Top Banner

of 40

Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

Jul 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    1/106

    LAPORAN AKHIRPELAKSANAAN PROGRAM REFORMASI BIROKRAS

    KEMENTERIAN KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    2/106

    Laporan Akhir Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010

    Keputusan Menteri Keuangan Nomor 65 /KMK.01/2010 TentangReformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2010

    Copyright © 2011 Kementerian Keuangan Republik Indonesia

    PENGARAH

    Agus D.W. MartowardojoAnny Ratnawati

    KETUA

    Mulia P. Nasution

    WAKIL KETUA

    Vincentius Sonny LohoKamil Sjoeib

    KOORDINATOR

    Rionald SilabanRobert Pakpahan

    Kiagus Ahmad BadaruddinAbdul Kadir SJuni Hastoto

    WAKIL KOORDINATOR

    Annies Said BasalamahSamsuar Said

    SEKRETARIS

    Harry SoeratinAbdul Kadir

    Ratmoko F.A.M. Rahman Ritza

    Moh. HattaHumaniati

    SubartiniPriyatnoSupendi

    RISET

    Eko PurbonoDewi Rahma Satriany

    Zuraida Retno Pamungkas Titin Krisniati

    Yeti WulandariF.X. Cahyo Wijayanto

    Didik PramusintoRheanne Thea Sjahrir

    Halim PermadiEka Sari Ningsih

    Ria WulandariYasiir Erafat

    Dhesya SukmaputraAgus JuliantoEndang Rusdi

    Muhamad Ali ImronKurniawan Jabar Malik 

    SeptianiAzharuddin

    Agung Adhi PrabowoIrma Dwi Jayanti

    SutrisnoAthiah Listyowati

    BERITA

    Resirasari Diah RizkyaputriBiro Komunikasi dan Layanan Informasi

    FOTO

    Langgeng Wahyu Pamungkas

    ARTISTIK

    Arno FebriantoDianita Suliastuti

    DAFTAR ISI

    BAGIAN I: SUMBER DAYA MANUSIA

    PENATAAN PEGAWAI 6KUADRAN PENATAAN PEGAWAI 9DIRJEN PAJAK: DAPAT REMUNERASI, PEGAWAI

    PAJAK JADI MAKIN RAJIN 10 TABEL KUADRAN DEVELOPMENT STRATEGY 12KEPATUHAN WP MEMBAIK 15MANAJEMEN TALENTA 16PROGRAM PENYUSUNAN HUMAN CAPITALDEVELOPMENT PLAN 20PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASIKEPEGAWAIAN 24PERENCANAAN 25PELAKSANAAN/REALISASI 26

    BAGIAN II: PENATAAN ORGANISASI DANKETATALAKSANAAN

    PENATAAN ORGANISASI KETATALAKSANAAN 32STANDART OPERATING PROCEDURES 36ANALISIS BEBAN KERJA 44EXECUTIVE SUMMARY 48MENKEU: KARYAWAN KEMENKEU HARUS BEBASKKN! 50ANALISIS DAN EVALUASI 52JABATAN 52PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DANPELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI TAHUN 2010

    60

    BAGIAN III: PENDUKUNG

    KOMUNIKASI PUBLIK 70MEDIA ONLINE 71PENGELOLAAN WEBSITE REFORMASI BIROKRASI 71PEMBUATAN FILM DOKUMENTER 74SURVEI KEPUASAN PELANGGAN 75

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    3/106

    DAFTAR ISI

    MONITORING DAN EVALUASI 78 TUJUAN MONEV 80DASAR HUKUM 80PERENCANAAN/TARGET 80PELAKSANAAN/REALISASI 81KENDALA DAN TINDAK LANJUT 82INDIKATOR KINERJA UTAMA 84PENYEMPURNAAN (REFINEMENT) DEPKEU-WIDE-ONE-TWO BERDASARKAN RENSTRAKEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2010-2014 85CASCADING KE LEVEL UNIT ESELON III(DEPKEU-THREE) 86PILOT PROJECT CASCADING HINGGA LEVELINDIVIDU (DEPKEU-FIVE) 88

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN 2.1 46 JENIS LAYANAN YANG

     TERDAPAT KETERKAITAN AKTIVITAS ANTARBEBERAPA UNIT ESELON I 90

    LAMPIRAN 2.2 LAPORAN HASIL ANALISISBEBAN KERJA KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2010 94

    LAMPIRAN 3.1 REVIU/MONEV PENERAPANSOP LAYANAN PUBLIK PADA DJP, DJBC,DJPB, DJKN, DAN DJA 100

    3KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    4/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20104

    1

    BAGIAN ISUMBER DAYA MANUSIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    5/106

    5KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    6/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20106

    1

    PENATAAN PEGAWAI

    Program Reformasi Birokrasi yang dilakukan di lingkungan

    Kementerian Keuangan meliputi penataan organisasi,

    penyempurnaan proses bisnis dan peningkatan manajemen

    Sumber Daya Manusia

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    7/106

    7KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Program Reformasi Birokrasi yang dilakukan di lingkungan Kementerian Keuangan

    meliputi penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis dan peningkatanmanajemen Sumber Daya Manusia. Dalam implementasinya, program reformas

    birokrasi mengidentifikasi adanya masalah di bidang Sumber Daya Manusia, antara

    lain distribusi pegawai yang tidak merata, baik dari segi jumlah, komposisi, maupun kompetensi

    Selain itu, ditemukan fakta adanya kelebihan pegawai pada unit tertentu, namun pada unit lainnya

    terdapat kekurangan pegawai. Hal ini terlihat dari jumlah pegawai lebih banyak atau lebih sedikit

    dibandingkan dengan kebutuhan organisasi.

    Kelebihan/kekurangan dimaksud dapat juga dilihat dari sisi pendidikan, pangkat/ golongan

    dan usia (komposisi pegawai) yang tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, sehingga belum

    sepenuhnya mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Idealnya, penempatan pegawa

    didasarkan pada perhitungan beban kerja, kesesuaian kompetensi dan kinerja. Optimalisas

    kinerja mempersyaratkan hard maupun soft competency pegawai sesuai dengan persyaratan

     jabatan. Dalam kondisi tertentu ada pegawai memiliki kompetensi, namun level penguasaannya

    belum sesuai dengan tuntutan tugas. Terdapat pula pegawai yang memiliki kompetensi yang tidak

    dipersyaratkan oleh jabatan, sementara kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatannya belum

    dikuasai.

    Permasalahan di bidang Sumber Daya Manusia di atas menuntut dilakukan penataan

    pegawai yang terstruktur dan komprehensif. Pelaksanaan penataan pegawai akan mewujudkan

    kesesuaian antara jumlah, komposisi, dan kompetensi pegawai dengan kebutuhan organisasi

    serta optimalisasi kinerja birokrasi. Selain itu, Penataan Pegawai dapat mengakselerasi penerapan

    manajemen kinerja dan meningkatkan kualitas pengembangan SDM.

    Kementerian Keuangan kedepannya, menginginkan yang terbaik bagi organisasi danpegawai, sehingga program penataan pegawai didesign dengan mempertimbangkan kebutuhan

    kedua belah pihak. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan suatu pedoman penataan

    pegawai yang dapat menjadi acuan bagi unit eselon I Kementerian Keuangan dalam melakukan

    penataan pegawai.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    8/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20108

    1Penataan Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan ditujukan untuk:

    1. Menyesuaikan jumlah dan komposisi pegawai dengan kebutuhan masing-masing organisasi

    sehingga menjadi organisasi yang efektif dan efisien;

    2. Menyusun peta pegawai berdasarkan kinerja dan kompetensi;

    3. Mendistribusi pegawai secara proporsional sesuai dengan beban kerja masing-masing;

    4. Menyusun program pengembangan sumber daya manusia yang mendukung peningkatan

    kompetensi dan kinerja.

    Dalam rangka menyelesaikan rencana kerja penataan pegawai tahun anggaran 2010, dibentuk

    3 (tiga) tim pelaksana yang terdiri dari Tim Penyusunan Pedoman Umum Penataan Pegawai, Tim

    Konversi Kuadran dan Tim Penyusunan GHS dengan target:

    1. Penyempurnaan Konsep Pedoman Umum Penataan Pegawai:

    a. Penyesuaian Konsep Pedoman Umum dengan arahan Menteri Keuangan;

    b. Penyusunan Konsep Development Strategy untuk masing-masing kuadran

    c. Sinkronisasi kuadran pemetaan untuk kebutuhan Program Manajemen Talenta;

    d. Penyusunan Rancangan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penataan Pegawai.

    2. Penyusunan Konversi Kuadran:

    a. Penghitungan nilai hasil pengukuran ke dalam kuadran pemetaan;b. Koordinasi dengan penanggung jawab bidang kepegawaian masing-masing Unit Eselon I

    untuk penilaian pelaksana ;

    3. Penyusunan Konsep Perhitungan GHS:

    a. Penyusunan konsep alternatif besaran GHS;

    b. Penyusunan konsep modeling perhitungan GHS.

    Pedoman umum penataan pegawai disusun sebagai panduan bagi unit Eselon I Kementerian

    Keuangan dalam mengidentifikasi kelebihan dan/atau kekurangan pegawai, baik dari segi jumlah,

    kompetensi, komposisi dan upaya peningkatan kinerja,

    serta menetapkan pegawai yang menjadi sasaran program

    Pembukaan Rapat Dinas

    Sekretariat Jenderal

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    9/106

    9KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    KUADRAN PENATAAN PEGAWAI

    penataan dan memilih alternatif strategi penataan. Kegiatan penyusunan pedoman umum

    penataan pegawai pada tahun 2010 merupakan penyempurnaan dari konsep yang telah disusun

    pada tahun 2009 meliputi penentuan bentuk penilaian kinerja dan kompetensi/potensi pegawai,

    penentuan batasan kuadran pemetaan, dan strategi masing-masing kuadran (entry, development

    atau exit).

    Penyempurnaan tersebut dimulai dengan Pemaparan Konsep Pedoman Penataan Pegawa

    kepada Menteri Keuangan dalam FORSA tanggal 19 Februari 2010. Dalam FORSA dimaksud telah

    disetujui konsep umum Penataan Pegawai Kementerian Keuangan. Konsep pedoman umum

    III

    Development/Exit Strategy

    VII

    DevelopmentStrategy

    IX

    DevelopmentStrategy

    II

    ExitStrategy

    VII

    Development/Freeze Strategy

    VIII

    DevelopmentStrategy

    II

    ExitStrategy

    VII

    Development/Exit Strategy

    VIII

    Development/Freeze Strategy

    97

    70

    0 50 85

    RENDAH SEDANG TINGGI

    KINERJA

        R    E    N    D    A    H

        S    E    D    A    N    G 

        T    I    N    G    G    I

        I    V

        I    V

        K    O    M    P    E    T    E    N    S    I    /    P    O    T

        E    N    S    I

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    10/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20100

    1

    dimaksud juga telah dibahas dalam konsinyering Tim Pedoman Umum. Konsep Pedoman Umum

    Penataan Pegawai yang telah disusun pada tahun 2010 terdiri dari 4 (empat) Bab, yang meliputi:

    Bab I : Pendahuluan

    berisi Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan, Pengertian/Definisi.Bab II : Penataan Pegawai

    berisi Kegiatan yang Dilakukan Organisasi dalam Penataan Pegawai, Alternatif Solusi

    Penataan Pegawai, Pemetaan Pegawai.

    Bab III : Mekanisme Penataan Pegawai

      berisi Tahap Persiapan, Mekanisme Pelaksanaan Penataan Pegawai.

    Bab IV : Koordinasi dan Evaluasi (Masih dalam proses penyusunan).

    Dirjen Pajak: DapatRemunerasi, PegawaiPajak Jadi Makin Rajin

    Ramdhania El Hida - detikFinance Jakarta

    - Dirjen Pajak Mochammad Tjiptardjo mengakui

    dengan diterapkannya reformasi birokrasi

    dan tunjangan remunerasi, terasa beberapaperbedaan dalam kinerja pegawai pajak maupun

    sistem yang berlaku dalam instansi tersebut.

    “Pola kerja, semangat, SOP-nya berubah,

    sistem transparan. Dulu, kan jauh,” ujar Tjiptardjo

    kepada detikFinance, di kantornya, Jalan Jenderal

    Gatot Subroto, Jakarta (21/12/2010).

     Tjiptardjo menyatakan adanya sistem

    remunerasi dalam pelaksanaan reformasi

    birokrasi ini memberikan dampak yang terlihat

    dari rajin dan tepat waktu para pegawai pajakhadir di kantor.

    “Kan kalau enggak masuk 5% dipotong,

    terlambat 1,25%. SOP-nya diperketat. Dulu belum

    ada, apa itu potong, kan gajinya kecil. Sekarang

    terasa (kalau dipotong). Kalau mau yang terlihat,

    Depkeu ada reformasi birokrasi, masuk jam

    8, balik jam 5. Coba yang lain, pulangnya jam

    berapa? Lihat saja,” sindirnya.

    Apalagi dengan adanya absensi melalui

    finger print dan aturan keluar masuk dengan

    kartu, Tjiptardjo yakin para pegawainya tidak

    bisa ‘keluar-masuk’ kantor dengan seenaknya.

    “Absensi pakai finger print, masuk pakaikartu, itu supaya keluar akan terikat, itu ada surat

    tugasnya atau tidak. Makanya Gayus sempat

    bilang juga kan di pengadilan, kalau sekarang

    susah ‘bermain-main’ di dalam Ditjen Pajak,”

    tandasnya. (nia/dnl)

    1

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    11/106

    11KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Fokus Penataan Pegawai pada awalnya ada pada exit strategy, yaitu melakukan

    program pemberhentian dan mutasi terhadap pegawai yang memiliki kompetensi/potensi dan

    kinerja rendah. Namun pada perkembangannya, fokus Penataan Pegawai dititikberatkan pada

    Development Strategy yaitu dalam bentuk diklat atau penugasan yang meliputi: Promosi, Specia

    Assignment, Job Shadowing, Leadership Development, Capacity Building dan Freeze Strategy.

    Mengacu pada kuadran penataan, setiap kuadran memiliki konsep development strategy

    yang berbeda-beda, disesuaikan dengan tujuan pengembangan. Adapun development strategy

    untuk setiap kuadran secara singkat dapat dijelaskan dalam tabel kuadran sebagai berikut:

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    12/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20102

    1

    KUADRAN SASARAN

    DEVELOPMENT STRATEGY

     Terkait Permasalahan

    Personal Terkait Permasalahan Pekerjaan

    I Exit Strategy - -

    II Exit Strategy - -

    III Kuadran VII

     - Counseling  - Coaching for Performance; - Mentoring; -  Training terkait dengan tugas yang kurang dikuasai; - Mutasi pada pekerjaan yang lebih sesuai;

    IV Exit Strategy - Counseling;  - Mutasi;

     -  Training terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan ditempat yang baru.

    V Freeze Strategy

    Strategi Mempertahankan Kinerja: - Freeze Strategy; - Coaching for Performance; -  Training untuk pengembangan diri.

    VI Kuadran VIII

    - Counseling; - Coaching for Performance;- On the Job Development;- Mentoring;

    -

     Training terkait dengan tugas yang kurang dikuasai- Freeze Strategy (bagi pegawai yang sulit dikembangkan

    menuju kuadran VIII)

    VII Kuadran IX

    - Counseling; - Coaching for Performance;- Mentoring;- Special Assignment;- On the Job Development;-  Training;- Leadership Development.

    VIII Kuadran IX -

    - Job Enlargement;- Job Enrichment;-  Training terkait dengan kompetensi yang perlu

    ditingkatkan;- Mutasi Jabatan;- Leadership Development.

    IX Future Leader

    --

    Special Assignment;- Job Enlargement;-  Training (Cross Training, Pelatihan, Seminar) yang terkait

    dengan jenjang karir;- Job Shadowing;- Leadership Development;- Promosi.

    Dari program pemetaan yang dilakukan dalam penataan pegawai, pegawai-pegawai

    yang berada dalam kuadran VII, VIII dan IX akan menjadi sasaran Program Manajemen Talenta.

     TABEL KUADRAN DEVELOPMENT STRATEGY

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    13/106

    13KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Sinkronisasi juga telah dilakukan dalam hal jenis development strategy yang diberikan untuk

    kuadran VII, VIII dan IX.

    Penyusunan Konversi Kuadran dilaksanakan antara lain dalam konsinyering yang diikut

    oleh seluruh Unit Eselon I Kementerian Keuangan. Dalam Konversi Kuadran telah disepakati :

    Sebagai payung hukum atas implementasi Program Penataan Pegawai, melalui koordinas

    dengan Biro Hukum, konsep Pedoman Umum Penataan Pegawai dimaksud akan ditetapkan dalam

    sebuah Rancangan Keputusan Menteri Keuangan (RKMK).

    Sebagai bagian dari Penataan Pegawai telah disiapkan program pemberian Golden

    Handshake (GHS). GHS diberikan terhadap para pegawai yang masuk pada kuadran I, II, III dan IV

    Formula GHS akan sama untuk setiap kuadran, namun besaran yang akan diberikan dengan tetap

    memperhitungkan masa kerja dan usia pegawai yang berada dalam kuadran tersebut. Penyusunan

    konsep besaran GHS dilaksanakan oleh Tim Penyusunan GHS bersama dengan World Bank dan

    Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

    1. Penentuan batasan nilai masing-masing

    kuadran

    •Batasan nilai mencakup batasan

    penilaian kinerja dan batasan penilaiankompetensi/potensi. Batasan penilaian

    kinerja diperoleh dari penilaian kinerja

    pegawai di lingkungan KementerianKeuangan. Batasan penilaian kompetensi

    diperoleh dari data nilai JPM yang

    dimiliki oleh para pejabat Eselon II, IIIdan IV pada saat ini (existing data).

    Batasan potensi dapat diperoleh melalui2 (dua) alternatif, yaitu dari data nilaipengukuran potensi yang existing dimiliki

    oleh Kementerian Keuangan ataumenggunakan data pengukuran potensi

    dari hasil uji coba terhadap pelaksana.

    2. Penentuan penilaian pegawai

    pelaksana

    •Penilaian untuk pegawai pelaksana

    meliputi penilaian kinerja dan penilaianpotensi. Penilaian kinerja diperoleh dari

    hasil pengukuran kinerja melalui kontrak

    kinerja individu (Depkeu-Five). Adapunpenilaian potensi diperoleh dari

    pengukuran kompetensi yang sedianya

    akan menggunakan metode psikotes.Kedua penilaian tersebut akan dilakukan

    uji coba pada tahun 2011, denganmelibatkan sample kurang lebih 3.230pegawai pelaksana dari seluruh Unit

    Eselon I di lingkungan KementerianKeuangan.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    14/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20104

    11. Penyusunan konsep alternatif besaran GHS

    Penyusunan konsep alternatif besaran GHS didasarkan pada 2 pertimbangan, yaitu masa kerja dan

    batasan usia.

    2. Penyusunan konsep modeling perhitungan GHS

    Konsep modeling perhitungan GHS diberlakukan bagi pegawai yang dengan usia 45–55 tahun,

    masa kerja minimal 20 tahun. Perhitungan GHS terdiri atas 3 model, yaitu:

    Model perhitungan GHS

    tanpa memperhitungkanPresent Value dan Inflasi

    (kenaikan gaji);

    Model perhitungan GHStanpa memperhitungkan

    Present Value, namun tetapmemperhatikan Inflasi

    (kenaikan gaji);

    Model perhitungan GHSdengan memperhitungkan

    Present Value dan Inflasi(kenaikan gaji).

     

    Belum semua rencana Penataan Pegawai pada tahun 2010 dapat dicapai, mengingat:

    1. Belum ada peraturan perundangan yang berkaitan dengan pemberian GHS;

    2. Berdasarkan hasil penilaian kinerja saat ini sebagian besar pegawai berada dalam kategori ‘baik’,

     jarang ditemukan penilaian dengan kategori ‘sedang‘ apalagi ‘kurang’ sehingga kemungkinan

    besar tidak ada pegawai yang berada dalam kuadran I, II dan III dan akan menumpuk pada kuadran

    IV, V, VI dan VIII.

    3. Kondisi pengukuran potensi di setiap unit yang akan dilakukan terhadap pelaksana masih sangat

    bervariasi, sehingga perlu dilakukan penyetaraan/standarisasi terhadap masing-masing hasil

    pengukuran;

    4. Adanya kemungkinan tuntutan hukum dari pegawai tertentu yang tidak puas (baik dari pegawai

    yang memperoleh PAPS plus GHS maupun pegawai yang tidak diijinkan mengambil PAPS plus

    GHS)

    Mengingat kompleksitas dan implikasi permasalahan terhadap penataan pegawai, akan

    dilakukan langkah-langkah tindak lanjut sebagai berikut:

    1. Menyiapkan peraturan perundangan dan SOP tentang pemberian GHS;

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    15/106

    15KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    2. Melakukan proses komunikasi dan koordinasi yang intensif

    dengan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait dengan

    penilaian kinerja;

    3. Melakukan pemetaan kebutuhan dan komposisi pegawai di Unit ;

    4. Melakukan penyesuaian dan sinkronisasi pola mutasi yang akan

    mengakomodir kebutuhan mutasi antar unit dalam rangka

    penataan pegawai;

    5. Menetapkan pengukuran pelaksana apakah akan menggunakanpengukuran potensi atau kompetensi untuk kemudian dilakukan

    proses uji coba dengan metode yang terstandarisasi terhadap

    pelaksana Setjen dan perwakilan Eselon I;

    6. Menyiapkan jalur/mekanisme penyelesaian keberatan (dalam

    SOP);

    7. Menyiapkan peraturan GHS, yang terkait dengan hak dan

    kewajiban penerima GHS.

    15REFORMASI BIROKRASI DAN TRANSFORMASI KELEMBAGAAN PUSAT

    Kepatuhan WP Membaik

    JAKARTA - Direktur Transformasi

    Proses Bisnis Ditjen Pajak Robert Pakpahan

    mengharapkan program reformasi birokrasi

    sistem administrasi perpajakan (PINTAR/Project

    for Indonesian Tax Administration Reform) dapat

    meningkatkan jumlah dan kepatuhan wajib

    pajak (WP). “PINTAR merupakan transformasi

    besar yang meliputi perbaikan proses bisnis,

    organisasi dan budaya organisasi, serta

    manajemen SDM, dan salah satu tujuannya

    meningkatkan kepatuhan WP dan jumlah WP

    aktif terdaftar,” katanyadalam acara sosialisasi di

    Ditjen Pajak, Jakarta, Jumat(17/12).

    Selain itu, melalui program yang beroperasi

    penuh pada 2014 tersebut, diharapkan nantinya

     jumlah surat pemberitahuan (SPT) yang

    diterima tepat waktu dibandingkan dengantotal SPT yang diterima dapat meningkat.

    “Kita menginginkan adanya perbaikan

    sistem informasi, peningkatan kualita

    data, manajemen sumber daya manusia

    peningkatan jumlah WP, maupun pembenahan

    sistem administrasi pajak,” katanya. • din/E-9

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    16/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 2010 16

    1

    MANAJEMEN TALENTA

    Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di lingkungan

    Kementerian Keuangan perlu didukung oleh sumber daya

    manusia yang kompeten dan berkinerja baik agar dapat

    mencapai tujuan organisasi sehingga dapat membentuk

    Kementerian Keuangan menjadi instansi pemerintah yang

    profesional dalam menjalankan tugas Negara. Berdasarkanhal tersebut, perlu dilakukan suatu program untuk memilih,

    mengembangkan dan memposisikan sumber daya manusia

    yang memiliki kompetensi tinggi dan berkinerja baik, yang

    dapat memberikan kontribusi lebih terhadap organisasi. Proses

    memilih hingga memposisikan sumber daya manusia dimaksud

    dapat dilaksanakan melalui program Manajemen Talenta.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    17/106

    17KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Pelaksanaan program Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan

    perlu didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten dan berkinerja baikagar dapat mencapai tujuan organisasi sehingga dapat membentuk Kementerian

    Keuangan menjadi instansi pemerintah yang profesional dalam menjalankan

    tugas Negara. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu program untuk memilih

    mengembangkan dan memposisikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tingg

    dan berkinerja baik, yang dapat memberikan kontribusi lebih terhadap organisasi. Proses memilih

    hingga memposisikan sumber daya manusia dimaksud dapat dilaksanakan melalui program

    Manajemen Talenta.

    Program Manajemen Talenta dalam Forum Koordinasi Reformasi Birokrasi baru pertama

    kali direncanakan pada tahun anggaran 2010 dengan fokus:

    Untuk mengumpulkan bahan penyusunan, telah dilaksanakan 2 (dua) studi banding

    yaitu ke Bank Mandiri dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Penyusunan konsep grand design

    Manajemen Talenta dilaksanakan dengan narasumber dan hasil koordinasi seluruh unit Eselon I

    Grand design Manajemen Talenta Kementerian Keuangan terdiri dari tahapan sebagai berikut:

    Mengumpulkan dan mengkajibahan penyusunan grand designManajeman Talenta; dan

    Menyusun konsepgrand designManajemen Talenta.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    18/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20108

    1

    Pada tahap ini dilakukan proses mapingpegawai. Maping pegawai diambil dari datapegawai yang berada pada kuadran 7, 8 dan9 dalam Penataan Pegawai.Kepada pegawai yang berdasarkan Penataan

    Pegawai berada di kuadran 7, 8, dan 9 dilakukan seleksiadministratif serta proses interview (untuk melihatgoals, needs, motivations, values, hope, interest, vision,ambition dari pegawai) dengan tujuan menentukanpegawai yang berhak masuk ke dalam talent pool. Disamping itu, para pegawai yang berada pada kuadranini juga mendapatkan coaching dari mentor yangditunjuk serta membuat persetujuan kontrak talent.Seleksi administrasi dilaksanakan dengan kriteriasebagai berikut: 

    Pelaksana Eselon 4

    Usia Maks 35 40

    Pendidikan S-1 S-1

    Pangkat/Gol III/a III/c

    Masa kerja (th) 2 2

     Track Record  Tidak pernah dijatuhi

    hukuman disiplin

    Tahap I :

    Identifikasi Pegawai Potensial

    Tahap II :

    Talent Pool

    1 2

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    19/106

    19KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Pegawai dalam talent pool tersebut diberikanprogram pengembangan (disesuaikan denganHCDP) sesuai dengan posisi target. Setelahdilakukan program pengembangan, pegawaidievaluasi. Apabila talent masih memenuhisyarat talent pool setelah dievaluasi, makayang bersangkutan tetap bisa berada dalamtalent pool, namun apabila tidak memenuhimaka talent tersebut keluar dari talent pooldan selanjutnya mengikuti jalur reguler.a. Menentukan mentor/supervisor

    kriteria seorang mentor yang akan selalumendampingi dan membimbing talent,beberapa usulan mentor antara lain:1. Atasan langsung atau talent di eselon

    lebih tinggi2. Kemampuan dalam menilai,

    mengobservasi, memberikan saranpengembangan

    3. Memiliki kemampuan coaching &counseling

    4. Memiliki track records yang baik5. Dinilai mampu :

     - Menjadi contoh/model yang baikbagi Talent.

     - Memberikan feedback danmengarahkan tindakan Talent kearah yang lebih baik.

     - Melakukan transfer knowledge, skills,attitude yang dibutuhkan oleh Talent.

    b. Menentukan inventory yang akandigunakan1. Alat ukur yang digunakan harus mampu

    mengidentifikasi aspek:2. Kepribadian3. Soft competency4. Hard competency5. Performance

     y Membuat kontrak kinerjaKontrak talent merupakan lembarkesepakatan kinerja antara talent

    dan mentor sebagai controlpoint of activities bagi keduabelah pihak. Didalamnya harus

    menjelaskan kesediaan keduabelah pihak untuk menjalankan

    program talent management, jadwal evaluasi dan monitoring

    aktivitas talent dan sebagainya. y Menentukan posisi kunci

    Pematangan konsep Granddesign Manajemen TalentaKementerian Keuangan masih

    terus dilanjutkan yang akandiselaraskan dengan dinamikaorganisasi, transformas

    kelembagaan dan budayakerja.

    Tahap III:

    Program Pengembangan Talent

    Tahap IV:

    Program Penempatan Talent

    Tahap V :

    Program Retensi Talent

    3 4 5

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    20/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201020

    1

    Human Capital Development Plan (HCDP) atau Rencana

    Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu

    perencanaan yang komprehensif tentang pengembangan

    sumber daya manusia organisasi yang mencakup programdegree dan non-degree dengan mengacu pada kebutuhan

    organisasi yang tercermin dari grand strategi organisasi, dan

    tusi (tugas dan fungsi) organisasi.

    PROGRAM PENYUSUNANHUMAN CAPITALDEVELOPMENT PLAN

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    21/106

    21KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Human Capital Development Plan (HCDP) atau Rencana Pengembangan

    Sumber Daya Manusia adalah suatu perencanaan yang komprehensif tentangpengembangan sumber daya manusia organisasi yang mencakup program

    degree dan non-degree dengan mengacu pada kebutuhan organisasi yang

    tercermin dari grand strategi organisasi, dan tusi (tugas dan fungsi) organisasi.

    Penyusunan Program HCDP merupakan program tambahan dalam kegiatan Forum

    Koordinasi Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan Tahun 2010. Program Penyusunan HCDP

    ini dilatarbelakangi oleh permintaan Bank Dunia dalam kaitannya dengan pemberian loan untuk

    program beasiswa (Scholarship for Public Sector Capacity Development).

    Pada acara pre-appraisal mission pada 31 Maret sampai dengan 13 April 2010, Bank Dunia

    mengadakan pertemuan dengan beberapa kementerian/lembaga negara terkait dengan skema

    pembiayaan loan bagi Scholarship for Public Sector Capacity Development, yang telah dirintissejak tahun 2009. Bank Dunia mempersyaratkan adanya dokumen HCDP bagi setiap Participating

    Agency yang akan masuk dalam program Scholarship for Public Sector Capacity Development

    Permintaan Bank Dunia ini kemudian ditindaklanjuti oleh setiap Kementerian/Lembaga yang

    telibat dengan koordinator dari Bappenas sebagai koordinator dari seluruh Participating Agencies

    Kegiatan penyusunan HCDP ini kemudian dilanjutkan dengan serangkaian persiapan untuk

    mematangkan rencana program yang akan dilaksanakan di beberapa Kementerian/Lembaga

    termasuk Kementerian Keuangan.

    Untuk keperluan tersebut, Kementerian Keuangan menindaklanjuti dengan serangkaian

    kegiatan yang melibatkan seluruh Unit Eselon I untuk menyusun kebutuhan capacity developmen

    yang dibutuhkan oleh masing-masing Unit Eselon I. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari:

    Penetapan sasaranprogram HCDP;

    Pelaksanaan study needassessment melaluipelaksanaan gap analysis;

    Kompilasi HCDP seluruhUnit Eselon I

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    22/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201022

    1Pelaksanaan kegiatan penyusunan HCDP dimulai sejak rapat koordinasi I yang dipimpin oleh

    Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan pada tanggal 11 Mei 2010. Dalam rapat tersebut disepakati

    bahwa:

    Kesepakatan rapat tersebut ditindaklanjuti dengan melaksanakan pertemuan dengan Hay

    Group sebagai konsultan pendamping yang ditunjuk oleh Bank Dunia untuk mendampingi setiapKementerian/Lembaga dalam penyusunan HCDP. Dalam pertemuan tersebut, Hay Group memberikan

    panduan tentang penyusunan study need analysys sebagaimana tergambar dalam bagan berikut:

      (sumber: Hay Group)

          s      a       t      u

    sasaran program HCDPadalah peningkatan hardcompetency dan soft

    competency yang akandituangkan dengan

    program sekolah, diklatdan coaching dalamrangka peningkatankompentensi pegawaiKemenkeu;

            d      u      a

    Bersama-sama konsultanBank Dunia (Hay Group),Kementerian Keuangan

    memandang perlu untuksegera menyusun detail

    program secarakomprehensif;

           t        i      g      a

    Biro SDM bersama BPPKakan mengkoordinasikanpersiapan study needs

    assessment dari masing-masing unit eselon I

    berupa:

    a. Informasi jurusanS2/S3 yang dibutuhkan;

    b. Informasi jumlahpenerima beasiswa;

    c. Alasan atas keduainformasi di atas.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    23/106

    23KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Berdasarkan panduan tersebut, seluruh Unit Eselon I kemudian menyusun study need

    assessment dengan fokus utama pada program degree. Selanjutnya hasil study need assessment

    dari seluruh unit Eselon I disatukan dalam suatu matriks besar yang merupakan konsep HCDP

    Kementerian Keuangan (matriks terlampir).

    Hasil kegiatan program penyusunan HCDP Kementerian Keuangan ini belum secara

    komprehensif memenuhi ketentuan dokumen HCDP, mengingat :

    1.Variasi kebutuhan pengembangan kapasitas pegawai melalui program non degree yangsangat banyak;

    2. Belum sempurnanya metode perencanaan jumlah pegawai yang akan dikembangkan

    kapasitasnya melalui program non degree;

    3. Belum lengkapnya data pelaksanaan pengembangan kapasitas pegawai yang didanai melalu

    grant yang diberikan kepada unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan;

    4. Belum tersusunnya re-entry programme bagi pegawai yang telah selesai melaksanakan

    program HCDP, baik melalui program degree maupun non degree.

    Untuk melengkapi dokumen HCDP ini, sebagai tindak lanjutnya, pada tahun 2011 akan

    dilaksanakan penyusunan pengembangan kapasitas pegawai melalui program non degree

    dengan melaksanakan training need analysis baagi keseluruhan Kementerian Keuangan. Selainitu akan dilaksanakan pula pendataan (baru) rencana pengembangan kapasitas non degree yang

    dilaksanakan dengan pembiayaan grant, penyusunan re-entry bagi pegawai yang telah selesa

    melaksanakan program HCDP. Dokumen HCDP perlu ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

     

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    24/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201024

    1

    PENGEMBANGAN SISTEMINFORMASI KEPEGAWAIAN

    Sistem informasi kepegawaian yang tengah dikembangkan

    dapat meningkatkan akurasi, dan kecepatan pelayanan

    sehingga dapat meningkatkan pembinaan kepegawaian.

    Selain itu, upaya perbaikan sistem informasi kepegawaian yang

    berkelanjutan diharapkan meningkatkan kualitas informasi

    yang disajikan.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    25/106

    25KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    K ementerian Keuangan mempunyai organisasi yang besar dan lebih dari 62.000

    pegawai dengan ribuan satuan kerja, diperlukan manajemen sumber daya manusia(SDM) yang mampu melakukan perencanaan sampai dengan pemeliharaan SDM

    secara tepat dan baik.

    Sebagai salah satu kunci utama pembinaan aparatur antara lain diperlukan suatu sistem

    manajemen SDM yang harus didukung tools yang handal untuk mendukung proses pembinaan

    SDM secara baik.

    Salah satu tools yang diperlukan adalah sistem informasi manajemen SDM yang sudah

    terintegrasi dengan teknologi informasi. Dengan adanya suatu sistem informasi yang handa

    diharapkan jajaran pucuk tertinggi manajemen organisasi sampai manajemen lini pertama

    memperoleh dukungan ketersediaan informasi yang akurat dan mutakhir serta dapat digunakan

    sebagai bisnis proses dan bahan dalam pengambilan keputusan tentang pembinaan SDM.Sistem informasi kepegawaian yang tengah dikembangkan dapat meningkatkan akurasi

    dan kecepatan pelayanan sehingga dapat meningkatkan pembinaan kepegawaian. Selain itu

    upaya perbaikan sistem informasi kepegawaian yang berkelanjutan diharapkan meningkatkan

    kualitas informasi yang disajikan.

    Sesuai dengan yang tercantum pada Keputusan Ketua Forum Koordinasi Reformas

    Birokrasi Kementerian Keuangan Nomor KEP-05/FKRB/VIII/2010 tentang Pembentukan Gugus

     Tugas Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Kementerian Keuangan

     Tahun Anggaran 2010 bahwa tujuan gugus tugas adalah:

    1. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian yang merupakan bagian

    dari program inti reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan sebagai pendukung kegiatanpenataan pegawai; dan

    2. Meningkatkan manajemen sumber daya manusia dalam rangka reformasi birokrasi d

    Kementerian Keuangan.

    PERENCANAANYang menjadi target Gugus Tugas Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    26/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201026

    1Kepegawaian Kementerian Keuangan adalah terlaksananya kegiatan sebagai berikut:

    1. Pengembangan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian, antara lain melalui kegiatan

    Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG, Analisis Kebutuhan User, Analisis Bisnis Proses

    Administrasi SDM, Bisnis Proses Pengembangan SDM, Desain Aplikasi, Penyempurnaan Aplikasi

    SIMPEG, serta penyusunan Dokumentasi Aplikasi SIMPEG;

    2. Pelatihan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian, melalui Sosialisasi Aplikasi SIMPEG

    dan Workshop/Diklat;

    3. Pemutakhiran dan validasi database kepegawaian, dengan kegiatan Persiapan PenyempurnaanPemutakhiran Data, Desain database, Pengelolaan & Optimasi Structure & Security Database, serta

    Reporting Service; dan

    4. Penyiapan infrastruktur dan instalasi melalui kegiatan Monitoring dan Helpdesk SIMPEG.

    PELAKSANAAN/REALISASIKegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tersebut diatas sebagian besar telah dilaksanakan

    dengan perincian sebagai berikut:

    NO. Program Pelaksanaan

    1.Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG

    27 - 30 April 2010;

    Dan beberapa kali rapat koordinasi2. Rapat Persiapan Tahap II Penyempurnaan Pemutakhiran data

    3. Monitoring & Helpdesk Januari – Desember 2010

    4. Sosialisai Aplikasi SIMPEG

    5. Workshop / Diklat Ms SQL Server 2005 21-25 Juni 2010

    6. Workshop / Diklat Microsoft SharePoint Server 2007 3-6 Agustus 2010

    7. Workshop / Diklat Developer Web Base (ASP.Net) 24 - 27 Mei & 14 - 18 Juni 2010

    8. Workshop / Diklat Project Manajement 28-30 Juli 2010

    9. Workshop / Diklat Microsoft Certified Systems Engineer (MCSE) 18-29 Oktober 2010

    10. Workshop / Diklat Networking Concept 18-19 Mei 2010

    11. Workshop / Diklat Interconnecting Cisco Network Devices Part 1 26-30 Juli 2010

    12. Workshop / Diklat Interconnecting Cisco Network Devices Part 2 11-15 Oktober 2010

    13. Rapat Desain Database 21-23 Juli 2010

    14. Rapat Pengelolaan & Optimasi Struktur & Security Database 27 - 30 April 2010

    15. Sosialisasi SIMPEG Ke Daerah

    (Aceh, Medan, Palembang, Bandung, Jakarta, Semarang,Yogyakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Manado)

    26-29 Oktober 2010;

    2-5 November 2010;

    9-12 November 2010;

    23-26 November 2010.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    27/106

    27KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    PENDING MATTERS DAN HAMBATAN

    Namun demikian, masih terdapat beberapa rencana kegiatan yang belum terwujud, antara

    lain:

    1. Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG

    Kegiatan Penyusunan Service Level Agreement (SLA) SIMPEG sebenarnya sudah dilaksanakan

    dan sudah menghasilkan Draft Sementara, dan SLA yang telah disepakati masih terbatas

    dalam hal hosting aplikasi saja, karena masih memerlukan waktu untuk memahami Source-

    Code yang terbaru dari pihak Vendor.2. Analisis Kebutuhan User dan Proses Bisnis Administrasi dalam Pengembangan SIMPEG

    Proses Bisnis dan user requirement belum dapat dipetakan dengan baik, dikarenakan user

    belum optimal dalam memberikan masukan-masukan kebutuhan yang menjadi prioritas

    dalam sistem. Proses bisnis di lapangan yang dinamis juga membuat user sulit menentukan

    secara cepat dan tepat kebutuhan yang aplikatif untuk dimasukkan ke dalam suatu sistem

    (SIMPEG).

    Bank Dunia SetujuiPembiayaan BaruProgram PrioritasReformasi

    Jakarta, 22/11/2010 MoF (Fiscal) News -

    Bank Dunia menyetujui dua Pinjaman Kebijakan

    Pembangunan (Development Policy Loans/DPL)

    dengan nilai total 800 juta dolar Amerika Serikat

    untuk mendukung program prioritas reformasi

    pemerintah Indonesia. Program tersebut yaitu

    memperbaiki keadaan investasi, pengelolaan

    keuangan publik, pengentasan kemiskinan,

    pelayanan publik dan pembangunan

    infrastruktur. Demikian disampaikan Kepala

    Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Stefan

    Koeberle, pada Jumat (19/11) malam.

    Pinjaman Kebijakan Pembangunan

    ketujuh (DPL 7) senilai 600 juta dolar AS,

    bertujuan untuk memperdalam upaya-upaya

    reformasi yang didukung oleh DPL terdahulu

    dalam menghilangkan ketidakpastian bag

    investor yang hendak menanam investasi

    Selain itu, pinjaman ini juga dimaksudkan

    untuk memperkuat pengelolaan anggaran dan

    dana di pemerintah pusat dan meningkatkan

    pengentasan kemiskinan dan pelayanan publik

    Sedangkan pinjaman lainnya yaitu

    Pinjaman Kebijakan Pembangunan keempat

    (DPL 4) senilai 200 juta dolar AS merupakan

    bentuk dukungan Bank Dunia terhadap upaya

    Indonesia untuk meningkatkan jumlah dan

    efisiensi pengeluaran pemerintah di sektor

    infrastruktur, terutama dalam pengadaan listrik

     jalan, air dan pelayanan sanitasi.(uno)

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    28/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201028

    13. Desain Pengembangan Aplikasi, Evaluasi Penyempurnaan Aplikasi SIMPEG, dan Dokumentasi

    Aplikasi SIMPEG

    Dengan belum terpetakannya kebutuhan user dan proses bisnis secara baik, maka pada tahap

    desain pengembangan aplikasi, evaluasi sistem dan pendokumentasiannya secara otomatis juga

    menjadi tertunda. Hal tersebut mengingat bahwa tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap

    nomor 2 (dua) tersebut di atas.

     TINDAK LANJUT

    Demi tercapainya target Gugus Tugas Program Pengembangan Sistem Informasi Manajemen

    Kepegawaian Kementerian Keuangan, maka diperlukan adanya tindak lanjut terkait dengan beberapa

    kegiatan yang belum terlaksana di tahun 2010, antara lain:

    1. Koordinasi lebih lanjut dengan PUSINTEK dalam penyusunan SLA:

    Saat ini sudah dalam tahap permintaan Term Of Reference (TOR) kepada pihak terkait untuk modul-

    modul yang dianggap prioritas dalam hal perbaikannya, dan untuk selanjutnya akan berkoordinasi

    dengan unit Eselon I terkait secara intensif.

    2. Memetakan satu per satu bisnis proses administrasi dan pengembangan SDM dari keseluruhan

    modul yang ada dengan baik 

    Dalam hal pengembangan SIMPEG maka diperlukan pemetaan yang baik dan menyeluruh

    untuk masalah kebutuhan user, bisnis proses administrasi, dan pengembangan SDM dari seluruh

    stakeholder yang terlibat atau berkepentingan pada kedua hal tersebut. Saat ini sedang dilakukanpemetaan satu per satu bisnis proses administrasi dan pengembangan SDM , serta kebutuhan dari

    keseluruhan modul yang ada di SIMPEG.

    3. Melakukan Evaluasi dan Dokumentasi Aplikasi SIMPEG

    Pengembangan dan penyempurnaan SIMPEG serta pendokumentasiannya direncanakan harus

    dilakukan setiap saat dalam berbagai kesempatan. Hal ini mengingat banyaknya modul di

    dalam SIMPEG yang harus disempurnakan serta dibuatkan dokumentasi yang diperlukan untuk

    pengembangan SIMPEG selanjutnya dan berkoordinasi dengan unit Eselon I terkait secara intensif.

    Sosialisasi SIMPEG

    di Manado

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    29/106

    29KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    30/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201030

    2

    BAGIAN II

    PENATAAN ORGANISASI DAN

    KETATALAKSANAAN

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    31/106

    31KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    32/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201032

    2

    PENATAAN ORGANISASIKETATALAKSANAANPenataan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan

    merupakan program strategis yang harus selalu dilakukan

    untuk membangun Organisasi Kementerian Keuangan yang

    mampu beradaptasi dengan dinamika lingkungan dan dapat

    memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Hal

    ini dimaksudkan untuk membangun organisasi agar lebihakuntabel, transparan, efektif, efisien, dan modern sesuai

    dengan tuntutan/perkembangan lingkungan yang strategis

    saat ini.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    33/106

    33KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Penataan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan merupakan

    program strategis yang harus selalu dilakukan untuk membangun OrganisasKementerian Keuangan yang mampu beradaptasi dengan dinamika

    lingkungan dan dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat

    Hal ini dimaksudkan untuk membangun organisasi agar lebih akuntabel, transparan, efektif

    efisien, dan modern sesuai dengan tuntutan/perkembangan lingkungan yang strategis saat

    ini.

    Pada tahun 2010 melakukan modernisasi 11 KPPBC, antara lain ditujukan

    untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa kepabeanan dan cukai dengan

    mengimplementasikan cara kerja yang cepat, efisien, transparan dan responsif. Selain itu

    untuk mengoptimalkan fungsi utama DJBC sebagai fasilitator perdagangan (Trade Facilitator)

    dukungan industri (Industrial Assistance), pelindung masyarakat (Community Protector), dan

    penghimpun penerimaan (Revenue Collector). Selanjutnya, modernisasi Tipe Madya Pabean juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan citra organisasi.

    Selain itu, sejalan dengan tugas pokok Komite Pengawas Perpajakan dalam rangka

    pemberian rekomendasi atau saran untuk perbaikan dan penyempurnaan terhadap prosedur

    sistem, ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan yang tepat dan applicable

    di bidang perpajakan yang memerlukan dukungan organisasi yang tetap, efektif, efisien

    dan berkelanjutan maka dibentuk Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan. Pembentukan

    Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan telah mendapat persetujuan tertulis dari Menter

    Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan telah ditetapkan oleh Menter

    Keuangan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2010.

    Di lingkungan DJBC, penataan organisasi dilakukan dengan modernisasi 11 KPPBC Tipe Madya Pabean pada KPPBC untuk wilayah Juanda, Jakarta, Dumai, Pontianak, Tangerang

    Palembang, Ngurah Rai, Bandar Lampung, Balikpapan, Sunda Kelapa, dan Makassar. Modernisas

    tersebut telah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Pendayagunaaan Aparatur Negara

    dan Reformasi Birokrasi serta telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomo

    134/PMK.01/2010.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    34/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201034

    2

    Pada tahun 2010, untuk kantor pusat telah dilakukan Penataan Organisasi meliputi:

    a. Pembentukan Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran;

    b. Pembentukan Pusat Climate Change, selanjutnya berdasarkan usulan Badan Kebijakan Fiskal

    merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penataan organisasi Pusat Kebijakan KerjasamaInternasional yang selanjutnya menjadi Pusat Kebijakan Pembiayaan Climate Change dan

    Multilateral dan Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral.

    c. Pembentukan Bagian Kepatuhan Internal dan Bantuan Hukum, Direktorat Jenderal Anggaran;

    d. Pembentukan Subdirektorat Pelaporan Keuangan BUN, Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

    e. Pembentukan Bagian Umum/Tata Usaha pada masing-masing Pusdiklat pada Badan Pendidikan

    dan Pelatihan Keuangan;

    f. Penajaman tugas dan fungsi serta pengalihan tugas dan fungsi pada beberapa unit eselon I

    (contoh di Setjen penataan Biro Cankeu, Biro Perlengkapan, dan Biro Umum, pengalihan Bagian

    PE IKU ke Pushaka, dan penataan organisasi pada Biro SDM (bertambah 1 eselon IV) dan Pusintek

    (bertambah 2 eselon IV).

    Penataan Organisasi tersebut telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor184/PMK.01/2010.

    Pada tahun 2010, juga telah direncanakan Penataan Organisasi yang pada prinsipnya telah

    dibahas dan telah disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

    namun belum mendapakan persetujuan tertulis dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi. Hal tersebut disebabkan karena organisasi kantor pusat harus ditetapkan terlebih

    2BC Tambah Lima KantorPabean Baru

    • JAKARTA - Direktorat Jenderal Bea dan

    Cukai (Ditjen BC) memiliM tambahan lima Kantor

    Pengawasan dan PelayananBea Cukai (KPPBC)

    tipe Madya Pabean. Peresmian kelima kantor

    ini melengkapi dua belas kantor senapa yangdibangun di berbagai daerah sejak tahun 2008.

    “Kelima KPPBC Type Pabean yang diresmikan

    berbarengan antara lain KPPBC

    Dumai, Tangerang, Jakarta, Juanda

    (Surabaya), dan Ngurah Rai (Denpasar).”Ini

    sebagai bagian dari reformasi Direktorat Jenderal

    Bea dan Cukai,” ujar Direktur Jenderal Bea Cukai

     Thomas Sugijata usai upacara peresmian

    di KPPBC Tangerang, Banten, Kamis (26/8). Thomas

    mengatakan, pembangunan lima kantor pabean

    baru ini diharapkan bisa membantu Ditjen Bea

    Cukai mencapai target penerimaan tahunan.Hai ini terbukti dengan selalu tercapainya target

    penerimaan tahunan sejak 2007 hingga 2009

    ketika pada saat yang sama pihaknya telah

    mengoperasikan tiga kantor cukai dan dua

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    35/106

    35KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    dahulu dan selanjutnya akan menjadi dasar hukum dalam penetapan instansi vertikal. Penataan

    organisasi tersebut, meliputi:

    1. Pembentukan Tenaga Pengkaji Bidang PNBP, Direktorat Jenderal Anggaran;

    2. Pembentukan Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan3. Pembentukan UPT Balai Diklat Kepemimpinan di Magelang (pengalihan Bagian

    Penyelenggaraan pada Pusdiklat Pengembangan SDM);

    4. Pembentukan Kantor Pengelolaan TIK dan BMN (dalam rangka peningkatan peran GKN dan

    Sekretariat Perwakilan Kementerian) yang selanjutnya berperan sebagai UPT pada Pusintek;

    Dalam pelaksanaan program penataan organisasi tahun 2010 terdapat beberapa kendala

    yang dihadapi yaitu organisasi Kementerian Keuangan bersifat holding type organization dan

    sangat dinamis dalam melakukan penataan organisasi yang dituntut secara cepat dan tepat,

    namun proses penyelesaiannya tidak dapat dilaksanakan secara cepat sesuai dengan keinginan

    baik mengenai stuktur organisasi, tugas, dan peran karena sangat tergantung pada ketentuan

    yang telah ditetapkan serta instansi pemerintah di luar Kementerian Keuangan yaitu memperoleh

    persetujuan terlebih dahulu dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasBirokrasi. Selain itu, apabila Kementerian Keuangan berencana untuk melakukan penataan

    organisasi, maka terlebih dahulu harus meminta ijin kepada Presiden, hal ini terkait dengan kontrak

    kinerja antara Presiden dan seluruh Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.

    Berkenaan dengan adanya pending matters akan diselesaikan dengan melakukan

    koordinasi secara lebih intensif dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi terkait dengan usulan penataan organisasi Kementerian Keuangan.

    belas kantor pabean di berbagaiwilayah.

    “Bahkan, untuk tahun ini kami berharap bisa

    melampaui target penerimaan,” ujarnya.

     Target penerimaan cukai 2010

    dipatok sebesar Rp 59 triliun kemudian

    untuk 2011 ada kenaikan sekitar 2,5 persen

    menjadi Rp 60,2 triliun. Sebagian besa

    target penerimaan cukai 2011 masih akan

    dikontribusi oleh penerimaan cukai rokok

    “Ini sudah mempertìmbangkan berbaga

    faktor termasuk yang menghambat konsumsseperti pembatasan promosi/iklan rokok

    kampanye antirokok, dan lainnya,” tanda

     Thomas, (sai)

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    36/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201036

    2

    STANDART OPERATINGPROCEDURES

    Dalam rangka meningkatkan kualitas dan menjamin

    penyediaan pelayanan publik sesuai dengan azas-azas umum

    kepemerintahan yang baik dan berorientasi kepada efisiensi

    dan customer oriented, perlu dilakukan identifikasi dan

    inventarisasi proses bisnis dalam bentuk SOP-SOP yang terkait

    satu sama lainnya (SOP Link), baik antar-SOP unit Eselon I

    atau output SOP unit Eselon I menjadi input SOP unit Eselon

    I lainnya ke dalam suatu KMK. Selain itu, memperhatikan

    tuntutan dinamika masyarakat penerima layanan, perlu

    dilakukan penyempurnaan dan pengembangan SOP Layanan

    Unggulan.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    37/106

    37KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Dalam rangka meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan

    publik sesuai dengan azas-azas umum kepemerintahan yang baik danberorientasi kepada efisiensi dan customer oriented, perlu dilakukan identifikas

    dan inventarisasi proses bisnis dalam bentuk SOP-SOP yang terkait satu sama

    lainnya (SOP Link), baik antar-SOP unit Eselon I atau output SOP unit Eselon I menjadi input SOP

    unit Eselon I lainnya ke dalam suatu KMK. Selain itu, memperhatikan tuntutan dinamika masyarakat

    penerima layanan, perlu dilakukan penyempurnaan dan pengembangan SOP Layanan Unggulan

    Metode dan tahapan dari keseluruhan kegiatan secara garis besar, meliputi: kajian dan

    telaahan data-data internal dan eksternal, melakukan identifikasi dan inventarisasi prosedur,

    melakukan wawancara, pengamatan di lapangan, studi banding, diskusi, menyusun konsep

    prosedur, pembahasan konsep dengan unit-unit penanggung jawab terkait, melakukan perbaikan

    simulasi dan uji coba, pengabsahan, dan distribusi.

    Dalam kegiatan penyusunan SOP Link Kemenkeu, telah diidentifikasi 46 jenis layanan yang

    terdapat keterkaitan aktivitas antar beberapa unit Eselon I (Lampiran 2.1)

     Terhadap SOP Layanan Unggulan Kemenkeu, telah disempurnakan dan dikembangkan

     jenis layanan unggulan dari semula 35 SOP menjadi 102 SOP sebagaimana ditetapkan dalam

    Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tanggal 3 Mei 2010, jenis layanan tersebut

    meliputi: bidang anggaran, perpajakan, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan, kekayaan negara

    pengelolaan utang, perimbangan keuangan, pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan,

    pengaduan masyarakat, penyelenggaraan diklat, dan kesekretariatan (supporting). Perubahan

     jumlah jenis layanan unggulan pada masing-masing Eselon I sebagai berikut:

    Kunjungan ADB ke KemenKeu

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    38/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20108

    2

    0 5 10 15 20 25

    BPPK 

    BKF

    Bapepam-LK 

    Itjen

    DJPU

    DJPK 

    DJKN

    DJPB

    DJBC

    DJP

    DJA

    Setjen

    0

    0

    7

    0

    0

    0

    6

    3

    8

    8

    3

    0

    3

    0

    10

    1

    3

    6

    13

    5

    21

    16

    5

    19

     Tahun 2010 tahun 2008-2009

    Selain terdapat penambahan jenis layanan

    unggulan, terdapat pula klasifikasi layanan

    unggulan yang ada terhadap pihak-pihak penerima

    layanan. Pihak-pihak penerima layanan unggulan

    meliputi (a) pihak eksternal Kementerian Keuangan,

    (b) pihak internal Kementerian Keuangan, (c) pihak

    internal dan eksternal Kementerian Keuangan. Saat

    ini sebanyak 84 SOP dari 102 SOP layanan unggulan

    telah disempurnakan dan dikembangkan,

    ditujukan untuk kepentingan stakeholder eksternal

    Kementerian Keuangan.

    15

    84

    3

    Internal Eksternal Internal dan Eksternal

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    39/106

    39KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Berdasarkan hasil identifikasi sementara

    terhadap SOP Link dengan semua unit Eselon I,

    masih terdapat beberapa unit Eselon I yang belum

    menyampaikan konfirmasi maupun usulan SOP

    Link yang tidak tercantum dalam daftar tabel hasil

    identifikasi SOP yang memiliki keterkaitan antar

    unit Eselon I. Sedangkan untuk penyempurnaan

    dan pengembangan SOP Layanan Unggulanpada unit Eselon I tertentu perlu direviu dan

    dievaluasi kembali serta pelaksanaannya agar

    disosialisasikan kepada stakeholders.

    Kendala yang dihadapi dalam

    penyusunan SOP Link antarunit Eselon I yaitu,

    adanya perbedaan dasar hukum yang diperlukan

    dalam menyusun SOP tersebut.Eselon I yang

    belum memiliki SOP berkaitan perlu melakukan

    analisis dan pembahasan mendalam terlebih

    dahulu terkait kegiatan yang ada. Kondisi itulah

    yang membutuhkan waktu relatif lama dalam

    menyusun dan menghubungkan antarSOP pada

    unit Eselon I lain. Adapun dalam pelaksanaan dan

    pengembangan SOP Layanan Unggulan, pihak

    Eselon I perlu melakukan reviu dan evaluasi

    terhadap SOP Layanan Unggulan yang ada serta

    SOP yang akan dikembangkan untuk diusulkan

    menjadi Layanan Unggulan.

    Dalam mengatasi beberapa kendala tersebut, akan dilakukan upaya peningkatan

    koordinasi dengan unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dan Unit Eselon II di

    lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dalam hal pelaksanaan pengumpulandata, peningkatan upaya identifikasi, dan sosialisasi/ internalisasi atas konsep SOP Link. Selain

    itu, akan dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam penyempurnaan dan pengembangan SOP

    Layanan Unggulan, mengingat SOP Layanan Unggulan membutuhkan komitmen dan konsistens

    dalam pelaksanaannya.

    Procurement workshop for world Bank Funded Project

    Penyampaian SPT tahunan PPh oleh Presiden danWapres

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    40/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20100

    2BERTAMBAH, STANDARPROSEDUR OPERASI(STANDARD OPERATINGPROCEDURE)LAYANAN UNGGULAN

    KEMENTERIANKEUANGAN

    Standar Prosedur Operasi Layanan Unggulan

    Kementerian Keuangan kini bertambah, dari

    semula 6 (enam) menjadi 11 (sebelas), terdiri

    dari anggaran, perpajakan, kepabeanan dan

    cukai, perbendaharaan, kekayaan Negara dan

    lelang, perimbangankeuangan, pengelolaan

    utang, pengawasan pasar modal dan lembaga

    keuangan, kesekretariatan, pengaduan

    masyarakat,pendidikan dan pelatihan keuangan.Penambahan ini bertujuan melanjutkan

    Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan

    dalampeningkatan kualitas pelayanan publik

    sebagai bagian dari penyelenggaraan sebagian

    tugas pemerintahan di bidang keuangan dan

    kekayaan Negara. Di samping itu j u ga untuk

    meningkatkan kualitas dan menjamin kepastian

    pelayanan publik Kementerian Keuangan agar

    sesuai dengan ruang lingkup tugas dan fungsinya

    serta asas-asas tata kelola pemerintahan yang

    baik. .SOP Layanan Unggulan adalah kegiatan atau

    rangkaian kegiatan yang dibakukan dalam

    rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

    eksternal dan/atau internal sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan untuk

    kepentingan masyarakat atau para pemangku

    kepentingan lainnya atas jasa dan/atau pelayanan

    administrative yang disediakan oleh Kementerian

    Keuangan. SOP Layanan Unggulan disusun

    oleh masing-masing unit Eselon I di lingkungan

    Kementerian Keuangan guna memberikan

    kepastian pelayanan, antara lain terhadap proses,

     j a n g k a waktu penyelesaian, biaya atas j a s a

    pelayanan, dan persyaratan administrasi yang

    disediakan masing-masing unit. SOP digunakansebagai acuan bagi seluruh unit Eselon I, baik di

    kantor pusat maupun instansi vertikal dan unit

    pelaksana teknis di lingkungan Kementerian

    Keuangan dalam rangka pelaksanaan pelayanan

    publik.

    Di bidang anggaran, jenis SOP Layanan Unggulan

    antara lain pelayanan di bidang Penyelesaian

    Peraturan Presiden (Perpes) tentang Rincian

    Anggaran Belanja Pemerintah Pusat beserta

    lampirannya (SAPSK). Perpres ini merupakan

    dokumen hasilkesepakatan dengan DPR yangmenjadi dasar bagi masing-masing Kementerian

    Negara/Lembaga untuk menyusun konsep

    dokumen pelaksanaan anggaran. Dasar Hukum

    layanan ini antara lain Undang-Undang Nomor 17

     Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan

    Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20100

    2

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    41/106

    41KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran

    Kementerian Negara/Lembaga, Peraturan

    Menteri Keuangan tentang Bagan Akun Standar,

    dan Surat Edaran Menteri Keuangan tentang

    Pagu definitif.

    Pihak yang Dilayani/Sfa/ce/Jo/der adalah

    Kementerian Negara/Lembaga. Janji Layanan

    berupa jangka waktu penyelesaian selambat-lambatnya minggu ke-3 November draft

    Perpres dan Lampiran disampaikan kepada

    Sekretariat Kabinet, t i d a k ada biaya atas

     jasa pelayanan. Persyaratan administrasi yang

    harus dipenuhi adalah kesepakatan resmi

    antara Komisi terkait di Dewan Perwakilan

    Rakyat dengan Kementerian/Lembaga (K/L)

    yang bersangkutan, dokumen RKA-K/L yang

    ditandatangani pejabat yang berwenang di K/L

    yang dilampiri surat pengantar dan softcopy

    data RKA-K/L, serta dokumen pendukungsesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

    tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan

    RKA-K/L. Proses awal berdasarkan pagu definitif,

    Direktur Jenderal Anggaran meneruskan

    dokumen RKA-KL kepada Kasubdit Daduktek

    untuk mengadministrasikan penerimaan

    dokumen RKA-KL dan menyampaikan kepada

    Kasubdit Teknis. Proses akhir, Seksi Daduktek

    mendistribusikan PeraturanPresiden (Perpres)

    tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah

    Pusat beserta lampirannya(SAPSK) yang

    telah ditetapkan kepada Direktorat Jendera

    Perbendaharaan dan Kementerian Negara/

    Lembaga.Keluaran/Hasil Akhir (output) adalahPeraturan Presiden tentang Rincian Anggaran

    Belanja Pemerintah Pusat beserta lampirannya

    (SAPSK).

    Untuk Pelayanan Penyelesaian Revisi SAPSK

    (non Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

    Perubahan (APBNP), jangka waktu penyelesaian

    5 (lima) hari kerja sejak data dukung diterima

    lengkap. Persyaratan administrasi sesua

    Peraturan Menteri Keuangan tentang Cara

    Perubahan Revisi APBN-P dan DIPA. Proses

    dimulai dari Instansi/Unit Terkait mengajukanusulan revisi non APBNP kepada Direktu

    Jenderal Anggaran, Kasubdit Daduktek

    mendistribusikan SP-SAPSK Revisi non APBNP

    atau Surat Pemberitahuan’Penolakan Revisi non

    APBNP. Keluarannya adalah Surat Pengesahan

    SAPSK Revisi atau Surat Pemberitahuan

    Penolakan.

    41KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    42/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20102

    2Penyelesaian Standar Biaya Khusus (SBK)

    merupakan penetapan standar biaya yang

    digunakan untuk kegiatan yang khusus

    dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga

    tertentu dan/atau wilayah tertentu dengan

     jangka waktu penyelesaian minggu ke-2 Juni.

    Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar

    Biaya Khusus disahkan oleh Menteri Keuangan.Persyaratan, harus melampirkan Term ofReference

    (TOR)/Kerangka Acuan Kerja yang memuat antara

    lain: latar belakang, tujuan, output kegiatan,

    dan beneficieries, Rincian Anggaran Biaya yang

    memuat penjelasan lebih rinci suatu komponen

    biaya satuan dan spesifikasi inputloutput. Proses

    awal, Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan

    surat permintaan kepada Kementerian/Lembaga

    untuk menyampaikan usulan Standar Biaya

    Khusus Kementerian/Lembaga sebagai bahan

    masukan dalam rangka penyiapan PeraturanMenteri Keuangan tentang Standar Biaya

    Khusus, serta diakhiri dengan Menteri Keuangan

    menandatangani Peraturan Menteri Keuangan

    tentang Standar Biaya Khusus. Oufpumya

    Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar

    Biaya Khusus. Untuk Pelayanan Penyusunan

    Konsep Rancangan Peraturan Pemerintah

    (RPP) tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan

    Negara Bukan Pajak (PNBP) atau Revisi yang

    Berlaku Bagi Kementerian/Lembaga diselesaikan

    dalam 37 (tiga puluh tujuh) hari kerja sejak awal

    proses setelah dokumen pendukung diterimadengan lengkap, serta tidak termasuk waktu

    untuk pembahasan (waktu tentatif minimal 2

    kali pembahasan). Persyaratan administrasi, K/L

    menyampaikan Draft RPP tentang Jenis dan Tarif

    PNBP lengkap dengan perhitungan tarif dengan

    menyajikan rincian biaya terkait pelaksanaan

    kegiatan PNBP. Prosesnya diawali dengan Menteri

    Keuangan menugaskan Direktur Jenderal A n g

    g a r a n memproses lebih lanjut surat Pimpinan

    Kementerian / Lembaga mengenai usulan konsep

    RPP t e n t a n g Jenis dan Tarif atas Jenis PNBPyang berlaku pada Kementerian/Lembaga

    (RPP Jenis dan Tarif PNBP) untuk selanjutnya

    diteruskan kepada Direktur PNBP. Proses akhir,

    Presiden menetapkan PP Jenis dan Tarif PNBP

    2

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    43/106

    43KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    dan selanjutnya disampaikan kepada

    Pimpinan Kementerian/Lembaga. Pimpinan

    Kementerian/Lembaga menerima PP tentang

    Jenis dan Tarif atas jenis PNBP yang Berlaku

    pada Kementerian/Lembaga. Hasil Akhir

    adalah PP tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

    PNBP.

     Terakhir, penyusunan Target dan PaguPenggunaan PNBP pada Kementerian/

    Lembaga untuk RAPBN Tahun Anggaran

    yang akan datang atau Revisi Target dan

    Pagu Penggunaan PNBP untuk APBNP Tahun

    Anggaran Berjalan, diselesaikan dalam

     jangka waktu 37 (tiga puluh tujuh) hari sejak

    awal proses dengan catatan bisa lebih cepat

    sepanjang K/L menyampaikan data dalam

    waktu yang tidak terlalu lama. Syaratnya,

    menyampaikan proposal target dan pagu

    penggunaan dana PNBP, usulan targetPNBP (Volume x Tarif) dan Pagu PNBP. Awal

    proses adalah Direktur Jenderal Anggaran

    menugaskan Direktur PNPB untuk membuat

    surat permintaan data Rencana (Target) dan

    Pagu Penggunaan PNBP (surat permintaan

    data). Proses akhir, Direktur Jendera

    Anggaran menyetujui dan menandatangan

    Rekapitulasi Target dan Pagu PNBP.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    44/106

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    45/106

    45KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Terbentuknya database mengenaiproduk/kegiatan unit

    organisasi/jabatan yang lengkap danbaku;

    Dapat menetapkan Standar NormaWaktu untuk setiap tahapan proses

    kegiatan/pekerjaan secara riil sesuaidengan karakter/sifat pekerjaanmasing-masing unitorganisasi/jabatan;

    Dalam rangka pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan

    Kementerian Keuangan dan sesuai dengan amanat Peraturan Menteri KeuanganNomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban

    Kerja (Work Load Analysis) di Lingkungan Departemen Keuangan, setiap unit

    organisasi di lingkungan Kementerian keuangan diharapkan melakukan pengukuran dan analisis

    beban kerja. Hal ini dimaksudkan untuk membangun proses bisnis (terkait pengukuran beban

    kerja dalam suatu unit organisasi) yang lebih akuntabel, transparan, efektif, efisien, dan modern

    sesuai dengan tuntutan/perkembangan lingkungan yang strategis saat ini. Hasil yang diharapkan

    dalam pelaksanaan analisis beban kerja adalah :

    Pelaksanaan ABK di tahun 2010 merupakan tahun ketiga pengukuran beban kerja

    yang telah dilakukan secara menyeluruh pada 8 (delapan) unit organisasi Eselon I yang tidak

    membawahkan kantor vertikal, yaitu Sekretariat Jenderal, Ditjen Anggaran, Ditjen Perimbangan

    Keuangan, Ditjen Pengelolaan Utang, Inspektorat Jenderal, Bapepam-LK, Badan Kebijakan Fiskal

    dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan dan 4 (empat) unit eselon I yang membawahkan

    kantor vertikal yaitu Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Perbendaharaan, dan Ditjen KekayaanNegara.

    Untuk pelaksanaan pengukuran data beban kerja pada unit eselon I yang membawahkan

    kantor vertikal, telah dilakukan pengukuran data beban kerja yang dilaksanakan secara sampling

    pada 7 kantor pada Direktorat Jenderal Pajak, 149 kantor pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

    63 kantor pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, dan 8 kantor pada Direktorat Jendera

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    46/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20106

    2PMK Reward-Punishment PajakDisiapkanJAKARTA (SINDO) - Pemerintah memastikan

    sedang menyiapkan Peraturan Menteri

    Keuangan (PMK) tentang Imbalan dan

    Hukuman (Reward and Punishment) bagiDirektorat Jenderal (Ditjen) Pajak. Tujuannya,

    untuk membuat reformasi birokrasi berjalan

    maksimal. Ketua Komite Pengawasan (Komwas)

    Perpajakan Anwar Suprijadi mengatakan,

    saat ini memang sudah ada undang-undang

    (UU) yang mengatur tentangrewardandpu

    nishmentba&aiparat pajak. Namun, sampai

    saat ini UU tersebut belum berjalan maksimal

    sehingga Menteri Keuangan (Menkeu)Agus

    Martowardojo merasa perlu untuk membuat.

    sebuah PMK.“Masih ada aparat yang lalai karena

    belum jelasnya sanksi yang akan mereka

    dapat,” tuturnya di Jakarta kemarin. Anwar

    mengatakan, untuk reward and punishment,

    di Kernenkeu sebetulnya telah diatur di

    antaranya jika terdapat pegawaiyang

    melakukan tindakan di luar aturan dan norma,

    yang bersangkutan akan diturunkan jabatan

    dan dikurangi remunerasinya.

    Untuk kasuspelanggaran yang dianggapberat bahkan terdapat sanksi pidana.

    Anwarmenegaskan, PMK Reward and

    Punishment yang tengah disusun adalah untuk

    lebih memperjelas aturan mengenai sanksi

    yang telah dibuat, sekaligus menyiapkan

    reward jika pegawai pajak menunjukkan

    prestasi dalam tugasnya.

    Masih dalam rangka meningkatkan kualitas

    Ditjen Pajak, Komite Pengawas Perpajakan

    (KPP) mengusulkan dilakukannya join audit

    antara Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai agarpertukaran data bisa dilakukan dengan lebih

    mudah.

    Anwar mengatakan, selama ini informasi

    antara Ditjen Pajak danD itjen Bea Cukai masih

    terpisah. Denganauditbersama,pertukaran

    data dan informasi terkait wajib pajak (WP)

    bisa lebih mudah dilakukan.

    “Join audit i n i akan dilaksanakan pada

    WP yang menikmati fasilitas perpajakan

    sehingga pemenuhan kewajiban perpajakanlebih optimal,” ujarnya. Join audit, kata dia,

     juga diharapkan bisa mengètahui kualitas

    pemeriksaan bark WP dan aparat pajak

    sehingga tidak menimbulkankerancuan.

    (bernadetté lilia nova)

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20106

    2

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    47/106

    47KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Kekayaan Negara. Hasil dari pengukuran tersebut telah dipresentasikan di hadapan FKRB pada

    bulan September 2010 dan telah disusun laporan hasil analisis beban kerja Kementerian Keuangan

    tahun 2010, dengan hasil pada Lamoiran 2.2.

    Di dalam pelaksanaannya, kegiatan

    Analisis Beban Kerja masih terdapat beberapa

    kendala yang cukup mempengaruhi proses

    penghitungan, yaitu antara lain belum

    ditetapkannya standar norma waktu yangmenyebabkan analis dan responden harus

    bekerja sama merumuskan norma waktu rata-

    rata yang akan digunakan di dalam pengukuran

    beban kerja. Selain itu, uraian tahapan proses

    dalam menghasilkan produk juga masih

    membutuhkan banyak penyempurnaan karena

    belum menunjukkan tahapan yang senyatanya dilakukan. Untuk mengatasi kendala tersebut

    langkah lanjutan dalam pengukuran beban kerja adalah menyusun rancangan standar norma

    waktu. Penyusunan standar norma waktu membutuhkan pengkajian mengenai tahapan proses

    pekerjaan, jabatan yang terlibat, nama produk/kegiatan, serta waktu yang digunakan. Dalam

    proses kegiatan tersebut, idealnya diperlukan data series paling tidak selama 3 (tiga) tahun

    berturut-turut, yang diperoleh melalui pelaksanaan Analisis Beban Kerja yang berkesinambungan

    Di sisi lain, perbaikan uraian tahapan proses dalam formulir kuesioner juga dilakukan agar

    dapat diperoleh data beban kerja yang lebih akurat. Hasil pelaksanaan pengukuran beban kerja in

    diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan, baik kepada pimpinan Kementerian

    Keuangan maupun seluruh pihak yang terkait, mengenai proses bisnis sebagai masukan dalam

    menyusun pelaksanaan Reformasi Birokrasi guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

    sesuai dengan perkembangan tuntutan para stakeholder.

    Pada tahun 2010 telah dilaksanakan inventarisasi dan pembahasan draft standar norma

    waktu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal. Selain itu, telah dilaksanakan

    pula uji petik norma waktu pada kantor-kantor vertikal dengan rincian sebagai berikut:

    Kontrak Kinerja Eselon I

    No. Unit Organisasi Kantor Vertikal

    1. Direktorat JenderalPerbendaharaan Negara

    KPPN Banjarmasin, KPPN Manado, KPPN Kuningan, KPPN Kediri, KPPN Pekalongan,KPPN Makassar II, KPPN Denpasar, KPPN Mojokerto, KPPN Madiun, dan KPPNPurworejo

    2. Direktorat JenderalKekayaan Negara

    Kanwil V Bandar Lampung, KPKNL Bandar Lampung, Kanwil III Pekanbaru, KPKNLPekanbaru, Kanwil XIII Samarinda, KPKNL Samarinda, Kanwil XIV Denpasar, KPKNLDenpasar, Kanwil VI Manado, KPKNL Manado, Kanwil XVII Jayapura, dan KPKNLJayapura

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    48/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 20108

    2Hasil uji petik tersebut kemudian akan dibahas dan dikoordinasikan dengan Biro Organta untuk

    mendapat persetujuan Sekretariat Jenderal dan ditetapkan oleh masing-masing unit eselon I sebagai

    acuan dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja pada tahun-tahun selanjutnya.

    Hingga akhir 2010 pembahasan dalam rangka pembakuan standar norma waktu di lingkungan

    Sekretariat Jenderal telah dilaksanakan. Namun demikian, penetapan standar norma waktu di

    lingkungan Sekretariat Jenderal belum dapat dilaksanakan karena masih menunggu usulan standar

    norma waktu dari masing-masing unit Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal. Proses pembakuan

    tersebut direncanakan dilaksanakan pada tahun 2011.

    Dalam rangka peningkatan validitas data dan efisiensi waktu pengumpulan data beban kerja

    yang selama ini dilaksanakan secara manual maka diperlukan adanya sistem otomasi pengukuran data

    beban kerja sehingga pada gilirannya ABK dapat dilaksanakan dengan lebih konsisten, obyektif, dan

    akurat, serta dapat menjadi bahan masukan yang valid bagi perancangan/penyempurnaan bidang-

    bidang lainnya dalam agenda reformasi birokrasi Kementerian Keuangan.

    Menindaklanjuti hal tersebut pada tahun 2010 telah dilaksanakan pembangunan dan

    pengembangan sistem aplikasi otomasi ABK oleh Biro Organta yang bekerja sama dengan Pusat Sistem

    Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek). Aplikasi ABK tersebut telah mengotomatisasi kegiatan-

    kegiatan yang berulang dan standar, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan akibat

    proses yang berulang tersebut. Selama ini, kesalahan yang seringkali terjadi sebelum penggunaanaplikasi adalah:

     y  Tingkat kesalahan yang cukup tinggi pada saat memasukkan data beban kerja akibat proses

    pengisian yang masih manual;

     y  Tingginya kemungkinan manipulasi data;

     y Lambatnya waktu pengerjaan analisis beban kerja;

     y Verifikasi data sangat sulit akibat jumlah data yang sangat besar; dan

     y Analisis data ABK terlalu sulit dan rumit karena prosesnya masih manual dan belum terintegrasi.

     Aplikasi yang telah dibangun tersebut, telah disosialisasikan ke seluruh unit eselon I dan telah

    dilakukan uji coba implementasinya pada Sekretariat Jenderal dengan hasil yang memuaskan dandapat meminimalisir kelemahan pengukuran data beban kerja yang dilakukan secara manual.

    EXECUTIVE SUMMARYAnalisis Beban Kerja adalah suatu teknik manajemen yang dilakukan secara sistematik untuk

    memperoleh informasi mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan volume

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    49/106

    49KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    kerja yang ada di lingkungan Departemen Keuangan. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menter

    Keuangan Nomor 140/PMK.01/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja (Work

    Load Analysis). Pelaksanaan ABK di lingkungan Kementerian Keuangan dilakukan secara mula

    tahun 2007 dengan didahului dengan sosialisasi pengisian formulir-formulir pengumpulan data

    dan formulir responden Managerial Style Inventory (MSI) yang dilakukan kepada seluruh unit

    eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan dan proses pengolahan data diserahkan pada pihak

    konsultan. Dari hasil inventarisasi tersebut diperoleh 1.101 jabatan yang menyampaikan feed back

    sebagai responden, dengan rincian sbb:

    No Unit organisasiResponden

    (Eselon IV)Feed back %

    1 Sekretariat Jenderal 188 165 87.77

    2 Ditjen Anggaran 151 111 73.51

    3 Ditjen Pajak 189 143 75.66

    4 Ditjen Bea dan Cukai 108 83 76.85

    5 Ditjen Perbendaharaan 160 110 68.75

    6 Ditjen Kekayaan Negara 116 83 71.55

    7 Ditjen Perimbangan Keu. 72 53 73.61

    8 Ditjen Pengelolaan Utang 85 76 89.41

    9 Inspektorat Jenderal 28 16 57.14

    10 Bapepam dan LK 180 157 87.22

    11 Badan Kebijakan Fiskal 101 74 73.27

    12 BPPK 71 30 42.25

    Jumlah 1.449 1.101 75,98

    Pada tahun 2008, proses pengolahan data telah dilakukan secara mandiri oleh seluruh unit

    Eselon I termasuk unit eselon I yang membawahi kantor vertikal dengan mengambil sampling

    data di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. Tahapan pelaksanaan

    Analisis Beban Kerja meliputi kegiatan sebagai berikut:

    a. Bimbingan Teknis kepada para peserta wakil dari unit Eselon II di lingkungan Eselon I

    masing-masing sebagai calon analis;

    b. Penyusunan kuesioner formulir pengumpulan data;

    c. Pengumpulan data ABK;

    d. Pengolahan data ABK;

    e. Presentasi hasil pengolahan;

    f. Pelaporan hasil ABK.

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    50/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201050

    2

    Pada tahun 2009, kegiatan ABK dilakukan lebih intensif dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan

    dilaksanakan secara mandiri terhadap 8 unit yang tidak mempunyai kantor vertikal dan uji petik

    terhadap unit yang mempunyai kantor vertikal dengan data beban kerja tahun 2008. Bimbingan teknis

    analisis beban kerja juga dilakukan Tim Reformasi Birokrasi Pusat diikuti para analis dari seluruh unit

    Menkeu: KaryawanKemenkeu Harus BebasKKN!

    JAKARTA - Menteri Keuangan Agus

    Martowardojo menjamin bahwa ujian seleksi

    penerimaan karyawan Kementerian Keuangan

    (Kemenkeu) kali ini bebas dengan unsur Korupsi,Kolusi. dan Nepotisme (KKN). Hal ini karena

    Kemenkeu termasuk diantara tiga institusi di

    Indonesia yang sudah berhasil menjalankan

    reformasi birokrasi lebih awal. “Harus bebas

    KKN dan tentu ini adalah tantangan bagi kita

    di Kemenkeu untuk benar-benar menjaga nilai

    pelaksanaan reformasi birokrasi itu secara lebih

    konsisten,” ujarnya saat mengunjungi peserta

    seleksi ujian masuk kementerian Keuangan yang

    diselenggarakan di Gelora Bung Karno, Senayan,

    Jakarta, Sabtu (10/7/2010). Untuk mengelola

    sumber daya manusia (SDM) yang baik, maka

    harus dimulai dengan program seleksi yang baik.

    Jika seleksi awalnya salah. Besar kemungkinan

    potensi pengelolaan SDM yang baik akan gagal.

    “Jadi sebaik-baiknya sistem pendidikan, sistem

    pembinaan karirmu dan sistem Sumber Daya

    Manusia (SDM), itu yang paling utama adalahmenseleksi rekrutmen yang baik. Dan untuk

    itu Kemenkeu berikan perhatian yang tinggi

    untuk hal itu,” tukasnya. Menurutnya, sejak

    program seleksi karyawan ini diluncurkan di

    Komite Pengawas, sudah melibatkan Sekertaris

    Jenderal Kemenkeu dan Inspektorat Jenderal

    Kemenkeu. Sehingga dari persiapan, eksekusi,

    sampai hasil tes dikeluarkan ditekankan untuk

    mengutamakan kualitas. “Jadi mereka (Sekjen

    dan Irjen Kemenkeu) adalah mata dan telinga

    saya. Dan dengan keterlibatan semua eselonI dalam menseleksi 1.785 karyawan ini, saya

    mengharapkan kualitas itu terjaga. Untuk itu kita

    tidak memperkenankan ada jalur khusus atau

    titipan, Dan saya betul2 tidak ingin ada KKN,”

    tegasnya.(css)

    h t t p : / / e c o n o m y . o k e z o n e . c o m /

    r e a d / 2 0 1 0 / 0 7 / 1 0 / 2 0 / 3 5 1 5 8 5 / m e n k e u -

    karyawan-kemenkeu-harus-bebas-kkn

    2

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    51/106

    51KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    eselon I dengan peserta sebanyak 368 orang peserta.

      Uji petik analisis beban kerja pada kantor vertikal dilakukan dengan pendampingan

    oleh Tim Reformasi Birokrasi Pusat pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jendera

    Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dilaksanakan di 12 kota, dengan rincian

    sebagai berikut:

    Direktorat Jenderal

    Bea dan Cukai

    Direktorat Jenderal

    Perbendaharaan

    Dikrektorat Jenderal

    Kekayaan Negara

    1. Medan

    2. Denpasar

    3. Surabaya

    4. Palembang

    5. Balikpapan

    6. Makassar

    A. Banda Aceh

    B. Palembang

    C. Samarinda

    D. Pontianak 

    E. Makassar

    F. Ambon

    1. Medan

    2. Semarang

    3. Bandung

    4. Banda Aceh

    5. Palembang

    6. Balikpapan

    7. Pontianak 

    8. Makassar

    Direktorat Jenderal Pajak melaksanakanuji petik secara mandiri

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    52/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201052

    2

    ANALISIS DAN EVALUASI JABATAN

    Pelaksanaan analisis dan evaluasi jabatan diperlukan untuk

    menyempurnakan uraian jabatan yang telah ada maupun

    untuk menyusun uraian jabatan yang baru berdasarkan

    hasil reorganisasi untuk kemudian menjadi bahan dalam

    penghitungan peringkat jabatannya

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    53/106

    53KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    Pelaksanaan analisis dan evaluasi jabatan diperlukan untuk menyempurnakan

    uraian jabatan yang telah ada maupun untuk menyusun uraian jabatan yangbaru berdasarkan hasil reorganisasi untuk kemudian menjadi bahan dalam

    penghitungan peringkat jabatannya. Kegiatan análisis dan evaluasi jabatan yang

    di rencanakan pada tahun 2010 adalah:

    a. Penyusunan uraian jabatan beberapa unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan

    yang mengalami penataan organisasi

    b. Evaluasi peringkat jabatan eselon I dan menetapkan peringkat jabatan yang baru bag

    beberapa unit yang mengalami reorganisasi.

    c. Penyempurnaan PMK 190/PMK.01/2008 tentang Pedoman Pedoman Penetapan, Evaluasi

    Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat Bagi Pemangku Jabatan

    Pelaksana di Lingkungan Departemen Keuangan.

    d. Penyusunan RKMK Penilaian Kinerja Individue. Penyusunan RKMK Tunjangan Pokok Kinerja

    Kegiatan di bidang Analisis dan Evaluasi Jabatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2010

    meliputi:

    a. Penyusunan uraian jabatan pada beberapa unit eselon I di lingkungan Kementerian

    Keuangan yang mengalami penataan organisasi melalui pembahasan bersama masing-

    masing unit Eselon I dan menetapkan uraian jabatan dimaksud dalam Peraturan Menter

    Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan.

    Peraturan Menteri Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan tentang Uraian Jabatan d

    lingkungan Kementerian Keuangan yang telah disusun pada tahun 2010 terdiri dari :

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    54/106

    Laporan Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi 201054

    2No. Nomor PMK Tanggal Tentang

    1. 85/KM.1/2009 16 Februari 2010 Uraian Jabatan Instansi Vertikal di LingkunganSekretariat Jenderal

    2. 913/KM.1/2010 17 September 2010 Uraian Jabatan Tenaga Pengkaji di Lingkungan DirektoratJenderal Kekayaan Negara

    3. 1085/KM.1/2010 6 Desember 2010 Uraian Jabatan Instansi Vertikal di Lingkungan SekretariatKomite Pengawas Perpajakan

    b. Penyusunan KMK Nomor 133/KMK.01/2010 tentang Perubahan Atas KMK Nomor 376/KMK.01/2008 tentang Peringkat Jabatan di Lingkungan Departemen Keuangan.

    Materi perubahan dari KMK tersebut sebagian besar adalah karena adanya reorganisasi,

    perubahan nomenklatur, pembentukan organisasi baru, yang antara lain terdapat pada :

    No. Unit yang mengalami perubahan Materi perubahan

    1. SETJEN :

    a. Biro Umum

    b. Pushaka

    c. Pusat LPSE

    d. Tenaga Pengkaji

    a. Perubahan nomenklatur, semula Bagian TU Pimpinan

    menjadi Bagian Dukungan Program dan Kegiatan (Biro

    Umum);

    b. Perubahan nomenklatur, semula Kepala Subbagian

     Tata Usaha menjadi Kepala Subbagian Tatalaksana dan

    Kepegawaian (Pushaka);

    c. Penetapan grading baru mulai jabatan eselon II s.d jabatan

    eselon IV pada (Pusat LPSE);d. Penetapan grading baru Tenaga Pengkaji;

    2. DJBC :

    a. Setditjen

    b. Dit. Teknis Kepabeanan

    c. Pusat Kepatuhan Internal Bea dan

    Cukai

    d. KPPBC Madya Pabean

    e. Instansi vertikal DJBC lainnya

    (perubahan tipologi kantor)

    Penetapan grading baru pada unit baru hasil reorganisasi;

     

    3. DJPB Penetapan grading baru pada Instansi vertikal DJPB (sesuai

    PMK 101/PMK.01/2008)

    4. BAPEPAM-LK Penetapan grading Tenaga Pengkaji

    5. BPPK Penetapan grading baru pada Balai Diklat Keuangan

    Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi peringkat jabatan eselon I yang dibantu oleh narasumber

    dari HAY Group Counsultant yang hasilnya merubah peringkat jabatan 3 (tiga) jabatan eselon I.

    Berdasarkan PMK Nomor 184/PMK.01/2010 yang baru ditetapkan pada tanggal 10 Oktober

  • 8/19/2019 Laporan Tahunan Perusahaan Tahun 2011

    55/106

    55KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    2010, belum dapat melakukan penghitungan peringkat jabatannya mengingat untuk

    dapat menghitung skor peringkat jabatan diperlukan uraian jabatan yang telah ditetapkan

    oleh Sekretariat Jenderal berdasarkan organisasi yang baru. Penghitungan skor peringkat

     jabatan berdasarkan PMK 184/PMK.01/2010 akan dilaksanakan pada tahun 2011.

    c. Inventarisasi jabatan pelaksana

    Pada tahun 2010, dalam rangka kejelasan kedudukan dan tugas pelaksana, perlu

    dilakukan penyempurnaan struktur jabatan dan peringkat pelaksana. jabatan pelaksana

    yang ada pada seluruh unit eselon I telah diinventarisasi. Hasil inventarisasi tersebutmeliputi inventarisasi jabatan mulai dari grade 1 sampai dengan grade 12 yang seluruhnya

    berjumlah 12.324 jabatan yang terdiri dari:

    No. Unit eselon I Jumlah Jabatan

    1. Sekretariat Jenderal 1.742

    2. DJA 1.361

    3. DJP 1.521

    4. DJBC 1.082

    5. DJPB 1.119

    6. DJKN 1.273

    7. DJPK 597

    8. DJPU 660

    9. Inspektorat Jenderal 274

    10. Bapepam dan LK 1.221

    11. BKF 820

    12 BPPK 654

     TOTAL 12.324

    Inventarisasi jabatan pelaksana ini masih dalam tahap penyusunan draft Peraturan Menter

    Keuangan. Tindak lanjut k