumiaji, Batu, Junrejo). Sedangkan bumiaji terletak pada ketinggian antara 900-3025 mdpl. Terdiri dari 5 relief yang meliputi berombak, bergelombang, berbukit kecil, berbukit, dan bergunung. Secara umum memiliki lereng 8- lebih dari 60 %. Geomorfologi kawasan bumiaji-batu dipengaruhi oleh aktivitas formasi gunung api arjuno-welirang. 

Sehingga kondisi ini mengakibatkan jenis tanah pada kawasan tersebut di dominasi oleh tanah muda yang sedang berkembang (andisol, inceptisol dan alfisol). Adapun karakteristik beberapa tanah tersebut (ditinjau dari intensitas pengolahan, prospek pemanfaatan, sifat fisik, dan karakteristik yang menjadi kendala) antara lain, meliputi:a. Andisol

Leamy et al (1980) menyebutkan bahwa andisol merupakan tanah yang dalam, sering terdapat lapisan akibat akumulasi secara periodik. Horison yang paling atas seringkali berwarna gelap dan lebih tipis. Andisol memiliki struktur remah atau granuler di bagian atas dan gumpal di lapisan bawahnya.

Andisol memilki sifat fisik baik berupa daya pengikatan air yang sangat tinggi, jika ditutup vegetasi selalu jenuh air, sangat gembur tetapi mempunyai derajat ketahanan struktur yang tinggi sehingga mudah diolah (Darmawijaya, 1990). Andisol memiliki solum yang dalam dan kesuburan yang tinggi, sehingga walaupun kehilangan tanah setebal 2 cm per tahun (± 200 ton/ha/tahun) belum berpengaruh terhadap produktivitas tanaman, adanya erosi alur dan erosi parit sedang pun masih dapat diperbaiki dengan pengolahan tanah.

Masalah yang paling menonjol pada andisol adalah sifat kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali (tidak dapat balik) apabila mengalami kekeringan (irreversible drying). Hal ini disebabkan oleh koloid amorf yang mempunyai daya jerap air yang tinggi. Andisol juga mempunyai sifat kurang stabil pada kelerengan yang curam. Sehingga hal ini dapat memungkinkan terjadinya frekuensi pergerakan massa tanah (baik dalam bentuk longsor, merosotnya tanah, dan pergerakan tanah perlahan). Adanya alofan juga memberikan sifat yang khas pada andisol. Mineral ini meningkatkan jerapan ion disertai dengan menurunnya pH tanah.  

b. Inceptisol Inceptisol merupakan tanah muda yang mulai mengalami perkembangan.

Inceptisol memiliki horison yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induk (biasanya memiliki tekstur yang beragam kasar-halus). Tanah inceptisol memiliki kesuburan yang rendah. Kendala inceptisol pada daerah-daerah berlereng curam memiliki solum yang tipis. Sehingga menurut Munir (1983) tanah ini tergolong cocok untuk tanaman tahunan (permanen) untuk menjaga kelestarian tanahnya. Fungsi penggunaan lahan sebagai hutan atau sarana rekreasi dapat diaplikasikan pada tanah jenis inceptisol. 

c. Alfisol Alfisol secara potensial termasuk tanah yang subur, meskipun bahaya erosi

sangat perlu mendapat perhatian. Hardjowigeno (1987) mengatakan bahwa untuk peningkatan produksi pada tanah alfisol masih diperlukan teknik budidaya yang tepat. Tanah alfisol memiliki drainase yang baik, reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral, KTK tinggi dan mengandung bahan organik sedang hingga rendah. Adapun kendala pada tanah alfisol adalah pengelolaan yang intensif dapat menyebabkan penurunan kesuburan lahan terutama penurunan kandungan hara pada tanah lapisan atas. Serta pada daerah berlereng curam berpotensi untuk terjadinya erosi. 

Page 11: LATARBELAKANG APELLL

Adapun penggunaan lahan bumiaji-batu adalah digunakan sebagai tegalan (lahan tegal) dengan budidaya tanaman semusim (kentang, wortel, dan apel). Wilayah tersebut memiliki curah hujan 2471 mm, yang termasuk kedalam kategori curah hujan tinggi, memiliki kelerengan yang curam, dan merupakan daerah potensial tangkapan air. 

3.2 Kluster (bagian kecil dari kawasan DAS) untuk menjelaskan dan membuktikan jawaban

Pada kawasan bumiaji-batu merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai salah satu wilayah resapan air DAS Brantas. Untuk itu Pemerintah Kota Batu menetapkan Tata Ruang Wilayah dengan menetapkan kawasan lindung yang luasnya sekitar 10.352 ha atau 52% dari wilayah Kota Batu dan kawasan budidaya seluas 9.555 ha atau 48%.

Sementara itu, kondisi kawasan lindung yang ada di Kota Batu pada saat ini baru mencapai 33%. Wilayah yang semestinya sebagai kawasan lindung saat ini masih berupa semak belukar (13%), sebagian lagi digunakan sebagai usaha tani sayuran dan kebun apel (5%) dan sisanya sebagai lahan kering berupa tegalan yang juga diusahakan untuk usaha tani sayur-mayur.

DAS Sumber Brantas yang luasnya 17.344ha atau sekitar 9.6% dari total luas DAS Sumber Brantas merupakan salah satu bagian dari kawasan resapan sistem Kali Brantas di Jawa Timur. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001, telah terjadi deforestasi di DAS Sumber Brantas seluas 1.597ha, yang dialih-gunakan (sementara) sebagai kawasan pertanian tanaman semusim. Sebagian besar deforestasi diakibatkan oleh penebangan tegakan pohon secara ilegal di kawasan hutan Perhutani.

Karakteristik tanah yang termasuk memiliki kesuburan yang tinggi menjadi salah satu faktor konversi lahan dari kawasan hutan lindung menjadi pertanian tanaman semusim untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam aspek ekonomi. Kondisi ini diperburuk dengan pengolahan lahan secara intensif tanpa memperhatikan manajemen keseimbangan agroekosistem.

Hal ini mengakibatkan menurunnya hasil pertanian (misalnya apel) yang menunjukkan ciri lahan kritis hingga timbulnya masalah degradasi lahan terutama pada lahan pertanian tanaman semusim yang memiliki kelerengan yang curam.

3.3 Deskripsikan kondisi lokasi di mana penggunaan lahan tersebut diterapkan, misalnya :

a. Kondisi LerengKemiringan lereng di DAS Sumber Brantas sangat bervariasi dari datar sampai

sangat curam. Lereng datar dijumpai pada dataran antar gunung api di bagian tengah, termasuk dataran sempit antara Gunung Arjuna dan Anjasmara. Lereng terjal umumnya dijumpai pada tebing lereng hampir di semua lokasi. Lereng datar sampai agak datar (<8%) sekitar 19.18% luas areal berada pada dataran vulkanik antar pegunungan. Sebagian besar berada di Kecamatan Junrejo dan Batu dan sebagian kecil di Kecamatan Bumiaji. Di Kecamatan Bumiaji biasanya diusahakan untuk tanaman pangan (padi dan jagung), sedangkan di Kecamatan Batu dan Bumiaji untuk tanaman sayuran. Lereng landai (8-15%) sekitar 16.8% luas wilayah pada dataran berombak di kaki perbukitan yang dimanfaatkan untuk lahan budidaya (tanaman pangan di Kecamatan Bumiaji dan Batu), dan sayuran dan/ atau buah-buahan di Kecamatan Bumiaji. Lereng agak curam (15-25%) sekitar 15.45% luas wilayah pada dataran berombak-bergelombang di kaki perbukitan yang budidaya tanaman pangan dan kebun campuran (Kecamatan Junrejo dan Batu) dan kebun apel dan/ atau sayuran di Kecamatan Bumiaji. Lereng curam (25-40) sekitar 15.47 % luas wilayah pada kawasan kaki perbukitan atau tebing lembah yang ada di DAS Sumber Brantas. Penggunaan lahan berupa kebun campuran, tanaman pangan atau sayuran. Lereng sangat curam sampai terjal (>40%) sekitar 33.10% dijumpai di kawasan perbukitan pegunungan dan tebing sungai. Lahan ini umumnya berupa hutan, semak belukar atau bambu (di pinggir sungai di kawasan budidaya).

Page 12: LATARBELAKANG APELLL

Penentuan scoring faktor lereng didasarkan pada tingkat kemiringan pada kawasan DAS yang telah dibagi menjadi 5 kelas yaitu:

Kelas Lereng Kelas Lereng SkorI 0-8% Datar 20II 8-15% Landai 40III 15-25% Agak Curam 60IV 25-45% Curam 80V >45% Sangat Curam 100

Berdasarkan peta kelerengan DAS Sumber Brantas didapatkan:DAS Bagian Lereng Kelas Kelas Lereng SkorHulu 15-30% III Agak Curam 60Tengah 03-08% I Datar 20Hilir 00-03% I Datar 20

b. Kondisi TanahTanah yang terbentuk cukup bervariasi dari tanah-tanah muda sampai tanah yang cukup tua. Tanah muda (Entisol) dijumpai pada di jalur pelembahan atau lereng pegunungan yang memiliki solum tanah sangat dangkal. Andisol dijumpai di lereng atas dan tengah pegunungan yang ada di sekeliling DAS Sumber Brantas. Inseptisol dijumpai pada hampir seluruh lahan dataran dan beberapa lokasi di lereng pegunungan. Molisol umumnya merupakan tanah-tanah Inceptisol yang memiliki warna hitam di permukaan, sehingga umumnya dijumpai pada dataran

Page 13: LATARBELAKANG APELLL

bergelombang di kawasan hutan. Alfisol umumnya dijumpai pada dataran di kaki-kaki perbukitan di Sekitar Kota Batu.

Pada faktor ini didasarkan pada jenis tanah dengan tingkat kepekaanJenis Tanah Kepekaan SkorAluvial, Glei, Planoso;, Hidromorf

Tidak Peka 15

Latosol Tidak Peka 30Mediteran Agak Peka 45Andosol, Laterit, Grumosol, Podsol, Podsolik

Peka 60

Regosol, Litosol, Organosol, Rezina

Sangat peka 75

Page 14: LATARBELAKANG APELLL

Berdasarkan Peta jenis tanah DAS Sumber Brantas didapatDAS Bagian Jenis Tanah Kepekaan SkorHulu Andisols, Inceptisols,

MolisolsPeka 65

Tengah Inceptisol, Andisols, Entisols

Peka 60

Hilir Inceptisols Peka 60

3.4 Bandingkan penggunaan lahan tersebut dengan HUTAN ALAMI yang masih terdapat di wilayah Tahura R. Soerjo

Taman Hutan Raya R. Soerjo merupakan sebagian besar hutan lindung dan Cagar Alam, memiliki potensi yang khas dan bersifat endemik untuk kawasan hutan pegunungan di Propinsi Jawa Timur. Di kawasan ini terdapat 3 (tiga) type vegetasi hutan yang relatif baik yaitu:- Hutan Alam Cemara. Hutan Cemara( Casuarina yunghuniana) berada di lokasi Cagar Alam

Arjuno Lalijiwo membentuk suatu tegakan homogin dengan tumbuhan bawah berupa beberapa jenis rumput dan semak. Tumbuhan ini merupakan jenis asli setempat dan dominan. Hutan ini dapat dijumpai pada ketinggian 1800 m dpl dengan kerapatan pohon rata-rata 55-80 pohon/ha dengan tinggi pohon antara 25-40 m dengan garis tengah antara 40-60 cm.

- Hutan Hujan Pegunungan. Type hutan ini berada di kawasan Cagar alam dengan ketinggian antara 2.000-2.700 m dpl, merupakan hutan campuran dari 3 tingkatan vegetasi semak dan vegetasi tumbuhan bawah.

- Padang Rumput. Areal ini seluas ±261 ha dijumpai pada perjalanan menuju Pondok Welirang. Merupakan tempat yang sesuai sebagai tempat breeding rusa, jenis rumput yang dominan adalah jenis padi-padian dan Kolonjono (Panicum repens) yang sangat disukai oleh rusa.

Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar merupakan salah satu kawasan konservasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus berkaitan dengan semakin rusaknya ekosistem di kawasan tersebut. Kelestarian TAHURA R. Soerjo Cangar mulai terancam dengan adanya perluasan lahan pertanian dan pembukaan pabrik, hal ini dapat merusak keadaan pada komunitas tumbuhan bawah yang berperanan dalam mencegah erosi dan banjir.

3.5 Analisis Siklus Air dan Neraca Air ketika terjadi hujan deras pada penggunaan lahan yang sudah dipilih

3.5.1 Identifikasi komponen siklus air dalam penggunaan lahanSiklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari

atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dal am tiga cara yang berbeda: a. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan

sebagainya. Kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer ) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, dan es. Evapotranspirasi terbagi atas beberapa jenis, yaitu Evapotranspirasi Potensial, Evapotranspirasi standar, Evapotranspirasi Tanaman, Evapotranspirasi actual. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Evapotranspirasi :

• Parameter-parameter iklim• Faktor-faktor tanaman dan tanah• Kondisi lingkungan dan pengelolaan

b. Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di

Page 15: LATARBELAKANG APELLL

permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah adalah air yang bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

c. Perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh.

d. Air Permukaan adalah air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (d anau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempat

3.5.2 Skema aliran air dalam penggunaan lahan yang ditetapkan dan di hutan alami

Page 16: LATARBELAKANG APELLL

Macam-Macam dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi a. Siklus Pendek / Siklus Kecil

1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan3. Turun hujan di permukaan laut

b. Siklus Sedang 1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari2. Terjadi kondensasi3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat4. Pembentukan awan5. Turun hujan di permukaan daratan6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali

c. Siklus Panjang / Siklus Besar1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari2. Uap air mengalami sublimasi3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat5. Pembentukan awan6. Turun salju7. Pembentukan gletser8. Gletser mencair membentuk aliran sungai9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut

DAS adalah sebidang lahan yang menampung air hu jan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau laut. Istilah yang juga umum digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air (DTA) atau catchment atau watershed. Batas DAS adalah punggung perbukitan yang membagi satu DAS dengan DAS lainnya.

Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah sepanjang lereng maka garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit sekeliling sebuah sunga i. Garis batas DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta. Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih dari satu wilayah administrasi. Ada DAS yang meliputi wilayah beberapa negara (misalnya DAS Mekong), beberapa wilay ah kabupaten (misalnya DAS Brantas), atau hanya pada sebagian dari suatu kabupaten. DAS Mikro atau tampungan mikro (micro catchment) adalah suatu cekungan pada bentang lahan yang airnya mengalir pada suatu parit. Parit tersebut kemungkinan mempunyai aliran sebelum dan sesudah hujan turun (intermitten flow) atau ada pula yang aliran airnya sepanjang tahun (perennial flow). Sebuah DAS yang menjadi bagian dari DAS yang lebih besar dinamakan sub DAS yang merupakan daerah tangkapan air dari anak sungai.

Page 17: LATARBELAKANG APELLL

3.5.3 Perkiraaan besarnya masing-masing komponen siklus air ketika terjadi hujan deras (misalnya 100 mm),

Neraca air merupakan selisih antara jumlah air yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses evapotranspirasi.

Curah hujan yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. Jika hujan terlalu deras maka akan mempengaruhi pertumbuhan apel. Perlunya pembuatan saluran drainase untuk membuang kelebihan air dari curah hujan yang terlalu tinggi. Karena tanaman apel akan busuk jika terlalu banyak air.

Dengan menggunakan pengukuran neraca dapat mengetahui ukuran atau besarnya air yang hilang karena evapotranspirasi dari kebun apel tersebut maupun jumlah air yang diterima tanaman apel tersebut

Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan (Pg), sebagian akan ditahan oleh tajuk pohon (It), dan lainnya lolos ke permukaan tanah di bawah pohon (Pt) Air yang ditahan oleh tajuk pohon sebagian besar menguap sehingga tidak berpengaruh kepada simpanan (cadangan) air dalam tanah. Tajuk pohon tanaman yang tidak terlalu berbeda mengakibatkan jumlah air yang ditahan tajuk tersebut relative sama. Dan jumlah air yang lolos dan mencapai permukaan tanah di bawah pohon juga relative sama.

Air hujan yang lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah (Pt dan Pc) dan sebagian masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Ft dan Fc), sebagian lagi mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (Rt dan Rc). Sifat-sifat tanah di bawah pohon dan jumlah air yang jatuh di bawah tanaman tersebut yang hampir sama menyebabkan kecepatan infiltrasi (Ft dan Fc) dan limpasan permukaan di bawah tanaman pohon (Rt) juga tidak jauh berbeda. Dalam kondisi tertentu infiltrasi di bawah pohon bisa cukup tinggi sehingga cukup untuk menurunkan Rt menjadi nol (tidak ada limpasan permukaan).

Air yang berada di permukaan tanah akan menguap (evaporasi) dengan kecepatan Et di bawah pohon. Kecepatan ini besarnya hampir sama karena tajuk pepohonan yang

Page 18: LATARBELAKANG APELLL

memiliki tanaman relative homogen. Evaporasi akan terus berlangsung selama ada suplai air dari lapisan di bawahnya.

Kadar air tanah ditentukan oleh masukan yaitu infiltrasi (F) di permukaan tanah dan keluaran yang terdiri dari evaporasi (E), transpirasi (T) dan drainasi (D). komponen – komponen neraca yang berada di bawah pohon tidak terlalu berbeda karena tanaman yang ada relative homogen, sehingga hasil akhir berupa simpanan air dalam tanah besarnya tidak terlalu berbeda.

Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran ke dalam (In flow) dan aliran ke luar (out flow) pada suatu daerah untuk suatu periode tertentu dilihat dari proses sirkulasi air. selain itu neraca air juga dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses evapotranspirasi.

Jika terjadi hujan deras, lahan tanaman pepohonan akan memiliki nilai evaporasi yang sedang karena tanaman popohonan (tahunan) memiliki jangkauan akar yang cukup luas, tajuk pepohonan yang juga lebar, meskipun idak adanya tanaman penutup tanah (land cover) sehingga menyebabkan air tidak terlalu banyak yang menguap dan simpanan air menjadi lebih banyak. Selain itu, nilai transpirasinya juga relative besar karena penguapan yang terjadi dari tanaman juga cukup banyak (dari penyerapan air melalui air yang tersimpan dalam tanah). Infiltrasi dan perkolasi pada lahan tanaman pepohonan relative besar karena pepohonan memiliki jangkauan akar yang relative besar/lebar sehingga air mudah untuk masuk kedalam tanah, tetapi ada juga sebagian yang menjadi limpasan permukaan jika kapasitas tanah untuk menyimpan air sudah penuh atau jika pori-pori tanah tersumbat akibat dari hancurnya agregat tanah yang tergerus oleh air hujan.

Jika dibandingkan dengan hutan alami, hutan alami memiliki nilai evaporasi yang sangat kecil karena tingkat keragaman/heterogenitas tanamannya sangat tinggi, dari pepohonan, semak belukar, rerumputan,dsb, sehingga air huja yang jatuh tidak langsung mengenai permukaan tanah. Tetapi nilai transpirasi dari hutan alami ini menjadi besar karena banya air yang diserap tanaman dan kemudian dikeluarkan lagi melalui tanaman tersebut. Selain itu proses infiltrasi dan perkolasi yang terjadi pada hutan alami juga tinggi karena hutan alami yang terdiri dari berbagai jenis tanaman memiliki jangkauan perakaran yang luas dan dalam dan pori – pori tanahnya yang terjaga dengan baik (tidak rusak akibat tregerus air hujan). Faktor lain yang mendukung besarnya nilai infiltrasi dan perkolasi adalah jumlah kandungan bahan organik yang ada pada hutan alami sangat tinggi (banyak decomposer, seresah dsb) yang dapat membantu pembentukan pori mikro di dalam tanah yang menyebabkan infiltrasi, perkolasi, maupun aerasi di dalam tanah baik. Limpasan permukaan yang terjadi di hutan alami sangat kecil karena hampir semua permukaan tanah tertutupi dengan tanaman dan jika terjadi hujan tidak sampai menyebabkan limpasan permukaan. Kemungkinan kecil akan terjadi limpasan permukaan jika terjaid hujan yang sangat deras dan tanah tidak dapat lagi menampung air hujan (kapasitas tanah).

3.5.4 Potensi permasalahan dengan neraca air iniPada lahan tanaman pepohonan memiliki tingkat keragaman yang relative kecil,

tetapi juga memiliki jangkauan akar yang cukup besar dan dalam sehingga air dapat masuk pada bagian yang lebih dalam lagi (infiltrasi dan perkolasi tinggi). Tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan jika terjadi permasalahan di ahan tersebut yaitu masalah erosi. Meskipun kemungkinannya relative kecil tetapi hal tersebut bisa terjadi apabila terjadi hujan yang sangat deras dan kapasitas tanah untuk menampung air sudah tidak memungkinkan lagi dan tertutupya pori – pori tanah akibat rusaknya agregat tanah akibat air hujan.

Jika hal ini terus berlangsung maka kemungkinan untuk terjadi longsor dan banjir pada daerah hilir semain tinggi. Erosi yang terjadi terus – menerus dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan terjadinya run off yang berwarna keruh karena membawa material tanah dan pada akhirnya terjadi sedimentasi di daerah hilir.

Jika dibandingkan dengan hutan alami, maka tidak ada potensi masalah untuk neraca dan siklus airnya karena tingkat keragamannya yang tinggi dengan berbegai macam tajuk dan tipe tanaman sehingga proses infiltrasi dan perkolasi yang ada tinggi, limpasan permukaan kecil, run off kecil (bahkan tidak ada/nol) karena seluruh permukaan tanah tertutupi tanaman sehingga pada saat hujan air tidak langsung jatuh ke tanah.

Page 19: LATARBELAKANG APELLL

3.5.5 Upaya-upaya untuk memperbaiki neraca air tersebut- Penanaman tanaman penutup tanah

Penggunaan tanaman penutup tanah (groun/land cover) ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan air hujan yang langsung jatuh kedalam tanah dan merusak agregat tanah sehingga memperlambat proses infiltrasi dan perkolasi.

- Penambahan bahan organikPenambahan bahan organik atau pupuk organik (pupuk kandang atau

kompos) berguna untuk memperbaiki struktur dan terkstur tanah sehingga lebih mudah dalam proses penyerapan air hujan

- Perubahan sistem menjadi agroforestry/ sistem tumpangsariPerubahan sistem penggunaan lahan ini dilakukan untuk menambah

keragaman yang ada sehingga pada saat terjadi hujan jika tajuk tanaman pepohonan tidak dapat menangkap butiran air hujan maka kemungkinan untuk langsung jatuh ke permukaan tanah kecil karena ada tanaman semusim lainnya yang memiliki tajuk lebih rendah yang dapat menangkap butiran hujan yang lolos.

3.6 Mekanisme pencemaran unsur misalnya N dan bahan organik dalam lansekap pertanian Pemupukan dilakukan untuk memberikan zat makanan yang optimal kepada tanaman,

agar tanaman dapat memberikan hasil yang cukup. Dalam aplikasinya selain membawa dampak baik terhadap pertumbuhan tanaman serta hasil tanaman, pupuk juga membawa dampak negatif bagi lingkungan yang baik langsung maupun tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman serta kesehatan manusia. Dampak negatif dari pupuk adalah dapat menjadi sumber pencemar baik di tanah, air, dan udara.

Pupuk dikategorikan sebagai sumber pencemar karena adanya kandungan unsur serta senyawa tertentu yang masuk kedalam suatu sistem dimana unsur maupun senyawa tersebut tidak diperlukan dalam jumlah banyak atau dapat membahayakan komponen dalam lingkungan tersebut. Zat pencemar yang berasal dari pupuk biasanya berupa logam berat maupun senyawa yang merupakan residu dari pupuk. Residu apabila terakumulasi akan mencemari lingkungan dan akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ditempat terakumulasinya residu pupuk tersebut. Akumulasi tersebut terjadi karena penggunaan pupuk yang berlebihan dan tidak berimbang.

Kebijakan pertanian difokuskan pada produktivitas usahatani dengan memberi sedikit perhatian pada daya dukung lingkungan dengan memanfaatkan teknologi pertanian (bibit, pupuk dan pestisida) serta finansial (modal sendiri, kredit, atau pinjaman), tanpa merusak daya dukung lingkungan. Penggunaan pestisida dan pupuk intensif sudah memberi dampak tersendiri pada efek komulatif yang menjadi penyebab kerusakan lingkungan dalam jangka waktu yang relatif agak lama (Palmer C. 2008).

Dampak negatif pestisida terhadap lingkungan adalah adanya residu pestisida di dalam tanah yang dapat meracuni organisme non target, terbawa sampai ke sumber-sumber air dan meracuni lingkungan bahkan terbawa pada mata rantai makanan sehingga dapat meracuni konsumen, bahkan ke hewan dan manusia (Prabowo, 2008)

Polutan yang sering menjadi masalah di tanah yaitu logam berat. Logam berat pada kondisi lingkungan yang alami tidak menjadi masalah. Namun akibat campur tangan manusia terhadap lingkungan seperti pemupukan dan pestisida, maka logam berat tersebut terakumulasi dan menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan terutama tanah.

Banyak ion-ion terlarut yang berasal dari limbah agrokimia mengandung logam berat ditemui dalam bentuk padatannya seperti pada tanah dan pupuk. Unsur logam dalam larutannya akan membentuk ion positif atau kation, sedangkan unsur non logam akan membentuk ion negatif atau anion. Metode yang digunakan untuk menentukan keberadaan kation dan anion tersebut dalam bidang kimia disebut analisis kualitatif.

Pupuk adalah suatu bahan penyubur tanaman yang diberikan melalui tanah maupun langsung ketanaman dengan cara disemprotkan kedaun (Mulyati, 2006). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pupuk diperlukan untuk dapat meyuburkan tanaman sehingga dapat memberi hasil yang optimal bagi manusia. pupuk dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara salah satunya berdasarkan proses pembuatan dan senyawa yang terkandung dalam pupuk itu sendiri. Berdasarkan proses pembuatannya pupuk dapat di bedakan menjadi dua. Yaitu; 1.

Page 20: LATARBELAKANG APELLL

Pupuk alam, yaitu pupuk yang terbuat dari bahan alam dan proses terbentuknya berlangsung secara alami. Contoh; pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk batuan silikat pupuk batuan fosfat pupuk zeolit dan sebagainya. 2. Pupuk buatan, yaitu pupuk yang diproduksi oleh pabrik. Umumnya mengandung hara yang telah ditetapkan macam dan komposisinya. Contohnya; urea, SP-36 dll. Sedangkan pupuk berdasarkan senyawa yang terkandung dapat terbagi menjadi; 1. Pupuk organik, yaitu pupuk yang mengandung senyawa organik dan berasal ari makhluk hidup yang telah mati. 2. Pupuk an-organik, yaitu pupuk yang mengandung senyawa anorganik dan bahan dasarnya berasala dari mineral.

Setiap jenis pupuk memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagai contoh unsure hara dalam pupuk an-organik lebih cepat tersedia dibandingkan dengan unsure hara dalam pupuk organik. Namun pupuk organik cendrung lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pupuk an-organik. Hal tersebut yang ikut memberi perbedaan antara pupuk organik dengan pupuk anorganik selain perbedaan mendasar seperti jenis senyawa yang terkandung dalam masing-masing pupuk.

Dalam aplikasinya selain menbawa dampak baik terhadap pertumbuhan tanaman serta hasil tanaman, pupuk juga membawa dampak negatif bagi lingkungan yang baik langsung maupun tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman serta keseatan masnusia.

Dampak negatif dari pupuk adalah dapat menjadi sumber pencemar baik di tanah, air, dan udara. Dalam UU No 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pencemran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah di tetapkan. Pupuk dikategorikan sebagai sumber pencemar karena adanya kandungan unsure serta senyawa tertentu yang masuk kedalam suatu sistem dimana unsure maupun senyawa tersebut tidak diperlukan dalam jumlah banyak atau dapat membahayakan komponen dalam lingkungan tersebut. zat pencemar yang berasal dari pupuk biasanya berupa logam berat maupun senyawa yang merupakan residu dari pupuk. Residu apabila terakumulasi akan mencemari lingkungan dan akan mempengaruhi kehidupan makhluk hidup ditempat terakumulasinya residu pupuk tersebut. akumulasi tersebut terjadi karena penggunaan pupuk yang berlebihan dan tidak berimbang.

Dalam dunia pertanian pencemaran yang menjadi pokok perhatian adalah pencemaran yang terjadi di tanah. hal ini karena tanah merupakan media tumbuh tanaman dan yang dominan menerima dampak langsung dari pencemaran yang disebabkan oleh pupuk.

Pupuk biasanya mengandung logam berat sebagai bahan tambahan. Pupuk yang sering bahkan selalu mengandung logam berat adalah pupuk buatan anorganik. Namun pupuk organik belum tentu bebas dari kandungan logam bera. Hal tersebut dipengaruhi oleh sumber bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku pupuk organik.

Pupuk yang diberikan ke tanah secara intensif akan sangat berbahaya bagi tanah serta tanaman yang ada diatasnya. Hal ini karena beberapa jenis pupuk mengandung logam berat dalam kadar yang sangat tinggi. Kadar yang tinggi ini akan sangat berbahaya jika terjadi akumulasi secara terus menerus dan membuat pertumbuhan dan kualitas serta kuantitas hasil tanaman menurun. Selain itu logam berat yang terakumulasi terlalu banyak akan mengganggu aktivitas mikrobia atau bahkan meracuninya.

Oleh karena itu diperlukan kebijaksaan serta perngetahuan yang cukup untuk melakukan pemupukan sehingga tidak mencemarai lingkungan. Hal ini karena kelestarian lingkungan akan menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman serta kualitas hasil tanaman yang akan mempengaruhi kesehatan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, iklim akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan, dan teknik budidaya yang dilakukan petani. Dengan demikian iklim sangat penting artinya dalam sektor pertanian. Dengan kegiatan pertanian yang disebut klimatologi pertanian.

Iklim akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi. Jenis dan sifat Iklim juga akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan serta produksinya, penjadwalan budidaya pertanian, dan teknik budidaya yang dilakukan petani. Pengetahuan tentang iklim sangat penting artinya dalam sektor pertanian. mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia.

Page 21: LATARBELAKANG APELLL

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis2 dan sifat2 iklim bisa menentukkan jenis2 tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan.

Seiring dengan dengan semakin berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen.

Untuk daerah tropis Indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari. Setiap tanaman pasti memerlukan air dalam siklus hidupnya, sedangkan hujan merupakan sumber air utama bagi tanaman. Berubahnya pasokan air bagi tanaman yang disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman, Itu merupakan contoh global pengaruh ikliim terhadap tanaman.

3.7 Diskusi Lanjutan Untuk PengembanganPengaruh penggunaan lahan terhadap hidrologi tingkat lansekap

Pertumbuhan dan produksi apel sangat ditentukan oleh ketinggian tempat, curah hujan tahunan, dan kedalaman efektif tanah. Ternyata tidak semua daerah DAS Brantas (hulu) memenuhi kondisi lingkungan pokok ini. Karena kecerobohan manusia dalam mengusahakan tanah, sebagian besar lahan di daerah DAS Brantas (hulu) yang sebenarnya produktif dewasa ini beralih menjadi kategori tanah kritis. Tanah yang kritis merupakan tanah yang dalam pengelolaannya tidak menyesuaikan antara kemampuan tanah dengan macam penggunaannya.

Pengolahan tanah atau managing soils merupakan pembinaan dalam pengolahan tanah, pembinaan-pembinaan ini dimaksudkan agar petani atau mereka yang menggunakan tanah dapat melakukan pengolahan-pengolahan tanahnya dengan baik agar kesuburan tanah, produktifitas tanah, pengawetan tanah dan hidrologi tanah dapat terjamin, sehingga memungkinkan terlaksananya usaha-usaha dibidang pertanian dalam jangka waktu yang panjang dari generasi ke generasi dengan hasil-hasilnya yang dapat memenuhi harapan.

Menurut Arsyad (2006), faktor utama yang mempengaruhi nilai laju aliran permukaan air adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi adalah laju infiltrasi tanah (persentase lahan kedap air), kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah (air tanah, derajat kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi).

Berdasarkan data pada tabel terlihat bahwa koefisien aliran permukaan paling baik pada tanaman dan penutup tanah berupa hutan dewasa. Adanya tanaman akan menyebabkan

Page 22: LATARBELAKANG APELLL

air hujan yang jatuh tidak langsung memukul massa tanah, tetapi terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman (intersepsi). Kemudian tidak semua air hujan tersebut diteruskan ke permukaan tanah, karena sebagian akan mengalami evaporasi. Kejadian ini akan mengurangi jumlah air yang sampai ke permukaan tanah. Penurunan volume dan kecepatan limpasan permukaan juga terjadi sebagai akibat adanya tanaman di atas tanah yang berfungsi sebagai penghalang aliran. Hutan dewasa yang umumnya terdapat vegetasi yang beragam memiliki tajuk yang lebar, batang yang kokoh, dan perakaran kuat.

Pada daerah DAS Brantas (hulu), lokasi penanaman tanaman apel terletak pada daerah lereng, dimana memiliki tingkat kemiringan yang tinggi. Hendaknya tanah-tanah demikian dibantu dengan pembuatan sengkedan-sengkedan (terrasering) karena dapat membantu mengurangi laju run off dan aliran permukaan yang lambat sangat kurang daya kemampuannya untuk memindahkan atau menghanyutkan top soil. Namun dari segi sosial dan ekonomi, umumnya sedikit dari petani apel yang mengusahakan upaya tersebut karena lahan yang mereka gunakan merupakan lahan sewaan dengan batasan waktu sewa tertentu. Dan mereka hanya mementingkan segi ekonomi karena meraup keuntungan dari proses budidaya tanpa melakukan upaya konservasi untuk memperbaiki kondisi lahan pertanian yang mereka gunakan.

Tanaman apel merupakan tanaman jenis pohon-pohonan yang memiliki perakaran cukup kuat jika dibandingkan tanaman padi atau hortikultura sayuran, oleh karena itu penanaman apel pada lahan dengan kondisi lereng tidak menimbulkan dampak negatif yang signifikan namun harus tetap menetapkan kaidah konservasi budidaya tanaman daerah hulu agar tanah tidak terjadi kerusakan.

Aliran permukaan pada budidaya tanaman apel memiliki nilai yang rendah. Namun memiliki nilai yang tinggi pada aliran air dalam tanah (ground water). Hal tersebut justru lebih baik karena aliran permukaan yang besar memungkinkan terjadinya sedimentasi pada badan sungai dan menyebabkan laju erosi semakin tinggi.

Jenis tanaman yang dibudidayakan juga berpengaruh terhadap pembentukan dan pemantapan agregat tanah. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman dengan perakaran yang kuat akan membentuk agregat yang mantap dan menciptakan ruang pori yang tidak mudah tersumbat apabila massa tanah hancur (contohnya akibat hujan). Dengan adanya ruang pori yang banyak dan mantap akan menyebabkan infiltrasi tanah tetap besar. Sebagian besar pada budidaya apel di DAS Brantas menggunakan tanaman penutup tanah, hal tersebut juga memberikan dampak sebagai penghambat aliran karena adanya tanaman penutup tanah yang rapat.

Page 23: LATARBELAKANG APELLL

BAB IVPENUTUP

Kesimpulan

Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Pada kawasan bumiaji-batu merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai salah satu wilayah resapan air DAS Brantas. Sementara itu, kondisi kawasan lindung yang ada di Kota Batu pada saat ini baru mencapai 33%. Wilayah yang semestinya sebagai kawasan lindung saat ini masih berupa semak belukar (13%), sebagian lagi digunakan sebagai usaha tani sayuran dan kebun apel (5%) dan sisanya sebagai lahan kering berupa tegalan yang juga diusahakan untuk usaha tani sayur-mayur. DAS Sumber Brantas yang luasnya 17.344ha atau sekitar 9.6% dari total luas DAS Sumber Brantas merupakan salah satu bagian dari kawasan resapan sistem Kali Brantas di Jawa Timur. Lereng landai (8-15%) sekitar 16.8% luas wilayah pada dataran berombak di kaki perbukitan yang dimanfaatkan untuk lahan budidaya (tanaman pangan di Kecamatan Bumiaji dan Batu), dan sayuran dan/ atau buah-buahan di Kecamatan Bumiaji. Lereng agak curam (15-25%) sekitar 15.45% luas wilayah pada dataran berombak-bergelombang di kaki perbukitan yang budidaya tanaman pangan dan kebun campuran (Kecamatan Junrejo dan Batu) dan kebun apel dan/ atau sayuran di Kecamatan Bumiaji.

Pada daerah DAS Brantas (hulu), lokasi penanaman tanaman apel terletak pada daerah lereng, dimana memiliki tingkat kemiringan yang tinggi. Hendaknya tanah-tanah demikian dibantu dengan pembuatan sengkedan-sengkedan (terrasering) karena dapat membantu mengurangi laju run off dan aliran permukaan yang lambat sangat kurang daya kemampuannya untuk memindahkan atau menghanyutkan top soil. Namun dari segi sosial dan ekonomi, umumnya sedikit dari petani apel yang mengusahakan upaya tersebut karena lahan yang mereka gunakan merupakan lahan sewaan dengan batasan waktu sewa tertentu. Dan mereka hanya mementingkan segi ekonomi karena meraup keuntungan dari proses budidaya tanpa melakukan upaya konservasi untuk memperbaiki kondisi lahan pertanian yang mereka gunakan.

Tanaman apel merupakan tanaman jenis pohon-pohonan yang memiliki perakaran cukup kuat jika dibandingkan tanaman padi atau hortikultura sayuran, oleh karena itu penanaman apel pada lahan dengan kondisi lereng tidak menimbulkan dampak negatif yang signifikan namun harus tetap menetapkan kaidah konservasi budidaya tanaman daerah hulu agar tanah tidak terjadi kerusakan.

Aliran permukaan pada budidaya tanaman apel memiliki nilai yang rendah. Namun memiliki nilai yang tinggi pada aliran air dalam tanah (ground water). Hal tersebut justru lebih baik karena aliran permukaan yang besar memungkinkan terjadinya sedimentasi pada badan sungai dan menyebabkan laju erosi semakin tinggi.

Jenis tanaman yang dibudidayakan juga berpengaruh terhadap pembentukan dan pemantapan agregat tanah. Adanya tanaman penutup tanah dan tanaman dengan perakaran yang kuat akan membentuk agregat yang mantap dan menciptakan ruang pori yang tidak mudah tersumbat apabila massa tanah hancur (contohnya akibat hujan). Dengan adanya ruang pori yang banyak dan mantap akan menyebabkan infiltrasi tanah tetap besar. Sebagian besar pada budidaya apel di DAS Brantas menggunakan tanaman penutup tanah, hal tersebut juga memberikan dampak sebagai penghambat aliran karena adanya tanaman penutup tanah yang rapat.

Page 24: LATARBELAKANG APELLL

DAFTAR PUSTAKA

Amron, Mochammad, March 16th 2009. Challenge of Brantas River Basin, Indonesia. Dipresentasikan pada peluncuran IWRM Guidelines at River Basin Level, 5th World Water Forum di Istanbul.

BP DAS Brantas, 2006. Data Pembangunan Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Profil Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil balai/bbws/new/profil brantas.pdf

Kartodihardjo, H, Murtilaksono, M dan Sudadi, U, 2004. Institusi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Konsep dan Pengantar Analisis Kebijakan. Fakultas Kehutanan Institur Pertanian Bogor.

Usman, Achmad Rusfandi. Comprehensive Development of The Brantas River Basin The Republic of Indonesia.

Ramu. P.E., Kikkeri V. December 2004. Brantas River Basin Case Study Indonesia. Research Support Budget of the World Bank.