RINGKASAN
Laporan TOPOGRAFIPLTM Enang-enang di Kabupaten Bener Meriah
Nanggroe Aceh Darusalam
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Surat Kesepakatan Kerjasama Pelaksanaan Pekerjaan
pada pekerjaan Engineering Desain dan Studi Kelayakan Pembangunan
PLTM Enang-enang (2 x 4 MW) Bener Meriah - Aceh antara PT. Bandung
Cipta Energi dan PT. Bangun Nusantara Engineering.
Bersama ini kami sampaikan :
LAPORAN TOPOGRAFI
Demikian laporan hasil pengukuran topografi ini disusun agar
dapat memenuhi maksud dan tujuan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro (PLTM) Enang-enang di Desa Alur Cincin, Kabupaten
Bener Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.
Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan kepercayaannya.
Semoga laporan ini dapat memenuhi sasaran pekerjaan ini.
Bandung,Januari 2015PT. Bangun Nusantara Engineering
DAFTAR ISI
iKATA PENGANTAR
iiDAFTAR ISI
iiiDAFTAR GAMBAR
ivDAFTAR TABEL
1-11 PENDAHULUAN
1-11.1Latar Belakang
1-21.2Maksud dan Tujuan
1-21.3Ruang Lingkup Pekerjaan
1-21.4Keluaran
1-21.5Sistematika Pelaporan
2-42 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI
2-42.1Lokasi Pengukuran
2-52.2Peta Dasar
2-52.3Referensi Koordinat
3-13 SURVEY LAPANGAN
3-13.1Pemetaan Terestris 1 : 5.000
3-13.2Pengukuran Poligon
3-53.3Pengukuran Sipat Datar
3-73.4Penampang Melintang dan Memanjang
3-93.5Penggambaran
4-14 HASIL SURVEY TOPOGRAFI
DAFTAR GAMBAR
2-5Gambar 21Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bener Meriah
3-8Gambar 31Metoda Tachymetri
4-2Gambar 41Kerangka Horizontal Hasil Pengukuran Poligon
DAFTAR TABEL
4-1Tabel 41 Diskripsi BM PLTM Enang-enang
1 PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam rangka meningkatkan
penyediaan tenaga listrik di Indonesia serta dalam usaha mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar minyak, batu bara dan gas,
pemerintah melalui PT. PLN (Persero) mempunyai program untuk
meningkatkan pembangunan pembangkit tenaga listrik alternatif non
minyak antara lain dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam air
sungai yang banyak tersedia di seluruh Indonesia.
Dengan semakin minimnya cadangan minyak bumi di Indonesia, maka
pemanfaatan energi alternatif non migas harus ditingkatkan. Hal
tersebut diharapkan dapat mengurangi laju pengerukan sumber daya
energi tak terbarukan khususnya minyak bumi dan gas bumi.
Dari sisi lain upaya tersebut diharapkan mampu untuk
mempertahankan kualitas lingkungan, hal tersebut berkaitan dengan
Protocol Kyoto". Dalam protokol tersebut disepakati untuk mereduksi
kerusakan lingkungan, terutama pencemaran udara akibat penggunaan
bahan bakar fosil. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka
pemanfaatan sumber energi primer yang dapat diperbaharui layak
didorong dan hal tersebut tertuang pada Kebijakan Energi Nasional
(KEN). Dalam hal ini, pemanfaatan sumber energi primer terbarukan
mulai digalakkan dengan dilakukannya pembangunan PLTM baru.
Sasaran utama pembangunan PLTM adalah untuk memanfaatkan sumber
daya alam terbarukan (renewable energy) yang tersedia sebagai salah
satu usaha menghemat BBM dan meningkatkan devisa selain itu,
pembangunan PLTM ini dilaksanakan terkait dengan program CDM (Clean
Development Mechanism), di mana akan diperoleh tambahan penerimaan
dari program penurunan emisi dan sertifikatnya. Salah satu upaya
pemanfaatan tersebut adalah mengoptimalkan potensi sumber daya air
yang berada di Sungai Enang-enang, Desa Alur Cincin, Kabupaten
Bener Meriah, Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam.1.2 Maksud dan
Tujuan Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran
/ scheme layout rencana pembangunan PLTM Enang-enang sebagai salah
satu pembangkit listrik tenaga Minihidro untuk memenuhi kebutuhan
listrik di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam pada umumnya dan
Kabupaten Bener Meriah pada khususnya.
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah : Melakukan kajian
terhadap tata letak bangunan utama / scheme layout dari pembangunan
PLTM Enang-enang yang optimal sesuai dengan potensi yang tersedia
yang meliputi : aspek topografi disekitar lokasi pekerjaan.1.3
Ruang Lingkup PekerjaanPekerjaan yang akan dilaksanakan dalam
Review Survei Topografi PLTM Enang-enang adalah sebagai berikut
:
1. Pengukuran topografi area banguan bendung, power house, jalur
penstock dan lokasi headpond,
2. Quick survey trace/jalur Penstock dan pengukuran elevasi,
3. Pengukuran detail untuk mendapatkan besaran nilai gross
head.
1.4 KeluaranHasil dari pekerjaan verifikasi (review topografi)
PLTM Enang-enang, berupa laporan data hasil survey topografi.
1.5 Sistematika PelaporanLaporan Topografi ini terdiri atas 4
(empat) Bab, meliputi:
1 :Pendahuluan
2 :Gambaran Umum Lokasi Studi
3 :Survey Lapangan
4:Hasil Survey Topografi2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI2.1 Lokasi
PengukuranProyek PLTM Enang-enang secara administratif terletak
pada aliran Sungai Enang-enang yang terletak di Desa Alur cincin,
Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Secara
geografis, Kabupaten Bener Meriah terletak pada posisi 04( 33 50 -
04( 54 50 Lintang Utara dan 96( 40 75 - 97( 17 50 Bujur Timur.
Secara administrasi, batas wilayah Kabupaten Bener Meriah adalah
sebagai berikut :
Sebelah utara:berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan
Bireuen
Sebelah Selatan :berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah
Sebelah Barat:berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah
Sebelah Timur:berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur
Kabupaten ini memiliki luas 1.941,61 km2 yang terdiri dari 10
kecamatan dan 233 desa. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan
Syiah Utama yang luasnya hampir setengah dari Kabupaten Bener
Meriah.
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bener Meriah, dapat dilihat
pada Gambar 2-1. Gambar 21Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bener
MeriahData lokasi rencana PLTM Enang-enang adalah sebagai berikut
:
Nama sungai :Enang-enang
Koordinat Bandung: 964338.5BT dan 045308.5 LU Koordinat Power
House:964216.8 BT dan 045347.5 LU2.2 Peta DasarPeta dasar adalah
peta skala yang digunakan sebagai acuan dalam pemetaan partisipatif
untuk menggambarkan lokasi dengan berbagai topik atau tema.
Dalam pelaksanaan survey topografi ini, peta yang dijadikan
acuan sebagai peta dasar adalah Peta Rupabumi Indonesia skala 1 :
50.000, lembar 0520-53 Blangrakal, dari BAKOSURTANAL.
Peta Rupabumi Indonesia yang dibuat oleh lembaga resmi
BAKOSURTANAL ini digunakan sebagai peta dasar dikarenakan peta ini
mengandung informasi yang sangat lengkap mengenai ketinggian dan
kemiringan suatu tempat (garis kontur), tanda-tanda alam (sungai,
jalan, hutan, danau dan sebagainya) termasuk pula batas-batas
wilayah administratif.2.3 Referensi KoordinatUntuk pemetaan
diperlukan suatu titik ikat yang digunakan untuk mengikat
pengukuran titik-titik detil dan mengontrol pengukuran titik ikat
lainnya. Titik ikat tersebut dapat berupa titik ikat referensi dan
titik ikat sementara. Untuk keperluan tersebut maka pengukuran di
lokasi proyek PLTM Enang-enang ini mengacu kepada titik BM yang
telah dibangun sebanyak 8 buah titik ikat referensi yang terbuat
dari beton berukuran (30 x 30 x 80) yang ditanam 50 cm ke dalam
tanah dan 30 cm di atas permukaan tanah. Karena tidak adanya
pengikatan ke salah satu titik ikat kerangka dasar nasional maka
sistem koordinat yang digunakan pada pengukuran topografi di proyek
PLTM Enang-enang adalah sistem koordinat lokal.3 SURVEY
LAPANGANKegiatan survey topografi mencakup kegiatan sebagai berikut
:
1. Pemasangan Bench Mark
2. Pengukuran Poligon.
3. Pengukuran Waterpass.
4. Pengukuran Situasi.
5. Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang
3.1 Pemetaan Terestris 1 : 5.000Pemetaan Terestris dimaksudkan
untuk mendapatkan data posisi planimetris maupun ketinggian dari
semua titik-titik di lapangan, baik itu titik-titik yang mewakili
keadaan topografi kemiringan tanah maupun detail alam maupun detail
bangunan existing yang ada.
Pemetaan Terestris meliputi situasi topografi areal secara
keseluruhan, dan situasi khusus bangunan utama yaitu bendung dan
bangunan-bangunan lain yang membutuhkan perencanaan secara
detail.
3.2 Pengukuran PoligonA. Pengukuran Polygon Utama dan
Pengikatan
Poligon Utama adalah suatu jaringan titik-tititk di lapangan
yang ditentukan melalui pengukuran dengan tingkat ketelitian yang
tinggi dan digunakan sebagai kerangka dasar pengukuran situasi
areal secara keseluruhan, untuk itu pelaksanaan pengukurannya harus
dilakukan secara cermat dan teliti, dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Jaringan Poligon Utama harus membentuk jaringan poligon loop
tertutup.
Jarak antara dua titik poligon adalah berkisar antara 100 meter
sampai dengan 300 meter.
Untuk menentukan jarak poligon harus dilakukan pengukuran
jarak.
Kesalahan linier pengukuran jarak adalah 1 : 10.000
Posisi titik-titik poligon sedemikian rupa sehingga sudut dalam
pada masing-masing titik poligon ditentukan minimal 30 derajat dan
maksimal 330 derajat.
Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat Theodolit
order I, yaitu theodolit Wild T-2 atau yang sederajat
ketelitiannya, dan pengukuran sudut dilakukan minimal dengan satu
seri pengukuran
Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak lebih
dari 10n dimana n adalah jumlah titik poligon.
Jaringan titik-titik poligon harus dipasang tidak jauh dari tepi
saluran/sungai, sehingga pelaksanaan pengukuran situasi sekitar
sungai dapat dilakukan dengan baik.Data hasil Pengukuran Polygon
Utama & Pengikatan, dapat dilihat pada LampiranB. Pengukuran
Polygon Sekunder
Poligon Sekunder adalah pengukuran poligon titik-titik profil
sepanjang sungai/saluran, yang dipasang setiap jarak maksimal 50
meter dan mengikuti bentuk alur saluran.
Pengukuran poligon sekunder harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
Titik-titik poligon sekunder yang ditentukan adalah titik profil
sungai yang dipasang dengan jarak maksimum 50 meter dan setiap
belokan alur saluran.
Pengukuran poligon sekunder harus diikatkan dengan titik-titik
poligon utama pada ujung-ujungnya.
Jarak antara dua titik poligon atau patok profil harus diukur
dengan menggunakan midband yang terbuat dari fiberglass, dan
pembacaan pengukuran jarak dilakukan 3 kali pembacaan pada setiap
titik poligon.
Kesalahan linier pengukuran jarak adalah < 1 : 2.000
Posisi poligon dipilih sedemikian rupa sehingga sudut dalam pada
masing-masing titik poligon ditentukan minimal 30 derajat dan
maksimal 330 derajat.
Pengukuran sudut-sudut poligon harus menggunakan alat Theodolith
order II, yaitu theodolit Wild Tm-5 (5) atau yang sederajat
ketelitiannya, dan pengukuran sudut dilakukan minimal dengan satu
seri pengukuran.
Ketentuan kesalahan pengukuran sudut poligon adalah tidak lebih
dari 24n dimana n adalah jumlah titik poligon.
Data hasil Pengukuran Polygon Sekunder, dapat dilihat pada
LampiranC. Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat
Koordinat yang dihitung adalah koordinat kerangka dasar
horizontal/ titik-titik poligon dengan menggunakan rumus-rumus
sebagai berikut:
1. Syarat Geometric Sudut
=
=
=
2. Koreksi Absis
3. Koreksi Ordinat
Dimana:
=Azimuth akhir
=Azimuth awal
=Jumlah sudut ukuran
=Jumlah titik poligon
f=Salah penutup sudut
=Absis akhir
=Absis awal
=Ordinat akhir
=Ordinat awal
=Azimuthd =Jumlah jarak poligon
=Salah penutup absis
=Salah penutup ordinat
4. Koordinat Definitif
a) Hitungan Absis Definitif (x)
=
Dimana:
=Absis titik ke i
=Absis titik ke titik sebelum i
=Selisih absis
=Koreksi absis
b) Hitungan Ordinat Definitif (y)
=
Dimana:
=Ordinat titik ke i
=Ordinat titik ke titik sebelum i
=Selisih ordinat
=Koreksi ordinat 3.3 Pengukuran Sipat DatarA. Pengukuran Sifat
Datar Polygon Utama
Pengukuran Sifat Datar dimaksudkan untuk menentukan ketinggian
titik-titik poligon dan ketinggian patok poligon, BM, dan patok
poligon sekunder sehingga dapat dibagi menjadi dua , yaitu :
1. Sifat Datar Polygon Utama
2. Sifat Datar Polygon Sekunder
3. Sifat Datar Polygon Utama
Pengukuran Sifat Datar polygon utama harus dilaksanakan dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
Pengukuran levelling poligon harus dilakukan dengan menggunakan
alat waterpass automatis seperti Wild NAK.2 atau Ni.2 atau yang
sederajat ketelitiannya.
Pengukuran levelling harus dilakukan dengan sistim pengukuran
double-stand atau sistim pulang-pergi
Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang
teropong (benang atas, benang tengah, dan benang bawah), dengan
rambu yang dipasang tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.
Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara
0,5 meter sampai 2,5 meter untuk rambu panjang 3 meter.
Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama
dengan jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke
depan sama dengan jumlah jarak ke belakang pada seyiap seksi
pengukuran.
Selama pelaksanaan pengukuran tempat berdiri rambu ukur harus
digunakan se batu rambu yang terbuat dari plat besi.
Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak antara alat
dan rambu maksimal 50 m.
Pengukuran levelling poligon utama, disamping harus melewati
semua titik poligon, tapi juga harus melewati semua BM yang
dipasang, maupun BM lainnya yang ada.
Ketelitian pengukuran levelling ditentukan < 6D mm dimana D
adalah jumlah jarak sisi-sisi poligon dalam Km.
Data hasil Pengukuran Sifat Datar Polygon Utama, dapat dilihat
pada LampiranB. Pengukuran Sifat Datar Poligon Sekunder
Pengukuran levelling poligon sekunder adalah pengukuran
levelling pada jalur titik-titik poligon sekunder, harus
dilaksanakan dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut :
Pengukuran levelling poligon dilakukan dengan menggunakan alat
Waterpass semi automatis atau waterpass biasa seperti Shokisaha B.2
Wild NAK.1 atau yang sederajat ketelitiannya.
Pengukuran levelling harus dilakukan dengan sistim pengukuran
double-stand atau sistim pulang-pergi.
Pembacaan rambu ukur harus selalu dilakukan bacaan tiga benang
teropong (benang atas, benang tengah, benang bawah), dengan rambu
yang dipasang tegak lurus dilengkapi dengan nivo rambu.
Bacaan skala rambu harus dilakukan pada interval skala antara
0,5 meter sampai dengan 2,5 meter untuk rambu panjang 3 meter.
Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak ke depan sama
dengan jarak ke belakang pada setiap slag, atau jumlah jarak ke
depan sama dengan jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi
pengukuran.
Pengukuran levelling harus dilakukan dengan jarak antara alat
dan rambu maksimal 50 m.
Pengukuran levelling poligon sekunder harus melewati semua titik
poligon sekunder dan harus diikatkan kepada titik-titik poligon
utama yang ada.
Ketelitian pengukuran levelling ditentukan < 10D dimana D
adalah jumlah jarak sisi-sisi poligon dalam Km.
Data hasil Pengukuran Sifat Datar Polygon Sekunder, dapat
dilihat pada LampiranC. Hitungan Sifat Datar
Langkah-langkah perhitungan sifat datar/ketinggian elevasi
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung beda tinggi per seksi
Beda tinggi stand satu=
Beda tinggi stand dua=
Beda tinggi ukuran pergi = =
(Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh
melebihi batas toleransi yang diijinkan (10D), D dalam km.
2. Jarak tiap slag diperoleh dari jumlah jarak ke belakang
ditambah jarak ke muka
3. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H)
H = = 0
4. Menghitung tinggi =
Data hasil Pengukuran Sifat Datar, dapat dilihat pada
Lampiran3.4 Penampang Melintang dan MemanjangPengukuran Penampang
Melintang adalah ketinggian titik-titik disepanjang garis yang
tegak lurus memotong melintang Penampang Memanjang dengan maksud
untuk mendapatkan data ketinggian titik-titik pada garis melintang,
sehingga dapat digambarkan tampang melintang areal pengukuran.
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut :
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dapat dilakukan
metoda tachimetri menggunakan alat theodolit T-0 atau yang lebih
tinggi derajat ketelitiannya.
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan dengan
coverage 30 m sebelah kiri sampai dengan 30 m sebelah kanan as
rencana atau lebih disesuaikan dengan bentuk areal lahan.
Pembacaan rambu ukur selalu dilakukan bacaan tiga benang dengan
rambu yang dipasang tegak.
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan
sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan tampang profil
sesungguhnya di lapangan dengan basis pada titik patok profil.
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan pada
setiap titik profil dengan interval maksimal 50 meter.
Pengukuran Penampang Melintang dan Memanjang dilakukan juga
terhadap posisi ketinggian muka air, ketinggian dasar
sungai/saluran (center, sungai), tanggul kiri dan areal sekitar
sungai mengikuti keadaan topografi tanah.
Data situasi dan cross-section hasil pengukuran lapangan
dihitung dengan metoda Tachymetri. Alat berdiri pada titik A yang
telah diketahui (x, y, z) maka titik B dapat dihitung.
Berdasarkan gambar, dapat diketahui tingginya dari titik yang
telah diketahui elevasinya.
Gambar 31Metoda Tachymetri
=
=
Untuk menghitung jarak datar ( ).
=
=
Dimana:
=Tinggi titik A yang telah diketahui (x, y, z)
=Tinggi titik B yang akan ditentukan
=Beda tinggi antara titik A dan titik B
=Bacaan diafragma benang atas
=Bacaan diafragma benang bawah
=Bacaan diafragma benang tengah
=Tinggi alat
=Jarak optis
=Sudut miring
=Azimuth
Data hasil Pengukuran Sifat Datar, dapat dilihat pada
Lampiran.3.5 PenggambaranPeta Situasi dalam bentuk skala 1:5,000
akan memuat:
a. Bangunan-bangunan utama yaitu: bendung, sandtrap, waterway,
headpond, penstock, serta powerhouse dan tailrace.
Bangunan-bangunan pelengkap seperti: siphon, talang, jalan akses
dan jembatan pada lokasi rencana pembangkit akan dicantumkan dengan
symbol sesuai dengan standar Perencanaan Irigasi (KP).
b. Saluran Pembuang. Jika ada nama sungai-sungai alam yang tidak
dipelihara oleh Dinas terkait akan dicantumkan dengan garis tebal
putus-putus dengan titik yang ditandai sepanjang saluran
pembuang.
c. Tata guna lahan, termasuk batas-batas areal yang akan di
bebaskan dan akan digunakan sebagai lokasi areal pembangkit.
d. Jalan (propinsi, kabupaten, desa) jalan inspeksi dan jalan
kereta api.
e. Titik triangulasi dan lokasi BM / CP sera angka garis
grid.
f. Waduk, sungai dan sumber air lain disertai nama, makam,
monumen bangunan lain di tengah areal persawahan dicantumkan dalam
bentuk symbol.
g. Skala garis numeris dan petunjuk arah Utara.
h. Keterangan notasi gambar sesuai dengan standar Perencanaan
irigasi (KP-07).
Pada setiap lembar peta situasi/peta dasar skala 1: 5000
dilengkapi dengan gambar referensi tiap lembar untuk memudahkan
membaca peta tersebut.4 HASIL SURVEY TOPOGRAFIHasil survey
topografi pada rencana pengembangan PLTM Enang-enang ini berupa
:
1. Peta layout topografi
2. Gambar profil memanjang dan melintang
3. Deskripsi Bench Mark
4. Data ukuran
5. Data hasil hitungan
Data ringkasan Deskripsi Bench Mark (BM) yang dibangun disekitar
rencana pengembangan PLTM Enang-enang dapat dilihat pada Tabel
4-1.
Tabel 41 Diskripsi BM PLTM Enang-enangNomor
BMKoordinatKetinggian
Z (m)
XY
BM 01247976.539540399.614614.676
BM 02248010.000540435.000615.000
BM 03247197.863540768.410565.021
BM 04247197.809540792.146557.801
BM 05245548.122541620.532419.810
BM 06245593.251541655.269434.605
BM 07245484.724542097.886591.199
BM 08245501.738542123.039594.539
Gambar 41Kerangka Horizontal Hasil Pengukuran Poligon
iv
_1176313696.unknown
_1176313720.unknown
_1176313728.unknown
_1177586323.unknown
_1177586352.unknown
_1177796109.unknown
_1373460278.unknown
_1177796229.unknown
_1177796102.unknown
_1177586386.unknown
_1177586336.unknown
_1176313730.unknown
_1176313732.unknown
_1176313736.unknown
_1177586310.unknown
_1176313734.unknown
_1176313731.unknown
_1176313729.unknown
_1176313724.unknown
_1176313726.unknown
_1176313727.unknown
_1176313725.unknown
_1176313722.unknown
_1176313723.unknown
_1176313721.unknown
_1176313704.unknown
_1176313708.unknown
_1176313718.unknown
_1176313719.unknown
_1176313709.unknown
_1176313706.unknown
_1176313707.unknown
_1176313705.unknown
_1176313700.unknown
_1176313702.unknown
_1176313703.unknown
_1176313701.unknown
_1176313698.unknown
_1176313699.unknown
_1176313697.unknown
_1176313688.unknown
_1176313692.unknown
_1176313694.unknown
_1176313695.unknown
_1176313693.unknown
_1176313690.unknown
_1176313691.unknown
_1176313689.unknown
_1176313684.unknown
_1176313686.unknown
_1176313687.unknown
_1176313685.unknown
_1176313682.unknown
_1176313683.unknown
_1176313681.unknown