Laporan WawancaraTempat Wawancara
: Jl. Tales Surabaya
Topik
: Kaum Urban di SurabayaNama Subjek
: SAsal
: Kalimantan (Tarakan)
Tahun Lahir
: 1937
Umur
: 78 tahun
Pendidikan
: SD
Keluarga
: 1 istri, 3 anak, 2 menantu, 2 cucu
Kota Merantau
: Solo, Jakarta, dan SurabayaPekerjaan
: Tukang Becak di Kawasan RSAL dr. Ramelan SurabayaTempat
Tinggal: Rumah semi permanen di atas tanah milik PT. KAI (dekat
stasiun Wonokromo Surabaya)
Pewawancara
Istiqomah Dwija P.KodePertanyaanJawaban
Selamat sore pakSelamat sore
Mohon maaf sebelumnya pak, saya minta waktunya sebentar untuk
tanya-tanya boleh ya pak? Iya mbak monggo nggak apa-apa mbak
Laporan ObservasiTempat Observasi
: Pangkalan Becak dekat RSAL (Rumah Sakit Angkatan Laut)
dr.Ramelan Surabaya dan Tempat tinggal SubjekTema Observasi
: Kaum Urban di SurabayaNama Subjek
: SAsal
: Kalimantan (Tarakan)
Tahun Lahir
: 1937
Umur
: 78 tahun
Pendidikan
: SD
Keluarga
: 1 istri, 3 anak, 2 menantu, 2 cucu
Kota Merantau
: Solo, Jakarta, dan SurabayaPekerjaan
: Tukang Becak di Kawasan RSAL dr. Ramelan SurabayaAlasan
Observasi
: Untuk mengetahui situasi dan kodisi dari subjek sebagai kaum
urban di kota SurabayaDeskripsi Lokasi
: a.
Lokasi observasi yang pertama dilakukan di pangkalan becak di
dekat RSAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) dr. Ramelan Surabaya. Tempat
ini cenderung ramai orang karena berada di daerah yang strategis
yaitu terdapat rumah sakit besar, universitas, mall di seberangnya,
tempat pemberhentian kendaraan umum dan juga cukup dekat dengan
stasiun dan berbagai instansi strategis lainnya. Sehingga tidak
heran dengan begitu banyaknya tukang becak yang mencari penumpang
di daerah tersebut. Lebih dari 20 tukang becak berada di pangkalan
ini dengan beragai jenis model becaknya, ada becak tradisional yang
dikayuh dengan tenaga manusia pada umumnya, dan juga ada beberapa
becak yang telah dimodifikasi menjadi becak motor, yaitu becak yang
dijalankan dengan tenaga mesin sepeda motor. Ketika siang hari,
lokasi ini sangatlah panas karena berada di pinggir jalan tanpa
banyak pohon yang menaungi. Jika dibandingkan, becak motor
cenderung lebih ramai peminat dibandingkan dengan becak yang
dikayuh biasa.b.
Lokasi observasi kedua adalah rumah dari subjek. Rumah ini
berada di atas tanah milik PT. Kereta Api Indonesia (KAI). Tepatnya
berada di dekat stasiun wonokromo Surabaya. Sudah sejak lama subjek
menempati rumah ini, ia mengaku membeli dari seseorang untuk
bangunan yang ia tempati hingga sekarang. Bangunan rumah ini berada
di kawasan yang sangat padat penduduk. Meskipun tergolong bangunan
ilegal, yang tidak memiliki sertifikat kepemilikan resmi, tetapi
rumah S dan tetangga-tetangganya memiliki akses listrik dan air
PDAM secara resmi. Di kawasan ini juga memiliki susunan
kepengurusan RT/RW sehingga warganya tetap dapat mengurus
surat-surat untuk kepentingan identitas dan sebagainya, dan ini
sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya.
Kondisi kebersihan lingkungan rumahnya yang sangat padat ini
tergolong memprihatinkan. Meskipun ada iuran kebersihan yang
ditarik oleh pengurus RT setempat tetapi pengelolaan sampah rumah
tangganya tidak dikelola dengan baik sehingga makin menimbulkan
kesan kumuh. Mayoritas warga yang tinggal di daerah ini merupakan
pendatang dari luar Surabaya, kemudian bekerja di pasar wonokromo,
mangga dua dan sekitarnya. Di kawasan ini juga banyak terdapat
rumah-rumah kontrakan yang banyak dihuni orang-orang yang berasal
dari pulau Madura. Rumah-rumah yang dikontrakkan itu juga berdiri
di atas tanah milik PT. KAI. Juga terdapat rumah kos dimana yang
menghuni kebanyakan merupakan mahasiswa kesehatan atau keluarga
yang menunggu pasien di rumah sakit.
Jalan menuju rumah pak S masuk gang yang ukurannya sempit
sekitar 1,2 meter lebarnya. Di rumah ini dihuni Pak S, istri, 1
anak, 1 menantu dan 1 cucunya. Rumah dengan ukuran agak kecil ini
disekat menjadi ruang tamu sekaligus tempat meletakkkan perabotan
rumah tangga, dan toilet serta 2 kamar yang disekat dengan triplek
dengan ukuran di dalam sangat kecil. Sedangkan untuk memasak biasa
dilakukan di depan rumahnya, tetangga-tetangganya juga banyak yang
melakukan hal yang sama dengan alasan agar tidak semakin
mempersempit ruang di dalam rumahnya untuk kebuutuhan dapur. Mereka
terbiasa hidup berdampingan dengan banyak orang, bahkan bila kita
berbicara dengan suara agak keras maka tetangga bisa mendengar
suara kita begitu pula sebaliknya termasuk bila ada anak kecil yang
rewel atau menangis keras maka suaranya akan terdengar dengan jelas
oleh tetangganya. Di dalam rumah ini meskipun ukurannya agak kecil
tetapi perabotan rumah tangganya tergolong cukup. Misalnya terdapat
televisi 21, kipas angin, rice cooker, dvd player, 2 buah lemari
dengan ukuran sedang, kasur, mainan anak-anak, dan perlengkapan
dapur. Deskripsi Subjek
: Subjek merupakan salah satu dari kaum urban yang sudah sangat
lama tinggal di kota Surabaya. Ketika berbicara, suara pak S keras
dan tegas tetapi tetap ramah. Artikulasi dari pengucapannya di usia
yang menginjak 78 tahun memang sudah agak berkurang, tetapi masih
dapat dipahami dengan baik oleh orang lain. penglihatannya masih
berfungsi dengan baik dan normal, pak S tidak memakai kacamata.
Untuk pendengaran agak berkurang, sehingga orang lain ketika
berbicara suaranya harus agak keras agar ia bisa mendengar dengan
jelas. Postur tubuh pak S agak besar, tetapi tangan dan kakinya
masih berfungsi dengan baik. Itu terbukti dari setiap hari ia masih
mengayuh becak dengan tenaga yang dimilki.Di kalangan tukang becak,
pak S termasuk tukang becak yang senior. Baik itu dilihat secara
umur atau lamanya bekerja sebagai tukang becak di daerah tersebut.
Sehingga banyak orang yang mengenal pak S, menyapa dan berbicara
dengan akrab. Ketika berbicara dengan rekan-rekannya pak S senang
bercanda atau bercerita banyak hal. Pak S bekerja dari pagi sekitar
jam 6.30 hingga jam 11.30 siang, saat siang hari ia kembali kerumah
untuk istirahat, dan embali bekerja mencari penumpang pada jam 3
hingga 5 sore. Selepas itu ia pulang ke rumah yang jaraknya cukup
dekat dengan pangkalan becak untuk istirahat.Observer
Istiqomah Dwija P.KONDISI RUMAH DAN
LINGKUNGANNYAAspekIndikatorKriteria
Sangat BaikBaikCukupBurukSangat Buruk
Kondisi Lingkungan Sekitar Rumaha. Kebersihan
b. Saluran pembuangan air
c. Suhu Udara
d. Fasilitas umum
e. Polusi udara
f. Penghijauan
g. Pengelolaan sampah
Kondisi di dalam rumaha. Kelembaban
b. Kerapian
c. Kebersihan
d. Suhu udara
PEMBAHASAN
S saat ini tinggal dan bekerja di Surabaya sebagai tukang becak.
Sebuah kota terbesar kedua di Indonesia setelah ibukota Jakarta.
Surabaya juga merupakan ibukota dari propinsi Jawa Timur, propinsi
di ujung timur pulau jawa ini memiliki banyak sekali potensi
sehingga Surabaya sebagai pusat pemerintahannya sangat menarik
banyak orang untuk mencari pekerjaan dan tinggal. Kota yang dikenal
sebagai pusat perdagangan, kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat
Indonesia tengah hingga timur ini kini sudah sangat padat jumlah
penduduknya. Hal tersebut juga dapat disebabkan karena semakin
banyaknya masyarakat di luar Surabaya yang berbondong-bondong masuk
ke kota ini meskipun belum memiliki pekerjaan atau bahkan tempat
tinggal tetap. Tetapi mereka (orang-orang dari daerah lain) tergoda
dengan nama besar kota Surabaya yang menurut survei yang pernah
dilakukan oleh Jawa Pos, ini dianggap sebagai kota ternyaman kedua
di Indonesia setelah Bandung.
Berdasarkan pengamatan observer, banyak orang di pedesaan,
terutama kaum muda yang kini merasa malu atau merasa rendah bila
harus bertani. Padahal kemampuan yang mereka miliki sebatas di
lingkup pertanian atau perkebunan. Banyak yang sawah atau tanah
mereka di desa dijual kemudian memutuskaan pindah ke kota, atau
memilih bekerja sebagai penjaga toko. Mereka malu sebagai anak muda
jika harus pergi mencangkul ke sawah, mereka lebih bangga ketika
bisa mengendarai sepeda motor bagus kemudian bekerja di luar daerah
tempat tinggalnya. Hal ini bisa disebabkan salah satunya karena
pengaruh tayangan televisi. Dimana sinetron-sinetron menampilkan
anak muda dengan gaya hidup tinggi yang bisa melakukan apa saja di
kota besar. Padahal apa yang ditampilkan di sinetron-sinetron
tersebut tidak sepenuhnya benar dan dengan mudahnya dapat dilakukan
oleh banyak orang di kota. Kehidupan tentunya akan berjalan
setimpal seperti apa yang diusahakan orang tersebut.
Salah satu diantara kaum urban yang memutuskan tetap berjuang di
kota ini adalah pak S. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki,
sejak lulus SD ia memutuskan pergi ke Surabaya sendirian dan
berusaha terus bertahan hidup dengan mencari uang dengan cara
apapun di awal kepindahannya ke Surabaya. Mulai menjadi calo, kuli
angkut, berdagang, bahkan mencuri, tetapi kini ia bekerja menjadi
tukang becak. Hingga usianya yang tua, pak S tidak mau untuk pindah
ke tempat lain yang lebih layak, seperti ketika ditawari anaknya
yang tinggal di sidoarjo untuk tinggal bersamanya disana ia
menolak. Baginya ia lebih senang ketika bisa mencari uang sendiri
semampunya walaupun dengan rumah yang terbatas juga.Alur perjalanan
S hingga menjadi tukang becak : Dulu Borneo diduduki Jepang,
kemudian ada kebijakan bahwa bagi masyarakat yang tinggal di
Kalimantan tapi memiliki istri/suami dari Jawa harus ikut kembali
ke Jawa, saat itu Pak S masih kelas 6 SD.
Pak S dan keluarganya naik kapal ke Surabaya, tapi tidak lama
kemudian pindah ke Solo dengan harapan dibantu oleh saudara ibunya
agar bisa bekerja di Solo
Saat di Solo tidak ada perbaikan bagi ekonomi keluarga karena
keluarga Pak S menumpang tinggal di rumah saudara.
Pak S mengetahui bahwa ibunya masih memiliki simpanan perhiasan
anting-anting, kemudian pak S mencuri perhiasan itu dan menjualnya.
Hasil dari penjualan itu ia gunakan untuk bekal merantau ke
Surabaya
Pak S menuju Surabaya naik kereta. Ia berharap bisa bekerja di
Surabaya dan bersumpah tidak akan menemui keluarganya di Solo
sebelum ia memiliki anak dan istri.
Pertama kali sampai di Surabaya ia bingung mau bekerja apa. Lalu
ia menjadi calo tiket bioskop di daerah blauran cukup lama, dan
saat itu ia tidur di pinggir jalan di kawasan Siola.
Pak S pernah ditangkap polisi saat dirinya menjadi calo tiket
bioskop kemudian dilepaskan dengan syarat tidak boleh lagi menjadi
calo tiket. Sejak saat itu ia mulai berpindah-pindah tempat di
Surabaya.
Kemudian Pak S menjadi kuli angkut di pasar wonokromo, ia
bekerja membawakan barang-barang pembeli atau penjual. Dulu masih
kumuh.
Setelah memiliki sedikit uang dari menjadi kuli angkut, ia
membeli baju-baju bekas dari kapal Belanda untuk dijual di pasar
untuk tambahan penghasilan.
Pak S sempat ke Jakarta dengan naik kereta barang. Di jakarta ia
bekerja menjadi calo tiket bioskop. Tetapi tidak begitu lama,
setelah ada uang saku untuk membeli tiket kereta, ia kembali lagi
ke Surabaya.
Sesampainya di Surabaya ia kembali ke Wonokromo untuk menjadi
kuli angkut. Disamping itu Pak S sering mencuri di rumah-rumah
orang Belanda yang ada di Surabaya.
Jika petugas penjaga kawasan rumah Belanda sudah keliling, ia
masuk ke rumah itu. Pertama kali ia selalu mencari makanan dulu di
dapur karena ia mencuri sebenarnya untuk kebutuhan makan, setelah
itu baru ia mengambil barang-barang yang ada di dalam rumah.
Setelah itu ia menikah dengan perempuan yang berasal dari Malang
tetapi bekerja di toko yang ada di pasar wonokromo.
Setelah menikah Pak S tetap bekerja menjadi kuli angkut,
serabutan dan terkadang masih mencuri di rumah Belanda atas
sepengatuhan istrinya.
Pada suatu hari menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad, Pak S
ijin pada istrinya untuk pergi sebentar dan ketika kembali ke
rumah, Pak S membawa 2 karung pakaian miliki orang Belanda.
Istrinya memutuskan untuk membuang barang itu dan tidak mengijinkan
Pak S untuk mencuri lagi, ia meminta Pak S bekerja menjadi tukang
becak saja.
Alasan dari Keputusan S : Pak S merasa bisa mencari nafkah
dengan menjadi tukang becak hingga saat ini walaupun sudah tua.
Pak S memutuskan ke Surabaya karena merasa kondisi di Surabaya
lebih enak untuk mencari uang. Karena ketika di Solo tidak ada
pekerjaan yang bisa ia lakukan. Suasana di Surabaya juga ia rasa
sangat nyaman, berbeda dengan kondisi di Jakarta yang ia rasa lebih
rumit.
Pak S tidak ingin kembali ke keluarganya di Solo karena baginya
ia sudah membangun keluarga baru di Surabaya, tetapi sesekali ia
pernah mengunjungi keluarganya di Solo.
Kesimpulan dan Saran :
a. Kesimpulan
Pak S sudah merasa senang dengan keadaannya sekarang dan
menikmati hidupnya. Tetapi di sisi lain, terdapat beban bagi
pemerintah Kota Surabaya untuk bisa mengatasi fenomena kaum urban
ini. Di tengah megahnya gedung-gedung perkantoran, mall, dan
sebagainya, terdapat beberapa kawasan kumuh yang mayoritas dihuni
oleh kaum urban. Mereka datang ke kota dengan harapan dapat
memperbaiki nasib dengan bekerja dan mendapatkan penghasilan yang
layak untuk menghidupi keluarga. Walaupun pada kenyataannya agar
bisa hidup sebagai pendatang di Surabaya butuh skill, pendidikan
dan pengetahuan yang memadai agar bisa bekerja dengan layak dan
terhormat. Para pendatang tidak semuanya bermodal skill atau
pendidikan yang baik, sehingga mereka yang tidak memiliki kapasitas
tersebut sulit mendapatkan pekerjaan yang baik dan berdampak pada
bermunculannya permasalahan-permasalahan baru di perkotaan karena
kehadiran mereka.b. Saran
Pemerintah memberikan peringatan pada kaum urban yang tinggal di
tanah yang bukan haknya dan melakukan tindakan tegas sejak awal
berdirinya bangunan tanpa ijin. Pemerintah harus memfungsikan
seluruh jajarannya hingga tingkat kecamatan dan kelurahan untuk
menindak, dan bekerjasama dengan aparat hukum terkait. Aparat tidak
boleh membiarkan begitu saja, karena bila bangunan-bangunan liar
tersebut sudah berdiri lama maka upaya penggusuran akan makin
sulit, karena mereka sudah merasa memiliki. Bagi kawasan yang
memang sudah terlanjur berdiri lama bangunannya maka pemerintah
kota dapat bekerjasama dengan kementerian terkait untuk melakukan
relokasi misalnya dengan dibangunkan rusunawa atau dipulangkan ke
kabupaten asal setelah diberi pelatihan keterampilan. Pemberian
pendampingan dan pembinaan serta terapi CBT yang lebih sering untuk
masyarakat di kawasan kumuh dan bangunan liar. Tujuannya agar bisa
merubah gaya berpikir bahwa pendapat tentang menjadi kehidupan
menjadi orang miskin di kota hal yang wajar. Pemikiran itu harus
diubah bahwa mereka harus berubah dengan kemampuan yang dimiliki
agar bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat dan dapat hidup
dengan layak tanpa menambah beban persoalan kota dan lingkungan.
Pak S diberi pelatihan keterampilan dan modal usaha dengan bunga
yang ringan untuk bisa membuka usaha
Pak S direlokasi ke rusunawa dengan harga sewa atau cicilan yang
ringan
Anak-anak di daerah rumah pak S diberi pembelajaran tentang
kebersihan dan sanitasi agar bisa mengajak orang tuanya ikut
menjaga kebersihan lingkungan
Dokumentasi :
>> Observer dengan pak S (wajah dikaburkan) dan
becaknya