LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SYARAF P4. PARKINSON DEGENERATIF Disusun Oleh : Kelompok 1H 1. Halimatus S Zein (105010567) 2. Agus Suyitno (105010569) 3. Aniesa turraida (105010570) 4. Nandang Prasetya W (105010572) 5. Nur Fauzan (105010573) Dosen Pengampu : Sri Susilowati, MSi., Apt LABORATORIUM FARMAKOTERAPI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SYARAF
P4. PARKINSON DEGENERATIF
Disusun Oleh :
Kelompok 1H
1. Halimatus S Zein (105010567)
2. Agus Suyitno (105010569)
3. Aniesa turraida (105010570)
4. Nandang Prasetya W (105010572)
5. Nur Fauzan (105010573)
Dosen Pengampu : Sri Susilowati, MSi., Apt
LABORATORIUM FARMAKOTERAPI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2013
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM SYARAF
PERCOBAAN IV
PARKINSON DEGENERATIF
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mamp memahami dan mengevaluasi tatalaksana terapi pada penyakit
yang berhubungan dengan system syaraf.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan teori singkat farmakoterapi system syaraf, mengena
lrekam medic, memahami metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, Plan)
dalam menyelesaikan suatu kasus, dan penelusuran informasi obat sistem syaraf.
B. DASAR TEORI
PENYAKIT PARKINSON
DEFINISI
Penyakit parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat
dengan usia. Secara patologis penyakit parkinson ditandai oleh degenerasi neuron-neuron
berpigmen neuromelamin, terutama di pars kompakta substansia nigra yang disertai inklusi
sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies), atau disebut juga parkinsonisme idiopatik atau primer.
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar
dopamine dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering disebut sebagai Sindrom
Parkinson.
KLASIFIKASI
Penyakit parkinson dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu :
1. Parkinson primer/idiopatik/paralysis agitans.
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinson sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler. Toksin seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine
(MPTP), Mn, CO, sianida. Obat-obatan yang menghambat reseptor dopamin dan
menurunkan cadangan dopamin misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin
dan lain-lain, misalnya perdarahan serebral pasca trauma yang berulang-ulang pada
petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
3. Sindrom Parkinson Plus (Multiple System Degeneration)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear palsy, Multiple
system atrophy (sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, olivo-pontocerebellar
Terapi non farmakologi Edukasi, terapi fisik, olahraga, dan pemberian nutrisi Pembedahan Terapi suportif yaitu anti oksidan dosis tingggi berupa vitamin E, tokoferol, yang
bersifat neuroprotektif.
7. ANALISIS KERASIONALAN OBAT a. Tepat Indikasi
Nama obat Indikasi mekanisme KET
Levadopa parkinsonisme mengendalikan kadar dopamin substansia nigra di dalam neuron tersebut, levodopa akan berkonversi menjadi dopamin.
TI
Karbidopa Penyakit parkinson dan gejala- gejala parkinsonisme
mengurangi metabolisme levodopa dalam saluran pencernaan dan jaringan perifer, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP.
TI
b. Tepat Pasien
Nama obat Kontra indikasi KETERANGAN
Levadopa pada pasien dengan glaukoma sudut sempit, psikosis dan keadaan lain dimana obat simpatomimetik golongan amin tidak dianjurkan, seperti kelainan endokrin, kelainan ginjal, hati, paru-paru dan kelainan jantung.
Tepat pasien
Karbidopa Galukoma sudut sempit, penyakit psikiatrik berat, kehamilan, breast-feeding.
Tepat pasien
c. Tepat Obat
Nama obat Alasan dipilihnya obat KETERANGAN
Levadopa • Terapi simpatomitetik standar pada PD
• Efek samping dopaminergik jarang terjadi
• terbukti klinis memiliki efektifitas yang sangt baik
Tepat obat
Karbidopa memperkuat efek levodopa dalam SSP ketika diberikan secara bersamaan
Tepat obat
d. Tepat Dosis
Nama Obat Dosis Rekomendasi Dosis Pemberian Keterangan
Levadopa 300-1000mg/hari 100mg/hari Tepat dosis
Karbidopa 10-75 mg/hari 10mg/hari Tepat dosis
e. Waspada ESO
Nama obat Efek samping
Levadopa Neusea, muntah, distress abdominal, dan Hipotensi postural
Karbidopa anoreksia, nausea dan muntah karena stimulasi pusat muntah
8. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring
Melakukan penilaian pada pasien dengan cara menilai aktivitas hidup sehari-hari
Monitoring gangguan kecemasan dan depresi yang mungkin terjadi
Monitoring efek samping obat seperti hipotensi ortostatik dan pusing
Evaluasi keberhasilan terapi obat
9. KIE (Komunikasi, informasi, dan Edukasi)
Memberikan informasi tentang obat dan cara penggunaannya.
Meberikan informasi efek samping yang mungkin muncul selama pengobatan.
Memberikan informasi mengenai makanan yang harus dihindari untuk dikonsumsi.
Memberikan edukasi kepada pasien dan yang merawat pasien ketika gejala angina
kambuh lagi.
Informasikan kepada keluarga pasien untuk selalu memantau dan berperan penting
dalam merawat pasien demi keberhasilan terapi.
Membuat jadwal penggunaan obat agar pasien patuh dalam pengobatan
Kurangi aktivitas fisik yang berat
Pemantauan pola makan pasien agar dapat teratur
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan data pemeriksaan fisik, laboratorium, dan anamnesa yang didapatkan
pasien Tn. P didiagnosa menderita parkinson degeneratif. Penyakit parkinson merupakan
kondisi neurodegeneratif yang progesif akibat kematian sel-sel dopaminergik pada
substansia nigra.
Parkinson yang diderita Tn. P termasuk jenis Sindrom Parkinson Plus (Multiple
System Degeneration), pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari
gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive supranuclear
palsy, Multiple system atrophy (sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, olivo-
kortikobasal ganglionik, Sindrom demensia, Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan
herediter (Penyakit Wilson, penyakit Huntington, Parkinsonisme familial dengan
neuropati peripheral). Hal tersebut sesuai dengan tabel penegakan diagnosa parkinson
berdasarkan Dipiro sebagai berikut:
Pasien Tn. P Terdapat riwayat mondok 2x di Rumah Sakit dengan diagnosis stroke
non hemoragik dengan kelemahan anggota gerak kiri. Stroke non hemoragik ini
merupakan pemicu Tn. P menderita parkinson. Menurut para ilmuwan di University
of Manchester stroke non hemoragik terkait dengan timbulnya gejala tremor dan
gejala lainnya. Hal ini terjadi karena pembuluh darah di otak tersumbat secara singkat
dan sering, namun pasien tidak pernah menyadari itu. Efek dari stroke non hemoragik
yaitu dapat menyebabkan kematian neuron dopaminergik di substansia nigra di otak,
yang merupakan daerah penting untuk koordinasi gerakan. Kematian neuron
dopaminergik di substansia nigra di otak ini yang menyebabkan kadar dopamin
menurun sehingga muncul penyakit parkinson.
Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien Tn. P yaitu Levodopa dan
Karbidopa (L-dopa). Hal tersebut sesuai dengan alogaritma dalam dipiro sebagai
berikut:
Terapi penggantian dengan pemberian dopamin dari luar sulit dilakukan
karena kemampuan dopamin menembus barier saraf sangat rendah karena sifatnya
yang hidrofil. Untuk itu diberikan prekursor berupa Levodopa. Levodopa dapat
menembus sawar darah otak dan di dalamnya senyawa ini akan diubah menjadi
dopamin setelah mengalami metabolisme melalui reaksi dekarboksilasi. Namun,
kadar dopamin yang diubah sangat rendah. Untuk meningkatkan kadar dopamin
dilakukan pemberian kombinasi Karbidopa (Sinemet 10/100; 25/250). Dengan adanya
karbidopa ini dapat meningkatkan kadar dopamin di otak. Karbidopa mengurangi
metabolisme levodopa dalam saluran pencernaan dan jaringan perifer, hal ini
meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP. Karbidopa juga menurunkan dosis
levodopa yang diperlukan sampai 4-5 kali dan menurunkan efek samping dopamin
yang terbentuk di perifer.
Obat Levodopa dalam usus halus cepat diabsorbsi (jika tidak berisi makanan).
Levodopa mempunyai waktu paruh yang sangat pendek (1-2 jam) sehingga
konsentrasi plasma berubah-ubah. Dengan demikian, terjadi pula turun-naiknya
respons motorik, yang menyebabkan pasien tiba-tiba kehilangan mobilitas normal dan
mengalami tremor, kram, dan tidak dapat bergerak. Diet yang kaya protein
mengganggu transport levodopa ke dalam SSP. Asam amino bermolekul tinggi dan
netral (misalnya, leusin dan isoleusin) bersaing dengan levodopa dengan baik dalam
absorbsi di usus atau melewati sawar otak darah. Karena itu, levodopa harus diminum
dalam lambung kosong, 45 menit sebelum makan.
Levodopa sebaiknya dihindari dengan pemberian bersama vit B6 (piridoksin)
karena dapat menurunkan efek Levodopa. Vitamin piridoksin (B6) meningkatkan
penguraian levodopa di perifer sehingga menurunkan efektivitasnya. Pemberian
bersama levodopa dan inhibitor MAO, seperti fenelzin, dapat menimbulkan krisis
hipertensi karena produksi katekolamin meningkat. Perlu kewaspadaan jika
menggunakan obat lain. Pada beberapa pasien psikotik, levodopa memperberat gejala,
mungkin karena penumpukan amin sentral. Pada pasien dengan glaukoma, obat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Pasien penyakit jantung harus
diperhatikan karena kemungkinan terjadinya aritmia jantung. Antipsikotik tidak boleh
diberikan kepada pasien Parkinson karena obat ini akan menghambat reseptor dan
menyebabkan sindrom Parkinson.
Terapi non farmakologi yang dapat berikan yaitu Edukasi, rehabilitasi dan
pemberian anti oksidan dosis tingggi berupa vitamin E, tokoferol, yang bersifat
neuroprotektif. Edukasi pada pasien serta keluarganya dilakukan untuk memberikan
pemahaman mengenai penyakitnya, misalnya pentingnya meminum obat teratur .
Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan
fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-
masalah sebagai berikut : Abnormalitas gerakan, Kecenderungan postur tubuh yang
salah, Gejala otonom, Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL),
dan Perubahan psikologik. Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi
latihan fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi. Terapi non farmakologi lain yang dapat
dilakukan adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki atau
mengembalikan seperti semula proses patologis yang mendasari (neurorestorasi).
E. KESIMPULAN
1. Pasien Tn. P didiagnosa menderita parkinson degeneratif
2. Terapi farmakologi
Levadopa 100mg/hari
Karbidopa 10 mg/hari
3. Terapi non farmakologi
Edukasi, rehabilitasi medik, terapi fisik, olahraga, dan pemberian nutrisi
Terapi suportif yaitu anti oksidan dosis tingggi berupa vitamin E, tokoferol,
yang bersifat neuroprotektif.
Pembedahan
F. DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, Joseph T. et al, Pharmacotherapy Handbook, Sixth Edition, 2006, Mc Graw Hill Companies, Inc, New York, USA.
Anonim, 2008, ISO Farmakoterapi, ISFI, Jakarta.
Ikawati, Zulies, 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat, Bursa Ilmu, Yogyakarta.
Anonim, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Tjay, T.H., Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Penting, PT Elex Media Computindo, Jakarta