SKENARIO IIISeorang Ibu datang ke klinik RSGM ingin merawatkan
gigi belakang bawah kanan yang lubang kira kira 1,5 tahun yang
lalu. Gigi terasa sakit tiba tiba kira kira 5 bulan yang lalu. Pada
saat sakit diberi minum asam mefenamat sehingga sakitnya reda.
Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan adanya karies profunda
perforasi pada gigi 45. Tes perkusi dan tekanan tidak terasa sakit,
tes jarum miller masuk 19 mm tidak terasa sakit. Tampak gambaran
ronsen foto seperti di bawah. Dokter mendiagnosa dan melakukan
perawatan saluran akar terlebih dahulu sebelum membuatkan restorasi
tetap.STEP I ( Identifikasi Kata Sulit )STEP II ( Permasalahan )1.
Bagaimana prosedur diagnosis pada kasus di skenario?2. Apa saja hal
hal yang perlu dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis?3. Apa
diagnose kasus pada skenario? Bagaimana rencana perawatannya?STEP
III ( Analisis Masalah )1. Untuk menentukan diagnose pada kasus
diatas, diperlukan beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan,
meliputi :a. Pemeriksaan subjektifDilakukan anamnesa terhadap
pasien, yaitu dengan menanyakan identitas lengkap pasien, riwayat
penyakit dan medis pasien, keluhan utama pasien, alasan pasien
datang ke dokter gigi dan gejala yang dirasakan pasien. Apabila
pasien merasakan sakit maka harus ditanyakan lokasi, kapan, durasi
dari rasa sakit tersebut. selain itu juga ditanyakan adanya suatu
alergi atau tidak.
b. Pemeriksaan objektifDilakukan untuk meyakinkan diagnosis
sementara, meliputi : Pemeriksaan Ekstraoral Pemeriksaan ini
dilakukan pada bagian kepala dan leher, yaitu dilihat asimetri
wajah dan ada tidaknya pembengkaakan atau pengerasan dari kelenjar
submandibularis dan kelenjar submentalis. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan ini meliputi tes perkusi dengan mengetuk permukaan
insisal atau oklusal gigi menggunakan pegangan kaca mulut, tes
palpasi dengan menekan ringan pada mukosa sejajar dengan apeks
gigi, tes tekanan dan tes vitalitas gigi. Tes vitalitas gigi ini
terdiri dari tes thermal panas dan thermal dingin, tes jarum
miller, tes kavitas dan tes pulpa elektrikal.
c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan ini sangat membantu dalam
menegakkan suatu diagnose dengan benar, meliputi pemeriksaan
radiografi dan pemeriksaan endometri.
2. Hal hal yang perlu dipertimbangkan untuk menegakkan suatu
diagnose, meliputi :a. Gejala atau riwayat munculnya penyakit.Yaitu
pasien merasakan sakit tiba tiba kira kira 5 bulan yang lalu dan
bisa diduga pasien sudah mengalami pulpitis irreversible.b.
Pengobatan atau perawatan yang pernah dilakukan sebelumnya.Pasien
tidak pernah melakukan perawatan gigi sebelumnya, namun ia minum
asam mefenamat untuk meredakan sakitnya, sehingga bisa diduga rasa
sakit yang timbul durasinya cukup lama.c. Hasil pemeriksaan
objektif yang telah dilakukan.Didapatkan gigi 45 mengalami karies
profunda perforasi, tes perkusi dan tekanan tidak terasa sakit, tes
jarum miller masuk 19 mm tidak terasa sakit sehingga bisa diduga
gigi sudah mengalami nekrosis pulpa totalis.d. Hasil pemeriksaan
penunjang.Dilihat dari foto rontgennya terdapat adanya resorbsi
tulang alveolar, resorbsi mesial 1/3 koronal dan distal 1/3 tengah,
tidak terdapat kelainan periapikal dan keadaan saluran akar tidak
ada pembuntuan.
3. Diagnosanya adalah nekrosis pulpa totalis.Dengan melihat
keadaan gigi secara klinis ataupun radiologi, dapat dilakukan
rencana perawatan berupa Endointrakanal, hal ini disebabkan karena
gigi sudah dalam keadaan non vital. Selain itu, juga harus
dilakukan restorasi tetap berupa onlay untuk memperbaiki fungsi
gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar. Namun dalam
menentukan restorasi tetap ini harus diperhatikan besar kedalaman
karies, lingkungan sekitar gigi, ada tidaknya gigi antagonisnya,
adanya restorasi disekitar gigi, bahan restorasi yang digunakan dan
sisa jaringan gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar.
STEP IV ( Mapping ) Sakit spontan 5 bulan yang lalu Gigi lubang
1,5 tahun yang lalu Tidak ada pengobatan sebelumnya
Pemeriksaan Subjektif
Gigi 45 Karies Profunda Perforasi Tes perkusi tidak sakit Tes
tekanan tidak sakit Tes jarum miller masuk 19 mm tidak sakit
Pemeriksaan Objektif Miller mencapai apeks Ligament periodontal
melebar Keadaan saluran akar baik Anatomi gigi bagus Tidak ada
abses Resorbsi tulang alveolarMesial 1/3 koronaDistal 1/3
tengahPemeriksaan Penunjang
Nekrosis Pulpa Totalis
Prognosis
Rencana Perawatan
EndointrakanalRestorasi tetap
STEP V ( Learning Objective )1. Mampu menjelaskan dan
menganalisa langkah langkah dari prosedur diagnose secara
sistematis. 2. Mampu menentukan diagnose dan pertimbangan dari
diagnose.3. Menentukan rencana perawatan dan dasar pertimbangan
perawatan.
LO 1 (Menjelaskan dan Menganalisis Langkah-langkah dari Prosedur
Diagnosa.Dalam menegakkan diagnose pada pasien dilakukan melalui
beberapa pemeriksaan yaitu pemeriksaan subjektif, objektif, dan
penunjang.A. Pemeriksaan subjektif.Akan didapatkan informasi data
pribadi meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, dan
pekerjaan.1. Keluhan utama.Berupa gejala atau masalah yang
diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan dengan
kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari perawatan.
Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan bahasa
penderita , meliputi: Tujuan pasien datang Lokasi gigi yang
dikeluhkan Kapan pertama kali timbul rasa sakit Bentuk rasa sakit
Berapa lama rasa sakit terasa Penyebab rasa sakit (spontan berupa
adanya rangsangan) Daerah yang terlibat (terlokalisir menjalar)
Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit (obat kumur air dingin)2.
Riwayat medis.Ditanyakan apakah pasien menderita penyakit sistemik
atau tidak. Adapun jika pasien perempuan, dapat juga ditanyakan
tentang apakah sedang hamil atau tidak.3. Riwayat dental.Merupakan
ringkasan dari penyakit dental yang pernah dan sedang diderita.
Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula
penyakit-penyakit gigi yang pernah dialami oleh pasien pada masa
lalu serta petunjuk mengenai masalah psikologis yang mungkin ada
dan menjelaskan sejumlah temuan klinis yang tidak jelas. Tanyakan
pula pada pasien perawatan sebelumnya di bidang kedokteran gigi,
jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan
operator terdahulu kepadanya.4. Alergi.Alergi ini berhubungan
apakah pasien alergi dengan obat tertentu atau bahan kedokteran
gigi tertentu. Ini penting untuk pemilihan bahan kedokteran gigi
maupun obat-obatan yang mungkin diberikan untuk penderita.
B. Pemeriksaan Objektif.1. Ekstraoral.Penampilan umum, tonus
kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan warna, kemerahan,
jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, pembengkakan
kelenjar submandibula dan submental.2. Intraoral.Meliputi
pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi. Bibir, mukosa oral,
pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua keabnormalan
diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival cekatnya untuk
memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi mengalami
ulserasi, atau mempunyai saluran sinus. Suatu stoma saluran sinus
biasanya menandakan adanya pulpa nekrosis atau periodontitis
apikalis supuratif atau kadang-kadang abses periodontium. Gigi
geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur,
abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain.
Tentukan apakah itu karies superficialis, karies media, atau karies
profunda. Pemeriksaan intraoral bisa dilakukan melalui beberapa tes
seperti :a. Tes perkusi.Perkusi dapat menentukan ada tidaknya
penyakit periradikuler. Respons positif yang jelas menandakan
adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan inflamasi dalam
ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat
diinduksi oleh penyakit periodontium, hasilnya harus
dikonfirmasikan dengan tes yang lain. Cara melakukan perkusi dengan
mengetukan ujung kaca mulut yang dipegang paralel atau tegak lurus
terhadap mahkota pada permukaan insisal atau oklusal mahkota.b. Tes
tekanan.Pemeriksaan tekanan dilakukan untuk mengetahui adanya
keradangan pada jaringan periapikal dan periodontal. Dilakukan
dengan cara pada insisal/oklusal ditekan menggunakan tangkai hand
instrument dimulai dari gigi tetangga.Pada pemeriksaan didapatkan
pasien merasa sakit saat melakukan pemeriksaan tekanan. c. Tes
palpasi.Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh
proses inflamasi meluas kearah periapeks. Respon positif menandakan
adanya inflamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan menekan
mukosa di atas apeks dengan cukup kuat. Pemeriksaan hendaknya
memakai juga gigi pembanding.d. Tes vitalitas. Tes dingin.Dilakukan
menggunakan chlor etil yang dibasahkan pada cotton palate. Respon
nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada pulpa normal,
pulpitis reversible maupun irreversible. Akan tetapi jika responnya
cukup intens dan berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami
peradangan irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan
memberikan respon. Tes vitalitester.Menggunakan electric pulp
tester. Pengetesan pulpa secara elektrik diaplikasikan pada
permukaan fasial untuk menentukan ada tidaknya saraf sensoris dan
vital tidaknya pulpa. Tes ini masih belum sempurna dan mungkin
menghasilkan respons positif dan negative palsu.
Tes kavitas.Tes ini dilakukan pada gigi nekrosis, bila tes
lainnya juga tidak memberikan respon maka lakukan tes kavitas
(preparasi pada dentin) tanpa anastesi dan gunakan bur tajam. Pada
gigi vital, tes kavitas pada permukaan email atau restorasi akan
menyebabkan sensasi rasa sakit. Bila gigi tidak juga sakit
dilanjutkan sampai terjadi perforasi atap pulpa, dilanjutkan dengan
tes jarum miller. Tes jarum miller.Dilakukan bila kavitas sudah
pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan dari tes kavitas. Bila gigi
sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang dilakukan adalah
tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller kedalam kavitas,
bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai panjang
rata- rata gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang foto rontgen. Tes Eksperimental.Pemeriksaan obyektif
merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk menegakkan diagnosa
suatu penyakit setelah adanya pemeriksaan subyektif. Pemeriksaan
obyektif pada ekstraoral dan intraoral akan menunjukkan keadaan
sesungguhnya dari pasien, disamping pemeriksaan subyektif yang
terkadang memberikan hasil yang relatif dan bias. Salah satu
pemeriksaan obyektif adalah tes diagnostik. Tes diagnostik meliputi
tes sensitivitas atau vitalitas, tes mekanik, pencitraan
radiografi, serta tes eksperimental.Tes eksperimental merupakan
salah satu jenis tes vitalitas. Munculnya tes eksperimental ini
adalah dikarenakan adanya kesalahan diagnosa vitalitas gigi. Secara
normal, pada pulpa dengan sel-sel yang masih vital dan perfusi
darah yang masih baik, namun terjadi gangguan atau kerusakan saraf,
akan menunjukkan hasil negatif ketika dilakukan tes vitalitas gigi.
Sehingga akan menimbulkan diagnosa yang salah, gigi masih vital
namun terdiagnosa nekrosis atau non-vital. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu tes yang memiliki kevalidan tinggi, yaitu tes
eksperimental. Dasar dari tes ekspermental adalah menggunakan
status kehidupan perfusi darah di dalam pulpa sebagai tolak ukur
vitalitas dari gigi.Ada enam teknik dalam tes eksperimental, yaitu
tes suhu permukaan mahkota gigi, tes xenon-133 isotop,
photoplethymography, laser doppler flowmetry, pulse oximetry, dan
dual wavelength spectrophotometry.1. Tes Suhu Permukaan
Gigi.Prinsip dari teknik ini adalah gigi vital memiliki suhu yang
lebih hangat dan lebih cepat hangat setelah pendinginan daripada
gigi non-vital. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh Fanibunda (1986). Teknik ini dapat dilakukan dengan
mengamati perubahan warna dari kristal liquid cholisteric sebagai
petunjuk perubahan suhu seperti penelitian yang telah dilakukan
oleh Howel dkk. (1970). Serta melalui penggunaan kamera termografi
inframerah.2. Tes Xenon-133 Radioisotope.Teknik ini dilakukan
dengan pemberian materi radioaktif melalui radiation probe dengan
xenon-133 radioisotope. Namun ada beberapa kekurangan dari teknik
ini, antara lain mahal, adanya zat radioaktif sehingga harus
dibatasi penggunaannya, dan membutuhkan lisensi khusus.3.
Photoplethymography.Empat teknik terakhir ini memiliki prinsip
kerja yang hampir sama, yaitu dengan menggunakan sinar yang
diaplikasikan pada gigi. Sinar tersebut kemudian akan diabsorpsi
oleh darah di dalam pembuluh darah pulpa dan didefleksikan kembali
dengan menghasilkan suatu gelombang yang akan menjadi petunjuk
vitalitas dari gigi. Namun, belum ada laporan penggunaan klinis
dari photoplethymography ini sendiri. Di bawah ini merupakan sketsa
dari prinsip kerja photoplethymography pada suatu penelitian.
4. Laser Doppler Flowmetry.Sinar yang digunakan dalam teknik ini
adalah helium atau neon. Sinar yang dipancarkan pada gigi akan
ditangkapkan oleh eritrosit yang beredar dalam pembuluh darah.
Sinar itu kemudian akan dipancarkan kembali oleh eritrosit dan akan
ditangkap oleh fotodetektor pada alat dan akan menghasilkan nilai
dari fluktuasi eritrosit sebagai tolak ukur vitalitas gigi. Dibawah
ini adalah gambar dari laser doppler flowmetry.
5. Pulse Oximetry.Teknik ini telah banyak digunakan untuk
menilai integritas dari perfusi darah di dalam pulpa. Prinsip dari
teknik ini adalah mengukur derajat oksigenasi pulpa dengan
menggunakan probe yang dimodifikasi. Selain sebagai petunjuk
vitalitas, teknik ini juga bisa menunjukkan proses patologis pada
pulpa. Dibawah ini adalah gambar seorang pasien yang sedang
diperiksa vitalitas gigi anteriornya dengan menggunakan pulse
oximetry.
6. Dual Wavelength Spectrophotometry.Hal yang membedakan teknik
ini dengan tiga teknik sebelumnya adalah obyek penilaian sebagai
tolak ukur vitalitas pulpa. Teknik ini mengukur vitalitas pulpa
melalui derajat saturasi oksigen pada perfusi darah dalam pulpa.
Selain sebagai pengukur vitalitas, teknik ini juga bisa mengukur
status inflamasi pulpa. Keunggulan lain adalah non-infasif,
obyektif, kecil, dan mudah dibawa (portable).
Gambar 1. Pasien yang sedang diperiksa dengan menggunakan dual
wavelength spectrophotometry.
Gambar 2. Dual wavelength spectrophotometry
e. Tes Anestetik.Tes anestetik ini, merupakan tes yang terbatas
bagi pasien yang sedang merasa sakit pada waktu di tes, bila tes
yang biasanya digunakan gagal untuk memungkinkan seseorang
mengidentifikasi gigi. Tujuannya yaitu untuk menganestesi gigi
tunggal berturut-turut sampai rasa sakitnya hilang dan terbatas
pada gigi tertentu. Adapun cara dari tes anestetik ini adalah
menggunakan injeksi infiltrasi atau intraligamen, dilakukan injeksi
pada gigi yang paling belakang pada daerah yang dicurigai sebagai
penyebab dari rasa sakit. Tetapi, jika rasa sakit tetap ada setelah
dilakukannya anestesi penuh, maka dilakukan anestesi pada gigi di
sebelah mesialnya, dan melanjutkan melakukan demikian sampai rasa
sakitnya hilang. Bila sumber rasa sakit tidak bisa ditentukan, baik
pada gigi rahang atas ataupun gigi pada rahang bawah, harus
diberikan injeksi alveolar inferior (blok mandibular). Hilangnya
rasa sakit tentu saja akan menunjukkan keterlibatan gigi mandibular
(mandibular) dan lokalisasi gigi yang khusus dilakukan dengan
injeksi intraligamen, bila anestesi sudah habis efeknya. Tes ini
merupakan suatu usaha terakhir dan memiliki suatu keuntungan
dibandingkan dengan tes kavitas karena tes kavitas dapat terjadi
kerusakan iatrogenik.
C. Pemeriksaan Penunjang.Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah pemeriksaan radiografi. Tujuan dilakukannya foto sinar-X ini
adalah memberikan gambaran radiografik dari tiga dimensi menjadi
dua dimensi, untuk menunjang dan menegakkan diagnose. LO 2.
Menentukan diagnose dan pertimbangan dari diagnoseDiagnosa pada
skenario adalah nekrosis pulpa totalis. Pertimbangan-pertimbangan
mengenai penentuan diagnosis tersebut adalah dapat dilihat dari
pemeriksaan subyektif, pemeriksaan obyektif dan pemeriksaan
penunjang.Pada skenario didapatkan pemeriksaan subyektif yaitu gigi
belakang bawah kanan berlubang kira-kira 1,5 tahun yang lalu dan
gigi tersebut pernah sakit secara tiba-tiba 5 bulan yang lalu. Rasa
sakit atau nyeri digambarkan dengan beberapa intensitas, bisa
spontan maupun nyeri yang terus-menerus. Nyeri spontan
mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler, sehingga
nyeri jenis spontan adalah tanda pulpitis irreversible. Jika pada
penderita terjadi nyeri terus-menerus bahkan meningkat
intensitasnya, dan saat diberikan tes termal baik berupa panas
(mulai ditinggalkan) dan tes dingin menghasilkan rangsang berupa
rasa nyeri yang terus berlanjut meskipun sumber rangsangannya telah
dihilangkan, maka hal ini menandakan terjadinya pulpitis
irreversible pada gigi itu. Nyeri yang terus menerus pada saat
ditekan mengindikasikan adanya penyakit periradikuler. Namun, tes
sensitivitas ini memiliki kelemahan, yaitu bahwa nilai ambang rasa
sakit tiap orang yeng berbeda. Maka agar lebih akurat dalam
mendiagnosa dilakukan tes lain dan melihat rongga mulutnya
(pemeriksaan objektif).Selanjutnya dilanjutkan pemeriksaan
objektif, hasil pemeriksaan intra oral ditemukan gigi 45 mengalami
karies profunda perforasi dan tes perkusi serta tekanan tidak
sakit. Karena keadaan gigi sudah mengalami perforasi maka tes
vitalitas gigi yang dilakukan adalah tes jarum miller saja. Tes
jarum miller menunjukan masuk 19 mm dan pasien tidak mengalami
sakit. Pemeriksaan penunjang yaitu radiografi pada skenario
menunjukan bahwa jarum miller tersebut masuk hingga mencapai apeks
dan pasien tidak merasa sakit. Maka gigi itu sudah mati atau
terjadi nekrosis pulpa totalis. Sehingga melalui
pemeriksaan-pemeriksaan ini dapat disimpulkan bahwa dignosis pada
skenario adalah nekrosis pulpa totalis. Tidah hanya itu, pada
pasien juga terjadi resorbsi tulang alveolar pada daerah mesial
gigi 45 sebanyak 1/3 koronal, dan pada daerah distal mencapai 1/3
tengah. Namun belum terbentuk abses pada daerah periapikal,
sehingga gigi masih dapat dipertahankan dengan perawatan endo
dengan terlebih dahulu dilakukan pembersihan kalkulus untuk
mengurangi bakteremi saat dilakukan perawatan dan untuk
mengembalikan kekuatan jaringan periodontalnya.LO.3 Rencana
Perawatan dan Pertimbangan Rencana Perawatan Konservasi
gigiKontraindikasi Lokal Perawatan Endodontik1. Bila dijumpai
kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari
sepertiga panjang akar1. Bila saluran akar gigi tanpa pulpa dengan
daerah radiolusen terhalang oleh akar berkurva/bengkok, akar
berliku-liku, dentin sekunder, batu pulpa yang tidak dapat diambil
atau dihindari, kanal yang mengapur atau sebagian mengapur, gigi
malformasi, atau suatu instrumen yang patah. Pada kasus-kasus
tersebut, bila tidak mungkin melakukan instrumentasi pada saluran
akar atau mengisinya paling tidak 3 sampai 4 mm ke arah apikal,
prognosisnya adalah jelek1. Bila terdapat perkembangan apeks akar
yang tidak lengkap dengan matinya pulpa. Saluran akar sukar atau
tidak mungkin diisi secara memuaskan, tidak saja karena divergensi
saluran pada waktu mendekati apeks, tetapi juga karena rembesan
basah yang terus menerus1. Bila terdapat perforasi permukaan akar
secara kebetulan atau patologik. Perforasi yang terjadi secara
kebetulan adalah yang diakibatkan oleh bur yang salah mencapai
kamar pulpa atau rimer baik yang digunakan manual maupun oleh
mesin. Perforasi permukaan akar dapat disebabkan karena resorpsi
internal (kamar pulpa atau saluran akar gigi) atau eksternal
(sementum)1. Bila terdapat terlalu banyak eksudat periapikal yang
tidak dapat dikontrol sebelum pengisian saluran akar, atau jika
tidak diperoleh biakan negatifPertimbangan Sistemik Pada pasien
dengan penyakit sistemik yang parah, seperti diabetes aktif,
sifilis, tuberkulosis, anemia berat, gigi tanpa pulpa, dan
terinfeksi disertai dengan rarefaksi (kerusakan di sekitar apeks)
tidak mudah bereaksi terhadap perawatan, perbaikan jaringan
periapikal dapat tertunda, atau tidak terjadi karena kekuatan untuk
perbaikan kurang. Pada pasien leukimia atau nekrosis radiasi,
ekstraksi dikontraindikasiakn dan lebih baik dirawat endo selama
gigi masih bisa dipertahankan.Bila pasien mempunyai riwayat demam
rematik dengan kerusakan jantung valvular, dokter umumnya
menginginkan dilakukan perawatan endodontik daripada ekstraksi.
Penyakit kardiovaskuler-renal, hipertensi, dan arteriosklerosis,
pasien bedah jantung, kerusakan katup jantung yang diganti dengan
plastik, maka diberikan premedikasi antibiotika. Premedikasi
antibiotika sebelum tindakan perawatan endo menurut American Heart
Association adalah sebagai berikut1. 2 g penicilin V satu jam
sebelum operasi, dan 1 g setelah operasi1. 1 g erythromycin 1 jam
sebelum operasi, dan 500 gram 6 jam setelah operasi.
3.1. Syarat Ideal Restorasi setelah Perawatan EndodontikBeberapa
syarat yang harus dipenuhi oleh restorasi setelah perawatan
endodontik:1. Menutupi koronal secara menyeluruh.Restorasi pada
gigi yang telah dirawat endodontik harus dapat menutupi koronal
secara menyeluruh agar dapat mencegah terjadinya infeksi
berulang.2. Melindungi struktur gigi yang tersisa.Gigi yang telah
dirawat endodontik seringkali kehilangan jaringan keras dalam
jumlah besar, sehingga gigi menjadi rentan terhadap fraktur.
Restorasi harus dapat melindungi struktur gigi yang tersisa, agar
gigi terhindar dari risiko fraktur.3. Memiliki retensi agar
restorasi tidak lepas.Bentuk retensi adalah suatu bentuk preparasi
kavitas sedemikian rupa sehingga restorasi tidak terlepas dari
gigi. Pemilihan restorasi dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk
retensi dari gigi.4. Memiliki resistensi agar mampu menahan daya
kunyah.Bentuk resistensi adalah suatu bentuk kavitas sedemikian
rupa sehingga gigi bersama restorasi dapat menahan beban kunyah.
Semakin lebar istmus kavitas oklusoproksimal, resistensi gigi
terhadap fraktur semakin rendah. Bentuk resistensi sangat penting,
karena bentuk resistensi yang kurang menyebabkan restorasi atau
gigi pecah. Masing masing restorasi memiliki bentuk resistensi
untuk mencegah pecahnya restorasi. Resistensi gigi terhadap fraktur
menurun dengan semakin lebarnya istmus dari kavitas
oklusoproksimal.5. Mampu mengembalikan fungsi gigiGigi mempunyai
berbagai fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengunyahan,
estetik, bicara, dan menjaga gigi antagonis dan gigi
sebelahnya.
3.2. Indikasi dan kontraindikasi restorasi indirek pasca
endodontik1. InlayInlay adalah suatu restorasi yang terbuat dari
bahan emas/logam/porselin bakar/resin akrilik yang pembuatannya di
luar mulut dan kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah
dipreparasi. Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di
kavitas diantara tonjol gigi/ cusp. Indikasi : Kerusakan gigi atau
karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior dan
hanya mengenai sebagian cups saja Baik untuk kavitas yang kecil/
karies proksimal lebar Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5
jarak central fossa ke puncak cusp Mengembalikan estetik pada
restorasi gigi posterior yang mengalami kerusakan akibat adanya
karies sekunderKontra Indikasi: Kebersihan rongga mulut yang jelek
Pada pasien dengan insident karies yang tinggi pada pasien muda
dibawah 10 tahun Pada kavitas yang besar di daerah proksimal bagian
depan
2. OnlayOnlay adalahrestorasi pada gigi yang morfologi
oklusalnya mengalami perubahan karena restorasi sebelum restorasi
sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi
seluruh yang meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi
cusp-cusp gigiIndikasi :
Abrasi gigi posterior yag luas Kerusakan gigi posterior yang
besar tapi email dan dentin bagian bukal dan lingual masih sehat
Telah dirawat endodontik Memperbaiki fungsi oklusi Kemungkinan
terjadinya frakur cups karena kurang jaringan sehat pendukungnya
Lebar ishmus telah melebihi sepertiga jarak antar cupsKontra
Indikasi : Dinding bukal dan lingual sudah rusak Mahkota klinis
pendek
3. Mahkota PasakMahkota Pasak adalah restorasi mahkota gigi
pasca perawatan saluran akar dengan retensi intra radikuler berupa
pasak (dowel) dan inti (core) tuang yang sesuai individual (custom)
. Gigi pasca perawatan saluran akar memerlukan retensi berupa pasak
(dowel) masuk ke dalam saluran akar dan inti (core) untuk mendukung
restorasinya.Indikasi Restorasi Mahkota Jaket Dengan Inti Pasak
Tuang Gigi pasca PSA dengan mahkota yang sudah rusak dan tidak
dapat direstorasi secara konvensional Merupakan single restorasi
untuk memperbaiki inklinasi gigi Sebagai abutment gigi tiruan
cekatKontra Indikasi Restorasi Mahkota Jaket Dengan Inti Pasak
Tuang Posisi gigi dengan gigitan tertutup dan edge to edge
Penderita dengan bad habbit Kesehatan umum tidak baik Gigi berakar
pendek dan tipis
4. CeramicIndikasi: Pada gigi anterior yang sudah hancur, patah,
diskolorisasi, ataupun malposisi. Pada keadaan oklusi yang tidak
baik, ceramic sebenarnya dapat digunakan untuk memperbaiki gigi
posterior tetapi tidak dapat untuk jangka waktu yang lama, melihat
dari sifat-sifat bahan itu sendiri. Veneer keramik diindikasikan
untuk memperbaiki kosmetik dari gigi anterior yang mengalami
perubahan warna atau hipoplastik . Perubahan warna yang dimaksud
adalah perubahan warna yang sedang tidak terlalu parah. Perubahan
warna ini bisa diakibatkan karena tetracycline, fluoride, dan umur.
Selain itu dapat digunakan untuk restorasi yang disebabkan trauma,
fraktur (keretakan), serta pertumbuhan gigi yang kurang sempurna.
Anatomi dari gigi yang kurang sempurna atau malposisi dapat juga
diperbaiki dengan veneer. Prosedur ini tidak hanya memberi estetik
yang baik, tetapi juga dapat diandalkan fungsi kekuatannya. Selain
itu diindikasikan untuk kasus khusus seperti diastema, hilangnya
keratan gigi taring (caninus) pada posisi lateral. Menurut Haga dan
Nakazawa, 2002, veneers keramik juga diindikasikan untuk karies
apabila tidak terlalu luas tetapi dangkal, dan perubahan warna gigi
akibat penambalan.
Kontraindikasi: Kontraindikasi pemakaian veneer adalah penderita
dengan relasi oklusi edge to edgeexcessive stress selama pemakaian
veneer keramik. Perawatan ini juga tidak dianjurkan untuk pasien
dengan oklusi berat, kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk,
kekurangan mineral dan fluoride pada gigi. Komplikasi pada veneer
keramik dapat terjadi karena ketidakhati hatian saat preparasi,
kerusakan pulpa, iritasi jaringan periodontal yang parah dan
penampilan gigi yang tidak natural . Selain itu bruxism dan tidak
cukup tersedianya email gigi yang sehat juga termasuk dalam
kontraindikasi, hal ini karena bahan bahan bonding dentin saat ini
meskipun telah berkembang namun kekuatan perlekatan dengan dentin
terlalu lemah, sehingga veneer keramik bergantung pada perlekatan
dengan email. Oleh karena itu terbukanya dentin sebaiknya dijaga
sesedikit mungkin
KESIMPULANDari skenario tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa
prosedur diagnose secara sistematis yaitu pemeriksaan
subjektif,objektif dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan subjektif
meliputi keluhan utama, riwayat medis,riwayat dental dan alergi ,
sedangkan pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan ekstra oral dan
intra oral. Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila timbul ketidak
pastian pada pemeriksaan klinis, dan di butuhkan data penunjang
lain untuk menegakkan diagnose. Dari kasus ini pemeriksaan
penunjang yang di gunakan adalah pemeriksaan rontgen foto. Dimana
hasilnya telah menunjukkan diagnose pasti nekrosis pulpa totalis.
Jarum miller masuk sedalam 19 mm di apical gigi. Rencana perawatan
yang dapat di gunakan adalah endo intrakanal, dimana perawatan ini
digunakan untuk gigi yang sudah non vital. Sedangkan untuk
restorasi tetap yang di pilih dapat berupa inlay, onlay, mahkota
pasak dan keramik.DAFTAR PUSTAKAOrstavik, Dag, Thomas R. Pitt Ford.
1998. Essential Endodontology. Oxford: Blackwell Science.I
Grossman, Louis. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta :
EGCMannocci F, Bertelli E, Sheriff M, Watson TF, Ford TR.
Three-year of survival of endodontically treated teeth with either
full cast coverage or with direct composite restoration. J Prosthet
Dent 2002; 88:297-301.
22 | Page