LARANGAN VISUALISASI DALAM KONTEKS GAMBAR NABI MUHAMMAD SAW (Studi Analisis Hadis Dan Historis) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Ilmu Agama Islam Oleh: FADILAH YUSUF NIM: 212.4.10.492 KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADIS PROGRAM PASCASARJANA (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1437 H/2016 M
48
Embed
LARANGAN VISUALISASI DALAM KONTEKS GAMBAR NABI …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/624/2/212410492... · 2020. 4. 14. · LARANGAN VISUALISASI DALAM KONTEKS GAMBAR NABI MUHAMMAD
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LARANGAN VISUALISASI DALAM
KONTEKS GAMBAR NABI MUHAMMAD
SAW
(Studi Analisis Hadis Dan Historis)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)
Dalam Ilmu Agama Islam
Oleh:
FADILAH YUSUF
NIM: 212.4.10.492
KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADIS
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1437 H/2016 M
iv
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fadilah Yusuf
NIM : 212410492
Tempat/Tanggal Lahir: Bekasi, 24 Oktober 1982
Menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Larangan Visualisasi Dalam
Konteks Gambar Nabi Muhammad Saw (Studi Analisis Hadis Dan Historis)”
adalah benar-benar asli karya tulis saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah
disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 14 Shafar 1437 H
26 November 2015 M
Fadilah Yusuf
v
بسم الله الرحن الرحيم KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt, dzat
yang telah memberikan rahmat dan melimpahkan berbagai nikmat dan
karunianya, khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan tesis yang berjudul Larangan Visualisasi Dalam Konteks Gambar
Nabi Muhammad Saw (Studi Analisis Hadis Dan Historis).
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, para keluarga, para sahabat dan umatnya yang selalu setia
mengikutinya hingga akhir masa.
Penulis menyadari adanya banyak sekali bantuan dari berbagai pihak
baik berupa do’a, dukungan, motivasi, kritik dan saran selama menyelesaikan
tesis ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Dengan ini
penulis menghaturkan terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada
semua pihak yang telah membantu, baik berupa moril maupun materil,
terutama kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah
T. Yanggo, MA., sebagai penanggung jawab Program Pascasarjana IIQ
Jakarta.
2. Direktur Program Pascasarjana IIQ Jakarta, Bapak Dr. KH. Ahmad Munif
Suratmaputra, MA., sebagai pelaksana proses Program Pascasarjana IIQ
Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. H. Said Agil Husein al- Munawwar, MA., selaku
pembimbing penulis, yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing, mengarahkan dan memberi motivasi kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik.
4. Bapak Dr. H. Sahabuddin, MA., selaku pembimbing penulis yang banyak
memberikan arahan khususnya dalam metodologi dan wawasan yang
terkait dengan penulisan tesis ini.
5. Segenap dosen Program Pascasarjana yang telah membaktikan ilmunya,
membimbing dan mengarahkan penulis selama menimba ilmu di IIQ
Jakarta, jasamu sungguh besar semoga Allah selalu memberkahimu dan
semoga ilmu yang telah diajarkan menjadi amal jariyah yang memberikan
manfaat di akhirat kelak.
6. Seluruh staf, karyawan dan pustakawan IIQ, yang telah memberikan
fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk membaca dan melakukan
penelitian dalam rangka menyelesaikan tesis ini.
7. Kepada kedua orang tua penulis, H. Cecep Sudjaya rahimahullah dan
Mamahku tercinta Hj. Nani Maryanih, serta kedua mertua penulis Drs. H.
vi
Ali Sobari, MN dan Ustadzah Hj. Neneng Yuhana Yunus, S.E., yang
selalu memberikan motivasi dan senantiasa mendo’akan penulis.
8. Kepada istriku tercinta, Bariyah Kusuma Dewi, S. K. M., dan anak-anakku
tersayang Muhammad ayyasya Dhiyaul Haya dan Syamili dhiyaul Hubbi
yang dengan penuh kesabaran, kegigihan, keceriaan dan tawakal dalam
mendampingi penulis. Terima kasih atas motivasi, inspirasi dan do’a-
do’amu sayang.
9. Kepada Yayasan Pendidikan Putradarman Ibu Dr. H. Agustini .SW., M.
Pd., yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan study
di Pascasarjana IIQ Jakarta, semoga segala kebaikan beliau akan dibalas
oleh Allah Swt di dunia dan akhirat kelak. Âmîn….
10. Kepada saudara-saudara penulis yang tiada hentinya memotivasi penulis
baik moril maupun materil.
11. Kepada teman-teman dewan guru Putradama Islamic School yang
menjadi inspirasi dan memberi semangat selama dalam menyelesaikan
tesis ini. Antara lain Abi Arya, Abi Jauhar, Abi Dadang, Pak Agi, Pak
Abas, Pak Rendra serta seluruh teman-teman mahasiswa Pascasarjana
Ulum Al-Qur’an dan Ulum Al-Hadis IIQ Jakarta.
Akhirnya, hanya kepada Allah Swt penulis memohon semoga amal
baik dari berbagai pihak diterima dan mendapatkan ganjaran yang berlipat
ganda. Dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya kepada
penulis dan kepada para pembaca umumnya.
Jakarta, Muharram 1437 H
November 2015 M
Penulis
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman
kepada buku “Pedoman Akademik Program Pascasarjana” yang diterbitkan
oleh Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, 2011:
1. Konsonan
ARAB LATIN ARAB LATIN
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق ẖ : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
viii
h : ه s : س
, : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vocal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fatẖah : a ا : â ai : ..… ي
Kasrah : I ي : î au : ...... و
Dhammah : u و : û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti huruf-huruf al-qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf 1 (el) diganti dengan huruf yang
sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
Contoh:
ة دين ة al-Baqarah : ا لب قر al-Madinah : ا لم
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf al-syamsiyah,
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
ا لشمس ar-rajulu : ا لرجل : asy-syamsu
ix
4. Singkatan-singkatan
Swt. Subẖânahu Wata’âlâ
Saw. Shallallâhu ‘Alaihi wa Sallam
a.s. ‘Alaihissalâm
H. Tahun Hijriyah
M. Tahun Masehi
h. Halaman
cet. Cetakan
tt.p. tanpa tempat penerbit
t.p. tanpa penerbit
t.t. tanpa tahun
HR. hadis riwayat
Q.S. Al-Qur’an surat
x
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari munculnya beberapa kasus visualisasi
sosok Nabi Muhammad Saw dalam bentuk karikatur, lukisan dan film,
seperti kasus visualisasi sosok Nabi Muhammad Saw yang telah dimuat
dalam buku “Al-Qur’an dan Kehidupan Muhammad”, yang ditulis Kory
Blotikn dan telah memuat dua belas karikatur yang menghina Nabi
Muhammad Saw. Demikian pula dengan kasus diproduksinya sebuah film
amatir berjudul Innocence Of Muslims yang marak beredar di Youtube. Film
Innocence Of Muslim berisi tentang Nabi Muhammad Saw yang
digambarkan sebagai phedofil, homoseksual dan pembunuh, yang
menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat luas, ada yang setuju dan
tidak sedikit pula yang menentang, karena bertentangan dengan akidah Umat
Islam dan Ijma Ulama yang melarang memvisualisasikan Nabi Muhammad
Saw dalam bentuk karikatur, gambar, lukisan, maupun film.
Visualisasi Nabi Muhammad Saw adalah suatu permasalahan yang
terus menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, bukan hanya di
kalangan orang awam, akan tetapi juga sampai kepada akademisi dan ilmuan.
Adanya beberapa kejadian visualisasi Nabi Muhammad Saw yang sering
terjadi di beberapa negara Eropa dan Barat (Denmark, Perancis, Jerman, dan
lain-lain) seperti beberapa kasus di atas semakin membuat masalah ini
menarik untuk dibahas.
Sebagian orang menganggap bahwa visualisasi Nabi Muhammad Saw
adalah hal yang diperbolehkan dalam Syariat Islam, sementara sebagian yang
lain menganggap bahwa hal tersebut bertentangan dengan hadis-hadis sahih
yang melarang tentang menggambar makhluk yang bernyawa. Dalam hal ini
sebagian besar ulama sepakat bahwa menggambar makhluk yang bernyawa,
dalam hal ini sosok Nabi Muhammad Saw dilarang.
Fakta tersebut membuat masalah ini sangat menarik untuk dikaji, hal
tersebut juga mendorong penulis untuk mengungkap faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya visualisasi Nabi Muhammad Saw, bagaimana
otentisitas hadis-hadis yang berbicara tentang masalah ini, dan bagaimana
sosio-historis kondisi masyarakat Arab pada saat hadis-hadis tentang masalah
ini disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan tematik (maudhû’i), yaitu
mengumpulkan data berupa hadis-hadis yang berkaitan dengan topik
larangan memvisualisasikan Nabi Muhammad Saw untuk di takhrîj terutama
yang terdapat dalam al-kutub at-tis’ah guna mengungkap hadis-hadis dari
sumber aslinya. Kemudian dicari relevansi suatu hadis dengan hadis lainnya
dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Di mana penelitian ini
berusaha menggambarkan secara utuh konsep larangan memvisualisasikan
xi
Nabi Muhammad Saw dalam perspektif hadis-hadisnya. Sebelumnya data
yang diperoleh diproses dan dianalisa secara proporsional. Yakni dengan
memahami hadis-hadis terutama yang berkaitan dengan larangan
memvisualisasikan Nabi Muhammad Saw dengan memaparkan aspek yang
terkandung di dalam hadis, meliputi pemahaman terhadap kata dan kalimat,
asbâbul al-wurûd dan pemahaman yang pernah diberikan oleh nabi, sahabat,
tabi’in, dan pensyarah lainnya dari berbagai disiplin ilmu, seperti Bahasa,
hukum, pendidikan, dan lainnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah Para ulama
sepakat bahwa membuat ataupun memajang gambar atau lukisan makhluk-
makhluk yang bernyawa, dalam hal ini sosok Nabi Muhammad Saw dengan
tujuan menandingi atau meniru ciptaan Allah Swt, maka hal ini dilarang
secara tegas, sebab dikhawatirkan akan terjadi penyimpangan, seperti
menyembah gambar atau lukisan tersebut sebagaimana yang terjadi pada
masa jahiliyah. Hadis-hadis tentang masalah ini berderajat shaẖîẖ lizâtih.
Hikmah di balik larangan memvisualisasikan sosok Nabi Muhammad Saw
dalam bentuk film, foto, gambar bergerak, karikatur dan sejenisnya dapat
menjaga akidah Umat Islam dari kerusakan dan kehancuran, menghormati
dan memuliakan kedudukan beliau sebagai rasul utusan Allah Swt.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 18
C. Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................................................... 18
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitiaan ............................................................ 19
E. Metodologi Penelitian ............................................................................... 19
F. Kajian Pustaka ............................................................................................ 22
G. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 24
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG SENI LUKIS
A. Pengertian Seni Lukis ............................................................................... 27
B. Persamaan dan Perbedaan antara ) ................................... 31
C. Macam-macam Seni Lukis Berdasarkan Tujuan Pembuatannya ............. 44
D. Sejarah dan Perkembangan Seni Lukis .................................................... 45
E. Dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang Hukum Lukisan Makhluk
2 Herbert Read , The Meaning of Art, (New York : Pinguin Book, 1959), h. 1.
3Ismail Raji’ al-Faruqy, Cultural Atlas of Islam. Terj. Hartono Hadi Kusumo,
(Yogyakarta :Yayasan Bentang Budaya, 1999), h. vi. 4 Hamdy Salad, Agama Seni, “Refleksi Teologis Dalam Ruang Estetik”,
(Yogyakarta : Semesta, 2000), Cet. Ke-1, h. 25. Lihat Yusuf al-Qardawi, al-Islam wa al-
Fann (Islam dan Seni), Alih bahasa : Zuhairi Misrawi, (Bandung : Pustaka Hidayah, 2000),
h. 13.
2
Hal ini didasarkan pada dalil bahwa Nabi Saw menjelaskan dalam
sabdanya:
يعا عن يي ار وإب راهيمح بنح دينار ج دح بنح بش ث ن ومحم دح بنح المح ث نا محم حدعبةح عن أبان بن ثن يي بنح حاد أخب رنا شح ث ن حد بن حاد قال ابنح المح
قيمي عن إب راهيم النخعي عن علقمة عن عبد الله بن ت غلب ع ن فحضيل الفحلح النة من كان ف ق لبه مسعحودعن النب صلى اللهح عليه وسلم قال ل يدخح
ل إ ون ث وبحهح حسنا ون علحهح مث قالح ذرة من كب قال رجح ب أن يكح ل يح ن الرجحرح بطرح الق وغمطح الناس ب المال الكب يل يح 5.حسنة قال إن الله ج
مسلم(رواه )
Artinya: “telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-
Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar serta Ibrahim bin Dinar
semuanya dari Yahya bin Hammad, Ibnu al-Mutsanna berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Hammad telah mengabarkan
kepada kami Syu'bah dari Aban bin Taghlib dari Fudlail al-Fuqaimi
dari Ibrahim an-Nakha'i dari Alqamah dari Abdullah bin Mas'ud dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak akan
masuk surga, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi
dari kesombongan." Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-
laki menyukai apabila baju dan sandalnya bagus (apakah ini termasuk
kesombongan)?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah itu indah dan
menyukai keindahan, kesombongan itu menolak kebenaran dan
meremehkan manusia”. (HR. Muslim)
dan bahkan Al-Qur’an sendiri dipandang mengandung nilai artistik yang
sangat tinggi6.
5 Muslim ibn Hajjaj, Shaẖîẖ Muslim, no. 147, Kitâb al-Imân, Bâb Tahrîm al-Kibr
wa Bayânihi, (Beirut: Dâr Ibn Hajm, 1416 H), Cet. Ke-1, h. 93. 6 Yusuf al-Qardawi, al-Islam wa al-Fann (Islam dan Seni), h. 29.
3
Islam sendiri pernah melahirkan berbagai macam karya seni yang
mampu mencerahkan peradaban yang unik, yang berbeda dengan peradaban
lain; seperti kaligrafi, ornamen dan ukiran yang banyak menghiasi masjid,
rumah, gagang pedang, bejana-bejana yang terbuat dari kuningan, kayu,
tembikar dan lain sebagainya7.
Namun di sisi lain, dalam kajian keislaman, dialektika tentang seni
selalu saja seperti tertumbuk pada sebuah jalan buntu. Kesan tersebut muncul
akibat adanya sikap ambivalensi (pertentangan) kaum muslim sendiri dalam
menghadapi persoalan seni, sehingga para seniman muslim lebih memilih
bersikap menghindar dari kemungkinan menuangkan ide-ide seninya8.
Dari sekian banyak jenis seni, seni lukis yang merupakan salah satu cabang
seni yang menginduk pada cabang seni rupa adalah salah satu disiplin yang
paling banyak mendapatkan sorotan oleh kaum muslim9.
Tidak semudah seperti ketika membicarakan seni rupa lainnya, seperti
halnya arsitektur, kerajinan, dan kaligrafi, seni lukis dalam kesenian Islam
lebih banyak mendapat sorotan dan pembahasan dari para ahli hukum Islam.
Dalam hal ini terjadi ambivalensi dikalangan para ahli hukum Islam
mengenai persoalan boleh atau tidaknya atau bahkan halal dan haramnya
melukiskan makhluk-makhluk bernyawa, seperti manusia dan binatang.
Berbagai macam pendapat dan pembahasan bermunculan dari para ulama dan
pakar Islam, baik klasik maupun modern, tentang boleh tidaknya melukis
atau menggambar makhluk bernyawa10
.
Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah pertumbuhan dan
perkembangan Islam, bahwa pada awal-awal kelahiran Islam Rasulullah Saw
melarang terhadap seni lukis yang mengarah pada penggambaran makhluk-
makhluk hidup, baik manusia maupun binatang.
7 Yusuf al-Qardawi, al-Islam wa al-Fann (Islam dan Seni), h. 12.
8 Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam : Pertumbuhan dan perkembangannya,
(Bandung : Angkasa, 1993), h. 132, lihat Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam,
(Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), Cet. I, Jilid 3, h. 1016, lihat juga ShiDârta
Auctioneer, Islamic Art, h. 9. 9 Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam : Pertumbuhan dan perkembangannya, h.
131. 10
Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam : Pertumbuhan dan perkembangannya,h.
132.
4
Sebagaimana yang pernah beliau nyatakan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh al-Bukhârî: نا مع ث نا العمشح عن محسلم قال كح فيانح حد ث نا سح ث نا الحميدي حد حدعتح عبد الله ته تاثيل ف قال س ي ف رأى ف صحف مسرحوق ف دار يسار بن نح
عتح النب صلى اللهح عليه وسلم ي قحولح إن أشد الناس عذابا عند الله قال س صورحون البخارى(رواه ) .11ي وم القيامة المح
Artinya: “Al-Humaidî menceritakan kepada kami, ia berkata:”Sufyan
menceritakan kepada kami,” ia berkata: “al-A’masy menceritakan
kepada kami dari Muslim”, ia berkata kami pernah bersama Masruq di
rumah Yasar bin Numair ketika ia (Masruq) melihat beberapa lukisan
di dinding rumah tersebut ia berkata: aku pernah mendengar Abdullah
berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang paling pedih siksaanya dari Allah pada
hari kiamat kelak adalah para pelukis” (HR. al-Bukhârî)12
.
Mayoritas ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan hadis di atas
adalah para pelukis yang melukis makhluk hidup atau bernyawa, seperti
manusia dan binatang13
.
Akhir-akhir ini muncul beberapa kasus visualisasi sosok Nabi
Muhammad Saw dalam bentuk karikatur, lukisan bahkan film. Read Holihul,
seorang tokoh Islam Denmark, mengatakan bahwa kisah pelecehan itu
bermula dari buku yang melecehkan Islam, Al-Qur’an dan Kehidupan
Muhammad, yang ditulis Kory Blotikn dan telah memuat dua belas karikatur
yang menghina Nabi Muhammad Saw. Dalam salah satu karikatur itu, Nabi
Muhammad Saw digambarkan sebagai lelaki yang menggunakan sorban
berbentuk bom. Melalui karikatur-karikatur itu, Nabi Muhammad Saw dan
11 Muhammad ibn Ismail, Shaẖîẖ Al-Bukhârî , Kîtab al-Libâs, Bâb ‘Adzâb al-
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut yang melarang melukis
makhluk hidup:
ث نا أنسح بنح عياض عن عحب يد الله عن نافع أن نذر حد ث نا إب راهيمح بنح المح حدما أخب رهح هح ول الله صلى اللهح عليه عبد الله بن عحمر رضي اللهح عن أن رسح
بحون ي وم القيامة ي حقالح لحم وسلم قال إن الذين ي صن عحون هذه الصور ي حعذ البخارى(رواه .)18 أحيحوا ما خلقتحم
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al Mundzir
telah menceritakan kepada kami Anas bin Iyadl dari 'Ubaidullah dari
Nafi' bahwa Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma telah
mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya orang-orang yang membuat
gambar-gambar ini akan disiksa di hari Kiamat, di katakan
kepadanya; "Hidupkanlah apa yang telah kamu gambar ini” (HR. al-
Bukhârî ).
Dan beberapa hadis lain yang menyebutkan larangan melukis, secara
redaksional menegaskan larangan berbagai bentuk lukisan dan seni pahat
(patung). Jika kita terburu-buru dan hanya memaknai hadis tersebut secara
tekstual, maka larangan lukisan dan patung akan menjadi sebuah keharaman
mutlak yang berlaku kapan dan dimanapun itu. Akan tetapi, untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif alangkah baiknya jika
kita menelisik kembali sejarah dan dalam konteks bagaimana hadis itu
disabdakan.
Beranjak dari setting sosio-historis kondisi masyarakat Arab pada
waktu itu, ternyata umat Islam belum lama sembuh dari penyakit-penyakit
syirik yakni menyekutukan Allah dengan menyembah berhala, patung dan
sebagainya. Sejarah menyebutkan bahwa awal mula penyembahan patung
sebenarnya bermula dari sikap orang-orang pada zaman Nabi Nuh a.s yang
berlebihan dalam mengagungkan orang saleh. Setelah meninggal, mereka
kemudian membuat patung orang-orang saleh tersebut. Karena semasa
18
Muhammad ibn Ismail, Shaẖîẖ Al-Bukhârî , Kîtab al-Libâs, Bâb‘Adzâb al-
ور عن مح ث نا منصح مد حد ث نا عبدح العزيز بنح عبد الص ث نا نصرح بنح علي الهضمي حد نتح مع مسرحوق ف ب يت فيه تاثيلح مري حد سلم بن صحب يح قال كحعتح عبد الله بن مسعحود ي قحو ف قال مسرحوق هذا تاثي ولح الله صلى اللهح عليه وسلم لح كسرى ف قحلتح ل هذا تاثيلح مري ف قال مسرحوق أما إن س قال رسح لح
صورحون (ممسلرواه ) .أشد الناس عذابا ي وم القيامة المحArtinya: “Telah menceritakan kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdhami; Telah
menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin 'Abdush Shamad; Telah
menceritakan kepada kami Manshur dari Muslim bin Shubaih dia berkata;
"Aku pernah bersama Masruq di sebuah rumah yang di dalamnya ada patung
Maryam. Masruq berkata; 'Ini adalah patung raja Kisra, aku katakan;
'Bukan, tapi ini adalah patung Maryam. Masruq berkata; 'Aku mendengar
Abdullah bin Mas'ud berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat kelak
adalah orang yang suka menggambar”. (HR. Muslim)
Pada hadis di atas diceritakan bahwa suatu saat Ibn Shubaih bersama Masruq
memasuki rumah yang didalamnya terdapat patung Maryam. Maka Masruq pun
mengingatkan bahwa Ibn Mas’ud telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw telah
mengancam orang-orang pembuat patung. lihat: Ibrahim ibn Muhammad Kamaluddin yang
terkenal dengan Ibnu Hamzah al-Dimsyaqi al-Husaini, al-Bayân wa al-Ta’rîf fî Asbâb
Wurûd al-Hadîts al-Syarîf. (Beirut: al-Maktabah al-Ilmiyyah, tt), juz II, hlm. 40. Lihat Juga
Muslim ibn Hajjaj, Shaẖîẖ Muslim, no. 147, Kitâb al-Libâs wa Zînah, Bâb Lâ Tadkhul al-
Malâikah Baytan fîhi Kalbun wa lâ Shûroh, h. 1670.
8
Pendapat hukum gambar atau secara khusus visualisasi Nabi
Muhammad Saw secara garis besar dapat dibagi menjadi empat (4)
kelompok, yaitu:
pertama, mereka yang melarang keras segala rupa patung, gambar,
karikatur dan foto dengan alasan patung dan gambar dapat menjadi sarana
kesyirikan, karena awal mula dari kesyirikan dan kekufuran adalah adanya
pemujaan terhadap patung dan berhala. Selain itu terdapat hadis yang
menyatakan dengan jelas larangan menciptakan sesuatu yang menyerupai
ciptaan Allah.
Kedua, mereka yang membolehkan pembuatan lukisan, karikatur, foto
dan patung karena di masa sekarang tauhîd telah melekat dalam jiwa umat
Islam dan tidak dikhawatirkan lagi terjadi syirik disebabkan lukisan,
karikatur, foto dan patung-patung tersebut21
. Mereka berdalil dengan apa
yang disabdakan Rasulullah Saw, yaitu :
ث يم عن شهر بن حوشب عن ث نا عبدح الرزاق أخب رنا معمر عن ابن خح حدم قالحوا أساء بنت يزيد ياركح م ب أن النب صلى اللهح عليه وسلم قال أل أحخبحكح
و م ب لى يا رسح ل الله قال الذين إذا رحءحوا ذحكر اللهح ت عال ثح قال أل أحخبحكحون ب ي الحبة الباغحون للب حرآء فسدح اءحون بالنميمة المح م المش بشراركح
(رواه أحد) .22العنت Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq telah
mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ibnu Khutsaim dari Syahr bin
Ḫausyab dari Asma' binti Yazid dia berkata, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Maukah aku kabarkan kepada kalian
orang yang paling baik di antara kalian?" mereka menjawab, "Tentu
wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "mereka yang jika dipandang
wajahnya akan membuat orang ingat kepada Allah Ta'ala." Kemudian
beliau bersabda: "Maukah aku beritahukan kepada kalian orang yang
21
Pendapat ini disampaikan oleh salah seorang habib yang bernama Munzir ibn
Fuad Almusawa dalam rubrik tanya-jawab di website http://www.majelisrasulullah.org/. 22
Aẖmad ibn Muhammad ibn Ḫanbal, Musnad al-Imâm Aẖmad ibn Ḫanbal, Bâb
Di antara dalil yang menggambarkankan bentuk fisik Nabi Muhammad Saw
adalah hadis yang diriwayatkan Imâm at-Tirmidzî dan Imâm Aẖmad di bawah ini:
دح بن الحسي م ث نا أبحو جعفر مح جر المعن واحد حد ب وعلي بنح حح ث نا عيسى بنح يحونحس بن أب حليمة من قصر الحنف وأحدح بنح عبدة الض قالحوا حدم ثن إب راهيمح بنح مح ث نا عحمرح بنح عبد الله مول غحفرة حد كان علي رضي اللهح عنهح إذا وصف النب صلى اللهح عليه د من ولد علي بن أب طالب قال حد
د وكان رب عة من القوم و ت رد غط ول بالقصي المح م ن بالطويل المح يكح م وسلم قال طه ن بالمح يكح بط كان جعدا رجل و ن بالعد القطط ول بالس يكحن ي أهدبح الشفار جليلح كلثم وكان ف الوجه تدوير أب يضح محشرب أدعجح العي شاش والكتد أجر ول بالمح ي والقدمي إذا المح دح ذحو مسرحبة شثنح الكف
و وة وهح ا يشي ف صبب وإذا الت فت الت فت معا ب ي كتفيه خاتح النب ح م صدرا مشى ت قلع كأن هح ا وأشرحح وأصدقح الناس لجة خاتح النبيي أجودح الناس كفم عشرة من رآهح بديهة هابهح ومن خالطهح معرفة أحبهح ي قحولح ن هح م عريكة وأكرمح لهح ول ب عدهح مث لهح وألي ن حهح أر ق ب (رواه الترمذي) .اعتحهح
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibn Al Husain ibn
Abu Halimah Dâri daerah Qahsril Ahnaf, dan Aẖmad ibn 'Abdah Adl Dlabbi serta Ali
ibn Hujr sedangkan (riwayatnya) semakna, mereka berkata; telah menceritakan
kepada kami Isa ibn Yunus telah menceritakan kepada kami Umar ibn Abdullah
bekas budak (yang telah dimerdekakan oleh) Ghufrah, telah menceritakan kepadaku
Ibrahim ibn Muhammad -salah seorang anak Ali ibn Abu Thalib- dia berkata;
Apabila Ali radliallahu 'anhu menshifati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dia
berkata; Beliau adalah sosok orang yang berpawakan tidak terlalu tinggi dan tidak
13
pula terlalu pendek, orang yang berpawakan sedang-sedang, rambutnya tidak kaku
dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak pula kurus, wajahnya
sedikit bulat, kedua biji matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-
persendiannya yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada
bulu-bulu di badan, telapak kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan
di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara
kedua bahunya ada stempel kenabian yaitu stempel para Nabi, telapak tangannya
bagus, dadanya bidang, yang paling jujur bicaranya, yang lembut perangainya, yang
paling mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandangnya tentu menaruh
hormat kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya." Dia
melanjutkan; "Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau sebelum maupun
sesudahnya “(HR. Tirmidzî). Lihat Muhammad ibn Isa ibn Saurah at-Tirmidzî, Sunan
ث نا أبحو خالد ال ليمان حد عثاء علي بنح السن بن سح ثن أبحو الش ث نا عبد الله حد اج عن عحثمان عن أب عبد الله حد ليمانح بنح حيان عن حج حرح سحب ي بن ي عن نافع بن جح ئل علي رضي اللهح عنهح عن صفة النب صلى اللهح عليه وسلم ف قال ل قص المك ي ول طويل محشربا لونحهح ححرة حسن محطعم قال سح
ي ضخم الامة عر رجلهح ضخم الكراديس شثن الكف لهح ول ب عدهح صل الش أر مث لهح ق ب ا ي نحدرح من صبب أ كأن ى اللهح عليه طويل المسرحبة إذا مشى تكف (رواه أحد) .وسلم
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku
Abu Sya'tsa` Ali ibn Al Hasan ibn Sulaiman telah menceritakan kepada kami Abu
Khalid Al Ahmar, Sulaiman ibn Hayyan Dâri Hajjaj Dâri Utsman Dâri Abu Abdullah
Al Maki Dâri Nafi' ibn Jubair ibn Muth'im berkata; Ali Radhiallah 'anhu ditanya
tentang ciri-ciri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka dia menjawab; "Tidak
pendek dan tidak terlalu tinggi, warna kulitnya putih kemerah-merahan, rambutnya
bagus dan bergelombang, tulang pngkalnya besar, Jari-jari tangannya kasar,
kepalanya besar dan rambut dadanya panjang. Jika beliau berjalan tegak seolah-
olah sedang turun ketempat yang rendah. Saya belum pernah menjumpai orang
seperti beliau shallallahu 'alaihi wasallam sebelum dan sesudahnya "(HR. Aẖmad).
Lihat Aẖmad ibn Muhammad ibn Ḫanbal, Musnad al- Imâm Aẖmad ibn Ḫanbal,
Bâb Ali bin Abi Tholib, Jilid 2, no. 947, h. 258.
عاذ ث نا أب حد عاذ بن مح يدح الله بنح مح ثن أبحو عمرو العنبي عحب ث نا عبد الله حد عبةح عن ساك قال سألتح جابر بن سحرة عن صفة حد النب صلى اللهح ث نا شحوس العقب هح (رواه أحد) .عليه وسلم ف قال كان أشكل العي ضليع الفم من
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepadaku
Abu Amru Al 'Anbari Ubaidullah ibn Mu'adz ibn Mu'adz telah menceritakan kepada
kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Syu'bah Dâri Simak berkata; Aku
bertanya pada Jabir ibn Samurah tentang sifat Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam, ia
14
orang saleh maka tidak ada larangannya bahkan hal yang mulia, memajang
foto guru mulia dan orang saleh adalah hal mulia, sebagaimana sabda Nabi
Saw:
ث نا عبدح الله بنح فضل قال: حد ث نا بشرح بنح المح د قال: حد ث نا محسد حدث يم، عن شهر بن حوشب، عن أساء بنت يزيد قالت: قال عحثمان بن خح
م أل أحخبح »النب صلى اللهح عليه وسلم: م بياركح قالحوا: ب لى، قال: « كحم » م بشراركح قالحوا: ب لى، قال: « الذين إذا رحؤحوا ذحكر اللهح، أفل أحخبحكحون ب ي الحبة، الباغحون الب حرآء العنت » فسدح اؤحون بالنميمة، المح . 29«المش
البخارى(رواه )Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Bisyr bin al-Mufadhdhol berkata dari
Abdullah bin Utsmân bin Khutsaim dari Syahr bin Ḫausyab dari Asma'
binti Yazid dia berkata, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Maukah aku kabarkan kepada kalian orang yang paling
baik di antara kalian?" mereka menjawab, "Tentu wahai Rasulullah."
Beliau bersabda: "mereka yang jika dipandang wajahnya akan
membuat orang ingat kepada Allah Ta'ala." Kemudian beliau
bersabda: "Maukah aku beritahukan kepada kalian orang yang paling
jelek di antara kalian? Yaitu orang orang yang suka menebar fitnah,
yang merusak hubungan di antara dua orang bersaudara dan
menganiaya terhadap orang yang tidak disukai dengan
menyengsarakannya." (HR. al-Bukhârî).
Mengenai larangan memasang lukisan di masa Nabi Saw, yang
dilakukan sebagaimana para kuffar menggambar orang-orang saleh dan nabi
di masanya dahulu hal tersebut dilarang oleh Nabi Saw, karena disembah,
lalu menjawab, "Beliau bermata lentik, berbibir luas dan bertumit tipis"(HR.
Aẖmad). Lihat Aẖmad ibn Muhammad ibn Ḫanbal, Musnad al- Imâm Aẖmad ibn
Ḫanbal, Bâb Jabir ibn Samurah, Jilid 34, no. 20912, h. 464. 29
Muhammad ibn Ismail, al-Adab al-Mufrad , Bâb an-Namâm, Jilid 1, no. 323, h.
119.
15
namun jika justru untuk menambah ketakwaan kita pada Allah Swt maka hal
itu baik30
.
Adapun kelompok yang menolak visualisasi Nabi Muhammad Saw
berpendapat dengan menukil sabda Nabi Muhammad Saw, yaitu:
ث نا أبحو عوانة عن أب حصي عن أب صالح عن أب ث نا محوسى قال حد حدري رة يت هح ن ي ول تكت نحوا بكح وا باس عن النب صلى اللهح عليه وسلم قال تسم
يطان ل ي تمثلح ف صحور ومن كذب ومن رآن ف المنام ف قد رآن فإن الشدا ف ليتب وأ مقعدهح من النار البخارى(رواه .)31علي محت عم
Artinya:“Telah menceritakan kepada kami Musa telah menceritakan
kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Hushain dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah ia berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Berikanlah nama dengan namaku dan jangan
dengan julukanku. Karena barangsiapa melihatku dalam mimpinya
sungguh dia benar-benar telah melihatku, karena setan tidak sanggup
menyerupai bentukku. Dan barangsiapa berdusta terhadapku, maka
hendaklah ia persiapkan tempat duduknya dalam neraka.”(HR. Al-
Bukhârî).
Dalam hadis disebutkan larangan berbohong atas Nabi Saw dalam
bentuk umum, baik perkataan atau juga perbuatan. Dan memvisualisasikan
Nabi dalam sebuah gambar, atau pun karikatur tentu tidak akan pernah sama
dan sesuai dengan bentuk aslinya; karena tidak akan sesuai dan terlalu
banyak peran atau insting si artis (tukang seni) dalam karya tersebut. Tentu
ini sebuah kebohongan dalam bentuk perbuatan yang memang dilarang