Top Banner

of 31

laporan_ASETILASI

Jun 02, 2018

Download

Documents

Desi Supiyanti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    1/31

    LABORATORIUM SATUAN PROSES

    SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014

    MODUL : Pembuatan Aspirin (Reaksi Asetilasi)

    PEMBIMBING : Oemar khayam

    Oleh :

    Nama : Sahara Tulaini (131411025)

    Kelas : 2A

    PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA

    POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

    2014

    Praktikum : 10 Desember 2013

    Penyerahan Laporan : 6 Januari 2014

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    2/31

    REAKSI ASETILASI

    (PEMBUATAN ASPIRIN)

    I. Latar Belakang

    Aspirin dikenal dengan nama lain asam asetil salisilat. Aspirin sehari-hari banyak

    digunakan orang sebagai penghilang rasa sakit. Aspirin ditemukan oleh ilmuwan Jerman,

    Felix Hoffman yang bekerja di perusahaan Bayer. Kemudian Bayer mematenkan dan

    memasarkan produk aspirin ini mulai tahun 1899. Secara komersial aspirin digunakan dengan

    dosis kurang lebih 300-400 mg yang dicampur bersama amilum sebagai pengikat dan

    kadang-kadang bersama kafein dan bufer. Kondisi basa di dalam instin membuat ASA pecah

    dang menghasilkan asam salisilat yang kemudian diserap ke dalam pembuluh darah. Reaksi

    pembentukan aspirin adalah reaksi asetilasi yang mewakili reaksi asetilasi lainnya seperti

    pada pembentukan parasetamol dai paraaminophenol dan asam asetat anhidrida.

    II. Tujuan

    Secara khusus mahasiswa diharapkan :

    a.

    Mampu membuat aspirin melalui reaksi asetilasi.b. Memahami mekanisme reaksi asetilasi.

    c. Mengidentifikasi produk aspirin melalui pengukuran titik leleh.

    III. Landasan Teori

    Sejarah singkat Aspirin, yaitu 400 BC, Tabib Yunani kuno Hippocrates meresepkan

    kulit dan daun pohon willow (yang kaya akan sebuah zat bernama salisin) untuk mengatasi

    rasa sakit dan demam, tahun 1832, seorang ahli kimia Jerman bereksperimen dengan salisin

    dan menciptakan asam salisil (SA), tahun 1897, ahli kimia Felix Hoffmann, yang bekerja di

    Bayer di Jerman, berhasil membuat sebuat tablet yang mengandung ASA (asam

    asetilsalisilat,) yang dapat mengurangi sakit rematik ayah beliau. Senyawa tersebut kemudian

    menjadi bahan aktif Aspirin, dengan asal nama a dari asetil, spir dari tanaman spirea

    (yang menghasilkan salisin) dan in, sebuah akhiran yang umum untuk obat-obatan, pada

    tahun 1899, Perusahaan Bayer mulai menyediakan aspirin bagi para pekerja medis untuk

    diberikan pada pasien. Tahun tersebut menandai tahun pertama Bayer meluncurkan asam

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    3/31

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    4/31

    O

    C ClCH2CH2CH3+

    Na+

    CH3

    O

    CO-

    OO

    CH3 CH2 CH2 C O C CH3 + Na Cl

    anhidrida butanoat etanoat

    Anhidrida menjalani reaksi substitusi asil nukleofilik, anhidrida jauh lebih reaktif

    terhadap nukleofili dibandingkan ester, tetapi kurang reaktif dibandingkan asil halida. Air

    menghidrolisis anhidrida menjadi asamnya. Alkohol menghasilkan ester, sedangkan amonia

    menghasilkan amida. Reaksi anhidrida asetat dengan asam salisilat ( asam o-hidroksibenzoat)

    digunakan untuk mensintesis aspirin. Dalam reaksi ini, gugus hidroksil fenolik diasetilasi

    (dikonversi menjadi ester asetat).

    a. Mekanisme Reaksi Asetilasi

    Aspirin yang biasa dikenal dengan nama lain asam asetilsalisilat mempunyai rumus

    kimia C9H8O4. Aspirin merupakan obat analgesik, anti-inflammatory dan antipyretic. Asam

    Salisilat (o-hydroxybenzoic acid) dibuat dari Phenol (hydroxybenzene) melalui proses Kolbe

    Synthesis. Proses ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Hermann Kolbe, 100 tahun yang

    lalu. Didalam Kolbe Synthesis, Sodium Phenoxide dipanaskan dengan CO2 dalam kondisi

    bertekanan dan campuran reaktan kemudian diasamkan lalu dihasilkan Asam Salisilat.

    OH ONa

    + NaOH + H2O

    phenol sodium phenate

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    5/31

    asam salisilat asetat anhidrid aspirin asam

    asetat

    Reaksi asam salisilat dengan asetilklorida membentuk aspirin :

    Salycilic acid acetyl chloride acetyl salycilic acid hydrochloric

    acid

    (Aspirin)

    ONa COONa

    + CO2 OH

    sodium phenate sodium salisilat

    OH

    COONaCOOH

    OH + H + Na

    sodium salisilat hidrogen asam salisilat

    (sulphuric)

    HCl

    COOH COOH

    OH + CH3COOCOCH3 OOCCH3 + CH3COOH

    COOH COOH

    Cl

    OH + H3C C OOCCH3 + HCl

    O

    + H C

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    6/31

    b. Aplikasi

    Secara komersial aspirin digunakan dalam dosis 300-400 mg dan diikat oleh binder,

    biasanya starch atau caffeine dan buffer menjadi Aspirin tablet. Dalam keadaan normal

    Aspirin masuk ke perut di intestine Aspirin pecah menjadi Asam Salisilat, yang kemudian

    diserap didalam aliran darah. Penambahan buffer biasanya untuk mengurangi iritasi yang

    disebabkan oleh gugus Asam Karboksilat di dalam molekul Aspirin. Aspirin kini banyak

    digunakan untuk penyembuhan penyakit kardiovaskular, stroke, komplikasi pada kehamilan,

    kanker pankreas, diabetes dan demensia. Demensia merupakan salah satu penyakit yang

    termasuk Alzheimer.

    Fungsi Aspirin biasanya digunakan sebagai obat Analgesic, anti-Inflamatory dan

    Antipyretic (menurunkan demam). Pemakaian secara terus menerus dapat menimbulkan

    pendarahan lambung. Dan dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan mual, diare, vertigo dan

    halusinasi. Adapun sifat sifat aspirin adalah sebagai berikut :

    Aspirin

    Nama lain : Asam asetilsalisilat, asam ortho-asetoksibenzoat

    Rumus molekul : C7H6O3

    Sifat-sifat : Kristal putih, serbuk putih, tidak berbau, stabil di udara

    kering, terhidrolisis di udara lembab menjadi salisilat dan

    asam asetat; larut dalam alkohol, ether, air panas dan

    khloroform; sedikit larut dalam ether absolut; larut dengan

    dekomposisi dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat;

    titik leleh 132-136C; titik didih 140C

    Pembuatan : Reaksi asetat anhidrid dalam asam salisilat

    Bahaya : Dosis 10 gram menyebabkan kefatalan, toleransi 5 mg/m3di

    udara.

    Kegunaan : Obat-obatan (analgesik, anti-inflammatory, antipyretic)

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    7/31

    IV. Alat dan Bahan

    Alat dan Bahan

    Alat yang Digunakan Jumlah Bahan yang Digunakan Jumlah

    Reaktor labu leher tiga 1 buahAsam salisilat

    (C7H6O3)11 gram

    Penangas air 1 buahAsam asetat anhidrida

    (C4H6O3)14 ml

    Kondensor 1 buahAsam sulfat (H2SO4) pekat

    (98%)5 tets

    Termometer 1 buah Etanol 30 ml

    Tabung CaCl2 1 buah Aquades 75 ml

    Selang silicon 75 cm 3 buah

    Oven vakum 1 buah

    Corong pemisah 1 buah

    Buchner funnel dengan

    alat vakum1 unit

    V.

    Diagram Alir Kerja

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    8/31

    VI. Mekanisme Reaksi

    Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari

    pembuatan aspirin. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol

    dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena

    mempunyai gugusOH , sedangkan anhidrida asam asetat sebagai anhidrida asam.

    VII.

    MSDS

    a. Asam Salisilat

    Rumus Kimia : C7H6O3

    Bentuk : Padatan

    Massa molar : 138,12 g/mol

    pH : 2,4

    kelarutan dalam air : 2 g/L

    Berat Jenis :1,443 g/mL

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    9/31

    Titik Didih : 2110C

    Titik Leleh : 1571590C

    Stabilitas :Peka terhadap cahaya dan dapat menyublim

    Identifikasi bahaya : Berbahaya, Iritan Pertolongan pertama:

    a. Terhirup : Hirup udara segar

    b.Tertelan : Segera beri korban minum maksimal 2 gelas. Periksakan ke

    dokter

    c. Terkena kulit : Cuci dengan air yang banyak. Lepaskan pakaian yang

    terkontaminasi

    d.Terkena mata : Bilas dengan air yang banyak. Periksakan ke dokter mata.

    Pemadaman api : Bisa digunakan air, karbon dioksida, busa, serbuk

    kering

    Penanganan tumpahan dan kebocoran

    Jangan membuang ke saluran pembuangan

    b. Asam Sulfat

    Rumus Kimia : H2SO4

    Bentuk : Cairan

    pH : kurang dari 1

    kelarutan dalam air : larut, menimbulkan panas (reaksi eksoterm)

    Berat Jenis :1,84 g/mL

    Titik Didih : 290 - 3380C

    Titik Leleh : 100C

    Stabilitas :kombinasi dengan air akan menimbulkan panas yanghebat. Mengalami penguraian bila terkena panas, mengeluarkan gas SO2.

    Asam encer beraksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif

    bila terkena nnyala atau panas

    Identifikasi bahaya : pengoksidasi, korosif, berbahaya bila terhirup atau

    kontak langsung dengan kulit, menyebabkan luka bakar bila kontak dengan

    kulit, beracun, berbahaya bagi lingkungan akuatik

    Pertolongan pertama:

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    10/31

    e. Terhirup : segera berobat. Bila sulit bernafas segera beri oksigen. Jangan

    menggunakan pernafasan dari mulut ke mulut.

    f. Tertelan : tidak perlu dimuntahkan. Bila korban dalam keadaan sadar, beri

    2-4 gelas air atau susu. Segera bawa ke dokter.

    g. Terkena kulit : segera basuh dnegan sabun dan air selama 15 menit.

    h.Terkena mata : basuh dengan air kurang lebih 30 menit. Jangan biarkan

    korban mengusap dan merapatkan mata

    Pemadaman api : gunakan karbondioksida. Segera hubungi petugas

    pemadam kebakaran.

    Penanganan tumpahan dan kebocoran

    jangan sentuh tumpahan asam, merusak kulit, pakaian, dan lantai. Netralkan

    tumpahan dengan larutan soda atau kapur sebelum disiram dengan air. Beri

    ventilasi. Hati-hati terhadap tempat rendah (uap lebih berat dari udara).

    c. Etanol

    Rumus Kimia : C2H5OH

    Bentuk : Cairan

    kelarutan dalam air : Tercampur penuh

    Berat Jenis :0,789 g/mL

    Titik Didih : 78,40C

    Titik Leleh : -114,30C

    Stabilitas :Stabil

    Identifikasi bahaya : mudah terbakar, menyebabkan iritasi mata dan saluran

    pernapasan, jika tertelan menyebabkan pusing, kantuk, dan mual.

    Pertolongan pertama:

    a. Terhirup : Pindahkan ke tempat yang berudara segar.

    b.Tertelan :berkumur dan jangan dipaksa untuk muntah.

    c. Terkena kulit : Cuci dengan air yang banyak. Segera lepaskan pakaian

    yang terkontaminasi.

    d.Terkena mata :bilas dengan air yang banyak selama 15 menit.

    Pemadaman api : serbuk kering.

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    11/31

    d. Asam Asetat Anhidrida

    Rumus Kimia : (CH3CO)2O

    Bentuk : Cairan

    pH : 3 kelarutan dalam air : Hidrolisis, resiko reaksi hebat

    Berat Jenis :1,08 g/mL

    Titik Didih : 138140,50C

    Titik Leleh : -730C

    Stabilitas :Peka terhadap lembab

    Identifikasi bahaya : cairan dan uap mudah terbakar. Jauhkan dari panas.

    Berbahaya bila tertelan atau terhirup. Menyebabkan luka bakar pada kulit dankerusakan mata yang serius. Dapat menyebabkan gangguan alat pernapasan.

    Pertolongan pertama:

    a. Terhirup : hirup udara segar.

    b.Tertelan :berkumur dan jangan dipaksa untuk muntah.

    c. Terkena kulit : Cuci dengan air yang banyak. Segera lepaskan pakaian

    yang terkontaminasi. Jika tersedia, oleskan polietilena glikol 400.

    d.

    Terkena mata :bilas dengan air dengan hati-hati selama beberapa menit. Pemadaman api :bisa digunakan karbon dioksida dan serbuk kering.

    Penanganan tumpahan dan kebocoran :

    Netralisir dengan menggunakan metanol atau natrium hidroksida.

    VIII. Data Pengamatan

    a. Persiapan

    Nama ZatRumus

    Molekul

    Berat

    Terpakai

    Massa

    MolekulBerat Jenis Mol

    Asam Salisilat C7H6O3 11,05 gram 138,12 g/mol 1,44 g/mL 0,08

    Asam Asetat Anhidrid (CH3CO)2O 14 mL 102,08 g/mol 1.080 g/mL 0,1481

    Asam Sulfat 98% H2SO4 0,08 mL 98 g/mol 1,84 g/mL 0,0015

    Etanol C2H5OH 30 mL 46 g/mol 0,789 g/mL 0,5146

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    12/31

    b. Kondisi Reaksi

    NoWaktu

    (menit)

    Suhu Reaktor

    (0C)

    Pengamatan

    1 0 60

    Tidak ada pengadukan selama proses

    reaksi sehingga terlihat tidak ada

    perubahan

    2 5 71

    Tidak terjadi perubahan yang signifikan

    3 10 63

    Terlihat padatan mulai mengeras

    4 15 62

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    13/31

    Tidak ada perubahan yang signifikan,

    padatan dalam reaktor semakin menjadi

    keras

    5 20 63

    Masih terlihat sama seperti sebelumnya

    6 25 60

    Masih terlihat sama seperti sebelumnya

    7 30 62

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    14/31

    Padatan mengeras, tidak terjadi

    perubahan selama proses karena tidak

    dilakukan pengadukan

    c. Proses Pendinginan

    No Waktu (menit) Pengamatan Keterangan

    1 0

    Setelah proses reaksi padatan

    berwarna putih menjadi keras

    dan terpisah dengan

    larutannya

    2 5

    Dilakukan pengadukan

    terhadap produk, padatan

    putih mulai larut dan warna

    larutan menjadi putih agak

    keruh

    3 10 Pengadukan terus dilanjutkan

    selama proses pendinginan

    dan larutan semakin menjadi

    kental

    4 15

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    15/31

    5 20

    Setelah 20 menit

    pendinginan sekaligus

    pengadukan terjadi

    perubahan dari padatan keras

    menjadi larutan kental

    berwarna putih

    d. Analisa Hasil

    No Uji Produk Hasil uji Pengamatan

    1Kelarutan dalam air

    dinginTidak larut

    2Kelarutan dalam air

    panasSedikit Larut

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    16/31

    3Kelarutan dalam

    etanolLarut

    4 Titik Leleh 1230C Titik Leleh (literatur) = 1350C

    IX. Pengolahan Data

    a.

    Perhitungan Stoikiometri

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    17/31

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    18/31

    H2SO4

    14,328 gram

    Massa Produk Aspirin

    Dikarenakan sebagian produk aspirin sebelum rekristalisasi tumpah dan massa sisanya tidak

    diketahui, maka diasumsikan bahwa massa produk aspirin sebelum rekristalisasi pada suhu

    60oC dapat diperoleh dari persamaan garis linier berdasarkan percobaan kelompok lainnya.

    y = 1.9243x + 18.79

    R = 1

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    80

    0 10 20 30 40

    Temperatur(C)

    Massa (gram)

    Kurva T vs massa

    Sebelum

    Linear

    Temperatur (o

    C) Massa (gram)50 16,2

    60 x

    70 26,67

    80 31,77

    Asam Salisilat Asam Asetat

    AnhidridaAsam Asetat Aspirin

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    19/31

    H2SO4

    y = 1,9243x + 18,79

    60 = 1,9243x + 18,79

    41,21 = 1,9243x

    x = 21,42 gram

    Masa produk aspirin sebelum re-kristalisasi:

    T = 60C

    Massa = 21,42 gram

    T = 80C

    Massa = 31,77 gram

    Massa produk aspirin setelah re-kristalisasi:

    T = 60C

    Massa = 9,02 gram

    Mol =

    = 0,0501 mol

    C7H6O3 + (CH3CO)2O CH3COOH + C9H8O4

    Mula - mula 0,0796 0,1481 - -

    Reaksi 0,0501 0,0501 0,0501 0,0501

    Sisa 0,0295 0,0980 0,0501 0,0501

    Konsentrasi asam salisilat awal =

    = 5,686 mol/L

    Konsentrasi asam salisilat akhir =

    = 2,1071 mol/L

    Asam SalisilatAsam Asetat

    Anhidrida Asam Asetat Aspirin

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    20/31

    T = 80C

    Massa = 10,81 gram

    Mol =

    = 0,0601 mol

    C7H6O3 + (CH3CO)2O CH3COOH + C9H8O4

    Mula - mula 0,0796 0,1481 - -

    Reaksi 0,0601 0,0601 0,0601 0,0601

    Sisa 0,0195 0,0880 0,0601 0,0601

    Konsentrasi asam salisilat awal =

    = 5,686 mol/L

    Konsentrasi asam salisilat akhir =

    = 1,3929 mol/L

    Yield massa aspirn

    T= 60oC

    % yield

    =

    = 62,95%

    T= 80oC

    % yield

    =

    = 75,45%

    Asam Salisilat

    Asam Asetat

    Anhidrida Asam Asetat Aspirin

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    21/31

    Penentuan Konstanta Laju Reaksi Pembentukan Aspirin

    Ca = konsentrasi asam salisilat akhir

    Ca0= konsentrasi asam salisilat awal

    Orde 1

    = - k Ca

    = - k

    = - k tr

    k =

    T = 60C

    k =

    = 0,0331 menit-1

    T = 80C

    k =

    = 0,0469 menit-1

    Orde 2

    = - k Ca2

    = - k

    (

    ) = - k tr

    k =

    (

    -

    )

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    22/31

    T = 60C

    k =

    (

    -

    )

    k =

    (

    -

    )

    = 9,957 x 10-3 lt mol-1menit-1

    T = 80C

    k =

    (

    -

    )

    =

    (

    -

    )

    = 0,0181lt mol-1menit-1

    Menghitung Konversi Reaksi

    Orde 1

    = - k Ca

    = - k

    = - k

    = - k tr

    = - k tr

    =

    Xa =

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    23/31

    T= 60C

    Xa =

    Xa =

    = 0,6295

    = 62,95 %

    T= 80C

    Xa =

    Xa =

    = 0,7551

    = 75,51 %

    Orde 2

    = - k Ca2

    = - k

    = - k

    = - k tr

    = - k tr

    = k tr

    = k tr

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    24/31

    T= 60C

    = k tr

    = 9,957 x 10

    -3lt mol-1menit-1x 30 menit x 5,686 mol/lt

    = 1,698

    Xa = 1,698

    Xa = 1,698

    Xa = 1,698

    =

    = 0,6293

    = 62,93 %

    T = 80C

    = k tr

    = 0,0181 lt mol-1menit-1x 30 menit x 5,686 mol/lt

    = 3,087

    Xa = 3,087

    Xa = 3,087

    = 3,087

    =

    = 0,7553

    = 75,53 %

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    25/31

    Titik leleh aspirin menurut literatur : 135oC

    Titik leleh produk aspirin : 123oC

    Tabel Perbandingan Analisis Produk Treaksi = 60C dengan Treaksi = 80C

    Treaksi = 60C Treaksi = 80C

    Titik leleh C C

    Yield 62,95% 75,45%

    Konstanta reaksi (orde-1) 0,0331 menit- 0,0469 menit-

    Konstanta reaksi (orde-2) 9,957 x 10-3 lt mol-1menit-1 0,0181lt mol-1menit-1

    Konversi (orde-1)62,95 % 75,51 %

    Konversi (orde-2) 62,93 % 75,53 %

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    26/31

    X. Pembahasan

    Pembahasan oleh Resza Diwansyah Putra (121424027)

    Reaksi asetilasi merupakan reaksi penambahan asetil (CH3CO) kedalam suatu

    senyawa kimia. Pada praktikum ini reaksi yang dilakukan adalah reaksi antara asam asetat

    anhidrida dengan asam salisilat menjadi aspirin. Asam asetat anhidrida dipilih karena dapat

    mencegah adanya air pada reaktor. Karena air, dapat menguraikan aspirin yang terbentuk

    menjadi asam salisilat.

    Aspirin merupakan obat analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Seperti yang telah

    dijelaskan Aspirin dibentuk dari reaksi antara asam asetat anhidrida dengan asam salisilat

    dengan suhu optimal 50-600C dengan katalis asam sulfat pekat. Katalis ini berfungsi untuk

    mempercepat reaksi dengan cara membentuk ion (CH3CO)2OH+ sehingga lebih cepat

    bereaksi dengan asam salisilat. Reaksi berlangsung sebagai berikut.

    C7H6O3 + (CH3CO)3O C9H8O4 + CH3COOH

    Praktikum ini dilakukan dengan variasi suhu yaitu 600C dan 800C sehingga kedua

    hasilnya dapat dibandingkan. Ketika reaksi berlangsung selama 20 menit tanpa dilakukan

    proses pengadukan dan dihasilkan padatan keras berwarna putih. Setelah itu, dilakukan

    proses pendinginan hingga suhunya 250C sampil padatan dihancurkan dan diaduk sehingga

    terbentuk larutan kental berwarna putih. Kemudian, untuk memisahkan aspirin dari

    pengotornya maka larutan kental tersebut dilarutkan dengan aquades dan disaring.

    Kemudian didapatkan padatan aspirin kasar, untuk mendapat hasil yang lebih murni

    maka dilakukan proses rekristalisasi yaitu aspirin kasar dilarutkan dengan campuran air dan

    etanol dan dipanaskan agar proses pelarutan lebih cepat. Aspirin murni akan larut dalam

    etanol namun tidak larut dalam air (hal ini terbukti ketika uji kelarutan aspirin), sedangkanpengotornya larut dalam air. Dari proses rekristalisasi, didapatkan hasil akhir kristal aspirin

    (berbentuk jarum).

    Dari segi kemurnian, dilakukan pengukuran titik leleh dari kedua hasil percobaan

    (600C dan 800C). Titik leleh aspirin pada suhu 60oC dan 80oC masing-masing adalah 123oC

    dan 131,8oC, sedangkan titik leleh aspirin berdasarkan literatur adalah 135oC. Sehingga pada

    suhu 800C didapatkan aspirin lebih murni. Bagaimanapun juga , kedua hasil percobaan ini

    masih mengandung pengotor.

    Asam Salisilat Asam Asetat

    AnhidridaAspirin Asam Asetat

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    27/31

    Kemudian, dari segi rendemen yang dihasilkan suhu 800C menghasilkan lebih banyak

    produk. Aspirin murni hasil praktikum pada suhu 60oC memiliki massa 9,02 gram dengan

    yield 62,95%, sementara aspirin murni hasil praktikum pada suhu 80oC memiliki massa 10,81

    gram dengan yield 75,45%. Namun seharusnya suhu 60oC lebih banyak menghasilkan produk

    karena merupakan suhu optimum. Hal ini terjadi kesalahan pada praktikum, aspirin yang

    dibentuk pada suhu 60oC tumpah sehingga mengurangi hasil. Jadi dapat diprediksikan jika

    tidak terjadi tumpah, maka aspirin akan lebih banyak dihasilkan pada suhu 600C.

    Pembahasan Rinaldi Adiwiguna (121424028)

    Pada percobaan kali ini praktikan akan melakukan percobaan pembuatan Aspirin

    dengan mencampurkan asam salisilat dengan asam asetat anhidrid. Praktikum kali ini

    bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan aspirin, mengetahui suhu optimum

    pembentukan aspirin, dan mengetahui konstanta reaksi dari proses pembuatan aspirin.

    Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga

    merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada luka. Aspirin juga merupakan

    zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Proses pembuatan aspirin ini

    disebut proses Asetilasi.

    Asetilasi merupakan proses mereaksikan senyawa hidrokarbon dengan asam asetat

    anhidrid. Pada percobaan asetilasi ini, senyawa hidrokarbon yang digunakan adalah asam

    salisilat. Senyawa ini cukup stabil, merupakan pereduksi kuat, dan asam kuat. Penambahan

    asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalis dan zat penghidrasi. Hasil samping dari reaksi

    asetilasi tersebut adalah asam asetat. Asam asetat ini akan terhidrasi membentuk anhidrida

    asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk

    aspirin dan akan menghasilkan asam asetat pula. Reaksi ini terjadi karena adanya asam sulfat

    pekat dan akan berhenti setelah asam salisilat habis.

    Secara umum, reaksi pembentukan aspirin adalah sebagai berikut:

    C7H6O3 + (CH3CO)3O C9H8O4 + CH3COOH

    Asam Salisilat Asam Asetat Anhidrid Aspirin (ASA) Asam Asetat

    Tahap awal percobaan yaitu memasukan sejumlah asam salisilat ke dalam reaktor,

    lalu mencampurkan asam salisilat dengan asam asetat anhidrid. Penambahannya dilakukan

    sedikit demi sedikit, untuk mencapai reaksi yang bertahap dan maksimal. Pada tahap ini juga

    dilakukan pemberian katalis, katalis yang digunakan pada percobaan ini adalah asam sulfat,

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    28/31

    yang berfungsi untuk membantu mempercepat reaksi serta menurunkan energi aktivasi pada

    reaksi. Proses pencampuran dilakukan pada suhu 60oC, sehingga reaktor harus dipertahankan

    pada suhu 60oC. Untuk mengetahui suhu optimum pembentukan aspirin, dilakukan variasi

    suhu, yaitu pada suhu 80oC. Setelah mencapai suhu yang dikehendaki (60oC), dilakukan

    pengamatan terhadap perubahan yang terjadi setiap 5 menit sekali selama 30 menit.

    Setelah dipanaskan selama 30 menit, dilakukan proses pendinginan. Semakin lama

    pendinginan nya maka endapan putih (aspirin) pun semakin banyak hal ini terjadi karena

    penurunan suhu. Kemudian aspirin tersebut dilarutkan dalam air, kemudian dilakukan

    penyaring untuk memisahkan aspirin murni dengan pengotornya. Penyaringan dilakukan

    dengan menggunakan corong buchner pada unit penyaring vakum .Padatan yang terbentuk

    dari hasil penyaringan berwarna putih bersih mengkilap (aspirin), namun aspirin yang

    tersaring belum sepenuhnya murni, karena masih mengandung sedikit pengotor. sedangkan

    filtrat berwarna merah muda yaitu asam asetat yang tidak bereaksi dan pengotor. Pada variasi

    suhu 60oC, sebagian produk aspirin tumpah dan massa sisa tidak diketahui, sehingga massa

    aspirin kasar secara keseluruhan didapatkan dari persamaan yang diperoleh dari variasi suhu

    50oC,70oC, dan 80oC.

    Tahap terakhir yaitu Rekristalisasi, proses ini dilakukan dengan tujuan untuk

    memurnikan aspirin hasil percobaan. Rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan

    campuran etanol dan aquadest yang dipanaskan. Lalu, padatan aspirin dimasukkan serta

    diaduk secara konstan agar proses pelarutan berlangsung baik. Setelah larut sempurna,

    campuran hasil rekristalisasi disaring kembali. Padatan atau kristal aspirin yang didapat

    diamkan selama 24 jam hingga didapat aspirin murni yang berbentuk kristal putih seperti

    jarum.

    Dari percobaan yang telah dilakukan, aspirin murni yang didapatkan pada suhu

    operasi 60oC adalah sebesar 9,02 gram, dengan yield sebesar 62,95%. Sementara aspirin

    murni yang didapatkan pada suhu operasi 80 oC adalah sebesar 10,81 gram, dengan yield

    sebesar 75,45%. Menurut literature, suhu optimum pembentukan aspirin adalah pada suhu

    50-60oC, tetapi pada praktikum kali ini didapat masa aspirin murni pada suhu 80oC lebih

    besar dibandingkan dengan massa aspirin murni pada suhu 60oC. Hal tersebut disebabkan

    karena ada produk aspirin kasar yang tumpah. Titik leleh aspirin pada suhu operasi 60oC

    adalah sebesar 123 oC, sedangkan titik leleh aspirin pada suhu operasi 80oC adalah sebesar

    131,8oC. Menurut literature, titik leleh aspirin adalah sebesar 135oC. Titik leleh produk sudah

    mendekati titik leleh aspirin menurut literature, hanya saja masih ada sedikit pengotor pada

    produk aspirin yang mengakibatkan titik leleh produk sedikit menyimpang dari literature.

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    29/31

    Dari data yang diperoleh dari variasi suhu 50oC,70oC, dan 80oC, semakin tinggi

    massa produk yang diperoleh maka konstanta reaksi menjadi semakin besar dan

    mengakibatkan konversi reaktan menjadi produk yang besar.

    Pembahasan oleh Santi Sri Rahayu (121424029)

    Pada praktikum pembuatan aspirin digunakan bahan baku asam salisilat sebagai

    alkohol karena memiliki gugusOH dan asam asetat anhidrid sebagai anhidrida asam. Selain

    itu, asam asetat anhidrat juga digunakan untuk mencegah adanya air karena bila terdapat air

    maka aspirin yang terbentuk akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Pada reaksi asetilasi

    ini digunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator. Hasil samping dari reaksi ini yaitu asam

    asetat, asam asetat akan bereaksi kembali dengan asam salisilat membentuk aspirin. Reaksi

    berhenti ketika asam salisilat sudah habis bereaksi membentuk aspirin.

    Pada praktikum pembuatan aspirin ini dilakukan variasi pada suhu 600C dan 800C

    untuk membandingkan hasilnya. Pada saat proses reaksi berlangsung, tidak dilakukan

    pengadukan sehingga tidak terjadi homogenisasi antara asam salisilat dengan asam asetat

    anhidrat, namun pada akhir reaksi terbentuk padatan putih yang keras. Pada saat proses

    pendinginan dilakukan proses pengadukan, terjadi perubahan dari padatan keras menjadi

    larutan kental berwarna putih. Untuk memisahkan produk (aspirin) dari pengotornya, maka

    dilarutkan dalam aquadest kemudian dilakukan penyaringan.

    Setelah dipisahkan maka didapatkan padatan aspirin kasar berwarna putih berbentuk

    kristal. Untuk memurnikan aspirin kasar yang didapat, maka dilakukan proses rekristalisasi

    dengan melarutkan aspirin kasar dalam campuran etanol air sambil dilakukan pemanasan.

    Aspirin akan larut dalam etanol sedangkan pengotornya akan larut dalam air. Proses

    pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses pelarutan aspirin kasar.

    Setelah proses rekristalisasi, maka akan diperoleh kristal aspirin murni. Aspirin murni

    hasil praktikum pada suhu 60oC memiliki massa 9,02 gram, sedangkan aspirin murni hasil

    praktikum pada suhu 80oC memiliki massa 10,81 gram. Berdasarkan literatur, suhu optimum

    pembuatan aspirin pada 600C, namun karena ada kesalahan praktikum yaitu tumpahnya

    sebagian produk saat penyaringan aspirin kasar mempengaruhi berat aspirin yang diperoleh

    sehinggan berat aspirin pada suhu 800C lebih besar dari aspirin pada suhu 600C.

    Yield aspirin pada suhu 600C sebesar 62,95% sedangkan yield aspirin pada suhu 800C

    sebesar 75,45%. Titik leleh aspirin pada suhu 600C yaitu 1230C, sedangkan menurut literatur

    titik leleh aspirin yaitu 1350

    C. Hal itu menunjukkan bahwa masih ada pengotor pada aspirin

    yang dihasilkan sehingga mempengaruhi kemurniannya.

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    30/31

    Pembahasan oleh Sarah Eka Putri D (121424030)

    Praktikum kali ini adalah pembuatan aspirin dengan reaksi asetilasi, yaitu

    mereaksikan asam salisilat dan asam asetat anhidrat. Reaksi asetilasi ini juga dibantu dengan

    katalis berupa asam sulfat.

    Pertama, asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrida, kemudian

    ditambahkan katalis asam sulfat. Katalis digunakan untuk mempercepat reaksi serta berfungsi

    sebagai zat penghidrasi. Reaksi dilakukan di lemari asam karena asam asetat anhidrida dan

    asam sulfat dapat menyebabkan iritasi dan bersifat korosif. Asam salisilat yang memiliki

    gugusOH berperan sebagai alkohol, sedangkan asam asetat anhidrida merupakan anhidrida

    asam. Reaksi antara alkohol dan asam dapat membentuk ester, yaitu asam asetil salisilat

    (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari asam asetat anhidrida, sedangkan gugus R-nya

    berasal dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Reaksi yang terjadi

    sebagai berikut:

    C7H6O3 + (CH3CO)3O C9H8O4 + CH3COOH

    Hasil samping berupa asam asetat akan terhidrasi membentuk asam asetat anhidrida.

    Asam asetat anhidrida akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin

    dengan hasil samping berupa asam asetat. Reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis

    karena adanya asam sulfat pekat.

    Reaksi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 60oC. Pada jobsheet praktikum reaksi

    asetilasi, suhu optimumnya adalah 50-60oC, namun pada praktikum ini, dilakukan variasi

    suhu, yaitu pada suhu 80oC. Pada percobaan ini, endapan putih (aspirin) terbentuk setelah

    dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan

    aspirin dari pengotornya. Filtrat mengandung asam asetat anhidrida yang tidak bereaksi dan

    pengotor. Produk tertampung merupakan aspirin, namun masih mengandung pengotor. Pada

    praktikum dengan suhu 60oC, sebagian produk aspirin tumpah dan massa sisa tidak

    diketahui, sehingga massa aspirin kasar secara keseluruhan didapatkan dari persamaan yang

    diperoleh dari praktikum sebelumnya (pada suhu 50oC,70oC, dan 80oC). Aspirin kasar pada

    suhu 80oC memiliki massa yang lebih besar, yaitu 31,77 gram, sementara massa aspirin kasar

    pada suhu 60oC adalah 21,42 gram. Dikarenakan suhu optimum berkisar antara 50-60oC,

    asam salisilat tidak akan terkonversi secara optimum pada suhu 80o

    C, sehingga pengotor

    Asam Salisilat Asam Asetat

    AnhidridaAspirin Asam Asetat

  • 8/10/2019 laporan_ASETILASI

    31/31

    pada produk aspirin akan semakin banyak yang dapat mengakibatkan massanya menjadi

    lebih besar.

    Aspirin kasar kemudian dimurnikan dengan ditambahkan larutan etanol dan aquades

    sambil dilakukan pemanasan hingga larut. Aquades ditambahkan untuk melarutkan asam

    salisilat sekaligus menghentikan reaksi, karena air menghidrolisis asam asetat anhidrida

    menjadi dua molekul asam asetat. Kemudian dilakukan rekristalisasi sehingga diperoleh

    aspirin murni berbentuk kristal putih (jarum).

    Aspirin murni hasil praktikum pada suhu 60oC memiliki massa 9,02 gram, sementara

    aspirin murni hasil praktikum pada suhu 80oC memiliki massa 10,81 gram. Aspirin murni

    pada suhu 80oC memiliki massa lebih besar, sehingga yield, konstanta reaksi, dan

    konversinya pun lebih besar daripada aspirin murni pada 60oC. Berdasarkan jobsheet

    praktikum reaksi asetilasi, suhu optimumnya adalah 50-60oC, sehingga seharusnya massa,

    yield, konstanta reaksi, serta konversi aspirin pada suhu 60oC lebih besar. Hal ini terjadi

    karena kesalahan pada praktikum, yaitu sebagian produk aspirin kasar tumpah sehingga

    massa serta perhitungan yield, konstanta reaksi, serta konversinya menjadi tidak tepat.

    Namun, dapat disimpulkan, pada suhu optimum, konstanta reaksi menjadi lebih besar

    sehingga laju reaksinya pun tinggi, yang mengakibatkan konversi reaktan menjadi produk

    semakin besar.

    Yield aspirin murni pada suhu 60oC dan 80oC berturut-turut adalah 62,95% dan

    75,45%. Titik leleh aspirin pada suhu 60oC dan 80oC masing-masing adalah 123oC dan

    131,8oC, sedangkan titik leleh aspirin berdasarkan literatur adalah 135oC. Hal ini dikarenakan

    produk masih belum murni dan mengandung pengotor, sehingga mempengaruhi titik leleh

    produk.

    XI. Kesimpulan

    Setelah melakasanakan praktikum Pembuatan Aspirin (Reaksi Asetilasi) diperoleh aspirin

    dengan yield sebesar 62,95% dan titik leleh sebesar 1230C. Konstanta laju reaksi pada orde 1

    sebesar 0,0331 menit-1 dan pada orde 2 sebesar 9,957 x 10-3 lt mol-1menit-1

    XII. Daftar pustaka

    Andriyanto, Eko. Asetilasi (Pembuatan Aspirin). Modul Praktikum Satuan Proses II.

    Bandung : Politeknik Negeri Bandung

    Esterifikasi Fenol : Sintesis Aspirin.http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-

    fenol-sintesis-aspirin/

    http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/