PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATAN WISATAWAN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Oleh : IKA SETIA PAMBUDI C9407045 DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
105
Embed
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi …/Program... · LAPORAN TUGAS AKHIR ... C. Museum-Museum (Monumen) Sebagai Objek Wisata ... pengamatan di objek Museum Benteng Vredenburg,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATAN WISATAWAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Oleh : IKA SETIA PAMBUDI
C9407045
DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
i
PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul Laporan Tugas Akhir : PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG
VREDEBURG DALAM MENINGKATAN
WISATAWAN
Nama Mahasiswa : Ika Setia Pambudi.
NIM : C9407045
Menyetujui,
Disetujui Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Suharyana, M.Pd Riyanto Soehardi, B.Sc
ii
PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
Judul Laporan Tugas Akhir : PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG
VREDEBURG DALAM MENINGKATAN
WISATAWAN
Nama Mahasiswa : Ika Setia Pambudi.
NIM : C9407045
Tanggal Ujian : 30 Juli 2010
DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI
Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd (…………………….) Ketua Insiwi Febriary Setiasih, SS,MA (…………………….) Sekretaris Drs. Suharyana, M.Pd (…………………….) Penguji I Riyanto Soehardi, B.Sc (…………………….) Penguji II
Dekan
Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001
iii
MOTTO
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi ( derajatnya ) jika kamu benar orang-orang
yang beriman.
( QS. Al Imron : 139 )
The process is more important than the result ( the most important thing is the process,
not the result ).
( Penulis )
iv
PERSEMBAHAN
Sepenuh hati dan penuh rasa ikhlas, kupersembahkan
tulisan sederhanaku ini untuk :
1. Ibuku tercinta yang kini berada di sisi Ilahi, semoga
tulisan ini menjadi amal kebaikanmu.
2. Ayahku tersayang, atas doa dan semangatmu untukku.
3. Kakakku Mbak Yanti dan Mas Yuli dan keponakanku
Zahra untuk kasih sayang dan motivasinya.
4. Mas Langgeng atas segala kasih sayang dan
motivasinya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna
menyelesaikan program studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan laporan Tugas
Akhir ini namun berkat bantuan berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat
teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Drs. Suharyana, M.Pd selaku Ketua Program Diploma III Usaha Perjalanan
Wisata serta selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran-
saran dan pengarahan yang berharga sehingga memperlancar penyelesaian Laporan
Tugas Akhir ini.
3. Bapak Riyanto Soehardi, B.Sc selaku Pembimbing II yang turut pula memberikan
bimbingan dan pengarahannya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
4. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S,M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang
selama ini telah memberikan nasihat dan arahannya yang berharga bagi penulis.
vi
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan ilmunya.
6. Ibu Dra. Sri Ediningsih, M. Hum selaku Kepala Museum Benteng Vredeburg yang
telah berkenan memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Suseno, Bapak M. Rosyd Ridlo, ibu Dra. Amin Sukrilah, dan segenap
karyawan Museum Benteng Vredeburg yang telah banyak memberi informasi dan
bimbingannya.
8. Sahabatku Oky, Riana, Ria, Santi, Nurma, Ganis, dan Mayar terima kasih atas
dukungan dan kenangan suka duka selama ini.
9. Teman-teman DIII UPW angkatan 2007 atas kekompakan dan motivasinya.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu
dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan, oleh karena penulis menerima kritik dan saran yang membangun bagi
penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Walaupun disadari masih banyak kekurangan
dalam laporan ini, namun diharapkan laporan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan dunia pariwisata.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
vii
ABSTRAK
Ika Setia Pambudi, C9407045. 2010. PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATKAN WISATAWAN. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di Yogyakarta, (2) pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan.
Sejalan dengan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis diskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan secara diskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai potensi wisata budaya yang patut dikembangkan. Wisatawan dapat melihat dan menikmati sejarah perjuangan bangsa dalam bentuk diorama-diorama dan benda-benda museum baik realia maupun replika. Museum Benteng Vredeburg dalam mengembangkan potensi Museum Benteng Vredeburg mengadakan program-program kerja baik di dalam maupun di luar area Museum Benteng Vredeburg.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa (1) Museum Benteng Vredeburg merupakan museum yang menempati bangunan bersejarah yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta selama masa kolonial di mana nilai-nilai luhur banyak terkandung didalamnya. Museum Vredeburg juga merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri dari pintu gerbang, pavilion, barak prajurit, tembok benteng, dan gedung pengapit. Museum ini juga menyajikan banyak mengoleksi benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan koleksi tersebut terdiri dari koleksi diorama, realia dan replika. Benda-benda yang menjadi koleksi museum Vredeburg merupakan tempat pelestarian seni budaya, yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan antara lain penyelamatan benda-benda bernilai sejarah dan budaya, serta perawatan benda bernilai sejarah agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan generasi penerus bangsa; (2) pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan beraneka ragam. Mulai dari pameran keliling, museum masuk sekolah, travel dialog, kemah budaya, wisata sepeda onthel, seminar sampai pameran temporer. Secara umum semua program tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan wisatawan serta menumbuhkan rasa cinta terhadap nilai-nilai sejarah bangsa.
viii
DAFTAR ISI JUDUL ........................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI...................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................................... vi
ABSTRAK
........................................................................................................................................ vii
i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
E. Kajian Pustaka ......................................................................................... 4
F. Metode Penelitian ................................................................................... 17
G. Teknik Analisis Data................................................................................ 19
H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 19
BAB II. GAMBARAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ............... 21
A. Sekilas Tentang Yogyakarta .................................................................... 21
B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta .................................... 23
C. Museum-Museum (Monumen) Sebagai Objek Wisata
Budaya di Yogyakarta.............................................................................. 25
BAB III. POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG........................................ 30
A. Letak Museum Benteng Vredeburg ......................................................... 30
B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta ............................... 30
C. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg
komplek Benteng Vredeburg. Tembok ini memiliki tinggi 5 meter dan tebal 1
meter. Di sisi tembok bagian dalam juga terdapat anjungan yang berfungsi
sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil
maupun senjata tangan. Selain itu tembok ini juga memungkinkan jarak pandang
pengintaian maupun jarak tembak akan lebih leluasa. ( wawancara Suseno, 14
Juni 2010 ).
d. Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang dibangun sebagai sarana jalan keluar masuk atupun komplek
benteng. Mengingat konsep awal bahwa benteng dibangun dengan konsep
simetris maka pintu gerbang yang ada berjumlah empat ( selatan, timur, utara
dan barat ). Tetapi karena situasi keamanan saat itu yang tidak stabil, maka
konsep awal berubah. Sampai sekarang hanya ditemukan tiga pintu gerbang
yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Di sebelah selatan , gerbang hanya dibuat
kecil atau lebih tepat disebut terowongan. Pintu gerbang utama barat terdiri dari
dua lantai. Pada perode 1765-1830 lantai atas diguanakan sebagai kantor
komando. Sedangkan laitai bawah baik di sisi kanan maupun kiri jalan
merupakan ruang jaga. Saat ini ruangan atas dimanfaatkan sebagai ruiang rapat.
40
Sedangkan ruangan bawah tetap sebagai ruang jaga Satpam dan ruang tiket.
( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
e. Pintu Gerbang Timur
Fungsi pintu gerbang timur dari periode 1765 -1830 dan tahun-tahun berikutnya
sama dengan pintu gerbang barat. Sedangkan lantai atas semula dipergunakan
sebagai pos pengamanan daerah disekitar benteng baik di dalam maupun di luar.
Saat ini pintu gerbang timur dimanfaatkan sebagai pintu masuk dari arah timur
sebagai kawasan 3 in 1 yaitu Taman Pintar, Taman Budaya, dan Museum
Benteng (wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
f. Gedung Pengapit Utara
Berfungsi sebagai kantor administrasi. Berdasarkan hasil penelitian bentuk asli,
bangunan yang ada merupakan bangunan asli dengan ornament-ornamen gaya
Yunani masa Renaisance. Hal ini menunjukkan usia yang relative lebih tua
dibandingkan dengan banyunan yang lain. Gaya atap yang lancip, menunjukkan
gaya Eropa dengan maksud mengurangi beban salju di musim salju. Ini
menunjukkan bahwa arsitektur untuk bangunan ini masih murni gaya Eropa (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
g. Gedung Pengapit Selatan
Fungsi telah mengalami perkembangan. Dilihat dari bentuknya memungkinkan
dimanfaatkan sebagai kantor administra. Namun ketika benteng tawanan yang
berderajad tinggi (tawanan kraton yang berpangkat tinggi) maka ruangan ini
41
dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus. Juga ada kemungkinan ruangan ini
dipergunakan sebagai ruang tamu VIP. Hal ini terlihat dari bentuk dan
performance ruangan. Sekarang digunakan sebagai ruang tamu VIP (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
h. Barak Prajurit Barat
Terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdiri dari satu rangan luas dan empat
ruangan kecil. Dua ruang kecil di sebelah selatan di lantai bawah diperkirakan
merupakan fasilitas barak bagian bawah karena posisinya menyatu dengan ruang
lantai bawah. Sedangkan dua ruang kecil di utara diperkirakan sebagai ruang
pengawsan perwira jaga, karena ruang-ruang tersebut terpisahdengan barak.
Pemanfaatan sekarang sebagai ruang Pengenalan Museum ( wawancara Suseno,
14 Juni 2010 ).
i. Barak Prajurit Utara
Bangunan ini dipergunakan sebagai barak prajurit yang telah berkeluarga baik
dilanta bawah maupun lantai atas. Sekarang ruang lantai bawah dimanfaatkan
sebagai ruang diorama sejarah bangsa yang berisi peristiwa sejarang perjuangan
Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai
ruang pameran tidak tetap. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
j. Bangunan Fasilitas Umum
Berdasarkan data bahwa di dalam benteng pernah dibangun rumah sakit, maka
bangunan ini diperkirakan sebagai rumah sakit. Ketika benteng dikuasai oleh
TNI bangunan ini dimanfaatkan sebagai mushola. Sekarang bangunan lantai
bawah dimanfaatkan sebagai Ruang Kerja Teknis. Lantai atas sebagai
42
RuangSeminar dan Ruang Bioskop khusus Film Sejarah Perjuangan. (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
k. Societet Militaire
Bangunan ini adalah bangunan yang difungsikan sebagai ruang pertemuan. Hal
ini diperkuat adamnya data bahwa tahun 1838 di benteng ada societet militaire
yang likasinya di timur laut. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai
Ruang Diskusi/Ceramah/Seminar di lantai atas, dan Ruang Diorama Sejarah
Perjuangan di lantai bawah. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
l. Pavilion
Banguan ini berfungsi sebagai tempat tinggal perwira atau pavilion (guest
house). Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya fasilitas-fasilitas
pelengkapnya seperti dapur, kamar mandi dan WC. Sewaktu di bawah kekuaaan
TNI, bangunan ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal prajurit maupun
perwira. Pada saat ini difungsikan sebagai guest house seperti semula (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
m. Gudang Mesiu
Bentuk bangunan dengan adanya peninggian-peninggian lantai dan tanpa jendela
tetapi hanya ventilasi saja, menguatkan dugaan bahwa fungsi bangunan ini
adalah sebagai gudang mesiu. Fungsi ini tetap bertahan dari tahun ke tahun
meskipun benteng mengalami pergantian penguasa. Pada saat ini dipergunakan
sebagai Strorage Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
n. Dapur Utara
43
Pada masa benteng dikuasai oleh TNI bangunan dapur ini dimanfaatkan sebagai
rumah tinggal prajurit. Pada saat ini dimanfaatkan sebagai ruang Strorage
Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
o. Sel / Ruang Tahanan
Bangunan ini dibangun dengan menempel pada anjungan sebelah barat. Adanya
peninggian lantai sewaktu ditemukan bangunan ini diduga merupakan tempat
tidur. Kemungkinan juga dimanfaatkan sebagai gudang. Pada saat ini digunakan
sebagai fasilitas ibadah di museum yaitu sebagai Mushola Putra dan Putri (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
p. Perumahan Perwira Utara I
Semula mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal perwira. Dengan adanya
perubahan bentuk teras depan maka diperkirakan bangunan ini telah mengalami
perubahan fungsi yaitu sebagai kantor administrasi. Kemudian ketika benteng
digunakan oleh TNI tempat ini digunakan sebagai tempat tinggal prajuirit yang
telah berkeluarga. Sekarang bangunan ini merupakan tata pameran tetap Ruang
Diorama II ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
q. Perumahan Perwira Selatan I
Bangunan ini mempunyai susunan ruang yang terdiri dari teras depan, bangunan
utama, dan teras belakang, diperkirakan berfungsi sebagai perumahan perwira.
Dengan adanya perubahan teras depan menjadi ruang depan, diperkirakan
bangunan mulai dipergunakan sebagai perumahan prajurit atau perwira yang
telah berkeluarga, bukan untuk perwira saja. Hal ini diperkirakan terjadi ketika
44
benteng digunakan oleh TNI. Sekarang difungsikan sebagai Ruang Diorama I
(wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
r. Gudang Senjata Ringan dan Barak Prajurit
Bangunan ini semula difungsikan sebagai barak prajurit di lantai atas dan
sebagai tempat penyimpanan senjata ringan di lantai bawah. Hal ini dikuatkan
dengan letaknya yang berdekatan dengan bangunan (N2) yang berfungsi sebagai
gudang senjata berat. Disamping itu juga berdekatan dengan ruang mesiu. Saat
ini merupakan Ruang Konservasi, fumigasi dan laboratorium di lantai bawah
dan ruang dokumentasi di lantai atas ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010
).
s. Gudang Senjata Berat
Bangunan ini berfungsi sebagai gudang senjata. Sedangkan keberadaan ruang-
ruang yang berdekatan diperkirakan mempunyuia fungsi yang berkaitan dengan
keberadaan gudang senjata ini, antara lain untuk perkantoran bagian administrasi
gudang, perawatan senjata, dan lain-lain. Saat ini dipergunakan sebagai kantor
Konservasi ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
t. Anjungan
Semula dibangun mengelilingi benteng bagian dalam sebagai sarana
pertahanan.di anjungan ini ditempatkan prajurit dengan senjata tangan dan
meriam yang dikonsentrasikan pada sudut anjungan. Tahun 1930, anjungan di
sudut timur dibongkar dan dibangun gedung Societet. Tahun 1998 anjungan
utara dibongkar dan dibangun terowongan untuk mengakses unit service baru di
utara benteng. Selanjutnya anjungan tidak punya arti strategi militer dan
45
difungsikan sebagai sarana rekreasi dan kebun sayur. Pada saat ini anjungan
dimanfaatkan sebagai sarana untuk melihat kawasan nol km kota Yogyakarta
dan sekitarnya ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
u. Lapangan
Di antara bangsal-bangsal yang terdapat di dalam komplek Benteng Vredeburg
masih terlihat adanya lapangan di dalam komplek Benteng Vredeburg yang
relatif luas. Semula lapangan tersebut dimungkinkan untuk tempat persiapan
militer, latihan maupun upacara-upacara militer lainnya. Setelah Benteng
Vredeburg beralih fungsi sebagai tangsi militer yang memungkinkan prajurit
46
membawa keluarganya, maka lapangan tersebut berubah sebagai halaman dan
tempat bermain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
Adapun bangunan-bangunan di dalam komplek Benteng Vredeburg tersebut
dapat diuraikan dalam denah sebagai berikut :
Keterangan :
Bangunan Kode Fungsi sekarang Fungsi dahulu
A1 Jembatan dan kolam utama barat Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat
A2 Jembatan dan kolam timur Jalan masuk dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur
A3 Kolam selatan Parit pertahanan sisi selatan
B1 Gerbang sebelah barat Bangunan gerbang utama sebelah selatan
B2 Gerbang sebelah timur Bangunan gerbang timur B3 Gerbang sebelah selatan Bangunan gerbang selatan C1 Ruang tamu VIP Bangunan sel tahanan khusus C2 Ruang bimbingan Bangunan kantor administrasi
D Ruang Pameran Tetap ( Realia ) dan Pengenalan
Bangunan barak prajurit barat
E Ruang Pameran Temporer dan Tetap Minirama III
Bangunan barak prajuri utara
F Ruang Audio Visual (bagian atas) dan Ruang Pokja Teknis (bagian bawah)
Bangunan fasilitas umum (hospital)
G Ruang Auditorium dan Pameran Tetap Minirama III
Bangunan pertemuan / Militaire Societet Hall
H Guest house Pavilion I Storage Koleksi Gudang Mesiu
J Perpustakaan Gudang perlengkapan non militer / logistik
K1 Storage Koleksi Dapur sebelah utara K2 Storage Koleksi Dapur sebelah selatan
L1 Ruang PPPK,gudang,mushola, dan art shop
Bangunan sel tahanan
L2 Ruang gudang Kamar mandi sebelah timur L3 Ruang gudang Kamar mandi sebelah selatan
M1 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( I )
47
M2 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( II )
M3 Ruang pameran tetap minirama I Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( I )
M4 Ruang kantor kepala Museum dan Tata Usaha
Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( II )
M5 Kamar mandi Bangunan kamar mandi dan dapur(bagi penghuni M4) dan kamar mandi umum (selatan)
N1 Ruang perawatan, Fumigasi Gudang senjata ringan dan barak prajurit
N2 Laboratorium Konservasi Gudang senjata berat ( meriam )
O1 Anjungan barat laut Anjungan pertahanan sebelah barat laut.
O2 Anjungan barat daya Anjungan pertahanan sebelah barat daya
O3 Anjungan tenggara Anjungan pertahanan sebelah tenggara
P Tanah lapang(open space depan gerbang timur)
Bangunan utama(VIP Guest House)
Q Bengkel preparasi Bangunan garasi
R Tempat parkir karyawan Bangunan istal (kandang kuda), dapur
S Sumur Bangunan kamar mandi dan tempat sepeda.
Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg
E. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg menyajikan banyak koleksi yang berhubungan
dengan sejarah perjuangan bangsa. koleksi – koleksi tersebut antara lain :
1. Koleksi Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar
nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa
sejarah yang punya arti penting dalam pembinaan dan atau pengembangan sejarah.
Koleksi realia ini diperoleh antara lain dari hibah dari masyarakat yang mempunyai
koleksi realia. Akan tetapi keasliannya perlu diuji terlebih dahulu. Koleksi realia
48
antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, peralatan dapur, naskah, pakaian,
dan lain-lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Berikut beberapa koleksi realia
Museum Benteng Vredeburg :
a. Mesin Jahit Engkel
Koleksi mesin jahit ini dipergunakan untuk memperbaiki pakaian para prajurit
anak buah Kolonel TB Simatupang yang bermarkas di rumah Kariyo Utomo
yang beralamat di Banaran, Kulon Progo tahun 1948-1959
b. Topi Baja
Topi baja milik Sdr. Ansor yang dipergunakan dalam perjuangan dalam masa
revolusi fisik tahun 1945-1949. Sdr Ansor adalah seorang pejuang yang aktif
dalam Laskar Hisbullah, BKR, TKR Batalyon 33, resimen 22 devisi III
Diponegoro, TRI Batalyon VI, TNI Batalyon 74 brigade X Garuda Mataram
devisi III Diponegoro.
c. Pedang Pertempuran Kota Baru
Pedang tersebut milik bpk Siswo Pawiro warga dusun Tirtosari Kretek Bantul
yang diperoleh sewaktu perjuangan melucuti senjata Jepang di Yogyakarta tahun
1945-1948.
d. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Santo Yusuf
Peralatan kesehatan ini berasal dari Rumah Sakit Santo Yusuf yang terletak di
dusun Banjar Sari Kulon Progo. Peralatan ini dipergunakan untuk membantu
warga sipil maupun militer korban perang pada masa Agresi Militer Belanda II
e. Meja Tamu TB Simatupang
49
Meja tersebut menjadi saksi sejarah perjuangan Kolonel TB Simatupang dalam
memimpin perang gerilya.
f. Kendil Dhalung
Kendil tersebut milik ibu Martopawiro alias mbah Sajuk yang bertempat tinggal
di Gunung Kidul. Kendil tersebut digunakan untuk merebus tiga butir telur ayam
kampong untuk Pangsar Soedirman yang beristirahat di rumahnya pada tanggal
27 Desember 1948 sejak pukul 16.00-23.00 WIB dalam perjalanan gerilya
menghadapi agresi militer Belanda II
g. Tempat menyarungkan pedang dan sepatu
Tempat menyalurkan pedang dan sepatu tersebut milik bapak Hadiharsono yang
beralamat di Grogol, Parangtritis, Kretek, Bantul. Beliau telah menjabat sebagai
Komandan Batalyon I Bantul sejak sebelum agresi militer Belanda II. Tempat
menyartungkan pedang dan sepatu dipakai oleh Hadiharsono dalam
mempertahankan kemerdekaan tahun 1948-1949 di Bantul.
2. Koleksi Replika
Koleksi replika yaitu koleksi berupa tiruan dari benda koleksi yang baik
bahan maupun ukurannya sama dengan aslinya. Hal ini disebabkan untuk
mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan. Tetapi mengingat besar arti dan
peranannya dalam pengembangan sejarah maka perlu dilestarikan yaitu dengan jalan
membuat replikanya. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Benda-benda replika
tersebut antara lain :
a. Granat Gombyok
50
Dipakai pada masa revolusi fisik 1945-1949 di Yogyakarta. Pada saat itu rakyat
Indonesia masih berjuang melawan tentara Belanda yang masih ingin menjajah
Indonesia lagi melalui aksi Polisionilnya. Untuk memenuhi kebutuhan sernjata
maka pabrik senjata Demak Ijo Yogyakarta membuat berbagai macam senjata
yang masih sangat sederhana sebagai alat perjuangan. Salah satunya adalah
Granat Gembyok.
b. Senjata Lantakan
Senjata lantakan biasa dipergunakan oleh tentara VOC awal abad XIX. Karena
ada keterbatasan jumlah senjata untuk memenuhi kebutuhan senjata dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan, maka senjata lantakan yang masih sangat
sederhana tetap masih dpergunakan oleh para pejuang pada revolusi fisik.
c. Kunci Montir dan Batu
Koleksi tersebut merupakan replika yang menjadi buktisejarah tentang
kekejaman G 30 S PKI tahun 1965 di Yogyakarta. Benda tersebut digunakan
oleh PKI untuk membunuh dua pahlawan revolusi yaitu brigadier Jenderal
Anumerta Katamso dan Kolonberl Anumerta Sugiyono.
d. Pakaian Kol. Katamso dan Letkol Sugiyono
Pakaian tersebut adalah pakaian yang digunakan oleh kedua perwira tinggi
Angkatan Darat yang meninggal dibunuh oleh PKI dalam tragedi G 30 S PKI
tanggal 2 oktober 1965.
3. Koleksi Foto dan Lukisan
51
Koleksi lain dari Museum Benteng Vredeburg adalah koleksi dalam bentuk foto
maupun lukisan yang bermilai sejarah baik dalam merintis, mencapai,
mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan. Semua ini merupakan bukti
materiil data sejarah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
4. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan sebuah penggambaran suatu peristiwa dengan sistem tiga
dimensi. Sampai saat ini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah berhasil
menyajikan adegan peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55
buah yang ditempatkan dalam empat ruang (ruang minirama I,II,III,dan IV)
Ruang minirama I secara selintas menggambarkan sebagian peristiwa sejarah yang
terjadi dalam kurun waktu sejak Perang Diponegoro sampai dengan masa
Pendudukan Jepang di Yogyakarta. Sebanyak 11 buah minirama. Ruang minirama II
secara selintas menggambarkan peristiwa-peristiwa sejarah sejak Proklamasi sampai
dengan Agresi Militer I, sebanyak 9 buah. Ruang minirama III, mengambarkan
secara selintas peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan
Pengakuan Kedaulatan RIS, sebanyak 18 buah. Dan yang terakhir adalah ruang
minirama IV, menggambarkan secara selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951
sampai dengan tahun 1974, sebanyak 7 buah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni
2010 ).
F. Cara Perawatan Benda-Benda Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
52
Dalam pelestarian sejarah dan budaya, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
melakukan berbagai kegiatan seperti parawatan dan pemeliharaan benteng sebagai cagar
budaya, konservasi, fumigasi dan restorasi benda-benda sejarah perjuangan.
Pemeliharaan dan perawatan benteng sebagai benda cagar budaya dilakukan secara
bersama-sama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Sedangkan kegiatan
konservasi,fumigasi, dan restorasi terhadap benda-benda koleksi sejarah dilakukan
secara intern oleh petugas pemeliharaan dan perawatan museum setiap 1 minggu secara
berkala dan bergantian. ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )
53
BAB III POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG
G. Letak Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 6
Yogyakarta 55121. Museum Benteng Vredeburg menempati area seluas 22.480 m2
dengan luas bangunan yang ada di dalam komplek Benteng Vredeburg adalah 8.483 m2 .
Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat sraategis karena berada di pusat kota
Yogyakarta. Karena letak yang sangat srategis ini maka kegiatan-kegiatan atau event-
event besar, maupun kegiatan rutin tahunan berskala nasional maupun internasional
sering diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ( Baparda DIY,
2009 : 3 )
H. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta
Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta
selama masa kolonial. Terletak di depan Gedung Agung, satu dari tujuh istana
kepresidenan di Indonesia.
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait dengan lahirnya Perjanjian
Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan
Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah
merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri
Raja-raja Jawa pada waktu itu. ( Baparda DIY, 2009 : 4 )
Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah
Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa
(Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada
30
hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan
Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Perjanjian yang berhasil dikeluarkan karena campur tangan VOC selalu
mempunyai tujuan akhir memecah belah dan mengadu domba pihak-pihak yang
bersangkutan. Demikian pula dengan perjanjian Giyanti. Orang Belanda yang berperan
penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti tersebut adalah Nicolas Hartingh, yang
menjabat Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouverneur en Directeur van Java
noordkust) sejak bulan Maret 1754.
Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk
membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Yogyakarta. Untuk selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono
Senopati Ing Alogo Adul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatulah I. sedang
Kasunanan Surakarta diperintahkan oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah
segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titahnya Sultan segera
memerintahkan membuka Hutan Beringan di mana di tempat tersebut sudah terdapat
dusun Pacetokan. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengumumkan bahwa wilayah yang
menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat
(Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan ibukota Ngayogyakarta. Pemilihan nama ini
dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah yaitu Hutan Beringan yang pada
jaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) merupakan kota
kecil yang indah. Di dalamnya terdapat istana pesanggrahan yang terkenal dengan
Garjitowati. Kemudian pada jaman Sri Susuhunan Paku Buwono II bertahta di
Kartasura nama pesanggrahan itu diganti dengan Ngayogya. Pada masa itu
dipergunakan sebagai tempat pemberhentian jenazah para bangsawan yang akan
dimakamkan di Imogiri.
Hutan kecil ini mula-mula adalah tempat peristirahatan Sunan Pakubuwono II
dengan nama Pesanggrahan Garjitowati. Untuk selanjutnya beliau menggantikan
dengan nama Ayogya (atau Ngayogya). Nama Ngayogyakarta ditafsirkan dari
kata”Ayuda” dan kata “Karta”. Kata “a” berarti tidak dan “yuda” berarti perang. Jadi
“Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau damai. Sedangkan “Karta”
berarti aman dan tenteram. Jadi Ngayogyakarta dapat diartikan sebagai “Kota yang
aman dan tenteram”.
Disamping sebagai seorang panglima perang yang tangguh, Sri Sultan
Hamengku Buwono I, adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton
Kasultanan Yogyakarta permata dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755. Selama
pembangunan keraton berlangsung, Sultan dan keluarga tinggal di Pesanggrahan
Ambarketawang Gamping, kurang lebih selama satu tahun. Pada hari Kamis Pahing,
tanggal 7 Oktober 1756 selama satu tahu. Meski belum selesai dengan sempurna, Sultan
dan keluarga berkenan menempatinya. Peresmian di asaat raja dan keluarganya
menempati kraton ditandai dengan candra sangkala “Dwi Naga Rasa Tunggal” Dalam
tahun Jawa sama dengan 1682, tanggal 13 Jimakir yang bertepatan dengan tanggal 7
Oktober 1756.
Setelah kraton mulai ditempati kemudian berdiri pula bangunan-bangunan
lainnya. Kraton dikelilingi tembok yang tebal. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan
33
dengan aneka rupa dan fungsi. Bangunan kediaman sultan dan kerabat dekatnya
dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1546. Bangunan Sitihinggil dan
Pagelaran selesai dibangun tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan
Kemagangan selesai tahun 1751 dan 1763. Masjid Agung didirikan tahun 1771.
Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai tahun 1777. Bangsal Kencana selesai
tahun 1792. Demikian kraton Yogyakarta berdiri dengan perkembangan yang senantiasa
terjadi dari waktu ke waktu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Sehingga pihak
Belanda mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di
dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga
keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda
yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan
yang terjadi dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari
kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi
bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi,
penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut
dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka
memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang
dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi
“kekuatan” yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial
Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu
permohonan ijin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah
membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di
keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh
Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jaya (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut
timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara)
Pada awal berdirinya bahwa benteng tesebut keadaannya masih sangat
sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuatdengan tiang-tiang penyangga dari kayu
pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap
ilalang.
Dalam perkembangan selanjutnya sewaktu W.H Ossenbrech menggantikan
kedudukan Nicolas Hartingh, tahun 1765 mengusulkan kepada Sultan agar benteng
diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul
tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan
seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767
pembangunan benteng dimulai. Menurut rencana pembangunan tersebut akan
diselesaikan tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan
tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada
masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan
bentengm sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta, sehingga bahan
dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah
selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg
yang berarti “Benteng Peristirahatan”.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga
banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun
tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang
lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera
diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai
bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang
berarti “Benteng Perdamaian:. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara
Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu (
Baparda DIY, 2009 : 5 )
Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada
keempat sudutnya dibangun ruang penjagan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu
gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya
terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang
mesiu, rumah sakit prajurit dan rummah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati
sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan para medis. Disamping itu pada
masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para
residen yang sedang bertugas di Yogyakarta. ( wawancara : M. Rosyd Ridlo, 29 Mei
2010 )
I. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai
oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng
36
diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara
pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai
ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi
Nasional” Pemberontakan G 30 S / PKI tahun 1965. Waktu itu untuk sementara
Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa
G 30 S / PKI yang langsung berada dibawah pengawasan HANKAM.
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata
setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh
Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah
diadakan penelitian maka usaha kearah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg
pun segera dimulai.
Tanggal 9 Agustus 1980 dilakukan penandatanganan piagam perjanjian antara
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pihak I dan Dr. Daud Jusuf (Mendikbud)
sebagai pihak II tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg. Dengan
pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan
bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng
Vredeburg di tetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981. Tentang
pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa
bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum Perjuangan
Nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Sesuai dengan Piagam Perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan
tata ruang bagi gedung-gedung di dalam komplek benteng Vredeburg diijinkan sesuai
dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran
bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah
dapat dikunjungi oleh umum. Pada tanggal 23 November 1992 bangunan bekas Benteng
Vredeburg secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (ketika itu
Prof. Dr. Fuad Hasan) Nomor 0475/O/1992 dengan nama Museum Benteng
Yogyakarta.
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai
museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan
Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas
komplek Benteng Vredeburg. Tembok ini memiliki tinggi 5 meter dan tebal 1
meter. Di sisi tembok bagian dalam juga terdapat anjungan yang berfungsi
sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil
maupun senjata tangan. Selain itu tembok ini juga memungkinkan jarak pandang
pengintaian maupun jarak tembak akan lebih leluasa. ( wawancara Suseno, 14
Juni 2010 ).
y. Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang dibangun sebagai sarana jalan keluar masuk atupun komplek
benteng. Mengingat konsep awal bahwa benteng dibangun dengan konsep
simetris maka pintu gerbang yang ada berjumlah empat ( selatan, timur, utara
dan barat ). Tetapi karena situasi keamanan saat itu yang tidak stabil, maka
konsep awal berubah. Sampai sekarang hanya ditemukan tiga pintu gerbang
yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Di sebelah selatan , gerbang hanya dibuat
kecil atau lebih tepat disebut terowongan. Pintu gerbang utama barat terdiri dari
40
dua lantai. Pada perode 1765-1830 lantai atas diguanakan sebagai kantor
komando. Sedangkan laitai bawah baik di sisi kanan maupun kiri jalan
merupakan ruang jaga. Saat ini ruangan atas dimanfaatkan sebagai ruiang rapat.
Sedangkan ruangan bawah tetap sebagai ruang jaga Satpam dan ruang tiket.
( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
z. Pintu Gerbang Timur
Fungsi pintu gerbang timur dari periode 1765 -1830 dan tahun-tahun berikutnya
sama dengan pintu gerbang barat. Sedangkan lantai atas semula dipergunakan
sebagai pos pengamanan daerah disekitar benteng baik di dalam maupun di luar.
Saat ini pintu gerbang timur dimanfaatkan sebagai pintu masuk dari arah timur
sebagai kawasan 3 in 1 yaitu Taman Pintar, Taman Budaya, dan Museum
Benteng (wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
aa. Gedung Pengapit Utara
Berfungsi sebagai kantor administrasi. Berdasarkan hasil penelitian bentuk asli,
bangunan yang ada merupakan bangunan asli dengan ornament-ornamen gaya
Yunani masa Renaisance. Hal ini menunjukkan usia yang relative lebih tua
dibandingkan dengan banyunan yang lain. Gaya atap yang lancip, menunjukkan
gaya Eropa dengan maksud mengurangi beban salju di musim salju. Ini
menunjukkan bahwa arsitektur untuk bangunan ini masih murni gaya Eropa (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
bb. Gedung Pengapit Selatan
41
Fungsi telah mengalami perkembangan. Dilihat dari bentuknya memungkinkan
dimanfaatkan sebagai kantor administra. Namun ketika benteng tawanan yang
berderajad tinggi (tawanan kraton yang berpangkat tinggi) maka ruangan ini
dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus. Juga ada kemungkinan ruangan ini
dipergunakan sebagai ruang tamu VIP. Hal ini terlihat dari bentuk dan
performance ruangan. Sekarang digunakan sebagai ruang tamu VIP (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
cc. Barak Prajurit Barat
Terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdiri dari satu rangan luas dan empat
ruangan kecil. Dua ruang kecil di sebelah selatan di lantai bawah diperkirakan
merupakan fasilitas barak bagian bawah karena posisinya menyatu dengan ruang
lantai bawah. Sedangkan dua ruang kecil di utara diperkirakan sebagai ruang
pengawsan perwira jaga, karena ruang-ruang tersebut terpisahdengan barak.
Pemanfaatan sekarang sebagai ruang Pengenalan Museum ( wawancara Suseno,
14 Juni 2010 ).
dd. Barak Prajurit Utara
Bangunan ini dipergunakan sebagai barak prajurit yang telah berkeluarga baik
dilanta bawah maupun lantai atas. Sekarang ruang lantai bawah dimanfaatkan
sebagai ruang diorama sejarah bangsa yang berisi peristiwa sejarang perjuangan
Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai
ruang pameran tidak tetap. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ee. Bangunan Fasilitas Umum
42
Berdasarkan data bahwa di dalam benteng pernah dibangun rumah sakit, maka
bangunan ini diperkirakan sebagai rumah sakit. Ketika benteng dikuasai oleh
TNI bangunan ini dimanfaatkan sebagai mushola. Sekarang bangunan lantai
bawah dimanfaatkan sebagai Ruang Kerja Teknis. Lantai atas sebagai
RuangSeminar dan Ruang Bioskop khusus Film Sejarah Perjuangan. (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ff. Societet Militaire
Bangunan ini adalah bangunan yang difungsikan sebagai ruang pertemuan. Hal
ini diperkuat adamnya data bahwa tahun 1838 di benteng ada societet militaire
yang likasinya di timur laut. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai
Ruang Diskusi/Ceramah/Seminar di lantai atas, dan Ruang Diorama Sejarah
Perjuangan di lantai bawah. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
gg. Pavilion
Banguan ini berfungsi sebagai tempat tinggal perwira atau pavilion (guest
house). Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya fasilitas-fasilitas
pelengkapnya seperti dapur, kamar mandi dan WC. Sewaktu di bawah kekuaaan
TNI, bangunan ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal prajurit maupun
perwira. Pada saat ini difungsikan sebagai guest house seperti semula (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
hh. Gudang Mesiu
Bentuk bangunan dengan adanya peninggian-peninggian lantai dan tanpa jendela
tetapi hanya ventilasi saja, menguatkan dugaan bahwa fungsi bangunan ini
adalah sebagai gudang mesiu. Fungsi ini tetap bertahan dari tahun ke tahun
43
meskipun benteng mengalami pergantian penguasa. Pada saat ini dipergunakan
sebagai Strorage Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ii. Dapur Utara
Pada masa benteng dikuasai oleh TNI bangunan dapur ini dimanfaatkan sebagai
rumah tinggal prajurit. Pada saat ini dimanfaatkan sebagai ruang Strorage
Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
jj. Sel / Ruang Tahanan
Bangunan ini dibangun dengan menempel pada anjungan sebelah barat. Adanya
peninggian lantai sewaktu ditemukan bangunan ini diduga merupakan tempat
tidur. Kemungkinan juga dimanfaatkan sebagai gudang. Pada saat ini digunakan
sebagai fasilitas ibadah di museum yaitu sebagai Mushola Putra dan Putri (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
kk. Perumahan Perwira Utara I
Semula mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal perwira. Dengan adanya
perubahan bentuk teras depan maka diperkirakan bangunan ini telah mengalami
perubahan fungsi yaitu sebagai kantor administrasi. Kemudian ketika benteng
digunakan oleh TNI tempat ini digunakan sebagai tempat tinggal prajuirit yang
telah berkeluarga. Sekarang bangunan ini merupakan tata pameran tetap Ruang
Diorama II ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ll. Perumahan Perwira Selatan I
Bangunan ini mempunyai susunan ruang yang terdiri dari teras depan, bangunan
utama, dan teras belakang, diperkirakan berfungsi sebagai perumahan perwira.
Dengan adanya perubahan teras depan menjadi ruang depan, diperkirakan
44
bangunan mulai dipergunakan sebagai perumahan prajurit atau perwira yang
telah berkeluarga, bukan untuk perwira saja. Hal ini diperkirakan terjadi ketika
benteng digunakan oleh TNI. Sekarang difungsikan sebagai Ruang Diorama I
(wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
mm. Gudang Senjata Ringan dan Barak Prajurit
Bangunan ini semula difungsikan sebagai barak prajurit di lantai atas dan
sebagai tempat penyimpanan senjata ringan di lantai bawah. Hal ini dikuatkan
dengan letaknya yang berdekatan dengan bangunan (N2) yang berfungsi sebagai
gudang senjata berat. Disamping itu juga berdekatan dengan ruang mesiu. Saat
ini merupakan Ruang Konservasi, fumigasi dan laboratorium di lantai bawah
dan ruang dokumentasi di lantai atas ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010
).
nn. Gudang Senjata Berat
Bangunan ini berfungsi sebagai gudang senjata. Sedangkan keberadaan ruang-
ruang yang berdekatan diperkirakan mempunyuia fungsi yang berkaitan dengan
keberadaan gudang senjata ini, antara lain untuk perkantoran bagian administrasi
gudang, perawatan senjata, dan lain-lain. Saat ini dipergunakan sebagai kantor
Konservasi ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
oo. Anjungan
Semula dibangun mengelilingi benteng bagian dalam sebagai sarana
pertahanan.di anjungan ini ditempatkan prajurit dengan senjata tangan dan
meriam yang dikonsentrasikan pada sudut anjungan. Tahun 1930, anjungan di
sudut timur dibongkar dan dibangun gedung Societet. Tahun 1998 anjungan
45
utara dibongkar dan dibangun terowongan untuk mengakses unit service baru di
utara benteng. Selanjutnya anjungan tidak punya arti strategi militer dan
difungsikan sebagai sarana rekreasi dan kebun sayur. Pada saat ini anjungan
dimanfaatkan sebagai sarana untuk melihat kawasan nol km kota Yogyakarta
dan sekitarnya ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
pp. Lapangan
Di antara bangsal-bangsal yang terdapat di dalam komplek Benteng Vredeburg
masih terlihat adanya lapangan di dalam komplek Benteng Vredeburg yang
relatif luas. Semula lapangan tersebut dimungkinkan untuk tempat persiapan
46
militer, latihan maupun upacara-upacara militer lainnya. Setelah Benteng
Vredeburg beralih fungsi sebagai tangsi militer yang memungkinkan prajurit
membawa keluarganya, maka lapangan tersebut berubah sebagai halaman dan
tempat bermain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
Adapun bangunan-bangunan di dalam komplek Benteng Vredeburg tersebut
dapat diuraikan dalam denah sebagai berikut :
Keterangan :
Bangunan Kode Fungsi sekarang Fungsi dahulu
A1 Jembatan dan kolam utama barat Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat
A2 Jembatan dan kolam timur Jalan masuk dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur
A3 Kolam selatan Parit pertahanan sisi selatan
B1 Gerbang sebelah barat Bangunan gerbang utama sebelah selatan
B2 Gerbang sebelah timur Bangunan gerbang timur B3 Gerbang sebelah selatan Bangunan gerbang selatan C1 Ruang tamu VIP Bangunan sel tahanan khusus C2 Ruang bimbingan Bangunan kantor administrasi
D Ruang Pameran Tetap ( Realia ) dan Pengenalan
Bangunan barak prajurit barat
E Ruang Pameran Temporer dan Tetap Minirama III
Bangunan barak prajuri utara
F Ruang Audio Visual (bagian atas) dan Ruang Pokja Teknis (bagian bawah)
Bangunan fasilitas umum (hospital)
G Ruang Auditorium dan Pameran Tetap Minirama III
Bangunan pertemuan / Militaire Societet Hall
H Guest house Pavilion I Storage Koleksi Gudang Mesiu
J Perpustakaan Gudang perlengkapan non militer / logistik
K1 Storage Koleksi Dapur sebelah utara K2 Storage Koleksi Dapur sebelah selatan
L1 Ruang PPPK,gudang,mushola, dan art shop
Bangunan sel tahanan
47
L2 Ruang gudang Kamar mandi sebelah timur L3 Ruang gudang Kamar mandi sebelah selatan
M1 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( I )
M2 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( II )
M3 Ruang pameran tetap minirama I Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( I )
M4 Ruang kantor kepala Museum dan Tata Usaha
Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( II )
M5 Kamar mandi Bangunan kamar mandi dan dapur(bagi penghuni M4) dan kamar mandi umum (selatan)
N1 Ruang perawatan, Fumigasi Gudang senjata ringan dan barak prajurit
N2 Laboratorium Konservasi Gudang senjata berat ( meriam )
O1 Anjungan barat laut Anjungan pertahanan sebelah barat laut.
O2 Anjungan barat daya Anjungan pertahanan sebelah barat daya
O3 Anjungan tenggara Anjungan pertahanan sebelah tenggara
P Tanah lapang(open space depan gerbang timur)
Bangunan utama(VIP Guest House)
Q Bengkel preparasi Bangunan garasi
R Tempat parkir karyawan Bangunan istal (kandang kuda), dapur
S Sumur Bangunan kamar mandi dan tempat sepeda.
Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg
K. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg menyajikan banyak koleksi yang berhubungan
dengan sejarah perjuangan bangsa. koleksi – koleksi tersebut antara lain :
5. Koleksi Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar
nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa
sejarah yang punya arti penting dalam pembinaan dan atau pengembangan sejarah.
48
Koleksi realia ini diperoleh antara lain dari hibah dari masyarakat yang mempunyai
koleksi realia. Akan tetapi keasliannya perlu diuji terlebih dahulu. Koleksi realia
antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, peralatan dapur, naskah, pakaian,
dan lain-lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Berikut beberapa koleksi realia
Museum Benteng Vredeburg :
h. Mesin Jahit Engkel
Koleksi mesin jahit ini dipergunakan untuk memperbaiki pakaian para prajurit
anak buah Kolonel TB Simatupang yang bermarkas di rumah Kariyo Utomo
yang beralamat di Banaran, Kulon Progo tahun 1948-1959
i. Topi Baja
Topi baja milik Sdr. Ansor yang dipergunakan dalam perjuangan dalam masa
revolusi fisik tahun 1945-1949. Sdr Ansor adalah seorang pejuang yang aktif
dalam Laskar Hisbullah, BKR, TKR Batalyon 33, resimen 22 devisi III
Diponegoro, TRI Batalyon VI, TNI Batalyon 74 brigade X Garuda Mataram
devisi III Diponegoro.
j. Pedang Pertempuran Kota Baru
Pedang tersebut milik bpk Siswo Pawiro warga dusun Tirtosari Kretek Bantul
yang diperoleh sewaktu perjuangan melucuti senjata Jepang di Yogyakarta tahun
1945-1948.
k. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Santo Yusuf
49
Peralatan kesehatan ini berasal dari Rumah Sakit Santo Yusuf yang terletak di
dusun Banjar Sari Kulon Progo. Peralatan ini dipergunakan untuk membantu
warga sipil maupun militer korban perang pada masa Agresi Militer Belanda II
l. Meja Tamu TB Simatupang
Meja tersebut menjadi saksi sejarah perjuangan Kolonel TB Simatupang dalam
memimpin perang gerilya.
m. Kendil Dhalung
Kendil tersebut milik ibu Martopawiro alias mbah Sajuk yang bertempat tinggal
di Gunung Kidul. Kendil tersebut digunakan untuk merebus tiga butir telur ayam
kampong untuk Pangsar Soedirman yang beristirahat di rumahnya pada tanggal
27 Desember 1948 sejak pukul 16.00-23.00 WIB dalam perjalanan gerilya
menghadapi agresi militer Belanda II
n. Tempat menyarungkan pedang dan sepatu
Tempat menyalurkan pedang dan sepatu tersebut milik bapak Hadiharsono yang
beralamat di Grogol, Parangtritis, Kretek, Bantul. Beliau telah menjabat sebagai
Komandan Batalyon I Bantul sejak sebelum agresi militer Belanda II. Tempat
menyartungkan pedang dan sepatu dipakai oleh Hadiharsono dalam
mempertahankan kemerdekaan tahun 1948-1949 di Bantul.
6. Koleksi Replika
Koleksi replika yaitu koleksi berupa tiruan dari benda koleksi yang baik
bahan maupun ukurannya sama dengan aslinya. Hal ini disebabkan untuk
mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan. Tetapi mengingat besar arti dan
50
peranannya dalam pengembangan sejarah maka perlu dilestarikan yaitu dengan jalan
membuat replikanya. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Benda-benda replika
tersebut antara lain :
e. Granat Gombyok
Dipakai pada masa revolusi fisik 1945-1949 di Yogyakarta. Pada saat itu rakyat
Indonesia masih berjuang melawan tentara Belanda yang masih ingin menjajah
Indonesia lagi melalui aksi Polisionilnya. Untuk memenuhi kebutuhan sernjata
maka pabrik senjata Demak Ijo Yogyakarta membuat berbagai macam senjata
yang masih sangat sederhana sebagai alat perjuangan. Salah satunya adalah
Granat Gembyok.
f. Senjata Lantakan
Senjata lantakan biasa dipergunakan oleh tentara VOC awal abad XIX. Karena
ada keterbatasan jumlah senjata untuk memenuhi kebutuhan senjata dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan, maka senjata lantakan yang masih sangat
sederhana tetap masih dpergunakan oleh para pejuang pada revolusi fisik.
g. Kunci Montir dan Batu
Koleksi tersebut merupakan replika yang menjadi buktisejarah tentang
kekejaman G 30 S PKI tahun 1965 di Yogyakarta. Benda tersebut digunakan
oleh PKI untuk membunuh dua pahlawan revolusi yaitu brigadier Jenderal
Anumerta Katamso dan Kolonberl Anumerta Sugiyono.
h. Pakaian Kol. Katamso dan Letkol Sugiyono
51
Pakaian tersebut adalah pakaian yang digunakan oleh kedua perwira tinggi
Angkatan Darat yang meninggal dibunuh oleh PKI dalam tragedi G 30 S PKI
tanggal 2 oktober 1965.
7. Koleksi Foto dan Lukisan
Koleksi lain dari Museum Benteng Vredeburg adalah koleksi dalam bentuk foto
maupun lukisan yang bermilai sejarah baik dalam merintis, mencapai,
mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan. Semua ini merupakan bukti
materiil data sejarah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
8. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan sebuah penggambaran suatu peristiwa dengan sistem tiga
dimensi. Sampai saat ini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah berhasil
menyajikan adegan peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55
buah yang ditempatkan dalam empat ruang (ruang minirama I,II,III,dan IV)
Ruang minirama I secara selintas menggambarkan sebagian peristiwa sejarah yang
terjadi dalam kurun waktu sejak Perang Diponegoro sampai dengan masa
Pendudukan Jepang di Yogyakarta. Sebanyak 11 buah minirama. Ruang minirama II
secara selintas menggambarkan peristiwa-peristiwa sejarah sejak Proklamasi sampai
dengan Agresi Militer I, sebanyak 9 buah. Ruang minirama III, mengambarkan
secara selintas peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan
Pengakuan Kedaulatan RIS, sebanyak 18 buah. Dan yang terakhir adalah ruang
minirama IV, menggambarkan secara selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951
52
sampai dengan tahun 1974, sebanyak 7 buah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni
2010 ).
L. Cara Perawatan Benda-Benda Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
Dalam pelestarian sejarah dan budaya, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
melakukan berbagai kegiatan seperti parawatan dan pemeliharaan benteng sebagai cagar
budaya, konservasi, fumigasi dan restorasi benda-benda sejarah perjuangan.
Pemeliharaan dan perawatan benteng sebagai benda cagar budaya dilakukan secara
bersama-sama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Sedangkan kegiatan
konservasi,fumigasi, dan restorasi terhadap benda-benda koleksi sejarah dilakukan
secara intern oleh petugas pemeliharaan dan perawatan museum setiap 1 minggu secara
berkala dan bergantian. ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )
53
BAB IV
PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA DAN UPAYA PENINGKATAN
WISATAWAN MUSEUM BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA
A. Potensi Objek dan Daya Tarik Museum Benteng Vredeburg Dilihat dari
Pendekatan 4A
Suatu objek wisata dalam pengembangan dan pengelolannya memerlukan suatu
metode atau analisis data yang lengkap untuk mempermudah pelaksanaan program yang
direncanakan dan mencapai target yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis
menerapkan metode pengembangan objek wisata dengan analisis 4A ( Atraksi,
Aksesbilitas, Amenitas, Aktifitas ).
Analisis 4A tersebut dilakukan agar dalam merumuskan kajian permasalahan
penulis dapat mengetahui secara pasti dan lengkap menegenai atraksi wisata yang ada,
sarana prasarana yang dimiliki objek, akses yang bisa dipakai untuk menuju objek dan
aktifitas yang bisa dilakuakan oleh wisatawan maupun penduduk setempat di objek
wisata dalam hal ini di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Adapun hasil dari analisis penulis selama penelitian dan pengamatan di Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdasarkan analisis 4A adalah sebagai berikut :
1. Atraksi
Atraksi merupakan faktor pendorong utama kehadiran wisatawan ke suatu
tujuan wisata. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah salah satu objek
wisata yang memiliki daya tarik dalam bidang budaya karena museum tersebut
menyajikan banyak koleksi benda-benda bersejarah khususnya yang berhubungan
dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Benda-benda 54
yang menjadi koleksi disajikan dengan rapi. Salah satu yang menjadi daya tarik
tersebut karena tidak sedikit benda-benda yang ada di museum adalah benda-benda
asli ( realia ). “ Koleksi benda-benda museum di sini sebagian asli tapi ada juga
yang merupakan replika, miniatur dan foto-foto” ( wawancara : Suseno 14 Juni
2010 ).
Kota Yogyakarta yang mempunyai iklim relaif panas tetapi di Museum
Benteng Vredeburg yang terletak tepat di 0 km Kota Yogyakarta ini memiliki
suasana yang sejuk sehingga memberikan kenyamanan tersendiri bagi wisatawan
yang berkunjung ( Observasi, 14 Juni 2010 )
2. Aksesbilitas
Aksesbilitas adalah unsur penting dalam menganalisis suatu objek wisata
agar objek tersebut dapat dijangkau dengan mudah oleh wisatawan baik dari sarana
transportasi darat ataupun udara.
Dalam hal ini penulis melakukan analisis sesuai kenyataan yang ada di
lapangan selama menuju objek Museum Benteng Vredeburg dan pada saat berada di
objek. Adapun penulis memberikan uraian-uraian mengenai segi aksesbilitas
sebagai berikut :
a) Kondisi jalan
Kondisi jalan untuk menuju ke objek wisata Museum Benteng Vredeburg
ini sudah bagus, jalan sudah beraspal tetapi karena kondisi Jalan Malioboro yang
sempit sehingga sering terjadi kemacetan. Kendaran besar seperti bus pariwisata
bisa parkir tepat di depan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta atau bila
penuh bisa parkir di depan Bank Indonesia atau Alun-Alun Kraton. ( Observasi,
13 Juni 2010 )
b) Sarana Transportasi
Museum Benteng Vredeburg dapat ditempuh dengan mudah karena
berada di pusat kota Yogyakarta, baik dengan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum, antara lain :
(1) Dari bandara
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki bandara internasional
Adi Sucipto. Dari bandara Adi Sucipto untuk menuju objek Museum
Benteng Vredeburg diperlukan waktu sekitar 30 menit (sekitar 15 km)
dengan menggunakan taksi dengan biaya sekitar Rp. 40.000,00. Akan tetapi
lebih baik memilih taksi resmi bandara (taxi service) karena dapat
mengetahui kepastian biaya sebelum menggunakan jasa taksi tersebut.
Sedangkan untuk trasnportasi dari bandara yang menggunakan bus, dapat
memilih bus jurusan Jogja-Solo turun Janti, kemudian pilih bus jalur 10
menuju Benteng Vredeburg . Waktu tempuhnya sekitar 45 menit. (
Observasi, 13 Juni 2010 )
(2) Dari Stasiun
Ada banyak sarana transportasi yang siap mengantar wisatawan
menuju ke Museum Benteng Vredeburg. Hanya sekitar 5 menit dari stasiun
Tugu (sekitar 3 km) dengan menggunakan becak maupun andong. Selain itu
jalan kaki adalah pilihan yang tepat karena selain dekat, kita juga dapat
menikmati suasana Malioboro yang eksotis. ( Observasi, 13 Juni 2010 )
56
(3) Dari terminal bus Giwangan
Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit (sekitar 10 km) untuk menuju
Museum Benteng Vredeburg dari Terminal Giwangan Yogyakarta. Dari
terminal kita bisa naik taksi atupun andong dan bus trans jogja trayek 3B.
Serta bus kota jalur 4. Akan tetapi perlu hati-hati dengan barang bawaan.(
Observasi, 13 Juni 2010 )
c) Papan Petunjuk
Sarana pelengkap berupa papan penunjuk menuju Museum Benteng
Vredeburg sudah ada dan terdapat di setiap titik jalan menuju ke objek. Papan
penunjuk terbuat dari pelat besi yang terpajang di pinggir jalan sehingga
memudahkan bagi para wisatawan yang belum pernah berkunjung ke
Yogyakarta ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
3. Amenitas
Amenitas merupakan fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan
pariwisata dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yang ada di
objek wisata sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang
berkunjung ke suatu objek wisata.
Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di objek wisata Museum Benteng
Vredeburg, antara lain :
a) Akomodasi
58
Letak Museum Benteng Vredeburg sangat startegis yaitu di pusat kota
Yogyakarta sehingga banyak dijumpai hotel-hotel disekitar Museum Benteng
Vredeburg, antara lain : Hotel Ibis Malioboro (***Jl. Malioboro 52 -58 Yk),
Hotel Inna Garuda (****Jl. Malioboro no.18 Yk), Hotel Mutiara (*** Jl.
Malioboro 18 Yk), Hotel Mendut (**Jl. Pasar Kembang 49 Yk) ( Observasi, 13
Juni 2010 )
b) Rumah makan atau warung
Rumah makan atau warung yang ada di dalam Museum Benteng
Vredeburg ada dua yaitu warung minuman dan snack yang terletak disebelah
ruang informasi dan warung makan yang terletak di bagian belakang museum.
Kedua warung tersebut dikelola oleh koperasi museum. ( Observasi, 13 Juni
2010 )
c) TIC
TIC (Tourism Information Center) terdapat di bagian depan museum
sebelah kiri bergabung dengan ruang bimbingan (Observasi, 13 Juni 2010).
d) Jasa Komunikasi
Sistem komunikasi di area Museum Benteng Vredeburg sudah memadai
seperti jaringan internet ( hot spot area ), jasa telepon dan tepat diseberang jalan
terdapat kantor pos ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
e) Penerangan
59
Fasilitas penerangan di Museum Benteng Vredeburg sudah memadai
meskipun di beberapa ruang pameran minirama memang sengaja dibuat redup. (
Observasi, 13 Juni 2010 ).
f) Air bersih
Ketersediaan air bersih di Museum Benteng Vredeburg sudah memadai,
khususnya untuk persediaan toilet dan air wudhu. ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
g) Pos Keamanan
Di Museum Benteng Vredeburg sudah terdapat pos keamanan yang
beranggotakan 14 personil. Pos keamanan berada tepat di depan gerbang pintu
masuk utama yang berhadapan dengan loket pembelian tiket masuk. (
Observasi, 13 Juni 2010 ).
h) Jasa Pemandu
Museum Benteng Vredeburg menyediakan jasa pemandu yang siap membantu
wisatawan untuk memandu dan menerangkan semua hal yang berhubungan
dengan Museum Benteng Vredeburg. Jasa pemandu yang dimiliki museum
benteng Vredeburg sebanyak 5 orang. Dari lima orang tersebut yang mampu
berbahas Inggris dengan lancar sebanyak 3 orang. ( wawancara: Suseno 14
Juni 2010 ).
i) Mushola
Di Museum Benteng Vredeburg telah terdapat mushola yang berdekatan dengan
warung minuman. Mushola tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu mushola untuk
putra dan mushola untuk putri. Di sebelah utara mushola terdapat tempat wudhu.
( Observasi, 13 Juni 2010 ).
j) Toilet
Di Museum Benteng Vredeburg sudah terdapat toilet yang bersih. Toilet
tersebut terdiri dari toilet putra dan toilet putri. ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
k) Perpustakaan
Perpustakaan museum terletak di depan mushola. Koleksi perpustakaan museum
terdiri dari 70% buku-buku tentang sejarah perjuangan bangsa dan 30% buku-
buku ilmu pengetahuan umum juga disediakan sarana pembelajaran sejarah bagi
anak-anak dalam bentuk CD interaktif. ( wawancara: Suseno 14 Juni
2010 ).
l) Ruang Auditorium
Ruang seminar terdapat di lantai atas sebelah timur laut yang mampu
menampung audiens kurang lebih 100 orang. Ruangan ini dapat dimanfaatkan
sebagai ruang seminar, diskusi, sarasehan, dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan masyarakat umum kecuali untuk kepentingan partai. (
wawancara: Suseno 14 Juni 2010 ).
m) Ruang Audio Visual
Terletak di lantai atas gedung sebelah selatan. Gedung ini berkapasitas 100
orang. Ruang tersebut dimanfaatkan untuk pemutaran film, workshop, dan lain-
lain oleh masyarakat umum. Fasilitas yang terdapat di ruang tersebut adalah alat
audio visual, ruang ber-AC( wawancara: Suseno 14 Juni 2010).
n) Museum Shop
Di Museum Benteng Vredeburg sudah ada museum shop yang menjual
berbagai benda-benda khas Museum Benteng Vredeburg antara lain miniature