SKENARIO 1
Laporan Tutorial 1
SKENARIO 1
MAPPING CONCEPT
Laki-laki, 19 thunmataLEARNING OBJECTIVE
1. Anatomi dan Fisiologi Mata
2. Pendekatan diagnosis (Anamnesis, Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan Penunjang)
3. Differensial Diagnosis Mata Merah Visus Normal4. Diagnosis
kerja yang paling mungkin
5. Pencegahan penularan dan EdukasiANATOMI DAN FISIOLOGI
MATA
ANATOMI MATA
I. Anatomi kelopak mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,
serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata
di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna
untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan
sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak mata akan mengakibatkan keringnya
permukaan mata. Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
a. Kelenjar seperti: kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau
kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar
Meibom pada tarsus
b. Otot seperti: M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di
dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak.
Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang
disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi N. fasialis. M. levator palpebra, yang
berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas
dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi
oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata
c. Di dalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan
ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara
pada margo palpebra
d. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari
rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
e. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima
orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita tarsus
(terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong
kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20
buah di kelopak bawah).
f. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. Palpebraeg.
Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus
frontal N. V, sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke
V.
h. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya
dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal
melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran
mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghaslkan musin.II. Anatomi
Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah
temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus
inferior.
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu:
Sistem produksi atau glandula lakrimal. Galndula lakrimal
terletak di temporo antero superior rongga orbita
Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus
nasolakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam
meatus inferior
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan
masuk ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila
pungtum lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan
keluar melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga
akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari
kelenjar lakrimal.Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus
nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus
lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai dakriositis, maka
cairan berlendir kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.III.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui
konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata
terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian:
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal
sukar digerakkan dari tarsus Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan
mudah digerakkan dari sklera di bawahnya Konjungtiva fornises atau
forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva
tarsal dengan konjungtiva bulbiKonjungtiva bulbi dan forniks
berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di bawahnya
sehingga bola mata mudah bergerak.
IV. Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola
mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih
tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang
berbeda.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu:
a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan
bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat
transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera
dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah
bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan
koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator
dipersarafi oleh simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di
persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan
siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik
mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling
dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan
membran neurosensoris yang akan merubah sinar dan diteruskan ke
otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi
retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat
gelatin yang hanya menempel papil dan saraf optik, makula dan pars
plana. Bila terdapat jaringan ikat di dalam badan kaca disertai
dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi
retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah
ekuatornya pada bagian badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata
mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar
dapat difokuskan di daerah makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar
lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga
orbita.
1. Kornea
Kornea adala selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas lapis:
a. Epitel
Tebalnya 50 m, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan
sel gepeng
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini
terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke
depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal
di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan
makula ikluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit
dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran
basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ektoderm permukaan
b. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
c. Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang di bagian perifer serat kolagen yang bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai
15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yan merupakan
fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
d. Membran Descement
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakng stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 m.
e. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40m. endotel-endotel pada membran descement melalui hemidesmosom
dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal
dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar
longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf.
Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam
waktu 3 bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan
sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan
terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh
kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk
kornea dilakukan oleh kornea.
2. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan
siliar, dan koroid.
Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang
diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk
menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf
optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada
setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus
lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi
satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea
posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar
posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf
optika.
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak
antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen
optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior yaitu:
a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang
mengandung serabut sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar
b. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal
dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi
pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.
c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis
untuk mengecilkan pupil
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan
sinaps. Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan
badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara
korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm temporal dan
7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar dan sirkular.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar
ke dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk
fungsi simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan
siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem
ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan
melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang akan mengakibatkan
mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan
intraokular.
Otot longitudinal badan siliar yang berinersi di daerah baji
sklera bila berkontraksi akan membuka anyaman trabekula dan
mempercepat pengaliran cairan mata melalui sudut bilik mata.
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi
akan mengakibatkan mengendurnya zonula Zinn sehingga terjadi
pencembungan lensa.
Kedua otot ini dipersarafi oleh saraf parasimpatik dan bereaksi
baik terhadap obat parasimpatomimetik.
3. Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua
pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang
sklerosis.
Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,
simulasi, koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur
akibat dari:
a. Berkurangnya rangsangan simpatis
b. Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu
bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi
midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks yang sempurna yang akan
menjadikan miosis.
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
diafragmanya dikecilkan.
4. Sudut bilik mata depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan
pangkal iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan
bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata
akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata
sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm,
baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot iris.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera
kornea dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin
melingkar 360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi
serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula
mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen
yaitu badan siliar dan uvea. Endotel dan membran descement dan
kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma
sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen,
dan sinekia posterior perifer.
5. Lensa mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk
lensa di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata
terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam
bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang
membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan
membentuk serat lensa terus menerus sehingga memadatnya serat lensa
di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian
sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk
atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa
dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut
sebagai korteks lensa. Korteks lensa yang terletak di sebelah depan
nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang di
belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian
perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa
di seluruh ekuatornya pada badan siliar
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu:
Kenyal karena memegang peranan penting dalam akomodasi yaitu
menjadi cembung
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan
Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan
presbiopia
Keruh atau apa yang disebut katarak
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi6. Badan
kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang
terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair
di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak
dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan
fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar tetap
bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa
ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola
mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,
pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan
tidak terdapatnya pembuluh darahdan sel. Pada pemeriksaan tidak
terdapatnya kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian
retina pada pemeriksaan oftalmoskop.
7. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina
dan terdiri atas lapisan:
a. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar yang terdiri atas
sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi
c. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel
kerucut dan batang
d. Lapis pleksiform luar merupakan lapis aselular dan merupakan
tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel
horizontal
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel
horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari
arteri retina sentral
f. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakanb
tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengans sel ganglion
g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada
neuron kedua
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion
menuju ke arah saraf optik
i. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara
retina dan badan kaca
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia
dan iskemia dan merah pada hiperemia.
Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri
oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf
optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi
dari koroid.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan sunjektif
retina seperti: tajam penglihatan, pengliahtan warna, dan lapang
pandang. Pemeriksaan objektif seperti: elektroretinografi (ERG),
elektrookulografi (EOG), dan visual evoked response (VER).
8. Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2
jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut
papilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang
diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf
optik ataupun perubahan toksik dan anoksik yang mempengaruhi
penyaluran aliran listrik
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil
saraf optik sampai kornea.Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis
jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga
mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sklera kaku dan
tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.
Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien DM, atau merendah pada
eksoftalmus goiter, miotika dan meminum air banyak.
V. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7
tulang yang membentuk dinding orbita: lakrimal, etmoid, sfenoid,
frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang
maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua
sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45
derajat dengan dinding medialnya.
Dinding orbita terdiri atas tulang:
1. Superior: os. Frontal
2. Lateral
: os. Frontal, os. Zigomatikus, ala magna os. Sfenoid
3. Inferior
: os. Zigomatik, os. Maksila, os. Palatina
4. Nasal
: os. Maksila, os. Lakrimal, os. Etmoid
VI. Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan
sewaktu aksi otot.
Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot:
1. Otot oblik inferior
Oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal, tulang
lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan
makula, dipersarafi saraf okulomotor bekerja untuk menngerakkan
mata ke atas, abduksi dan eksiklotorsi
2. Otot oblik superior
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang
sfenodi do atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan di
katrol balik dan kemudian berjalan di atas rektus superior yang
kemudian beninsersi pada sklera di bagian temporal belakang bola
mata.
Mempunyai aksi pergerakkan miring dari troklea pada bola mata
dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan
searah atau mata melihatke arah nasal. Berfungsi menggerakkan bola
mata untuk depresi terutama bila melihat ke nasa, abduksi dan
insiklotorsi
3. Otot rektus inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn.
Fungsi menggerakkan mata:
(a)Depresi,(b)Eksoklotorsi,(c)Aduksi
4. Otot rektus lateralRektus lateral mempunyai origo pada anulus
Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi
N. VI, dengan pekerjaan menggerakkan bola mata terutama
abduksi.
5. Otot rektus medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus
dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada
pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Berfungsi
menggerakkan mata untuk aduksi.
6. Otot rektus superior
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura
orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan
rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis
retrobulbar.Fungsinya menggerakkan mata-elevasi terutama bila mata
melihat ke lateral:
Aduksi
Insiklotorsi
FISIOLOGI MATA
Mata Membiaskan Cahaya Yang Masuk Untuk Memfokuskannya Ke
RetinaCahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang
terdiri atas paketpaket individual seperti partikel yang disebut
foton yang berjalan menurut caracara gelombang. Jarak antara dua
puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Fotoreseptor di
mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700
nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari
spektrum elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang
gelombang pada pita tampak dipersepsikan sebagai sensasi warna yang
berbedabeda. Panjang gelombang yang pendek dipersepsikan sebagai
ungu dan biru, panjang gelomang yang panjang diinterpretasikan
sebagai jingga dan merah.
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu
berkas cahaya berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan
tertentu ke medium denagn tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya
bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui medium
transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu berkas
cahaya masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya
tersebut melambat (begitu pula sebaliknya). Berkas cahaya mengubah
arah perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada setiap
sudut kecuali sudut tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif
antara dua media dan sudut jatuhnya benda ke madium kedua. Pada
permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar
kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat
lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan
konvergensi atau penyatuan, berkasberkas cahaya, yaitu persyaratan
untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian,
permukaan refraktif mata besifat konveks. Lensa dengan permukaan
konkaf (cekung) menyebabkan divergensi (penyebaran) berkasberkas
cahaya, suatu lensa konkaf berguna untuk memperbaiki kesalahan
refrektif mata tertentu, misalnya berpenglihatan dekat.
Akomodasi Meningkatkan Kekuatan Lensa Untuk Penglihatan
DekatKemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumbar cahaya dekat
maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi.
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot
siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu
spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Korpus siliaris
memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris dan jaringan
kapiler (yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah
otot polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum
suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan
menarik lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan
refraksi minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini
berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur.
Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium,
lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas
inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin
bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih
dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk
memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih dekat untuk
penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf
otonom. Seratserat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot
siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem syaraf
parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan
dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari seratserat
transparan. Kadangkadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga
berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal
dengan katarak. Lensa detektif ini biasanya dapat dikeluarkan
dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang
lensa buatan atau kacamata kompensasi.
Seumur hidup hanya selsel ditepi luar lensa yang diganti. Selsel
di bagian tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Selsel tersebut
tidak hanya merupakan sel tertua, tetapi juga terletak paling jauh
dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan
pertambahan usia, selsel di bagian tengah yang tidak dapat diganti
ini mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi
mampu mengambil bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi saat
melihat dekat. Penurunan kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan
usia ini, presbiopia, yang mengenai sebagian besar orang pada usia
pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka memerlukan lensa
korektif untuk penglihatan dekat.
Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks
penglihatan. Sebagian diproyeksikan ke daerahdaerah otak lain untuk
tujuantujuan selain persepsi penglihatan langsung, seperti :
Mengontrol ukuran pupil
Sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas
cahaya (siklus tidurbangun disesuaikan dengan siklus
siangmalam).
Kontribusi terhadap kewaspadaan dan perhatian korteks.
Kontrol gerakangerakan mata.
Mengenai yang terakhir, kedua mata dilengkapi oleh enam otot
mata eksternal yang menempatkan dan menggerakkan mata, sehingga
mata dapat menentukan gerakan, lokasi, melihat, dan mengikuti
benda. Gerakan mata adalah salah satu gerakan tubuh tercepat dan
terkontrol secara tajam.
Mekanisme Protektif Membantu Mencegah Cedera MataBeberapa
mekanisme membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali bagian
anteriornya, bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata
berada. Kelopak mata berfungsi sebagai shutter (daun penutup) untuk
melindungi bagian anterior mata dari gangguan luar. Kelopak mata
menutup secara refleks untuk melindungi mata pada saatsaat yang
mengancam, misalnya bendabenda yang datang cepat, cahaya yang
sangat menyilaukan, dan keadaankeadaan sewaktu kornea atau bulu
mata tersentuh. Kedipan kelopak mata secara spontan berulangulang
membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan dan
bersifat bakterisidal. Air mata diproduksi secara terusmenerus oleh
kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas dibawah kelopak mata.
Cairan pembersih mata ini mengalir melalui permukaan kornea dan
bermuara ke saluran alus di sudut kedua mata dan akhirnya
dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak
dapat menangani produksi air mata yang berlebihan sewaktu menangis,
sehingga air mata membanjir dari mata. Mata juga dilengkapi dengan
bulu mata protektif yang menangkap bendabenda halus di udara
seperti debu sebelum masuk ke mata.
Keluhan Penderita dengan Kelainan Mata
Diagnosis Melalui Keluhan
Keluhan yang dikeluhkan penderita perlu digali lebih lanjut
untuk mendapatkan keterangan lebih terarah pada penyakit sehingga
lebih mudah menegakkan diagnosis serta memberikan keterangan pada
pasien mengenai penyakitnya.
Perlu pula dicatat hal yang terkait dengan keterangan yang
didapatkan dari kelengkapan status yang sering sudah menjadi baku,
seperti nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan anamnesis
mengenai perjalanan penyakitnya.
Jenis kelamin perlu diperhatikan karena ada penyakit yang sering
terdapat pada jenis kelamin tertentu, seperti glaukoma kongestif
akut, buta warna dan lainnya.
Pekerjaan pasien juga dapat menyebabkan beberapa penyakit
tertentu seperti trauma di dalam pabrik atau di dapur. Pada jenis
pekerjaan tertentu diperlukan syarat seperti tajam penglihatan
untuk dapat melakukan pekerjaan. Pekerjaan tertentu lainnya
memerlukan penglihatan stereoskopis dan penglihatan warna yang
baik. Keluhan dan akibat keluhan ini dapat memberikan akibat
pekerjaan pada pasien.
Anamnesis yang baik dapat mengarah diagnosis. Anamnesis yang
perlu ditanya seperti telah berapa lama penyakit diderita. Biasanya
penyakit mata dianggap akut bila terjadi dalam satu minggu, dan
kronis bila telah 2 minggu diderita. Akut dan kronisnya suatu
penyakit tentu akan mengakibatkan prognosis tertentu. Uveitis akut
bila diberi pengobatan adekuat tidak akan mengakibatkan cacat sisa
yang banyak dibanding dengan uveitis kronis. Glaukoma akut akan
memberikan prognosis lebih buruk dibanding glaukoma simpleks.
Dengan anamnesis sesungguhnya sudah mulai dapat diperkirakan
kemungkinan patogenesis terjadinya keluhan yang dikemukakan pasien.
Anamnesis dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi
diagnosis berdasarkan patogenesis penyakit yang sesuai dengan
keluhan.
Keluhan Penderita Dengan Kelainan Mata
Kelopak mata berkedut (twitch)
Kedutan pada kelopak mata dapat terjadi pada kelelahan yang
berat, kurang tidur, iritasi kornea atau konjungtiva, spasme
hemifasial, dan kadang-kadang akibat elektrolit serum yang abnormal
atau anemia.
Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan penderita yang paling sering
ditemukan. Keluhan ini dapat disebabkan karena kelainan mata
ataupun keadaan lainnya.
Menurut kedaruratan, maka penyebab kelainan mata yang dapat
memberikan keluhan sakit kepala ialah glaukoma akut, glaukoma
simpleks, pasca herpes zoster, uveitis, selulitis orbita,
endoftalmitis, neuritis, semua kelainan yang memberikan keluhan
fotofobia, kelainan ref raksi yang tidak dikoreksi, anisometropia,
presbiopia dan juling. Pemakaian miotika dapat pula menyebabkan
sakit kepala.
Sakit kepala dapat juga timbul akibat kelainan lain seperti pada
sinusitis, histeria, migren, neuralgi trigeminus, neuralgia
hipertensif, sakit gigi, tekanan intrakranial meninggi, meningitis
atau adanya proses intrakranial lainnya.
Hal yang perlu diperhatikan ialah apakah sakit kepala disertai
dengan demam, edema papil, kaku tengkuk, tanda saraf lainnya, dan
penurunan tajam penglihatan, selain apakah disertai mual dan
muntah.
Bulu mata rontok atau madarosis
Madarosis dapat terjadi akibat pengobatan epinefrin kronik,
sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, kelainan endokrin (hipertiroidisme),
radang kelopak (blefaritis, herpes zoster, infeksi jamur), dan
beberapa jenis penyakit kulit.
Sakit mata pada pergerakan bola mata
Sakit pada gerakan bola mata terdapat pada neuritis optik,
inluensa, selulitis orbita, fraktur orbita yang menjepit otot,
pasca bedah juling selain histeria dan malingering.
Mata gatal dan berair
Mata gatal dan berair merupakan keluhan yang sering ditemukan
pada kelainan mata. Keluhan ini didapatkan pada blefaritis,
konjungtivitis, keratitis, skleritis, trauma mata, benda asing pada
mata, mata kering, trikiasis, enteropion, lagoftalmos dan pada
setiap keadaan dengan kelainan konjungtiva seperti radang, alergi,
jaringan ikat, kalazion dan terkena benda asing.
Mata berlendir atau kotor dan belekan
Keluhan mata belekan atau kotor yang sering dinyatakan oleh
penderita kadang-kadang mempunyai arti tertentu untuk menegakkan
diagnosis konjungtivitis.
Sekret hanya dapat dikeluarkan oleh epitel yang mempunyai sel
lendir atau pada sel Goblet konjungtiva. Bila terdapat keluhan
sekret yang berlebihan oleh penderita hal ini menunjukkan terjadi
kelainan pada konjungtiva.
Biasanya kelainan ini berupa radang konjungtiva atau
konjungtivis.
Jumlah sekret konjungtiva akan lebih banyak sewaktu bangun pagi.
Penutupan kelopak yang lama akan membuat suhu sama dengan suhu
badan. Pada kelopak mata yang terbuka suhu mata biasanya lebih
rendah dibanding suhu badan akibat penguapan air mata.
Suhu mata yang sama dengan suhu badan akan mengakibatkan
berkembang biaknya kuman dengan balk. Suhu badan merupakan
inkubator yang optimal untuk kuman sehingga kuman akan memberikan
peradangan yang lebih berat pada konjungtiva, sehingga sekret akan
bertambah di waktu bangun pagi.
Bentuk sekret yang terlihat kadang-kadang sudah membantu untuk
mengarahkan kemungkinan penyebab radang konjungtiva.
Fotofobia atau perasaan silau dan sakit
Ini merupakan keadaan tidak tahan atau terlalu sensitifnya mata
terhadap cahaya, mudah silau disertai dengan rasa sakit.
Keluhan ini terdapat pada radang mata luar (konjungtivitis dan
keratitis) radang mata dalam atau uveitis, dan kelainan mata
lainnya seperti rangsangan pada kornea, migren, rangsangan saraf
trigeminus, edema kornea, katarak, psikogenik, neuritis
retrobulbar, midriasis pupil, aniridia, miopia, albino, glaukoma
kongenital, eksotropia, buta warna total dan kekeruhan kornea.
Sering ditemukan pada pasien campak dan meningitis.
Melihat benda menjadi lebih kecil atau mikropsia
Mikropsia akan ditemukan pada retinopati serosa sentral, parese
akomodasi, dan histeria atau malingering.
Kelopak bengkak
Kelopak mata akan bengkak oleh radang ataupun bukan radang.
Peradangan seperti hordeolum, blefaritis, konjungtivitis,
selulitis, dan trauma akan dapat mengakibatkan edema palpebra.
Kalazion, blefarokalasis, penyakit ginjal, jantung, dan tiroid
merupakan penyebab edema palpebra yang bukan merupakan radang
kelopak.
Gelap atau penglihatan turun mendadak pada satu mata
Visus yang turun mendadak dapat terjadi pada oklusi ateri dan
vena sentral retina, glaukoma akut sudut sempit, ablasi retina,
neuritis optik, edema kornea akut, trauma mata atau keracunan obat,
hifema, perdarahan badan kaca, ablasi serosa makula, iskemik optik
neuropati, luksasi lensa dan perdarahan retrobulbar selain oklusi
oftalmika dan arteri karotid.
Bila visus berkurang hanya sewaktu dan menjadi normal kembali
setelah 24 jam biasanya disebabkan papil edema, amaurosis fugaks
(unilateral), insufisiensi arteri vertebrobasilar (binokular).
Penglihatan turun perlahan tanpa sakit yang berlangsung lebih
dari minggu hingga tahun terdapat pada katarak, glaukoma sudut
terbuka, dan retinopati menahun.
Penglihatan yang turun dengan rasa sakit terdapat pada glaukoma
akut, uveitis, dan neuritis optik.
Gelap atau penglihatan turun mendadak pada kedua mata
Visus turun mendadak pada kedua mata dapat ditemukan pada
cerebrovascularaccidentdengan perdarahan oksipital, migren,
intoksikasi, hipertensi maligna, dan histeria.
Halo sekitar sumber cahaya
Halo atau terdapatnya pelangi sekitar sumber cahaya yang dilihat
dapat diakibatkan glaukoma, katarak, edema kornea, pseudofakos, dan
obat seperti digitalis, dan klorokuin.
Fotopsia
Keluhan fotopsia atau melihat pijaran halilintar kecil pada
lapang pandangan didapatkan pada traksi vitreoretinal, pembentukan
ruptur pada retina, ablasi posterior badan kaca, koroiditis, trauma
mata, hipotensi atau kolap pembuluh darah retina, sinkope, migren,
dan penyakit serebrovaskular.
Astenopia atau kelelahan waktu membaca
Astenopia didapatkan pada kelainan refraksi yang tidak dikoreksi
dengan betul, presbiopia, anisometropia yang berat, insufisien
konvergen, paresis otot penggerak mata, dan penerangan waktu baca
yang tidak balk.
Diplopia monokular
Diplopia monokular merupakan keluhan yang dapat diberikan oleh
penderita dan sebaiknya yang diperhatikan adalah adanya kelainan
refraksi. Bila terjadi gangguan pembiasan sinar pada mata, maka
berkas sinar tidak homogen sampai di makula yang akan menyebabkan
keluhan diplopia monokular ini.
Aberasi optik dapat terjadi pada kornea yang iregular akibat
mengkerutnya jaringan parut pada kornea atau permukaan kornea yang
tidak teratur. Hal ini dapat juga terjadi pada pemakian lensa
kontak lama atau tekanan kalazion.
Diplopia monokular sering dikeluhkan oleh penderita katarak
dini. Hal ini juga akibat berkas sinar tidak difokuskan dalam satu
kesatuan.
Kadang-kadang iridektomi sektoral juga memberikan keluhan
diplopia.
Diplopia monokular nonrefraktif ditemukan pada penderita
koresponden retina abnormal disertai strabismus sesudah tindakan
pembedahan, pada orang dengan migren, tumor intrakranial dan
histeria.
Kelainan di luar bola mata yang dapat menyebabkan diplopia
monokular ialah bila melihat melalui tepi kaca mata, koreksi
astigmatisme tinggi yang tidak sempurna, sedang kelainan optik di
dalam mata yang memberikan keluhan diplopia monokular ialah miopia
tinggi, astigmat iregular, dislokasi lensa, udara atau benda
transparan dalam mata, spasme iregular dari badan siliar dan
megalokornea, makulopatia, ablasi retina, iridodialis, irregular
tear film (film air mata) dan katarak.
Untuk memastikan diplopia monokular penderita disuruh menutup
mata yang sehat dan ditanyakan apakah melihat ganda dengan satu
mata yang dibuka.
Diplopia binokular
Pada esotropia atau satu mata bergulir ke dalam maka bayangan di
retina terletak sebelah nasal makula dan benda seakan-akan terletak
sebelah lateral mata tersebut sehingga pada esotropia atau
strabismus konvergen didapatkan diplopia tidak bersilang
(uncrossed) atau homonimus.
Sedang pada eksotropia atau strabismus divergen sebaliknya yaitu
diplopia bersilang (crossed) atau heteronimos.
Penyebab diplopia binokular dapat terjadi karena miastenia
gravis, parese atau paralisis otot penggerak mata ekstraokular.
Saraf ke Ill yang mengenai satu otot kemungkinan adalah lesi
nuklear (perdarahan, sifilis, mutipel sklerosis) dan miastenia
gravis.
Foria atau tropic yang tidak dapat dikompensasi. Diplopia yang
terjadi akan mempengaruhi pasca bedah pada korespondensi retina
anomali dengan atau tanpa ambliopia. Gangguan konvergen dan
divergen atau paralisis, miopia okular seperti yang terdapat pada
distiroid, oftlamoplegia dan miositis okular dengan akan meberikan
keluhan diplopia.
Kelainan pertumbuhan dalam rongga orbita seperti selulitis,
tumor, perdarahan, sindrom orbita dan perlengketan otot penggerak
mata.
Kelainan yang dapat meberikan keluhan diplopia binokular
terdapat juga pada aniseikonia dan psikogenik. Kadang-kadang secara
fisiologik dalam bentuk kelelahan, sesudah konstusi serebri dan
histeri.
Buta dengan sakit pada mata
Buta dengan rasa sakit biasanya disebabkan kelainan edema
kornea, uveitis, dan tekanan intraokular yang sangat tinggi.
Buta senja atau malam
Buta senja dapat disebabkan kelainan defisiensi vitamin A,
miopia progresif, refraksi, glaukoma lanjut, atrofi papil berat,
pupil kecil (akibat miotika), retinitis pigmentosa, dan obat
seperti klorokuin dan kinina.
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Mata Merah
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar.
Keluhan ini timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang
sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Pada mata normal sklera
terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui bagian
konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia
konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah
ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan
pembuluh darah.
Bila terjadi perlebaran pembuluh darah konjungtiva atau
episklera atau perdarahan antara konjungtiva dan sklera maka akan
terlihat warna merah pada mata yang sebelumnya berwarna putih.
Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah
konjungtiva, yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya :
konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis.
Pada konjungtivitis di mana pembuluh darah superfisial yang
melebar, maka bila diberi epinefrin topikal akan terjadi
vasokonstriksi sehingga mata akan kembali putih.
Pada keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan
melebar.
Pada iritis dan glaukoma akut kongestif, pembuluh darah arteri
perikornea yang letak lebih dalam akan melebar. Pada konjungtiva
terdapat pembuluh darah :
Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva
bulbi
Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang
:
Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri
siliar posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor
atau pleksus siliar, yang akan memperdarahi iris dan badan
siliar.
Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.
Arteri episklera yang terletak di atas sklera, merupakan bagian
arteri siliar anterior yang memberikan pedarahan ke dalam bola
mata.
Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan
terjadi mata merah.
Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi
akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan
darah tertimbun di bawah jaringan konjungtiva. Keadaan ini disebut
sebagai perdarahan subkonjungtiva.
Injeksi Konjungtival
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior. Injeksi
konjungtival ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi,
ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.
Injeksi konjungtival mempunyai sifat :
Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri
konjungtiva posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi
yang mudah dilepas dari dasarnya sklera,
Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan
di dae rah forniks
Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer, karena
asalnya dari bagian perifer atau arteri siliar anterior
Berwarna pembuluh darah yang merah segar
Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara -
Gatal
Fotofobia tidak ada
Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.
Injeksi Siliar
Melebarnya pembuluh darah perikornea (a. siliar anterior) atau
injeksi siliar atau injeksi perikornea terjadi akibat radang
kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan
uvea, glaukoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis.
Injeksi siliar ini mempunyai sifat :
Berwarna lebih ungu dibanding dengan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva.
Pembuluh darah tidak tampak
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan,
karena menempel erat dengan jaringan perikornea.
Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat
sekitar kornea, dan berkurang ke arah forniks
Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin
atau adrenalin 1 : 1000
Hanya lakrimasi
Fotofobia
Sakit tekan yang dalam sekitar kornea
Pupil iregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma)
Tabel: Diagnosis banding melebarnya (injeksi) pembuluh darah
Injeksi KonjungtivalInjeksi Siliar/PerikornealInjeksi
Episkleral
Asala. konjungtiva posteriora. siliara. siliar longus
MemperdarahiKonjungtiva bulbiKornea segmen
anteriorintraokular
Lokalisasikonjungtivadasar konjungtivaepisklera
WarnamerahunguMerah gelap
Arah aliran/lebarke periferke sentralke sentral
Konjungtiva digerakkanikut bergeraktidak bergeraktidak ikut
bergerak
Dengan epinefrin 1:1000menciuttidak menciuttidak menciut
Penyakitkonjungtivakornea, iris, glaukomaglaukoma,
endoftalmitis, panoftalmitis
Sekret+--
Penglihatannormalmenurunsangat menurun
Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi
konjungtival dapat memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan
dan gejala tambahan lain berikut :
1. Penglihatan menurun.
2. Terdapat atau tidak terdapatnya sekret
3. Terdapatnya peningkatan tekanan bola mata pada keadaan mata
merah tertentu sehingga diperlukan pemeriksaan tekanan bola
mata.
Umumnya pada mata merah terdapat beberapa kemungkinan penyebab
seperti konjungtivitis akut, iritis akut, keratitis, tukak kornea,
skleritis, episkleritis, glaukoma akut, endoftalmitis, dan
panoftalmitis.
Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal,
ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media
penglihatan bersama-sama mata yang merah.
TABEL PERBANDINGAN DIAGNOSIS DIFERENSIAL
PenyakitMata merah & NyeriVisusInjeksiDischargeBengkak
kelopakLain-lain
BlefaritisNyeri orbita dan kelopak mata, gatal, lakrimasiTidak
menurun__Kemerahan pada tepi kelopak mata
+Proptosis, krusta bulu mata, telangiektasia
Hordeolum (stye)Iritasi akut & nyeri lokalTidak
menurun__+Nodul inflamasi kecil
Selulitis orbitaNyeri tak adaN/ menurunDifus dengan kemosis
hebat_+Unilateral, kemosis, restriksi kelopak mata, demam,
malaise
KalazionNyeri kelopak mataTidak menurun__+Nodul tarsal plate
Konjungtivitis viralnyeri membakar, tak terlalu menyolok, terasa
seperti benda asingTidak menurunInjeksi konjungtiva
++Cair/serous
Jernih
sedikit
+++Limfadenopati preaurikuler, demam, bilateral
Konjungtivitis bakteriMata merah merata-terbatas, nyeri
membakar, tak terlalu menyolok, terasa seperti benda asingTidak
menurunInjeksi konjungtiva (+++)Purulen
Putih,kekuningan
banyak
+++Unilateral kemudian menjadi bilateral
Konjungtivitis fungalMata merah terbatas, nyeri membakar, tak
terlalu menyolok, terasa seperti benda asingTidak menurunInjeksi
konjungtivamukoid
Putih-kuning
sedikit
Kronis, unilateral
Konjungtivitis alergiMata merah merata, gatalTidak
menurunInjeksi konjungtiva (+)Mukus
Jernih
sedikitKronis, bilateral
EpiskleritisNyeri tumpul ringan (non-tender)Tidak menurunInjeksi
episclera lokal_Terjadi dengan adanya penyakit autoimun
SkleritisNyeri yang sangat, menyebar ke dahi, alis,
dagu(tender)Visus menurunInjeksi sclera dan episkleraDisertai
hipersensitivitas III/ IV, biasanya sistemik, lakrimasi
PterigiumIritasi, visus tidak menurun/ menurunInjeksi medial
lokalBilateral, astigmatisma ringan
DEFINISI DIAGNOSIS
1. Infeksi kelopak mata
a. Blefaritis: adalah inflamasi kelopak mata yang disebabkan
oleh stafilokokus, dimana bentuk ini paling sering terjadi pada
orang yang terkena akne rosasea dan dermatitis seboroik. b.
Hordeolum: merupakan inflamasi kelopak mata yang disebabkan infeksi
kelenjar assorius superficial dari Zein dan Moll (external) atau
kelenjar meibomian pada lempengan tarsal (internal) yang ada di
tepi kelopak mata, membentuk sebuah abses kecil pada folikel bulu
mata.
c. Kalazion: merupakan inflamasi granulomatous kelenjar
meibomian yang membentuk sebuah nodul pada kelopak.
d. Selulitis orbita: infeksi yang terjadi pada adneksa kelopak
mata secara unilateral, menyebabkan kemosis dan restriksi
pergerakan kelopak mata. Biasanya merupakan penyebaran infeksi dari
sinus paranasal.2. Konjungtivitis: inflamasi pada konjungtiva yang
menyebabkan mata merah (injeksi) dan nyeri orbita. Penyebab
bermacam-macam, paling sering akibat virus (adenovirus).a.
Viral
b. Bakterial : Staphylococcus, Pneumococcus, & Haemophilus
(akut) - Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides
(purulen)c. Fungald. Alergik
3. Episkleritis: adalah bentuk inflamasi episklera, selapis
jaringan ikat tipis diantara konjungtiva dan sklera.
4. Skleritis: skleritis berarti radang yang terjadi lebih dalam,
proses inflamasi yang lebih berat, secara frekuent terkait dengan
penyakit jaringan ikat seperti RA, SLE, poliarteritis nodosa,
granulomatosis Wegener, atau polikondritis relaps. Bisa juga
diartikan sebagai radang granulomatosa kronis sclera dengan adanya
destruksi kolagen dan infiltrasi sel5. Pterigium: adalah bentukan
sayap segitiga dari konjungtiva yang menjalar sampai ke kornea,
biasanya kearah nasal (medial). Beberapa pterigia memiliki
vaskularisasi, tebal, dan gemuk. Sering terjadi pada daerah
tropical dan terkait dengan paparan sinar matahari. PEMERIKSAAN
Anamnesis
Riwayat lainnya yang harus digali :
1. Simtom ocular: penurunan ketajaman penglihatan, pekerjaan,
nyeri okuli, nyeri kepala, gatal, sensasi terbakar, berair,
lakrimasi, diplopia (penglihatan ganda) 2. Onset dan kronologi
kejadian3. Riwayat penyakit sistemik dan riwayat keluarga:
diabetes, hipertensi, glaucoma, myopia, dll4. Riwayat
pengobatanPemeriksaan Fisik
1. Visus
2. Struktur orbita dan adneksa
3. Motilitas mata
4. Pupil
5. Lapang pandang
6. Pemeriksaan segmen anterior
7. Pemeriksaan segmen posterior (funduskopi)
8. Tekanan intraokuler
9. Pemeriksaan general Pemeriksaan Penunjang
Pengecatan gram
Kultur kornea dan scraping kultur darah
Radiologi: CT, MRI KONJUNGTIVITIS BAKTERIALIS
Ada dua bentuk konjungtivitis bakterialis yakni keadaan akut
(subakut) dan kronis. Keadaan akut umumnya bersifat self-limited
jika penyebabnya adalah Hemofilus influenza. Jika tidak diperikan
perawatan, keadaan akut akan sembuh sendiri dalam dua minggu (jika
tidak ada infeksi sekunder). Keadaan akut bisa menjadi kronis.
Pengobatan biasanya diberikan dengan satu atau lebih agen
antibakerial dan akan sembuh dalam beberapa hari. Konjungtivitis
yang disebabkan oleh Nisseria ghonorrhae atau Nisseria meningitides
bisa menjadi keadaan kronis yang sangat serius dan memiliki
komplikasi yang sangat buruk jika tidak segera diberikan
penatalksanaan yang memadai.
Gejala Klinis
1. Hiperakut
a. Purulen
Biasanya disebabkan oleh Nisseria ghonorrhae atau Nisseria
meningitides atau Nisseria kokhi. Ditandai dengan eksudat yang
banyak, terus-menerus, dan bersifat purulen. Meningokokal
konjungtivitis biasanya terjadi pada anak-anak. Keadaan ini harus
segera ditangani dan diperiksakan segera pada laboratorium untuk
mencari tahu penyebab dari keadaan tersebut. Adapun jika terlambat
bisa terjadi kerusakan yang hebat pada kornea, kehilangan mata,
bahkan kornea yang sudah rusak bisa menjadi jalan masuk bagi
Nisseria ghonorrhae atau Nisseria meningitides untuk masuk ke dalam
meningens dan menyebabkan septicemia menginitis.
b. Mukopurulen akut
Keadaan ini sering menjadi epidemic dan dikenal dengan nama
pink-eye. Ditandai dengan onset yang akut berupa hiperemi
konjungtiva dan jumlah yang moderat dari discharge yang
mukopurulen. Penyebab umumnya adalah Streptokokus pneumonia dan
Hemofilus aegeptikus. Penyebab lain yang mungkin menyebabkan
keadaan ini adalah Stafilokokus dan Streptokokus (kasus jarang).
Sering juga pada kasus mukopurulen akut dijumpai hemoragi
subkonjungtival. Pada kasus yang disebabkan oleh Hemofilus
aegeptikus penderita memiliki keluhan demam.
c. Subakut
Disebabkan oleh Hemofilus influenza dan adakalanya oleh
Esscheria coli dan spesies Proteus. Infeksi Hemofilus influenza
ditandai dengan mata berair dan eksudat.
2. Kronis
Keadaan kronis terjadi pada pasien dengan keadaan obstruksi
duktus nasolakrimalis dan pada pasien dakriosistitis kronis yang
unilateral. Keadaan ini sering dikatkan dengan blefaritis bacterial
kronis atau disfungsi kelenjar meibom.
Pada kasus yang jarang dijumpai, konjungtivitis bacterial kronis
dapat disebabkan oleh Corybakterium diphteriae dan Streptokokus
piogens. Pseudomembrans atau membrans disebabkan oleh organisme
tersebut pada konjungtiva palpebra.
Penyebab Konjungtiva Bakterialis (berdasarkan keadaan
pasien):
Hiperakut:
Nisseria ghonorrhae
Nisseria meningitides
Nisseria ghorrhoeae subspesific kokhi
Akut (mukopurulen):
Pneumokokus (Streptococcus pneumonia)
Haemofilus aegyptius (Koch-Weeks bacifilus)
Subakut:
Hemofilus influenza
Kronis (blefarokonjungtivitis):
Stafilokokus aureus
Moraxella lacunata
Tipe langka (kasusnya jarang didapatkan):
Streptococci
Moraxella catarrhalis
Coliformis
Proteus
Corybacterium diphteriae
Mikobakterium tuberkulosis
Pemeriksaan Laboratorium
Mikroorganisme penyebab konjungtivitis diketahui dengan
pemeriksaan mikroskopis. Pada kasus yang disebabkan oleh bakteri
ditemukan banyak netrofil polimorfonuklear dengan pengecatan Gram
atau Giemsa. Pemeriksaan kultur juga direkomendasikan terutama yang
bersifat mukopurulen untuk mengetahui jenis-jenis antibiotik yang
sensitif terhadap kuman, tetapi pemberian terapi dengan antibiotik
yang empirik harus dilakukan sebelumnya.
Pengobatan
Terapi spesifik untuk konjungtivitis bakterialis tergantung pada
identifikasi dari mikroorganisme penyebabnya. Selama menunggu hasil
pemeriksaan laboratorium, penatalaksanaan bisa dimulai dengan
memberikan pengobatan topikal menggunakan agen anti-bakteri
berspektrum luas. Pada kasus konjungtivitis purulen yang pada
pemeriksaan mikroskopis menemukan hasil diplokokus gram-negatif
yang merupakan bakteri Neisseria, dilakukan pemberian pengobatan
berupa sistemik dan pengobatan topikal harus dilakukan dengan
segera. Jika tidak ditemukan gangguan kornea, diberikan dosis
tunggal seftriakson 1gram dan biasanya pengobatannya bersifat
adekuat. Jika terdapat gangguan kornea diberikan pengobatan selama
lima hari obat parenteral seftriakson 1-2 gram per hari.
Pada kasus konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
conjungtival-sac harus diirigasi dengan menggunakan larutan salin
untuk membersihkan sekret konjungtival. Untuk mencegah penyebaran
penyakit, sebaiknya pasien dan keluarganya harus diberikan
instruksi agar mampu menjaga higienitas diri.
Prognosis
Konjungtivitis bakterialis akut bersifat self-limited. Jika
tidak diobati, akan sembuh sendiri dalam 10-14 hari dan jika
diobati akan sembuh dalam 1-3 hari. Pengecualian bagi
konjungtivoitis stafilokokus (jika progress bisa menjadi
blefarokonjungtivitis dan bisa menjadi kronis) dan konjungtivitis
gonokokal (jika tidak diobati bisa menyebabkan perforasi kornea dan
endoftalmitis). Selain itu jika infeksi hiperakut tidak diobati,
konjungtiva bisa menjadi jalan masuk bakteri menuju aliran darah
dan masuk ke dalam meningens, septicemia dan meningitis bisa
menjadi hasil akhir dari konungtivitis meningokokal.
Komplikasi
Blefaritis marginal kronis sering dikaitkan dengan
konjungtivitis stafilokokus. Selain itu komplikasi dari
kongjungtivitis adalah perforasi dan ulserasi corneal.
KONJUNGTIVITIS VIRAL
KONJUNGTIVITIS VIRAL AKUT SECARA UMUM
Etiologi
Konjungtivitis akibat virus sering ditemukan dan biasanya
disebabkan adenovirus atau suau inveksi herpes simpleks. Biasanya
infeksi virus pada konjungtiva disertai dengan infeksi pada saluran
napas atas.
Patofisiologi
Infeksi virus pada konjungtiva menyebabkan terjadinya proses
peradangan. Dengan banyaknya pembuluh darah yang mengalami
peradangan menjadi melebar maka akan menyebabkan mata menjadi
merah, begitu pula halnya dengan kelenja air mata yang akan lebih
banyak dan terus menerus memproduksi air mata. Visus penderita
tidak menurun jika infeksi hanya mengenai konjungtiva saja, karena
konjungtiva bukan bagian dari komponen visual mata.
Gejala dan tanda
mata merah umumnya merata
secret atau mata kotor
sedikit gatal
kelenjar membesar
rasa pedes seperti kelilipan
eksudat serous (air mata) biasanya terjadi pada infeksi
virus
besifat sangat muah menular sehingga mengenai mata
sebelahnya.
Pemeriksaan
Jarang dilakukan pemeriksaan penunjang pada konjungtivitis
virus. Pada pemeriksaan sitologik secret ditemukan banyak sel
limfosit, namun ini juga ditemukan pada konjungtivitis yang sudah
kronis
Tatalaksana
hygiene yang baik
pengobatan untuk virus tidak ada, dapat dilakukan kompres
dingin
bila keadaannya sangat berat maka dapat diberikan steroid untuk
mengurangi gejala. Namun harus berhati-hati dalam
penggunaannya.
Komplikasi
Jika tidak ditangani tepat waktu atau dengan adekuat dapat
menyebabkan infeksi sekunder oleh mikroorganisme lain atau infeksi
lebih dalam ke organ mata lainnya. Komplikasi yang sering terjadi
seperti keratitis dan uveitis.
KONJUNGTIVITIS EPIDEMIK
Etiologi
Konjungtivitis ini disebabkan oleh edenoirus tipe 3, 7, 8 dan
19, dapat timbul sebagai suatu epidemic. Penularan biasanya terjadi
melalui kolam renang atau wabah, mudah menular dengan masa inkubasi
8-9 hari sengan masa infeksious 14 hari.
Gejala klinik
Demam dengan mata seperti kelilipan, berair berat, kadang-kadang
terdapat pseudomembran. Terdapa infiltrat subepitel kornea yang
dapat bertahan lebih dari 2 bulan atau terjadi keratitis setelah
konjungtivitis. Kelenjar preaurikuler membesar, biasanya gejala
akan menurun dalam waktu 7-15 hari. Pemeriksaan sekret ditemukan
neutrofil.
Tatalaksana
Pengobatan diberikan topikal sulfa dan steroi jika gejalanya
berat seperti infiltrat subepitel.
Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
Astrigen untuk mengurangi gejala dan hiperemi
Komplikasi
Kekeruhan pada kornea yang menetap
DEMAM FARINGOKONJUNGTIVA
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh adenvirus tipe 2,4 dan 7. terutama
mengenai remaja yang disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
Masa inkubasi 5-12 hari, yang menularkan selama 12 hari, dan
bersifa epidemik. Mengenai satu mata yang akan mengenai mata
lainnya dalam minggu berikutnya.
Gejala klinis
Mata seperti kemasukan pasir, folikel pada konjungiva, sekret
serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan pseudomembran, pada
kornea dapat terjadi keratitis superfisisal atau infiltrat
subepitel dengan perbesaran kelenjar linfe preaurikuler.
Tatalaksana
Tidak ada pengobatan spesifik, hanya terapi suportif seperti
kompres, astrigen, dan lubrikasi. Jika keadaannya berat dapat
diberikan steroid dan antibiotik untuk mencegah infeksi
sekunder.
KONJUNGTIVITIS HERPETIK
Biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang diserrtai
ginggivostomatitis. Disebabkan oleh herpes simpleks tipe 1.
konjungtivitis dapat merupakan manifestasi primer herpes dan
terdapat pada anak-anak yang mendapat infrksi dari pembawa
virus.
Gejala klinis
Terdapat linfadenopati preaurikuler, gambaran konjungtivitis
yang berat dengan tepi kelopak dengan lesi vesikular, hipertrofi
papil pada konjungtiva. Kadang-kadang ditemukan dendrit pada
kornea. Pada orang dewasa kelainan ini merupakan tipe rekuren
infeksi ganglion tregeminus oleh virus herpes simpleks. Pengobatan
steroid merupakan kontraindikasi mutlak.
KONJUNGTIVITIS NEW CASTLE
Etiologi
Konjungtivitis ini ditmukan pada peternak unggas, yang
disebabkan oleh virus new castle.
Gejala klinis
Masa inkubasi 1-2 hari yang dimulai dengan perasaan benda asing,
silau dan berair. Kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal
hiperemis dengan terdapatnya folikel dan kadang-kadang disertai
perdarahan kecil. Konjungtivitis ini memberikan gejala influenza
dengan demam ringan, sakit kepala dan nyeri sendi. Konjungtivitis
new castle akan memberikan keluhan rasa sakit pada mata, gatal,
mata berair, penglihatan kabur dan fotofobia penyakit ini sembuh
kurang dari 2 minggu. Pada kornea ditemukan keratitis subepitel dan
pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.
Tatalaksana
Pengobatan yang khas sampai saat ini tidak ada, dan dapat
diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
KONJUNGTIVITIS HEMORAGIK EPIDEMIK AKUT
Etiologi
Merupakan konjungtivitis yang disertai dengan perdarahan
konjungtiva. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus picorna
atau enterovirus 70 dengan masa inkubasi 24-48 jam
Gejala klinis
Gejala berupa tanda-tanda iritatif pada kedua mata iritatif,
seperti kelilipan dan sakit preorbita. Edema kelopak, kemosis
konjungtiva, sekret seromukous, fotofobia disetai lakrimasi.
Terdapat gejala akut dimana ditemukan konjungtivitis folikular
ringan, keratitis, adenopati preaurikuler dan yang terpenting
adanya perdarahan subkonjungtiva yang dimulai dengan ptekia. Pada
tarsus konjungtiva terdapat hipertrofi folikular dan keratitis
epitel yang berkurang spontan dalam 3-4 hari.
Tatalaksana
Penyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatannya hanya
simtomatik. Pengobatan dengan antibiotik spektrum luas,
sulfasetamid untuk mencegah infeksi sekunder. Pencegahan adalah
dengan mengatur kebersihan dan mencegah penularan.
Komplikasi
Umumnya tidak memberikan akan tetapi kadang-kadang dapat terjadi
uveitis
Konjungtivitis jamur
Konjungtivitis candida
Konjungtivitis yang disebabkan oleh candida spp (biasanya
candida albicans) merupakan infeksi yang jarang terjadi; umumnya
tampak sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada pasien
diabetes atau pasien yang terganggu sistem imunnya, sebagai
konjungtivitis ulseratif atau granulomatosa.
Kerokan menunjukkan reaksi radang polimorfonuklear. Organisme
ini mudah tumbuh pada agar darah atau media Sabouraud dan mudah
diidentifikasi sebagai ragi bertunas (budding yeast) atau sebagai
pseudohifa (jarang).
Infeksi ini berespon terhadap amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam
larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin
(100.000 U/g) empat samapi enam kali sehari. Obat ini harus
diberikan secara hati-hati agar benar-benar msuk ke dalam saccus
conjunctivalis dan tidak hanya menumpuk di tepian palpebra.
Konjungtivitis jamur lain
Sporothrix schenkii, walaupun jarang bisa mengenai konjungtiva
atau palpebra. Jamur ini menimbulkan penyakit granulomatosa
disertai KGB preaurikuler yang jelas. Pemeriksaan mikroskopik dari
biopsi granuloma menampakkan conidia (spora) gram-positif berbentuk
cerutu.
Rhinosporidium seeberi, meskipun jarang, dapat mengenai
konjungtiva, saccus lacrimalis, palpebra, canaliculi, dan sklera.
Lesi khas berupa granuloma polipoid yang mudah berdarah dengan
trauma minimal. Pemeriksaan histologik menampakkan granuloma dengan
spherula besar terbungkus yang mengandung endospora myriad.
Penyembuhan dicapai dengan eksisi sederhana dan kauterisasi pada
dasarnya.
Coccidioides immitis jarang menimbulkan konjungtivitis yang
disertai KGB preaurikuler yang jelas (sindrom okuloglandular
Parinaus). Ini bukanlah penyakit primer tetapi merupakan
manifestasi dari penyebaran infeksi paru primer (demam San Joaquin
Valley). Penyakit yang menyebar memberi prognosis buruk.
Trakoma
Traoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikuler kronik yang
disebabkan oleh chlamydia trachomatis. Penyakit ini dapat mengenai
segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada ornag muda dan
anak-anak. Daerah yang paling terkena adalah di semenanjung balkan.
Ras yang banyak terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli
Australia dan Indian Amerika atau daerah dengan higiene yang
kurang.
Cara penularan [penyakit ini adalah melaui kontak langsung
dengan sekret penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan
sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan, dan lain-lain.
Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar 5-14 hari).
Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis
dengan pengecatan Giemsa terutama terlihat reaksi sel-sel PMN,
tetapi sel plasma, sel lebel, dan sel folikel dapat juga ditemukan.
Sel leber menyokong suatu diagnosistrakoma, tetapi sel limfoblas
merupakan tanda diagnosis yang penting bagi trakoma. Terdapat badan
inklusi Halber Statter-Prowazeck di dalam sel konjungtiva yang
bersifat basofil berupa granul, biasanya berbentuk cungkup
seakan-akan menggenggam nukleus. Kadang ditemukan lebih dari satu
badan inklusi dalam satu sel.
Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair.
Menurut klasifikasi Mac Callan, penyakit ini berjalan melalui empat
stadium :
1. Stadium insipien
2. Stadium established
3. Stadium parut
4. Stadium sembuh
Stadium 1 (hiperplasi limfoid) : Terdapat hipertrofi papil
dengan folikel kecil-kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang
memeperlihatkan penebalan dan kongesti pada pembuluh darah
konjungtiva. Sekret sedikit dan jernih bila tidak ada infeksi
sekunder. Kelainan kornea sukar di temukan tetapi kadang-kadang
dapat ditemukan neovaskularisasi dan keratitis epitelial
ringan.
Stadium 2 : Terdapat hipertrofi papilar dan folikelyang matang
(besar) pada konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini dapat
ditemukan pannus trakoma yang jelas. Terdapat hipertrofi papil
yangjelas seolah-olah mengalahkan gambaran folikel pada konjungtiva
superior. Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di daerah
limbus atas denganinfiltrat.
Stadium 3 : Terdapat parut pada konjungtiva tarsus superior yang
terlihat sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo
palpebra. Parut folikel pada limbus kornea disebut cekungan
Hebbert. Gambaran papil mulai berkurang.
Stadium 4 : Suatu pembentukan parut yang sempurna pada
konjungtiva tarsus superior hingga menyebabkan perubahan bentuk
pada tarsus yang dapat menyebabkan entropion dan trikiasis.
Diagnosis banding adalah konjungtivitis inklusi.
Pengobatan trakoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali
sehari, 3-4 minggu, sulfonamid diberikan jika ada penyulit.
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan makanan yang bergizi dan
higiene yang baik mencegah penyebaran.
Penyulit trakoma adalah entropion, trikiasis, simblefaron,
kekeruhan kornea, dan xerosis/keratitis sika.Konjungtivitis
Alergi
Definisi
Merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi
terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa
dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada
reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik.
Etiologi
Umumnya konjungtivitis alergi disebabkan oleh bahan kimia dan
mudah diobati dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor.
Klasifikasi
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti
konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis
atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut,
konjungtivitis alergi kronik, sindrom Steven Johnson, pemfioid
okuli dan Sindrom Syorgen.
Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis:
1. Akut (konjungtivitis demam hay) ( suatu bentuk reaksi akut
yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar di udara
(biasanya serbuk sari). Gejala dan tandanya adalah:
a. Rasa gatal
b. Injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis)
c. Lakrimasi
2. Konjungtivitis vernal (kataral musim semi) juga diperantarai
oleh IgE. Sering mengenai anak laki-laki dengan riwayat atopi.
Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain:
a. Rasa gatal
b. Fatofobia
c. Lakrimasi
d. Konjungtivitis papilaris pada lempeng tarsal atas
e. Folikel dan bintik putih limbus
f. Lesi pungtata pada epitel kornea
g. Plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan
zona bagian atas epitel kornea.
Tanda dan Gejala
Reaksi alergi dari hipersensitif pada konjungtiva akan
memberikan keluhan pada pasien berupa mata gatal, panas, mata
berair, dan mata merah. Tanda karakteristik lainnya adalah terdapat
papil besar pada konjungtiva, dating bermusim, yang dapat
mengganggu penglihatan. Pada anak dengan konjungtivitis alergik ini
biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis alergi,
eksema, atau asma.Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel
plasma, limfosit dan basofil. Walaupun penyakit alergi konjungtiva
sering sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang
memerlukan pengobatan.Terapi
Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus
penyakit dan memberikan astrigen, sodium kromolin, steroid topical
dosis rendah yang kemudian disusul dengan kompres dingin untuk
menghilangkan edemanya. Pada kasus yang berat dapat diberikan
antihistamin dan steroid sistemik. Kompres dingin untuk mengurangi
gejala.
Blepharitis
Definisi Blepharitis merupakan peradangan kronis yang terjadi
pada batas atau tepi dari kelopak mata. Klasifikasi Berdasarkan
penyebab
Secara umum blepharitis ini dapat dibagi menjadi tiga jenis
yaitu:
1. Staphylococcal Blepharitis
Merupakan blepharitis yang terjadi karena infeksi bakteri
Staphylococcus aureus. Umumnya pada kondisi ini akan tampak mata
yang terlihat memiliki krusta kasar disekitar bulu mata. Krusta ini
umumnya akan menyebabkan mata yang terasa sulit dibuka pada pagi
hari. Ketika krusta ini pecah atau di eksisi sering menimbulkan
ulkus kecil yang berdarah atau mengeluarkan nanah yang juga dapat
menyebabkan rontoknya bulu mata.
2. Blepharitis seborrheic
Kondisi ini ditandai dengan adanya daerah yang bersisik dan
berminyak sepanjang bulu mata dan batas kelopak.
3. Meibomian Gland Dysfunction (MGD)
Kondisi ini biasanya terjadi karena kelenjar meibom tertutup
oleh sekresi minyak. Seperti kita ketahui kelenjar ini terletak
pada daerah kelopak mata bagian atas dan bawah, yang memproduksi
minyak yang membentuk lapisan pada air mata. Disfungsi dari
kelenjar ini akan menghasilkan abnormalitas dalam sekresi minyak
ini, sehihngga lapisan dari air mata ini akan menjadi tidak stabil
yang menyebabkan mata kering seperti kondisi iritasi mata
kronis.Berdasarkan Lokasi yang Terkena1. Blepharitis
AnteriorBlepharitis anterior merupakan inflamasi kronik yang umum
terjadi pada perbatasan kelopak mata. Terdapat dua tipe yaitu
staphylococcal dan sebrrhoik. Blepharitis staphylococcus dapat
disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus, dimana biasanya
bersifat ulseratif, atau Staphylococcus epidermidis atau
staphylococci negatif coagulase. Blepharitis seborrhoik
(nonulseratif) biasanya terkait dengan keberadaan Pityrosporum
ovale, walaupun organisme ini belum terbukti bersifat kausatif.
Seringkali, kedua tipe ditemukan (infeksi campuran). Seborrhoik
pada kulit kepala, alis, dan telinga seringkali terkait dengan
blepharitis seborrhoik.
Gejala utama adalah iritasi, perih, dan gatal pada batas kelopak
mata. Mata berwarna sedikit kemerahan. Terlihat banyak sisik dan
granulasi melekat pada bulu mata pada kelopak mata atas dan bawah.
Pada tipe staphylococcal, sisik kering, kelopak mata memerah,
sedikit area ulserasi ditemukan pada batas kelopak mata, dan bulu
mata cenderung berguguran. Pada tipe seborrhoik, sisik terlihat
berminyak, ulserasi tidak terjadi, dan kelopak marah sedikit
memerah dibanding tipe staphylococcal. Pada tipe campuran, baik
sisik kering dan berminyak terlihat dan batas kelopak mata memerah
dan dapat berulserasi, S. aureus dan P. ovale dapat terlihat pada
pewarnaan bagian yang dikerok dari kelopak mata
Blepharitis Staphylococcal dapat disertai (berkomplikasi) dengan
hordeola, chalazion, keratitis epitel kornea, dan infiltrat kornea
marjinal. Kedua bentuk blepharitis anterior ini merupakan
predisposisi dari konunctivitis rekuren.
Kulit kepala, alis, dan kelopak mata harus dalam keadaan bersih,
terutama pada tipe seborrhoik, dengan menggunakan sabun dan shampo.
Sisik harus dibuang dari kelopak mata setiap hari dengan aplikator
katun basah dan shampo baby.
Belpharitis Staphylococcal dapat diatasi dengan pemberian
antibiotik antistaphylococcal atau salep mata sulfonamide diberikan
pada aplikator katun setiap hari pada batas kelopak mata.
Tipe seborrhoik dan staphylococcal biasanya tercampur dan dapat
menjadi kronik dalam periode bulan bahkan tahun jika tidak
ditangani secara adekuat; konjuntivitis terkait infeksi
staphylococcus atau keratitis biasanya menghilang setelah
pengobatan antistaphylococcus lokal.2. Blepharitis
PosteriorBlepharitis Posterior merupakan peradangan pada kelopak
mata akibat adanya disfungsi dari kelenjar meibom. Seperti
blepharitis anterior, penyakit ini bersifat bilateral, kondisi
kronik. Blepharitis anterior dan posterior dapat terjadi bersamaan.
Derrmatitis seborrhoik biasanya terkait dengan disfungsi kelenjar
meibom. Kolonisasi atau infeksi jenis staphylococcus seringkali
menyebabkan penyakit kelenjar meibom dan dapat menjadi alasan
terjadinya gangguan pada fungsi kelenjar meibom. Lipase bakteri
menyebabkan peradangan pada kelenjar meibom dan konjungtiva dan
gangguan pada organ lakrimasi
Blepharitis posterior mempunyai manifestasi klinis yang luas,
yang melibatkan kelopak mata, apparatus lakrimalis, konjungtiva,
dan kornea. Perubahan kelenjar meibom termasuk inflamasi pada
orificium meibom (meibomianitis), tersumbatnya orificium oleh
sekresi yang kering dan tebal, dilatasi kelenjar meibom pada sisi
tarsal, dan produksi sekresi lembut, kental, lengket yang abnormal
yang dapat menekan kelenjar. Hordeolum dan chalazion dapat terjadi.
Batas kelopak mata hyperemis dan terdapat telangiektasis. Kelopak
mata juga menjadi lebih bundar dan tertarik ke dalam akibat
pembentukan jaringan parut pada konjunctiva tarsal, menyebabkan
hubungan abnormal antara lapisan air mata prekornea dan orificium
kelenjar meibom. Air mata dapat sedikit berbuih dan terlihat lebih
berminyak. Hipersensitivitas pada staphylococci dapat menyebabkan
keratitis epitelial. Kornea dapat mengalami vaskularisasi perifer
dan penipisan, terutama pada bagian inferior.
Penanganan blepharitis posterior bergantung pada konjungtiva
yang terkait dan perubahan kornea. Inflamasi pada struktur ini
mengharuskan pengobatan aktif, termasuk antibiotik dosis rendah
jangka panjang biasanya dengan doxycycline (100mg dua kali sehari)
atau eritromisin (250 mg tiga kali sehari), namun pemilihan
anntibiotik juga perlu dipandu hasil kultur kelopak mata dan
disertai dengan steroid topikal (jangka pendek), misal dengan
prednisolone, 0, 125% dua kali sehari. Terapi topikal dengan
antibiotik atau air mata tambahan biasanya tidak terlalu dibutuhkan
dan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada lapisan air mata
dan reaksi toksik
Gejala Umum Blepharitis
Blepharitis merupakan salah satu penyebab gangguan pada mata
yang sering menunjukkan kondisi berupa mata yang terasa tidak
nyaman, mata merah serta mata yang berair. Selain itu sering pula
ditemukan gejala lain seperti perasaan seperti terbakar, gatal,
sensitifitas yang tinggi terhadap cahaya, serta iritasi dan rasa
tidak nyaman ketika mata baru terbuka setelah tidur. Secara umum
gejala dari blepharitis ini yaitu mata merah dan adanya tanda
peradang disekitar kelopak mata yang bersifat persisten. Beberapa
gejala dan tanda yang dapat ditemukan antara lain;
rasa sakit yang ditemukan pada kelopak mata atau pada mata
tampakan berminyak pada sekitar kelopak mata Bulu mata yang turun
Adanya ulkus yang kecil pada kelopak mata Pada kondisi berat
ditemukan perdarahan atau nanah Tanda-tanda iritasi mata Adanya
discharge dari mata, sehingga menyebabkan mata menjadi lengket
Sensitive terhadap cahaya (phoitosensitive) Konjungtiva dan kelopak
mata yang membengkak.Penatalaksanaan Pertahankan higienisitas
kelopak mata; kunci dari suksesnya penatalksanaan dari kondisi ini
yaitu higienisitas dasri kelopak mata, krusta dan debris pada
kelopak mata harus cepat dibersihkan dengan air hangat, atau dengan
sodium bicarbonate. Hal ini harus dilakukan sekali atau duakali
dalam sehari tergantung dari berat rin gannya kondisi pasien.
Alternatifnya yait u dengan menggunakan air hangat atau saline
selama duapuluh menit kemudian istirahat selama 60 menit.
Kontrol kondisi berminyak dengan sampo anti-dandruff
Gunakan lubricant mata untuk mengatasi kondisi mata yang
kering
Hindari penggunaan make up mata selama terjadinya peradangan
Hentikan penggunaan kontak lensa.Obat
Dapat digunakan salep corticosteroid untuk mengurangi peradangan
yang terjadi tapi dengan pengawasan dokter.
Gunakan antibiotic salep mata atau gunakan antibiotic oral pada
kondisi yang berat. Antibiotik yang sering digunakan yaitu
erythromycin atau dengan salep ampuran antibiotic dan steroid.
HORDEOLUM
Definisi
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Etiologi
Biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak mata.
Klasifikasi
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum
eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak
dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu abses di dalam kelenjar
tersebut.
Hordeolum Internum
Hordeolum Eksternum
Gejala Klinis
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan
mengganjal, merah dan nyeri tekan. Hordeolum eksternum atau radang
kelenjar Zeis atau Moll akan menunjukkan penonjolan terutama daerah
kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum nanah dapat keluar dari
pangkal rambut. Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding
hordeolum eksternum.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah
beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan
hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering
hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding hordeloum adalah selulitis preseptal,
konjungtivitis adenovirus, dan granuloma pyogenik.
Penatalaksanaan
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres
hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.
Pengangkat bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau
terjadinya pembesaran kelenjar preurikel.
Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau
125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi
tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh
lain maka sebaiknya diobati juga bersama sama.
Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan
insisi. Pada hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang
perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi
terbesar.
INSISI HORDEOLUM Pada insisi hordeolum terlebih dulu diberikan
anestesia topikal dengan patokain tetes mata. Dilakukan anestesia
filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada margo pelpebra.
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian
diberi salep antibiotik.
Komplikasi
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang
merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum
orbita dan abses palpebra.
SKLERITIS
DefinisiSkleritis adalah radang kronis granulomatosa pada sklera
yang ditandai dengan dekstrusi kolagen , infiltrasi sel dan
vaskulitis.Biasanya bilateral dan lebih sering terjadi pada
wanita.EtiologiSebagian besar disebabkan reaksi hipersensivitas
tipe III dan IV yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Lebih
sering disebabkan penyakit jaringan ikat, asca herpes, sifilis, dan
gout. Kadang disebabkan TBC, bakteri (psedomonas), sarkoidosis,
hipertensi, benda asing, dan pasca bedah.
Klasifikasi
Skleritis dibedakan menjadi: Skleritis anterior diffusRadang
sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera,
umumnya mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih
luas, tanpa nodul.
Skleritis nodular Nodul pada skleritis noduler tidak dapat
digerakkan dari dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada
episkleritis yang dapat digerakkan.
Skleritis nekrotik Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan
sklera yang berat.Manifestasi KlinikRasa sakit yang menyebar ke
dahi, alis dan dagu secara terus menerus, mata merah berair,
fotofobia, penglihatan menuru.Terlihat sklera bengkak,
konjungtivita kemosis, injeksi sklera profunda, dan terdapat
benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga. Sering terjadi bersama
iritis atau siklitis dan koroiditis anterior.Keluhannya dapat
berupa:
mata terasa kering
rasa sakit yang ringan
mengganjal
konjungtiva yang kemotik. Komplikasi
Keratitis perifer,glaukoma,granuloma subretina,uveitis,ablasi
terina eksudatif,proptosis katarak,hipermetropia,dan keratitis
sklerotikan.Pemeriksaan Penunjang
Dengan penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% tidak akan
terjadi vasokonstriksi. Pemeriksaan foto rontgen orbita dilakukan
untuk menghilangkan kemungkinan adanya benda asing,juga dapat
dilakukan pemeriksaan imunologi serum.PenatalaksanaanDengan
antiinflamasi nonsteroid sistemik berupa indometasin 50-100 mg/hari
atau ibuprofen 300 mg/hari,biasanya terjadi penurunan gejala dengan
cepat.Bila tidak ada reaksi dalam 1-2 minggu,harus diberikan terapi
steroid sistemik dosis tinggi,misalnya prednisolon 80 mg/hari,dan
diturunkan dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan 10
mg/hari.Dapat pula dipakai obat-obatan imunosupresif.Steroid
topikal tidak efektif tapi mungkin berguna untuk edema dan
nyeri.Jika penyebabnya infeksi,harus di berikan antibiotik yang
sesuai. Pembedahan diperlukan bila terjadi perforasi kornea.
EPISKLERITIS
DefinisiEpiskleritis adalah suatu peradangan jaingan ikat
vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.
Sklera terdiri dari serat-serat jaringan ikat yang membentuk
dinding putih mata yang kuat.
Sklera dibungkus oleh episklera yang merupakan jaringan tipis
yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi makan sklera.
Di bagian depan mata, episklera terbungkus oleh konjungtiva.
EtiologiPenyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa penyakit
berikut telah dihubungkan dengan terjadinya episkleritis:
Artritis rematoid
Sindroma Sjogren
Sifilis
Herpes zoster
Tuberkulosis.GejalaBiasanya peradangan hanya mengenai sebagian
kecil bola mata dan tampak sebagai daerah yang agak menonjol,
berwarna kuning, merah ung di bawah konjungtiva.
Gejala lainnya adalah:
nyeri mata
peka terahadap cahaya (fotofobia)
nyeri mata bila ditekan
mata berair.Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
mata.
PengobatanBiasanya dalam waktu 4-5 minggu penyakit ini akan
menghilang dengan sendirinya. Untuk mempercepat penyembuhan bisa
diberikan tetes mata corticosteroid, sisemik atau salisilat.
Pembuluh darah mengecil jika diberikan efrin 2,5 %
topikal.Pterigium
Definisi
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasif.
Etiologi dan Patofisiologi
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya
sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui
dengan jelas dan diduga merupakan suatu neopalasma, radang, dan
degenerasi.
Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral
atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi
iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah.
Terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.
Pterigium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau
bola mata.
Pterigium dapat mengenai kedua mata.Gejala
Dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata
iritatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatismus yang akan
memberikan keluhan gangguan penglihatan.
Dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen (penipisan
kornea akibat kering), dan garis besi (iron line dari Stocker) yang
terletak di ujung pterigium.Diagnosis banding
Diagnosis banding pterigium adalah pseudopterigium, pannus, dan
kista dermoid.
Terapi
Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat rekuren,
terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium meradang dapat
diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Dapat dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan
akibat terjadinya astigmatisme iregular atau pterigium yang telah
menutupi media penglihatan,
Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu, dan
udara kering dengan kacamata pelindung.
Bila terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu dapat
diberi steroid.
Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata, buatan dalam
bentuk salep.
Bila diberi vasokonstrikior maka perlu kontrol dalam 2 minggu
dan bila telah terdapat perbaikan pengobatan dihentikan.
Pseudopterigium
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan komea
yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadi pada proses
penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.
Letak pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat
dengan proses kornea sebelumnya.
Beda dengan pterigium adalah selain letaknya, pseudopterigium
tidak harus pada celah kelopak atau fisura palpebra juga pada
pseudopterigium ini dapat diselipkan sonde dibawahnya. Pada
pseudopterigium selamanya terdapat anamnesis adanya kelainan komea
sebelumnya, seperti tukak komea.
Selulitis Orbita
Definisi
Infeksi jaringan lunak orbita dengan gejala infeksi akut dan
proptosis. Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan
ikat jarang intraorbita di belakang septum orbita. Lebih dari 90%
kasus selulitis orbita merupakan penyebaran dari sinusitis akut
atau kronik yang disebabkan oleh bakteri. Selain berasal dari
sinus, dapat juga berasal dari kulit, muka, kelopak mata dan sakus
lakrimalis.
Etiologi
Sering disebabkan sinusitis terutama sinus etmoidalis yang
merupakan penyebab utama eksoftalmus pada bayi, merupakan penyulit
skleritis, juga trauma kotor yang masuk ke dalam rongga orbita,
sepsis, piemia dan erisepelas.
Kuman penyebab adalah pneumokokus, streptokokus, atau
stafilokokus dan berjalan akut. Bila terjadi akibat lues, jamur dan
sarkoidosis maka perjalanan penyakit dapat kronis. Masuknya kuman
ini ke dalam rongga mata dapat berlangsung melalui sinus
paranasalis, penyebaran melalui pembuluh darah atau bakteremia atau
bersama dengan trauma yang kotor. Selulitis orbita pada bayi sering
disebabkan oleh sinusitis etmoidalis yang merupakan penyebabk
eksoftalmus monocular pada bayi. Selulitis orbita terutama mengenai
anak antara 2-10 tahun.
Gejala Klinis
Gejala klinis biasanya didahului oleh peradangan pada daerah
muka sekitar hidung yang menyerupai selulitis kulit; kemudian
diikuti dengan demam, proptosis, kemosis konjungtiva, rasa sakit
bila bola mata digerakkan dan gerakan bola mata menjadi terbatas.
Bila terdapat penurunan visus dan kelainan pupil, maka hal ini
menunjukkan adanya awal dari infeksinya daerah apeks orbita.
Selulitis orbita akan memberikan gejala demam, mata merah, kelopak
sangat edema dan kemotik, mata proptosis, atau eksoftalmus
diplopia, tajam penglihatan menurun bila terjadi penyulit neuritis
retrobulbar. Pada retina terlihat tanda stasis pembuluh vena dengan
edema papil.
Terapi
Pengobatan adalah dengan segera memberikan antibiotic sistemik
dosis tinggi, istirahat atau dirawat, bila terlihat di daerah
fluktuasi abses maka dilakukan insisi, selain pengobatan
penyebabnya seperti kelainan sinus dan lainnya.
Pada anak-anak sebaiknya dibuat diagnosis banding dengan
rabdomiosarkoma, psedutumor dan periostitis orbita.
Komplikasi
Penyulit yang dapat terjadi adalah neuritis