8/10/2019 laporan_ASETILASI
1/31
LABORATORIUM SATUAN PROSES
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014
MODUL : Pembuatan Aspirin (Reaksi Asetilasi)
PEMBIMBING : Oemar khayam
Oleh :
Nama : Sahara Tulaini (131411025)
Kelas : 2A
PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014
Praktikum : 10 Desember 2013
Penyerahan Laporan : 6 Januari 2014
8/10/2019 laporan_ASETILASI
2/31
REAKSI ASETILASI
(PEMBUATAN ASPIRIN)
I. Latar Belakang
Aspirin dikenal dengan nama lain asam asetil salisilat. Aspirin sehari-hari banyak
digunakan orang sebagai penghilang rasa sakit. Aspirin ditemukan oleh ilmuwan Jerman,
Felix Hoffman yang bekerja di perusahaan Bayer. Kemudian Bayer mematenkan dan
memasarkan produk aspirin ini mulai tahun 1899. Secara komersial aspirin digunakan dengan
dosis kurang lebih 300-400 mg yang dicampur bersama amilum sebagai pengikat dan
kadang-kadang bersama kafein dan bufer. Kondisi basa di dalam instin membuat ASA pecah
dang menghasilkan asam salisilat yang kemudian diserap ke dalam pembuluh darah. Reaksi
pembentukan aspirin adalah reaksi asetilasi yang mewakili reaksi asetilasi lainnya seperti
pada pembentukan parasetamol dai paraaminophenol dan asam asetat anhidrida.
II. Tujuan
Secara khusus mahasiswa diharapkan :
a.
Mampu membuat aspirin melalui reaksi asetilasi.b. Memahami mekanisme reaksi asetilasi.
c. Mengidentifikasi produk aspirin melalui pengukuran titik leleh.
III. Landasan Teori
Sejarah singkat Aspirin, yaitu 400 BC, Tabib Yunani kuno Hippocrates meresepkan
kulit dan daun pohon willow (yang kaya akan sebuah zat bernama salisin) untuk mengatasi
rasa sakit dan demam, tahun 1832, seorang ahli kimia Jerman bereksperimen dengan salisin
dan menciptakan asam salisil (SA), tahun 1897, ahli kimia Felix Hoffmann, yang bekerja di
Bayer di Jerman, berhasil membuat sebuat tablet yang mengandung ASA (asam
asetilsalisilat,) yang dapat mengurangi sakit rematik ayah beliau. Senyawa tersebut kemudian
menjadi bahan aktif Aspirin, dengan asal nama a dari asetil, spir dari tanaman spirea
(yang menghasilkan salisin) dan in, sebuah akhiran yang umum untuk obat-obatan, pada
tahun 1899, Perusahaan Bayer mulai menyediakan aspirin bagi para pekerja medis untuk
diberikan pada pasien. Tahun tersebut menandai tahun pertama Bayer meluncurkan asam
8/10/2019 laporan_ASETILASI
3/31
8/10/2019 laporan_ASETILASI
4/31
O
C ClCH2CH2CH3+
Na+
CH3
O
CO-
OO
CH3 CH2 CH2 C O C CH3 + Na Cl
anhidrida butanoat etanoat
Anhidrida menjalani reaksi substitusi asil nukleofilik, anhidrida jauh lebih reaktif
terhadap nukleofili dibandingkan ester, tetapi kurang reaktif dibandingkan asil halida. Air
menghidrolisis anhidrida menjadi asamnya. Alkohol menghasilkan ester, sedangkan amonia
menghasilkan amida. Reaksi anhidrida asetat dengan asam salisilat ( asam o-hidroksibenzoat)
digunakan untuk mensintesis aspirin. Dalam reaksi ini, gugus hidroksil fenolik diasetilasi
(dikonversi menjadi ester asetat).
a. Mekanisme Reaksi Asetilasi
Aspirin yang biasa dikenal dengan nama lain asam asetilsalisilat mempunyai rumus
kimia C9H8O4. Aspirin merupakan obat analgesik, anti-inflammatory dan antipyretic. Asam
Salisilat (o-hydroxybenzoic acid) dibuat dari Phenol (hydroxybenzene) melalui proses Kolbe
Synthesis. Proses ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Hermann Kolbe, 100 tahun yang
lalu. Didalam Kolbe Synthesis, Sodium Phenoxide dipanaskan dengan CO2 dalam kondisi
bertekanan dan campuran reaktan kemudian diasamkan lalu dihasilkan Asam Salisilat.
OH ONa
+ NaOH + H2O
phenol sodium phenate
8/10/2019 laporan_ASETILASI
5/31
asam salisilat asetat anhidrid aspirin asam
asetat
Reaksi asam salisilat dengan asetilklorida membentuk aspirin :
Salycilic acid acetyl chloride acetyl salycilic acid hydrochloric
acid
(Aspirin)
ONa COONa
+ CO2 OH
sodium phenate sodium salisilat
OH
COONaCOOH
OH + H + Na
sodium salisilat hidrogen asam salisilat
(sulphuric)
HCl
COOH COOH
OH + CH3COOCOCH3 OOCCH3 + CH3COOH
COOH COOH
Cl
OH + H3C C OOCCH3 + HCl
O
+ H C
8/10/2019 laporan_ASETILASI
6/31
b. Aplikasi
Secara komersial aspirin digunakan dalam dosis 300-400 mg dan diikat oleh binder,
biasanya starch atau caffeine dan buffer menjadi Aspirin tablet. Dalam keadaan normal
Aspirin masuk ke perut di intestine Aspirin pecah menjadi Asam Salisilat, yang kemudian
diserap didalam aliran darah. Penambahan buffer biasanya untuk mengurangi iritasi yang
disebabkan oleh gugus Asam Karboksilat di dalam molekul Aspirin. Aspirin kini banyak
digunakan untuk penyembuhan penyakit kardiovaskular, stroke, komplikasi pada kehamilan,
kanker pankreas, diabetes dan demensia. Demensia merupakan salah satu penyakit yang
termasuk Alzheimer.
Fungsi Aspirin biasanya digunakan sebagai obat Analgesic, anti-Inflamatory dan
Antipyretic (menurunkan demam). Pemakaian secara terus menerus dapat menimbulkan
pendarahan lambung. Dan dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan mual, diare, vertigo dan
halusinasi. Adapun sifat sifat aspirin adalah sebagai berikut :
Aspirin
Nama lain : Asam asetilsalisilat, asam ortho-asetoksibenzoat
Rumus molekul : C7H6O3
Sifat-sifat : Kristal putih, serbuk putih, tidak berbau, stabil di udara
kering, terhidrolisis di udara lembab menjadi salisilat dan
asam asetat; larut dalam alkohol, ether, air panas dan
khloroform; sedikit larut dalam ether absolut; larut dengan
dekomposisi dalam larutan alkali hidroksida dan karbonat;
titik leleh 132-136C; titik didih 140C
Pembuatan : Reaksi asetat anhidrid dalam asam salisilat
Bahaya : Dosis 10 gram menyebabkan kefatalan, toleransi 5 mg/m3di
udara.
Kegunaan : Obat-obatan (analgesik, anti-inflammatory, antipyretic)
8/10/2019 laporan_ASETILASI
7/31
IV. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan
Alat yang Digunakan Jumlah Bahan yang Digunakan Jumlah
Reaktor labu leher tiga 1 buahAsam salisilat
(C7H6O3)11 gram
Penangas air 1 buahAsam asetat anhidrida
(C4H6O3)14 ml
Kondensor 1 buahAsam sulfat (H2SO4) pekat
(98%)5 tets
Termometer 1 buah Etanol 30 ml
Tabung CaCl2 1 buah Aquades 75 ml
Selang silicon 75 cm 3 buah
Oven vakum 1 buah
Corong pemisah 1 buah
Buchner funnel dengan
alat vakum1 unit
V.
Diagram Alir Kerja
8/10/2019 laporan_ASETILASI
8/31
VI. Mekanisme Reaksi
Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari
pembuatan aspirin. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol
dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena
mempunyai gugusOH , sedangkan anhidrida asam asetat sebagai anhidrida asam.
VII.
MSDS
a. Asam Salisilat
Rumus Kimia : C7H6O3
Bentuk : Padatan
Massa molar : 138,12 g/mol
pH : 2,4
kelarutan dalam air : 2 g/L
Berat Jenis :1,443 g/mL
8/10/2019 laporan_ASETILASI
9/31
Titik Didih : 2110C
Titik Leleh : 1571590C
Stabilitas :Peka terhadap cahaya dan dapat menyublim
Identifikasi bahaya : Berbahaya, Iritan Pertolongan pertama:
a. Terhirup : Hirup udara segar
b.Tertelan : Segera beri korban minum maksimal 2 gelas. Periksakan ke
dokter
c. Terkena kulit : Cuci dengan air yang banyak. Lepaskan pakaian yang
terkontaminasi
d.Terkena mata : Bilas dengan air yang banyak. Periksakan ke dokter mata.
Pemadaman api : Bisa digunakan air, karbon dioksida, busa, serbuk
kering
Penanganan tumpahan dan kebocoran
Jangan membuang ke saluran pembuangan
b. Asam Sulfat
Rumus Kimia : H2SO4
Bentuk : Cairan
pH : kurang dari 1
kelarutan dalam air : larut, menimbulkan panas (reaksi eksoterm)
Berat Jenis :1,84 g/mL
Titik Didih : 290 - 3380C
Titik Leleh : 100C
Stabilitas :kombinasi dengan air akan menimbulkan panas yanghebat. Mengalami penguraian bila terkena panas, mengeluarkan gas SO2.
Asam encer beraksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen yang eksplosif
bila terkena nnyala atau panas
Identifikasi bahaya : pengoksidasi, korosif, berbahaya bila terhirup atau
kontak langsung dengan kulit, menyebabkan luka bakar bila kontak dengan
kulit, beracun, berbahaya bagi lingkungan akuatik
Pertolongan pertama:
8/10/2019 laporan_ASETILASI
10/31
e. Terhirup : segera berobat. Bila sulit bernafas segera beri oksigen. Jangan
menggunakan pernafasan dari mulut ke mulut.
f. Tertelan : tidak perlu dimuntahkan. Bila korban dalam keadaan sadar, beri
2-4 gelas air atau susu. Segera bawa ke dokter.
g. Terkena kulit : segera basuh dnegan sabun dan air selama 15 menit.
h.Terkena mata : basuh dengan air kurang lebih 30 menit. Jangan biarkan
korban mengusap dan merapatkan mata
Pemadaman api : gunakan karbondioksida. Segera hubungi petugas
pemadam kebakaran.
Penanganan tumpahan dan kebocoran
jangan sentuh tumpahan asam, merusak kulit, pakaian, dan lantai. Netralkan
tumpahan dengan larutan soda atau kapur sebelum disiram dengan air. Beri
ventilasi. Hati-hati terhadap tempat rendah (uap lebih berat dari udara).
c. Etanol
Rumus Kimia : C2H5OH
Bentuk : Cairan
kelarutan dalam air : Tercampur penuh
Berat Jenis :0,789 g/mL
Titik Didih : 78,40C
Titik Leleh : -114,30C
Stabilitas :Stabil
Identifikasi bahaya : mudah terbakar, menyebabkan iritasi mata dan saluran
pernapasan, jika tertelan menyebabkan pusing, kantuk, dan mual.
Pertolongan pertama:
a. Terhirup : Pindahkan ke tempat yang berudara segar.
b.Tertelan :berkumur dan jangan dipaksa untuk muntah.
c. Terkena kulit : Cuci dengan air yang banyak. Segera lepaskan pakaian
yang terkontaminasi.
d.Terkena mata :bilas dengan air yang banyak selama 15 menit.
Pemadaman api : serbuk kering.
8/10/2019 laporan_ASETILASI
11/31
d. Asam Asetat Anhidrida
Rumus Kimia : (CH3CO)2O
Bentuk : Cairan
pH : 3 kelarutan dalam air : Hidrolisis, resiko reaksi hebat
Berat Jenis :1,08 g/mL
Titik Didih : 138140,50C
Titik Leleh : -730C
Stabilitas :Peka terhadap lembab
Identifikasi bahaya : cairan dan uap mudah terbakar. Jauhkan dari panas.
Berbahaya bila tertelan atau terhirup. Menyebabkan luka bakar pada kulit dankerusakan mata yang serius. Dapat menyebabkan gangguan alat pernapasan.
Pertolongan pertama:
a. Terhirup : hirup udara segar.
b.Tertelan :berkumur dan jangan dipaksa untuk muntah.
c. Terkena kulit : Cuci dengan air yang banyak. Segera lepaskan pakaian
yang terkontaminasi. Jika tersedia, oleskan polietilena glikol 400.
d.
Terkena mata :bilas dengan air dengan hati-hati selama beberapa menit. Pemadaman api :bisa digunakan karbon dioksida dan serbuk kering.
Penanganan tumpahan dan kebocoran :
Netralisir dengan menggunakan metanol atau natrium hidroksida.
VIII. Data Pengamatan
a. Persiapan
Nama ZatRumus
Molekul
Berat
Terpakai
Massa
MolekulBerat Jenis Mol
Asam Salisilat C7H6O3 11,05 gram 138,12 g/mol 1,44 g/mL 0,08
Asam Asetat Anhidrid (CH3CO)2O 14 mL 102,08 g/mol 1.080 g/mL 0,1481
Asam Sulfat 98% H2SO4 0,08 mL 98 g/mol 1,84 g/mL 0,0015
Etanol C2H5OH 30 mL 46 g/mol 0,789 g/mL 0,5146
8/10/2019 laporan_ASETILASI
12/31
b. Kondisi Reaksi
NoWaktu
(menit)
Suhu Reaktor
(0C)
Pengamatan
1 0 60
Tidak ada pengadukan selama proses
reaksi sehingga terlihat tidak ada
perubahan
2 5 71
Tidak terjadi perubahan yang signifikan
3 10 63
Terlihat padatan mulai mengeras
4 15 62
8/10/2019 laporan_ASETILASI
13/31
Tidak ada perubahan yang signifikan,
padatan dalam reaktor semakin menjadi
keras
5 20 63
Masih terlihat sama seperti sebelumnya
6 25 60
Masih terlihat sama seperti sebelumnya
7 30 62
8/10/2019 laporan_ASETILASI
14/31
Padatan mengeras, tidak terjadi
perubahan selama proses karena tidak
dilakukan pengadukan
c. Proses Pendinginan
No Waktu (menit) Pengamatan Keterangan
1 0
Setelah proses reaksi padatan
berwarna putih menjadi keras
dan terpisah dengan
larutannya
2 5
Dilakukan pengadukan
terhadap produk, padatan
putih mulai larut dan warna
larutan menjadi putih agak
keruh
3 10 Pengadukan terus dilanjutkan
selama proses pendinginan
dan larutan semakin menjadi
kental
4 15
8/10/2019 laporan_ASETILASI
15/31
5 20
Setelah 20 menit
pendinginan sekaligus
pengadukan terjadi
perubahan dari padatan keras
menjadi larutan kental
berwarna putih
d. Analisa Hasil
No Uji Produk Hasil uji Pengamatan
1Kelarutan dalam air
dinginTidak larut
2Kelarutan dalam air
panasSedikit Larut
8/10/2019 laporan_ASETILASI
16/31
3Kelarutan dalam
etanolLarut
4 Titik Leleh 1230C Titik Leleh (literatur) = 1350C
IX. Pengolahan Data
a.
Perhitungan Stoikiometri
8/10/2019 laporan_ASETILASI
17/31
8/10/2019 laporan_ASETILASI
18/31
H2SO4
14,328 gram
Massa Produk Aspirin
Dikarenakan sebagian produk aspirin sebelum rekristalisasi tumpah dan massa sisanya tidak
diketahui, maka diasumsikan bahwa massa produk aspirin sebelum rekristalisasi pada suhu
60oC dapat diperoleh dari persamaan garis linier berdasarkan percobaan kelompok lainnya.
y = 1.9243x + 18.79
R = 1
50
55
60
65
70
75
80
0 10 20 30 40
Temperatur(C)
Massa (gram)
Kurva T vs massa
Sebelum
Linear
Temperatur (o
C) Massa (gram)50 16,2
60 x
70 26,67
80 31,77
Asam Salisilat Asam Asetat
AnhidridaAsam Asetat Aspirin
8/10/2019 laporan_ASETILASI
19/31
H2SO4
y = 1,9243x + 18,79
60 = 1,9243x + 18,79
41,21 = 1,9243x
x = 21,42 gram
Masa produk aspirin sebelum re-kristalisasi:
T = 60C
Massa = 21,42 gram
T = 80C
Massa = 31,77 gram
Massa produk aspirin setelah re-kristalisasi:
T = 60C
Massa = 9,02 gram
Mol =
= 0,0501 mol
C7H6O3 + (CH3CO)2O CH3COOH + C9H8O4
Mula - mula 0,0796 0,1481 - -
Reaksi 0,0501 0,0501 0,0501 0,0501
Sisa 0,0295 0,0980 0,0501 0,0501
Konsentrasi asam salisilat awal =
= 5,686 mol/L
Konsentrasi asam salisilat akhir =
= 2,1071 mol/L
Asam SalisilatAsam Asetat
Anhidrida Asam Asetat Aspirin
8/10/2019 laporan_ASETILASI
20/31
T = 80C
Massa = 10,81 gram
Mol =
= 0,0601 mol
C7H6O3 + (CH3CO)2O CH3COOH + C9H8O4
Mula - mula 0,0796 0,1481 - -
Reaksi 0,0601 0,0601 0,0601 0,0601
Sisa 0,0195 0,0880 0,0601 0,0601
Konsentrasi asam salisilat awal =
= 5,686 mol/L
Konsentrasi asam salisilat akhir =
= 1,3929 mol/L
Yield massa aspirn
T= 60oC
% yield
=
= 62,95%
T= 80oC
% yield
=
= 75,45%
Asam Salisilat
Asam Asetat
Anhidrida Asam Asetat Aspirin
8/10/2019 laporan_ASETILASI
21/31
Penentuan Konstanta Laju Reaksi Pembentukan Aspirin
Ca = konsentrasi asam salisilat akhir
Ca0= konsentrasi asam salisilat awal
Orde 1
= - k Ca
= - k
= - k tr
k =
T = 60C
k =
= 0,0331 menit-1
T = 80C
k =
= 0,0469 menit-1
Orde 2
= - k Ca2
= - k
(
) = - k tr
k =
(
-
)
8/10/2019 laporan_ASETILASI
22/31
T = 60C
k =
(
-
)
k =
(
-
)
= 9,957 x 10-3 lt mol-1menit-1
T = 80C
k =
(
-
)
=
(
-
)
= 0,0181lt mol-1menit-1
Menghitung Konversi Reaksi
Orde 1
= - k Ca
= - k
= - k
= - k tr
= - k tr
=
Xa =
8/10/2019 laporan_ASETILASI
23/31
T= 60C
Xa =
Xa =
= 0,6295
= 62,95 %
T= 80C
Xa =
Xa =
= 0,7551
= 75,51 %
Orde 2
= - k Ca2
= - k
= - k
= - k tr
= - k tr
= k tr
= k tr
8/10/2019 laporan_ASETILASI
24/31
T= 60C
= k tr
= 9,957 x 10
-3lt mol-1menit-1x 30 menit x 5,686 mol/lt
= 1,698
Xa = 1,698
Xa = 1,698
Xa = 1,698
=
= 0,6293
= 62,93 %
T = 80C
= k tr
= 0,0181 lt mol-1menit-1x 30 menit x 5,686 mol/lt
= 3,087
Xa = 3,087
Xa = 3,087
= 3,087
=
= 0,7553
= 75,53 %
8/10/2019 laporan_ASETILASI
25/31
Titik leleh aspirin menurut literatur : 135oC
Titik leleh produk aspirin : 123oC
Tabel Perbandingan Analisis Produk Treaksi = 60C dengan Treaksi = 80C
Treaksi = 60C Treaksi = 80C
Titik leleh C C
Yield 62,95% 75,45%
Konstanta reaksi (orde-1) 0,0331 menit- 0,0469 menit-
Konstanta reaksi (orde-2) 9,957 x 10-3 lt mol-1menit-1 0,0181lt mol-1menit-1
Konversi (orde-1)62,95 % 75,51 %
Konversi (orde-2) 62,93 % 75,53 %
8/10/2019 laporan_ASETILASI
26/31
X. Pembahasan
Pembahasan oleh Resza Diwansyah Putra (121424027)
Reaksi asetilasi merupakan reaksi penambahan asetil (CH3CO) kedalam suatu
senyawa kimia. Pada praktikum ini reaksi yang dilakukan adalah reaksi antara asam asetat
anhidrida dengan asam salisilat menjadi aspirin. Asam asetat anhidrida dipilih karena dapat
mencegah adanya air pada reaktor. Karena air, dapat menguraikan aspirin yang terbentuk
menjadi asam salisilat.
Aspirin merupakan obat analgesik untuk mengurangi rasa sakit. Seperti yang telah
dijelaskan Aspirin dibentuk dari reaksi antara asam asetat anhidrida dengan asam salisilat
dengan suhu optimal 50-600C dengan katalis asam sulfat pekat. Katalis ini berfungsi untuk
mempercepat reaksi dengan cara membentuk ion (CH3CO)2OH+ sehingga lebih cepat
bereaksi dengan asam salisilat. Reaksi berlangsung sebagai berikut.
C7H6O3 + (CH3CO)3O C9H8O4 + CH3COOH
Praktikum ini dilakukan dengan variasi suhu yaitu 600C dan 800C sehingga kedua
hasilnya dapat dibandingkan. Ketika reaksi berlangsung selama 20 menit tanpa dilakukan
proses pengadukan dan dihasilkan padatan keras berwarna putih. Setelah itu, dilakukan
proses pendinginan hingga suhunya 250C sampil padatan dihancurkan dan diaduk sehingga
terbentuk larutan kental berwarna putih. Kemudian, untuk memisahkan aspirin dari
pengotornya maka larutan kental tersebut dilarutkan dengan aquades dan disaring.
Kemudian didapatkan padatan aspirin kasar, untuk mendapat hasil yang lebih murni
maka dilakukan proses rekristalisasi yaitu aspirin kasar dilarutkan dengan campuran air dan
etanol dan dipanaskan agar proses pelarutan lebih cepat. Aspirin murni akan larut dalam
etanol namun tidak larut dalam air (hal ini terbukti ketika uji kelarutan aspirin), sedangkanpengotornya larut dalam air. Dari proses rekristalisasi, didapatkan hasil akhir kristal aspirin
(berbentuk jarum).
Dari segi kemurnian, dilakukan pengukuran titik leleh dari kedua hasil percobaan
(600C dan 800C). Titik leleh aspirin pada suhu 60oC dan 80oC masing-masing adalah 123oC
dan 131,8oC, sedangkan titik leleh aspirin berdasarkan literatur adalah 135oC. Sehingga pada
suhu 800C didapatkan aspirin lebih murni. Bagaimanapun juga , kedua hasil percobaan ini
masih mengandung pengotor.
Asam Salisilat Asam Asetat
AnhidridaAspirin Asam Asetat
8/10/2019 laporan_ASETILASI
27/31
Kemudian, dari segi rendemen yang dihasilkan suhu 800C menghasilkan lebih banyak
produk. Aspirin murni hasil praktikum pada suhu 60oC memiliki massa 9,02 gram dengan
yield 62,95%, sementara aspirin murni hasil praktikum pada suhu 80oC memiliki massa 10,81
gram dengan yield 75,45%. Namun seharusnya suhu 60oC lebih banyak menghasilkan produk
karena merupakan suhu optimum. Hal ini terjadi kesalahan pada praktikum, aspirin yang
dibentuk pada suhu 60oC tumpah sehingga mengurangi hasil. Jadi dapat diprediksikan jika
tidak terjadi tumpah, maka aspirin akan lebih banyak dihasilkan pada suhu 600C.
Pembahasan Rinaldi Adiwiguna (121424028)
Pada percobaan kali ini praktikan akan melakukan percobaan pembuatan Aspirin
dengan mencampurkan asam salisilat dengan asam asetat anhidrid. Praktikum kali ini
bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan aspirin, mengetahui suhu optimum
pembentukan aspirin, dan mengetahui konstanta reaksi dari proses pembuatan aspirin.
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga
merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada luka. Aspirin juga merupakan
zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Proses pembuatan aspirin ini
disebut proses Asetilasi.
Asetilasi merupakan proses mereaksikan senyawa hidrokarbon dengan asam asetat
anhidrid. Pada percobaan asetilasi ini, senyawa hidrokarbon yang digunakan adalah asam
salisilat. Senyawa ini cukup stabil, merupakan pereduksi kuat, dan asam kuat. Penambahan
asam sulfat pekat berfungsi sebagai katalis dan zat penghidrasi. Hasil samping dari reaksi
asetilasi tersebut adalah asam asetat. Asam asetat ini akan terhidrasi membentuk anhidrida
asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk
aspirin dan akan menghasilkan asam asetat pula. Reaksi ini terjadi karena adanya asam sulfat
pekat dan akan berhenti setelah asam salisilat habis.
Secara umum, reaksi pembentukan aspirin adalah sebagai berikut:
C7H6O3 + (CH3CO)3O C9H8O4 + CH3COOH
Asam Salisilat Asam Asetat Anhidrid Aspirin (ASA) Asam Asetat
Tahap awal percobaan yaitu memasukan sejumlah asam salisilat ke dalam reaktor,
lalu mencampurkan asam salisilat dengan asam asetat anhidrid. Penambahannya dilakukan
sedikit demi sedikit, untuk mencapai reaksi yang bertahap dan maksimal. Pada tahap ini juga
dilakukan pemberian katalis, katalis yang digunakan pada percobaan ini adalah asam sulfat,
8/10/2019 laporan_ASETILASI
28/31
yang berfungsi untuk membantu mempercepat reaksi serta menurunkan energi aktivasi pada
reaksi. Proses pencampuran dilakukan pada suhu 60oC, sehingga reaktor harus dipertahankan
pada suhu 60oC. Untuk mengetahui suhu optimum pembentukan aspirin, dilakukan variasi
suhu, yaitu pada suhu 80oC. Setelah mencapai suhu yang dikehendaki (60oC), dilakukan
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi setiap 5 menit sekali selama 30 menit.
Setelah dipanaskan selama 30 menit, dilakukan proses pendinginan. Semakin lama
pendinginan nya maka endapan putih (aspirin) pun semakin banyak hal ini terjadi karena
penurunan suhu. Kemudian aspirin tersebut dilarutkan dalam air, kemudian dilakukan
penyaring untuk memisahkan aspirin murni dengan pengotornya. Penyaringan dilakukan
dengan menggunakan corong buchner pada unit penyaring vakum .Padatan yang terbentuk
dari hasil penyaringan berwarna putih bersih mengkilap (aspirin), namun aspirin yang
tersaring belum sepenuhnya murni, karena masih mengandung sedikit pengotor. sedangkan
filtrat berwarna merah muda yaitu asam asetat yang tidak bereaksi dan pengotor. Pada variasi
suhu 60oC, sebagian produk aspirin tumpah dan massa sisa tidak diketahui, sehingga massa
aspirin kasar secara keseluruhan didapatkan dari persamaan yang diperoleh dari variasi suhu
50oC,70oC, dan 80oC.
Tahap terakhir yaitu Rekristalisasi, proses ini dilakukan dengan tujuan untuk
memurnikan aspirin hasil percobaan. Rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan
campuran etanol dan aquadest yang dipanaskan. Lalu, padatan aspirin dimasukkan serta
diaduk secara konstan agar proses pelarutan berlangsung baik. Setelah larut sempurna,
campuran hasil rekristalisasi disaring kembali. Padatan atau kristal aspirin yang didapat
diamkan selama 24 jam hingga didapat aspirin murni yang berbentuk kristal putih seperti
jarum.
Dari percobaan yang telah dilakukan, aspirin murni yang didapatkan pada suhu
operasi 60oC adalah sebesar 9,02 gram, dengan yield sebesar 62,95%. Sementara aspirin
murni yang didapatkan pada suhu operasi 80 oC adalah sebesar 10,81 gram, dengan yield
sebesar 75,45%. Menurut literature, suhu optimum pembentukan aspirin adalah pada suhu
50-60oC, tetapi pada praktikum kali ini didapat masa aspirin murni pada suhu 80oC lebih
besar dibandingkan dengan massa aspirin murni pada suhu 60oC. Hal tersebut disebabkan
karena ada produk aspirin kasar yang tumpah. Titik leleh aspirin pada suhu operasi 60oC
adalah sebesar 123 oC, sedangkan titik leleh aspirin pada suhu operasi 80oC adalah sebesar
131,8oC. Menurut literature, titik leleh aspirin adalah sebesar 135oC. Titik leleh produk sudah
mendekati titik leleh aspirin menurut literature, hanya saja masih ada sedikit pengotor pada
produk aspirin yang mengakibatkan titik leleh produk sedikit menyimpang dari literature.
8/10/2019 laporan_ASETILASI
29/31
Dari data yang diperoleh dari variasi suhu 50oC,70oC, dan 80oC, semakin tinggi
massa produk yang diperoleh maka konstanta reaksi menjadi semakin besar dan
mengakibatkan konversi reaktan menjadi produk yang besar.
Pembahasan oleh Santi Sri Rahayu (121424029)
Pada praktikum pembuatan aspirin digunakan bahan baku asam salisilat sebagai
alkohol karena memiliki gugusOH dan asam asetat anhidrid sebagai anhidrida asam. Selain
itu, asam asetat anhidrat juga digunakan untuk mencegah adanya air karena bila terdapat air
maka aspirin yang terbentuk akan terurai kembali menjadi asam salisilat. Pada reaksi asetilasi
ini digunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator. Hasil samping dari reaksi ini yaitu asam
asetat, asam asetat akan bereaksi kembali dengan asam salisilat membentuk aspirin. Reaksi
berhenti ketika asam salisilat sudah habis bereaksi membentuk aspirin.
Pada praktikum pembuatan aspirin ini dilakukan variasi pada suhu 600C dan 800C
untuk membandingkan hasilnya. Pada saat proses reaksi berlangsung, tidak dilakukan
pengadukan sehingga tidak terjadi homogenisasi antara asam salisilat dengan asam asetat
anhidrat, namun pada akhir reaksi terbentuk padatan putih yang keras. Pada saat proses
pendinginan dilakukan proses pengadukan, terjadi perubahan dari padatan keras menjadi
larutan kental berwarna putih. Untuk memisahkan produk (aspirin) dari pengotornya, maka
dilarutkan dalam aquadest kemudian dilakukan penyaringan.
Setelah dipisahkan maka didapatkan padatan aspirin kasar berwarna putih berbentuk
kristal. Untuk memurnikan aspirin kasar yang didapat, maka dilakukan proses rekristalisasi
dengan melarutkan aspirin kasar dalam campuran etanol air sambil dilakukan pemanasan.
Aspirin akan larut dalam etanol sedangkan pengotornya akan larut dalam air. Proses
pemanasan dilakukan untuk mempercepat proses pelarutan aspirin kasar.
Setelah proses rekristalisasi, maka akan diperoleh kristal aspirin murni. Aspirin murni
hasil praktikum pada suhu 60oC memiliki massa 9,02 gram, sedangkan aspirin murni hasil
praktikum pada suhu 80oC memiliki massa 10,81 gram. Berdasarkan literatur, suhu optimum
pembuatan aspirin pada 600C, namun karena ada kesalahan praktikum yaitu tumpahnya
sebagian produk saat penyaringan aspirin kasar mempengaruhi berat aspirin yang diperoleh
sehinggan berat aspirin pada suhu 800C lebih besar dari aspirin pada suhu 600C.
Yield aspirin pada suhu 600C sebesar 62,95% sedangkan yield aspirin pada suhu 800C
sebesar 75,45%. Titik leleh aspirin pada suhu 600C yaitu 1230C, sedangkan menurut literatur
titik leleh aspirin yaitu 1350
C. Hal itu menunjukkan bahwa masih ada pengotor pada aspirin
yang dihasilkan sehingga mempengaruhi kemurniannya.
8/10/2019 laporan_ASETILASI
30/31
Pembahasan oleh Sarah Eka Putri D (121424030)
Praktikum kali ini adalah pembuatan aspirin dengan reaksi asetilasi, yaitu
mereaksikan asam salisilat dan asam asetat anhidrat. Reaksi asetilasi ini juga dibantu dengan
katalis berupa asam sulfat.
Pertama, asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrida, kemudian
ditambahkan katalis asam sulfat. Katalis digunakan untuk mempercepat reaksi serta berfungsi
sebagai zat penghidrasi. Reaksi dilakukan di lemari asam karena asam asetat anhidrida dan
asam sulfat dapat menyebabkan iritasi dan bersifat korosif. Asam salisilat yang memiliki
gugusOH berperan sebagai alkohol, sedangkan asam asetat anhidrida merupakan anhidrida
asam. Reaksi antara alkohol dan asam dapat membentuk ester, yaitu asam asetil salisilat
(aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari asam asetat anhidrida, sedangkan gugus R-nya
berasal dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut:
C7H6O3 + (CH3CO)3O C9H8O4 + CH3COOH
Hasil samping berupa asam asetat akan terhidrasi membentuk asam asetat anhidrida.
Asam asetat anhidrida akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin
dengan hasil samping berupa asam asetat. Reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis
karena adanya asam sulfat pekat.
Reaksi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 60oC. Pada jobsheet praktikum reaksi
asetilasi, suhu optimumnya adalah 50-60oC, namun pada praktikum ini, dilakukan variasi
suhu, yaitu pada suhu 80oC. Pada percobaan ini, endapan putih (aspirin) terbentuk setelah
dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan
aspirin dari pengotornya. Filtrat mengandung asam asetat anhidrida yang tidak bereaksi dan
pengotor. Produk tertampung merupakan aspirin, namun masih mengandung pengotor. Pada
praktikum dengan suhu 60oC, sebagian produk aspirin tumpah dan massa sisa tidak
diketahui, sehingga massa aspirin kasar secara keseluruhan didapatkan dari persamaan yang
diperoleh dari praktikum sebelumnya (pada suhu 50oC,70oC, dan 80oC). Aspirin kasar pada
suhu 80oC memiliki massa yang lebih besar, yaitu 31,77 gram, sementara massa aspirin kasar
pada suhu 60oC adalah 21,42 gram. Dikarenakan suhu optimum berkisar antara 50-60oC,
asam salisilat tidak akan terkonversi secara optimum pada suhu 80o
C, sehingga pengotor
Asam Salisilat Asam Asetat
AnhidridaAspirin Asam Asetat
8/10/2019 laporan_ASETILASI
31/31
pada produk aspirin akan semakin banyak yang dapat mengakibatkan massanya menjadi
lebih besar.
Aspirin kasar kemudian dimurnikan dengan ditambahkan larutan etanol dan aquades
sambil dilakukan pemanasan hingga larut. Aquades ditambahkan untuk melarutkan asam
salisilat sekaligus menghentikan reaksi, karena air menghidrolisis asam asetat anhidrida
menjadi dua molekul asam asetat. Kemudian dilakukan rekristalisasi sehingga diperoleh
aspirin murni berbentuk kristal putih (jarum).
Aspirin murni hasil praktikum pada suhu 60oC memiliki massa 9,02 gram, sementara
aspirin murni hasil praktikum pada suhu 80oC memiliki massa 10,81 gram. Aspirin murni
pada suhu 80oC memiliki massa lebih besar, sehingga yield, konstanta reaksi, dan
konversinya pun lebih besar daripada aspirin murni pada 60oC. Berdasarkan jobsheet
praktikum reaksi asetilasi, suhu optimumnya adalah 50-60oC, sehingga seharusnya massa,
yield, konstanta reaksi, serta konversi aspirin pada suhu 60oC lebih besar. Hal ini terjadi
karena kesalahan pada praktikum, yaitu sebagian produk aspirin kasar tumpah sehingga
massa serta perhitungan yield, konstanta reaksi, serta konversinya menjadi tidak tepat.
Namun, dapat disimpulkan, pada suhu optimum, konstanta reaksi menjadi lebih besar
sehingga laju reaksinya pun tinggi, yang mengakibatkan konversi reaktan menjadi produk
semakin besar.
Yield aspirin murni pada suhu 60oC dan 80oC berturut-turut adalah 62,95% dan
75,45%. Titik leleh aspirin pada suhu 60oC dan 80oC masing-masing adalah 123oC dan
131,8oC, sedangkan titik leleh aspirin berdasarkan literatur adalah 135oC. Hal ini dikarenakan
produk masih belum murni dan mengandung pengotor, sehingga mempengaruhi titik leleh
produk.
XI. Kesimpulan
Setelah melakasanakan praktikum Pembuatan Aspirin (Reaksi Asetilasi) diperoleh aspirin
dengan yield sebesar 62,95% dan titik leleh sebesar 1230C. Konstanta laju reaksi pada orde 1
sebesar 0,0331 menit-1 dan pada orde 2 sebesar 9,957 x 10-3 lt mol-1menit-1
XII. Daftar pustaka
Andriyanto, Eko. Asetilasi (Pembuatan Aspirin). Modul Praktikum Satuan Proses II.
Bandung : Politeknik Negeri Bandung
Esterifikasi Fenol : Sintesis Aspirin.http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-
fenol-sintesis-aspirin/
http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/http://habib.blog.ugm.ac.id/kuliah/esterifikasi-fenol-sintesis-aspirin/