. BAB IPENDAHULUAN
Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi
dan sebelah anterior trakea, merupakan salah satu kelanjar endokrin
terbesar, normalnya memiliki berat 15 sampai 20 gram pada orang
dewasa1. Kelenjar tiroid adalah salah satu organ endokrin yang
memiliki peranan penting di dalam metabolisme tubuh dengan
mensekresikan dua macam hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3).1 Di luar kelainan bawaan, kelainan kelenjar
tiroid dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu penyakit
yang menyebabkan perubahan fungsi dan penyakit yang menyebabkan
perubahan jaringan dan bentuk kelenjar seperti struma nodular.
Fungsi kelenjar tiroid dapat rendah (hipotiroid), normal (eutiroid)
atau meningkat (hipotiroid) (guyton).1 Sedangkan suatu keadaan
pembesaran kelenjar tiroid apa pun sebabnya disebut dengan struma
atau goiter atau gondok.2,3 Pembesaran dapat bersifat difus atau
nodosa serta toksik dan non toksik. Pembesaran dikatakan difus bila
seluruh kelenjar tiroid membesar, atau nodosa, yang berarti bahwa
terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran nodosa dapat
dibagi lagi menjadi uninodosa bila hanya terdapat 1 nodul dan
multinodular, bila terdapat lebih dari 1 nodul pada satu lobus atau
kedua lobus kelenjar tiroid.2,3 Sedangkan definisi dari struma non
toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid baik difus maupun nodusa
yang tidak disebabkan oleh proses inflamasi, keganasan, maupun
fungsi kelenjar tiroid yang abnormal.4Struma multinodusa non toksik
adalah penyakit tiroid paling umum di seluruh dunia ditandai dengan
pembesaran tiroid unilateral atau bilateral dengan perubahan
morfologi dan atau fungsi folikel serta eutiroid. Struma nodusa
menjadi masalah kesehatan terutama di daerah endemik. Struma
disebut endemic apabila di suatu daerah prevalensinya mencapai
lebih dari 10% pada anak-anak antara 6-12 tahun, dan sporadic bila
prevalensinya mencapai kurang atau sama dengan 10%.5 Struma endemic
biasanya dalam bentuk struma nodusa terutama ditemukan di daerah
pegunungan yang airnya kurang mengandung iodium. Di luar daerah
endemic, struma nodusa dijumpai pada keluarga tertentu, etiologinya
umumnya multifactor. Struma nodusa juga lebih banyak ditemukan pada
wanita berusia lanjut.6 Prevalensi dari nodul tiroid bervariasi
tergantung dari metode skrining yang digunakan. Dilaporkan bahwa
nodul tiroid ditemukan pada 4-7% populasi melalui palpasi pada
leher dan 30-50% populasi melalui pemeriksaan ultrasonografi
(USG).6Walaupun sebagian besar struma nodusa tidak menganggu
pernapasan karena pertumbuhannya ke arah lateral atau ke anterior,
sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika
pembesarannya bilateral. Selain itu 5% struma nodusa dapat
mengalami degenerasi maligna.2,5,7 Prevalensinya meningkat pada
anak-anak, pasien di bawah umur 30 tahun dan di atas 60 tahun serta
yang memiliki riwayat terpapar radiasi.5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi kelenjar tiroidKelenjar tiroid terletak di belakang
muskulus strenothyroideus dan muskulus sternohyoideus setinggi
vertebra servikalis V sampai vertebra thoracica I. Kelenjar ini
umumnya terdiri dari lobus kanan dan kiri yang terletak
anterolateral terhadap larynx dan trachea. Kedua lobus dihubungkan
oleh isthmus di bawah kartilago krikoidea yang biasanya terletak di
di depan tracheal rings kedua dan ketiga. Kadang-kadang terdapat
sebuah lobus tambahan yang disebout lobus piramidalis yang berasal
dari isthmus, tertetak di daerah superior isthmus. Kelenjar tiroid
dibungkus oleh fibrous capsule yang tipis yang memancarkan
sekat-sekat ke dalam jaringan kelenjar. Di sebelah luar fibrous
capsule terdapat selubung longgar (fascial sheat) yang berasal dari
fascia pretrachealis.8 Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak
pada permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah
kelenjar ini sering bervariasi.2
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Gardner DG,
Shoback D. Greenspans Basic & Clinical Endocrinology. 9th ed.
2011.
Gambar 2.2 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith &
Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.
Gambar 2.3 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith &
Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.Kelenjar tiroid
kaya akan vaskularisasi berasal dari arteri tiroidea superior dan
inferior. Pembuluh darah ini terletak antara fiborus capsule dan
fascia pratrachealis serta facial sheath yang longgar. Arteri
tiroidea superior, cabang pertama arteri karotis eksterna melintas
turun ke pole superior masing-masing lobus kelenjar tiroid,
menembus fascia pratrachealis dan dibagi menjadi cabang anterior
serta cabang posterior. Arteri tiroidea inferior, cabang
thyroservical trunk, melintas dari arteri subclavia ke superomedial
dan posterior carotid sheath untuk mencapai bagian posterior
kelanjar tiroid. Pada sekitar 10% orang, sebuah arteri tiroidea
ima, cabang trunkus brachiocephalica, melintas ke atas ke permukaan
anterior trakea, dan berlanjut ke isthmus kelenjar tiroid, sering
tidak sengaja terpotong pada saat trakeostomi sehingga menimbulkan
perdarahan.2,8 Tiga pasang vena tiroidea biasanya menyalurkan darah
ke pleksus vena pada permukaan anterior kelenjar tiroid dan trakea.
Vena tiroidea superior bersama dengan arteri tiroidea superior
menyalurkan darah ke bagian pole atas kelenjar, vena tiroidea media
menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus, dan vena tiroidea
inferior menyalurkan darah dari pole bawah. Vena tiroidea superior
dan vena tiroieda media bermuara ke dalam vena jugularis interna
sedangkan vena tioreda inferior bermuara ke dalam vena
brachiocephalica.8
Gambar 2.3 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith &
Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.
Gambar 2.4 Struktur Anatomi Kelenjar Tiroid Sumber : Keith &
Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.Persarafan kelenjar
tiroid berasal dari cervical sympathetic ganglia superior, tengah,
dan inferior. Saraf-saraf ini mencapai kelenjar tiroid melalui
inferior thyroid periarterial plexuses cardiac, superior dan
inferior, mengikuti arteri-arteri tiroid. Terdapat dua saraf yang
mensarafi laring dan pita suara yaitu nervus laryngea superior dan
nervus laryngeal reccurrens (cabang nervus vagus). Apabila saraf
ini cedera waktu operasi akibatnya pita suara terganggu yang
menyebabkan suara serak.2,8
Gambar 2.5 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith &
Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.
Gambar 2.6 Struktur Anatomi Kelenjar TiroidSumber : Keith &
Moore. Essential Clinical Anatomy, 3th ed, 2007.
2.2 Fisiologi kelenjar tiroidSintesis dan sekresi hormon tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari lebih dari satu juta kelompok sel atau
folikel. Struktur ini tersusun sferis dan terdiri dari sel-sel yang
mengelilingi rongga sentral yang mengandung zat seperti jeli yang
disebut koloid, berfungsi menyimpan hormon tiroid sebelum
disekresi. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu
tiroksin (T4) yang dalam bentuk aktif hormon ini disebut
triiodotironin (T3). T3 sebagian besar berasal dari konversi
hormone T4 di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
oleh kelenjar tiroid.2 Kira-kira 93% hormon-hormon aktif
metabolisme yang disekersikan oleh kelenjar tiroid adalah T4 dan 7%
adalah T3. Akan tetapi hampir semua T4 akhirnya diubah menjadi T3
di dalam jaringan sehingga secara fungsional keduanya bersifat
penting. Secara kualitatif fungsi kedua hormon sama, tetapi
keduanya berbeda dalam kecepatan dan intesitas kerjanya. T3
kira-kira 4 kali lebih kuat dari T4, namun jumlahnya di dalam darah
jauh lebih sedikit dan keberadaanya dalam darah jauh lebih singkat
daripada T4.1 Iodida anorganik yang diserap dari saluran cerna
merupakan bahan baku hormon tiroid. Sel kelenjar tiroid secara
transport aktif melakukan transportasi iodium ke dalam
sitoplasmanya.1,2 Iodida yang ditelan per oral akan diabsorbsi dari
saluran cerna ke dalam darah. Tahap pertama pembentukan hormon
tiroid adalah pengangkutan iodida dari darah ke dalam sel-sel dan
folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid mempunyai
kemampuan yang spesifik untuk memompa iodida secara aktif ke bagian
dalam sel (iodide trapping) kemudian iodida dipekatkan
konsentrasinya menjadi kira-kira 30 kali dari konsentrasinya di
dalam darah.1Sel-sel kelenjar tiroid mensekresi molekul
glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin. Molekul tiroglobulin
mengandung sekitar 70% asam amino tirosin yang merupakan sisa
bagian dari molekul tiroglobulin selama sintesis hormone tiroid.
Tiroglobulin merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodide
untuk membentuk hormon tiroid sehingga hormon tiroid dibentuk di
dalam molekul tiroglobulin.1 Tahap pertama yang penting dalam
pembentukan hormon tiroid adalah perubahan iodide anorganik (I2)
menjadi bentuk organiknya yaitu iodium (I-) yang selanjutnya mampu
berikatan dengan asam amino tirosin. Proses oksidasi ini
ditingkatkan oleh enzim peroksidase.1 Proses selanjutnya adalah
pengikatan iodium dengan molekul tiroglobulin yang disebut dengan
organifikasi tiroglobulin. Iodium yang telah teroksidasi kemudian
akan bergabung dengan asam amino tirosin membentuk monoiodotirosin
(MIT) dan selanjutnya menjadi diodotirosin (DIT).1Dalam molekul
tiroglobulin, MIT dan DIT yang terbentuk dari proses iodinasi akan
saling bergandengan (coupling). Satu molekul DIT yang bergandengan
satu molekul DIT linnya membentuk tiroksin (T4), sedangkan satu
molekul MIT dan satu molekul DIT yang bergandengan membentuk
triiodotiroinin (T3).1 Setelah hormon tiroid disintesis, setiap
molekul tiroglobulin mengandung lebih banyak molekul tiroksin (T4)
daripada molekul (T3) yang akan disekresikan apabila ada stimulasi
TSH. Sebelum disekresikan molekul T4 dan T3 harus dipecah dari
molekul tiroglobulin dan selanjutnya hormon bebas ini dilepaskan ke
pembuluh kapiler di sekitarnya.1 Sekitar tiga perempat tirosin yang
telah diiododinasi di dalam tiroglobulin akan tetap sebagai DIT dan
MIT. Molekul tiroglobulin yang sebelumnya telah dipecah untuk
membebaskan T4 dan T3 juga melepaskan tirosin yang telah ada di
molekul tiroglobulin. Akan tetapi tirosin tidak dilepaskan dalam
darah, sebaliknya dengan bantuan enzim deiodonase, iodium
dilepaskan dari tirosin untuk mengalami proses diodonisasi kembali
sehingga dapat dihasilkan hormon tiroid tambahan.1 Pengaturan
sekresi hormon tiroidSekresi hormone tiroid dikendalikan oleh TSH
yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar
hipofisis secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh
kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan
balik negatif terhadap sekresi thyrotropine releasing hormone (TRH)
oleh hipotalamus. Hormon kelenjar tiroid mempunyai pengruh yang
sangat bervariasi terhadap jaringan/organ tubuh yang pada umumnya
berhubungan dengan metabolisme sel. Pada kelenjar tiroid juga
terdapat sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin. Kalsitonin
adalah suatu polipeptida yang turut mengatur metabolisme kalsium,
yaitu menurunkan kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya teradap
tulang.2
2.3 Definisi struma dan nodul tiroidStruma adalah istilah
terjadinya pembesaran kelenjar tiroid yang dapat disebabkan oleh
proses inflamasi, neoplasma, maupun gangguan fungsi kelenjar tiroid
yang abnormal. Sedangkan nodul tiroid adalah terdapatnya massa pada
kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi secara
difus bila seluruh kelenjar tiroid membesar, atau nodosa, yang
berarti bahwa terdapat nodul dalam kelenjar tiroid. Pembesaran
nodosa dapat dibagi lagi menjadi uninodosa bila hanya terdapat 1
nodul dan multinodular, bila terdapat lebih dari 1 nodul pada satu
lobus atau kedua lobus kelenjar tiroid.2,4,9 Berdasarkan
konsistensinya, nodul tiroid dapat dibedakan menjadi nodul koloid
bila berkonsistensi padat, dan nodul kistik bila mengandung cairan.
Nodul kistik terdiri dari kistik simple/sederhana bila seluruhnya
terisi cairan, dan kistik komplek bila sebagian padat dan
sebaginnya lagi cair. 9 Tiroid juga dibedakan menjadi dua yaitu
jinak dan ganas berdasarkan potensi selnya untuk menyebar ke luar
kelenjar tiroid ke jaringan yang berdekatan atau bagian tubuh yang
lebih jauh.2,4,9 Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid akan
menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang sesuai yang disebut
dengan eutiroid atau struma non toxic. Bila jumlah hormon tiroid
yang dihasilkan melebihi nilai normal disebut dengan hipertirodisme
atau struma toxic, dan bila kelenjar tiroid tidak mampu
menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang cukup disebut
hipotiroidisme. Dengan demikian definisi dari struma multinodular
non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang terdiri dari
nodul multiple serta eutiroid. Ukuran nodul dapat kecil (berukuran
dalam millimeter) atau pun besar (beberapa centimeter), serta
penyebabnya dapat jinak atau ganas.2,4,9
2.4 EpidemiologiAngka kejadian struma pada wanita 4 kali lebih
besar daripada laki-laki.10 Insiden nodul tiroid meningkat seiring
dengan bertambahnya umur. Struma atau goiter dapat terjadi secara
endemik maupun sporadik. Struma disebut endemik apabila di suatu
daerah prevalensinya mencapai lebih dari 10% pada anak-anak antara
6-12 tahun, dan sporadik bila prevalensinya mencapai kurang atau
sama dengan 10%.5 Pada struma endemik terjadi pada daerah-daerah
geografik tempat tanah, air, dan pasokan pangan hanya mengandung
iodium yang rendah. Keadaan semacam ini terutama ditemukan di
daerah pegunungan. Sedangkan pada struma sporadik lebih jarang
terjadi dibandingan struma endemik. Terlihat predominasi wanita
yang mencolok dan insiden puncaknya teralihat pada usia dewasa
muda. Struma sporadik dapat disebabkan oleh sejumlah keadaan yang
meliputi konsumsi zat-zat yang menganggu sinstesis hormon tiroid
(zat goitrogen yang ditemukan pada sejumlah sayuran dan tanaman).
Pada kasus-kasus lainnya dapat terjadi struma karena defek
enzimatik yang herediter dan menganggu sintesis hormone tiroid,
defek ini diturunkan sebagai keadaan autosomal-resesif. Defek pada
sintesis hormon tiroid tersebut meliputi defek pada transportasi,
organifikasi, serta dehalogenasi iodium dan perangkaian
iodotirosin.11
2.5 Etiologi Pada banyak pasien,etiologi dari struma non toksik
masih tidak jelas karena kadar serum TSH yang normal. Di seluruh
dunia defisiensi iodium adalah penyebab paling umum struma non
toksik atau disebut endemik goiter. Dengan meluasnya penggunaan
garam beryodium, defisiensi iodium di negara-negara maju menjadi
relatif jarang. Namun, di Negara berkembang salah satunya
Indonesia, asupan iodium masih nyata kekurangan. Persyaratan iodium
yang optimal untuk orang dewasa berkisar 150-300 g / hari namun di
daerah endemik gondok, asupan harian (dan ekskresi urin) iodium
turun di bawah 50 g /d. Beberapa struma dapat disebabkan oleh
adanya mutasi pada gen yang terlibat dalam pertumbuhan tiroid dan
atau fungsi tiroid. Selain itu, zat goitrogen yang ditemukan pada
sejumlah sayuran dan tanaman juga dapat menganggu sintesis hormon
tiroid.12
2.6 Patogenesis2.7 Top of FormKekurangan iodium akan mencegah
produksi hormone tiroksin dan dan triiodotironin. Akibatnya, tidak
tersedia hormone yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH
oleh hipofisis anterior. Hal ini menyebabkan kelenjar hipofisis
menyekresi banyak sekali TSH, selanjutnya TSH merangsang sel-sel
tiroid menyekresi banyak koloid tiroglobulin ke dalam olikel, dan
kelenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi, oleh karena iodiumnya
kurang, produksi tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat dalam
molekul tiroglobulin, sehingga tidak ada penekanan secara normal
pada produksi TSH oleh kelenjar hipoisis. Ukuran folikelnya menjadi
sangat besar, dan kelenjar tiroid dapat membesar 10 sampai 20 kali
ukuran normal.1
2.8 DiagnosisAnamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang berperanan penting dalam menentukan diagnosis penyakit
tiroid.21. AnamnesisMelalui anamnesis dapat kita nilai beberapa
faktor risiko terjadinya struma. Jenis kelamin, umur, riwayat
terpapar radiasi, riwayat keluarga yang menderita keluhan seperti
adanya benjolan pada leher yang mengarah pada struma, harus
ditanyakan kepada pasien. Selain itu dari anamnesis juga dapat
diketahui gejala klinis pada pasien. Pada struma multinodular
gejala klinis bervariasi dan tergantung pada ukuran, lokasi, dan
fungsi dari kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien eutiroid dengan
ukuran struma yang kecil biasanya asimptomatik, oleh karena itu
gejala klinisnya terutama berkaitan dengan efek massa akibat
kelenjar tiroid yang membesar.7,11 Biasanya penderita struma nodosa
tidak mempunyai keluhan karena tidak mengalami hipo- atau
hipertiroidsme. Nodul dapat tunggal, tetapi kebanyakan
berkembang/berubah menjadi multinoduler tanpa perubahan fungsi.
Degenerasi jaringan menyebabkan terbentuknya kista atau adenoma.
Karena pertumbuhannya terjadi secara perlahan, struma dapat
membesar tanpa memberikan gejala selain adanya benjolan di leher
yang dikeluhkan terutama atas alasan kosmetik. Sebagian besar
penderita struma nodosa dapat hidup dengan struma tanpa keluhan.2
Namun, jika ukuran struma cukup besar, akan dapat menekan area
trakea yang mengakibatkan adanya gangguan pada respirasi (dyspnea)
dan juga penekanan di esofagus sehingga terjadi gangguan
menelan.2,9
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan
melakukan palpasi pada kedua lobus kelenjar tiroid, dan
keakuratannya sangat tergantung pada pemeriksa. Pada pemeriksaan
penderita, nodul tiroid yang kita dapatkan mungkin saja bersifat
nodular atau halus, lokal ataupun difus, keras atau lembut, dapat
dimobilisasi atau terfiksir, dan terasa nyeri saat dipegang ataupun
tidak. Jumlah dari nodul hanya pada 1 lobus (soliter) atau terdapat
pada kedua lobus (multipel). Nodul yang berukuran kurang dari 1 cm
mungkin saja tidak dapat terpalpasi kecuali nodul tersebut terletak
pada bagian anterior dari lobus tiroid.Terdapat 2 cara palpasi
kelenjar tiroid. Cara anterior dilakukan dengan cara pemeriksa dan
pasien duduk saling berhadapan. Dengan memfleksi leher pasien atau
memutar dagu sedikit ke kanan, pemeriksa dapat merelaksasi muskulus
strenokleidomastoideus pada sisi itu, sehingga memudahkan
pemeriksaan. Tangan kanan pemeriksa menggeser laring ke kanan dan
selama menelan lobus tiroid kanan yang tergeser dipalpasi dengan
ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Setelah memeriksa lobus
kanan, laring digeser ke kiri dan lobus kiri dievaluasi melalui
cara serupa dengan tangan sebelah. Kemudian pemeriksa harus berdiri
di belakang pasien untuk meraba tiroid melalui cara posterior. Pada
cara ini pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada leher pasien
yang posisi lehernya sedikit ekstensi. Pemeriksa memakai tangan
kirinya mendorong trakea ke kanan. Saat pasien menelan, tangan
kanan pemeriksa meraba kelenjar tiroid. Setelah memeriksa lobus
kanan, lobus kiri dievaluasi melalui cara serupa dengan tangan
sebelah. Selain palpasi dari nodul tiroid tersebut, kita juga perlu
memeriksa apakah ada pembesaran dari kelenjar getah bening pada
daerah kepala dan leher. Karena salah satu tanda dari keganasan
tiroid adalah terdapatnya limpadenopati pada daerah servikal
disamping dari ditemukannya nodul yang lebih dari 4 cm, keras dan
terfiksir, atau suara serak.
3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang berguna untuk
membantu menegakkan diagnosis struma Pemeriksaan penunjang tersebut
terdri dari pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar
tiroid, pemeriksaan imaging untuk mengetahui jumlah dan jenis
nodul, dan pemeriksaan sitology atau histologi untuk menetukan
perubahan patologis.2 Biokimia (Pengukuran kadar FT4 dan
TSHs)Pemeriksaan biokimia secara radioimunoesai dapat memberikan
gambaran fungsi tiroid yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, FT4,
TBG, dan TSH dalam plasma. Kadar T4/FT4 serum total dapat
mencerminkan fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3 serum total selalu
tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG
kadangkala diperlukan untuk menginterpretasi kadar T4, dan sampai
tingkat tertentu berlaku untk kadar T3. Kadar TBG dapat berubah
pada kehamilan atau pada pengobatan dengan estrogen. Pemeriksaan
kadar TSH serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk
hipotiroidisme karena kadar ini meningkat sebelum terjadi penurunan
kadar T4.2Antibodi mikrosom dan antibodi tiroglobulin umumnya
meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun. Thyroid
stimulating immunoglobulin (TSI) dapat ditemukan pada penderita
penyakit Graves. Tiroglobulin dapat ditemukan dalam serum orang
normal, dan kenaikan kadar tiroglobulin dapat digunakan untuk
mengetahui rekurensi karsinoma tiroid setelah tiroidektomi total.2
Imaging Ultrasonografi (USG)Ultrasonografi(USG) digunakan untuk
menentukan apakah nodul tiroid, baik yang teraba pada palpasi
maupun tidak merupakan nodul tunggal atau multiple padat atau
kistik. USG terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan
kenganasan dan hanya dapat mendeteksi nodul yang berpenampang lebih
dari setengah sentimeter.2
Sidik radioaktif / thyro-scanSidik radioaktif/thyro-scan dengan
unsur radioaktif teknesium (Tc99m) atau Iodium 131 (I 131) dapat
menunjukkan gambaran fungsional jaringan tiroid dengan melihat
kemampuan ambilan unsur radioaktif di atas. Cara ini berguna untuk
menentukan apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi
(nodul panas), hipofungsi (nodul dingin), atau normal (nodul
hangat). Kemungkinan keganasan ternyata lebih besar pada nodul
dingin meskipun karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul
hangat.2 Nodul panas jarang mengarah ke malignansi; tetapi 5-8%
dari nodule hangat dan dingin adalah malignansi.14
SitologiFine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB)Pemeriksaan sitology
nodul tiroid diperoleh dengan biopsy aspirasi jarum halus (fine
needle aspiration biopsy, FNAB). Cara pemeriksaan ini cukup akurat
untuk mendiagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau limfoma.
Biopsi aspirasi jarum halus adalah cara terbaik mendiagnosis
kemungkinan kegananan dalam nodul tiroid, dan dianggap sebagai cara
diagnosis yang lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan
radioaktif maupun ultrasonografi.22.9 Diagnosis bandingBeberapa
diagnosis banding struma multinoduler non toksik antara
lain:2Tiroiditis Tiroiditis HashimotoTiroiditis Hashimoto adalah
tiroiditis kronik yang ditandai oleh kegagalan tiroid bertahap
karena terjadi proses autoimun serta hipotiroidisme. Penyakit ini
lebih banyak dijumpai pada usia 45 dan 65 tahun dengan predominasi
wanita. Tiroiditis De QuervainTiroiditis De Quervain adalah
inflamasi akut mengenai seluruh kelenjar tiroid, disebabkan oleh
inflitrasi sel neutroil, sel limfosit, dan sel histiosit. Gambaran
klinis berupa pembesaran tiroid ringan atau sedang yang sanga nyeri
serta gejala dan tanda sistemik. Tiroiditis RiedelMerupakan jenis
yang sangat jarang ditemukan, juga dianggap sebagai reaksi
autoimun. Kelenjar tiroid menjadi keras, berbentuk asimetri
sehingga suka dibedakan dengan adenokarsinoma anaplastik karena
konstistensinya sangat padat.
Penyakit GravePenyakit Grave lain juga disebut penyakit Basedow
(jika dijumpai trias Basedow, yaitu adanya struma tiroid difus,
hipertiroidisme, dan eksoftlamos). Gejala-gejala yang dapat
ditemukan pada penyakit ini antara lain keringat berlebihan, tremor
tangan, toleransi terhadap panas menurun, penurunan berat badan,
emosi tidak stabil, gangguan mentsruasi berupa amenorea, dan sering
buang air besar.
Karsinoma tiroid Karsinoma tiroid berasal dari sel folikel
tiroid, dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi
baik, yaitu bentuk papilar, folikular, atau campuran keduanya,
karsinoma medular yang berasal dari sel parafolikuler dan
mengeluarkan kalsitonin, serta karsinoma berdierensiasi
buruk/anaplastik.
Untuk membedakan nodul bersifat jinak atau ganas adalah sebagai
berikut.2,12,13Nodul ganasNodul jinak
UsiaUsia 60 tahunUsia >30 tahun dan