1 A. Latar Belakang Menurut UU RI No. 5 tahun 1984 industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan bahan jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan. Seperti yang kita ketahui, industri merupakan sektor yang sangat fundamental sebagai sumber devisa bagi suatu negara. Negara yang maju adalah negara yang memiliki sektor industri yang baik. Indonesia seiring dengan perkembangan jaman mulai bergerak ke arah pembangunan sektor industri. Industri-industri yang bergerak dibidang tekstil, gas alam atau batu bara, makanan atau bahan pangan mulai bermunculan. Pada tahun 1978, di Kecamatan Jatitujuh mulai didirikan suatu industri yang bergerak pada bidang pangan, yaitu ditandai dengan didirikannya suatu pabrik yang cukup besar yaitu pabrik gula, pabrik ini memiliki lahan sekitar 104 ribu hektar untuk tanaman tebunya. Didirikan pada tahun 1978 namun mulai bisa beroperasi pada tahun 1990, banyak masyarakat di kecamatan Jatitujuh yang terserap untuk dapat bekerja di pabrik gula tersebut. Hadirnya suatu industri pada suatu daerah diharapkan agar bisa menciptakan suatu lapangan perkerjaan yang baru atau meskipun sudah ada lapangan pekerjaan, diharapkan lapangan pekerjaan di daerah tersebut menjadi lebih beragam. Suatu masyarakat yang memiliki pekerjaan diharapakan kesejahteraan pada kehidupan mereka bisa meningkat. Kesejahteraan pada kehidupan masyarakat akan berkorelasi dengan pendidikan dan kualitas sumber daya yang mereka miliki. Selain memberikan dampak positif pada daerah tersebut, hadirnya suatu industri akan memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitarnya, diantaranya pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah pada industri tersebut atau bahkan merusak fasilitas-fasilitas umum seperti jalan karena terlalu sering dilalui oleh kendaraan berat milik pabrik. Oleh karena itu, hadirnya suatu industri pada suatu daerah semata-mata diharapakan agar Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . t r a c k e r - s o f t w a r e . c o m Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . t r a c k e r - s o f t w a r e . c o m
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
A. Latar Belakang
Menurut UU RI No. 5 tahun 1984 industri adalah kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan bahan
jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk
kegiatan rancang bangun dan perekayasaan. Seperti yang kita ketahui,
industri merupakan sektor yang sangat fundamental sebagai sumber devisa
bagi suatu negara. Negara yang maju adalah negara yang memiliki sektor
industri yang baik. Indonesia seiring dengan perkembangan jaman mulai
bergerak ke arah pembangunan sektor industri. Industri-industri yang
bergerak dibidang tekstil, gas alam atau batu bara, makanan atau bahan
pangan mulai bermunculan. Pada tahun 1978, di Kecamatan Jatitujuh
mulai didirikan suatu industri yang bergerak pada bidang pangan, yaitu
ditandai dengan didirikannya suatu pabrik yang cukup besar yaitu pabrik
gula, pabrik ini memiliki lahan sekitar 104 ribu hektar untuk tanaman
tebunya. Didirikan pada tahun 1978 namun mulai bisa beroperasi pada
tahun 1990, banyak masyarakat di kecamatan Jatitujuh yang terserap untuk
dapat bekerja di pabrik gula tersebut.
Hadirnya suatu industri pada suatu daerah diharapkan agar bisa
menciptakan suatu lapangan perkerjaan yang baru atau meskipun sudah
ada lapangan pekerjaan, diharapkan lapangan pekerjaan di daerah tersebut
menjadi lebih beragam. Suatu masyarakat yang memiliki pekerjaan
diharapakan kesejahteraan pada kehidupan mereka bisa meningkat.
Kesejahteraan pada kehidupan masyarakat akan berkorelasi dengan
pendidikan dan kualitas sumber daya yang mereka miliki. Selain
memberikan dampak positif pada daerah tersebut, hadirnya suatu industri
akan memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitarnya, diantaranya
pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah pada industri tersebut
atau bahkan merusak fasilitas-fasilitas umum seperti jalan karena terlalu
sering dilalui oleh kendaraan berat milik pabrik. Oleh karena itu, hadirnya
suatu industri pada suatu daerah semata-mata diharapakan agar
Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai
untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi, misalnya
industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar.
Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang
berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya.
Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan
dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan
industri lainnya.
3. Klasifikasi Industri
a. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Baku Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda,
tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi: 1) Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh
langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan.
2) Industri non ekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.
3) Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.
b. Klasifikasi Industri Berdasarkan Tenaga Kerja Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri
dapat dibedakan menjadi: 1) Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga
kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.
2) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
3) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri keramik.
4) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.
c. Klasifikasi Berdasarkan Produksi Yang Dihasilkan Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:
1) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.
2) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.
3) Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.
d. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat
dibedakan menjadi: 1) Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah
yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.
2) Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja, industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.
3) Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri
perdagangan, industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.
e. Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau
tujuan kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi:
1) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
2) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
3) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
4) Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.
5) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.
f. Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan
menjadi: 1) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
2) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.
g. Klasifikasi Industri Berdasarkan Barang Yang Dihasilkan Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat
1) Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan industri percetakan.
2) Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan industri minuman.
h. Klasifikasi Industri Berdasarkan Mdoal Yang Digunakan Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat
dibedakan menjadi: 1) Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu
industri yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata, dan industri makanan dan minuman.
2) Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.
3) Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA. Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.
i. Klasifikasi Industri Berdasarkan Subjek Pengelola Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan
menjadi: 1) Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan
milik rakyat, misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri kerajinan.
2) Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas, industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri perminyakan, dan industri transportasi.
j. Klasifikasi Industri Berdasarkan Cara Pengorganisasian Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh
berbagai factor, seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasiannya, industri dapat dibedakan menjadi:
1) Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri makanan ringan.
2) Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi
pemasarannya relative lebih luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan industri mainan anak-anak.
3) Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.
k. Aneka Industri Industri ini merupakan industri yang tujuannya
menghasilkan bermacammacam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut: 1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi. 2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es,
dan mesin jahit, televisi, dan radio. 3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta,
plastik, obatobatan, dan pipa. 4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh,
kopi, garam dan makanan kemasan. 5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian,
kayu lapis, dan marmer.
Bila melihat klasifikasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
industri pabrik gula di kecamatan Jatitujuh termasuk tipe industri
ekstraktif, industri besar, industri sekunder, industri pertanian, industri
berorientasi pada pengolahan, industri hulu, industri ringan, industri
dengan modal patungan, industri negara dan berdasarkan cara
pengorganisasian termasuk pada industri besar.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Industri
Berdirinya suatu industri di suatu tempat tidak terlepas dari faktor-
faktor ekonomi, historis, manusia, politis, dan geografis. Sehubungan
dengan itu Robinson (Daljoeni:1992,58) memasukkan enam hal ke dalam
faktor geografis, yaitu:
a. Bahan Mentah Tidak ada bahan barang yang dapat dibuat jika tidak ada bahan mentahnya.
b. Sumber daya Tenaga (Power Resource) Ini menyangkut tenaga air atau pelistrikan untuk menggerakan mesin pabrik dapat pula bahan penggeraknya berupa petroleum atau gas karena mesin dapat berputar dengan menggunakan itu.
c. Suplai Tenaga Kerja Hal ini menyangkut dua segi: kuantitatif, artinya banyaknya orang yang direkut dan kualitatif, yakni berdasarkan keterampilan tekniknya.
d. Suplai Air Industri sangat memerlukan air untuk proses produksinya
e. Pasaran Tujuan utama dari perindustrian adalah memproduksi barang-barang untuk dijual dan untuk itu pasaran penting kedudukannya. Pasaran pada gilirannya tergantung pada dua hal yaitu: 1) Luasnya pasaran, artinya banyaknya penjual–belian atau omzet
pasarannya. 2) Kuatnya pasaran, khususnya ini bergantung pada taraf hidup
pelanggannya f. Fasilitas Transportasi
Transportasi lewat darat, air, atau udara amat diperlukan bagi industri. Ini berkaitan dengan dua hal, yaitu: 1) Usaha mendatangkan bahan mentah. 2) Usaha pelemparan produksi ke pasaran.
Sedangkan High Smith (dalam Abdurachmat, 1989:18)
menyatakan bahwa untuk meningkatkan usaha dan kegiatan industri
diperlukan beberapa faktor. Ada empat faktor yang mempengaruhi usaha
dan kegiatan industri, yaitu:
a. Faktor Sumber Daya Alam 1) Bahan mentah
Bahan mentah untuk industri merupakan yang terpenting di antara faktor sumber daya. Demikian pentingnya bahan mentah bagi perindustrian sehingga banyak usaha industri yang didirikan atau ditempatkan di daerah sumber daya mentah atau mendekati sumber bahan mentah atau berdekatan dengan pabrik lain yang produknya dijadikan sebagai bahan baku.
2) Sumber energi Sumber energi yang digunakan dalam kegiatan industri adalah minyak bumi, batu bara, gas alam, tenaga listrik, kayu, dan sebagainya.
3) Penyediaan air Air berguna untuk bahan pendingin, pencampur, dan pencuci sehingga dalam menempatkan dan menentukan lokasi industri harus memperhatikan air.
4) Iklim dan bentuk lahan Iklim akan mempengaruhi aktivitas kerja. Namun, adanya perkembangan teknologi pengaturan udara menyebabkan iklim tidak lagi menjadi faktor yang menentukan. Bentuk lahan
berpengaruh terhadap penempatan lokasi industri, baik terhadap bangunan industri maupun prasarana lalu lintas angkutan.
b. Faktor Sumber Daya Manusia 1) Penyediaan tenaga kerja
Kualitas maupun kuantitas tenaga kerja sangat berpengaruh dalam proses produksi. Penyediaan tenaga bergantung pada jumlah tenaga kerja yang tersedia dan tingkat upah yang berlaku. Pada industri kecil tenaga kerja yang terserap berasal dari daerah setempat.
2) Keterampilan dan kemampuan teknologi Suatu industri modern dengan mempergunakan mesin dan produksi masal memerlukan tenaga kerja terdidik dan terlatih.
3) Kemampuan berorganisasi Semakin kompleks suatu industri, maka semakin kompleks pula pengorganisasiannya. Oleh karena itu, diperlukan tenaga yang berkemampuan tinggi untuk mengorganisasikannya.
c. Faktor Ekonomi 1) Pemasaran
Pemasaran sama pentingnya dengan bahan mentah dan sumber energi dalam hal pengaruhnya terhadap perkembangan industri. Potensi pasaran kadang-kadang sangat menentukan hidup matinya suatu industri. Potensi pasaran ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya belinya.
2) Transportasi Biaya transportasi sangat penting bagi industri karena bahan mentah harus diangkut dan hasilnya dipasarkan.
3) Modal Modal sangat diperlukan untuk kegiatan industri. Beberapa macam industri memerlukan modal yang cukup besar. Pada umumnya modal lebih dinamis: bisa bergerak dari satu daerah ke daerah yang lain dan bisa diperoleh di mana saja. Namun demikian, sumber modal yang penting adalah yang berasal dari penduduk daerah atau negara berupa penghasilan negara dari pajak dan retribusi, tabungan penduduk, dan sebagainnya.
4) Nilai dan harga tanah Harga tanah yang tinggi di pusat kota mendorong usaha industri ditempatkan di daerah pinggiran karena pajak yang berbeda mempengaruhi usaha penyebaran daerah industri.
5. Lokasi Industri
Penyebaran lokasi industri ke daerah-daerah mempunyai arti
penting bagi pembangunan daerah yang dijadikan lokasi industri. Potensi
yang ada dapat terolah dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik itu
yang menyangkut potensi manusia maupun potensi alamiah. Sumaatmadja
(1989:185) mengemukakan :
‘Lokasi penyebaran industri ke daerah harus sesuai dengan kondisi geografi daerah yang bersangkutan. Kondisi geografi menyangkut potensi daerah yang dapat dikembangkan sebagai sumber daya mineral dan energinya, maupun yang menyangkut transportasi dan komunikasi dengan kondisi fisiknya.’
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gejala
geografis suatu daerah untuk dijadikan lokasi industri harus mempunyai
kemampuan sebagai penunjang kegiatan industri tersebut, selain harus
memperhatikan unsur tenaga kerja, bahan baku, pasaran, pengembangan
wilayah, dan pelestarian lingkungan.
Menurut Weber (dalam Daljoeni, 1992:63) dikatakan bahwa lokasi
industri harus dipilih tempat-tempat yang biayanya paling minimal. Inilah
prinsip dari Least Cost Location. Untuk mendapatkan itu perlu
diasumsikan enam kondisi sebagai berikut:
a. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim, dan
penduduknya.
b. Sumber daya atau bahan mentah.
c. Upah buruh.
d. Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang
diangkut atau dipindahkan, serta jarak antara terdapatnya sumber
daya (bahan mentah) dan lokasi.
e. Terdapat kompetisi antara industri.
f. Manusia itu berfikir rasional
Selanjutnya Weber (dalam Daljoeni, 1992:62) mengatakan
‘Ada tiga faktor yang utama menentukan lokasi industri, yaitu
material, konsumen, dan tenaga kerja. Semua itu ditimbang dengan
biaya transportasi’. Sedangkan losch (dalam Daljoeni 1992;78)
mengatakan ‘Suatu lokasi industri didirikan atas permintaan
sehingga disitu diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik
atau industri adalah dimana yang bersangkutan dapat menguasai
pasaran terluas, dengan demikian dapat dihasilkan paling banyak
pendapatan.’ Jadi dalam pemilihan lokasi industri harus
diperhatikan unsur tenaga kerja, bahan baku, pasaran,
pengembangan wilayah, dan kelestarian lingkungan.
6. Persebaran Industri
Industri mengalami perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain
tidak secara sekaligus, melainkan bertahap, misalnya dengan membuka
cabang-cabang ditempat baru, kemudia setalah cabang-cabang itu maju
dan dapat menggantikan induknya, maka industri induknya diberhentikan
dan digan dengan industri lain yang lebih sesuai dengan daerah itu.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran industri
ke suatu daerah. Djamari (1985: 46) menyebutkan penyebab itu adalah:
a. Lalu lintas yang cepat, mudah dan murah. Dengan kondisi ini suatu industri tidak akan selalau berdekatan dengan bahan mentah, tetapi bisa dekat sumber buruh atau pasar.
b. Kemajuan penggunaan tenaga listrik. Karena dengan sistem elektrifikasi yang mudah, maka sumber tenaga dapat diatur menurut kehendak manusia. Pengguanaan tenaga yang murah juga telah memperkuat pengaturan lokasi suatu industri.
c. Industri yang prosesnya sederhana dan tidak banyak membutuhkan tenaga skill, dijalankan oleh mesin-mesin otomatis, serta hasilnya sangat diperlukan oleh setiap orang. Maka industri demikian mudah penyebarannya kedaerah-daerah baru.
d. Peranan pemerintah terhadap desentralisasi industri. Tanpa bantuan pemerintah banya industri yang tidak bisa didirikan.
Penyebaran industri ke suatu daerah tidak terlepas dari campur
tangan yang dilakukan pemerintah berupa kebijakan desentralisasi industri.
Desentralisasi industri akan memberikan manfaat bagi suatu daerah,
karena akan mendongkrak ekonomi daerah tersebut.
7. Industri Pangan Gula (pabrik gula)
Gula merupakan salah satu komoditas utama Indonesia dan
menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Perkembangan industri
gula di tanah air ini tidak lepas dari sejarah berdirinya negara Indonesia.
9. Pengaruh Industri Terhadap Kehidupan Masyarakat
Industri didirikan dengan harapan agar kualitas kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik. Industri akan menagkibatkan perubahan
pada kehidupan masyarakat. Baik itu membawa perubahan kearah yang
lebih baik atau bahkan kearah yang lebih buruk. Perubahan tersebut
meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi
masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Dampak pembangunan
industri terhadap aspek sosial ekonomi meliputi mata pencaharian
penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan perdagangan,
dampak lainnya terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi
masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang. Dampak industri
terhadap aspek sosial budaya antara lain berkurangnya kekuatan mengikat
nilai dan norma budaya yang ada karena masuknya nilai dan norma
budaya baru yang dibawa oleh masyarakat pendatang atau migran.
Dampak pembangunan industri terhadap linkungan dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat.
Ciri-ciri masyarakat industri menurut Taylor (dalam Dharmawan,
1984: 17) yaitu:
a. Mereka selalu terbuka untuk menerima percobaan atau pengalaman yang baru termasuk tingkah laku.
b. Adanya pergeseran dari segala loyalitas (allegiance) yang disebabkan keturunan, dan semua penampilan perorangan yang telah diakui masyarakat setempat/pigure kearah pimpinan nasional yang lebih objektif.
c. Percaya kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kedokteran. d. Manghargai setiap perencanaan untuk kemajuan. e. Menaruh perhatian terhadap setiap community affairs dan local
poilitis. f. Tekun sekali terhadap perkembangan nasional dan
internasional.
1) Mata Pencaharian
Mata pencaharian adalah usaha yang dilakukan oleh manusia
untuk ememnuhi kebutuhan hidupnya. Usaha yang dilakukan akan
berkaitan dengan kondisi lingkungannya. Lingkungan yang agraris
Secara geografis Kecamatan Jatitujuh terletak di Sebelah Utara
Kabupaten Majalengka. Luas Wilayah Kecamatan Jatitujuh adalah
73,66 Km² yang berarti Kecamatan Jatitujuh hanya sekitar 6,12 % dari
luas Wilayah Kabupaten Majalengka (± 1.204,24 Km²). Batas
Administrasi Kecamatan Jatitujuh, sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu
Sebelah Selatan : Kecamatan Dawuan
Sebelah Barat : Kecamatan Kertajati
Sebelah Timur : Kecamatan Ligung
Tabel 1.1 Luas Wilayah Desa di Kecamatan Jatitujuh No Desa LUAS (Km2) 1 Biyawak 3,14 2 Pasindangan 2,26 3 Panongan 3,44 4 Panyingkiran 2,74 5 Randegan Kulon 2,41 6 Randegan Wetan 2,79 7 Putridalem 3,36 8 Jatitengah 5,94 9 Jatitujuh 3,14 10 Babajurang 1,70 11 Pilangsari 11,42 12 Jatiraga 8,92 13 Sumber Kulon 9,06 14 Sumber Wetan 9,07 15 Pangkalanpari 4,27 Jumlah 73,66
3) Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat
4) Menghitung frekuensi jawaban
5) Menghitung presentase dengan teknik presentasi dari setiap data yang
diperoleh.
6) Memvisualisasikan data dalam bentuk table
7) Menafsirkan data, sesuai dengan pertanyaan penelitian.
Teknik presentase yang digunakan adalah sebagai berikut:
P = 100%
Keterangan:
P = Besaran Presentase
F = Frekuensi Jawaban
n = Jumlah Total Responden
Kriteria penilaian skor yang digunakan berdasarkan kriteria Efendi
dan Manning (1987: 263)
Tabel 9.1 Kriteria Penilaian Skor
Presentase Kriteria 0% Tidak ada/tak seorang pun 1-24% Sebagian kecil 25-49% Kurang dari setengahnya 50% Setengahnya 51-74% Lebih dari setengahnya 75-99% Sebgian besar 100% Seluruhnya