BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia ( Depkes RI, 1999). Pelayanan kesehatan rumah sakit bertujuan agar terciptanya kesembuhan pasien dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan rumah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat,
bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh
wilayah Republik Indonesia ( Depkes RI, 1999).
Pelayanan kesehatan rumah sakit bertujuan agar terciptanya kesembuhan pasien
dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan rumah
sakit seperti yang dijelaskan diatas, perlu melaksanakan pelayanan optimal, salah
satunya di bidang gizi.
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, serta status metabolisme
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit.
Berdasarkan mekanisme kerja, kegiatan pokok Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
dikelompokkan menjadi 4 kegiatan yaitu pengadaan dan penyajian makanan, pelayanan
gizi diruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi gizi, penelitian dan pengembangan
gizi terapan.
1
Salah satu pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi ruang rawat inap.
Pelayanan gizi ruang rawat inap merupakan serangkaian kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dengan pengkajian data dari hasil pemeriksaan fisik,
antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya sampai pada perencanaan terapi
gizi/diit serta evaluasinya (Almatsier, Sunita. 2004 :3)
Terapi gizi medis merupakan salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
penyakit dan sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien sehingga harus
diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan metabolisme ( PGRS, 2006 : 7 ). Dalam upaya pemenuhan zat gizi yang
optimal pada pelaksanaan asuhan gizi dan terapi gizi medis pada pasien diperlukan
keterlibatan dan kerjasama yang erat antar berbagai profesi terkait yang bergabung
dalam tim asuhan gizi. Tiap anggota tim memberi sumbangan spesifik sesuai dengan
keahliannya, yang diharapkan saling mengisi dalam upaya memberikan asuhan
gizi/terapi gizi medis yang optimal.
Salah satu penyakit yang memerlukan terapi gizi medis ialah diabetes mellitus.
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh adanya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kekurangan
hormon insulin baik absolut maupun relatif. Diabetes mellitus disebabkan oleh tidak
kuatnya produksi insulin karena defek pada sel – sel beta pankreas yang dikenal sebagai
diabetes melitus tipe I , atau tidak efektif nya kerja insulin di jaringan yang dikenal
sebagai diabetes melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Penyakit ini merupakan penyakit menahun yang diderita seumur hidup.
2
Berdasarkan hal diatas dan dalam upaya menciptakan ahli madya gizi yang
mampu mengkaji status gizi pasien dan dapat melaksanakan asuhan gizi pasien,
menyusun perencanaan diet sesuai dengan keadaan penyakit baik dengan komplikasi
maupun non kompllikasi, bekerja sama dengan asuhan tim klinik dan menerapkan ilmu
yang didapatkan dibangku kuliah. Sesuai dengan kurikulum pendidikan gizi maka
Praktek Kerja Lapangan (PKL) manajemen asuhan gizi klinik dasar, mahasiswa mampu
melaksanakan terapi diit pada berbagai macam penyakit dengan melakukan studi kasus
mengenai “Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus Tipe II Dengan Ulkus
Diabetikum Di ruang Rawat Inap Interne Wanita RSUD. Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi “
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum Studi Kasus
Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan pelayanan gizi dan
penatalaksanaan diet pada pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Ulkus
Diabetikum di ruang rawat inap interne wanita RSUD. Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi.
1.2.2 Tujuan khusus studi khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisa pengkajian gizi.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa gizi pasien.
c. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi.
d. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizi.
3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu merencanakan dan melaksanakan terapi diit pasien sesuai
dengan data - data penyakit, memahami pelayanan gizi ruang rawat inap interne wanita
di RSUD. DR. Achmad Mochtar Bukittinggi, menambah wawasan dalam melakukan
studi kasus dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.
1.3.2 Bagi Instalasi
Membantu dan sebagai bahan masukan bagi Instalasi untuk dapat melihat
permasalahan apa yang dijumpai selama pelaksanaan studi kasus pada ruang rawat inap
khususnya ruang rawat inap interne wanita tentang diet dan pengolahan makanan untuk
pasien.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin baik
secara absolut maupun relatif (Almatsier, 2004 : 137).
Diabetes mellitus merupakan kumpulan keadaan yang disebabkan oleh
kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan pengendalian gula darah ini terjadi atas
dua hal yaitu produksi insulin yang tidak memadai atau tidak ada sehingga hormon
insulin yang dihasilkan oleh sel- sel beta pada bagian endokrin pankreas dan resistensi
insulin menjadi meningkat (Mansjoer, Arif. Dkk. 2001 : 580).
Menurut Dr. Sayoga, M.Sc Diabetes adalah penyakit kronis berupa kelainan
metabolisme karbohidrat yaitu zat tepung dan gula dengan ciri penumpukan glukosa
didalam plasma darah karena jumlah hormon insulin yang kurang sehingga tidak mampu
melaksanakan perannya dalam metabolisme karbohidrat. Akibatnya zat glukosa
sebagian dikeluarkan dari tubuh melalui urine.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai
dengan anjuran American Diabetes Association (ADA) 1997.
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Destruksi sel beta yang menjurus ke defisiensi insulin absolut :
5
- Autoimun
- Idiopatik
2. Diabetes Mellitus Tipe II
Bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai dengan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Mellitus Tipe lain
a) Defek genetik fungsi sel beta.
b) Defek genetik kerja insulin
c) Penyakit eksokrin pankreas
1. Pankreatitis
2. Pankreatektomi
d) Endrokinopati
e) Karena obat/ zat kimia : vacar, pentamidia, asam nikotinat.
f) Infeksi yang disebabkan oleh virus
g) Sebab imunologi yang jarang
h) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes mellitus.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui
karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
Menurut kriteria World Health Organization (WHO) tahun 1985, penyakit
diabetes mellitus di bagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Tipe IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus)
6
Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent DM atau
DMTI (Diebetes Melitus Tergantung insulin) atau DM Tipe I, dimana gambaran
klinisnya biasa timbul pada masa kanak- kanak dan puncak nya pada waktu
dewasa. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh
dekstruksi sel β pulau Langerhans akibat proses autoimun Bila insulin tidak aktif
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel akibatnya glukosa akan tetap berada di
dalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa dalam darah meningkat.
Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak ada sumber energi di
dalam sel. Inilah yang terjadi pada DM Tipe I.
2. Tipe NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus
DM Tipe II atau NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus)
disebabkan oleh kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi
defisiensi relatif insulin. Jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak
tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin yang berfungsi sebagai pembawa glukosa ke dalam sel mengalami
gangguan maka glukosa yang akan masuk sel menjadi sedikit, sehingga akan
kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa dalam pembuluh darah
meningkat.
3. Malnutrition Related Diabetes Melitus (MRDM)
7
Yaitu diabetes yang berkaitan dengan berkurangnya makanan dan
malnutrisi.
4. Diabetes Tipe lainnya yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
yaitu:
a. Faktor genetik
b. Karena obat
c. Penyakit Hormon
d. Penyakit Pankreas
e. Sirosis Hepatis
2.3 Etiologi
Menurut Soersirah Soetardjo dkk tahun 1990, penyebab yang pasti dari Diabetes
Mellitus belum jelas. Beberapa faktor pencetus Diabetes Mellitus, antara lain :
a. Faktor Lingkungan
Virus dapat menyerang seseorang yang dapat menyebabkan peradangan
pada pankreas (pankreatitis). Begitu juga dengan bahan-bahan kimia, yang dapat
menimbulkan endapan-endapan besi dalam pankreas (hemokromatosis) yang
juga dapat mengakibatkan peradangan pankreas sehingga merusak sel-sel beta
penghasil insulin.
b. Faktor genetik
Lebih kurang 25 % dari penderita Diabetes Mellitus mempunyai anggota
keluarga yang juga menderita Diabetes Mellitus. Menurut Mendell apabila kedua
orang tua menderita Diabetes Mellitus maka 100% keturunannya menderita
8
diabetes melitus dan apabila salah satu orang tua positif Diabetes Mellitus maka
50% anak kemungkinan menderita Diabetes Mellitus.
c. Faktor pencetus lainnya
a. Obesitas
Pada keadaan obesitas reseptor insulin berkurang jumlah dan
keaktifannya (kurang sensitif) sehingga keberadaan insulin di dalam darah
kurang dan tidak dapat dimanfaatkan.
b. Pola makan yang salah
Sesuai dengan kemajuan zaman dan meningkatnya pendapatan rata-rata
perorangan perbulan menyebabkan orang cenderung mengkonsumsi
makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat yang melebihi kebutuhan.
Patogenesis
Pankreas melepaskan insulin dalam jumlah proporsional dengan jumlah makanan
yang dikonsumsi. Sel-sel beta memonitor kadar gula darah secara teratur dan
melepaskan jumlah insulin yang dibutuhkan untuk memproses glukosa di dalam darah.
Pada pasien diabetes, pankreas tidak memproduksi insulin sehingga tidak dapat
digunakan oleh tubuh. Oleh karena itu gula darah tidak dapat digunakan secara efektif
oleh sel-sel beta dan kelebihan glukosa tidak dapat disimpan (Ramaiah, 2006).
2.4 Gambaran Klinis
Seseorang datang ke dokter dan didiagnosa menderita Diabetes Mellitus bila ada
keluhan kelainan kulit seperti : gatal, bisul–bisul, kelainan ginekologi seperti keputihan,
9
kelemahan tubuh, luka atau bisul yang tidak sembuh – sembuh dan infeksi saluran
kemih.
Gejala khas Diabetes Melitus berupa:
1. Poliuria (frekuensi buang air kecil yang sering)
2. Polidipsia (Peningkatan rasa haus akibat volume urine yang sangat besar)
3. Lemas dan berat badan turun
4. Polifagia (peningkatan rasa lapar dan nafsu makan bertambah)
5. Kesemutan, gatal, mata kabur
6. Pada keadaan akut dapat terjadi ketoasidosis
2.5 Diagnosis
Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan pada pasien, bila ditemukan
berbagai gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan tanda- tanda
pennyakit diabetes.
Pada pasien diabets ditemukan nkadar gula darah yang melebihi batas normal
yaitu sebagai berikut :
a. Gula darah puasa > 140 mg/dl
b. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
c. Gula darah 2 jam PP > 180 mg/dl
Selain itu pada pasien diabetes mellitus ditemukan glukosa dalam urin melalui
pemeriksaan urin pada pasien diabetes sebagai berikut :
4 Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan energi total.
5 Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
6 Cukup vitamin dan mineral.
c. Penerangan dan Konsultasi Gizi
Penerangan dan konsultasi gizi diperlukan untuk mengubah persepsi, membuka
pikiran, dan membangkitkan semangat pasien untuk melaksanakan diet agar tercapai
kehidupan yang optimal bagi pasien.
Tujuan : untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang diet
20
yang harus dijalankan serta memotivasi pasien dalam menjalankan
diet
Materi : Jenis diit yang sesuai dengan penyakit pasien
Porsi makan yang harus diberikan
Jenis bahan makanan yang harus dihindari dan dibatasi
Jadwal makan yang seharusnya bagi pasien
Bahan penukar yang bisa dijadikan variasi dalam konsumsi
makan pasien
Contoh menu yang bisa digunakan pasien
Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh
pasien
Sasaran : Pasien dan keluarga
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet, Daftar Bahan Makanan Penukar
21
BAB III
GAMBARAN PENDERITA
A. Identitas Pasien
Tabel 3.1 Identitas Pasien
Nama : Nurdingin Ruang : Interne Wanita ( isolasi )Umur : 49 tahun Tgl MRS : 16 mei 2013Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Pengamatan : 17 – 19 Mei 2013Pekerjaan : Pedangang Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe IIPendidikan : SMA Dokter yang Merawat : Dr. Linda Agama : Islam Terapi diet : MLDD 1700 Keluhan : Ulkus Diabetikum
3.1 Assesment
1. Riwayat Nutrisi
a. Nutrisi Dahulu
Ibu Nurdingin sering mengolahan makanan dengan menggunakan santan, sering
minum teh (gula pasir 2-3 sdm) yang dikonsumsi setiap pagi dengan gorengan seperti
bakwan, goreng pisang atau dengan roti tawar. Pola makan kurang teratur,
mengkonsumsi makanan pokok 2x-3x/hari, dengan porsi nasi yaitu 200 gr/x makan .
Memasak ikan (50 gr) digulai 4x/mgg dan digoreng 3x/mgg), Jarang makan buah
(3x/bln). Sering memasak menggunakan bahan penyedap. Mengkonsumsi sayur
setiap kali makan dengan porsi 100 gr/x makan dan sering makan yang manis-manis
seperti kue bolu (75 gr), selain itu pasien juga sering mengkonsumsi makanan kaleng
seperti sarden 3x seminggu dan jarang berolahraga.
22
Tabel 3.2 Intake makanan sehari
ZAT GIZI ASUPAN KEBUTUHAN PERSENTASE (%)Energi 2053,8 kkal 1706,02 kkal 120,38 %Protein 63,3 gr 63,97 gr 99,06 %Lemak 84,1 gr 47,38 gr 177,50 %
Karbohidrat 270 gr 255,9 gr 105,51 %
b. Nutrisi Sekarang
Pola makanan pasien baik, yaitu 3x mkanan pokok dan 3x makanan selingan.
Nafsu makan pasien baik. Pasien menerima diet yang diberikan dengan sering
menghabiskan makanan yang diberikan dari rumah sakit dan tidak mengkonsumsi
- Cukup vitamin dan mineral (terutama vitamin A sebanyak 500 RE dan vitamin K
sebanyak 65 gr).
d. Syarat :
- Memberikan makanan dengan memperhatikan 3 J (jumlah, Jenis, dan Jadwal)
- Tidak boleh menggunakan bumbu yang merangsang
- Mudah dicerna
- Membatasi penggunaan karbohidrat sederhana dalam jumlah yang banyak
- Makanan diberikan dalam bentuk porsi kecil tapi sering dengan 6x pemberian (3
pokok + 3 selingan)
a. Sarapan : 20 % TEE
b. Snack siang : 10% TEE
c. Makan siang : 30 % TEE
27
d. Snack sore : 10% TEE
e. Makan malam : 25% TEE
f. Snack malam : 5% TEE
e. Perhitungan :
TEE = BEE + AKT + F. Stress + SDA
BEE (Basal Energi Expenditure) = 655 + (9,6 x BBI) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 48,6) + (1,8 x 154) - (4,7 x 49)
= 655 + 466,56 + 279 - 230,3 = 1170,26 kkal
Aktivitas = 15% x 1170,26 = 175,54 kkal
Faktor stres = 20 % x 1170,26 = 234,05 kkal
SDA = 8% x (BEE + AKT + F.stress) = 8% x 1579,85 = 126,38 kkal
TEE (Total Energi Expenditure) = 1170,26 + 175,54 + 234,05 + 126,38 = 1706,02 kkal
P = 15% x TEE = 15% x 1706,0 kkal = 255,90 kkal/4 = 63,975 gr
L = 25% x TEE = 25% x 1706,02 kkal = 426,505 kkal/9 = 47,38 gr
KH = 60% x TEE = 60% x 1706,02 kkal = 1023,6 kkal/4 = 255,9 gr
f. Edukasi
Tema : Diabetes Melitus Tipe II
Sasaran : Pasien & Keluarga Pasien
Waktu : ± 30 Menit
Tempat : Ruang Rawat Inap Pasien
Media : Leaflet dan daftar bahan penukar
28
Metode : Konseling Gizi dan Tanya jawab
Materi :
Pengertian, tujuan, prinsip dan syarat diet DM tipe II
Bahan makanan yang dianjurkan dan dipantangkan untuk diet DM tipe II
Cara menggunakan daftar bahan penukar
Cara pengolahaan makanan yang baik
Evaluasi:
Menanyakan kembali tentang materi yang diberikan
Melihat kepatuhan pasien terhadap diet
3.4 Monitoring dan Evaluasi
Tabel 3.4 Monitoring Dan Evaluasi
Parameter Target PelaksanaanAsupan Asupan baik Setiap hari
Status gizi Normal Diawal dan diakhir intervensiTekanan Darah Normal Setiap hari
Hb Normal Setiap ada pemeriksaanGDP Normal Setiap ada pemeriksaanGDS Normal Setiap ada pemeriksaanLDL Normal Setiap ada pemeriksaanHDL Normal Setiap ada pemeriksaanFisik Baik Setiap hari
Pengetahuan Gizi Baik Setelah memberikan konsultasi
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Gizi Pasien
4.1.1 Anamnesa Gizi Pasien
Ibu Nurdingin seorang pedagang, sering mengolahan makanan dengan
menggunakan santan, sering minum teh (gula pasir 2-3 sdm) yang dikonsumsi setiap
pagi dengan gorengan seperti bakwan, goreng pisang atau dengan roti tawar. Pola makan
kurang teratur, mengkonsumsi makanan pokok 2x-3x/hari, dengan porsi nasi yaitu 200
gr/x makan . Memasak ikan (50 gr) digulai 4x/mgg dan digoreng 3x/mgg), Jarang makan
buah (3x/bln). Sering memasak menggunakan bahan penyedap. Mengkonsumsi sayur
setiap kali makan dengan porsi 100 gr/x makan dan sering makan yang manis-manis
seperti kue bolu (75 gr), selain itu pasien juga sering mengkonsumsi makanan kaleng
seperti sarden 3x seminggu dan jarang berolahraga.
4.1.2 Monitoring Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi, dibedakan yaitu baik, kurang dan lebih ( almatsier, 2001).
Penilaian status gizi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Yang termasuk
penilaian langsung yaitu dengan penilaian antripometri, biokimia, klilnis dan biofisik.
Sedangkan yang penilaian secra tidak langsung yaitu konsumsi makanan, statistik vital
dan faktor ekonomi.
30
Pada awal pengkajian kasus yaitu dimulai tanggal 17 Mei 2013 – 19 Mei 2013
status gizi pasien adalah gemuk (kelebihan BB tingkat ringan).
Penilaian : status gizi pasien berdasarkan IMT adalah gemuk (kelebihan berat
badan tingkat ringan).
Tabel 4.2 Klasifikasi Status Gizi
No Status Gizi IMT1 Kurang < 18.52 Normal 18.5 – 253 Lebih >25.5 – 27.04 Obesitas > 27.0
4.1.3 Monitoring Data Klinis
Tabel 4.1 Monitoring Data Klinis Pasien dari Tanggal 17 – 19 Mei 2013
Hasil Pemeriksaan
Tgl 17 Mei 2013 Tgl 18 Mei 2013 Tgl 19 Mei 2013Nilai Normal
Hasil Ket Hasil Ket Hasil KetTD 140/80 Tinggi 130/80 Tinggi 120/80 Normal 120/80 mmHg N 80x/mnt Normal 90x/mnt Normal 70x/mnt Normal 60-90x/menitP 15x/mnt Normal 18x/mnt Normal 20x/mnt Normal 16-20x/menitS 37,1 Normal 37,3 Normal 36,9 Normal 36-37,50 C
Pada tanggal 17 mei 2013 pasien mengalami kenaikan TD sehingga
mengakibatkan paseian sakit kepala dan nafsu makan agak berkurang. Pada tanggal 18
mei 2013 Tekanan Darah pasien mulai menurun dan nafsu makan pasien mulai
membaik. Daya terima pasien terhadap makanan mengalami peningkatan setiap hari,
sehingga kebutuhan pasien selalu terpenuhi. Pasien patuh terhadap diet yang diberikan,
dibuktikannya dengan sering menghabiskan makanan yang diberikan dan tidak
31
mengkonsumsi makanan dari luar. Pada tanggal 19 mei 2013 infus pasien sudah mulai
dilepas, pasien sudah agak membaik, dan badan sudah tidak sakit lagi. Selain itu ukkus
diabetikum yang diderita pasien juga sudah kering.
4.2 Diagnosa gizi pasien
4.2.1 Domain intake
Pasien kelebihan makanan dan minuman melalui oral berkaitan dengan penyakit
yang diderita, ditandai Asupan Energi 2053,8 kkal ini disebabkan karena kebiasaan
makan pasien yang tidak teratur. Setelah beberapa hari mendapatkan intervensi gizi
pasien sudah mengkonsumsi makan sesuai dengan kebutuhannya.
4.2.2 Domain Klinis :
Adanya Gangguan pada fungsi gastro intestinal berkaitan dengan penyakit DM
yang diderita oleh pasien , ditandai dengan mual muntah, nyeri pada ulu hati, dan semua
badan terasa sakit. Selain itu Perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan penyakit
yang dideritanya, ditandai dengan tidak normalnya nilai lab GDP = 195 mg/dl,GDS =
149 mg/dl, LDL = 139 mg/dl. Pasien mengalami kelebihan kelebihan BB berkaitan
dengan kelebihan asupan gizi (asupan gizi yang tidak seimbang), ditandai dengan BB =
62 kg dan IMT = 26,14 kg/m2 ini disebabkan karena kebiasaan makan pasien yang tidak
teratur.
4.2.3 Domain Behavior :
Kurangnya Aktifitas fisik pasien berkaitan dengan BB berlebih, ditandai dengan
tidak suka berolahraga ini menyebabkan pasien mengalami kelebihan berat badan.
32
4.3 Intervensi Gizi
b. Tujuan :
- Merubah prilaku pasien mengenai kebiasaan makan yang salah
- Mencapai kadar glukosa darah supaya mendekati normal
- Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
- Memberi energi cukup untuk mencapai BB normal
- Memperbaiki ulkus diabetikum.
b. Prinsip
- Energi cukup sesuai kebutuhan pasien yaitu 1700 kkal