BAGIAN BEDAH APRIL 2015FAKULTAS KEDOKTERAN DIVISI
DIGESTIFUNIVERSITAS HASANUDDIN
Laporan KasusCarcinoma Recti 1/3 Distal
DISUSUN OLEH :St. Hardiyanti. S. MalikC111 10 257
PEMBIMBING :dr. Daud Tumaruk
SUPERVISOR :dr. Mappincara, Sp.B-KBD
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN
BEDAHFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN2015HALAMAN
PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :Nama:St.
Hardiyanti. S. MalikNIM:C111 10 257Fakultas:
KedokteranUniversitas:HasanuddinJudul Laporan Kasus:Carcinoma Recti
1/3 distalTelah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan
klinik pada bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.Makassar, April 2015
Pembimbing
dr. Daud Tumaruk
Supervisor Baca
dr. Mappincara, Sp.B-KBD
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama:Tn.TUmur: 69 tahunJenis
Kelamin:Laki-lakiAlamat:KendariTanggal MRS:10-04-2015No.
RM:702061
II. ANAMNESISKeluhan UtamaBuang air besar bercampur lendir dan
darah
Anamnesis TerpimpinDialami sejak 7 bulan lalu sebelum masuk
Rumah Sakit. Riwayat BAB seperti kotoran kambing ada. Pasien
mengeluh susah buang air besar dan rasa tidak puas setelah buang
air besar. Nyeri saat buang air besar ada. Mual dan muntah tidak
ada. Riwayat batuk maupun sesak disangkal. Riwayat penurunan berat
badan selama 3 bulan terakhir ada 3 kg. Riwayat keluhan yang sama
dalam keluarga tidak ada. Riwayat trauma sebelumnya tidak ada.
Tidak ada riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien mengaku
jarang mengkonsumsi makanan berserat tinggi. Riwayat menderita
hipertensi tidak ada. Riwayat mengalami penyakit kronis dan
Diabetes Mellitus disangkal. Riwayat operasi laparatomi eksplorasi
et causa tumor recti tahun 2014 di RS.Kendari dengan hasil
pemeriksaan Patologi Anatomi Adenocarcinoma, well
differentiated.III. PEMERIKSAAN FISIK Sakit sedang / Gizi Cukup /
Composmentis Status Vitalis Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi: 80
x/menit Pernapasan: 20 x /menit Suhu (axilla): 36,8 oC Status
Generalis Kepala: Rambut: Hitam, tidak mudah rontok. Mata:
Eksoftalmus (-) Letak: Simetris Pergerakan : Dalam batas normal
Palpebra: Edema (-) Kornea: Jernih Pupil: Bulat, isokor Sklera:
Tidak ikterik Konjunctiva: Tidak anemis Telinga: Simetris, tidak
terdapat serumen Hidung: Pernafasan cuping hidung : (-) Bibir:
Sianosis (-) Mulut: Gusi tidak hiperemis Lidah bersih Tonsil T1/T1,
tenang Faring tidak hiperemis
Leher:Inspeksi: Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroidPalpasi:
Tidak ada deviasi tracheaJVP: Dalam batas normalKGB: Tidak teraba
pembesaranAxilla: Tidak teraba KGB Thoraks ParuInspeksi: Bentuk dan
pergerakan pernafasan kanan-kiri simetrisPalpasi: Fremitus taktil
simetris kanan-kiriPerkusi: Sonor pada kedua lapang paruAuskultasi:
Suara nafas vesikuler pada seluruh lapangan paru, wheezing (-/-),
ronkhi (-/-) JantungInspeksi:Ictus cordis tidak terlihatPalpasi:
Ictus cordis tidak teraba.Perkusi: Batas atas sela iga III garis
mid klavikula kiri Batas kanan sela iga V garis sternal kanan Batas
kiri sela iga V garis midklavikula kiriAuskultasi: Bunyi jantung I
II murni, reguler, murmur (-), gallop (-) Ekstremitas : Tidak ada
kelainan
Status LokalisRegio Abdomen Inspeksi: Tampak cembung, warna
kulit sama dengan sekitarnya, distended tidak ada, tidak tampak
massa, darm steifung tidak ada, darm contour tidak ada Palpasi:
Tidak teraba massa tumor, tidak teraba pembesaran hepar, tidak
teraba pembesaran lien, tidak ada nyeri tekan Perkusi: Tympani,
nyeri ketok tidak ada, shifting dullness tidak ada Auskultasi:
Peristaltik (+) kesan normalPemeriksaan Colok dubur: Sphincter ani
mencekik, mukosa licin, teraba massa tumor sekitar 4 cm dari anal
verge kesan permukaan massa berbenjol-benjol, mudah berdarah dan
rapuh. Handscoen: lendir ada, darah ada, feses ada
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Laboratorium
PEMERIKSAANHASILNILAI RUJUKAN
Darah Rutin (11-02-2015)
WBC10.90 x 1034.00-10.00 (103)
RBC3.71x 1064.50-6.50 (106)
HB10.213-17
HCT31.640.0-54.0(%)
PLT334x 103150-400 (103)
Elektrolit
Na143136-145
K4.23.5-5.1
Cl10997-111
Hemostasis
PT 10.210-14
APTT30.522-30
Imunoserologi
HbsAgNon reaktifNon reaktif
Kimia Darah
GDS82140
SGOT21< 38
SGPT15< 41
Albumin2.83.5 5.0
Ureum2910 50
Kreatinin0.55Lk (200. Pada pemeriksaan CT-scan abdomen tanpa
kontras, kesan massa rectum yang menginfiltrasi ke jaringan pre
sacrum dan mendesak buli-buli ke anterior, hydronephrosis sinistra
dan distended vesica urinaria.
VI. DIAGNOSISAdenocarcinoma Recti 1/3 Distal
VII. PENATALAKSANAAN MedikamentosaAntibiotik : Ceftriaxone
1gr/12jam/IntravenaH2 antagonis : Ranitidin
50mg/8jam/IntravenaAnalgetik : Ketorolac 30mg/12jam/Intravena Miles
procedure
PEMBAHASANTUMOR RECTI
A. DEFINISIKarsinoma kolorektal adalah suatu keganasan yang
muncul dari jaringan epithelial dari colon atau rectum. Karsinoma
kolorektal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus
besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar
sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalahadenocarcinoma. Sekitar 10% dari kanker kolon terjadi di
caecum dan kolon ascenden, 10% lainnya di kolon transversum
termasuk flexura hepatica dan flexura lienalis, 5% pada kolon
descendens dan 75% pada rectosigmoid.1
B. ANATOMISecara anatomis, rektum berada setinggi vertebrae
sakrum ke-3 sampai ke garis anorektal. Secara fungsional dan
endoskopis, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan spinchter.
Bagian spinchter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi
oleh muskulus levator ani dan fascia coli dari fascia supra ani.
Bagian ampula terbentang dari vertebra sakrum ke-3 sampai diafragma
pelvis pada insersio muskulus levator ani. Panjang rektum berkisar
antara 10-15 cm dengan keliling 15 cm pada bagian rectosigmoid
junction, dan 35 cm pada bagian yang terluas yaitu ampula. Pada
manusia, dinding rektum terdiri dari 4 lapisan, yaitu mukosa,
submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), serta lapisan
serosa.
Vaskularisasi daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis
superior, media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior (arteri
rektalis superior) merupakan kelanjutan dari arteri mesentrika
inferior, arteri ini memiliki 2 cabang yaitu dekstra dan sinistra.
Arteri hemoroidalis media (arteri rektalis media) merupakan cabang
dari arteri iliaka interna, dan arteri hemoroidalis inferior
(arteri rektalis inferior) merupakan cabang dari arteri pudenda
interna.3,8Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus
hemoroidalis interna dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena
mesenterika inferior untuk selanjutnya melalui vena lienalis dan
menuju vena porta. Vena ini tidak memiliki katup, sehingga tekanan
dalam rongga perut atau intraabdominal sangat menentukan tekanan di
dalam vena tersebut. Hal inilah yang dapat menjelaskan terjadinya
hemoroid interna pada pasien-pasien dengan kebiasaan sulit buang
air besar dan sering mengejan. Vena hemoroidalis inferior
mengalirkan darah ke vena pudenda interna, untuk kemudian melalui
vena iliaka interna dan menuju sistem vena kava.Rektum (Bahasa
Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi.Proses defekasi diawali oleh terjadi refleks defekasi
akibat ujung-ujung serabut saraf rectum terangsang ketika dinding
rectum teregang oleh massa feses. Sensasi rectum ini berperan
penting pada mekanisme continence dan juga sensasi pengisian rectum
merupakan bagian integral penting pada defekasi normal. Hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut: pada saat volume kolon sigmoid
menjadi besar, serabut saraf akan memicu kontraksi dengan
mengosongkan isinya ke dalam rectum. Bila feses memasuki rektum,
distensi dinding rectum mengirim signal aferent yang menyebar
melalui pleksus mienterikus yang merangsang terjadinya gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid dan rectum sehingga
feses terdorong ke anus. Setelah gelombang peristaltik mencapai
anus, sfingter ani interna mengalami relaksasi oleh adanya sinyal
yang menghambat dari pleksus mienterikus; dan sfingter ani eksterna
pada saat tersebut mengalami relaksasi secara volunter,terjadilah
defekasi.
C. EPIDEMIOLOGIDi USA KarsinomaKolorektal merupakan kanker
gastrointestinal yang paling seringterjadi dan nomor duasebagai
penyebab kematian di negara berkembang. Tahun 2005, diperkirakan
ada 145,290 kasus baru kanker kolorektal di USA. 104,950 kasus
terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal. Pada 56,300 kasus
dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus karsinoma
colon dan 8,600 kasus karsinoma kolorektal. Karsinoma kolorektal
merupakan 11% dari kejadian kematian dari semua jenis kanker.3Di
Indonesia insidensi karsinoma kolon dan rectum cukup tinggi.
Demikian juga angka kematiannya. Insidensi pada pria sebanding
dengan wanita, dan lebih banyak pada dewasa muda. Sekitar 75%
ditemukan di rectosigmoid. Di negara barat perbandingan laki-laki :
perempuan yaitu 3:1,