HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman dan telah diketahui serta disahkan oleh asisten dan dosen Teknologi Budidaya Tanaman pada tanggal: Juni 2010. Disusun Oleh: Kelompok 11 (AGT B) Ari Pianto Ario Prasetya M Aulia Prida A H07080 78 H07080 80 H07080 82 Mengetahui,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman ini disusun guna
melengkapi tugas mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman dan telah
diketahui serta disahkan oleh asisten dan dosen Teknologi Budidaya
Tanaman pada tanggal: Juni 2010.
Disusun Oleh:
Kelompok 11 (AGT B)
Ari Pianto
Ario Prasetya M
Aulia Prida A
H070807
8
H070808
0
H070808
2
Mengetahui,
Dosen Koordinator Praktikum Asisten
Ir. Wartoyo S.P., MSNIP. 19520915.197903.1.003
MarthaH01
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Semusim dan
Tahhunan ini dengan baik.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teknologi Budidaya Tanaman di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan
laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
2. Dosen pengampu mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman UNS
3. Tim co-assisten dosen Teknologi Budidaya Tanaman Semisim dan Tahunan
atas segala bimbingannya baik selama praktikum maupun dalam penyusunan
laporan ini
4. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini
serta semua pihak yang telah membantu laporan ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini oleh
karena keterbatasan penulis dalam penguasaan materi khususnya. Segala
kebenaran datangnya dari Allah SWT semesta, semua kesalahan berasal dari
manusia Semoga laporan ini bermanfaat dan utamanya bagi penulis pribadi dalam
penulisan laporan-laporan yang akan datang.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................HALAMAN PENGESAHAN........................................................................KATA PENGANTAR...................................................................................DAFTAR ISI..................................................................................................DAFTAR TABEL...........................................................................................DAFTAR GAMBAR......................................................................................Laporan TBT Semusim1. PENGAMATAN BUDUDAYA TANAMAN SEMUSIM KE LAHAN
PETANIA. PENDAHULUANB. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komoditas Padi2. Komoditas Jagung3. Komoditas Kacang Tanah
C. METODE PRAKTIKUM1. Komoditas Padi
a. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
Kuntyastuti, Sunar Soedyono dan Chamdi. 1989. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Jurnal Penelitian Palawija. 3 (1) : 20-25
Soemartono, Bahrin S dan Harjono. 1994. Bercocok Tunam: Padi. Jakarta.
Yasaguna.
Subandi, I. Manwan, and A. Blumenschein. 1988. National Coordinated Research Program: Corn. Central Research Institute for Food Crops. Bogor. p.83.
Sudarmo. 1991. Pengendalian Hama Penyakit dan Gulma Padi. Yogyakarta
Kanisius.
Suprapto, HS. 1986. Bertanam Jagung. Jakarta. Penebar Swadaya
Laporan TBT Tahunan
I. PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
A. PENDAHULUAN
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak
awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao
Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%)
dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta
6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan
sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama
adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar
negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama
kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi
perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan
dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup
besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di
Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi
Tenggara. Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang
untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini
kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia
beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao
dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang
yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao
mempunyai arti yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia
masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
Buah kakao yang masak mempunyai kulit tebal dan berisi 30-40
biji yang diselimuti oleh pulp berwarna putih. Pulp merupakan
jaringan halus berlendir dan melekat ketat pada biji kakao. Sedangkan
biji terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit biji dan keping biji. Kulit buah
coklat adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji coklat
dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras (Efendi, et al, 2001).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman
perkebunan yang umumnya tumbuh di daerah tropis. Bagian dari buah
kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang selanjutnya diolah menjadi
bubuk coklat yang biasa digunakan sebagai minuman penyegar dan
makanan ringan. Di Indonesia, pada tahun 1999 produksi kakao
sebesar 417,5 ribu ton dan pada tahun 2004 sebesar 580 ribu ton
(Warta Ekonomi, 2005).
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua
bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas
disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupan),
sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut
dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan). Tanaman kakao asal biji,
setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan
membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola
percabangan ortotrop ke plagitrop dan khas hanya pada tanaman kakao
(Susanto, 2005).
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya,
tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna
berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak
terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.
Bunga kakao tumbuh dari batang.Penyerbukan bunga dilakukan oleh
serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap,
afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam
hari. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari
(Anonim, 2003).
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih
sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe
dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah
di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti,
menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-
zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme
(Kamil, 1986).
3. Komoditas Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas
bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu
upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya (
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) termasuk ke dalam
famili Palmae dan sub-kelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari
genus Elaeis adalah (E. melanococca) yang dikenal sebagai kelapa
sawit Amerika Latin. Tanaman Kelapa Sawit merupakan salah satu
sumber minyak nabati dan saat ini menjadi komuditas utama dan
unggulan Indonesia (
Pohon Kelapa Sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar
20-75 cm. Tingginya bertambah sekitar 45-100 cm per tahun. Buah
terkumpul di dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600
buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20-22 tandan per tahun.
Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12-14 tandan per tahun.
Berat setiap tandan sekitar 25-35 kg (
Secara anatomi buah kelapa sawit tersusun dari pericarp atau
daging buah dan biji. Pericarp terdiri dari kulit luar buah yang keras
dan licin dan mesokarp, yaitu bagian daging buah yang berserabut.
Mesokarp merupakan bagian yang mengandung minyak dengan
rendemen paling tinggi. Sedangkan biji Kelapa Sawit tersusun dari
endokarp (tempurung) yang merupakan lapisan keras dan berwarna
hitam, dan endosperm (kernel) yang berwarna putih. Kernel akan
menghasilkan minyak inti atau palm kernel oil (
Secara umum, hasil dari industri kelapa sawit terdiri daripada tiga
jenis, iaitu minyak cair, padat dan gas. Minyak kelapa sawit berasal
dari unit proses pengukusan (pensterilan), proses pembersihan, dan
buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, minyak industri kelapa
sawit mengandungi bahan organik yang tinggi sehingga berpotensi
mencemari air tanah, dan sungai serta laut. Minyak likat kelapa sawit
dibahagikan kepada dua jenis, yaitu:
a. Likat yang berasal daripada proses pengolahan: Limbah padat ini
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit, cangkang atau tempurung,
serabut atau serat, enap cemar atau lumpur, dan bungkil. TKKS
dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat
bersarangnya serangga dan lalat dan berpotensi menghasilkan
bahan larut lesap.
b. Likat yang berasal daripada pengolahan minyak cair: Limbah padat
ini berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air
limbah (
C. METODE PRAKTIKUM
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum budidaya tanaman tahunan komoditas Kakao ini
dilaksanakan di Lahan PTPN IX kebun Balong, Beji dan Kaliselo
kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 29 Mei 2010. Kebun
PTPB IX ini merupakan gabungan kepemilikan antara Dirjen
Kehutanan dan Kementrian Keuangan, yang berbentuk BUMN.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Buku tulis
b) Log book
c) Pulpen
d) kamera
2) Bahan
a) Pohon Kakao
c. Cara Kerja
1) Bahan Tanam
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang bahan
tanam yang digunakan serta mendokumentasikannya
2) Pemeliharaan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang
pemeliharaan tanaman kakao serta mengamati secara langsung
cara pemeliharaan yang benar
3) Pemanenan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pemanenan buah kakao
4) Pengolahan Pasca Panen
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pengolahan buah kakao
3. Komoditas Karet
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum budidaya tanaman tahunan komoditas karet ini
dilaksanakan di Lahan PTPN IX kebun Balong, Beji dan Kaliselo
kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 29 Mei 2010. Kebun
PTPB IX ini merupakan gabungan kepemilikan antara Dirjen
Kehutanan dan Kementrian Keuangan, yang berbentuk BUMN.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Buku tulis
b) Log book
c) Pulpen
d) kamera
2) bahan
a) Pohon Karet
c. Cara Kerja
1) Bahan Tanam
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang bahan
tanam yang digunakan serta mendokumentasikannya
2) Pengolahan Tanah
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pengolahan tanah serta mengamati secara langsung cara
pengolahan tanah tanaman karet
3) Penanaman
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
penaman serta mengamati secara langsung cara penanaman
karet yang benar
4) Pemeliharaan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang
pemeliharaan tanaman karet serta mengamati secara langsung
cara pemeliharaan yang benar
5) Pemanenan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pemanenan dan penyadapan getah karet serta mengamati secara
langsung cara penyadapan yang benar
6) Pengolahan Pasca Panen
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pengolahan getah karet langsung di pabrik karet serta
mengamati secara langsung urutan proses pengolahan pasca
panen sampai akhir
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
Saat ini kebun kakao sudah tidak menghasilkan lagi. Tanaman
yang ada sekarang hanya digunakan untuk menghasilkan persediaan
benih saja. Namun karena pemerintah menginginkan 106 ha untuk
kebun benih maka kebun kakao ini mulai dipelihara lagi.
a. Pembibitan
Pengecambahan dilakukan pada media polibag dengan
menggunakan penaung, berupa pohon kelapa. Pengecambahan dengan
biji yang telah dibersihkan pulpnya dengan abu.
Masa dorman biji kakao sangat pendek, sehingga jangan
sampai biji dibiarkan dalam keadaan terbuka lama karena akan
berkecambah. Begitu biji dibuka, media tanam harus segera siap.
Media tanam harus dibuat naungan karena tanaman kakao perlu
penaung (tanaman kelapa).
Pada saat biji stadia serdadu (kulit biji akan mengelupas) media
polibag harus sudah siap begitu pula naungannya. Kemudian dipindah
dan dipelihara, persiapan-persiapan tahun sebelum penanaman
dilakukan. Karena kakao membutuhkan naungan sementara maupun
tetap. Naungan sementara (pohon pisang) dan naungan tetap (pohon
kelapa). Selain itu perlu dilakukan pengendalian gulma dan pembuatan
teras.
Naungan sementara mulai dikurangi dari TBM 1 sampai TBM
3 dan saat TM penaung sudah harus habis. Pengurangan penaung
digunakan untuk mengatur sirkulasi udara (lancar), kelembaban
berkurang (tidak terserang hama dan penyakit).
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan menyesuaikan iklim,
pengurangan cabang, pemangkasan, pemupukan (organik dan
anorganik), pembuatan gondang-gandung. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan dengan : semut hitam sebagai predator helopelthis,
semprot pestisida, sanitasi (membenam kulit buah busuk).
Bantalan buah harus diperhatikan agar jangan sampai rusak,
karena bantalan buah merupakan modal tanaman kakao. Disini
bantalan buah telah rusak karena pelaksanaan wiwilan yang kurang
baik dan serangan hama penyakit. Karena akan dipelihara lagi maka
dilakukan pemangkasan berat (pangkas produksi), kemudian
pengolahan tanah dan pangkas halus untuk membentuk cabang
(ortotrof/tegak berdiri dan plagiotrof/tumbuh lateral), cabang balik
(tumbuh membalik) dan cabang cacing (tumbuh kecil)
c. Panen
Dari perkebunan benih diambil dan dikumpulkan jika
matangnya sudah cukup. Diambil 60% dari buah, 20% ujung dan 20%
bawah dipotong (dibuang) karena merupakan sumber penyakit utama,
kemudian dipecah buahnya.
d. Pasca Panen
Produk panen ditimbang, kemudian dimasukkan ke bak
fermentasi (5 hari), meliputi bak I (2 hari), bak II (2 hari), dan bak III
(1 hari). Kemudian dicuci dan masuk ke pengeringan. Pengeringan
dilakukan dengan sinar matahari, bisa juga dengan kayu bakar.
Fermentasi merupakan proses pembentukan aroma dan membuang
pulp. Hasilnya, dahulu 15 ton/hari (kering), sekarang 5kg/hari (kering)
3. Komoditas Karet
a) Bahan Tanam
Ada dua macam bahan yang akan digunakan, yaitu :
1. Tanam ulang
Hal inilah yang dilakukan pada perkebunan PTPN IX.
Lahan yang digunakan untuk menanam karet tahun ini
merupakan bekas lahan yang dulunya juga ditanami karet.
Setelah 25 tahun tanaman karet harus dibongkar untuk
mengendalikan inang JAP (Jamur Akar Putih).
2. Tanaman konversi
Biasanya dilakukan pada lahan yang dulunya ditanami
tanaman yang berbeda komoditasnya.Ada beberapa kegiatan
yang harus dilakukan sebelum TTI (Tanam Tahun Ini), yaitu
dengan mendesain kebun
b) Pengolahan Tanah
Persiapan lahan dilakukan pada lahan/areal yang sudah siap
tanam untuk tahun ini atau yang bisaa disebut areal TTI (Tanam
Tahun Ini). Langkah yang dilakukan dalam mendesain kebun
antara lain :
1) Membuat blok areal lahan
Pembuatan blok areal minimal 20 pohon/blok. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan pengaturan tenaga kerja dan
untuk mengatasi bibit poliklonal.
Untuk tanam tanaman ulang tidak perlu melakukan blok areal,
hanya melakukan pemeliharaan (perawatan) hingga tanaman
masuk ke TM (Tanaman Menghasilkan).
2) Membersihkan lahan
Pembersihan lahan ditujukan untuk menghilangkan sisa gulma
yang masih tertinggal di lahan. Pembersihan dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu :
- Kimia : dengan menggunakan herbisida
- Manual : dilakukan secara mekanis
- , baik dengan menggunakan alat berat (seperti Buldoser
atau exkavator) maupun alat sederhana (cangkul, sabit).
Buldoser, digunakan untuk mengambil sisa akar dan juga untuk
membuat teras.
3) Pembuatan saluran air
Saluran air digunakan untuk persiapan lahan sampai tahap
(fase) TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan (TM
(Tanaman Menghasilkan).
4) Menentukan pola tanam
Pola penanaman karet adalah secara larikan. Pola ini dilakukan
pada kemiringan 0o-5o. Lahan yang kemiringannya lebih dari
33o sulit untuk ditanami, sehingga hanya boleh ditanami pohom
jenis kayu-kayuan (Mahoni, sengon).
Gambar Proses Pengolahan Lahan
Setelah penentuan pola tanam, maka dilakukan pengajiran.
Pengajiran dilakukan untuk mendapatkan kerapatan pohon yang
baik, yaitu 667 pohon/ha. Kerapatan demikian itu dihasilkan jika
jarak pengajiran (jarak tanam) 3 m x 5 m. 3 m merupakan jarak
pohon dalam barisan, dan 5 m merupakan jarak antar barisan.
Terdapat tiga macam ajir yang digunakan, yaitu ajir kepala
(3m), ajir induk (2m), dan ajir isi (1m). Ada 1 macam ajir lagi
yaitu ajir ikat (panjangnya 30 cm). Penajiran dilakukan pada bukit
paling tinggi dan punggung bukit paling panjang.
Pemasangan ajir : setiap 5 sekali dipasang ajir kepala
(sebagai dasar untuk menarik jarak kanan dan kiri, pemasangan ajir
induk dilakukan setinggi rata air. Hal ini bertujuan untuk
membentuk teras, dengan panjang antar teras 5m. 3 meter dari ajir
tersebut dibuat ajir isi dan dibuat lubang dengan ukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm. (Lubang tanam), tujuannya agar sistem perakaran
lebih kuat. Sebelum ditanami lubang tanam tersebut dibiarkan
selama 3 bulan agar kemasamannya ilang. Pola tanam larikan
disebut pola tanam lima karena dapat melihat ke lima arah penjuru.
Pada persiapan lahan ini belum dilakukan pemupukan.
Hanya pemberian fosfat 250 gr/lubang untuk mencegah timbulnya
JAP (Jamur Akar Putih). Selain itu digunakan pula covercrop
bermanfaat untuk menahan erosi dan mengurangi penggunaan
unsur nitrogen yang sifatnya mudah larut oleh air. Covercrope
yang digunakan adalah jenis Leguminoceae. Jika covercrop ini
tidak dikelola dengan baik, akan menjadi gulma sendiri bagi
tanaman karet. Pengendalian gulma dilakukan dengan herbisida
sistemik yang mempunyai efektivitas 2-3bulan.
c) Penanaman
Saat penanaman ini, ada 2 tahap pembibitan yang akan
dilakukan. Pembibitan pertama harus mengetahui TTI (Tanaman
Tahun Ini) agar bisa memprediksi atau menghitung jumlah biji
yang dibutuhkan dan areal lahan yang dibutuhkan. Luas areal
pembibitan di perkebunan ini adalah 8 Ha dengan jumlah pohon
348.000 pohon. Beberapa tahap yang dilakukan dalam pembibitan,
yaitu:
1. Pengadaan biji/benih
Akan didapatkan rasio pembibitan, yaitu :
jumlahbibit yang siapluas areal yangditanami
Sehingga diketahui jumlah biji yang dibutuhkan 172.619 biji.
Gambar Biji Karet
2. Seleksi ketat 70% dari jumlah awal. Dari 172.619 biji dipilih
(diseleksi) 70% nya. Pemilihan yang dilakukan dengan
membuang biji karet yang dianggap jelek kualitasnya (biji yang
sudah hitam). Dari hasil tersebut, dipilih 80% nya, yaitu biji
yang bisa berkecambah. Kemudian diambil 50% nya untuk bisa
dipindah ke lapangan pembibitan dan menjadi tegakan (43.500
pohon). Dari hasil tersebut diambil 85% nya untuk siap
diokulasi. Kemudian dipilih 80% nya yang menjadi okulasi
jadi, dari 172.619 biji tersebut akan didapatkan 23.690 bibit
siap salur. Perbandingan bibit awal dengan bibit siap salur
sama dengan 13,8%. Maka dihasilkan rasio pembibitan adalah:
= 10013,8
= 7,2 Pa (populasi/Aeral). Pa di perkebunan PTPN IX
yang dikehendaki = 667 pohon/ha. Maka Rasio Pembibitan
adalah = 23690
667= 35,5 ha.
3. Waktu penanaman
Pembibtan karet membutuhkan waktu ± 2 tahun.
Pelaksanannya :
a. Mengetahui rasio pemibitan
b. Mempersiapkan lahan yang bersamaan dengan
pengecambahan dan pengadaan biji. Persiapan lahan
dilakukan dengan :
- Cangkul dalam. Biasanya cangkul dalam dilaksanakan
selama sebulan, tidak boleh terlambat. 1 orang pekerja
mampu mencangkul + 20 m2 lahan.
- Membuat bedengan. Bedengan dibuat dengan arah
utama selatan agar mendapatkan pancaran sinar
matahari yang optimal. Dalam 1 ha terdapat 29 bedeng,
1 bedeng berukuran 3,4 m yang mana dalam 1 bedeng
berisi 1500 tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm.
jadi dalam 1 ha terdapat 43.500 tanaman.
- Pemasangan instalasi air. Hal ini berguna pada saat
pemindahan bibit, karena proses ini membutuhkan air.
- Pembuatan tempat pengecambahan biji. Menghadap ke
timur, lebarnya 1,2 m (jika terlalu luas, akan
menyulitkan pemindahan bibit). Kapasitas tempat
pengecambahan biji (camp bed) adalah 1250 biji. Di
dalam camp bed terdapat 2 komponen; naungan dan
pasir. Pasir digunakan sebagai tempat meletakkan biji
karet. Penyusunan biji dilakukan dengan
menenggelamkan biji hingga hanya terlihat dada biji.
Kemudian disiram tiap pagi dan sore. Setelah 14 hari
biji berkecambah (kriteria biji baik : bisa berkecambah
dalam waktu 1 – 14 hari). Ada 3 stadia perkecambahan;
bintang, pancing (melengkung), dan jarum
(lempeng/kurus). Jika membuat pembibitan dalam partai
besar (lebih dari 1 atau 2 ha) dianjurkan untuk
pemindahan bibit dilakukan pada stadia pancing.
Kriteria biji yang baik yaitu:
Biji yang jatuh setelah 2 hari dari pohon
Memiliki warna putih-kuning
Kulit mengkilap
Mempunyai berat biji yang cukup besar
Biji akan melenting jika dijatuhkan
Pembibitan klonal menggunakan varietas IRR 118, 6T I,
BPMI dan BPM-24, sedangkan untuk tegakan bawah
menggunakan klon LCB (tumbuhnya lama tapi kuat)
- Pemupukan dilakukan setelah daun tua (hari ke-10
sampai 2 bulan) pupuk yang digunakan adalah NPK
dengan rasio 20 gr : 8 gr : 8 gr/pohon.
4. Okulasi
Ada 2 macam okulasi yang bisaa dilakukan, yaitu:
a. Okulasi brown/coklat (9 bulan)
Okulasi ini dilakukan pada pohon yang sudah tua,
batangnya coklat dan tingkat keberhasilan rendah.
b. Okulasi green/hijau (6 bulan)
Okulasi ini dilakukan pada pohon yang masih muda,
batangnya hijau dan tingkat keberhasilan tinggi.
Kegiatan pembibitan ini harus dibarengi dengan
ketersediaan kebun entres, kebun entres berisi tanaman karet
yang akan diambil mata tunasnya sebagai batang atas dalam
okulasi. Dalam 1 m entres biasanya hanya dapat diambil 10-
15 mata tunas yang baik. Jika tanaman karet yang
digunakan untuk batang bawah dibiarkan saja (tidak
diokulasi) maka akan terjadi sendling (hasilnya tidak
maksimal)
Klon rekomendasi untuk batang bawah adalah klon
LCB 30 dan GTI, sedangkan klon rekomendasi untuk
batang atas adalah PB 260, BPM 1, BPM 24, BR 1M 712,
RRI C 101. Ketinggian oksidasinya 5 – 10 cm.
Biasanya pada saat ini akan muncul JAP dan penyakit
daun (mildew). JAP dikendalikan dengan pendalaman
cangkul akar (mencapai 60 cm) dan penyemprotan
fungisida. Sedangkan penyakit mildew dikendalikan dengan
fungisida dan belerang.
Untuk merangsang akar biasanya digunakan ZPT yang
berupa Rhizotane dan urin sapi. Sedangkan untuk pupuk
daun biasanya digunakan pupuk bokashi (campuran urinsa
dan upk) dengan dosis 2 cc/l.
Ukuran polybag yang digunakan 25 x 50 cm.
Penanaman bibit polybag didasarkan pada jumlah kanopi,
jenis klon dan ketinggian klon. Jika terdapat akar saat
pelangsiran maka dilakukan pemotongan dan perawatan 2-3
minggu.
Setelah semua kegiatan dilakukan, perlu diadakan
evaluasi dan konsolidasi. Hal ini berguna untuk mengetahui
bibit yang mati dan segera bisa melakukan penyulaman
(maksimal 2 minggu).
Jadi, proses pembibitan pada TTI (Tanam Tahun Ini)
ada 4 macam, yaitu:
a. Pembibitan kecambah
b. Pembibitan lapangan
c. Pembibitan okulasi
d. Pembibitan pindah polybag
Tahap pembibitan yang kedua adalah pembibitan tahun 2,
yaitu pada bulan Maret-April 2009 yang dilakukan penanaman,
kemudian bulan Oktober dilakukan okulasi. Okulasi ke-2
menghasilkan 212.000 pohon. Pemindahan ke polybag dilakukan
pada tanggal 1 Agustus. Pembuatan polybag dilakukan dengan cara
mengambil top soil selama 1 bulan kemudian diisikan pada
polybag.
Yang diokulasi pada tanaman karet ini adalah mata tunas.
Mata tunas yang bias diokulasikan adalah mata tunas prima
(mempunyai mata tunas besar). Mata tunas palsu adalah mata tunas
yang sangat kecil dan tidak dapat digunakan untuk okulasi
Gambar Tunas Prima dan Gambar Okulasi
Tunas Palsu
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan melakukan
okulasi, antara lain:
- Pisau okulasi tidak terkontaminasi penyakit
- Membersihkan batang sebelum diokulasi
- Penempelan tidak harus di mata tunas
Faktor-faktor yang mempengaruhi okulasi antara lain:
- Cuaca (suhu ekstrim karena pengaruh iklim la nina. Pada
daerah jepara ini ilimnya sering berubah-ubah. Waktu awal
musim hujan mundur, waktu berhenti/akhir musim hujan
maju).
- Kondisi tanaman
- Kondisi SDM pengelola kebun
Okulasi dikatakan berhasil jika batang entres tidak mati
jaringannya. Hal ini bisa dilihat/diidentifikasi dengan sedikit
melukai batang dengan kuku. Jika jaringannya masih hijau, maka
dikatakan masih hidup dan sebaliknya. Bisa dilakukan pada 21
HST.
Gambar Batang yang diokulasi dan Okulasi yang Berhasil
d) Pemeliharaan
Pada proses pemeliharaan tanaman karet di perkebunan,
dilakukan dengan 2 macam cara/tahapan, yaitu:
1. Pemeliharaan pada TBM (umur 0-5 th)
Pemeliharaan pada TBM dilakukan dengan membuat lubang
dan covercrop. Namun keberadaan covercrop perlu
diperhatikan juga, jangan sampai pertumbuhan covercrop
mengganggu tanaman utama (karet) dan menurunkan
produktivitasnya.
2. Pemeliharaan pada TM (umur 6 – 33 th)
Pada tanaman karet biasanya terdapat hama rayap dan
pathogen JAP. JAP bisa dikendalikan dengan fosfat dan
belerang pada lubang tanam. Belerang dapat mengondisikan
tanah, sehingga jamur tidak tumbuh.
Pemeliharaan juga dilakukan dengan membuat gondang-
gandung (lubang di pinggir pohon), fungsinya untuk
menurunkan kelembapan tanah, memotong akar lateral dan
merangsang akar rambat. Gondang-gandung berukuran 40 cm
x 30 cm.
Selain itu pemeliharaan juga dilakukan dengan mengukur
lilitan batang setinggi 1 m. Urutan lilit batang pada TBM:
TBM I : pada 8 cm dari pertautan okulasi.
TBM II : pada 15 cm dari pertautan okulasi
TBM III : pada 30 cm dari pertautan okulasi
TBM IV : pada 40 cm dari pertautan okulasi
TBM V : pada 48 cm dari pertautan okulasi
Pembuatan toping juga merupakan cara pemeliharaan
tanaman karet. Toping yaitu membuat/melakukan pemotongan
yang dilakukan pada TM II, mencapai 2,5m-3m, dipotong pada
bagian diatas payung, dengan menggunakan gergaji. Toping
berfungsi untuk membentuk perkecambahan.
Pemupukan dilakukan berdasarkan rekomendasi
balitbang karet, yaitu 150 gr/pohon. Pengendalian gulma
dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik.
Pada wiwilan (tunas air) akan menghambat pertumbuhan
tanaman menghasilkan. Namun di perkebunan ini tidak
terdapat wiwilan pada TBM II.
e) Pemanenan
Pemanenan (penyadapan karet) dilakukan setelah tahun
tanam mencapai 6 tahun. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan pisau sadap bawah, sedangkan pemanenan pada
tahun ke II menggunakan pisau sadap atas. Titik sadap harus
diukur dari pertautan okulasi, dengan ketinggian 130 cm
(menyesuaikan ketinggian penyadap, agar tidak menyulitkan).
a. Umur tanaman mencapai 6 tahun
b. Ketebalan kulit 7 mm – 8 mm
c. Lilit batang mencapai 45 cm ke atas
d. 60% areal harus sudah memenuhi.
Sistem sadap yang diberlakukan di perkebunan adalah S2 D3
(penyadapan dilakukan pada ½ diameter batang dan dilaksanakan 3
hari sehari). Penyadapan dilakukan secara bergilir. Gilir diatur
menjadi gilir A, B dan C, untuk waktu 1 tahun (340 hari). Jadi gilir
A disadap 113 hari, gilir B 113 hari, serta gilir C 113 hari.
Penyadapan harus hati-hati, menggunakan pisau yang tajam dan
tenaga ahli agar kulit tidak rusak. Jika kulit rusak maka akan
timbul benjolan-benjolan (kulit tidak rata) yang mempengaruhi
penyadapan selanjutnya.
Sadap dibuka dengan kemiringan 40o agar saat perpindahan
sadap bawah ke atas tidak terjadi susulan, selain itu cincin
pembuluh latex dapat terpotong dengan lurus, sehingga latex
mengalir cepat. Cincin pembuluh latex terletak di dalam kulit
kerak dan di luar kulit ari. Penyadapan dilakukan 1 mm dari kayu
sehingga cincin latex terpotong 60% dan produksinya menjadi
banyak. Jika 0,5 mm dari kayu, maka cincin latex terpotong 80%
dan beresiko muncul luka kayu.
Penyadapan dilakukan sekitar jam 4 dini hari (bahkan ada
yang jam 2 atau jam 3). Hal ini dikarenakan turgor tanaman masih
tinggi sehingga latex yang keluar banyak. Jika siang hari maka
latex yang keluar akan sedikit, karena luka sadapan cepat menutup.
Biasanya satu pohon karet dapat menghasilkan 500 cc/sadap.
Sehingga produksi dalam satu tahun diasumsikan sebagai berikut :
500 cc x 23650 pohon x 430 = 4.027.300 l/tahun.
Ketinggian 130 cm deprogram satu tahun 25 cm, sehingga 25
cm x 5 tahun = 125 cm. Berarti sisa 5 cm untuk shortcus (potongan
pendek). Jika sudah mencapai shortcut kemudian dipindah ke
bidang sebaliknya (kulit bagian bawah digunakan selama 10 tahun
kemudian pindah ke sadapan atas (super high toping). Setelah
umur tanaman mencapai 16 tahun dilakukan penyadapan bebas
(free taping). Penyadapan dilakukan di sembarang tempat (titik
pada pohon) untuk memaksimalkan latex yang dihasilkan dan tidak
terbuang sia-sia. Setelah itu baru pohon ditebang.
Gambar Proses Penyadapan Bambar Pohon yang disadap
f) Pengolahan Pasca Panen
Sebelumnya dibawa ke tempat pemrosesan selanjutnya
(pabrik) untuk mencegah koagulasi latex maka ditambahkan
amoniak 1 cc/l (amoniak 1 cc/l ini tidak digunakan jika kondisi
latex bagus). Biasanya latex yang diambil dimasukkan ke ember
dan diusahakan sebelum mencapai 5 jam sudah dikirim ke pabrik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi latex (kualitas latex)
adalah:
- Pengaruh alam (kotoran yang tidak sengaja masuk ke latex)
- Sistem sadap
- Klon-klon tertentu
Terdapat 2 lokasi pabrik yang digunakan dalam pengolahan
karet, yaitu pabrik sheet yang berada di Balong dan Pabrik brown
crop (berada di Kabupaten Pati).
Pabrik sheet di Balong menghasilkan produk berupa
lembaran-lembaran. Pabrik sheet merupakan pabrik untuk
pengolahan produk kualitas pertama. Pengolahannya dengan
menambahkan asam semut pada latex, kemudian dengan berbagai
mesin dan melalui beberapa tahap proses Pengeringan, yaitu:
Suhu hari I : 40 – 450 C
Suhu hari II : 45 – 500 C
Suhu hari III : 50 – 550 C
Suhu hari IV : 55 – 600 C
Suhu hari V : 600 C
Pada hari ke lima dibawa ke bagian sortasi. Limbah karet
yang merupakan hasil sortasi diolah kembali karena masih
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pengolahan dilakukan di pabrik
brown crap. Pabrik brown crop (berada di Kabupaten Pati). Pabrik
brown crop digunakan untuk mengolah limbah sortasi yang akan
menjadi produk kualitas II.
Gambar Latex Gambar Karet yang sudah dibakarE. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
a. Kesimpulan
1. Perkebunan kakao di kabupaten Jepara sudah tidak
menghasilkan lagi dan hanya menyediakan benih saja
2. Biji diambil dengan mengekstraksi biji menggunakan abu yang
digosokkan pada biji agar pulp hilang
3. Biji dikecambahkan pada stadia serdadu (kulit luar biji
mengelupas)
4. Hasil panen kering menurun dari 15 ton/hari menjadi 5 kg/hari
3. Komoditas Karet
a. Kesimpulan
1. Kebun PTPN IX terletak di kebun Balong kabupaten Jepara
adalah perkebunan dengan komoditi Karet seluas 2442,15 ha
2. Varietas yang ditaman pada perkebunan ini adalah klon dari
varietas unggul yang juga dikembangkan di kebun di daerah
Jamus
3. Klon rekomendasi untuk batang bawah adalah klon LCB 30
dan GTI, sedangkan klon rekomendasi untuk batang atas
adalah PB 260, BPM 1, BPM 24, BR 1M 712, RRI C 101
4. Pengelolaan tanah dilakukan dengan medesain kebun dengan
membuat blok areal minimal 20 pohon/blok untuk
memudahkan pengaturan tenaga kerja dan untuk mengatasi
bibit poliklonal
5. Pembibitan harus mengetahui TTI (Tanaman Tahun Ini) agar
bisa memprediksi atau menghitung jumlah biji yang
dibutuhkan dan areal lahan yang dibutuhkan
6. Penyakit tanaman karet adalah JAP dan penyakit daun
(mildew). JAP dikendalikan dengan pendalaman cangkul akar
(mencapai 60 cm) dan penyemprotan fungisida. Sedangkan
penyakit mildew dikendalikan dengan fungisida dan belerang
7. Pemanenan dilakukan setelah tahun tanam mencapai 6 tahun.
Pemanenan pertama menggunakan pisau sadap bawah dan
pemanenan kedua menggunakan pisau sadap atas
8. Pengolahan pasca panen dilakukan di dua tempat, yaitu pabrik
sheet yang berada di Balong, kab. Jepara dan Pabrik brown
crop yang berada di Kabupaten Pati
b. Saran
Pengamatan dilakukan dengan praktek secara langsung
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. International Cocoa Organization (ICCO), 2003. Quarterly Bulletin of CocoaStatistics. Vol: XXIX (4)
Effendi, Sulaiman., F.G Winarno, M Anwar N.W dan S. Hardjo. 2001. Pengaruh Kondisi Pengolahan Terhadap Mutu Biji Cokelat (Theobroma cacao L) di Perkebunan Bunisari dalam Menara Perkebunan. 51 (2) : 47-56
Susanto, F.X. 2005. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Jakarta: Kanisius.
Kamil, J., 1986. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Bandung.
Warta Ekonomi. 2005. Produksi Kakao. http://www.wartaekonomi.com. Diakses 17 Desember 2009.