1 LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S No RM : 072800-2015 Tanggal Lahir : 13 Juni 1954 Umur : 65 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Status Marital : Menikah Pekerjaan : Petani Pendidikan : SD Agama : Islam Alamat : Wonorejo RT 04/ RW 02 Pringapus Kabupaten Semarang Ruang Rawat : Dahlia / Kelas II Tanggal masuk : 2 September 2019 Tanggal keluar : 9 September 2019 (8 hari perawatan) II. DATA DASAR Autoanamnesis dilakukan kepada pasien pada tanggal 8 September 2019 (hari perawatan ke-7). Keluhan Utama Pusing memutar dan kelemahan anggota gerak kiri. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluhkan nyeri di leher belakang sejak dua minggu sebelum keluhan utama datang. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (Jumat, 30 Agustus 2019) pasien merasakan pusing yang didominasi dengan pusing memutar namun terkadang pusing cekot – cekot disertai dengan tangan dan kaki sebelah kiri terasa lemas secara tiba – tiba saat sedang berjalan kaki sepulang dari acara kondangan. Karena kondisinya tersebut pasien bersama isterinya segera pergi ke klinik di Demak dan didiagnosis vertigo oleh dokter klinik tersebut. Pasien mendapat obat dari klinik tersebut namun pasien lupa nama obat yang diberikan,
39
Embed
lapsus saraf stroke stelladocx · Autoanamnesis dilakukan kepada pasien pada tanggal 8 September 2019 (hari perawatan ke-7). Keluhan Utama Pusing memutar dan kelemahan anggota gerak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
No RM : 072800-2015
Tanggal Lahir : 13 Juni 1954
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Wonorejo RT 04/ RW 02 Pringapus Kabupaten Semarang
Ruang Rawat : Dahlia / Kelas II
Tanggal masuk : 2 September 2019
Tanggal keluar : 9 September 2019 (8 hari perawatan)
II. DATA DASAR
Autoanamnesis dilakukan kepada pasien pada tanggal 8 September 2019
(hari perawatan ke-7).
Keluhan Utama
Pusing memutar dan kelemahan anggota gerak kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri di leher belakang sejak dua minggu sebelum
keluhan utama datang. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (Jumat, 30
Agustus 2019) pasien merasakan pusing yang didominasi dengan pusing memutar
namun terkadang pusing cekot – cekot disertai dengan tangan dan kaki sebelah
kiri terasa lemas secara tiba – tiba saat sedang berjalan kaki sepulang dari acara
kondangan. Karena kondisinya tersebut pasien bersama isterinya segera pergi ke
klinik di Demak dan didiagnosis vertigo oleh dokter klinik tersebut. Pasien
mendapat obat dari klinik tersebut namun pasien lupa nama obat yang diberikan,
2
setelah pasien mengonsumsi obat tersebut keluhan pusing memutar yang dialami
pasien hilang, namun keluhan keluhan kelemahan anggota gerak kiri tetap masih
ada. Keluhan pusing memutar kemudian muncul kembali, sementara kelemahan
anggota gerak bagian kiri tetap berlangsung hingga hari keempat (Senin, 2
September 2019) sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke RSUD
Ambarawa. Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Ambarawa pada
hari Senin tanggal 2 September 2019 pukul 04.40 WIB dengan keluhan utama
pusing memutar dan kelemahan anggota gerak tubuh bagian kiri. Keluhan yang
dialami pasien tidak disertai dengan bicara pelo, namun pasien mengeluh bahwa
pasien merasa bingung. Pasien menyangkal adanya nyeri dada, sesak, ataupun
batuk. Pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi namun
pasien tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan dan tidak mengonsumi obat anti
hipertensi.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat stroke sebelumnya : disangkal
2. Riwayat hipertensi : diakui. Pasien memiliki riwayat hipertensi
namun tidak rutin kontrol ke fasilitas
kesehatan dan tidak mengonsumi obat anti
hipertensi.
3. Riwayat nyeri kepala kronis : disangkal
4. Riwayat vertigo : disangkal
5. Riwayat diabetes melitus : disangkal
6. Riwayat penyakit paru : disangkal
7. Riwayat penyakit jantung : disangkal
8. Riwayat mual : disangkal
9. Riwayat muntah proyektil : disangkal
10. Riwayat trauma : disangkal
11. Riwayat alergi : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat keluhan serupa : disangkal
• Riwayat stroke : disangkal
3
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi
Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Pasien memiliki 3 orang anak,
yaitu 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Masing – masing ketiga anak pasien
sudah berkeluarga sehingga kini pasien tinggal di rumah hanya bersama seorang
isterinya. Pasien bekerja sebagai petani yang sehari - harinya menggarap sawah
milik orang lain dengan memacul. Pasien sangat gemar meminum kopi hitam
terutama saat sedang beristirahat dan selesai bertani. Saat sore hari sambil
menikmati senja pasien juga gemar mengkonsumsi kopi hitam buatan isterinya.
Pasien tidak merokok, meminum alkohol, dan mengonsumsi obat – obatan
terlarang. Pasien tidak memiliki waktu khusus untuk berolahraga secara rutin.
Anamnesis Sistem:
Sistem neurologis : kelemahan anggota gerak tubuh bagian kiri
Sistem kardiovaskular : hipertensi
Sistem respirasi : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestional : tidak ada keluhan
Sistem integumen : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
Resume Anamnesis
Pasien laki-laki berusia 65 tahun datang diantar keluarga ke IGD RSUD
Ambarawa tanggal 2 September 2019 pukul 04.40 WIB karena merasa pusing
yang didominasi dengan pusing memutar namun terkadang pusing cekot – cekot
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (Jumat, 30 Agustus 2019) disertai dengan
tangan dan kaki sebelah kiri terasa lemas secara tiba – tiba saat sedang berjalan
kaki. Pasien sempat berobat ke klinik di Demak karena keluhannya tersebut dan
mendapat obat sehingga keluhan pusing memutar yang dialami pasien hilang,
namun keluhan keluhan kelemahan anggota gerak kiri tetap masih ada. Pasien
menyangkal adanya nyeri dada, sesak, ataupun batuk. Pasien mengatakan bahwa
pasien memiliki riwayat hipertensi namun pasien tidak rutin kontrol ke fasilitas
4
kesehatan dan tidak mengonsumi obat anti hipertensi. Pasien gemar mengonsumsi
kopi hitam. Pasien tidak merokok, meminum alkohol, dan mengonsumsi obat –
obatan terlarang. Pasien tidak memiliki waktu khusus untuk berolahraga secara
rutin.
DISKUSI I
Dari hasil data autoanamnesis ditemukan adanya pusing memutar dan cekot cekot
yang diikuti dengan kelemahan anggota gerak tubuh bagian kiri secara mendadak.
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus yang jelas
berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi vaskuler karena onsetnya
yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis stroke. Menurut WHO,
stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga
didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat gangguan
suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak, berlangsung dalam atau lebih dari
24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien memiliki riwayat hipertensi namun tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan
dan tidak mengonsumi obat anti hipertensi. Stroke pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba
karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka
tidak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak disebabkan
karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
Pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi namun pasien tidak
rutin kontrol ke fasilitas kesehatan dan tidak mengonsumi obat anti hipertensi. Pasien
gemar mengonsumsi kopi hitam. Pengkonsumsi kopi dapat meningkatkan resiko terjadinya
stroke. Kafein pada kopi sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah serta detak jantung.
Kaffein yang terkandung di dalam kopi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke
haemorrhagic yang disebabkan karena meningkatnya tekanan darah. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh
darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak yang akan menyebabkan stroke
haemorhhagic.
5
STROKE
1. Definisi
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
(WHO 1983). Stroke pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan
pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tidak
dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak
disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
2. Epidemiologi
Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika mengalami stroke,dan stroke
mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Di Amerika Serikat tercatat hampir
setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat
stroke. Selain itu, 11% orang Amerika berusia 55-64 tahun mengalami infark
serebral silent; prevalensinya meningkat sampai 40% pada usia 80 tahun dan
43% pada usia 85 tahun.
Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat
di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah
(16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Terjadi peningkatan prevalensi
stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah
didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi
12,1 per1000 (2013) (Riskesdas 2013). Organisasi Stroke Dunia mencatat
hampir 85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke
bila menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini. Badan kesehatan
dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring
dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada
tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (Yastroki, 2012)
3. Faktor Risiko
Faktor-faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat di klasifikasikan sebagai
berikut (Sjahrir, 2003) :
1. Non modifiable risk factors :
6
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Keturunan / genetic
2. Modifiable risk factors
a. Behavioral risk factors
1. Merokok
2. Unhealthy diet : lemak, garam berlebihan, asam urat, kolesterol,
• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikularis sinistra
• Perkusi :
Batas kiri bawah: ICS IV linea axillaris anterior sinistra
Batas kiri atas: ICS II linea parasternalis sinistra Batas kanan bawah: ICS IV linea parasternalis dekstra Batas kanan atas: ICS II linea parasternalis dekstra • Auskultasi : BJ I dan II (+), murmur (-) sistolik, gallop (-).
Abdomen:
1. Inspeksi : Datar, supel.
2. Auskultasi: Bising usus (+) normal
3. Perkusi : Timpani di semua regio abdomen
4. Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien ttb, nyeri tekan (-)
Limfosit 1.66 1.0 – 4.5 ribu Monosit 0.708 0.2-1 % RDW 14.6 10-18% Kimia Klinik SGOT 25 0-50 U / L SGPT 7 0-50 IU/L Ureum 54 H 10-50 mg/dL Kreatinin 2.14 H 0.62-1.1 mg/dL HDL direct 36 37-92 LDL-cholesterol 89.4 <150 Cholesterol 145 <200 dianjurkan
200-239 resiko sedang >= 240 resiko tinggi
Trigliserida 103 70-140 Elektrolit Natrium 136 L 136-146 mmol/L Kalium 4.1 3.5-5.1 mmol/L Chlorida 107 H 98-106 mmol/L
33
2. Head CT Scan Axial Non Kontras (2 September 2019)
Gambar. Hasil CT Scan Kepala Axial
• Tampak lesi hiperdens CT number 60 – 75 HU (volume ± 22 cm3 ) disertai edem perifocal pada lobus parietal kanan, corona radiata kiri
• Sulcus corticalis region lesi menyempit dan fisura sylvii normal • Differensiasi white grey matter jelas • Ventrikel lateralis, III dan IV normal • Tak tampak midline shifting • Sisterna perimesensefalis normal • Batang otak dan cerebellum normal
Kesan :
Gambaran Haemorrhagic (volume ± 22 cm3) pada lobus parietal kanan dan
corona radiata kiri.
DISKUSI II
Pada pemeriksaan fisik status generalisata ditemukan kesadaran E4M6V5
yakni pasien dalam keadaan composmentis yaitu pasien dalam kondisi sadar
34
penuh, baik terhadap diri maupun lingkungan. Pada pemeriksaan tanda vital di
IGD ditemukan peningkatan tekanan darah yaitu 160/90 mmHg, frekuensi nadi,
frekuensi napas, dan suhu tubuh normal. Pada pemeriksaan hari perawatan ke-7
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 65x/menit, frekuensi napas
20x/menit, suhu tubuh 36,5°C. Refleks cahaya dan pupil pasien dalam batas normal.
Pemeriksaan nervus cranialis dapat ditemukan bahwa sulcus nasolabialis kiri
sddikit lebih datar dibandingkan kanan, saat meringispun terlihat sedikit lebih sulit
pada bagian bibir kiri, dan pada saat menjulukan lidah terlihat terdapat lateralisasi
minimal, serta pada saat diminta mengangkat bahu kiri pasien sudah bisa
melakukannya dengan lebih baik dibanding hari – hari sebelumnya. Pemeriksaan
motorik pasien saat pemeriksaan kekuatan otot anggota gerak atas dan bawah
bagian kiri mendapat skor 4 yakni pasien dapat mengkat anggota geraknya, hal ini
sudah lebih membaik disbanding hari – hari sebelumnya. Hasil CT scan
didapatkan adanya intracerebral hemoragik dengan volume ±22 cm3 pada lobus
parietal kanan dan corona radiata kiri yang tidak mendesak ventrikel lateralis kiri.
Hasil tersebut menunjukkan adanya stroke hemoragik pada pasien.
VI. DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis klinis : vertigo, hemiparese sinistra
Diagnosis topis : Hemisfer dekstra
Diagnosis etiologi : Stroke hemoragik
VII. TATALAKSANA
1. Non Medikamentosa
• Tirah baring
• Edukasi keluarga mengenai penyakitnya:
- Diagnosis pasien
- Tatalaksana yang akan dilakukan
- Prognosis dari penyakit yang diderita pasien
2. Medikamentosa
• Inj. Piracetam 3 x 3 gr
• Inj. Citicoline 2 x 500 mg
• Inj. Methylcobalamin 1 x 1 amp
35
• Inj. Ranitidin 2x1 tab
• PO. Paracetamol 2 x 650 mg
• PO. Flunarizin 2x5 mg
DISKUSI III
Tatalaksana pada pasien ini meliputi tatalaksana non medikamentosa dan
medikamentosa. Tatalaksana nonmedikamentosa meliputi tirah baring dan
edukasi. Pemberian medikamentosa pada pasien ini sebagai berikut:
1. Piracetam
Piracetam meningkatkan deformabilitas eritrosit yang merupakan
elastisitas dan kemampuan sel darah merah melewati mikrovaskuler
tanpa mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Dengan meningkatnya
deformabilitas eritrosit maka akan mempermudah aliran darah
melewati pembuluh darah otak yang kecil sehingga memperbaiki
keadaan iskemia
2. Citicoline
Citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf melalui
peningkatan sintesis phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik
yang rusak melalui potensiasi dari produksi asetilkolin. Citicoline juga
menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu rehabilitasi memori pada
pasien dengan luka pada kepala dengan cara membantu dalam pemulihan
darah ke otak. Studi klinis menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif
dan motorik yang lebih baik pada pasien yang terluka di kepala dan
mendapatkan citicoline. Citicoline juga meningkatkan pemulihan ingatan
pada pasien yang mengalami gegar otak.
3. Methylcobalamin
Methylcobalamin adalah salah satu bentuk kimia dari vitamin
B12 yang memiliki peran penting terhadap pembentukan sel darah merah,
metabolisme sel tubuh, sel saraf, dan produksi DNA. Suplemen
methylcobalamin digunakan untuk menangani gangguan yang muncul
akibat kekurangan vitamin B12, seperti neuropati perifer dan anemia.
36
4. Ranitidine
Pemberian Ranitidine ditujukan sebagai gastroprotektor untuk
mencegah terjadinya stress ulcer pada lambung karena obat.
5. Paracetamol
Paracetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit
fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol
(asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak
mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung Pemberian paracetamol 650 mg pada pasien ini
lebih ditujukan untuk mengatasi nyeri kepala yan dialami pasien.
6. Flunarizin
Flunarizine merupakan golongan obat calcium chanel blocker dan
memiliki aktivitas memblok histamin H1. Obat ini termasuk ke dalam
kategori anti nyeri. Obat ini digunakan untuk profilaksis migrain,
penyakit oklusi vaskular perifer, vertigo sentral dan perifer, dan dapat
digunakan sebagai adjuvan pada terapi epilepsi.
37
FOLLOW UP
02/09/2019 03/09/2019 04/09/2019 05/09/2019
S Anggota gerak kiri lemah
(+), bicara pelo (-), nyeri
kepala (+), mual (+)
Anggota gerak kiri lemah
(+), bicara pelo (-), nyeri
kepala (-), mual (-)
Anggota gerak kiri lemah
, bicara pelo (-), nyeri
kepala (-), mual (-)
Anggota gerak kiri
lemah, bicara pelo (-),
nyeri kepala (-), mual (-)
O KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S:36.5oC, N: 80x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 160/90 mmHg
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S:36,5oC,N: 68x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 110/60 mmHg
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S:36,5oC, N:67 x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 130/80 mmHg
KU : compos mentis,
GCS E4M6V5
S:36,5oC,N:67 x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 120/80 mmHg
A Stroke infark III Stroke infark IV Stroke infark V Stroke infark VI
P IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x 1
amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
PO. Paracetamol 2 x 650
mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
Pemeriksaan CT Scan
Head Axial
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x 1
amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
PO. Paracetamol 2 x 650
mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
PO. CPG 1 x 75 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500
mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x
1 amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
PO. Paracetamol 2 x 650
mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
PO. CPG 1 x 75 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500
mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x
1 amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
Inf. Mannitol 4 x 125 (4)
PO. Paracetamol 2 x 650
mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
PO. CPG 1 x 75 mg
38
06/09/2019 07/09/2019 08/09/2019 09/09/2019
S Kelemahan anggota gerak kiri, pusing (-)
Kelemahan anggota gerak kiri, pusing (-)
Kelemahan anggota gerak kiri, pusing (-)
Kelemahan anggota gerak kiri, pusing (-)
O TD : 150/90 RR : 20 HR : 72 S : 36.3oC
TD : 140/80 RR : 20 HR : 66 S : 36.5oC
TD : 150/90 RR : 20 HR : 66 S : 36.5oC
TD : 130/80 RR : 20 HR : 65 S : 36.5oC
A Stroke hemoragik VII CT Scan (+)
Stroke hemoragik VIII Stroke hemoragik IX Stroke hemoragik X
P IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500
mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x
1 amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
Inf. Manitol 4 x 125 (3)
PO. Paracetamol 2 x 650
mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x 1
amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
Inf. Manitol 4 x 125 (3)
PO. Paracetamol 2 x 650 mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x 1
amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
Inj. Manitol 4 x 125 (T.A)
PO. Paracetamol 2 x 650 mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
IVFD RL 20 tpm
Inj. Citicoline 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Methylcobalamin 1 x
1 amp
Inj. Piracetam 3 x 3 gr
PO. Paracetamol 2 x 650
mg
PO. Flunarizin 2 x 5 mg
Rencana BLPL
39
DAFTAR PUSTAKA
Adam HP, Del Zoppo GJ, Kummer RV. Management of stroke. 2nd Ed, Professional communications inc New York, 2002
CP Warlow, MS Dennis, J Van Gijn, GJ Hankey, PAG Ssandercock, JH
Bamford, Wardlaw. Stroke.A practical guide to management. Specific treatment of acute ischaemic stroke Excell Typesetters Co Hongkong, 1996; 11; 385 – 429.
Feigin V. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke
(terjemahan). cetakan kedua. PT Buana Ilmu Populer. Jakarta. 2006.
Gilroy J. Basic Neurology. Third Edition. Mc Graw Hill. New York, 2000; 225 -306.
Hinton RC. Stroke, in Samuel MA Manual of Neurologic Therapeutics. Fifth
Edition. Litle Brown and Company Ney York 1995 ; 207 –24.
Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000 Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke: Classification of
cerebrovascular disease III. Stroke 1990, 21: 637-76.