-
LAPORAN PRAKTIKUM
SURVEI PERTAMBANGAN
Modelling Data Seam Batubara, Pembuatan Cropline dan Kontur
Struktur
DosenPembimbing :
M. Iqbal Taftazani, S.T, M.T
Disusun Oleh:
Luna Puspita Ratri
13/355665/SV/05205
DIPLOMA 3 TEKNIK GEOMATIKA
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
-
I. MATERI
Modelling Data Seam Batubara, Pembuatan Cropline dan Kontur
Struktur
II. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat melakukan proses modelling seam batubara,
membuat
cropline dengan menggunakan fungsi intersect between two DTM
Agar mahasiswa dapat membuat peta Kontur Struktur
III. LANGKAH PRAKTIKUM
1. Membuka Software SURPAC
2. Membuka file original_data1.str kemudian membuat DTM dari
file tersebut dengan
cara memilih menu Surfaces > DTM file functions > Create
DTM from string file.
3. Lalu membuat kontur dari DTM tersebut dengan kontur minor
berinterval 1 meter dan
kontur mayor berinterval 10 meter yaitu memilih menu Surfaces
> Contouring >
Contour in DTM file
-
4. Kemudian melakukan extend atau membuat titik dari pelurusan
antara titik-titik bor
untuk dijadikan sebagai updeep sehingga dapat digunakan untuk
membuat Cropline.
Caranya dengan :
Membuka file bor_roofa10.str dan file original_data1.str /
kontur topografi.
Topografi dibutuhkan karena pembuatan titik harus diluar dari
topografi, sehingga
dapat mengetahui batas topografi tersebut.
Memilih menu Create > Point > Along Vector
Terdapat perintah untuk memilih titik kemudian memilih titik dan
drag ke arah luar
topografi, kemudian akan muncul window Locate along vector
seperti berikut :
Mengisi nilai jarak pada New Point agar titik bor extend semua
memiliki jarak
yang sama baik roof maupun floor. Klik Apply.
Kemudian pada display akan muncul titik baru seperti berikut
:
-
Melakukan hal yang sama pada titik lainnya. Maka akan membentuk
garis antara
titik-titik yang telah dibuat sehingga melakukan breakline agar
menjadi titik
seperti berikut :
Kemudian menyimpan hasil extend titik bor roof tersebut dengan
nama
roofA_extend.str
Lalu melakukan hal yang sama untuk extend titik bor floor dan
disimpan dengan
nama floorA_extend.str
5. Setelah membuat extend titik bor, selanjutnya membuat DTM
dari file gabungan antara
file bor_roofA10.str dengan roofA_extend.str serta
bor_floorA10.str dengan
floorA_extend.str
DTM roof DTM floor
-
6. Kemudian mencoba menggabungkan kedua dtm tersebut dan
mengganti warna salah
satu dtm agar terlihat kedua-duanya dengan memilih icon color
surface or solid by a
field
Lalu drag DTM lainnya, sehingga menjadi seperti berikut :
7. Kemudian membuat final wall sebagai batas penambangan.
Sebelum membuat final
wall maka harus mengetahui Cropline dengan cara :
Memilih menu intersect antara 2 DTM yaitu surfaces > DTM file
functions >
Line of intersection between 2 DTMs
Klik Apply
Cropline akan
terbentuk
seperti gambar
-
Maka akan muncul window seperti berikut :
Mengisi first DTM dengan file original_data1 dan second DTM
dengan file floor >
klik Apply
Maka pada directory akan muncul string file hasil intersect
Berikut hasil intersectnya :
8. Setelah membuat cropline maka digitasi cropline tersebut
sehingga membentuk
boundary dan terdapat batas / Final Wall
Membuka DTM floor dan hasil intersect
-
Kemudian mengaktifkan mode snap triangle agar digitasi pada
ketinggian dtm
floor.
Lalu klik icon Start a new segment for digitizing > create
new points using the
mouse > memulai digitasi
Sehingga akan membetuk area dan Final Wall.
9. Karena hasil digitasi tersebut masih anti_clockwise /
open
maka membuat final wall tersebut menjadi clockwise /
boundary yang tertutup dengan melihat kepala dan ekor
tiap segment (DRWS) lalu move point dan join segment.
Sehingga hasilnya dapat dilihat dengan menu Inquire >
Segment Properties
-
10. Kemudian membuat kontur struktur untuk roof dan floor dengan
DTM masing-masing.
Memilih menu Surfaces > Contouring > Contour DTM file.
Hasilnya sebagai
berikut:
11. Setelah membuat kontur struktur melakukan clip antara final
wall dan kontur struktur
roof serta kontur struktur floor
Clip kontur struktur roof dengan memilih menu Edit > Trim
> Clip by selected
segment
Memilih outside the boundary > klik Apply
Memastikan bahwa layer yang aktif adalah layer kontur.
Berikut hasil clip untuk roof :
Roof
Klik Apply
Floor
Klik Apply
-
Kemudian menyimpan hasil tersebut.
Melakukan hal yang sama untuk clip kontur struktur floor
12. Selanjutnya membuat peta kontur struktur seam A (roof dan
floor) dengan cara
seperti berikut :
memilih menu Plotting > Map > New
kemudian akan muncul window Create a new map untuk mengisikan
nama map
yang akan didesign
klik Apply. Kemudian mengisi entity sebagai berikut :
-
klik Apply. Lalu mengedit entity dengan memilih menu Plotting
> Entity > Edit.
Mengedit Contour Label dan DH Label untuk menampilkan deskripsi
dari titik bor
yang sudah dibuat.
Kemudian proses map dengan menu Plotting > Procces >
Map
IV. PERTANYAAN
a. Berapakah luas final wall yang terbentuk.
b. berapakah Volume OB?
c. Volume Cadangan Seam A
d. Coba anda estimasi berapakah tebal rata-rata dari seam A.
e. Jika diketahui tebal IB rata-rata adalah 10m, coba anda
estimasi berapakah volume
IB nya.
f. Jika dibawah seam A terdapat Seam B dengan tebal 3m, coba
anda estimasi berapakah
volume cadangan seam B.
g. Dari hasil a s/d f, hitunglah SR nya.
h. Jika biaya stripping OB/IB per BCM adalah Rp. 15.000,
berapakah total biaya yang
harus dibayar owner kepada kontraktor untuk stripping seluruh
volume OB dan IB
tsb.
i. Jika harga batubara adalah Rp. 200.000,- / MT, berapakah
nilai jual batubara seam A,
dan berapa nilai jual batubara seam B. (diketahui massa jenis
batubara adalah 1,3
Ton/m3)
-
V. JAWABAN DAN PEMBAHASAN
a. Luas final wall yang terbentuk dapat diketahui dengan cara
:
Membuka string file Final Wall kemudian memilih icon Segment
Properties >
klik pada segment final wall
Sehingga pada command window akan muncul informasi mengenai
segment
tersebut termasuk luas area final wall yang ditunjukkan dengan
Horizontal Area
= 94706,504 m2
b. Volume OB dapat diketahui dengan Membuat surface dari file
topografi dan file roof
karena cut and fill akan dihitung dengan first DTM adalah dtm
dari topografi dan
second DTM adalah dtm surface yang harus dibentuk. Caranya
adalah :
Clip inside boundary dengan topografi
Kemudian memasukkan kontur struktur roof menjadi satu layer
dengan hasil clip
boundary dengan topografi sebelumnya
Kontur struktur roof seam A
Topografi
Klik Apply
-
Menyimpan hasil gabungan layer tersebut kemudian membuat DTMnya
untuk
dijadikan sebagai first DTM saat menghitung cut and fill
Setelah membuat DTM, maka menghitung cut and fill dengan menu
Surfaces >
Volumes > Cut and fill between DTMs
Sehingga akan muncul report berupa notepad apabila berhasil pada
hitungan cut and
fill tersebut.
Pada notepad tersebut ditunjukkan dengan Fill Volume bahwa nilai
Volume OB
yaitu sebesar 2.241.846 BCM
c. Volume Cadangan Seam A dapat dicari dengan hitungan cut and
fill dimana
menggunakan file DTM roof sebagai second DTM dan DTM floor
sebagai first DTM
seam A tersebut dan menggunakan boundary final wall, sehingga
hasilnya akan
terhitung pada volume yang berada di dalam boundary tersebut.
Berikut hasilnya :
-
Pada window diatas dapat disimpulkan bahwa volume seam A adalah
jumlah antara
Cut volume dengan Fill Volume yaitu sebesar 576.857 BCM
Volume ditambahkan karena bentuk dari roof dan floor menyilang
atau mengalami
perpotongan dimana floor memiliki orientasi ke arah yang lebih
tinggi dibandingkan
dengan roof dan menyebabkan floor menjadi diatas roof seperti
berikut :
d. Estimasi tebal rata-rata dari seam A dapat dihitung dengan
cara membagi Volume
seam A dengan luas boundary yang digunakan. Berikut hitungannya
:
=
= 576.857
94.706,504 2
= 6,09
e. Jika diketahui tebal IB rata-rata adalah 10m, estimasi volume
IB dapat dihitung
dengan rumus yang sama pada langkah (d)
=
10 =
94.706,504 2
= 10 94.706,504 2
= 947.065,04
f. Jika dibawah seam A terdapat Seam B dengan tebal 3m, estimasi
volume cadangan
seam B dapat dihitung dengan rumus yang sama dengan langkah
(e)
=
Floor Roof Floor
Roof
-
3 =
94.706,504 2
= 3 94.706,504 2
= 284.119,512
g. Dari hasil a s/d f dapat dihitung SR (Stripping Ratio) dengan
pembagian antara jumlah
volume Overburden, Volume Interburden dengan Tonnage seam A dan
seam B,
berikut hitungannya :
() =
= 2.241.846
(576.857 1,3)
= 1
0,3
() =
= 947.065,04
(284.119,512 1,3)
= 1
0,39
() = +
+
= +
( ) + ( )
= 2.241.846 + 947.065,04
(576.857 1,3) + (284.119,512 1,3)
= 3.188.911,04
1.119.269,466
= 1
0,353
Sehingga dari hasil hitungan Stripping Ratio diatas masih
memenuhi TOR yaitu
sebesar 1:10 dan dapat dikatakan layak.
h. Jika biaya stripping OB/IB per BCM adalah Rp. 15.000, total
biaya yang harus
dibayar owner kepada kontraktor untuk stripping seluruh volume
OB dan IB dapat
dihitung seperti berikut :
-
= ( + )
= (2.241.846 + 947.065,04) 15.000,
= 47.833.665.600,
i. Jika harga batubara adalah Rp. 200.000,- / MT, maka nilai
jual batubara seam A dan
nilai jual batubara seam B dapat dihitung dengan cara seperti
berikut :
(diketahui massa jenis batubara adalah 1,3 Ton/m3)
Nilai jual batubara seam A
=
= 749.914,1 3 200.000,
= 149.982.820.000,
Nilai jual batubara seam B
=
= 369.355,3656 3 200.000,
= 73.871.073.120,
VI. HASIL PRAKTIKUM
Layout Peta
-
VII. KESIMPULAN
Dari hasil membuat cropline, membentuk final wall hingga
menghitung volume seam
disimpulkan bahwa tambang batu bara ini layak untuk
dieksploitasi karena dengan
Stripping Ratio yang rendah memungkinkan lebih banyak
keuntungannya dalam
kegiatan penambangan seam A ini.
Data yang digunakan tidak ideal karena roof dan floor tidak
sejajar sampai dengan
cropline, masih terdapat perpotongan. Namun dalam hal ini
mungkin saja terjadi pada
dunia nyata.