1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan radiology maju dengan pesat sekali sejalan dengan kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain pada umumnya.Kemajuan ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi fisika, kimia, biologi, elektronik, komputer dan sebagainya. Pelayanan kesehatan diantaranya didukung oleh pelayanan diagnostik di dalam penegakan diagnosa suatu kelainan dalam tubuh pasien ,baik secara anatomi maupun fisiologi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pembuatan radiograf ( pemeriksaan radiologi) seperti ; tekhnik posisi pasien, faktor eksposi yang harus diberikan dalam pembuatan suatu radiograf, proteksi terhadap bahaya radiasi, sehingga radiograf yang dihasilkan dapat memberikan informasi sesuai dengan yang diharapkan oleh dokter ahli radiologi untuk menegakan diagnosa terhadap suatu penyakit.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan radiology maju dengan pesat sekali sejalan dengan kemajuan ilmu
kedokteran dan ilmu-ilmu lain pada umumnya.Kemajuan ini dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi fisika, kimia, biologi, elektronik, komputer dan sebagainya.
Pelayanan kesehatan diantaranya didukung oleh pelayanan diagnostik di dalam
penegakan diagnosa suatu kelainan dalam tubuh pasien ,baik secara anatomi maupun
fisiologi.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pembuatan radiograf
( pemeriksaan radiologi) seperti ; tekhnik posisi pasien, faktor eksposi yang harus
diberikan dalam pembuatan suatu radiograf, proteksi terhadap bahaya radiasi, sehingga
radiograf yang dihasilkan dapat memberikan informasi sesuai dengan yang diharapkan
oleh dokter ahli radiologi untuk menegakan diagnosa terhadap suatu penyakit.
Misalnya pada kasus ‘hipertropi adenoid’ , adenoid adalah kelompok jaringan
limfoid yang terletak pada atap dan dinding posterior nasofaring ( ballinger,1999).
Ukuran adenoid kecil pada waktu lahir. Selama masa kanak-kanak akan mengalami
hpertropi fisiologis terjadi pada umur 3 tahun. Karena adenoid membesar, terbentuklah
pernafasan melalui mulut.
2
Fungsi pembuatan radiograf pada kasus hipertrofi adenoid adalah untuk
menghitung rasio adenoid nasofaring. Rasio adenoid nasofaring dapat dihitung dengan
rumus RA (Rasio Adenoid) = A/N. Nilai A merupakan jarak dalam antara konveksitas
maksimum bayangan adenoid dan garis lurus sepanjang tepi anterior basis oksipitus os
oksipitalis. Nilai N merupakan jarak tepi posterior platum durum dengan tepi sinkondolis
sefenobasis oksipitalis. (Lusted, 1992)
Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi adenoid pada pasien
hipertropi adenoid adalah proyeksi lateral nasopharynx dengan tekhnik soft tissue,
Eksposi pada teknik radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoid dilakukan selama
pasien mengambil nafas dalam-dalam dari hidung, (Ballinger,1999).
Pada saat penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Instalasi
Radiologi RSUD DR. Syaiful Anwar, penulis sering menemui surat permintaan
pada tekhnik radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoid dilakukan tanpa instruksi
kepada pasien untuk mengambil nafas dalam-dalam dari hidung Tekhnik ini biasa
dikerjakan dengan posisi pasien berdiri atau duduk disamping kaset dan mulut terbuka
(open mouth). Tekhnik soft tissue adalah tekhnik radiografi dengan menggunakan kV
rendah, kV yang digunakan dikurangi 15-20 kV dari kondisi normal. Penggunaan kV
yang rendah pada ekhnik ini harus dikombinasikan dengan nilai mAs (mili amper second)
yang tinggi.
Dengan posisi pasien yang berdiri atau duduk disamping kaset maka terdapat
jarak antara obyek dengan film (Obyek Film Distance (OFD), dimana jarak antara obyek
3
dengan film (OFD) tidak sama dengan nol sehingga menimbulkan magnifikasi
radiography dan meningkatnya ketidak tajaman geometri.
Magnifikasi radioghraphy adalah proses membuat suatu sehingga nampak lebih
besar serta dengan menggunakan lensa atau rasio atau ukuran yang nampak ( bayangan )
dengan ukuran yang sebenarnya ( Curry, 1984). Sedangkan pengertian geometri adalah
ketidaktajaman akibat adanya penumbra yang disebabkan oleh faktor geometri.
Untuk mendapatkan radiograf yang dapat memberikan informasi yang jelas dan
tepat perlu diperhatikan juga faktor-faktor yang erat kaitanya dengan hasil radiograf
diantaranya yaitu; kV (kilo volt), mAs(mili Ampere Second), jarak pemotretan , jenis
film, jenis intensifying screen, struktur obyek dan proses pengolahan film.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut
dalam Laporan Kasus dengan judul “ TEKHNIK RADIOGRAFI ADENOID PADA
PASIEN HIPERTROPI AENOID DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD Dr. SAIFUL
ANWAR MALANG”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan sebuah permasalahan yaitu:
1. Bagaimana prosedur tekhnik radiografi adenoi pada pasien hipertropi adenoid di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang ?
4
2. Bagaimana tekhnik pemberian faktor eksposi untuk kondisi soft tissue pada tekhnik
radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoid di Instalasi Radiologi RSUD Dr.
Syaiful Anwar Malang ?
3. Mengapa tekhnik radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoid di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang tidak ada pemberian instruksi kepada
pasien untuk mengambil nafas dalam dari hidung selama eksposi ?
.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan hasil penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan umum
Untuk menegakan diagnosa berdasarkan informasi yang di berikaan oleh
dokter sehinga dapat mengurangi kesalahan tindakaan selanjutnya
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pemberian faktor eksposi untuk kondisi soft tissue pada
tekhnik radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoid di Instalasi
Radiologi RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang
2. Untuk mengetahui tekhnik radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoid
di Instalasi Radiologi RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang tidak ada pemberian
instruksi kepada pasien untuk mengambil nafas dalam dari hidung selama
eksposi.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan hasil penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi Instalasi Radiologi RSUD Dr. Syaiful Anwar Malang
Dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah pemahaman tentang tekhnik
radiografi adenoid pada pasien hipertropi adenoi
1.4.2 Bagi institusi STIKes Widya Cipta Husada
Dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi Mahasiswa STIKES Widya Cipta
Husada khususnya Mahasiswa Program Studi D3 Radiodiagnostik dan radioterapi
lebih memahami tentang tekhnik radigrafi adenoid pada pasien hipertrofi adenoid
1.4.3 Bagi Ilmu pengetahuan
Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai tekhnik
radiografi adenoid pada pasien hipertrofi adenoid
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang anatomi fisiologi, patologi dan teknik pemeriksaan
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.
6
BAB V PENUTUP
berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Menurut Syaifudin (1997), Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan
susunan tubuh tubuh baik secara keseluruhan maupun bagin-bagian secara hubungan alat
tubuh yang satu dengan yang lain.
2.1.1 Anatomi Kelenjar adenoid
Adenoid adalah kelompok jaringan limfoid yang terletak pada atap dan dinding posterior nasofaring (Ballinger, 1999). Nasofaring berada di belakang bawah dari soft palate dan hard palate. Bagian atas dari hard palate merupakan atap dari nasofaring. Anterior nasofaring merupakan perluasan rongga hidung posterior. Menggantung dari aspek posterior soft palate adalah uvula. Pada atap dan dinding posterior nasofaring, diantara lubang tuba auditory, mukosa berisi masa jaringan limfoid yang disebut pharyngeal tonsil (adenoid). (Ballinger, 1999). Nasofaring merupakan suatu ruangan yang terletak di belakang rongga hidung di atas tepi bebas palatum molle. Berhubungan dengan rongga hidung dan ruang telinga tengah masing-masing melalui choanae dan tuba eustachius (Susworo, 1987).
Gambar 1 Anatomi kelenjar adenoid (Ballinger,1999)
8
2.1.2 Fisiologi kelenjar adenoid
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi,waktu menelan, resonasi suara dan
untuk artikulasi
Fungsi adenoid adalah bagian imunitas tubuh. Adenoid merupakan jaringan limfoid
bersama dengan struktur lain dalam cincin Waldeyer. Adenoid memproduksi IgA sebagai
bagian penting system pertahanan tubuh garis depan dalam memproteksi tubuh dari invasi