I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal kehidupan manusia dimulai dengan proses dan fase yang panjang dan rumit di dalam rahim ibu yang pada akhirnya akan lahir sebagai bayi. Selama dalam kandungan, bayi harus mempertahankan kehidupan melalui tali pusat. Setelah lahir pun, bayi harus mampu melewati first golden period agar memiliki kualitas kehidupan yang baik di masa mendatang sejalan dengan tumbuh-kembangnya. Kualitas kehidupannya nanti juga ditentukan oleh segala sesuatu yang ada pada ibu sebelum dan selama kehamilan hingga saat melahirkan. Seorang ibu G1P0A0 berusia 25 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg, panjang 49 cm secra spontan, warna ketuban keruh, tidak ada mekonium. Saat bayi lahir didapatkan tidak bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif, didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x/menit. Skor Apgar 5-7-10. Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur, ketuban pecah 24 jam, riwayat demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perwatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu.
laporan tutorial kelompok A3 Pendidikan Dokter UNS angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal kehidupan manusia dimulai dengan proses dan fase yang panjang dan
rumit di dalam rahim ibu yang pada akhirnya akan lahir sebagai bayi. Selama dalam
kandungan, bayi harus mempertahankan kehidupan melalui tali pusat. Setelah lahir
pun, bayi harus mampu melewati first golden period agar memiliki kualitas
kehidupan yang baik di masa mendatang sejalan dengan tumbuh-kembangnya.
Kualitas kehidupannya nanti juga ditentukan oleh segala sesuatu yang ada pada ibu
sebelum dan selama kehamilan hingga saat melahirkan.
Seorang ibu G1P0A0 berusia 25 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu
melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg, panjang 49 cm secra spontan,
warna ketuban keruh, tidak ada mekonium.
Saat bayi lahir didapatkan tidak bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah
dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif, didapatkan
bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x/menit. Skor Apgar 5-
7-10.
Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur, ketuban
pecah 24 jam, riwayat demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu
menunjukkan bahwa tanda vital normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg
negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perwatan
untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan skenario, didapatkan rumusan masalah segai berikut.
1. Bagaimanakah proses embriologi manusia?
2. Bagaimanakah fisiologi fetus dan neonatus (perbedaan lingkungan intrauterin dan
ekstrauterin)?
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dilihat dari
riwayat kesehatan ibu!
4. Bagaimanakah fisiologi pecahnya ketuban dan interpretasi warna air ketuban?
5. Bagaimanakah ciri bayi baru lahir normal, prosedur medis setelah bayi lahir,
prosedur pemeriksaan fisik dan penilaian bayi baru lahir (termasuk skor Apgar)?
6. Bagaimanakah alur resusitasi pada kegawatdaruratan neonatus?
7. Jelaskan mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD)!
8. Bagaimanakah fisiologi dan manajemen laktasi?
9. Jelaskan mengenai asfiksia neonatorum!
10. Jelaskan mengenai sepsis neonatorum!
C. Tujuan Pembelajaran
Dari rumusan masalah di atas, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan proses embriologi manusia.
2. Menjelaskan fisiologi fetus dan neonatus (perbedaan lingkungan intrauterin dan
ekstrauterin).
3. Menelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dilihat dari
riwayat kesehatan ibu.
4. Menjelaskan fisiologi pecahnya ketuban dan interpretasi warna air ketuban.
5. Menjelaskan ciri bayi baru lahir normal, prosedur medis setelah bayi lahir,
prosedur pemeriksaan fisik dan penilaian bayi baru lahir (termasuk skor Apgar).
6. Menjelaskan alur resusitasi pada kegawatdaruratan neonatus.
7. Menjelaskan mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
8. Menjelaskan fisiologi dan manajemen laktasi.
9. Menjelaskan tentang asfiksia neonatorum.
10. Menjelaskan tentang sepsis neonatorum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Istilah
ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
G1P0A0 merupakan singkatan dari riwayat obstetri kehamilan pertama (G adalah
gravid) dimana sebelumnya belum ada riwayat melahirkan (P adalah partus) dan
keguguran (A adalah abortus). G1P0A0 juga dikenal dengan istilah primigravida
(kehamilan pertama).
HbsAg adalah antigen hepatitis B permukaan yang merupakan protein virus yang
pertama muncul setelah infeksi dan bisa digunakan untuk memantau viral clearance.
Ketuban atau amnion adalah cairan bening kekuningan yang mengelilingi bayi belum
lahir (janin) selama kehamilan yang berada dalam kantung ketuban. Volume
terbanyak pada usia kehamilan 34 minggu.
Mekonium berasal dari bahasa Yunani kuno meconium-arion atau seperti opium.
Mekonium adalah substansi mirip tar yang kental dan berwarna kehijauan yang
berada di usus janin selama kehamilan. Mekonium keluar karena refleks vagus
terhadap usus. Peristaltik usus dan relaksasi sphingter ani menyebabkan mekoneum
keluar. Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat mengakibatkan gangguan
jalan napas, gangguan sirkulasi setelah lahir, hipoksia intrauterin hingga kematian.
Resusitasi (neonatus) adalah suatu metode yang dilakukan pada keadaan darurat
untuk menyelamatkan jiwa neonatus saat terjadi kegagalan napas secara spontan.
Skor Apgar adalah singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
atau dalam bahasa indonesia dapat berarti penampakan (warna tubuh), denyut nadi,
respon refleks, tonus otot dan pernapasan.
TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit
infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes. Keempat jenis
penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu
hamil.
Ventilasi tekanan positif adalah adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa benapas spontan dan teratur.
B. Proses Embriologi Manusia
Perkembangan embrio merupakan pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup selama masa embrio yang diawali fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin
di dalam rahim ibu. Terdapat tiga tahapan fase embrionik yaitu morula, blastula, dan
gastrula.
Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola akibat dari pembelahan sel
secara terus menerus. Pada fase ini keberadaan sel satu dengan yang lain sangat
rapat. Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan yang ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan
pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan blastosol yang
berfungsi meberikan ruang gerak ketika pembelahan terjadi. Gastrula merupakan
bentukan lanjuatan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan
mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh (Sadler, 2000).
Organ yang dibentuk berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula, yaitu lapisan ektoderm yang akan berdeferensiasi menjadi kluit,
rambut, alat indera, dan sistem saraf; lapisan mesoderm yang akan berdiferensiasi
menjadi otot, rangka, alat reproduksi, alat peredaran darah, dan alat ekskresi; dan
lapisan endoderm yang akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar
pencernaan, dan alat respirasi (Sadler, 2000).
Pada saat embrio berusia 8 minggu, bentuknya sudah mirip dengan manusia
dan mulai terjadi pembentukan genitalia eksterna. Proses sirkulasi melalui plasenta
pun dimulai dan tulang mulai terbentuk. Usia 9 minggu, kepala meliputai separuh
besar fetus, terbentuk muka dan kelopak matu yang baru akan membuka pada usia 28
minggu. Setelah berusia 13-16 minggu, fetus memiliki panjang kira-kira 15 cm (awal
trisemester II). Kulitnya masih transparan, lanugo mulai tumbuh, gerakan mulai aktif
berupa menghisap dan menelan air ketuban. Pada usia ini, sudah terbentuk
mekonium pada usus dan jantung berdenyut 120-150 kali/menit. Usia 17-24 minggu
komponen mata terbentuk penuh begitu pula sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh
verniks kaseosa (lemak) dan fetus telah memiliki reflekss. Fetus usia 25-28 minggu
(awal trisemester III) terdapat perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf
mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka sehingga
kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila harus lahir (diterminsai).
Kemudian pada usia 29-32 minggu, apabila bayi dilahirkan kemungkinan untuk
hidup sekitar 50-70% saja. Tulang pada minggu tumbuh-kembang ini terbentuk
sempurna, gerakan napas regular, dan suhu relatif stabil. Minggu ke 33-36, berat
fetus 1500-2500 gram, lanugo mulai berkurang, paru telah matur, apabila lahir tidak
ada kesulitan. Pada minggu ke 38-40 (kehamilan aterm), bayi akan meliputi seluruh
uterus, air ketuban mulai berkurang tetapi masih dalam batas normal (Sadler, 2000).
C. Fisiologi Fetus dan Neonatus
Pernafasan
Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan
kental yang melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk
melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk
pertama kalinya. Tetapi sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di
pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi
baru lahir yang pertamakali sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan
negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura (Behrman,2000).
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma
untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan
ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga
mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas
residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali
permenit dengan rentang 30–60 kali permenit ( pernapasan diafragma dan abdomen )
apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa
cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon
abnormal pada 2 jam setelah kelahiran (Behrman,2000).
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak
di sinus karotikus (stimulasi mekanik).
3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus
( stimulasi sensorik).
4. Reflekss deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran
napas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus
bernapas dengan cara difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan
dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini
(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik (Behrman,2000).
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara
mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut
yang diperlukan untuk kehidupan.
3. Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan
mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan (Behrman,2000).
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan (Behrman,2000).
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir
pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan
ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu (Behrman,2000).
Sirkulasi Darah
Pada fetus sistem sirkulasi berbeda dengan neonatus, dimana darah dari
plasenta berkadar oksigen dan nutrisi tinggi mengalir melalui vena umbilicalis
sinistra masuk ke jaringan hati menuju vena cava inferior. Di hati, sebagian besar
darah mengalir melalui by pass ductus venosus langsung menuju vena cava inferior,
sedangkan sebagian kecil darah yang masuk menyebar ke sinusoid-sinusoid hati
untuk digunakan bagi perkembangan jaringan hati. Vena cava inferior, selain dari
duktus venosus hati, juga menerima darah berkadar oksigen dan nutrisi rendah dari
tubuh bagian posterior dan organ-organ viscera lainnya. Selanjutnya, dari vena cava
inferior darah mengalir masuk ke atrium dextra. Di atrium dextra, akibat tekanan
yang tinggi dari darah plasenta, maka sebagian besar darah langsung masuk ke
atrium sinistra melalui foramen ovale. Sebagian kecil darah dari atrium dextra
bercampur dengan darah berkadar oksigen rendah dari vena cava superior dan
mengalir masuk ke ventrikel dextra. Vena cava superior berfungsi membawa darah
dari daerah kepala dan ekstremitas atas yang berkadar oksigen dan nutrisi rendah
(Herman, 2012).
Di atrium sinistra, darah berkadar oksigen dan nutrisi tinggi dari atrium dextra
bercampur dengan darah berkadar oksigen dan nutrisi rendah dari paru-paru (yang
belum berfungsi pada masa fetal) mengalir masuk ke ventrikel sinistra. Oleh
ventrikel sinistra, sebagian besar darah dari plasenta yang masih berkadar oksigen
dan nutrisi tinggi selanjutnya dipompa menuju ke aorta. Di pangkal aorta terdapat
percabangan arteri coronarius yang menuju jantung untuk perkembangan jantung dan
arteri utama yaitu: truncus brachiocephalicus dan arteria subclavia yang masing-
masing menuju daerah kepala dan tungkai bagian depan. Sementara itu, darah yang
terdapat di ventrikel dextra (dengan kadar oksigen sedang) dipompa menuju paru-
paru, sebagian kecil digunakan untuk perkembangan paru-paru, dan sebagian besar
langsung disalurkan menuju aorta melalui ductus arteriosus. Dapat dimengerti bahwa
karena paru-paru belum berfungsi, maka hanya sebagian kecil darah dari ventrikel
dextra yang dialirkan menuju paru-paru sedangkan sisanya sebagian besar dialirkan
langsung ke aorta (Herman, 2012).
Darah dengan kadar oksigen sedang dari aorta (setelah percabangannya dengan
duktus arteriosus) dialirkan ke tubuh fetus bagian posterior, organ-organ viscera
(seperti ginjal dan usus), ekstremitas inferior, serta sebagian menuju ke plasenta
melalui sepasang arteri umbilicalis (Herman, 2012).
Pada sirkulasi fetal, kadar oksigen, karbon dioksida, nutrisi dan sisa
metabolisme selalu dijaga keseimbangannya secara konstan melalui mekanisme
percampuran darah berkadar oksigen dan nutrisi tinggi yang berasal dari plasenta
dengan darah berkadar oksigen dan nutrisi rendah yang berasal dari berbagai bagian
tubuh fetus (Herman, 2012)
Produksi panas
Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu
aktifitas otot, shivering dan non shivering thermogenesis. Pada neonatus cara untuk
meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran brown fat yang
memberikan lebih banyak energi pergram daripada lemak biasa.
Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu.pada waktu bayi baru
lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi, misalnya dapat dilihat
pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki atau pun perempuan. Kadang dapat
dilihat gejala withdrawal misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai
haid pada bayi perempuan. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar bila
dibandingkan orang dewasa. Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu
lahirdan sudah mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir (Hassan dan
Alatas, 1985).
Pembentukan sel-sel darah
Eritrosit berinti mulai dibentuk di kantung kuning telur (yolk sac) dan lapisan
mesothel plasenta sekitar minggu ketiga perkembangan fetus. Hal ini akan diikuti
satu minggu kemudian (minggu keempat hingga kelima) dengan pembentukan
eritrosit tidak berinti oleh mesenkim fetus dan juga endothel vasa darah fetus.
Kemudian, pada enam minggu, hepar mulai membentuk sel-sel darah, dan dalam
bulan ketiga, lien dan jaringan limfoid tubuh lainnya juga mulai membentuk sel-sel
darah. Akhirnya, dari sejak kira-kira bulan ketiga, sumsum tulang berangsur-angsur
menjadi sumber utama eritrosit dan kebanyakan leukosit, kecuali pembentukan
limfosit dan sel plasma yang terus berlanjut di jaringan limfoid (Guyton dan Hall,
2007).
Keseimbangan cairan, asam-basa, dan fungsi ren
Ren pada fetus mulai mengekskresi urin selama kehamilan trimester kedua,
dan urin fetus menyumbang sekitar 70—80% cairan amnion. Perkembangan ren
yang abnormal atau kerusakan berat fungsi ren pada fetus akan sangat menurunkan
pembentukan cairan amnion (oligohydramnion) dan dapat mengakibatkan kematian
fetus (Guyton dan Hall, 2007).
Walaupun ren pada fetus membentuk urin, sistem kontrol ren dalam mengatur
keseimbangan volume cairan elektrolit ekstrasel fetus dan khususnya keseimbangan
asam-basa, hampir tidak ada sampai akhir kehidupan fetus dan tidak mencapai
perkembangan sempurna hingga beberapa bulan setelah lahir (Guyton dan Hall,
2007).
Kecepatan asupan dan ekskresi cairan pada bayi baru lahir adalah tujuh kali
lebih besar dari orang dewasa berkaitan dengan berat badannya, yang berarti bahwa
perubahan persentase asupan dan pengaturan yang kecil saja sudah dapat
menyebabkan timbulnya abnormalitas yang cepat (Guyton dan Hall, 2007).
Kecepatan metabolisme pada bayi juga dua kali lebih besar dari orang dewasa
berkaitan dengan massa tubuh, yang berarti bahwa biasanya pembentukan asam dua
kali lebih besar, yang cenderung mengarah pada asidosis bayi. Perkembangan
fungsional ren belum sempurna hingga kira-kira akhir bulan pertama kehidupan.
Sebagai contoh, ren pada neonatus hanya dapat memekatkan urin 1,5 kali osmolalitas
plasma dibandingkan dengan 3—4 kali pada orang dewasa sehingga
mempertimbangkan imaturitas ren, bersama dengan pertukaran cairan yang nyata
pada bayi dan pembentukan asam yang cepat, kita dapat memahami dengan mudah
bahwa di antara masalah yang paling penting pada bayi adalah asidosis, dehidrasi,
dan lebih jarang, kelebihan cairan (overhydrasi) (Guyton dan Hall, 2007).
Sistem saraf
Sebagian besar reflekss pada fetus termasuk medulla spinalis dan bahkan
truncus cerebri terbentuk pada bulan ketiga hingga keempat kehamilan. Namun,
fungsi-fungsi susunan saraf yang mencakup cortex cerebri masih pada tahap
perkembangan awal bahkan pada saat lahir. Tentu saja, mielinisasi beberapa tractus
utama encephalon tersebut menjadi sempurna hanya setelah kira-kira satu tahun
kehidupan postnatal (Guyton dan Hall, 2007).
Fungsi hepar
Selama beberapa hari pertama kehidupan, fungsi hepar pada neonatus mungkin
sedikit kurang, seperti yang ditunjukkan oleh pengaruh di bawah ini (Guyton dan
Hall, 2007).
1. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oleh hepar neonatus berlangsung
buruk sehingga hanya menyekresikan sedikit bilirubin selama beberapa hari
pertama kehidupan.
2. Pembentukan protein plasma oleh hepar neonatus mengalami defisiensi sehingga
konsentrasi protein plasma turun menjadi 15—20% kurang dari konsentrasi pada
anak yang lebih tua selama minggu-minggu pertama kehidupan. Kadang-kadang,
konsentrasi protein turun sangat rendah hingga bayi mengalami edema
hipoproteinemia.
3. Fungsi glukoneogenesis hepar secara khusus mengalami defisiensi sehingga kadar
glukosa darah pada neonatus yang tidak diberi makan turun hingga sekitar 30—40
mg/dl (sekitar 40% dari normal), dan bayi harus bergantung terutama pada
simpanan lemak untuk energinya hingga terjadi pemberian makan yang cukup.
4. Hepar neonatus biasanya juga membentuk sangat sedikit faktor-faktor darah yang
dibutuhkan untuk koagulasi darah normal.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Janin Dilihat dari
Riwayat Kesehatan Ibu
1. Faktor Genetik
a. Kualitas dan kuantitas pertumbuhan
b. Kelainan disebabkan kromosom abnormal, seperti syndrom
turner/disgensis gonat, super female, syndrom kleinefelter,
hermafroditismus verus, Down syndrom, syndrom Edwards, dan syndrom
Patau.
2. Faktor Lingkungan
a. Gizi Ibu Pada Waktu Hamil
- Hamil aterm: Tambahan berat badan 10 – 12,5 kg
- 300 kkal/hari atau 1 porsi makanan lebih banyak dari sebelum hamil.
- KMS ibu hamil à mencegah BBLR (morbiditas dan mortalitas tinggi)
b. Radiasi
Tiga prinsip efek biologisnya:
- Kematian sel yang mempangaruhi embryogenesis
- Karsinogenesis
- Efek terhadap generasi selanjutnya dan mutasi gen
c. Obat-Obatan, Toksin, atau Zat-Zat Kimia
Pengaruh obat pada ibu hamil
- Umur kehamilan : Trimester 1 (organogenesis) à obat teratogenikà
keguguran dan cacat bawaan à hati-hati dlm pemberian obat.
- Jumlah obat.
- Waktu dan lama pemberian obat.
d. Hormon Sintetik
1) Agen-Agen androgenik:
- Progestin sintetik à mencegah abortus.
- Progestin etisteron dan nerothisteron à maskulinitas alat kelamin
pada wanita àpembesaran klitoris.
2) Dietilstilbestrol à mencegah abortus.
3) Kontrasepsi oral à estrogen dan progesteron à teratogenik kecil à
jika hamil segera dihentikan KB-nya.
4) Kortison à palatoskisis (pada mencit).
e. Penyakit Ibu Hamil
1) Infeksi
- Menyebabkan abortus, lahir mati dan BBLR.
- Infeksi à Infeksi Janin, gangguan pertumbuhan janin dan cacat
bawaan (TORCH).
- Penyakit lain pada ibu hamil à chagas, varisela, herpes zooster,
hepatitis, siphilis, HIV, dll à penyakit pada janin.
- Vaksinasi Tetanus.
2) Bukan Infeksi
- Keadaan patologis pada ibu hamil: pre-eklamsi, Hiperemesis
gravidarum, penyakit jantung, tumor, anemia, tiroid, DM à tumbuh
kembang janin.
f. Mekanis
- Kelainan posisi janin.
- Kekurangan air ketuban/oligohidramnion à cacat bawaan à talipes,
dislokasi panggul, tortikolis.
- Kesalahan implantasi ovum à gangguan nutrisi à retardasi.
g. Imunitas
- Faktor rhesus/ABO inkomtabilitas à abortus, hidrops fetalis, lahir
mati.
h. Anoksia
- Dapat menyebabkan BBLR.
- Pada hipertensi, serotinus, kehamilan dengan penyakit jantung, ginjal,
asma, DM, paru-paru.
i. Stress
- Kehamilan sebaiknya benar-benar dikehendaki.
- Mempengaruhi janin yang dikandungnya.
j. Endokrin
- Hormon yang berpengaruh pada janin: somatotropin, hormon plasenta à
fungsi nutrisi plasenta.
- Tiroid à defisiensi à gangguan pertumbuhan otak à retardasi mental
Insulin à pertumbuhan janin à pembesaran sel sesudah minggu ke-30.
(Soetrisno, 2014).
3. Ante Natal Care (ANC)
a. Pengertian Ante Natal Care (ANC)
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Kunjungan Antenatal
Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care
(ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi
ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau
komplikasi.
b. Tujuan Ante Natal Care (ANC)
Tujuan Umum
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan
dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI Eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Tujuan Khusus
1) Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita
sedini mungkin.
2) Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
c. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam
waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14
minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28
minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36
minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjung.
d. Pemeriksaan Kehamilan
Dalam masa kehamilan ibu harus memeriksakan kehamilan ke
tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali :
1) Trismester I : 1 kali
2) Trismester II : 1 kali
3) Trismester III : 2 kali
e. Pelayanan Antenatal
Pemeriksaan antenatal dilakukan dengan standar pelayanan
antenatal dimulai dengan :
1) Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB,
kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.
2) Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan.
3) Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
4) Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi
(fe)
5) Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku
sehari-hari, perawatan payu dara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko,
pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya,
persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta
pentingnya kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi
beberapa tahap, seperti :
a. Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12
minggu.
b. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih
dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama masa
kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut :
a. Minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1-12 minggu
b. Minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13-24 minggu
c. Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifudin, 2002).
f. Pemeriksaan USG
Menurut Wiknjosastro (2007), sebenarnya belum ada keseragaman
mengenai indikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan. Di beberapa negara
Eropa, pemeriksaan USG dikerjakan secara rutin sedikitnya 1-2 kali selama
masa kehamilan. Di Amerika Serikat pemeriksaan USG rutin, melainkan atas
indikasi klinis, yaitu bila dalam pemeriksaan klinis dijumpai keadaan yang
meragukan atau mencurigakan adanya kelainan dalam kehamilan.
Pemeriksaan USG selama masa kehamilan merupakan suatu
pemeriksaan standar yang tidak wajib untuk dilakukan ibu hamil. Namun,
peranannya yang cukup penting selama masa kehamilan, tidak bisa
dipungkiri.
Dimulai dari trimester pertama, pemeriksaan dilakukan bertujuan untuk
menentukan lokasi kehamilan, usia gestasi, jumlah janin, dan yang paling
penting adalah penapisan cacat bawaan pertama ataupun kelainan yang
mungkin terjadi . Seperti kita ketahui bersama, bahwa cacat bawaan terjadi
pada masa embryogenesis (kehamilan 0 – 8 minggu), sehingga pemahaman
yang benar tentang tatacara pemeriksaan USG dimulai dari trimester pertama
sangat penting dilakukan (Endjun, 2007).
g. Usia
1) Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada
usia <20 tahun. Pada usia <20 tahun secara fisik kondisi rahim dan
panggul belum berkembang optimal, sehingga dapat mengakibatkan risiko
kesakitan dan kematian pada kehamilan dan dapat menyebabkan
pertumbuhan serta perkembangan fisik ibu terhambat.
2) Usia 20 - 35 tahun (usia reproduksi)
Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam
kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun, dimana organ
reproduksi sudah sempurna dalam menjalani fungsinya.
3) Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun,
kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh
diantaranya otot, syaraf, endokrin dan reproduksi mulai menurun. Pada
usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan
kontraksi miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit
lain yang melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi
darah ke janin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada
kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia dan perdarahan.
(BKKBN, 2007).
E. Fisiologi Pecahnya Ketuban dan Interpretasi Warna Air Ketuban
Pecahnya ketuban
Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his :