User
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 4 : ORAL FACIAL PAINSEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BLOK STOMATOGNASI 2OLEH KELOMPOK 6 :
Kanwangwang Dwi N.A
141610101036 Novia Fisca Liliany
141610101042 Najla Irhamni P.
141610101056
Indah Putri A. D
141610101057
Aisha Rahma F.
141610101058
Zakiyya Ulpiyah
141610101061
Anisa Hilda B.
141610101063
M. Nadhir A.
141610101064
Citrayuli N.
141610101065
Grace Valencia H.
141610101066
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nyalah laporan skenario 4 blok
Stomatognasi 2 yang berjudul Oral Facial Pain ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai
sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok tutorial.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes selaku tutor kelompok 6
yang telah membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok
tutorial di blok Stomatognasi 2 skenario 4.
2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada
kami, sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan tutorial
ini.
3. Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan
tenaganya sehingga laporan tutorial ini dapat berjalan dengan baik
dan laporan ini dapat terselesaikan pada waktunya.
4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
angkatan 2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu.
Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini
dapat berguna baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca
dikemudian hari. Laporan ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
tutorial ini.DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................
i
DAFTAR ISI
........................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
....................................................................................
1
1.2 Tujuan
................................................................................................
1
1.2 Skenario
.............................................................................................
2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 STEP 1 : Mendefinisikan Istilah
........................................................ 3
2.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah
........................................................... 3
2.3 STEP 3 : Rumusan Masalah
..............................................................
3
2.4 STEP 4 : Kerangka Konsep
...............................................................
62.5 STEP 5 : Learning Objective
............................................................. 72.6
STEP 6 : Belajar Mandiri
...................................................................
72. .7 STEP 7 : Pembahasan
......................................................................
7BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
........................................................................................
39DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................
40BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangNyeri orofasial dapat didefinisikan sebagai
rasa sakit dan disfungsi yang mempengaruhi transmisi motorik dan
sensorik dalam sistem saraf trigeminal. Nyeri orofasial merupakan
rasa nyeri yang lebih kompleks dibandingkan dengan rasa nyeri pada
bagian tubuh lainnya karena menyangkut banyaknya struktur anatomi
dan fisiologi di dalamnya.
Impuls-impuls saraf dari struktur-struktur orofasial berjalan ke
sentral melalui saraf trigeminus, fasialis, glossofaringeus,segmen
kedua dan ketiga servikalis dari suatu daerah kecil pada sudut
mandibula. Tempat-tempat penting dari nyeri orofasial adalah kulit
dan mukosa, pulpa dentin, periodonsium, periosteum, dinding
pembuluh darah, dan kapsul sendi temporomandibular. Nyeri orofasial
dapat dirangsang oleh faktor-faktor fisik yaitu tekanan, regangan,
tegangan atau perubahan pH. Di samping itu, faktor-faktor kimia
yaitu histamin, serotonin, kimia dan asam laktat1.2
TujuanPenyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa mampu
memahami tentang Oral facial pain, mulai dari definisi, penyebab,
mekanisme, inervasi, klasifikasi dan pencegahan oral facial
pain.
1.3 Skenario
SKENARIO 4 :
ORAL FACIAL PAIN
Seorang perempuan berumur 18 tahun datang ke dokter gigi untuk
merawat giginya yang berlubang. Gigi terasa ngilu saat makan atau
minum dingin, tapi segera hilang setelah beberapa menit. Dokter
melakukan pengeboran untuk membersihka kavitas kemudian melakukan
penambalan tetap. Saat dilakukan pengeboran dia merasakan sakitr
yang luar bisasa. Rasa sakit berdenyut masih terasa sampai keesokan
harinya. Kemudian dia segera memeriksakan kembali giginya dan
menanyakan mengapa keluhan sakitnya bertambah setelah dilakukan
perawatan.
BAB 2PEMBAHASAN2.1STEP 1
Mendefinisikan Istilah
1. Orofacial Pain: Rasa nyeri yang berkonsentrasi pada daerah
mulut dan wajah.2. Nyeri: Perasaan tidak nyaman yang disebabkan
oleh kerusakan jaringan.3. Kavitas: Kerusakan permanen berupa
lubang pada permukaan gigi yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan.2.2STEP 2
Identifikasi Masalah:
1. Bagaimana klasifikasi jenis nyeri orofacial pain?2. Bagaimana
mekanisme orofacial pain?3. Apa penyebab orofacial pain?4. Mengapa
gigi terasa nyeri saat makan dan minum dingin?5. Mengapa pasien
merasa sakit pada saat dilakukan pengeburan?6. Mengapa perlu
dilakukan penambalan pada kavitas?7. Mengapa keluhan sakit
bertambah setelah dilakukan perawatan?2.3STEP 3
Membahas Masalah
1. Bagaimana Klasifikasi Jenis Nyeri Orofacial?a. Nyeri Akut:
Merupakan nyeri yang disebabkan adanya kerusakan jaringan dan
dirasakan dalam waktu singkat, biasanya hanya bertahan beberapa
detik, menit, jam dan hari. Nyeri akut bersifat protektif dan akan
hilang apabila stimulus dihentikan.b. Nyeri Kronis: Merupakan nyeri
yang dirasakan dalam waktu yang lama, biasanya beberapa hari,
minggu, bulan dan tahun. Nyeri kronis tidak bersifat protektif dan
dapat disebabkan karena perbaikan nyeri akut yang tidak sempurna.c.
Nyeri Odontogenik: nyeri yang berasal dari pulpa gigi, biasanya
timbul dari dua macam jaringan, yaitu jaringan pulpa dan jaringan
periodontium.d. Nyeri Non-odontogenik: Nyeri yang terasa pada gigi,
tetapi disebabkan oleh jaringan lain seperti kelenjar saliva,
sinus, hidung, tenggorokan, kelnjar tiroid, mata, telinga dan
peru-paru.2. Bagaimana mekanisme nyeri orofacial? Mekanisme nyeri
orofacial sama dengan mekanisme nyeri pada umumnya hanya saja nyeri
yang dirasakan pada daerah mulut dan wajah.a. Adanya stimulus
berbahaya yang dapat merangsang reseptor rasa nyeri (nosiseptor).
Stimulus bisa berupa rangsang mekanis, thermis dan khemisb.
Transduksi, stimulus dapat menyebabkan pelepasan mediator kimia,
seperti prostaglandin, brdikinin, serotonin, substansi P, kalium
dan histamin yang akan merangsang nosiseptor dan akan menyebabkan
potensial aksi apabila stimulus mencapai nilai ambang.c. Transmisi,
stimulus akan diteruskan dari perifer ke sisitem saraf pusat
melalui serat saraf C dan A-delta, serabut saraf A-delta merupakan
serabut saraf yang bermiyelin dan meneruskan rangsang dengan cepat,
sedangkan serabut saraf C tidak miyelin dan meneruskan rangsang
dengan lambat.d. Modulasi, proses modulasi akan merubah transmisi
impuls nyeri, perubahan ini dapat menyebabkan peningkatan transmisi
impuls nyeri, maupun penghambatan impuls nyeri dari sistem inhibisi
endogen opioid.e. Persepsi Nyeri, Persepsi merupakan hasil akhir
dari transmisi rasa nyeri dan rasa nyeri menjadi pengalaman
multi-dimensi sadar. nyeri dengan stimulus yang sama besarnya dapat
dipersepsikan berbeda tergantung individu itu sendiri, hal ini
disebabkan adanya komponen afektif-motivasi, sensorik
diskriminatif, emosi dan perilaku.3. Apa penyebab orofacial pain?
a. Orofacial pain dapat disebabkan oelh adanya trauma mekanis yang
berupa stress atau tekanan, rangsang suhu panas dan dingin, serta
rangsangan kimia seperti gangguan pada neurotransmitter. b.
Orofacial pain juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan, seperti
clicking, pulpitis,, neuralgia, karies, gangguan pada otot-otot
pengunyahan, tekanan darah yang tinggi, gangguan pada jaringan
periodontal, seperti periodontitis dan gingivitis.c. Orofacial pain
juga dipengaruhi oleh adanya faktor lokal dan sistemik, seperti
gigi dan jaringan disekitarnya, hipersensitivitas dentin, abses
periodontal, periodontitis kronis, pembuluh darah yang terjepit,
peradangan, neuromuskuler, psikologi dan TMJ.4. Mengapa gigi terasa
ngilu saat makan dan minum dingin?Kavitas pada gigi menyebabkan
makanan akan langsung berkontak dengan dentin maupun langsung
berkontak dengan pulpa, makanan dan minuman dingin merupakan
stimulus suhu yang dapat menimbulakn rasa nyeri, nosiseptor pada
gigi ditemukan pada jaringan pulpa, sehingga stimulus yang mencapai
pulpa akan menimbulkan rangsang nyeri. Kavitas yang dimiliki oleh
pasien kemungkinan mencapai dentin, tetapi belum mencapai pulpa,
karena rasa nyeri yang dirasakan pasien berupa rasa ngilu dan akan
hilang setelah beberapa menit. Apabila kavitas telah mencapai pulpa
maka pasien akan mengeluhkan rasa sakita yang berdenyut dan
bertahan lama.
5. Mengapa pasien merasa sakit saat dilakukan pengeburan?Tujuan
dari pengeburan adalah memudahkan proses restorasi pada gigi, nyeri
yang dirasakan oleh pasien pada ssat dilakukan pengeburan dapat
disebabkan adanya abses yang merupakan akibat dari nekrosis
pulpa.
6. Mengapa perlu dilakukan penambalan pada kavitas?Kavitas pada
gigi merupakan tempat yang sangat cocok untuk bakteri dapat
berkembang biak dan sisa makanan juga akan mudah tersangkut dan
menjadi sumber makanan bagi bakteri, sehingga diperlukan penambalan
untuk mengembalikan bentuk anatomis dari gigi.
7. Mengapa keluhan sakit bertambah setelah dilakukan
penambalan?Keluhan sakit yang bertambah setelah dilakukan
penambalan bisa terjadi karena rasa nyeri bukan berasal dari pulpa,
melainkan dari jaringan periodontal, adanya gangguan pada sistem
saraf, maupun karena timbulnya abses periapikal akibat dari
pembersihan kavitas yang kurang steril hingga menyebabkan keadaan
anaerob yang merupakan tempat yang cocok untuk tumbuh kembang
bakteri anaerob penyebab abses.
2.4STEP 4
Kerangka Konsep
2.5STEP 5Learning Objective (LO) :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi orofacial
pain2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor penyebab
orofacial pain3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mekanisme
orofacial pain4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami inervasi
orofacial5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami klasifikasi
orofacial pain6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
macam-macam pencegahan orofacial pain2.6STEP 6Belajar Mandiri
2.7STEP 7Pembahasan
2.7.1 Definisi Orofacial Pain
Definisi nyeri adalah persepsi somatik berupa ketidaknyamanan
yang mengindikasikan adanya kerusakan jaringan atau potensi/ancaman
terhadap kerusakan jaringan (Tollison dkk., 2002). Nyeri merupakan
perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat, yang hanyadapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang
lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung, dan
perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting
yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal
Nyeri orofasial dapat didefinisikan sebagai rasa sakit dan
disfungsi yang mempengaruhi transmisi motorik dan sensorik dalam
sistem saraf trigeminal. Nyeri orofasial merupakan rasa nyeri yang
lebih kompleks dibandingkan dengan rasa nyeri pada bagian tubuh
lainnya karena menyangkut banyaknya struktur anatomi dan fisiologi
di dalamnya.
Nyeri orofasial (orofacial pain) adalah pengalaman sensoris atau
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan
kemungkinan atau memang terjadinya kerusakan pada jaringan daerah
wajah, mulut dan gigi (Scully, C. 2008)Definisi nyeri yang
ditetapkan oleh International Association for The Study of Pain
adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengankerusakan jaringan yang telah
terjadi atau yang akan terjadi atau digambarkan dengan kata-kata
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri merupakan
mekanisme pertahanan tubuh; rasa nyeri timbul bila terdapat
kerusakan jaringan dan ini akanmenyebabkan penderita bereaksi
dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman
sensoris kompleks yang sering berkaitan dengan kerusakan jaringan.
Nyeri dianggap sebagai suatu istilah yang berhubungan dengan
sensasi yang dibedakan dalamkualitas, lokasi durasi dan intensitas
rangsangnya. Nyeri merupakan pengalaman kompleks yang meliputi
tidak hanya komponen sensorik, tetapi juga melibatkan reaksi
motorik ataurespons yang ditimbulkan oleh rangsang yang menimbulkan
nyeri, yaitu rangsang berbahaya. Penderita yang telah kehilangan
rasa sakitnya, misalnya setelah mengalami kecelakaan padamedula
spinalis, tak akan mempunyai rasa nyeri.2.7.2 Faktor Penyebab
Orofacial PainNyeri timbul akibat adanya stimulus. Tiga jenis
stimulus yang merangsang reseptor rasa nyeri adalah stimulus
mekanis, suhu dan kimiawi. Pada umumnya, nyeri cepat diperoleh
melalui rangsangan jenis mekanis atau suhu, sedangkan nyeri lambat
dapat diperoleh melalui ketiga jenis tersebut.
Beberapa zat kimia yang dapat merangsang jenis nyeri kimiawi
adalah bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam,
asetilkolin dan enzim proteolitik. Selain itu, prostaglandin dan
substansi P meningkatkan sensitivitas ujung-ujung serabut nyeri
tetapi tidak secara langsung merangsangnya. Salah satu zat kimia
diatas yang dapat mengakibatkan rasa nyeri lebih hebat daripada
yang lain adalah bradikinin. Banyak peneliti yang menduga bahwa
bradikinin mungkin merupakan zat yang bertanggung jawab terhadap
penyebab rasa nyeri yang diikuti kerusakan jaringan. Juga,
intensitas nyeri dirasakan berkorelasi dengan peningkatan
konsentrasi ion kalium setempat atau peningkatan enzim proteolitik
yang dapat secara langsung menyerang ujung-ujung saraf dan
menimbulkan rasa nyeri dengan cara membuat membran saraf tersebut
lebih permeabel terhadap ion-ion.
Reseptor-reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas. Reseptor
rasa nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan lain semuanya
merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini tersebar luas pada
permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan dalam tertentu,
misalnya periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, dan falks
serta tentorium tempurung kepala.Tempat-tempat penting dari nyeri
orofasial adalah kulit dan mukosa, pulpa dentin, periodonsium,
periosteum, dinding pembuluh darah, dan kapsul sendi
temporomandibular. Nyeri orofasial dapat dirangsang oleh
faktor-faktor fisik yaitu tekanan, regangan, tegangan atau
perubahan pH. Di samping itu, faktor-faktor kimia yaitu histamin,
serotonin, kimia dan asam laktat.
Mengenai faktor-faktor penyebab orofacial pain , dapat dibedakan
menjadi dua , yakni odontogenik dan nonodontogenik. Nyeri
odontogenik adalah nyeri yang berasal dari pulpa gigi , biasanya
timbul dari dua macam jaringan , yakni jaringan pulpa dan jaringan
priodontium. Nyeri periodontium merupakan nyeri dalam stomatik.
Penyebab nyeri periodontium bervariasi antara lain inflamasi
periodontium akibat seba lokal seperti trauma beban oklusal yang
terlalu berat,atau ada gigi yang impaksi; atau akibat dari tindakan
profilaksis, perawatan endodonsia,orthodonsia, preparasi mahkota,
kontur gigi yang tdaik tepat, atau trauma pembedahan.
Jugabisadisebabkankarenaabsesperiodontiumakut,eksaserbasipadaabsesperiodontiumkronnik
akibat infeksi, cidera, impaksi makanan, atau resisitensi yang
menurun. Dapat pula diakibatkanoleh penyebaraninflamasi pulpa
baiklangsungmelalui foramen apikalis atau melaluikanaltambahan.
Sebablainyangmungkinadalah penyebarandariinfeksigigi tetangga
(perkontinuitataum) , atau infeksi tulang. Tanda nyeri
periodontiumyangbiasa dijumpai adalah: 1. Kualitasnya tumpul atau
berdenyut; 2. Ada penyebab yang jelas (poket,abses); 3. Respon
terhadap tekanan mekanik adalah proporsional terhadap jumlah
tekananyang diaplikasikan; 4. Gigi terasa elongasi, dan 5. Anestesi
lokal pada daerah periodontiumyang terkena akan meredakan
nyeri(Sumawinata, 2003).Penyebab rasa sakit lokalodontogenik dapat
disebabkan karena:
1.
Periodontalabses,dapatmenyebabkansakitdanpembengkakan.Pasienmenggambarkan
rasa sakit yang tumpul, berkelanjutan, dan intensitasnya
meningkatketika mengunyah atau ketika jaringan lunak yang menutupi
dipalpasi. Rasa sakitsemakin parahketika dilakukan penekanan dari
arah vertikalatau horisontal pada gigi.Jika proses inflamasi yang
terjadi belum mengenai pulpa, respon pulpa masih normal pada
stimulus termal maupun elektrik .
Pemeriksaanradiografterlihatsediktperubahanpadatulangyangmendukunggigi.Pemeriksaanklinisterlihatnodul,adanya
fluktuansi pada pembengkakan tersebut, peningkatan mobilitas dari
gigi, dan adanya purulensi. Probing pada jaringan periodontal
menyebabkan ketidaknyamananpada pasien(Bricker dkk., 1994).(Scully,
1999).
2. Nyeri dentinal dan nyeri pulpal.
Dentinterbuka,dapatdisebabkankarenaresesigingivadan
hilangnyasementumkarena pengaruh kimia dan proses mekanis seperti
erosi dan abrasi. Terpaparnya dentinyangvitaldapat
menjadisumberrasasakit. Stimulus rasa sakit dapatberupa agen
kimiawi dan fisik , dalam jumlah yang cukup dapat perubahan pada
pulpa sehingga memperngaruhi odontoblas dan terjadi perubahan
karakteristik pada vaskular sebagai tanda dari pulpitis tahap awal
(Briker, 1994).
Berdasarkan klasifikasi klinis, kondisi pulpa dapat
dikategorikan
menjadipulpasehat,pulpitisreversibel,pulpitisirreversibel,dannekrosispulpa(Prpi-MehiidanGali,2010).
Pada pulpa yang sehat, stimulus panas dan dingin dapat
menyebabkan nyeri selama 1hingga 2 detik. Selain itu, nyeri pulpal
dan dentinal juga dapat timbul dengan adanyakondisi
hipersensitivitas dentin, yang timbul karena adanya rangsangan
termal, kimiawi,stimulus osmotik dan taktil yang mengenai dentin
yang terbuka sehingga timbul nyeriyang tajam, kuat, dan bertahan
lama(Prpi-Mehii dan Gali, 2010).
Pulpitisreversibeldapatmenyebabkanshort-termpain
padarangsangandingin,namun cepat hilang ketika stimulus
dihilangkan. Sedangkan pada pulpitis irreversibel,nyeri tidak dapat
hilang walaupun stimulus penyebab nyeri sudah dihilangkan
(Prpi-Mehii dan Gali, 2010).3. Nyeriperiradikular,
biasanyadisebabkan oleh adanya penyebaran infeksi dari pulpa
menuju jaringan
periapikal,biasanyadisertaiolehpulpitisirreversibel.Gejalayangditimbulkan
merupakan gabungan dari gejala pulpitis irreversibel, yakni
sensitivitas padagerakan menggigit, nyeri tumpul, persisten, dan
nyeri yang berdenyut. Adanya prosesinflamasi yang progresif menuju
tulang alveolar,gejala yang terjadi dapat disertai dengantimbulnya
demam, malaise, pembengkakan dan rash (Prpi-Mehii dan Gali,
2010).
Nyerinonodontogenikadalahnyeriyangterasapadagigitetapidisebabkanolehsuatu
proses ditempat lain, bukan pada gigi(Sumawinata, 2003). Nyeri
nonodontogenik dapat berasal dari kelenjar
saliva,sinus,hidung,tenggorokan,kelenjartiroid,mata,telinga,
esofageal cardiac sphincter dan paru-paru.MenurutPrpi
MehiidanGali(2010),sindrom-sindrom nyeri pada rahang yang dapat
menyebabkan sakit pada gigi dapat dibedakan
menjadiakut(neuralgian.trigemini,clusterheadaches,acuteotitismedia,acutemaxillary
sinusitis , cardiogenic jaw-pain ,sialolithiasis) dan kronis (TMJ
disorders dan nyeri otot pipi,atypical facial pain , sinusitis
alergika,causalgia, postherpeticneuralgia, nyerifasial akibat
neoplasma maligna).
Macam-macam nyeri odontogenik akut
1. Penyakit pada sinus paranasal dannasofaring.Pada sinusitis
akut, sebelumnya disertairasa dingin yang diikuti dengan rasa sakit
lokal dan terasa lunak tetapi tidak terjadipembengkakan.Pada
pemeriksaan radiopasitas pada arasinus, terkadang terjadi
peningkatan cairan. Rasa sakitbisa menjadi semakin parah ketika
melakukanperubahanpada posisi kepala. Pada sinusitis maksilaris,
rasa sakit terasa berhubungan dengan gigi molar atas , yang ketika
dilakukan perkusi padaareatersebutterasalunak.Sakitpadasinusitis
etmoidal dan spenoidal terasa lebih dalamhingga pada pangkal
hidung.
2. Tumorpada sinus dapat juga menyebabkan sakit pada area
orofasial jika telah terjadiinfiltrasi hingga ke
nervurtrigeminus.(Scully, 1999).
2.7.3 Mekanisme Orofacial Pain
A. Mekanisme Oral facial PainMekanisme Oral facial Pain dibagi
menjadi empat langkah yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
Jalur Input Nyeri (Okeson, 2005)1. TRANSDUKSI
Transduksi merupakan aktivasi dari nosiseptor aferen primer.
Nosiseptor aferen primer dapat diaktifkan oleh stimulus termal,
mekanik, kimia yang berbahaya. Nosiseptor aferen primer juga dapat
diaktifkan oleh substansi kimia endogen algesic yaitu, mediator
inflamasi.
Transduksi terjadi ketika stimulus berbahaya bereaksi pada ujung
saraf bebas reseptor nyeri yang terletak dalam berbagai macam
jaringan, mengarah ke aktivitas elektrik depolarisasi dan
menghasilkan impuls saraf potensial aksi. Potensial aksi dimulai
dengan perubahan tiba-tiba keadaan istirahat normal potensial
membran negatif menjadi potensial membran positif lalu diakhiri
dengan perubahan kembali menjadi potensial negatif. Potensial aksi
bergerak sepanjang membran sel hingga mencapai akhir akson.
Keadaan istirahat pada membran sel disebut polarisasi yang
cenderung agak negatif. Polarisasi dipertahankan oleh keseimbangan
antara ion natrium pada bagian luar dan ion kalium pada bagian
dalam. Ketika membran menjadi depolarisasi, terjadi permiabilitas
mendadak terhadap ion natrium mencapai bagian dalam akson, melalui
saluran khusus dalam membran sel yang disebut saluran natrium. Pada
waktu yang sama saluran khusus sensitif pada kalium membuka,
mengijinkan aliran keluar kalium. Setelah membran menjadi lebih
permiabel terhadap ion natrium, saluran natrium mulai menutup dan
saluran kalium membuka lebih dari biasanya.Karena difusi cepat ion
kalium kembali pada sel mempertahankan kembali keadaan istirahat
potensial membran negatif, disebut repolarisasi membran.
2. TRANSMISI
Proses kedua disebut transmisi yang mengarah pada aktivitas
neural yang membawa input nosiseptif ke dalam sistem saraf pusat
untuk proses selanjutnya. Disini terjadi transfer informasi dari
neuron nosiseptif primer ke neuron di kornu dorsalis, selanjutnya
ke neuron proyeksi yang akan meneruskan impuls ke otak. Transmisi
ini melibatkan pelepasan asam amino decarboxilic glutamate, juga
peptida seperti substantia P yang bekerja pada reseptor penting di
neuron post-sinaptic. Selanjutnya ini akan memungkinkan transfer
yang cepat dari input mengenai intensitas, durasi, lokasi, dari
stimuli perifer yang berbeda lokasi. Secara umum, ada dua cara
bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai susunan saraf pusat,
yaitu melalui traktus neospinothalamic untuk nyeri cepat spontan
dan traktus paleospinothalamic untuk nyeri lambat. a. Pada traktus
neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui serabut
A- dan kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis
dan kemudian bersinapsis dengan dendrit pada neospinothlamaik
melalui bantuan suatu neurotransmitter. Akson dari neuron ini
menuju ke otak dan menyebrang ke sisi lain melalui commisura alba
anterior, naik keatas dengan columna anterolateral yang
kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks
ventrobasal pada thalamus dan bersinapsis dengan dendrit pada
korteks somatosensorik. Nyeri cepat-spontan ini dirasakan dalam
waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri tajam, tusuk, dan
gores.b. Pada traktus paleospinothalamik, nyeri lambat dihantarkan
oleh serabut C ke lamina II dan III dari cornu dorsalis yang
dikenal dengan substantia gelatinosa. Impuls kemudian dibawa oleh
serabut saraf yang berakhir pada lamina V, juga pada kornu
dorsalis, bersinaps dengan neuron yang bergabung dengan serabut
dari jalur cepat, menyebrangi sisi berlawanan via commisura alba
anterior dan naik ke aras melalui jalur anterolateral. Neuron ini
kemudian berakhir dalam batang otak, dengan sepersepuluh serabut
berhenti di thalamus dan yang lainnya pada medulla, pons, dan
substantia grisea sentralis dari tectum mesencephalon.Sebenarnya
terdapat beragam jalur khusus hantaran sinyal dari kerusakan
jaringan dibawa ke berbagai tujuan, dimana dapat memprovokasi
proses kompleks. Transmisi nosiseptif sentripetal memicu berbagai
jalur : spinoreticular, spinomesencephalic, spinolimbic,
spinocervical, dan spinothalamic.
Traktus spinoreticular membawa jalur aferen dari somatosensorik
dan viscerosensorik yang berakhir pada tempat yang berbeda pada
batang otak. Traktus spinomesencephalik mengandung berbagai
proyeksi yang berakhir pada tempat yang berbeda dalam nukleus
diencephali. Traktus spinolimbik termasuk dari bagian
spinohipotalamik yang mencapai kedua bagian lateral dan medial dari
hypothalamus dan kemudian traktus spinoamygdala yang memanjang ke
nukleus sentralis dari amygdala. Traktus spinoservikal, seperti
spinothalamik membawa sinyal ke thalamus.
Terdapat tiga komponen dasar sistem transmisi yaitu:1. Saraf
sensoris perifer yaitu neuron aferen primer (neuron orde 1), saraf
ini membawa input nosiseptif dari organ sensoris menuju serabut
spinal. Potensial aksi muncul pada saat ujung saraf bebas
mentransmisikan sinyal nyeri menuju sistem saraf pusat melalui
serabut saraf aferen primer. Badan sel pada neuron aferen primer
yang menghantarkan impuls menuju sistem saraf pusat terdapat dalam
ganglion saraf yang merupakan bagian sistem nyeri perifer. Serabut
saraf aferen melalui ganglion saraf kemudian memasuki sistem saraf
pusat melalui sinaps dengan neuron orde kedua.
2. Neuron orde kedua yang membawa input ke pusat yang lebih
tinggi. Neuron aferen orde kedua dalam tanduk dorsal spinalis dan
tanduk dorsal medula menyilang menuju sisi kontralateral dan naik
menuju talamus melalui jalur spinotalamik pada saraf servikal dan
trigeminotalamik pada saraf trigeminal.
3. Interaksi antara neuron, talamus, korteks, dan sistem limbik
serta input nosiseptif yang mencapai pusat. Akson dari traktus
spinotalamik dan trigeminotalamik bersinaps dengan neuron orde
ketiga dalam talamus. Lalu neuron orde ketiga memproyeksikan impuls
ke area yang berbeda dalam serebral korteks sensoris dan sistem
limbik otak. Impuls ini menyebabkan dimensi motivasi dan emosional
nyeri.3. MODULASIPada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan
sistem inhibisi dari transmisi nosisepsi berupa suatu analgesic
endogen. Konsep dari sistem ini yaitu berdasarkan dari suatu sifat,
fisiologik, dan morfologi dari sirkuit yang termasuk koneksi antara
periaqueductal gray matter dan nucleus raphe magnus dan formasi
retikuler sekitar dan menuju ke medulla spinalis Analgesik endogen
meliputi : Opiat endogen Serotonergik Noradrenergik
(Norepinephric)Sistem analgesik endogen ini memiliki kemampuan
menekan input nyeri di kornu posterior dan proses desendern yang
dikontrol oleh otak seseorang, kornu posterior diibaratkan sebagai
pintu gerbang yang dapat tertutup adalah terbuka dalam menyalurkan
input nyeri. Sistem opioid endogen untuk modulasi nyeri juga dapat
terjadi.Peptida opioid endogen mengurangi transmisi nosiseptif
dengan mencegah pelepasan neurotransmitter eksitator substansi P
dari terminal saraf aferen primer. Proses modulasi ini dipengaruhi
oleh kepribadian, motivasi, pendidikan, status emosional
&kultur seseorang.4. PERSEPSI NYERIProses terakhir meliputi
pengalaman subjektif yang disebut persepsi nyeri. Jika input
nosiseptif mencapai korteks persepsi terjadi secara cepat
menginisiasi interaksi kompleks antara neuron dan pusat otak.
Persepsi merupakan hasil akhir proses nyeri yang terjadi ketika
pesan nyeri mencapai pusat yang lebih tinggi, penderitaan dan
perilaku yang berhubungan dengan nyeri dimulai.
Persepsi nyeri memiliki dua komponen yaitu dimensi
sensor-diskriminator dan dimensi afektif.Dimensi afektif nyeri
memberikan perasaan yang tidak menyenangkan dan emosi yang
bersamaan implikasi yang berhubungan dengan nyeri.TEORI TENTANG
PERSEPSI NYERI
1. Teori Spesifitas
Teori spesifitas Von Frey (1895) menyatakan akhiran saraf
spesifik mengangkut informasi nosiseptif sepanjang serabut saraf
spesifik menuju area spesifik dalam otak. Nosiseptor digambarkan
sebagai akhiran saraf bebas.Ternyata teori ini memiliki banyak
kekurangan dan tidak memberikan penjelasan yang memuaskan untuk
komponen nyeri yang kompleks dan banyak.Walaupun demikian
penelitian elektrofisiologis telah mengkonfirmasi bahwa setiap
nosiseptor merupakan akhiran saraf bebas dan serabut saraf
berdiameter kecil merupakan saraf aferen nosiseptif namun bukan
hanya nosiseptif saja yang secara khusus diangkut oleh serabut
ini.2. Teori Gate Control
Prinsip dasar Teori Gate Control yaitu:
1. Masuknya aktivitas saraf aferen dimodulasi oleh mekanisme
pembukaan / penutupan gerbang (gating mechanism) di dalam tanduk
dorsal korda spinalis dan batang otak. Gerbang ini merupakan
inhibitor atau fasilitator bagi aktivitas sel Transmisi (T) yang
membawa aktivitas lebih jauh sepanjang jalur saraf.
2. Gerbang dipengaruhi oleh derajat relatif dari aktivitas
serabut beta A dengan diameter besar, serabut delta A diameter
kecil serta serabut C. Serabut beta A diameter besar diaktifkan
oleh stimuli tidak berbahaya dan pada aktifitas serabut aferen
besar cenderung menutup gerbang sedangkan aktifitas serabut kecil
cenderung membukanya.
3. Mekanisme kontrol serabut saraf desendens dari tingkatan yang
lebih tinggi di susunan saraf pusat dipengaruhi oleh proses
kognitif, motivasional dan afektif.
Derajat mekanisme yang lebih tinggi ini juga memodulasi gerbang.
Aktivitas di dalam serabut aferen besar tidak hanya cenderung
menutup gerbang secara langsung tetapi juga mengaktifkan mekanisme
kontrol pusat yang menutup gerbang.
4. Saat gerbang terbuka dan aktivitas di dalam aferen yang baru
masuk cukup untuk mengaktifkan sistem transmisi, dua jalur asendens
utama diaktifkan. Yang pertama adalah jalur sensoris-diskriminatif,
yang bersambung dengan korteks somatosensoris serebri melalui
thalamus ventroposterior. Jalur ini memungkinkan penentuan tempat
nyeri. Kedua, jalur asendens yang melibatkan informasi retikuler
melalui sistem thalamus dan limbus medial. Jalur ini berurusan
dengan rasa tidak enak, penolakan (aversif) dan aspek emosional
dari nyeri. Jalur desendens, selain berpengaruh pada gerbang tanduk
dorsal, dapat juga berinteraksi dengan kedua sistem asendens
ini.
Didapat banyak asosiasi antara rasa nyeri dan depresi. Penderita
depresi sering mengeluh adanya rasa nyeri dan sebagian besar
penderita nyeri kronik menjadi depresif. Terkadang didapatkan
kesulitan menemukan penyebab yang primer (seperti masalah nyeri
atau masalah depresinya) dan dalam menentukan faktor psikologis
yang mengeksaserbasi rasa nyeri. Hal ini mempunyai implikasi
terapeutik dan memberi dasar rasional terhadap penggunaan obat yang
meringankan atau menghilangkan kecemasan. Sering hal ini sama
efektifnya dengan analgetik dalam menanggulangi rasa nyeri.B.
Mekanisme Nyeri Gigi
Email adalah jaringan yang pertama kali menerima stimulus
rangsangan. Rangsang pada email diteruskan ke dentin bagian luar,
kemudian kanalikuli dentin sampai ke reseptor. Rangsang pada
serabut saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang
akan menyebar ke seluruh serabut saraf. Rangsang yang diterima
diubah menjadi impuls dan dihantarkan menuju susunan saraf pusat.
Rangsang tersebut dapat berupa rangsang kimia, listrik, mekanis
ataupun termal.
Serabut saraf sensorik yang masuk ke dalam pulpa merupakan
sistem serabut saraf trigeminal yaitu berasal dari ganglion
trigeminalis (ganglion semilunaris Gasseri). Serabut saraf
bermielin ini masuk ke pulpa melalui foramen apikal. Serabut saraf
bermielin yang besar terdapat di daerah kamar pulpa akan bercabang
menjadi serabut saraf yang lebih kecil dan menyebar ke arah koronal
dan perifer gigi. Serabut saraf kemudian bercabang di daerah
subodontoblas dan membentuk suatu sistem saraf yang menyerupai
suatu anyaman yang disebut plexus of Raschkow. Pada daerah ini,
serabut saraf akan melepaskan selubung mielinnya dan berjalan
melalui Zone of Weil. Serabut saraf tersebut akan berjalan
mengelilingi prosesus odontoblas dan berakhir sebagai reseptor pada
predentin .
Impuls nyeri yang mengenai ujung saraf pulpa gigi dihantarkan ke
saraf maksilaris dan mandibularis dari saraf trigeminal. Serabut
saraf ini berjalan dari ganglion Gasseri ke nukleus sensorik dari
saraf trigeminal yang terletak pada medulla oblongata dan meluas ke
segmen servikal traktus spinalis. Serabut saraf juga berjalan
melalui lemniskus trigeminalis ke nukleus postero-sentral dari
talamus. Talamus merupakan pusat dari seluruh impuls nyeri kasar
yang selanjutnya diproyeksikan datang ke korteks serebri. Impuls
nyeri kasar ini akan diteruskan melalui neuron penghubung korteks
serebri. Di tempat ini nyeri sudah dapat dikenali dengan jelas baik
lokasi maupun diskriminasinya serta kualitas nyeri .
Yang berperan
Impuls nyeri gigi dihantarkan ke sistem saraf pusat melalui dua
jenis serabut saraf, yaitu :
1. Serabut saraf tipe A-gamma yang bermielin halus dengan
diameter 2-5 m, menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 12-30 m
/ det dan serabut saraf.
2. Serabut saraf tipe A- bermielin yang berdiameter 5-12 m
menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 30-70 m/det.
3. Serabut saraf tipe C yang tidak bermielin dengan diameter
0,4-1,2 m. Serabut saraf tipe C menghantarkan impuls nyeri dengan
kecepatan 0,5-2 m/det.
Kedua serabut saraf ini berakhir pada nukleus spinalis saraf
trigeminalC. Mekanisme Nyeri Alih ( Referred Pain )Nyeri alih
adalah nyeri yang dirasakan pada daerah di luar daerah yang terkena
stimulus atau kerusakan jaringan. Serabut aferen dari beberapa
tempat ( mungkin agak berjauhan ) konvergen pada neuron tingkat
kedua; proses kognitif sentral menrancukan tempat nyeri
sebenarnya.
MEKANISME NYERI ALIH
Serabut saraf aferen darim berbagai jaringan berkonvergensi ke
badan sel dari neuron tingkat kedua (sel T transmisi) dalam batang
otak, yang menstimulasi sistem aksi. Sekali sel T telah diaktifkan,
akan sukar bagi pusat-pusat lebih tinggi di otak untuk menentukan
lokasi persis dari mulainya nyeri, sehingga bisa saja persepsinya
salah. Suatu pusat yang lebih tinggi dapat menganggap bahwa masukan
yang menyakitkan itu berasal dari alur yang baru saja diaktifkan,
sehingga masukan yang menyakitkan itu teralih ke gigi yang baru
saja direstorasi.Pada referred pain, nyeri yang berpindah biasanya
ke daerah yang satu jalur saraf atau saraf yang menjalarkan impuls
mengalami sinaps pada saat proses transmisi ke otak, sehingga
impuls yang berasal dari afferen lain, bisa masuk ke dalam jalur
saraf lain yang sejalur atau karena pengaruh terjadinya sinaps
tadi. Biasanya kondisi ini saat otak menerima terlalu banyak impuls
dari berbagai saraf afferen yang mengakibatkan kekacauan pada saar
proses pengembalian impuls ke efektor.2.7.4 Inervasi Orofacial
Pain
Jalur-jalur terjadinya nyeri pada daerah oral fasial selalu
mengikuti jalur saraf yang menginervasi pada daerah oral fasial
tersebut. Pada skenario, nyeri yang terjadi karena gigi berlubang
yang justru dirasakan pada daerah kepala. Hal ini disebabkan karena
beberapa daerah temporal dan frontal kepala dan juga gigi
diinervasi oleh saraf yang sama yaitu nervus trigeminus. Nervus ini
mempunyai 3 percabangan, yaitu:
1. Nervus ophtalmikus
Saraf ini merupakan cabang pertama bersifat sensoris yang
pempersarafi bulbus, glandula lacrimalis, conjuntiva, mukasovakum
nasi, kulit hidung, palpebra, dahi, kulit kepala. Membentang ke
ventral didinding sinus lateral cavernosus dibawah n.okulamotorius
dan troghlearis. Menerima serabut simpatis dari pleksus corotikus
internus serta memberikan cabang romus tentorii/ meningeus. Sebelum
memasuki fissura orbitaris.
2. Nervus Maksilaris
Dari ganglion trigeminal divisi ini berjalan kedepan pada
dinding lateral sinus cavernosus dibawah N.VI, dan meninggalkan
fossa crani melalui foramen rotundum dan memasuki bagian superior
dari fossa pterygopalatina. Sesudah memutari sisi lateral processus
orbitalis dari os platina, memasuki orbital melalui fissura
orbitalis inferior. Berjalan kedepan pada sulcus infraorbitali pada
orbital floor dan berubah namamenjadi n.infraobita. selanjutnya
memasuki canalis dan keluar pada pipi melalui foramen
infraorbitalis untuk mempersarafi kulit palpebra inferior, kulit
sisi hidung dan pipi, bibir atas dan mucosa bibir atas dan
pipi.
3. Nervus mandibularis
Divisi ini merupakan divesi yang terbesar. Dibentuk pada fossa
infratempolar tepat dibawah foramen ovale oleh gabungan motor root
N.V dengan sensory root V3. Nervus ini segera mempercabangkan dua
cabang kecil : cabang meningea (n.spinosus ) dan nervus untuk
m.pterygoid media, kemudian terbagi dua menjadi divisi anterior dan
posterior . daridivisi posterior keluar N.buccalis dan nervus untuk
M.masetter, m.pterygoid lateral dan dua dee tempotal nervus. Nervus
spinosus melewati foramen spinosus untuk mencapai dasar fossa crani
media untukmempersarafi durameter pada fossa anterior dan media
serta membranmucosa cellulae mastoid.2.7.4 Klasifikasi Orofacial
PainKlasifikasi nyeri harus berdasarkan pada struktur yang
bertanggung jawab pada produksi masukan nosiseptif atau sumber
nyeri yang benar. Suatu klasifikasi nyeri yang lengkap harus memuat
kondisi nyeri yang berasal dari masukan somatosensoris atau faktor
fisik dan masukan psikososial atau faktor psikologis yang memuat
pengalaman nyeri.
Menurut Okeson (1995), nyeri daerah orofasial termasuk sistem
stomatognatik diklasifikasikan dalam dua sumbu (aksis), yaitu sumbu
I yang mendeskripsikan kondisi fisik dan sumbu II yang
mendeskripsikan kondisi psikologis. Sumbu I mendeskripsikan kondisi
fisik yang bertanggung jawab pada inisiasi impuls nosiseptif.
Kondisi ini dapat diklasifikasikan menurut jaringan yang
menghasilkan rasa nyeri, yaitu: 1. Nyeri Somatik Nyeri somatik
merupakan fenomena nyeri yang kompleks, struktur somatik merupakan
bagian pada tubuh seperti otot-otot atau tulang.9 Nyeri somatik
muncul dari struktur muskuloskeletal atau visceral diterjemahkan
melalui transmisi nyeri utuh dan sistem modulasi. Contoh nyeri
orofasial yang umum dari nyeri muskuloskeletal adalah gangguan
temporomandibular atau nyeri periodontal.13 Nyeri somatik terdiri
dari:
a. Nyeri somatik superfisial
Ada dua macam nyeri superfisial, bentuk yang pertama adalah
nyeri dengan onset yang tiba-tiba dan mempunyai kualitas yang
tajamdan bentuk kedua adalah nyeri dengan onset yang lambat
disertai dengan rasa terbakar.Nyeri superfisial dapat dirasakan
pada seluruh permukaan tubuh atau kulit pasien. Trauma gesekan,
suhu yang terlalu panas dapat menjadi penyebab timbulnya nyeri
orofasial ini.b. Nyeri somatik dalam
Nyeri somatik dalam biasanya bersifat difus (menyebar)berbeda
dengan nyeri superfisial yang mudah untuk dilokalisir. Struktur
somatik yang ada di dalam tubuh manusia berbeda-beda intensitasnya
terhadap nyeri bagian yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap
nyeri antara lain: tendon, fasial dalam, ligament, pembuluh darah,
tulang periosteum dan nervus.Otot skeleton hanya sensitif terhadap
iskemi dan peregangan.Tulangdan kartilago biasanya sensitif
terhadap tekanan yangekstrim atau stimulasi kimia. Nyeri somatik
dalam dapat dibagi mejadi nyeri muskuloskeletal dan nyeri visera.2.
Nyeri Neuropatik Nyeri neuropatik adalah nyeri yang diakibatkan
ketidaknormalan komponen-komponen dalam sistem saraf sendiri. Nyeri
neuropatik merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi
atau disfungsi primer pada sistem saraf. Berbagai penyebab lesi
sistem saraf seperti trauma, kompresi, keracunan toksin, gangguan
metabolik dan sebagainya. Akibat lesi khususnya pada serabut saraf
aferen (SSA), fungsi neuron sensorik yang dalam keadaan normal
dipertahankan secara aktif oleh keseimbangan antara neuron dengan
lingkungannya berubah, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan.
Gangguan keseimbangan tersebut dapat melalui perubahan molekuler
sehingga aktivitas SSA menjadi abnormal (mekanisme perifer) yang
selanjutnya menyebabkan gangguan fungsi sentral (mekanisme
sentral).
Nyeri neuropatik merupakan simtomatik dari abnormalitas struktur
pada sistem saraf perifer atau pusat nyeri neuropatik, dapat dibagi
menjadi dua kategori besar yaitu antara lain:
a. Nyeri episodik
Nyeri episodik merupakan nyeri yang mempunyai waktu remisi
lengkap diantara episode penyakit dan dipacu oleh suatu rangsang.
Nyeri episodik terbagi atas nyeri neurovaskuler dan nyeri
neuralgia.4 Kondisi episodik adalah neuralgia paroksismal ditandai
dengan tiba-tiba, nyeri seperti shock yang berlangsung hanya
beberapa detik sampai menit. Nyeri episodik diberi nama sesuai
dengan saraf yang terkena, seperti neuralgia trigeminal, neuralgia
glossopharyngeal, nervus intermedius neuralgia, dan neuralgia
laring superior.
b. Nyeri neuropatik kontiniu
Nyeri neuropatik kontiniu merupakan nyeri neuropatik yang tidak
mempunyai periode remisi dan dibagi menjadi nyeri neuritis, nyeri
deferensiasi dan nyeri simpatetikal.4 Gangguan nyeri neuropatik
kontiniu dapat memiliki komponen perifer dan sentral. Gangguan
nyeri neuropatik perifer adalah hasil dari perubahan yang telah
terjadi di neuron perifer seperti neuritis, neuralgia postherpetic,
dan nyeri deferensiasi yang terjadi sekunder terhadap trauma (yaitu
pasca operasi neuroma). Nyeri ini seperti rasa terbakar dan pasien
melaporkan sensasi abnormal (parastesi) sering yang diperburuk oleh
gerakan atau sentuhan.3. Nyeri PsikologisStruktur orofasial yang
mendasari klasifikasi nyeri orofasial adalah struktur kutaneus dan
mukogingival, struktur mukosa, struktur gigi-geligi, struktur
muskuloskeletal, struktur visera, dan struktur neural. Sumbu II
mendeskripsikan kondisi psikologis yang dapat menghasilkan atau
mempengaruhi pengalaman rasa nyeri. Kelainan mental yang termasuk
dalam sumbu II adalah kelainan ansietas, kelainan mood, kelainan
somatoform, dan kondisi lainnya seperti faktor psikologis yang
dipengaruhi oleh kondisi medis. Nyeri ini biasanya timbul karena
pengaruh psikologis, mental, emosional atau faktor perilaku. Sakit
kepala, back pain, atau nyeri perut adalah contoh yang paling umum.
Nyeri ini dianggap sebagai suatu yang tidak nyata, padahal semua
nyeri yang dinyatakan pasien adalah nyata.Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
Deep Pain (Nyeri Dalam)
Reffered Pain (Nyeri Alihan) yaitu nyeri yang dirasakan pada
area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal
cord, batang otak, dll.
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari
trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak
ada lagi, contohnya pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari
stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor
biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada
area yang telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan
sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang
lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
sekali dan biasanya menetap 10 15 menit, lalu menghilang dan
kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau
dikurangi. Contoh pada arthritis, pemberian analgetik narkotik
merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat
mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
5. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
6. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan
psikologis
7. Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
4. Menurut Waktu Serangan
Pada tahun 1986, The National Institutes of Health Concencus
Conference of Pain mengkategorikan 3 (tiga) tipe dari nyeri yaitu
akut, kronik malignan dan kronik nonmalignan. Nyeri akut timbul
akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri kronik
nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak
progresif atau yang menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker
atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain. Meskipun
demikian, biasanya terdapat dua tipe nyeri dalam prakteknya yaitu
akut dan kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada
fraktur. Klien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan
gejala-gejala antara lain: respirasi meningkat, denyut jantung dan
tekanan darah meningkat.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu
lebih lama dan klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai
dirasakan.
(Anonim, 2007)Aspek Klinik Orofacial Pain
Nyeri orofasial memiliki rentang kondisi yang luas dengan
manifestasi yang berbeda. Ada beberapa usaha untuk memberikan
klasifikasi yang komprehensif. Namun, materi ini memfokuskan pada
beberapa yang paling umum dan paling membingungkan dari kondisi
ini. Karena kompleksitas mereka, ditambah makna emosional dan makna
psychososial regio orofacial, diagnostik kerja dan strategi
manajemen akan sering memerlukan pendekatan interdisipliner
substansial antara profesi medis, dokter gigi, psikolog dan
spesialis nyeri orofacial. (Lynch et al., 2010).
Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika
terkena bermacam-macam rangsangan, antara lain: rangsang termis
yang ditandai dengan perubahan suhu, minum minuman yang panas atau
dingin; mekanis terjadi melalui masuknya makanan yang manis dan
lengket, ataupun juga elektris yaitu rasa nyeri pada saat gigi
dikenai tindakan perawatan seperti dibor. Selain adanya rangsangan,
nyeri juga dapat timbul secara spontan. Keluhan nyeri yang
dikemukakan oleh setiap individu bersifat subyektif yaitu ngilu,
nyeri yang kadang timbul dan berdenyut.
Nyeri merupakan reaksi fisiologis yang ditimbulkan oleh rangsang
yang mencapai nilai ambang rasa nyeri pada reseptor nyeri.
Mekanisme nyeri gigi berawal dari rangsang berbahaya yang diubah
impuls nyeri sampai persepsi nyeri gigi. Rangsang diterima oleh
email disampaikan ke reseptor di dentin, kemudian rangsang diubah
menjadi impuls yang kemudian disampaikan ke pulpa dan akhirnya
sampai di pusat nyeri, tempat nyeri dipersepsi. Definisi nyeri yang
ditetapkan oleh International Association for The Study of Pain
adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan kerusakan jaringan yang telah
terjadi atau yang akan terjadi atau digambarkan dengan kata-kata
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan. Rasa nyeri merupakan
mekanisme pertahanan tubuh; rasa nyeri timbul bila terdapat
kerusakan jaringan dan ini akan menyebabkan penderita bereaksi
dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman
sensoris kompleks yang sering berkaitan dengan kerusakan jaringan.
Nyeri dianggap sebagai suatu istilah yang berhubungan dengan
sensasi yang dibedakan dalam kualitas, lokasi durasi dan intensitas
rangsangnya. Nyeri merupakan pengalaman kompleks yang meliputi
tidak hanya komponen sensorik, tetapi juga melibatkan reaksi
motorik atau respons yang ditimbulkan oleh rangsang yang
menimbulkan nyeri, yaitu rangsang berbahaya. Penderita yang telah
kehilangan rasa sakitnya, misalnya setelah mengalami kecelakaan
pada medula spinalis, tak akan mempunyai rasa nyeri.
Nyeri gigi merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsang pada
reseptor nyeri di gigi yang akan diubah menjadi impuls nyeri dan
dihantarkan melalui struktur serabut saraf. Jaringan yang hanya
mengandung reseptor nyeri atau nosiseptor memiliki sensitifitas
atau kepekaan terhadap nyeri dengan tingkat kepekaan yang berbeda.
Dentin dan pulpa termasuk jaringan yang peka terhadap nyeri. Nyeri
gigi terjadi bila terjadi rangsangan pada nosiseptor. Nyeri gigi
merupakan reaksi fisiologis dan atau patologis yang timbul oleh
rangsangan pada reseptor nyeri dan impulsnya dihantarkan melalui
struktur serabut saraf. Para ahli mengemukakan bahwa rasa nyeri
sukar atau tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena sifat
nyeri tersebut bersifat subyektif, misalnya seorang individu
mengatakan nyeri pada rangsangan dengan intensitas kecil, tetapi
individu yang lain harus diberikan rangsangan dengan intensitas
yang lebih besar untuk dapat merasakan nyeri.
Berdasarkan timbulnya nyeri terdapat dua rasa nyeri utama yaitu
rasa nyeri cepat (akut) dan lambat (kronis). Nyeri akut timbul
kira-kira 0,1 detik setelah diberikan stimulus nyeri, sedangkan
nyeri kronis timbul 1 detik atau lebih dan kemudian bertambah
secara perlahan selama beberapa detik kadangkala beberapa menit.
Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur
gigi yaitu email, kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan
pulpa-dentin, yang mengandung reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa.
Reseptor nyeri tersebut merupakan nosiseptor yang berasal dari
saraf maksilaris dan mandibularis dan merupakan cabang saraf
trigeminal. Rangsang yang diterima akan diubah menjadi impuls dan
dihantarkan menuju susunan saraf pusat rangsang dapat berupa
rangsang kimia, listrik, mekanis maupun termal. Email adalah
jaringan yang pertama kali menerima stimulus rangsangan. Email
merupakan jaringan yang sama sekali tidak peka dan rangsang yang
sampai pada daerah tersebut tidak berubah. Rangsang pada email
diteruskan ke dentin bagian luar, kemudian kanalikuli dentin sampai
ke reseptor. Rangsang pada serabut saraf berujung bebas tersebut
menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh serabut
saraf.
Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi
rahang atas:
1. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarakan impuls
nyeri dari nyeri gigi anterior.
2. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri
gigi dari gigi premolar dan akar mesiobukal molar pertama.
3. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri
dari gigi molar kecuali akar mesiobukal molar pertama.
Cabang saraf mandibularis yang menghantarkan impuls nyeri dari
gigi rahang bawah yaitu saraf alveolaris inferior melalui cabang
dentalis yang menghantarkan impuls dari seluruh gigi-gigi rahang
bawah. Serabut saraf lebih banyak bercabang pada kamar pulpa
dibandingkan saluran akar, dengan perbandingan 1:3. Percabangan
serabut saraf semakin meningkat pada ujung tanduk pulpa. Reseptor
sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis nosiseptor, yaitu
ujung saraf bebas bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini
terletak di predentin, hubungan pulpa-dentin dan subodontoblas.
Serabut saraf sensorik yang masuk ke dalam pulpa merupakan sistem
serabut saraf trigeminal yaitu berasal dari ganglion trigeminalis
(ganglion semilunaris Gasseri). Serabut saraf ini dibungkus oleh
suatu selubung yang terdiri dari kumpulan sel Schwann yang
berfungsi sebagai nerolema. Sel Schwann terdiri dari mielin yang
merupakan campuran lipid dan protein. Serabut saraf bermielin ini
masuk ke pulpa melalui foramen apikal. Serabut saraf bermielin yang
besar terdapat di daerah kamar pulpa akan bercabang menjadi serabut
saraf yang lebih kecil dan menyebar ke arah koronal dan perifer
gigi. Serabut saraf kemudian bercabang di daerah subodontoblas dan
membentuk suatu sistem saraf yang menyerupai suatu anyaman yang
disebut plexus of Raschkow. Pada daerah ini, serabut saraf akan
melepaskan selubung mielinnya dan berjalan melalui Zone of Weil.
Serabut saraf tersebut akan berjalan mengelilingi prosesus
odontoblas dan berakhir sebagai reseptor pada predentin. Impuls
nyeri gigi dihantarkan ke sistem saraf pusat melalui dua jenis
serabut saraf, yaitu serabut saraf tipe A-_ yang bermielin halus
dengan diameter 2-5 m, menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan
12-30 m / det dan serabut saraf tipe A bermielin yang berdiameter
5-12 m menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 30-70 m/det.
Serabut saraf lainnya yaitu serabut saraf tipe C yang tidak
bermielin dengan diameter 0,4-1,2 m. Serabut saraf tipe C
menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 0,5-2 m/det. Kedua
serabut saraf ini berakhir pada nukleus spinalis saraf trigeminal.
Impuls nyeri yang mengenai ujung saraf pulpa gigi dihantarkan ke
saraf maksilaris dan mandibularis dari saraf trigeminal. Serabut
saraf ini berjalan dari ganglion Gasseri ke nukleus sensorik dari
saraf trigeminal yang terletak pada medulla oblongata dan meluas ke
segmen servikal traktus spinalis. Serabut saraf juga berjalan
melalui lemniskus trigeminalis ke nukleus postero-sentral dari
talamus. Talamus merupakan pusat dari seluruh impuls nyeri kasar
yang selanjutnya diproyeksikan datang ke korteks serebri. Impuls
nyeri kasar ini akan diteruskan melalui neuron penghubung korteks
serebri. Di tempat ini nyeri sudah dapat dikenali dengan jelas baik
lokasi maupun diskriminasinya serta kualitas nyeri.
Sakit Orofacial adalah alasan utama mengapa banyak pasien
mencari saran dokter gigi. Ini biasanya memiliki sebab lokal.
Namun, berbagai penyakit, khususnya saraf, psikogenik dan gangguan
pembuluh darah, dapat menyebabkan orofacial pain.Kategori
Klasifikasi Orofacial Pain
Diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya:
1. Rasa sakit yang dikarenakan oleh penyakit local
Misalnya:
a. Gigi dan rahang
b. Sendi temporomandibular dan otot-otot yang berhubungan
dengannya
c. Hidung dan sinus paranasal
d. Kelenjar ludah
e. Pembuluh darah; giant-sel arteri
f. Mukosa
g. Lymph node
Pada kelompok ini rasa sakit berhubungan dengan gejala-gejala
lain dan mempunyai sifat khusus, dengan kelainan local yang
terlihat jelas baik secara klonos maupun radiografis, sehingga
dapat dilakukan penentuan diagnosa. Perawatan keadaan local dapat
menghilangkan sakit tersebut. (Gayford and Haskell, 1990).2. Sakit
yang berasal dari batang saraf dan arah perjalanan sentralnya
Kelompok ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yang dapat
dibedakan dengan ada atau tidak adanya tanda-tanda fisik yang tidak
normal pada sistem saraf sentral. Jadi, bila rasa sakit berasal
dari keadaan yang termasuk kelompok ini, maka untuk menentukan
diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan neurologi dengan perhatian
khusus terhadap saraf kranial. Penyebab kelompok ini adalah:
Kelompok I. Tidak ada tanda-tanda fisik yang tidak normal pada
sistem saraf sentral
a. Neuralgia trigeminal dan glosoparingeal idiopatik
b. Sindrom migrain
c. Sakit pada wajah atipikal
(Gayford and Haskell, 1990).
Kelompok II. Ada tanda-tanda fisik yang tidak normal pada sistem
saraf sentralGangguan pada saraf baik karena tekanan, infiltrasi
atau penyakit degenerasi dari sistem saraf sentral baik ekstra
maupun intrakranial (Gayford and Haskell, 1990).
3. Sakit yang berasal dari luar wajah
Rasa sakit dapat berasal dari Mata, Jantung, Tulang spinal,
Oesopagus. Mata secara alami merupakan bagian dari wajah, normalnya
pasien tidak mengeluh tentang rasa sakit dari penyakit mata atau
telinga, tetapi mengeluh tentang rasa sakit dari organ yang
terserang. Sebaliknya, sakit dari struktur lain biasanya meluas ke
telinga (terutama dari gigi geraham besar bawah dan sendi
temporomandibular).
Keadaan seperti ini ditandai dengan kelainan lokal yang
berhubungan engan rasa sakit, tetapi selain itu juga terlohat tanda
yang samar ari penyakityang terdapat di luar wajah yang menimbulkan
rasa sakit tersebut (Gayford and Haskell, 1990). 2.7.6 Macam-macam
pencegahan Orofacial PainTerdapat tiga kategori tindakan yang akan
digunakan untuk mengontrol nyeri yaitu: tindakan farmakologis,
non-invasif dan tindakan invasif. Ketiganya sering digunakan
bersamaan didalam upaya mengontrol nyeri.Tindakan Farmakologis
Penatalaksanaan nyeri menurut WHO secara farmakologis meliputi
penggunaan analgesik non-opiat, analgesik opiat dan analgesik
adjuvan.
1. Analgesik non-opiat sering digunakan untuk berbagai keadaan
yang mengakibatkan nyeri seperti trauma, penggunaan analgesik
non-opiat ini meliputi nyeri yang bersifat ringan sedang dan
digunakan secara berkesinambungan dengan obat-obatan opiat.
Analgesik non-opiat (analgetik non-narkotik) atau sering disebut
juga Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) seperti aspirin,
asetominofen, dan ibuprofen selain memiliki efek antinyeri juga
memiliki efek antiinflamasi dan antidemam (antipiretik). Obat-obat
golongan ini menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung
saraf perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan menurunkan
kadar mediator peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang
mengalami cedera. Obat ini juga menurunkan pelepasan prostaglandin
di daerah cedera. Obat ini umumnya diberikan untuk mengatasi nyeri
ringan sampai sedang.
2. Analgesik opiatterbagi menjadi tiga kelompok obat, yaitu
opiat agonist,partial agonist dan agonist-antagonis (campuran:
komponen yang menghambat efek opiat pada salah satu reseptor dan
memproduksi efek opiat pada reseptor lainnya). Opiat bekerja dengan
mengikat reseptor opiat pada neuron efferent, sehingga impuls nyeri
akan terhenti pada spinal cord dan tidak ditransmisikan ke korteks.
Dalam keadaan ini nyeri kemudian tidak dipersepsikan.Analgesik
opiat agonist-antagonist merupakan opiat campuran, komponen yang
menghambat efek opiat pada reseptor lainnya. Butorphanol (Stadol),
Nalbuphine (Nubain), Decozine (Dalgan) merupakan contoh jenis
analgesik opiat agonist-antagonist. Analgesik opiat antagonist
termasuk kedalamnya Naloxone (Narcan) dan Naltrexone (Trexal) dan
yang paling sering digunakan adalah Naloxone (Narcan). Efek samping
yang ditimbulkan adalah sedasi, depresi pernapasan dan mual.
3. Analgesik adjuvan adalah obat yang dikembangkan bukan untuk
memberikan efek analgesik, tetapi ditemukan mampu menyebabkan
penurunan nyeri pada berbagai nyeri kronis. Contohnya adalah
sedatif ringan atau tranquiliser seperti diazepam (Valium), mungkin
membantu menurunkan spasme otot yang disertai nyeri selain
menurunkan kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga pasien mampu
tidur dengan baik. Antidepresan seperti amitriptilin hidroklorid
(Elavil), diberikan untuk mengatasi depresi selain juga memberi
efek mengurangi gangguan nyeri.Tindakan Non Invasif Tindakan
pengontrolan nyeri non invasif digunakan untuk mendukung terapi
farmakologis yang sudah diberikan. Dalam pelaksanaanya, pasien dan
keluarga perlu dilibatkan didalam merencanakan tindakan non-invasif
sehingga ketika pasien dan keluarga dapat melalukannya dengan
efektif ketika harus menjalani perawatan dirumah. Jenis daripada
tindakan noninvasif antara lain:
1. Membangun hubungan terapeutik perawat-pasien
Terciptanya hubungan terapeutik antara pasien dan perawat akan
memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang
efektif pada pasien yang mengalami nyeri. Hubungan saling percaya
yang terbentuk akan membuat perawat merasa nyaman dalam
mendengarkandan bertindak memberikan asuhan keperawatan sebaliknya
pasiennya merasa nyaman untuk mendengarkan anjuran perawat dan
berani untuk menyatakan keluhan-keluhannya.
2. Bimbingan antisipasi
Menghilangkan kecemasan pasien sangatlah perlu, terlebih apabila
dengan timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri pasien.
Pada pasien yang akan mengalami tindakan operasi, penjelasan
prosedur tindakan akan mengurangi kecemasan pasien. Penjelasan
mengenai bagaimana tindakan akan dilakukan, apa yang akan dirasakan
pasien saat tindakan akan dilakukan sangat penting untuk mengurangi
kecemasan pasien.3. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan
toleransi terhadap nyeri. Berbagai metode relaksasi digunakan untuk
menurunkan kecemasan dan ketegangan otot sehingga didapatkan
penurunan denyut jantung, penuruanan respirasi serta penurunan
ketegangan otot. Contoh tindakan relaksasi yang dapat dilakukan
untuk menurunkan nyeri adalah napas dalam dan relaksasi otot.4.
Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing dapat digunakan bersamaan saat melakukan
tindakan relaksasi atau merupakan tindakan terpisah.Imajinasi
terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran
pasien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap dapat menurunkan persepsi pasien terhadap nyeri.Tindakan
ini membutuhkan konsentrasi yang cukup, upayakan kondisi lingkungan
pasien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
menyengat atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar
tidak mengganggu pasien untuk konsentrasi. Beberapa pasien lebih
relaks apabila dengan menutup mata.
5. Distraksi Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan
perhatian pasien ke hal-hal lain di luar nyeri, dengan demikian
diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri
bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu kerugian
tindakan ini yang perlu dipikirkan adalah apabila stimulasi
distraksi berakhir maka nyeri yang dirasakan biasanya semakin
bertambah berat, oleh karena itu alasan tersebut penggunaaan teknik
distraksi lebih efektif digunakan ketika hendak membebaskan nyeri
sebentar saja seperti saat onset dari pemberian obat analgesik atau
pada saat perawat baru menyiapkan obat analgesik. Cara bagaimana
distraksi dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan dengan teori gate
control. Pada spinal cord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli
nyeri periferal dihambat oleh stimuli dari serabut-serabut saraf
yang lain.
Distraksi ini meliputi:
a. Distraksi visual misalnya: menonton tv dan melihat
pemandangan
b. Distraksi auditory misalnya: mendengarkan suara /musik yang
disukai.
6. Akupungtur
Akupungtur merupakan terapi pengobatan kuno cina,dimana
akupungtur menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh
meningkatkan aliran energi (disebut:chi) disepanjang jalur yang
disebut meridian. Titik-titik akupungtur dapat distimulasi dengan
memasukkan dan mencabut jarum, menggunakan panas, tekanan/pijat,
laser atau stimulasi elektrik atau kombinasi dari berbagai macam
cara tersebut.
7. Biofeedback Merupakan metode elektronik yang mengukur respon
fisiologis, seperti gelombang pada otak, kontraksi otot, atau
temperatur kulit kemudian mengembalikan memberikan informasi
tersebut ke pasien. Kebanyakan alat biofeedback terdiri dari
beberapa elektroda yang ditempatkan pada kulit dan sebuah unit
amplifier yang mentransformasikan data berupa tanda visual seperti
lampu yang berwarna. Pasien kemudian mengenali tanda tersebut
sebagai respon stres dan menggantikannya dengan respon
relaksasi.
8. Stimulasi Kutaneus
Teknik ini bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk
mengontrol nyeri. Hal ini berkaitan dengan teori gate control.
Stimulasi kutaneus akan merangsang serabut-serabut saraf perifer
untuk mengirimkan impuls yang dibawa oleh serabut A-Beta
mendominasi maka mekanisme gerbang akan menutup sehingga impuls
nyeri tidak dihantarkan ke otak. Stimulasi kulit dapat dilakukan
dengan cara pemberian kompres dingin, balsem analgetika dan
stimulasi kontralateral.
9. Akupresur
Akupresurdikembangkan dari ilmu pengobatan kuno Cina dengan
menggunakan sistem akupungtur. Terdapat beberapa teknik akupresur
yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri untuk membebaskan
rasa nyeri.Pasien dapat menggunakan ibu jari atau jari untuk
memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan
ketegangan pada otot kepala bahu atau leher.Seperti halnya
akupungtur, akupresur kemungkinan bekerja dengan melepaskan
endorphin dalam membebaskan nyeri.
10. Psikoterapi
Psikoterapi dapat menurunkan perpsesi nyeri pada beberapa
pasien, terutama pada pasien yang sangat sulit sekali untuk
mengontrol nyeri, pada pasien yang mengalami depresi, atau pada
pasien yang pernah mempunyai riwayat masalah psikiatri. Salah satu
model pendekatan psikiatri adalah dengan membangun kerangka pikiran
yang positif pada pasien, sebuah pendekatan yang mengajarkan pasien
untuk membingkai kembali masalah yang dihadapi dengan meningkatkan
kesadaran sehingga menggunakan teknik hipnotis dalam mengontrol
nyeri, terbukti cara ini cukup efektif dalam memodifikasi respon
nyeri, akan tetapi hanya beberapa orang saja yang mempunyai
keahlian dalam bidang ini.Tindakan Invasif/Pembedahan Tindakan
invasif merupakan komplemen dari tindakan-tindakan lainnya hanya
dalam upaya membebaskan nyeri seperti tindakan perilaku-kongnitif,
fisik maupun terapi farmakologis, dimana pasien tidak mendapatkan
kebebasan nyeri melalui cara-cara tersebut. Tindakan invasif dapat
diindikasikan pada keadaan pasien dengan nyeri kanker kronis atau
dalam beberapa kasus nyeri benign kronis. Tindakan ini dilakukan
apabila tindakan dengan tindakan-tindakan non-invasif tidak dapat
untuk membebaskan nyeri. Pasien perlu diberikan pengetahuan tentang
implikasi setelah tindakan pembedahaan untuk mengontrol nyeri.
Sebagai contoh hilangnya fungsi motorik pada pasien akan membuat
rasa nyaman beberapa kasus pembedahan.
1. Cordotomy Cordotomymerupakan tindakan menginsisi traktus
anterolateral dari spinal cord untuk mengintrupsi transmisi nyeri.
Dikarenakan sulit untuk mengisolasi saraf yang berespon terhadap
nyeri bagian tubuh atas, pembedahan ini sering dilakukan untuk
mengatasi nyeri pada bagian abdomen atau kaki, termasuk didalamnya
nyeri parah yang diakibatkan oleh kanker stadium terminal.
2. Neurectomy Neurectomy adalah tindakan pembedahan dengan
menghilangkan sebuah saraf. Hal ini terkadang dilakukan untuk
membebaskan nyeri. Neurectomy perifer merupakan tindakan pemotongan
saraf pada bagian distal spinal cord.
3. Symphatectomy Saraf simpatis mempunyai peran penting didalam
memproduksi dan mentransmisi sensasi nyeri.Symphatectomy termasuk
didalamnya adalah merusak dengan melakukan injeksi atau insisi pada
ganglia dalam saraf simpatis biasanya dilakukan pada daerah lumbar
atau pada bagian dorsal servik di dasar leher.
4. Rhizotomy Rhizotomy merupakan tindakan pembedahan dengan
melakukan pemotongan pada dorsal spinal root.Tindakan ini biasanya
dilakukan untuk menghilangkan nyeri kanker pada bagian kepala,
leher atau paru-paru, rhizotomy dilakukan tidak hanya dengan
melakukan pemotongan pada serabut saraf akan tetapi juga bisa
dilakukan dengan menginjeksikan alkohol atau phenol ke dalam ruang
subarachnoid.
BAB 3PENUTUP
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kami tarik kesimpulan
bahwa nyeri adalah sebagai salah satu tanda alami dari suatu
penyakit yang paling pertama muncul dan menjadi gejala yang paling
dominan diantara pengalaman sensorik lain yang dinilai oleh manusia
pada suatu penyakit. Kemudian nyeri pun di klasifikasikan menjadi
nyeri akut dan nyeri kronik .dan terdapat pula tipe nyeri yaitu
nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik. Dan terdapat juga nyeri
orofacial pain dimana alur-jalur terjadinya nyeri pada daerah oral
fasial selalu mengikuti jalur saraf yang menginervasi pada daerah
oral fasial tersebut beberapa daerah temporal dan frontal kepala
dan juga gigi diinervasi oleh saraf yang sama yaitu nervus
trigeminus dan mekanisme nyeri dimulai dengan adanya stimulus
kemudian transduksi dan kemudian ditransmisikan dan tahap
selanjutnya modulasi dan di akhir seseorang baru bisa
mempersepsikan nyeri itu sendiri , namun tingkat persepsi nyeri
pada tiap individu berbeda sehingga contol painnya pun bermacam
macam tergantung dengan kebutuhan individu itu sendiri .DAFTAR
PUSTAKA
Gayford, JJ, Haskell, R. 1990. Penyakit Mulut: alih bahasa
Lilian Yuwono. Jakarta: EGC
Scully, C. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine. Second
Edition. Philadelphia: ElsevierGuyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Walton, Richard E dan Mahmoud Torabinejad. Prinsip dan Praktik
Ilmu Endodonsia, Edisi 3. Jakarta:
Rohen, JW. Embriologi Fungsional: Perkembangan Sistem Fungsi
Organ Manusia. Edisi 2. 2003. Jakarta: EGC.Rowbotham, M. C.,
Petersen, K.L., Davies, P.S., Friedman, E.K., & Fields,
H.L.,2000.Recent Development in The Treatment of Neuropathic Pain.
In: Devor, M., Rowbotham, M.C., & Wiesenfeld-Hallin, Z. (ed).
Proceeding of the 9th World on Pain. IASP Press, Seattle, pp
833-855 Woolf, C. J., 2004:Pain: Moving from Symptom Control toward
Mechanism-Specific Pharmacologic Management, Ann Intern Med;
140:441-451FISIK
FAKTOR
THERMIS
STIMULUS
KHEMIS
ODONTOGENIK
&
NON-ODONTOGENIK
TRANSDUKSI
TRANSMISI
MODULASI
KLASIFIKASI
PERSEPSI
OROFACIAL PAIN