LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 Penyusun : Duati Mayangsari (131610101039) Pungky Anggraini (131610101042) Arini Al Haq (131610101040) Jerry Daniel (131610101018) Hesti Rasdi Setiawati (131610101020) Vita Lukitasari (131610101024) Rachel P W (131610101049) Fatimatuz Zahroh (131610101051) Cholida Rachmatia (131610101056) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 1
Penyusun :
Duati Mayangsari (131610101039)
Pungky Anggraini (131610101042)
Arini Al Haq (131610101040)
Jerry Daniel (131610101018)
Hesti Rasdi Setiawati (131610101020)
Vita Lukitasari (131610101024)
Rachel P W (131610101049)
Fatimatuz Zahroh (131610101051)
Cholida Rachmatia (131610101056)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor : drg. Dyah Setyorini, M.Kes.
Ketua : Duati Mayangsari (131610101039)
Scriber Meja : Pungky Anggraini (131610101042)
Scriber Papan : Arini Al Haq (131610101040)
Anggota :
1. Jerry Daniel (131610101018)
2. Hesti Rasdi Setiawati (131610101020)
3. Vita Lukitasari (131610101024)
4. Rachel P W (131610101049)
5. Fatimatuz Zahroh (131610101051)
6. Cholida Rachmatia (131610101056)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan skenario 1.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Dyah Setyorini, M.Kes., selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
semua.
Jember, 11 Oktober 2015
Tim Penyusun
3
DAFTAR ISI
Daftar Anggota Kelompok .................................................................................. 2
Kata Pengantar ..................................................................................................... 3
Daftar Isi ............................................................................................................... 4
Kontraindikasi pembuatan GTL adalah sebagai berikut :
1. Tumor, abses, kista, ulser
2. Pasien tidak kooperatif
3. Pasien handicap
4. Infeksi soket setelah pencabutan
5. Lansia karena pertimbangan sifat dan kondisi pasien
6. OH jelek
7. Alergi bahan
8. Penyakit sistemik
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi GTL
Retensi dan stabilitas gigi tiruan juga dipengaruhi oleh kondisi anatomi landmark rongga mulut yang bersifat baik mendukung dan ada yang mempersulit. Pada GTL rahang bawah, batas posterior bagian sayap lingual dapat diperluas
18
kearah posteroinferior ke ruang retromylohyoid sehingga menghasilkan retensi dan stabilitas gigi tiruan. Apabila kedalaman ruang ini lebih dari setengah kaca mulut nomor 3, menunjukkan bahwa daerah tersebut dalam dan dapat memberikan retensi yang efektif. Akan tetapi apabila daerah tersebut dangkal, akan mempersulit retensi yang efektif.
1. Faktor fisis: Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat
mempengaruhi efek retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik
peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan
bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah.Peripherial
seal bersambung dengan Postdam pada rahang atas menjadi sirkular seal.
Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar tidak dapat
masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa sehingga
tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal
terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah
lepas. Hal inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama
terjadinya kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan
lengkap.Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari
palatum molle dekat fovea palatina.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan
kontak antara basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari
efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama
dikenal sebagai adhesi selektif.
3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface).
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi
oleh basis gigi tiruan.
4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai
sebagai pegangan terutama pada rahang atas.
5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi
6. Gaya-gaya dalam cairan
19
Gaya-gaya dalam cairan ini yang dimaksud adalah gaya dalam saliva,
seperti tegangan permukaan saliva, gaya-gaya kohesi, dan viskositas
saliva. Saliva yang volumenya banyak dan mempunyai viskositas yang
tinggi dapat meningkatkan retensi dan stabilitas GTL dalam rongga mulut,
karena tegangan permukaan yang tinggi. Sebaliknya, saliva yang
volumenya sedikit dan viskositasnya rendah akan menyebabkan GTL
mudah lepas karena tegangan permukaannya rendah.
7. Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer ini menahan gaya-gaya yang akan melepaskan gigi
tiruan asalkan ada pheriperal seal yang baik. Hubungan antara pheriperal
seal dengan gaya-gaya di dalam lapisan saliva serta GTL bisa diibaratkan
dengan dua buah bak yang diisi air dengan balok yang mempunyai berat
sama dalam dua bak tersebut, akan tetapi bentuk baloknya berbeda. Balok
pertama mempunyai ukuran yang sangat pas dengan bak, sedangkan balok
yang kedua lebih kecil. Maka apabila balok pertama diambil, maka terasa
akan sangat susah sekali. Berbeda dengan balok kedua yang apabila
diambil maka kita bisa lebih mudah mengambilnya. Bak dengan balok
yang pertama ini diibaratkan dengan GTL yang mempunyai pheriperal
seal yang baik, sehingga tekanan yang ada pada GTL dengan saliva tinggi
sehingga GTL lebih retentif, sedangkan bak dengan balok kedua ini seperti
GTL dengan pheriperal seal yang kurang baik atau bahkan tidak
mempunyai pheriperal seal. Tidak ada gaya-gaya yang menahan GTL agar
retentif, sehingga GTL lebih mudah lepas.
C. Tahap pembuatan GTL dan galengan gigit serta penetapan gigit
Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi tahap klinis dan tahap laboratoris.
Tahap Klinis :
Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah pencetakan (impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan
20
dipakai sebagai basal seal prothesa (Swenson, 1964). Soelarko dan Herman (1980), membagi dua macam cetakan, yaitu:
1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan tidak menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang dipakai adalah compound, alginat.
2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak individual yang dibuat dari bahan shellac atau self curing acrilic resin.
Hasil cetakannya digunakan sebagai model kerja. Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression.
Langkah-langkah pencetakan
Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator disamping
kanan belakang. Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line. Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis, frenulum
labialis superior. Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting Cetakan dilepas dan dicuci Rahang Bawah Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator disamping
kanan depan. Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulum lingualis. Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis, frenulum
labialis inferior. Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting Cetakan dilepas, dicuci
Cara membuat sendok cetak individual menurut Itjiningsih (1993),
shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan. Lakukan pemotongan sesuai dengan batas jaringan bergerak dan tidak
bergerak. Bila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak asal jangan mudah lepas dari rahang pasien.
Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada daerah palatum, berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih karena bila tertahan
21
akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi tiruan pada jaringan pendukungnya. Di Fakultas Kedokteran Gigi UGM individual tray dibuat dari shellac base material.
Tahap Laboratoris :
Pembuatan gigi tiruan di dalam mulut perlu memperhatikan keadaan jaringan disekitarnya, yaitu jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Jaringan yang tidak bergerak dijadikan sebagai landasan gigi tiruan penuh, dengan membuat batas antara jaringan mulut bergerak dan jaringan mulut tidak bergerak yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin akan mempengaruhi hasil dan suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap. Selain itu pembuatan GTL perlu memperhatikan pendukung utama, yaitu residual ridge karena tidak adanya gigi asli yang dapat digunakan sebagai pegangan. Agar tercapai hasil yang baik juga diperlukan artikulator sebagai alat yang berguna untuk mendapatkan bentuk tiruan rahang manusia yang menirukan gerakan rahang pada saat artikulasi.
Pembuatan Base plate dan Bite rim (galengan gigit)
Pembuatan base plate diklasifikasikan dalam 2 golongan (Jehl, 1959), yaitu:
1. Temporer base, bila digunakan untuk perlekatan oklusal rim guna merestorasi facial dari rahang atas dan rahang bawah.
2. Permanent base, berguna untuk mencatat posisi relasi rahang dan menempatkan gigi-gigi.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi – gigi dan untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan modeling wax (Swenson, 1964). Base plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut occlusal bite rim atau tanggul gigitan.
Kegunaan bite rim adalah:
1. Untuk melekatan gigi sebelum diganti dengan akrilik.
2. Untuk mencatat maxilo-mandibula relationship pada pasien Bite rim atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya harus mengikuti general out line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).
Prosedur Penentuan Gigitan/ bite rim (galengan gigit)
Pembuatan oklusi jika oklusi tidak ada
22
Dengan basis dan galangan gigit pada rahang atas dan rahang bawah:
1. Tentukan DV istirahat
2. Dapatkan VD oklusal
3. Tentukan relasi sentris
4. Fixasi galangan gigit rahang atas dan bawah
Penjelasan:
- Sebelum menentukan VD, perlu diperhatikan terlebih dahulu kedudukan basis dan galangan gigit di dalam mulut;
- Untuk rahang atas, basis menutupi semua mukosa palatum durum sampai batas fibrating line di bagian posterior. Untuk bagian bukal, sampai batas mukosa gerak dan tidak bergerak;
- Untuk rahang bawah, basis sampai menutupi ruang molar pad dan sampai batas mukosagerak dan tidak bergerak dibagian bukal dan lingual;
- Galangan gigit anterior dibuat tingginya sebatas bibir atas, tebalnya ke bukal cukup untuk mendukung bibir, sehingga estetis terlihat baik. Bagian palatum dibuat agak melengkung,sesuai lengkung rahang dan bagian insisal tidak terlalu tebal. Bidang oklusal galangangigit atas diatur sedemikian rupa hingga sejajar dengan garis ala trachus (untuk bagian posterior). Galangan gigit rahang bawah dibuat berkontak bidang dengan galangan gigitrahang atas bila dioklusikan.
Pembuatan Galengan Gigit
Fungsinya untuk menggantikan prosesus alveolar yang telah hilang setelah mengalami resorpsi karena hilangnya gigi.
- Memperhatikan 3 daerah kontak yang berbeda antara kedua rahang, yaitu 2 daerahposterior dan 1 daerah anterior
- Galengan gigit dibuat di atas lempeng gigit
- Bahan terbuat dari malam model atau wax
23
- Galengan gigit dibuat dengan membentuk wax menjadi suatu gulungan memanjang yangkemudian diletakkan di atas lempeng gigit, kira-kira di pros. Alveolaris
- Bentuk segi empat atau trapesium
- Guna galengan gigit untuk menentukan dukungan yang wajar bagi bibir dan pipi,menetapkan hubungan antar rahang, dan untuk tempat menyusun gigi-geligi
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Proses Penentuan Gigit
a. Pastikan bahwa tidak ada gigi asli yang kontak prematur dan blocking
b. Bila ada gigi yang tidak sesuai dengan curve of spee:
- Gigi yang Tipping atau Malposisi
Gigi posterior cenderung tipping ke anterior ketika terdapat ruang di mesial.Perawatan ortodontik untuk pergerakan gigi minor dapat digunakan untuk uprighting gigi tersebut.
- Berkurangnya Dimensi Vertikal
Pada saat menggigit galangan gigit, tidak boleh dengan tekanan yang besar karena dapat menyebabkan displacement (pergerakan) mukosa dibawah basis, terutama pada kasus free end sehingga dapat mengakibatkan oklusi modeh rahang atas dan rahang bawah tidak tepat.
Pencegahan : Sebelum pasien menggigit (beroklusi), lunakkan terlebih dahulu permukaan galengan gigit sedemikianrupa sehingga tidak menimbulkan tekanan waktu beroklusi. Dapat juga dengan mengurangi galangan gigit ± 1mm, kemudian diganti dengan bahan cetak Zinc OxideEugenol Pasta atau gips cetak. Bila beroklusi, akan terlihat gambaran oklusal gigi antagonis pada galangan gigit dan tekanan yang diterima mukosa tidak besar.
D. Instruksi keapada pasien setelah pemasangan GTL
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
b. Protesa dijaga kebersihannya
c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
Instruksi untuk pasien :
24
a. Pasien dianjurkan untuk beradaptasi dengan protesa tersebut sampai biasa.
b. Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya
dapat beristirahat.
c. Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien
dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.
d. Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih
lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus
memakainya.
Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
- Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak, ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah ada rasa sakit.
- Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi
e. Removal : by break the seal by memasukkan dan menggerakkan ½ jari
sepanjang pinggir denture atau menggembungkan pipi (bunyi P)
f. Cleaning : setelah makan atau paling sedikit minimal 1 hari sekali
kemudian di rendam dan disikat.
- Sikat dan pasta gigi yang digunakan khusus tidak boleh sembarangan
karena bias timbul goresan sehingga anatomicalnya berubah dan estetiknya
menurun
- Merendam dengan bahan yang spesifik lalu harus di rinse lagi agar bahan
tadi tidak tercerna
- Bahan untuk merendam yang efektif yaitu larutan desinfektan ada 2
larutan yang efektif mengendalikan plak yaitu :
1. Alkalin hipoklorit : efektif dalam pembersihan plak gigi tiruan
2. Cairan klorheksidin glukonat : efektif dalam menghambat
pembentukannya
Bila digunakan larutan hipoklorit yang mengandung 0,08% klorin atau
cairan klorheksida glukonat 0,1% gigi tiruan harus direndam selama satu
malam
25
g. Diet : makan seperti biasa namun pada awal awal pemakain diusahakan
memakan makanan yang lunak – lunak terlebih dahulu. Menggigit kecil
atau dengan hati-hati. Mengunyah dengan dua sisi dalam waktu
bersamaan, karena dapat membantu GTL stabil. Hindari makanan dan
minuman panas untuk mencegah rasa terbakar di GTL.
PR: Berapa lama harus menunggu di insersikan GTL setelah pencabutan?
Pasca eksodonsi, akan terjadi tahap penyembuhan yang meliputi:
pembentukan gumpalan darah, pengaturan gumpalan darah dengan pembentukan
jaringan ikat longgar berserat, perubahan bentuk dari jaringan ikat berserat
menjadi jaringan ikat yang padat dan kalsifikasi dari gumpalan darah. Aktivitas
penyembuhan ini kurang efektif sampai hari ke 10 pasca pencabutan, akan tetapi
pada minggu kedua aktivitas penyembuhan berjalan sangat cepat yang ditandai
dengan pembentukan tulang berupa trabekula baru. Proses penyembuhan pasca
ekstraksi ini akan berjalan stabil setelah 30 hari, oleh karena itu pada hari ke 30
pasca ekstraksi pasien sudah dapat dibuatkan GTL, karena jaringan-jaringan
sudah cukup kuat untuk mendukung beban kunyah pada GTL, walaupun secara
morfologik selama beberapa waktu setelah ini tulang alveolar tidak dapat
dianggap stabil. Selama menunggu proses penyembuhan, pasien dapat dibuatkan
immediate denture. (Watt, M David and A Roy MacGregor. 1986. Designing
Complete Dentures Ed 2, diterjemahkan oleh Soelistijani. Jakarta: Hipokrates.)
26
KESIMPULAN
Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah yang banyak di jumpai
masyarakat. Kehilangan gigi menimbulkan banyak masalah, baik masalah estetik,
fonetik, maupun mastikasi seseorang Kehilangan gigi bukan tidak mungkin
terjadi pada semua gigi dalam satu rahang. Untuk kasus seperti itu diindikasikan
penggunaan GTL. Selaim itu banyak hal yang menjadi indikasi dan kontraindikasi
penggunaan GTL yang harus diperhatikan oleh dokter gigi. Selain itu seorang
dokter gigi juga harus mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi retensi dan
stabilitas GTL, tahap pembuatan GTL termasuk pembuatan galengan gigit dan
penetapan gigit, serta instruksi kepada pasien seteah pemasangan GTL.
27
DAFTAR PUSTAKA
Watt, david M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain gigi Tiruan
Lengkap. Jakarta: Hipokrates
Fadriyanti,O.2010. Perawatan pasien edentulous dengan gigi tiruan lengkap.
Padang : Universitas Baiturrahama
Zarb GA, Bolender CL. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous
Patients. CV Mosby Co., St. Louis, 12ed, 2004
Heartwell CM, Rahn AO. Syllabus of Complete Dentures. Lea and Febiger,
Philadelphia, 1984.
Basker RM, Davenport JC, Tomlin HR. 1996. Perawatan Prostodontik bagi
Pasien Tak Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.
Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental
Practicioner. Springer-Verlag: Berlin.
Gehl DH, Dressen, OM. 1959. Complete Denture Prothesis. 4th ed. W. B.
Saunders Co.: London.
Harshanur IW. 1993. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC: Jakarta.
Itjiningsih WH. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. EGC: Jakarta.
Itjiningsih WH. 1993. Dental Teknologi. FKG Universitas Trisakti: Jakarta.
Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad:
Bandung.
28
LAMPIRAN
1. Anasir akrilik : gigi tiruan yang berbahan dasar akrilik. Akrilik
berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan
polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau
arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran
(monomer) mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer)
polymthtyl methacrylate.
2. Galengan gigit : atau Tanggul gigit (= occlusion rims atau bite
rims) yaitu galengan atau tanggul yang terbuat dari malam dan diletakkan
di atas basis untuk menentukan hubungan oklusi gigi atas dan gigi bawah.
3. Penetapan gigit : penetapan oklusi rahang atas dan rahang baawah
4. Goyang 03 : Kegoyangan gigi lebih besar dari 1mm pada segala
arah dan atau gigi dapat ditekan kearah apikal
5. Retentive dan stabil : retentive : dapat menahan gigi tiruan terhadap daya