A. JUDUL TITRASI ASAM BASA B. TUJUAN 1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat 2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH C. TANGGAL PERCOBAAN 19 April 2012 pukul 07.00 WIB D. SELESAI PERCOBAAN 19 April 2012 pukul 10.00 WIB E. KAJIAN TEORI Penetralan adalah reaksi asam dan basa dan titrasi adalah teknik yang biasa digunakan untuk penetralan. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titrat maupun titrant biasanya berupa larutan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. JUDUL
TITRASI ASAM BASA
B. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
C. TANGGAL PERCOBAAN
19 April 2012 pukul 07.00 WIB
D. SELESAI PERCOBAAN
19 April 2012 pukul 10.00 WIB
E. KAJIAN TEORI
Penetralan adalah reaksi asam dan basa dan titrasi adalah teknik yang biasa
digunakan untuk penetralan. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar
suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titrat maupun
titrant biasanya berupa larutan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika
larutan bakunya basa disebut alkalimetri. Titik awal titrasi yaitu pada saat awal titrasi
atau sebelum memasuki titik ekivalen. Titik ekivalen yaitu suatu titik dimana asam
dan basa berada bersama-sama dalam proporsi stoikiometri, tanpa sisa. Kita dapat
menggunakan perubahan warna dari indikator asam-basa untuk menetapkan titik
ekivalen. Titik pada titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titk akhir dari
indikator, yang didapatkan dengan cara menyesuaikan titik akhir indikator dengan
titik ekivalen dari penetralan.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit
demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant
dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat
titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat - Basa kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
1. Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
2. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
3. Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat
Contoh :
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
4. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Garam dari asam lemah : NH4BO2
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl
Reaksi ionnya :
H+ + BO2- → HBO2
5. Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah
Contoh :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH– (pada basa)
F. RANCANGAN PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Statif dan klem
2. Buret
3. Labu Erlenmeyer 250 mL
4. Corong
5. Pipet gondok
6. Pipet volume
7. Gelas kimia 100 mL
8. NaOH
9. C2H2O4 0,05M
10. HCl
11. Phenolptalein
12. Aquades
13. Ekstrak mawar
Rancangan Percobaan
ALUR KERJA
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
- Dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai. - diisi 5 mL larutan baku
asam oksalat dengan
pipet gondok .
- ditambah dua tetes
indikator PP.
- Diisi dengan larutan NaOH sampai melalui skala
nol menggunakan corong.
- Diturunkan larutan tepat skala nol.
- Dibersihkan sisa larutan yang menempel di dinding
buret dengan kertas saring.
- Dicatat keadaan kolom dalam buret .
o Diteteskan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan warna dari
tak berwarna sampai menjadi merah muda.
o Dicatat volume NaOH yang diperlukan.
o Diulangi percobaan ini minimal tiga kali.
o Dihitung konsentrasi larutan NaOH.
Buret Labu erlenmeyer
Hasil
Hasil
2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH
- Diisi 5 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet gondok.
- Ditambahkan dua tetes larutan indikator.
- Diteteskan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan warna.
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan.
- Diulangi percobaan ini minimal tiga kali.
- Dihitung konsentrasi larutan HCl.
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan indikator
ekstrak.
- diisi 5 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet gondok.
- ditambahkan dua tetes ekstrak tumbuhan yang telah dibuat (sama
percobaan indikator).
- diteteskan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan warna.
- dicatat volume NaOH yang diperlukan.
- diulangi percobaan ini minimal tiga kali.
- dhitung konsentrasi larutan HCl.
Labu erlenmeyer
Hasil
Labu Erlenmeyer
Hasil
LANGKAH KERJA
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Dibilas buret yang sudah bersih dengan larutan NaOH yang akan dipakai.
Dimasukkan larutan NaOH yang akan ditetapkan ke dalam buret sampai melebihi
skala nol, kemudian diturunkan larutan ini sampai tepat skala nol. Digunakan
corong untuk memasukkan larutan ke dalam buret dan dibersihkan sisa larutan
yang menempel di dinding buret dengan kertas saring.
Dipipet 5 mL larutan baku asam oksalat.
Ditambahkan dua tetes indikator PP.
Dicatat keadaan kolom dalam buret , lalu diteteskan NaOH dari buret ke dalam
larutan asam dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda (pink).
Dicatat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih antara keadaan akhir dan
keadaan awal yang tertera pada buret.
Diulangi percobaan ini minimal tiga kali dan dihitung konsentrasi larutan NaOH.
2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH.
Dipipet 5 mL larutan hCl da dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya di atas dimasukkan ke dalam
buret.
Pengerjaan selanjutnya sama dengan titrasi NaOH terhadap asam oksalat, hanya
asam oksalat diganti dengan HCl.
Dilakukan percobaan minimal tiga kali dan ditentukan konsentrasi HCl.
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan indikator
ekstrak tumbuhan.
Dibuat ekstrak tumbuhan . dipilih ekstrak tumbuhan yang mempunyai trayek pH
seperti indicator phenolptalein.
Dilakukan titrasi seperti langkah di atas dengan mengganti indicator
phenolptalein dengan ekstrak tumbuhan.
G. HASIL PENGAMATAN
No Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/
reaksi
Kesimpulan
1.
1
Penentuan konsentrasi
larutan NaOH dengan
larutan C2H2O4
Dibilas buret yang
sudah bersih dengan
larutan NaOH yang
akan dipakai.
Dimasukkan larutan
NaOH yang akan
ditetapkan ke dalam
buret sampai
melebihi skala nol,
kemudian
diturunkan larutan
ini sampai tepat
skala nol. Digunakan
corong untuk
memasukkan larutan
ke dalam buret dan
dibersihkan sisa
larutan yang
menempel di dinding
buret dengan kertas
saring.
Dipipet 5 mL larutan
baku asam oksalat.
Ditambahkan dua
tetes indikator PP.
Dicatat keadaan
kolom dalam buret ,
lalu diteteskan
V. NaOH (mL)
Awal: 50
Akhir : 45,5
yang terpakai : 4,5
V.NaOH (mL)
Awal : 45,5
Akhir : 41
Yang terpakai : 4,5 mL
V.NaOH (mL)
Awal : 41
Akhir : 36, 2
Yang terpakai : 4,8
M1 NaOH : 0,111 M
M2 NaOH : 0,111 M
M3 NaOH : 0,104 M
M NaOH : 0,109 M
Reaksi :
C2H2O4(aq) +
2NaOH(aq)
=>
(COONa) 2
(aq) +
2H2O(l)
NaOH (aq):
tidak
berwarna.
C2H2O4(aq) :
tidak
berwarna.
Setelah
mencapai
titik ekivalen,
larutan
menjadi
berwarna
merah muda.
Hasil
pengamatan
sesuai dengan
dugaan, pada
titik akhir warna
larutan menjadi
merah muda
(pink).
Dan diperoleh
konsentrasi
NaOH : 0,109 M
NaOH dari buret ke
dalam larutan asam
dengan hati-hati
sampai terjadi
perubahan warna
dari tidak berwarna
menjadi merah muda
(pink).
Dicatat volume
NaOH yang
diperlukan yaitu
selisih antara
keadaan akhir dan
keadaan awal yang
tertera pada buret.
Diulangi percobaan
ini minimal tiga kali
dan dihitung
konsentrasi larutan
NaOH.
2 Penentuan konsentrasi HCl
dengan larutan NaOH.
Dipipet 5 mL larutan
HCl da dimasukkan
ke dalam
Erlenmeyer.
Larutan NaOH yang
telah diketahui
konsentrasinya di
atas dimasukkan ke
dalam buret.
Pengerjaan
a.
V. NaOH awal : 36 mL
V. NaOH akhir: 31 mL
V. NaOH yang terpakai :
5 mL.
b.
V. NaOH awal : 30,7 mL
V. NaOH akhir : 25,5 mL
V. NaOH yang terpakai :
5, 2 mL
c.
V. NaOH awal : 25,3
Reaksi :
HCl(aq) +
NaOH(aq)=>
NaCl(aq) +
H2O(l)
Warna HCl :
tak berwarna
setelah
mencapai
titik ekivalen,
larutan
berubah
Hasil
pengamatan
sesuai dugaan,
pada titik akhir
warna larutan
menjadi merah
muda dan
diperoleh
konsentrasi HCl
0,113 M.
selanjutnya sama
dengan titrasi NaOH
terhadap asam
oksalat, hanya asam
oksalat diganti
dengan HCl.
Dilakukan percobaan
minimal tiga kali dan
ditentukan
konsentrasi HCl.
mL
V. NaOH akhir : 20 mL
V. NaOH yang terpakai :
5, 3 mL.
M1 HCl : 0,109 M
M2 HCl : 0,113 M
M3 HCl : 0,116 M
M HCl : 0,113 M
warna
menjadi
merah muda.
3 Penentuan konsentrasi HCl
dengan larutan NaOH dengan
menggunakan indikator
ekstrak tumbuhan.
Dibuat ekstrak
tumbuhan . dipilih
ekstrak tumbuhan
yang mempunyai
trayek pH seperti
indicator
phenolptalein.
Dilakukan titrasi
seperti langkah di
atas dengan
mengganti indikator
phenolptalein
dengan ekstrak
tumbuhan.
1. VV. NaOH awal :
38,6 mL
V. NaOH akhir : 33, 3
mL
V. NaOH yang
terpakai : 5, 3 mL
2.
V. NaOH awal : 33, 3 mL.
V. NaOH akhir : 28,1 mL
V. NaOH yang terpakai : 5, 2 mL
3.
V. NaOH awal : 28,1 mL
V. NaOH akhir : 22,8 mL
V. NaOH yang terpakai : 5, 3 mL
M1 HCl : 0,116 M
M2 HCl : 0,113 M
Reaksi :
HCl(aq) +
NaOH(aq)=>
NaCl(aq) +
H2O(l)
Warna
ekstrak bunga
mawar :
cokelat.
Setelah
mencapai
titik ekivalen,
larutan
berubah
menjadi
hijau.
Hasil
pengamatan
sesuai dengan
dugaan, pada
titik akhir warna
larutan menjadi
hijau dan
diperoleh
konsentrasi
HCl : 0,115 M
M3 HCl : 0,116 M
M HCl : 0,115 M
H. ANALISIS DATA
Pada percobaan pertama yaitu Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Larutan
C2H2O4, pada larutan NaOH warnanya tidak berwarna dan larutan C2H2O4 juga tidak
berwarna. Dan setelah mencapai titik ekivalen, larutan menjadi warna merah muda. Dan