This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
117-1981 dan CS 309R-2011 yang tercantum dalam kolom untuk ketentuan gum
ghatti (INS 419) dan polisakarida biji asam (INS 437) akan dihapus dari kolom ini pada
sesi mendatang setelah masalah teknologi terkait dengan versi online GSFA
diselesaikan.
Rekomendasi 2
3. CCFA mendukung rekomendasi untuk meminta EWG Penyelasan/penyesuaian, yang
ditetapkan oleh CCFA 51 untuk mempertimbangkan revisi bagian BTP dari standar
komoditas sebagaimana ditunjukkan dalam Lampiran 1 Bagian A untuk memasukkan
polisakarida biji asam jawa. (INS 437) di dalam kelas fungsional yang sesuai dengan
ML dan GMP.
Rekomendasi 3
4. CCFA mendukung rekomendasi untuk meminta pedoman dari Codex Committee on
Processed Fruits and Vegetables / CCPFV tentang justifikasi teknologi untuk
penggunaan polisakarida biji tamarin (INS 437) dalam Standar Standard for Pickled
Cucumbers / CXS 115-1981; dan
5. CCFA mendukung rekomendasi untuk meminta CCPFV untuk revisi CXS 115-1981
terkait penggunaan BTP untuk fungsi teknologi yang sesuai dengan ML dan GMP.
Rekomendasi 4-5
6. CCFA mendukung rekomendasi yang disampaikan Komite kepada CAC 42 bahwa
penggunaan bahan anti caking dalam perlakuan permukaan mozzarella dengan
kelembaban tinggi jika berfungsi secara teknologi, hanya dalam bentuk produk seperti
diparut atau potong dadu; dan penggunaan pengawet dalam perlakuan permukaan
mozzarella dengan kelembaban tinggi hanya dibenarkan secara teknologi jika tidak
dikemas dalam cairan.
7. CCFA menyetujui pengajuan adopsi kepada CAC 42 berupa revisi tabel tentang
"Penggunaan yang dibenarkan" dalam CXS 262-2006 sebagaimana ditunjukkan
dalam huruf tebal dan digaris bawahi sebagai berikut:
PENGGUNAAN YANG DIBENARKAN (JUSTIFIED USE)
Kelas fungsional
BTP
Mozzarella dengan kelembaban rendah
Mozzarella dengan kelembaban tinggi
Cheese mass Surface
treatment Cheese mass
Surface treatment
Warna: X(a) ‒ X(a) ‒
Bahan Pemutih: ‒ ‒ ‒ ‒
Pengatur Keasaman: X ‒ X ‒
Stabilisator: X ‒ X ‒
Pengental: X ‒ X ‒
Pengemulsi: ‒ ‒ ‒ ‒
Antioksidant: ‒ ‒ ‒ ‒
Pengawet: X X X X(c)
Bahan pembentuk busa: ‒ ‒ ‒ ‒
Bahan Anticaking: ‒ X(b) ‒ X(d)
(a) Hanya untuk mendapatkan karakteristik warna yang diuraikan dalam Bagian 2. (b) Untuk permukaan keju yang diiris, dipotong atau diparut. (c) Hanya untuk mozzarella kelembaban tinggi tidak dikemas dalam cairan. (d) Hanya untuk perlakuan permukaan keju parut dan / atau potong dadu.
X Penggunaan BTP yang dibenarkan secara teknologi.
– Penggunaan BTP yang tidak dibenarkan secara teknologi.
Rekomendasi 6
8. CCFA menyetujui rekomendasi mengenai adopsi pada Langkah 8 atau Langkah 5/8
dari draft ketentuan yang tertera dalam CRD2 Lampiran 1 Bagian B.
9. CCFA selanjutnya mencatat pandangan satu anggota bahwa ML 50.000 mg/kg untuk
karamel II - karamel sulfit (INS 150b) dalam FC 05.2 “Kembang gula termasuk permen
keras dan lunak, nougat, dll. Selain FC 05.1, 05.3 dan 05.4" terlalu tinggi dan tidak
dapat didukung. Dalam pandangan mereka, mengonsumsi 200 g manisan akan
menyebabkan tingkat asupan karamel II-sulfit karamel untuk seseorang dengan berat
badan 60 kg mencapai ADI 160 mg/kg/BB dan untuk anak-anak melebihi ADI
sebanyak tiga kali ADI.
Rekomendasi 7
10. Komite menyetujui rekomendasi mengenai dihentikannya penyusunan draft dan
usulan draft tentang ketentuan yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 2 Bagian A.
Rekomendasi 8
11. CCFA mendukung rekomendasi agar draft ketentuan yang diusulkan untuk lutein dari
Tagetes erecta (INS 161b (i)) dalam FC 05.2 dan 05.4, dan untuk zeaxanthin, sintetis
(INS 161h (i)), di FC 05.2 dan 05.3 diadakan sampai ketentuan untuk BTP ini telah
diadopsi dan dimasukkan ke dalam Tabel 3 GSFA, di mana ketentuan untuk BTP ini
dalam FC 05.2, 05.3 dan 05.4 harus dihentikan.
12. CCFA menyetujui untuk mengubah rekomendasi dan memasukkan ketentuan aditif
makanan untuk lutein dari Tagetes erecta (INS 161b (i)) di FC 05.4 dan zeaxanthin,
sintetis (INS 161h (i)) di FC 05.3, yang secara tidak sengaja telah dihilangkan dari
CRD 2 pada Lampiran 3 Bagian A.
Rekomendasi 9
13. Mengenai penggunaan trinatrium sitrat (INS 331 (iii)) dalam FC 01.1.1 “Susu cair
(biasa)”, beberapa delegasi berpandangan bahwa tujuannya adalah mencegah
koagulasi dan sedimentasi. Penggunaan tersebut aman dan secara teknologi
diperlukan, serta telah banyak digunakan di daerah tropis. Anggota lain
mengindikasikan bahwa tujuannya adalah mengkompensasi kadar rendah dan
kalsium tinggi dari susu sapi di daerah tropis karena kondisi iklim, dan dengan
demikian memperkenalkan kemungkinan penyalahgunaan di wilayah lain jika kondisi
iklim tidak memerlukan sitrat tambahan.
14. CCFA juga mencatat keprihatinan Kenya bahwa Catatan B25 dalam CRD2 Lampiran 1
Bagian C, yang berbunyi "Untuk digunakan dalam susu UHT dari spesies sapi untuk
mengkompensasi kandungan sitrat dan kalsium untuk mencegah sedimentasi sebagai
akibat dari kondisi iklim saja", tidak menunjukkan nilai alami kritis di bawah atau di luar
yang mungkin mengharuskan penggunaan trinatrium sitrat, dan tidak jelas kondisi iklim
seperti apa yang akan diterapkan; dan implementasi Catatan ini akan menantang,
terutama bagi para regulator. Pandangan ini didukung oleh anggota lain.
15. Menanggapi proposal tentang draft ketentuan untuk satu tahun kemudian agar
memungkinkan anggota menyelaraskan/menyesuaikan posisi mereka. Ketua PWG
menjelaskan bahwa: (i) standar Codex bersifat sukarela; (ii) masalah ini telah dibahas
secara luas berdasarkan data ilmiah yang disediakan dalam EWG dan CRD 23 serta
BTP khusus telah digunakan oleh sejumlah anggota berdasarkan kondisi iklim; dan (iii)
tampaknya tidak mungkin solusi yang lebih baik dapat diidentifikasi dengan menunda
adopsi draft ketentuan pada tahun berikutnya.
16. CCFA membahas bagaimana merevisi Catatan B25 untuk menyelesaikan masalah
yang diidentifikasi di atas.
17. Kesimpulan: CCFA mendukung rekomendasi mengenai adopsi pada Langkah 8 dari
draft ketentuan yang tercantum dalam Lampiran 1 Bagian C dengan revisi Catatan
B25 pada kalimat “Untuk digunakan dalam susu UHT dari spesies sapi untuk
mengkompensasi kandungan sitrat atau kalsium untuk mencegah sedimentasi sebagai
hasil dari kondisi iklim ”.
Rekomendasi 10
Berkenaan dengan kategori pangan 01.1.1.2, CCFA setuju untuk
a. menyerahkan kepada CAC 42 untuk diadopsi pada Langkah 5/8 draft ketentuan
yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 1 Bagian D;
b. memegang ketentuan untuk propilen glikol alginat (INS 405) pada Langkah saat ini
untuk memeriksa lebih lanjut batas penggunaan yang diusulkan; dan
c. merevisi Catatan 407 pada kalimat "Tidak termasuk semua susu cair yang bukan
mineral atau vitamin yang diperkaya".
Rekomendasi 11
18. Seorang anggota menyatakan pandangan bahwa ML 5.000 mg/kg untuk ester asam
lemak poligliserol (INS 475) dalam FC 14.1.4 dan 14.1.5 terlalu tinggi, mengarah pada
kemungkinan melebihi ADI, dan harus diturunkan menjadi 1.000 mg/kg.
19. CCFA menyetujui rekomendasi mengenai adopsi pada Langkah 8 dari draft ketentuan
yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 1 Bagian E.
Rekomendasi 12
20. CCFA menyetujui untuk meminta JECFA Priority WG untuk mempertimbangkan
penambahan ester asam lemak poligliserol (INS 475) ke Daftar Prioritas JECFA.
Rekomendasi 13
21. CCFA menyetujui rekomendasi mengenai penghentian penyusunan draft dan usulan
draft ketentuan yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 2 Bagian B.
Rekomendasi 14
22. CCFA mencatat bahwa selama pembahasan PWG, satu anggota organisasi
menyatakan bahwa paparan dioktil natrium sulfosuksinat (INS 480) pada kelompok
populasi tertentu, khususnya anak-anak, dapat melebihi ADI. Seorang Pengamat
melaporkan bahwa mereka telah melakukan perhitungan dengan mempertimbangkan
kemungkinan paparan BTP dari semua makanan dan bahwa perhitungan ini
menunjukkan bahwa paparan BTP tidak akan melebihi ADI.
23. CCFA menyetujui bahwa JECFA Priority WG sesi meminta agar JECFA meninjau
kembali perhitungan pemaparan untuk dioctyl natrium sulfosuksinat (INS 480) yang
akan diserahkan oleh Pengamat, serta informasi paparan lainnya, untuk menentukan
kesesuaian data tersebut dalam mendukung keamanan ketentuan untuk dioktil
natrium sulfosuksinat dalam FC 14.1.4.
24. CCFA menyetujui rekomendasi bahwa ketentuan dalam CRD 2 Lampiran 3 Bagian B
diadakan pada Langkah saat ini sambil menunggu pedoman yang relevan dari JECFA.
Rekomendasi 15
25. CCFA setuju memegang draft dan usulan draft ketentuan yang tertera dalam CRD 2
Lampiran 3 Bagian C pada Langkah saat ini dan meminta agar JECFA Prioritas WG
mempertimbangkan untuk menambahkan sukrosa ester asam lemak (INS 473),
sukrosa oligoester Tipe I dan Tipe II (INS 473a) dan sukrogliserida (INS 474) kedalam
Daftar Prioritas JECFA untuk penilaian paparan.
Rekomendasi 16
26. CCFA setuju menugaskan EWG tentang Penyelarasan/Penyesuaian yang didirikan
oleh CCFA 51 untuk mempertimbangkan melakukan revisi CXS 152-1985 untuk
memasukkan ketentuan yang diadopsi untuk kalsium sulfat (INS 516).
Rekomendasi 17
27. CCFA menyetujui tugas EWG pada INS yang ditetapkan oleh CCFA 51 untuk
mempertimbangkan magnesium karbonat (INS 504 (i)) masuk ke dalam kelas
fungsional flour treatment agent; dan memegang draft ketentuan magnesium karbonat
(INS 504 (i)) yang tertera dalam CRD3 Lampiran 3 Bagian D pada Langkah saat ini.
Rekomendasi 18-19
CCFA setuju memegang draf dan mengusulkan draft ketentuan untuk propilen glikol
(INS 1520) dalam FC 14.1.4.1,14.1.4.2 dan 14.1.4.3 pada Langkah saat ini; dan
mempertimbangkan untuk membahas pendekatan komprehensif penggunaan BTP
sekunder di masa mendatang. 28. CCFA mengingatkan kembali bahwa CCFA 47 telah menyetujui definisi kerja "BTP
sekunder":
“BTP sekunder berarti setiap BTP :
a. digunakan dalam preparasi BTP, enzim, perisa, nutrisi atau zat dengan efek
fisiologis yang diformulasikan khusus untuk penggunaan komersial;
b. menggunakan fungsi teknologi dalam preparasi tersebut (mis. untuk
memfasilitasi penyimpanan, standarisasi, dispersi, pengenceran, atau disolusi);
c. tidak memiliki fungsi teknologi dalam pangan di mana preparasi tersebut
memiliki fungsi. Istilah ini tidak termasuk alat bantu saat pengolahan (processing
aids) yang tidak memiliki fungsi teknologi dalam preparasi atau dalam pangan di
mana preparasi memiliki fungsi".
Rekomendasi 20
29. CCFA mencatat diskusi dalam PWG. Selama diskusi, dicatat dan dipertimbangkan
kalimat "Untuk digunakan sebagai lilin, pelapis, atau glasir (glazes) yang diizinkan
dipakai pada permukaan buah-buahan/sayuran segar." Untuk FC 04.1.1.2 dan
04.2.1.2, berbagai anggota meminta informasi lebih lanjut tentang bagaimana catatan
tersebut menjelaskan perbedaan penggunaan perlakuan permukaan oleh anggota
Codex. Telah diklarifikasi bahwa, misalnya, jika satu anggota hanya mengizinkan
penggunaan lilin, pelapis atau glasir pada buah-buahan tanpa kulit yang dapat
dimakan. Catatan tersebut memperhitungkan batasan semacam itu. Demikian juga,
jika salah satu anggota memasukkan GSFA ke dalam peraturan nasional mereka,
catatan tersebut akan menandakan adanya penggunaan pelapis pada permukaan
buah-buahan/sayuran segar.
30. CCFA menyetujui rekomendasi mengenai (i) adopsi pada Langkah 8 atau 5/8 dari draf
dan usulan draf ketentuan yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 1 Bagian F dan (ii)
revisi adopsi ketentuan yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 1 Bagian F.
Rekomendasi 21
31. CCFA mendukung rekomendasi mengenai penghentian penyusunan draft dan usulan
draft ketentuan yang tertera dalam CRD 2 Lampiran 2 Bagian C.
Rekomendasi 22
32. CCFA setuju memegang draft dan usulan draft ketentuan yang tertera dalam Lampiran
3 Bagian F dan mengedarkan kembali untuk mendapatkan komentar justifikasi secara
teknologi dan penggunaan dalam praktik industri yang ada dari BTP tersebut dalam
perlakuan pada permukaan buah segar.
Rekomendasi 23
33. CCFA setuju untuk memberi informasi Komite Codex tentang Buah-buahan dan
Sayuran Segar (CCFFV) bahwa mereka sedang memeriksa penggunaan BTP sebagai
glasir atau glasir untuk perawatan permukaan buah-buahan dan sayuran segar di FC
04.1.1.2 dan FC 04.2 .1.2.
PROPOSALS FOR NEW AND/OR REVISION OF FOOD ADDITIVE PROVISIONS
1. Australia - Australie 2. Austria – Autriche 3. Belgium - Belgique – Bélgica 4. Cameroon - Cameroun – Camerún 5. Chile – Chili 6. China – Chine 7. Colombia – Colombie 8. Croatia - Croatie – Croacia 9. Denmark - Danemark – Dinamarca 10. Estonia – Estonie 11. European Union - Union Européenne - Unión Europea 12. Finland - Finlande – Finlandia 13. France – Francia 14. Germany - Allemagne – Alemania 15. India – Inde 16. Indonesia – Indonésie 17. Israel – Israël 18. Italy - Italie – Italia 19. Japan - Japon – Japón 20. Kazakhstan – Kazajstán 21. Kenya 22. Morocco - Maroc – Marruecos 23. Netherlands - Pays-Bas - Países Bajos 24. New Zealand - Nouvelle-Zélande - Nueva Zelandia 25. Norway - Norvège – Noruega 26. Peru - Pérou – Perú 27. Paraguay 28. Philippines – Filipinas 29. Republic Of Korea - République De Corée - República De Corea 30. Romania - Roumanie – Rumania 31. Russian Federation - Fédération De Russie - Federación De Rusia 32. Saudi Arabia - Arabie Saoudite - Arabia Saudita 33. Senegal – Sénégal
34. Singapore - Singapour – Singapur 35. Slovakia - Slovaquie – Eslovaquia 36. Spain - Espagne – España 37. Sudan - Soudan – Sudán 38. Switzerland - Suisse – Suiza 39. Thailand - Thaïlande – Tailandia 40. Turkey - Turquie – Turquía 41. Uganda – Ouganda 42. United Kingdom 43. United Republic Of Tanzania United States Of America 44. Viet Nam
Organisasi:
1. Organisation Internationale De La Vigne Et Du Vin (OIV) 2. Association Internationale Pour Le Développement Des Gommes Naturelles (AIDGUM) 3. Association Of Manufacturers And Formulators Of Enzyme Products (AMFEP) 4. Calorie Control Council (CCC) 5. Conseil Européen De L'industrie Chimique (CEFIC) 6. European Food Emulsifier Manufacturers' Association (EFEMA) 7. Enzyme Technical Association (ETA) 8. Federation Of European Specialty Food Ingredients Industries 9. Food Industry Asia (FIA) 10. Fooddrinkeurope 11. International Association Of Color Manufacturers (IACM) 12. International Alliance Of Dietary/Food Supplement Associations (IADSA) 13. International Co-Operative Alliance (ICA) 14. International Confectionery Association (ICA/IOCCC) 15. International Council Of Beverages Associations (ICBA) 16. International Chewing Gum Association (ICGA) (ICGA) 17. International Council Of Grocery Manufacturers Associations (ICGMA) 18. International Dairy Federation (IDF/FIL) 19. International Food Additives Council (IFAC) 20. International Fruit And Vegetable Juice Association (IFU) 21. International Glutamate Technical Committee (IGTC) 22. International Life Sciences Institute (Ilsi) 23. International Organization Of The Flavor Industry (IOFI) 24. International Sweeteners Association (Isa) 25. International Stevia Council (Isc0) 26. International Special Dietary Foods Industries (ISDI) 27. International Union Of Food Science And Technology (IUFOST) 28. Natural Food Colours Association (Natcol) 29. Organisation Des Fabricants De Produits Cellulosiques Alimentaires (OFCA) 30. United States Pharmacopeial Convention (USP) 31. Codex Secretariat 32. FAO 33. WHO
36
KESIMPULAN
1. Sidang CCFA KE-51 ini masih di dominasi komentar dari European Commission, Amerika
Serikat, Kananda, Australia, New Zealand, Rusia Federation, Jepang, India. Sementara
negara-negara ASEAN masih kurang peranannya. Sehingga dalam hal ini Indonesia
seharusnya bisa memegang kendali negara-negara ASEAN di sidang ini dengan merangkul
negara ASEAN lainnya apalagi Indonesia merupakan Lead Country untuk harmonisasi
regulasi BTP di PFPWG.
2. Codex Committee on Food Import and Export Inspection and Certification System (CCFICS)
menginformasikan kepada CCFA bahwa ada concern tentang integritas pangan, keaslian
pangan (food authenticity), dan penipuan pangan (food fraud) dan kaitannya dengan
penyalahgunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP). Hal ini tentunya juga menjadi concern
bagi Indonesia karena sangat beragamnya pangan yang diproduksi di Indonesia maupun
pangan import.
3. Agenda Item 5c. DISCUSSION PAPER ON THE USE OF NITRATES (INS 251, 252) AND
NITRITES (INS 249, 250), Sekretariat Codex akan mengeluarkan Circular Letter / CL) untuk
mengumpulkan informasi umum tentang ketersediaan: (i) paparan terhadap nitrat dan nitrit;
dan (ii) survei tingkat/kadar terjadi secara alami dan tingkat/kadar yang terjadi dari
penggunaan sebagai BTP. Terkait hal ini, akan dilakukan pembahasan tindak lanjutnya
dengan melibatkan instansi terkait karena data terkait diminta oleh Codex paling telat 14
September 2019.
4. Terkait pembahasan Agenda Item 5e: Discussion paper on the use of term “fresh”, “plain”,
“unprocessed” and “untreated” in existing codex texts: Karena banyaknya perbedaan
pendapat pada saat pembahasan maka diputuskan bahwa pembahasan ini di discontinued
dan permasalahan ini akan dibahas di Codex Commodity. Dengan demikian kami
mengusulkan untuk penggunaan BTP pada produk terkait baru akan diakomodir jika
berfungsi secara teknologi dan sudah diakomodir dalam Codex Commodity.
5. Posisi Indonesia dalam sidang ini dapat disampaikan dengan baik pada saat EWG dan
PWG, namun secara umum posisi Indonesia belum banyak dukungan oleh negara anggota
lain karena kurangnya komunikasi dan perlunya disiapkan informal meeting dengan negara
anggota lain untuk meminta dukungan sebelum PWG meeting.
37
SARAN
1. GSFA yang dihasilkan oleh CCFA adalah acuan utama Indonesia dalam menetapkan
kebijakan terkait bahan tambahan pangan, sehingga apabila Indonesia dapat berperan aktif
dalam sidang ini tentunya memudahkan dalam penyusunan kebijakan terkait bahan
tambahan pangan Indonesia. Dalam hal ini izin khusus BTP untuk pengembangan kategori
pangan dapat langsung mengacu ke GSFA, sehingga timeline bisa lebih cepat.
2. Apabila memungkinkan secara rutin BPOM dapat meminta kepada industri (GAPMMI) atau
pada instansi terkait seperti KKP dan Kementan untuk mengajukan BTP yang akan
digunakan dalam pangan agar bisa diajukan sebagai New Work CCFA dan dibahas dalam
sidang berikutnya.
3. Pada saat penyusunan posisi terutama agenda terkait priority list BTP yang akan direview
ulang oleh JECFA, Indonesia sering tidak berposisi karena tidak tersedianya data
paparan/data dukung lainnya. Terkait hal tersebut kami menyarankan agar Indonesia bisa
aktif berposisi dengan menyediakan data terkait.
4. Terkait penggunaan bahan penolong sampai saat ini di Codex belum dibahas secara detail
sehingga kami mengusulkan Indonesia dapat berperan kembali sebagai Leader sebagai
mana sebelumnya Indonesia pernah berperan aktif (sebagai Ketua) dalam penyusunan
GUIDELINES ON SUBSTANCES USED AS PROCESSING AIDS.
5. Perlu dilakukan seminar atau in-dept discussion terkait food authenticity, food fraud dan
kaitannya dengan penyalahgunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
6. Diharapkan semua instansi terkait dapat ikut aktif dalam penyusunan posisi dan ikut serta
dalam sidang CCFA.
RENCANA TINDAK LANJUT
1. Akan dilakukan diseminasi hasil sidang CCFA pada minggu ke-4 Juni 2019 dengan
mengundang stakeholders.
2. Terkait agenda Item 5c. DISCUSSION PAPER ON THE USE OF NITRATES (INS 251, 252)
AND NITRITES (INS 249, 250), Indonesia akan ikut berkontribusi dalam pembahasan ini
dengan menyampaikan data ke Codex paling telat 14 September 2019. Kementrian
Kesehatan akan menyiapkan data terkait didukung oleh BPOM dan instansi lainnya serta
Tim Ahli terkait.
38
3. Akan dilakukan seminar terkait food authenticity, food fraud dan kaitannya dengan