BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari yang difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf yang mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini berkabut, ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak lagi difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua- duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan
cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari
yang difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf
yang mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini
berkabut, ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak
lagi difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat
mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada
malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-
duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak
adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit
sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter. Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga
70% pada usia lebih dari 75 tahun.
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.
Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga
penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan
tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor
ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara
tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin,
tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat
1
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan
myopia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Katarak
2.1.1. Definisi
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,
yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut.
Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat
ini belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa teori konsep penuaan
menurut Ilyas (2005) sebagai berikut:
Teori putaran biologik (“A biologic clock”).
Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati.
Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik
yang mengakibatkan kerusakan sel,
Teori mutasi spontan,
Teori “A free radical’
o Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat.
o Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi.
o Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
Teori “A cross-link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu fungsi.
Perubahan lensa pada usia lanjut:
A. Kapsul
Menebal dan kurang elastis,
Mulai presbiopia,
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur,
3
Terlihat bahan granular,
B. Epitel
Del epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat,
Bengakak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata,
C. Serat lensa
Lebih irregular
Pada korteks jelas kerusakan serat sel,
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa,
sedang warna cokelat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal,
Korteks tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan mengalami fotooksidasi,
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda,
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
2.1.2. Anatomi lensa
Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa
memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan
posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior
10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dan
ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir hingga 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa
135 mg pada usia 0-9 tahun hingga 255 mg pada usia 40-80 tahun.
Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior
iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan badan vitreus yang di
sebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal
yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki
serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di
tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat
zonula ini, yang bersal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang
mengelilingi lensa secara sirkular
4
2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko
A. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga.
Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat
lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati
ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat
lensa paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling
muda berada tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan
usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus.
Pengerasan nukleus lensa disebut dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring
dengan pertambahan usia, protein lensa pun mengalami perubahan kimia.
Fraksi protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan
beragregasi membentuk protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini
menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi
meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa menjadi
tidak tembus cahaya.
B. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah adalah atom atau meolekul yang memiliki satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas dapat merusak protein,
lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan
oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen dari oksigen
yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom, dan dari
agen eksternal seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen adalah
anion superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil
5
(ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan hidrogen
peroksida (H2O2).
Agen oksidatif tersebut dapat memindahkan atom hidrogen dari asam
lemak tak jenuh membran plasma membentuk asam lemak radikal dan
menyerang oksigen serta membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih
lanjut akan membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida
(MDA). MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein.
Polimerisasi dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi kristalin dan
inaktivasi enzim-enzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti
katalase dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang dapat menyebabkan
kekeruhan pada lensa.
C. Radiasi ultraviolet
Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa
karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki
energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari
bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies
oksigen reaktif.
D. Merokok
Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara merokok dan
penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998) menyatakan bahwa merokok
dapat menyebabkan akumulasi kadmium di lensa. Kadmium dapat
berkompetisi dengan kuprum dan mengganggu homeostasis kuprum.
Kuprum penting untuk aktivitas fisiologis superoksida dismutase di lensa.
Sehingga dengan adanya kadmium menyebabkan fungsi superoksida
dismutase sebagai antioksidan terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya
kerusakan oksidatif pada lensa dan menimbulkan katarak. Disebutkan juga
bahwa kadmium dapat mengendapkan lensa sehingga timbul katarak. Hal
yang hampir sama juga dikemukakan oleh Sulochana, Puntham, dan
Ramakrishnan (2002). Bedanya bahwa kadmium juga dapat mengganggu
homeostasis zincum dan mangan pada enzim superoksida dismutase.
6
Hasil penelitian El-Ghaffar, Azis, Mahmoud, dan Al-Balkini (2007)
menyatakan bahwa NO yang menyebabkan katarak dengan mekanisme NO
bereaksi secara cepat dengan anion superoksida untuk membentuk
peroksinitrit sehingga terjadi nitratasi residu tirosin dari protein lensa. Hal ini
dapat memicu peroksidasi lipid membentuk malondyaldehida.
Malondyaldehida memiliki efek inhibitor terhadap enzim antioksidan seperti
katalase dan glutation reduktase sehingga terjadi oksidasi lensa lalu terjadi
kekeruhan lensa dan akhirnya terbentuk katarak.
E. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten
Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi
menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat
mencegah terjadinya katarak.
F. Dehidrasi
Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada
lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa
dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.
G. Trauma
Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga
timbul katarak.
H. Infeksi
Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai
sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.
I. Obat-obatan seperti kortikosteroid
Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya
katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah
katarak subkapsular.
7
J. Penyakit sistemik seperti diabetes
Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya kadar
gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi
sangat terhidrasi dan timbul katarak.
K. Genetik
Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan
maturasi katarak.
L. Myopia
Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan
kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada
lensa.
2.1.4. Klasifikasi Katarak
A. Klasifikasi berdasarkan morfologis
Berdasarkan morfologisnya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kapsular, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa, dapat
berupa katarak kapsular anterior dan katarak kapsular posterior. Katarak
kapsular dapat disebabkan oleh usia, uveitis yang berhubungan dengan
sinekia posterior, obat-obatan, radiasi, dan trauma.
b. Katarak subkapsular, adalah katarak yang melibatkan bagian superfisial
korteks atau tepat di bawah kapsul lensa dapat berupa katarak
subkapsular anterior dan katarak subkapsular posterior. Katarak
subkapsular posterior dapat terjadi akibat usia, radiasi, konsumsi steroid,
diabetes, myopia berat dan degenerasi retina. Katarak subkapsular
Anterior dapat terjadi bersamaan dengan katarak subkapsular posterior
dan dapat disebabkan oleh jejas lokal, iritasi, uveitis dan radiasi.
Katarak Subkapsular Anterior
8
Katarak Subkapsular Posterior
c. Katarak kortikal, adalah katarak yang melibatkan korteks lensa dan
merupakan katarak yang paling sering terjadi. Katarak kortikal
disebabkan oleh usia dan diabetes. Lapisan kortikal kurang padat
dibandingkan nukleus sehingga lebih mudah menjadi sangat terhidrasi
akibat ketidakseimbangan elektrolit, yang secepatnya akan mengarah ke
kerusakan serat korteks lensa.
d. Katarak nuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian nukleus lensa.
Katarak nuklear disebabkan oleh faktor usia. Katarak nuklear merupakan
sklerosis normal yang berlebihan atau pengerasan dan penguningan
nukleus pada usia lanjut.
Katarak Nuklear
e. Katarak supranuklear, adalah katarak yang melibatkan bagian korteks
lensa yang paling dalam, tepat di atas nukleus lensa.
f. Katarak polar, adalah katarak yang melibatkan kapsul lensa dan
superfisial korteks lensa hanya di regio polar, dapat berupa katarak polar
anterior dan katarak polar posterior. Katarak polar biasanya terdapat
pada katarak kongenital atau karena trauma sekunder.
g. Katarak campuran, adalah keadaan di mana lebih dari satu tipe katarak
muncul bersamaan. Pada awalnya katarak biasanya muncul sebagai satu
tipe saja tetapi akan dapat menjadi katarak gabungan ketika bagian lensa
yang lain juga mengalami degenerasi. Katarak gabungan
mengindikasikan katarak telah lanjut dan perkembangannya harus lebih
diperhatikan. Pasien dengan katarak gabungan akan memiliki gejala
penurunan visus.
9
B. Klasifikasi berdasarkan permulaan terjadinya katarak
Berdasarkan permulaan terjadinya, katarak dapat dibagi atas:
a. Katarak kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes
mellitus, hipoparatirodisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan
histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus,