Top Banner
LAPORAN KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN GIGI ANAK SPACE MAINTAINER Disusun oleh: 1. Ratna Denita 09/280168/KG/8384 2. Tantia Cita Dewanti 10/298072/KG/8646 Pembimbing Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo R.S., SU., Sp. KGA(K)
42

Laporan Space Maintainer

Feb 05, 2016

Download

Documents

tantiacdf

Space Maintainer
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Space Maintainer

LAPORAN KEPANITERAAN

ILMU KESEHATAN GIGI ANAK

SPACE MAINTAINER

Disusun oleh:

1. Ratna Denita 09/280168/KG/8384

2. Tantia Cita Dewanti 10/298072/KG/8646

Pembimbing

Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo R.S., SU., Sp. KGA(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Laporan Space Maintainer

I. PENDAHULUAN

Anak-anak adalah individu dalam masa tumbuh kembang, secara fisik,

psikologik, dan bukan miniatur dari orang dewasa. Perawatan yang diberikan pada

anak-anak meliputi pencegahan primer (karies gigi), pencegahan sekunder

(mempertahankan gigi yang sudah terserang karies sampai tiba waktunya tanggal

secara fisiologis dalam keadaan sehat) dan pencegahan tersier (mencegah space loss

dan kelainan oklusi).

Gigi desidui digunakan untuk proses mekanik makanan sebagai fungsi digesti

dan asimilasi. Keberadaan gigi desidui berpengaruh terhadap perkembangan rahang,

erupsi gigi geligi permanen, kesehatan individu, serta perkembangan fisik dan mental

anak-anak (Finn, 2003; Kharbanda 1994). Gigi-gigi desidui berperan sebagai space

maintainer dalam lengkung gigi untuk gigi permanen (Finn, 2003). Oleh karena itu,

semakin dini gigi desidui dicabut maka semakin besar kemungkinan terjadinya

pergeseran gigi. Pencabutan dini pada gigi desidui yang belum saatnya tanggal dapat

menyebabkan premature loss serta dapat mempengaruhi tahap perkembangan

oklusal gigi-geligi (Kharbanda, 1994). Meskipun mempertahankan gigi desidui tidak

akan selalu mencegah maloklusi, tetapi dapat mengurangi terjadinya keparahan dan

mempertahankan kesimetrisan hubungan molar permanen (Kennedy, 1992).

Perawatan pada masa gigi desidui dilakukan jika kelainan-kelainan yang

dijumpai berhubungan dengan adanya gangguan fungsi atau ada hubungannya

dengan perkembangan dari lengkung gigi selanjutnya. Dengan memperhatikan hal-

hal tersebut, indikasi pada masa gigi susu dapat dilakukan untuk memperbaiki dan

mempertahankan fungsi, mencegah adanya maloklusi dari gigi-geligi, malformasi

atau malrelasi lengkung gigi dan jika terdapat hubungan tidak normal, baik

distooklusi maupun mesioklusi dari rahang bawah terhadap rahang atas (Mokhtar

dkk, 1974).

Pencabutan gigi yang tidak direncanakan pada periode geligi sulung dan

geligi bercampur dapat menimbulkan kerugian yaitu kehilangan ruang yang dapat

menimbulkan maloklusi, menurunnya fungsi pengunyahan (terutama gigi posterior),

Page 3: Laporan Space Maintainer

gangguan perkembangan bicara (terutama gigi anterior), dan dapat menimbulkan

trauma akibat pemberian anastesi dan tindakan bedah.

Salah satu usaha preventif untuk mencegah terjadinya pergeseran gigi yang

diakibatkan oleh premature loss pada gigi desidui adalah dengan menggunakan alat

space maintainer. Space maintainer yang paling baik adalah gigi desidui itu sendiri,

sehingga harus dilakukan usaha mempertahankan gigi desidui dalam rongga mulut,

tetapi jika tidak memungkinkan maka perlu dibuatkan space maintainer buatan.

Namun, apabila terjadi kekurangan ruang atau terjadi mesial drifting pada celah yang

mengalami premature loss maka digunakan alat space regainer untuk mendapatkan

ruang kembali.

Page 4: Laporan Space Maintainer

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Premature Loss

Pencabutan dini pada gigi desidui yang belum saatnya tanggal dapat

menyebabkan premature loss serta dapat mempengaruhi tahap perkembangan

oklusal gigi-geligi (Kharbanda, 1994). Efek dari tanggalnya gigi susu yang terlampau

cepat ialah fungsi dan kesehatan rongga mulut terganggu, modotnya gigi antagonis,

efek psikologis pada anak dan orangtua, serta posisi gigi-gigi permanen (Foster,

1999).

Premature loss pada gigi desidui dapat terjadi akibat adanya karies, erupsi

ektopik atau trauma yang menyebabkan pergerakan gigi desidui atau permanen yang

tidak diinginkan dan berkurangnya panjang lengkung. Kurangnya panjang lengkung

dapat berakibat meningkatnya keparahan gigi berjejal, rotasi, erupsi ektopik,

crossbite, overjet dan overbite yang berlebihan serta hubungan molar yang kurang

baik. Premature loss gigi desidui tipe apapun berpotensi menyebabkan berkurangnya

ruang untuk menampung gigi permanen yang akan menggantikannya (Kuswandari

dkk., 2007).

Space loss merupakan hilangnya daerah kosong dalam lengkung gigi ketika satu

gigi hilang karena dicabut atau hilang karena tidak tumbuh (Harty dan Ogston,

1995). Beberapa penyebab terjadinya space loss antara lain

1. Gigi desidui dengan karies proksimal

2. Gigi yang erupsinya ektopik

3. Perubahan dalam urutan erupsi gigi

4. Gigi molar desidui yang ankilosis

5. Impaksi gigi

6. Transposisi gigi

7. Hilangnya gigi molar desidui tanpa disertai management space yang tepat

8. Missing teeth

9. Resorpsi akar gigi molar desidui yang abnormal

10. Erupsi gigi permanen terlalu dini atau terlambat

11. Morfologi gigi yang abnormal

Page 5: Laporan Space Maintainer

Space loss bisa terjadi unilateral atau bilateral sebagai akibat dari tipping gigi,

rotasi, ekstrusi, ankilosis, atau perubahan dari ekstrusi gigi dan pendalaman dari

curve of spee. Besarnya space loss bervariasi tergantung pada lengkung yang

terpengaruh, posisinya dalam lengkung, dan jangka waktu sejak gigi yang

bersangkutan tanggal. Kuantitas dan insiden space loss juga tergantung pada

keberadaan dan status gigi di sebelahnya dalam lengkung gigi. Besarnya crowding

atau spacing dalam lengkung gigi akan menentukan derajat kemaknaan akibat space

loss. Apabila space loss dapat diimbangi perkembangan tulang kraniofasial maka

mungkin space regainer tidak diperlukan (Kuswandari dkk, 2012).

B. Space Maintainer

Space maintainer merupakan suatu alat yang dipakai untuk mempertahankan

panjang lengkung ketika gigi dicabut secara dini, alat yang bersifat pasif dalam

menjaga jarak mesiodistal, rmempertahankan ruangan akibat pencabutan desidui

yang terlalu awal dan memelihara gerak fungsional gigi (Andlaw dan Rock,

1992).Sedangkan menurut Harty dan Ogston (1995), space mantainer adalah alat

cekat atau lepasan yang dirancang untuk mempertahankan ruang yang ada dalam

lengkung rahang.

Space maintainer dapat digunakan untuk mencegah pergeseran ke mesial gigi

molar pertama permanen. Space maintainer akan dilepas apabila sudah tidak

dipergunakan lagi untuk menghindari terhalangnya erupsi gigi permanen di

bawahnya (Andlaw dan Rock, 1992).

Klasifikasi space maintainer menurut Snawder (1980) adalah sebagai berikut:

1. Fixed dengan bands

2. Fixed tanpa bands

3. Removable dengan bands (semi fixed)

4. Removable tanpa bands

5. Functional

6. Nonfunctional.

Page 6: Laporan Space Maintainer

(A) Space maintainer lepasan untuk rahang atas, (B) Space maintainer

lepasan untuk rahang bawah (Barber, 1982)

Keuntungan penggunaan removable space maintainer antara lain alat dan gigi

dapat dibersihkan dengan mudah, dapat mempertahankan dimensi vertikal, dapat

dikombinasikan dengan tindakan preventif yang lain, dapat dipakai setengah hari

sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi darah pada jaringan lunak, dapat dibuat

dengan mudah dan estetis, dapat untuk mengunyah dan alat bantu bicara,

mempertahankan bentuk lidah, dapat menstimulasi erupsi gigi permanen, tidak

memerlukan bands, pemeriksaan gigi (karies) dapat dengan mudah dilakukan, dan

dapat menciptakan ruang untuk erupsi gigi tanpa harus membuat alat baru. Kerugian

penggunaan removable space maintainer antara lain ada kemungkinan alat hilang,

dapat patah, pasien tidak mau memakai alat, dapat menahan pertumbuhan rahang ke

lateral apabila klamer tidak pas, dan dapat mengiritasi jaringan lunak (Finn, 2003).

Syarat-syarat pembuatan space maintainer, antara lain:

1. Mampu mempertahankan jarak mesiodistal

2. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu

3. Erupsi gigi permanen tidak terganggu

4. Tersedia cukup ruang mesiodistal untuk erupsi gigi permanen pengganti.

5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula

6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan.

Page 7: Laporan Space Maintainer

Indikasi pemakaian space maintainer apabila kekuatan yang mengenai gigi tidak

seimbang dan analisis ruang tersebut menunjukkan adanya kemungkinan adanya

kekurangan ruang bagi gigi pengganti. Menurut Finn (1973), space maintainer

diperlukan apabila:

Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi

menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan masih

terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya

Jika ada kebiasaan buruk dari anak, misal menempatkan lidah di tempat yang

kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer ini dapat

diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk

Adanya tanda-tanda penyempitan ruang

Kebersihan mulut baik

Adapun waktu yang tepat untuk penggunaan space maintainer adalah segera

setelah kehilangan gigi sulung. Kebanyakan kasus terjadi penutupan ruang setelah

6 bulan kehilangan gigi (Finn, 1973).

Kontraindikasi space maintainer menurut Snawder (1980), antara lain:

1. Tulang alveolus di atas gigi tersebut sudah hilang dan ruang tersebut cukup untuk

erupsi gigi pengganti.

2. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup untuk

ruang erupsi gigi pengganti dan tidak ada kemungkinan hilangnya ruang.

3. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan ortodontik.

4. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.

C. Space Regainer

Space regainer digunakan untuk mendapatkan ruang pada keadaan kekurangan

ruang atau terjadinya mesial drifting pada celah yang mengalami premature loss

(Andlaw dan Rock, 1992). Space regainer perlu dipertimbangkan pemakaiannya

apabila terjadi space loss atau penyempitan ruang. Sasaran intervensi terhadap space

loss dengan space regainer adalah pemulihan lebar dan perimeter lengkung dan

memperbaiki posisi erupsi gigi permanen penggantinya. (Kuswandari dkk, 2007).

Indikasi pemakaian alat space regainer adalah pada prematur loss gigi molar

desidui yang mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang erupsi gigi permanen.

Page 8: Laporan Space Maintainer

Kontraindikasi pemakaian alat space regainer, antara lain:

1. Apabila ruang yang akan terjadi akibat premature loss gigi desidui cukup atau

lebih bagi ruang erupsi gigi pengganti.

2. Apabila dilakukan pencabutan untuk pencarian ruang pada perawatan

ortodontik.

3. Apabila gigi pengganti tidak ada dan penutupan ruang diinginkan.

4. Pasien alergi terhadap akrilik.

5. Pasien tidak kooperatif.

Syarat-syarat pembuatan space regainer, adalah:

1. Terdapat kurang ruang mesiodistal untuk erupsi gigi permanen pengganti.

2. Mampu menciptakan jarak mesiodistal.

3. Erupsi gigi antagonis tidak terganggu.

4. Erupsi gigi permanen tidak terganggu.

5. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pergerakan mandibula.

6. Bentuk sederhana, mudah dalam perawatan, dan mudah untuk dibersihkan.

Kerugian penggunaan alat space regainer yaitu dapat mengiritasi jaringan lunak

di sekitarnya dan dapat menghambat pertumbuhan rahang ke arah lateral. Sasaran

intervensi terhadap space loss dengan space regainer adalah pemulihan lebar dan

perimeter lengkung serta memperbaiki posisi erupsi gigi permanen penggantinya.

Space regainer harus dipakai dan dikontrol terus sampai gigi permanen disebelahnya

erupsi sempurna atau sampai diawalinya perawatan ortodontik (Kuswandari, 2007).

D. Analisis Ketersediaan Ruang Analisis dan Panjang Lengkung

Analisis untuk memperkirakan kebutuhan ruang bagi gigi permanen yang akan

erupsi dapat menggunakan :

1. Nance analysis

Gigi yang terpilih: III, IV, V dan 3, 4, 5 = lee way space

Lee way space adalah space yang ada akibat selisih besar jumlah ukuran mesio

distal gigi III, IV, V dan 3, 4, 5.

Lee way space RA = (III + IV + V) – (3 + 4 + 5) = 0,9 satu sisi

Lee way space RB = (III + IV + V) – (3 + 4 + 5) = 1,7 satu sisi

Prosedur metode ini adalah:

Page 9: Laporan Space Maintainer

a. Menyiapkan model, kemudian ukurlah lebar mesiodistal III,IV,V.

b. Menyiapkan foto rontgen 3,4,5 dan ukurlah (koreksi efek pembesaran dengan

metode Huckaba.

c. Bandingkan 3,4,5 dengan jumlah III, IV,V.

d. Ukurlah selisihnya apakah 0,9 RA, atau lebih atau kurang, demikian pula

untuk RB. Selisih tersebut (Lee way space) sebenarnya digunakan untuk

molar adjustment. Jika Lee way space kurang dari 0,9 RA dan 1,7 RB maka

dibutuhkan penyediaan ruang dengan serial ekstraksi.

2. Moyer’s mixed dentition analysis

Dasar pemikirannya adalah korelasi antara satu kelompok gigi dan kelompok

gigi lainnya dalam satu regio. Gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 21 12

(McDonald, dkk., 1994). Gigi incisivus rahang bawah dipilih untuk pengukuran

pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu dalam rongga mulut pada

masa geligi bercampur, mudah diukur secara akurat. Analisis Moyers banyak

dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik yang minimal. Metode ini

juga dapat dilakukan secara cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun

radiografi dan dapat dilaksanakan pemula karena tidak memerlukan keahlian

khusus. Walaupun pengukuran dan perhitungan dilakukan pada model, tetapi

mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metode ini juga dapat

dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua lengkung rahang (Moyers,

1988).

Penilaian yang lebih akurat mengenai kondisi ruang bagi gigi-gigi tetap

pengganti bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa bentuk analisis gigi

campuran. Secara mudahnya, ini melibatkan pengukuran dari ruang yang tersedia

untuk gigi kaninus tetap dan premolar, serta pengukuran radiografi dari ukuran

gigi-gigi yang belum bererupsi. Tipe analisis gigi-geligi campuran yang lebih

canggih didasarkan pada tabel probabilitas yang mencantumkan lebar dari kaninus

dan premolar tetap pada berbagai tingkat probabilitas, ditentukan dari lebar gigi-

gigi insisivus tetap yang diukur. Prosedur yang dilakukan di sini pertama-tama

adalah mengukur lebar keempat gigi insisivus tetap dan molar pertama tetap,

misalnya ruang yang tersedia untuk kaninus dan premolar pengganti. Kemudian

Page 10: Laporan Space Maintainer

lebar gigi-gigi pengganti ditentukan dari tabel probabilitas, pada tingkat

probabilitas yang diinginkan; tingkat yang umum digunakan adalah 75%.

Selanjutnya bisa dilihat apakah gigi kaninus dan premolar pengganti akan bisa

masuk ke ruang yang tersedia atau tidak (Foster, 1999).

Langkah-langkah analisis Moyers yaitu:

a. Buatlah lengkung perimeter dengan kawat tembaga untuk RA dan RB.

b. Buatlah tanda dengan spidol pada kawat tadi tepat di sisi mesial gigi molar

pertama permanen kanan dan kiri, luruskan kembali dan ukur panjang antara

kedua tanda tadi catatlah data ini.

c. Ukurlah besarnya gigi 2 1 1 2 , catat data ini.

d. Bandingkan jumlah ukuran gigi 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 dengan lengkung

parameter.

e. Hasilnya bisa sama, lebih kecil, atau lebih besar.

3. Metode Huckaba

Metode ini untuk memperkirakan besarnya gigi yang belum erupsi.

Rumus: B = A’ x B’ A’

Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi

B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’

A = besar gigi yang sudah erupsi

A’= besar gigi yang sudah erupsi dalam ro’

Setelah melakukan analisis ruang dan panjang lengkung, dapat diketahui derajat

crowding lengkung gigi. Menurut Andlaw dan Rock (1992), gigi dapat digolongkan

sebagai salah satu dari tipe berikut:

1. Gigi tidak berjejal dengan kelebihan ruang.

Ciri-cirinya adalah terdapat spacing di antara gigi-gigi insisivus; ruang

yang tersedia dalam lengkung rahang melebihi ruang yang diperlukan untuk

gigi-gigi yang belum erupsi.

2. Gigi tidak berjejal dengan ruangan cukup.

Ciri-cirinya adalah kontak normal di antara gigi-gigi insisivus; ruang yang

Page 11: Laporan Space Maintainer

tersedia dalam lengkung sama dengan ruang yang diperlukan untuk gigi-gigi

yang belum erupsi.

3. Crowding ringan.

Ciri-cirinya adalah sedikit overlap pada gigi-gigi insisivus; ruang yang

tersedia dalam lengkung rahang kurang sampai 4 mm dari yang diperlukan

untuk gigi-gigi yang belum erupsi.

4. Crowding berat.

Ciri-cirinya adalah overlap rotasi atau pergeseran gigi-gigi insisivus; ruang

yang tersedia dalam lengkung rahang kurang melebihi 4 mm dari yang

diperlukan untuk gigi-gigi yang belum erupsi.

Page 12: Laporan Space Maintainer

III. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nomor Kartu = 15-07-39

Tanggal pemeriksaan = 16 April 2015

Nama pasien = Andhika Bremana

Jenis kelamin = Laki-laki

Tempat/Tgl lahir = Yogyakarta, 18 Agustus 2005

Umur = 5 tahun 6 bulan

Sekolah = Belum sekolah

Nama orang tua = Juwita

Alamat = Jogoyudan, Jetis III

B. Waktu Pemeriksaan

1. Tanggal Pendaftaran : 16 April 2015

2. Tanggal Pencetakan : 20 April 2015

C. Pemeriksaan Subjektif

Motivasi :

Pasien datang atas motivasi operator dan orang tua untuk memeriksakan giginya.

Keluhan Utama (CC) :

Gigi susu belakang kiri dan kanan bawah sudah tanggal karena dicabut. Namun

gigi pengganti belum tumbuh.

Kedaaan Sakit Sekarang (PI) :

Saat ini pasien tidak merasakan sakit pada daerah yang dikeluhkan.

Riwayat Gigi (PDH):

- Pasien telah mencabutkan gigi geraham pertama bawah kiri dan kanan.

- Gigi geraham bungsu kanan bawah telah ditambal dengan menggunakan

amalgam.

- Gigi geraham permanen kiri bawah telah ditambal dengan menggunakan SIK

Fuji VII.

- Gigi seri atas telah dibuatkan mahkota jaket akrilik.

Page 13: Laporan Space Maintainer

Riwayat Kesehatan Umum (PMH) :

- Pasien dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta tidak dicurigai

menderita penyakit sistemik.

- Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat tertentu dan belum pernah dirawat

di rumah sakit.

- Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat perdarahan

Riwayat Kesehatan Keluarga (FH) :

Umum : Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik, dan tidak

memiliki alergi.

Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik, dan tidak

memiliki alergi.

Gigi : Ayah : Susunan gigi geligi rapi, tidak terdapat kelainan

Ibu : Susunan gigi geligi rapi, tidak terdapat kelainan

Pencegahan Penyakit Gigi

a. Menyikat gigi : 2 kali sehari (pagi dan sore hari)

b. Topikal aplikasi fluor : Tidak

c. Tablet fluor : Tidak

d. Kumur-kumur : Tidak

D. Pemeriksaan Objektif

Kedaaan umum : Sehat jasmani dan rohani

Penampilan : Kooperatif dan komunikatif

Berat badan : 17,5 Kg

Tinggi badan : 108 cm

Pemeriksaan luar mulut:

Bentuk muka : simetris, tidak ada kelainan

Bibir : simetris, tidak ada kelainan

Pipi : simetris, tidak ada kelainan

Kelenjar limfe : tidak teraba

Lain-lain : -

Page 14: Laporan Space Maintainer

Pemeriksaan dalam mulut:

Mukosa : sehat, tidak ada kelainan

Lidah : sehat, tidak ada kelainan

Gusi : gingivitis ringan region gigi 51, 54, 63, 65, 73, dan 75; rasial

pigmentasi distal gigi 53, 63, 73, dan 83

Langit-langit : sehat, tidak ada kelainan

Dasar mulut : sehat, tidak ada kelainan

Jaringan Keras:

Oklusi : Klas I Angle (kiri)

Klas I Angle (kanan)

Odontogram

Keterangan : : Gigi belum erupsi ∑ : Gigi goyah O : Karies

X : Gigi sudah dicabut/tanggal V : Gigi tinggal akar : Tumpatan

Diagnosis Gigi-Geligi

55 = Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dengan kedalaman dentin.

Sondasi : (–)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan insensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

53 = Terdapat kavitas pada permukaan distolabial dan permukaan labial dengan

kedalaman dentin.

Sondasi : (+)

Page 15: Laporan Space Maintainer

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan sensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

52 = Terdapat kavitas pada permukaan mesiolabioincisal dengan kedalaman

dentin.

Sondasi : (+)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan sensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

51 = Terdapat kavitas pada permukaan mesiodistolabial dengan kedalaman dentin.

Sondasi : (–)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan insensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

61 = Terdapat kavitas pada permukaan mesiodistolabial dengan kedalaman dentin.

Sondasi : (–)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan insensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

62 = Terdapat kavitas pada permukaan mesiolabial dengan kedalaman dentin.

Sondasi : (+)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Page 16: Laporan Space Maintainer

Diagnosis : Karies dentin dengan sensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

36 = Terdapat fissure yang dalam

Diagnosis : Deep fissure.

Terapi : Fissure sealant.

75 = Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dengan kedalaman dentin.

Sondasi : (–)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan sensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

74 = Terdapat sisa akar

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

Diagnosis : Radices

Terapi : Eksodonsi, space maintainer

73 = Terdapat kavitas pada permukaan mesioinsisal dengan kedalaman dentin.

Sondasi : (–)

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan insensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

84 = Terdapat sisa akar

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

Diagnosis : Radices

Terapi : Eksodonsi, space maintainer

85 = Terdapat kavitas pada permukaan mesial, fissure bukal dan oklusal dengan

kedalaman dentin.

Sondasi : (–)

Page 17: Laporan Space Maintainer

Perkusi : (–)

Palpasi : (–)

CE : (+)

Diagnosis : Karies dentin dengan insensitif dentin.

Terapi : Operative dentistry.

46= Terdapat fissure yang dalam

Diagnosis : Deep fissure.

Terapi : Fissure sealant

Rencana Perawatan

1. Eksodonsi

2. Operative Dentistry.

3. Fissure Sealant

4. TAF

5. Space maintainer.

6. Kontrol

Page 18: Laporan Space Maintainer

IV. ANALISIS ORTHODONTIK

A. Pembuatan Model Studi dan Model Kerja

Tanggal 20 April 2015 dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah

untuk pembuatan model studi dan model kerja.

B. Analisis Model Studi

a. Bentuk lengkung gigi

Rahang Atas

Bentuk Lengkung Gigi: Parabola, Simetris

Rahang Bawah

Bentuk Lengkung Gigi: Setengah Elips, Simetris

b. Malposisi gigi individual

Rahang atas :

Tidak ada

Rahang bawah:

Tidak ada

c. Relasi gigi oklusi sentrik

1. Anterior

Overjet : 2,54 mm

Over bite : 2,32 mm

Palatal bite : Tidak ada

Deep bite : Tidak ada

Open bite : Tidak ada

Edge to edge bite : Tidak ada

Cross bite : Tidak ada

2. Posterior

Cross bite : Tidak ada

Open bite : Tidak ada

Scissor bite : Tidak ada

Cup to cup bite : Tidak ada

Page 19: Laporan Space Maintainer

3. Relasi Molar Pertama kanan : Kelas I Angle

4. Relasi Molar Pertama kiri : Kelas I Angle

d. Lebar mesiodistal gigi geligi

GigiRahang Atas Rahang Bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri6 8,96 9,32 10,36 9,94V 9,92 10,20 10,68 10,72IV 8,40 8,18 - -III 6,48 6,56 5,98 5,54II 5,92 4,40 5,16 5,26I/1 7,20 5,14 - 4,82

e. Skema gigi

Rahang Atas

Rahang Bawah

Page 20: Laporan Space Maintainer

C. Diagnosis Ortodontik

Premature loss pada regio gigi 74 dan 84

Space kanan : 9 mm

Space kiri : 9,12 mm

Inter M1 : 42,22 mm

Inter c : 25,18 mm

D. Analisis Ruang

Pengukuran dan Perhitungan

Pada kasus, rahang bawah pasien memiliki ruang kosong pada area gigi 74

dan 84 akibat pencabutan. Pengukuran dan perhitungan dilakukan untuk

mengetahui ketersediaan ruang erupsi gigi 33, 34, 35 dan 43, 44, 45. Data yang

dibutuhkan adalah jumlah mesiodistal antara gigi 31, 32, 41, 42. Untuk

mengetahui besar mesiodistal gigi 31, 32, 41 dan 42 menggunakan metode

Huckaba. Kemudian, untuk mengetahui ketersediaan ruang, jumlah mesiodistal

gigi 33, 34, 35 dan 43, 44, 45 yang diketahui melalui metode Moyers ditambah

dengan jumlah mesiodistal keempat gigi anterior dibandingkan dengan panjang

lengkung gigi antara mesial 36 dan 46 yang diketahui melalui determinasi

lengkung. Jika perhitungan lebih kecil dari determinasi lengkung berarti

kelebihan ruang, jika jumlah perhitungan lebih besar berarti kurang ruang, dan

jika sama besar berarti cukup ruang.

1. Metode Nance

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya lee way space pada kasus

gigi bercampur. Lebar mesiodistal gigi yang belum erupsi dicari dengan

menggunakan metode huckaba.

RB Kanan

cmodel = 6,24 mm

crontgen = 6,50 mm

Crontgen = 8,02 mm

P1rontgen = 8,34 mm

P2rontgen = 9,60 mm

Page 21: Laporan Space Maintainer

C = cmodel x Crontgen = 6,24 x 8,02 = 7,69

crontgen 6,50

P1 = cmodel x P1rontgen = 6,24 x 8,34 = 8,00

crontgen 6,50

P2 = cmodel x P2rontgen = 6,24 x 9,60 = 9,21

crontgen 6,50

Besar c + m1 + m2 = 6,24 + 9 + 10,48 = 26,14 mm

Besar C + P1 + P2 = 7,69 + 8,00 + 9,21 = 24,90 mm

Lee way space = 1,24 mm

RB K iri

cmodel = 6,24 mm

crontgen = 6,2 mm

Crontgen = 7,86 mm

P1rontgen = 8,74 mm

P2rontgen = 8,02 mm

C = cmodel x Crontgen = 6,24 x 7,86 = 7,91 mm

crontgen 6,20

P1 = cmodel x P1rontgen = 6,24 x 8,74 = 8,79 mm

crontgen 6,20

P2 = cmodel x P2rontgen = 6,24 x 8,02 = 8,07 mm

crontgen 6,20

Besar c + m1 + m2 = 6,10 + 9,12 + 10,52 = 25,92 mm

Besar C + P1 + P2 = 7,91 + 8,79 + 8,07 = 24,77 mm

Lee way space = 1,15 mm

Page 22: Laporan Space Maintainer

2. Metode Huckaba

Rumus: B = A x B’

A’

Keterangan : B = besar gigi yang belum erupsi

B’= besar gigi yang belum erupsi dalam ro’

A = besar gigi yang sudah erupsi

A’= besar gigi yang sudah erupsi dalam ro’

Hasil penghitungan Metode Huckaba

RB Kiri

Elemen gigi (B’) Besar gigi yang

belum erupsi (B)

Ruang yang

tersedia

Keterangan

33 = 7,86 mm 7,91 mm 25,92 mm Lebih

34 = 8,74 mm 8,79 mm

35 = 8,02 mm 8,07 mm

Total 24,77 mm

RB Kanan

Elemen gigi (B’) Besar gigi yang

belum erupsi (B)

Ruang yang

tersedia

Keterangan

43 = 8,02 mm 7,69 mm 26,14 mm Lebih

44 = 8,34 mm 8,00 mm

45 = 9,6 mm 9,21 mm

Total 24,9 mm

Kesimpulan: Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen 33, 34

dan 35 sebesar 1,15 mm serta kelebihan ruang untuk erupsi gigi geligi permanen

43, 44, dan 45 sebesar 1,24 mm.

Page 23: Laporan Space Maintainer

3. Metode Moyers

Pengukuran dan perhitungan jumlah lebar mesiodistal gigi 32, 31, 41, 42

menggunakan metode Huckaba

Lebar mesiodistal gigi 32 : 5,71 mm

B = A x B’ = 5,1 x 5,6 = 5,71 mm

A’ 5

Keterangan : B = Besar gigi yang belum erupsi 32

B’= Lebar mesiodistal 32 dalam rontgen

A = Lebar mesiodistal 72

A’= Lebar mesiodistal 72 dalam rontgen

Lebar mesiodistal gigi 31 : 4,87 mm

B = A x B’ = 4,72 x 4,92 = 4,87 mm

A’ 4,76

Keterangan : B = Besar gigi yang belum erupsi 31

B’= Lebar mesiodistal 31 dalam rontgen

A = Lebar mesiodistal 71

A’= Lebar mesiodistal 71 dalam rontgen

Lebar mesiodistal gigi 41 : 5,72 mm

B = A x B’ = 4,82 x 5,04 = 5,72 mm

A’ 4,24

Keterangan : B = Besar gigi yang belum erupsi 41

B’= Lebar mesiodistal 41 dalam rontgen

A = Lebar mesiodistal 81

A’= Lebar mesiodistal 81 dalam rontgen

Lebar mesiodistal gigi 42 : 6,46 mm

B = A x B’ = 5 x 6,18 = 6,46 mm

A’ 4,78

Keterangan : B = Besar gigi yang belum erupsi 42

B’= Lebar mesiodistal 42 dalam rontgen

A = Lebar mesiodistal 82

A’= Lebar mesiodistal 82 dalam rontgen

Page 24: Laporan Space Maintainer

Sehingga jumlah lebar mesiodistal gigi 32, 31, 41, 42 adalah 22,76 mm

Perhitungan Moyers (jumlah ruang yang dibutuhkan untuk erupsi 3,4,5)

-Tabel Moyers 75% untuk jumlah lebar mesiodistal 22,5 mm adalah 21,90

-Tabel Moyers 75% untuk jumlah lebar mesiodistal 23,0 mm adalah 22,20

Mesiodistal gigi 32, 31, 41, 42 :

0,26

22,0 22,4 22,5

0,5

Tabel Moyers 75 % : x

21,6 y 21,9

0,3

0, 26 = x

0,5 0,3

x = 0, 26x 0, 3 = 0,156 Kebutuhan ruang menurut tabel Moyers =

0,5 21,9 mm + 0, 156 mm = 22,05 mm

Determinasi Lengkung Gigi (Rahang Bawah)

1. Lengkung awal (hijau)

2. Lengkung ideal (biru)

Perhitungan dilakukan menggunakan kawat tembaga untuk mengukur lengkung

perimeter gigi yang dihitung dari mesial gigi 36 sampai mesial gigi 46. Berdasarkan

Page 25: Laporan Space Maintainer

determinasi lengkung yang dibuat, besar lengkung perimeter gigi pada rahang bawah

sebelah kanan dan kiri adalah 72,44 mm (kanan: 37,1 kiri: 35,54)

Analisis ruang untuk erupsi gigi 345 RB dilakukan dengan membandingkan hasil

perhitungan dengan metode Moyers dengan determinasi lengkung:

Pada sisi kiri, perhitungan lengkung ideal diukur dari mesial 36 sampai mesial

gigi 31:

Lengkung gigi dari mesial 36 sampai distal 32 yang akan ditempati gigi 33, 34, 35:

= Panjang lengkung ideal RB kiri – (mesiodistal 31+32)

= 35,54 – (10,58)

= 24,96 mm

Pada sisi kanan, perhitungan lengkung ideal diukur dari mesial 46 sampai mesial

gigi 41:

Lengkung gigi dari mesial 46 sampai distal 42 yang akan ditempati gigi 43, 44, 45:

= Panjang lengkung ideal RB kanan – (mesiodistal 41+42)

= 37,1– (12,18)

= 24,92 mm

Perbandingan Metode Moyers dan Determinasi Lengkung Gigi

1. RB kiri

Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 33, 34, 35 adalah 25,06 mm sedangkan

perhitungan ruang yang tersedia untuk gigi 33, 34, 35 menurut metode Moyers

adalah 22,05 mm. Dapat disimpulkan bahwa nilai perhitungan Moyers < nilai

pengukuran determinasi lengkung sehingga terdapat kelebihan ruang untuk erupsi

gigi 345.

2. RB kanan

Ruang yang tersedia untuk erupsi gigi 33, 34, 35 adalah 23,94 mm sedangkan

perhitungan ruang yang tersedia untuk gigi 33, 34, 35 menurut metode Moyers

adalah 22,05 mm. Dapat disimpulkan bahwa nilai perhitungan Moyers < nilai

pengukuran determinasi lengkung sehingga terdapat kelebihan ruang untuk erupsi

gigi 345.

Page 26: Laporan Space Maintainer

Kesimpulan :

Terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi 33, 34, 55 sebesar 2,91 mm dan

kelebihan ruang untuk erupsi ruang 43, 44, 45 sebesar 2,87 mm sehingga ruang yang

tersedia pada lengkung gigi pasien cukup untuk menampung gigi 33, 34, 35 dan 43,

44, 45 yang belum erupsi.

V. RENCANA PERAWATAN

Menurut perbandingan metode Huckaba, Nance Analysis, metode Moyers

dan determinasi lengkung gigi terdapat kelebihan ruang untuk erupsi gigi 33, 34, 55.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, alat yang akan digunakan adalah plat space

maintainer dengan komponen sebagai berikut:

Diketahui titik bawah : titik tengah = 1:1

Titik tengah dihitung dari pupil mata ke ujung mulut (PM), yaitu 52,02 mm.

1. Plat dasar resin akrilik2. C klamer Ø 0,7 mm 3. Anasir gigi4. Adam klamer Ø 0,7 mm5. Lingual tube

Page 27: Laporan Space Maintainer

Sedangkan titik bawah dihitung dari ujung hidung ke ujung dagu (HD), yaitu 51,88

mm.

Sehingga, nilai Dimensi Vertikal yang perlu ditambahkan adalah 52,02-51,88 = 0,14

mm. Untuk mencapai stabilisasi dan keseimbangan oklusi, maka perlu ditambahkan

peninggi gigitan sebagai kekurangan dimensi vertical sebagai peninggi gigitan

sebesar 0,14 mm.

A. Prosedur Perawatan

1. Rencana Perawatan

a. Penjelasan kepada pasien dan informed consent

b. Insersi space maintainer dan edukasi pasien

c. Kontrol

2. Jalannya Perawatan

a. Penjelasan pasien dan informed consent

Pasien diberi informasi mengenai prosedur dan rencana perawatan yang

akan dilakukan, yang meliputi biaya, lama perawatan, banyaknya

kunjungan, kemungkinan yang dapat terjadi selama perawatan, serta hal-hal

lain yang memengaruhi perawatan.

b. Insersi space maint ainer dan edukasi pasien

Ketika insersi, alat harus diperiksa untuk melihat ada/tidaknya bagian plat

akrilik yang menekan atau melukai jaringan lunak di rongga mulut. Adam

klamer dan C klamer juga diperiksa agar tidak menyebabkan oklusi

traumatik pada mukosa rongga mulut.

Pasien perlu diberikan motivasi untuk selalu memakai alat dan menjaga

kebersihannya. Pasien dan orang tua pasien diminta untuk memperhatikan

ruang kosong pada lengkung gigi pasien, apakah bertambah besar atau kecil,

serta memperhatikan apakah gigi pengganti sudah mulai tumbuh atau

belum. Operator juga harus memberikan motivasi kepada pasien untuk

selalu datang kontrol pada waktunya.

c. Kontrol

Kontrol dilakukan pada hari ke-2, ke-12, dan ke-30.

- Hari ke-2

Page 28: Laporan Space Maintainer

Pada kontrol hari ke-2, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan

objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang

dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah

apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan

saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat

memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.

Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah

gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi

dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian

alat (diperiksa dengan articulating paper).

- Hari ke-12

Pada kontrol hari ke-12, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan

objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang

dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah

apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan

saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat

memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.

Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah

gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi

dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian

alat (diperiksa dengan articulating paper).

- Hari ke-30

Pada kontrol hari ke-30, dilakukan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan

objektif. Pemeriksaan subjektif meliputi keluhan pasien tentang alat yang

dipakainya. Hal-hal lain yang penting untuk ditanyakan antara lain adalah

apakah alat tersebut selalu dipakai oleh pasien, apakah pasien kesulitan

saat memakai dan melepas alat, apakah pasien sudah merasa nyaman saat

memakai alat, apakah alat dapat digunakan pasien saat makan.

Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan jaringan lunak (adakah

gingiva/mukosa yang terkena trauma/iritasi akibat pemakaian alat), retensi

Page 29: Laporan Space Maintainer

dan stabilisasi alat, oklusi traumatik yang ditimbulkan akibat pemakaian

alat (diperiksa dengan articulating paper).

Page 30: Laporan Space Maintainer

VI. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah baik karena:

1. Pasien kooperatif;

2. Kebersihan dan kesehatan rongga mulut baik;

3. Orang tua pasien ikut mendukung dan memotivasi anak sehingga

diperkirakan perawatan akan berjalan lancar dan berhasil.

Page 31: Laporan Space Maintainer

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J dan Rock, W.P., 1992, Perawatan Gigi Anak (terj), edisi 2, Widya Medika, Jakarta.

Barber, TK., 1982, Space Management, CV Mosby, London.

Finn, S.B., 1973, Clinical Pedodontic, W.B. Saunders Co., Philadelphia.

Foster, TD., 1999, Buku Ajar Ortodonsi, edisi III, EGC, Jakarta.

Kharbanda, O.P., 1994, A Study Of The Etiological Factors Associated With The Development of malocclusion, J.Dent. Child.

Kuswandari, S., Sri Rantinah, SB, Jatmiko, IS., dan Kusumawardani, P., 2007, Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Anak II, FKG UGM, Yogyakarta.

Mc.Donald, R.E dan Avery, D.R., 1994 Dentistry for The Child and Adolescent, Sixth edition, Mosby, St.Louis.

Moyers, R.E., 1988, Handbook of Orthodontics, Edisi IV, Year Book Medical Publisher, Chicago, Hal 221-227.

Snawder, K.D., 1980, Handbook of Clinical Pedodontics, The C.V. Mosby Company, St.Louis.