I. Judul Percobaan:Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
II. Hari dan Tanggal Percobaan: Selasa, 15 April 2014 pukul
13.00 WIB
III. Selesai Percobaan: Selasa, 15 April 2014 pukul 15.00
WIB
IV. Tujuan Percobaan:1. Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi
penyabunan hidroksida adalah reaksi orde dua.2. Menentukan
konstanta kecepatan reaksi pada reaksi tersebut.
V. Dasar Teori:Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu Kimia
Fisika yang mempelajari tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan
mekanisme reaksi-reaksi yang bersangkutan. Tidak semua reaksi kimia
dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan sangat
cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan reaksi-reaksi
yang sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari
secara kinetik. Diantara kedua jenis ini, banyak reaksi-reaksi yang
kecepatannya dapat diukur.Ditinjau dari fase zat yang bereaksi,
dikenal dua macam reaksi, yaitu :a. Reaksi homogen, yaitu reaksi
dimana tidak terjadi perubahan fase.b. Reaksi heterogen, yaitu
reaksi dimana terjadi perubahan fase.Kecepatan reaksi adalah
kecepatan perubahan konsentrasi terhadap waktu,jadi , tanda negatif
menunjukkan bahwa konsentrasi berkurang bila waktubertambah.Laju
reaksi merupakan laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau
bertambahnya hasil reaksi persatuan waktu. Bila laju reaksi dengan
persamaan:aA + bB cC + dDSemakin besar konsentrasi zat-zat pereaksi
cenderung akan mempercepat laju reaksi,tetapi seberapa cepat
menemukan orde reaksi merupakan salah satu cara memperkirakan
sejauh mana konsentrasi zat pereaksi mempengaruhi laju
reaksitertentu.Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi
dalam hukum lajubentuk diferensial. Orde reaksi adalah ukuran
konstribusi setiap konsentrasi pereaksiatau zat yang berperan dalam
laju reaksi. Pada umunya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan
kecil namun dalam beberapa hal pecahan atau nol. Penentuan orde
reaksi adalah hal yang essensial daripada penelitian-penelitian
terhadap proses kimia yang menyangkut analisis hubungan konsentrasi
dan waktu.Menurut Hukum Kegiatan Massa, kecepatan reaksi pada
temperatur tetap,berbanding lurus dengan konsentrasi
pengikut-pengikutnya dan masing-masingberpangkat sebanyak molekul
dalam persamaan reaksi. Orde reaksi 1 :A hasilRate = k1.CA. Orde
reaksi 2 :2A hasilRate = k2. C2A.A + B hasilRate = k2.CA.CB Orde
reaksi 3 :A + 2B hasilRate = k3.CA.C2B.2A + B hasilRate =
k3.C2A.CB.Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan
etilasetat oleh ion hidroksi adalah orde dua yaitu reaksi dibawah
ini :CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OHt = 0 A b - -X x X X
t = t (a-x) (b-x) X XReaksi bimolekuler tingkat dua dapat
dinyatakan sebagai berikut :A + B Hasilt = 0 A b -
t = t a-x b-x X= k (a x)(b x)Dimana :a = konsentrasi awal ester
(mol/L)b = konsentrasi awal ion OH- (mol/L)x = jumlah mol/L ester
atau basa yang telah bereaksik2 = tetapan laju reaksi
(mmol-1.menit-1)integrasi:Untuk dapat menentukan apakah suatu
reaksi orde dua atau bukan dapat diselidiki seperti pada reaksi
tingkat satu yaitu :1. Dengan memasukkan harga a, b, t dan x pada
persamaan :
Bila harga-harga k2 tetap maka reaksi orde dua.2. Secara
grafikBila harga-harga k2 tetap maka reaksi orde dua.
Bila reaksi orde dua maka grafik t terhadap log merupakan garis
lurus tangenatau slope :
Untk konsentrasi sama
Jadi grafik harus lurus bila orde reaksi adalah orde dua.3. Half
life period tidak dapat dipakai untuk menyelidiki tingkat reaksi,
dimanakonsentrasi A dan B berbeda, karena A dan B akan mempunyai
waktu berbeda untukbereaksinya setengah jumlah zat
tersebut.Reaksi-reaksi orde I adalah reaksi-reaksi yang lajunya
berbanding langsungdengan konsentrasi reaktan, yaitu:
Yang pada integrasi memberikanln [C]= ln [C]o atau[C]= [C]o
atau
[C]0 adalah konsentrasi reaktan pada t = 0. Untuk reaksi-reaksi
orde I, plot ln [C] (atau log [C]) terhadap t merupakan suatu baris
lurus. Intersep memberikan konsentrasi pada t = 0 dan k dapat
dihitung dari kemiripan tersebut.Dalam reaksi orde II, laju reaksi
berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi dari satu reaktan
atau dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat
satu atau duaSaponifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan
sabun dan gliserol, dengan menghidrolisa dengan basa, suatu lemak
atau minyak. Sabun merupakan garam logam alkali dengan rantai asam
monocarboxylic yang panjang. Larutan Alkali yang digunakan dalam
pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan
alkali yang biasanya digunakan pada sabun keras adalah natrium
hidroksida dan alkali yang biasanya digunakan pada sabun lunak
adalah kalium hidroksida.Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran
kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat
melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan alkali
membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa
lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
VI. Alat dan Bahan Alat Corong kaca1 buah Stopwatch1 buah Gelas
kimia1 buah Erlenmeyer6 buah Buret1 buah Statif dan klem1,1 buah
Gelas ukur 10 mL1 buah Gelas ukur 50 mL 1 buah Termometer1 buah
Bahan Etil asetat 0,02N Indikator PPsecukupnya Larutan NaOH
0,02N Aquades Larutan HCl 0,02 N
VII. Alur Percobaan
125 mL etil asetat 0,02 NEtil asetat dan NaOH mencapai suhu
thermostat (suhu yang sama)Dimasukkan ke dalam labuDiletakkan dalam
thermostat untuk mencapai suhu yang sama100 mL NaOH 0,02 NKedua
larutan dicampurkan dengan cepatDikocok dengan baikDijalankan
stopwatch saat kedua larutan telah bercampurHasil
percobaan(campuran larutan etil asetat+ NaOH)
10 mL HCl 0,02 NDimasukkan ke dalam 7 buah labu erlemeyerHasil
percobaan(7 buah erlenmeyer berisi 10 mL HCl 0,02 N)
5 mL campuran larutan etil asetat + NaOHDiambil setelah
didiamkan selama 3 menitDimasukkan ke dalam salah satu labu yang
berisi 10 mL larutan HCl 0,02 NDiaduk dengan baik Segera dititrasi
dengan larutan standar NaOH 0,02 NPercobaan diulangi dengan
pengambilan campuran larutan pada menit ke 8, 15, 25, 40 dan
65Hasil percobaan(v larutan NaOH 0,02 N)
Sisa larutan campuran etil asetat + NaOHDibiarkan selama 2
hariDilakukan pemanasan agar reaksi sempurnaDidinginkan Dimasukkan
ke dalam labu yang berisi 10 mL larutan HCl 0,02 NDiaduk dengan
baik Segera dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 NHasil
percobaan(v larutan NaOH 0,02 N)
Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat
Laporan resmi kimia fisika III 21
VIII. Hasil PengamatanNo. Perc.Prosedur PercobaanHasil
PengamatanDugaan / ReaksiKesimpulan
1.
125 mL etil asetat 0,02 NEtil asetat dan NaOH mencapai suhu
thermostat (suhu yang sama)Dimasukkan ke dalam labuDiletakkan dalam
thermostat untuk mencapai suhu yang sama100 mL NaOH 0,02 NKedua
larutan dicampurkan dengan cepatDikocok dengan baikDijalankan
stopwatch saat kedua larutan telah bercampurHasil
percobaan(campuran larutan etil asetat+ NaOH)
Sebelum:Etil asetat 0,02 N= larutan tidak berwarnaNaOH 0,02 N=
larutan tidak berwarnaHCl 0,02 N= larutan tidak berwarna
Sesudah:NaOH + etil asetat= larutan tidak berwarnaLarutan
campuran + HCl + indikator PP= larutan tidak berwarnaSetelah
dititrasi dengan NaOH= larutan berwarna merah muda
10 mL HCl 0,02 NDimasukkan ke dalam 7 buah labu erlemeyerHasil
percobaan(7 buah erlenmeyer berisi 10 mL HCl 0,02 N)Volume NaOH
saat dititrasi: t = 3 menit V1 = 9,1 mLt = 8 menit V2 = 9,2 mLt =
15 menit V3 = 9,4 mLt = 25 menit V4 = 9,6 mLt = 40 menit V5 = 9,7
mL
5 mL campuran larutan etil asetat + NaOHDiambil setelah
didiamkan selama 3 menitDimasukkan ke dalam salah satu labu yang
berisi 10 mL larutan HCl 0,02 NDiaduk dengan baik Segera dititrasi
dengan larutan standar NaOH 0,02 NPercobaan diulangi dengan
pengambilan campuran larutan pada menit ke 8, 15, 25, 40 dan
65Hasil percobaan(v larutan NaOH 0,02 N)t = 65 menit V6 = 9,8 mLt =
2 hari V7 = 9,9 mL
Sisa larutan campuran etil asetat + NaOHDibiarkan selama 2
hariDilakukan pemanasan agar reaksi sempurnaDidinginkan Dimasukkan
ke dalam labu yang berisi 10 mL larutan HCl 0,02 NDiaduk dengan
baik Segera dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,02 NHasil
percobaan(v larutan NaOH 0,02 N)
CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq) NaOH(aq) +
HCl(aq) NaCl(aq) +H2O(l)
IX. Analisis dan PembahasanPercobaan kinetika reaksi
saponifikasi etil asetat dengan NaOH ini bertujuan untuk memberikan
gambarana bahwa reaksi penyabunan hidroksida adalah reaksi orde dua
dan untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi pada reaksi
tersebut.Pada percobaan ini prosedur yang dilakukan adalah 125 ml
etil asetat 0,02 N yang merupakan larutan yang tidak berwarna
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1. Pada erlenmeyer 2 dimasukkan 100
ml larutan NaOH 0,02 N yang merupakan larutan tidak berwarna.
Kemudian diukur suhu pada masing-masing erlenmeyer dan disamakan
suhunya dengan cara meletakkan dalam thermostat. Dalam percobaan
ini, sebelum dicampurkan, kedua larutan harus mempunyai suhu yang
sama, karena suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
laju reaksi. Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi semakin besar
karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi, sehingga jumlah dari energi tumbukan bertambah besar,
begitu pun sebaliknya. Dalam percobaan yang telah dilakukan,
setelah larutan etil asetat dan larutan NaOH dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, telah mencapai suhu yang sama yaitu 29oC, sehingga
larutan tersebut tidak diletakkan dalam thermostat. Setelah suhu
kedua larutan mencapai suhu yang sama, maka kedua larutan dicampur
sambil dinyalakan stopwatch. Pencampuran pada suhu yang sama agar
laju reaksi yang dihasilkan tidak mengalami perubahan besar. Dalam
hal ini, terjadi reaksi penyabunan atau hidrolisis etil asetat yang
bertindak sebagai asam lemak dengan basa kuat NaOH yang akan
menghasilkan etil asetat dan gliserol.Selain itu, disiapkan 7 buah
erenmeyer yang masing-masing diisi 10 ml HCl 0,02 N. Pada tiga
menit pertama setelah larutan dicampurkan, larutan tersebut dipipet
5 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi HCl.
Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator PP. Larutan HCl ini
berfungsi untuk mengetahui banyaknya NaOH yang tersisa dalam proses
saponifikasi tersebut. Selain itu penambahan HCl juga untuk
memberikan suasana asam, karena hasil mula-mula dari reaksi
saponifikasi adalah berupa karboksilat. Oleh karena itu, dengan
adanya penambahan HCl, karboksilat diubah menjadi asam karboksilat.
Setelah penambahan HCl dilanjutkan dengan menitrasi campuran
larutan tersebut dengan NaOH 0,02 N untuk mengetahui banyaknya HCl
yang masih tersisa, sehingga dengan diketahuinya HCl sisa juga
dapat diketahui banyaknya NaOH yang tersisa dalam reaksi
saponifikasi tersebut.Penambahan indikator PP bertujuan untuk
mengetahui titik akhir titrasi yaitu titik dimana mol NaOH sama
dengan mol HCl yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari
tidak berwarna menjadi merah muda. Berdasarkan hasil percobaan
diketahui bahwa semakin lama waktu pencampuran, maka semakin banyak
larutan NaOH yang digunakan. Hal tersebut berarti semakin banyak
NaOH yang bereaksi dengan etil asetat.Pada percobaan ini,
pengambilan sampel diulangi pada menit ke 8, 15, 25, 40, dan 65 dan
dititrasi dengan NaOH. Sisa larutan dibiarkan selama 2 hari
kemudian dilakukan pengambilan sampel dan titrasi seperti langkah
sebelumnyaPersamaan reaksi yang terjadi:
NaOH sisa + 2 HCl NaCl + H2O + HCl sisaHCl sisa + NaOH
titrasiNaCl + H2ODari percobaan yang dilakukan didapatkan data
berupa volume titrasi sebagai berikut:Not (menit)Volume titrasi
(mL)
1.39,1
2.89,2
3.159.4
4.259.6
5.409,7
6.659,8
7.2 hari9,9
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu
pencampuran larutan maka semakin banyak volume NaOH yang dibutuhkan
untuk titrasi. Hal tersebut terjadi karena semakin lama waktu
pembentukan produk etil asetat, maka volume NaOH yang bereaksi
semakin banyak sehingga saat ditambahkan HCl, maka hanya sedikit
HCl yang digunakan untuk menetralkan NaOH bereaksi. Sehingga HCl
sisa dan HCl yang bereaksi dapat dicari menggunakan rumus laju
reaksi metode integral.Untuk mencari orde reaksi metode integral
perlu dicari konsentrasi zat mula-mula dan yang bereaksi dengan
rumus sebagai berikut: Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Berdasarkan persamaan diatas diperoleh hasil sebagai berikut :t
(s)V NaOH (mL)x(a-x)(b-x)Orde 1Orde 2
1809,10,000420,0135033
4809,20,1842,3161,8160,000160,0050556
9009.40,1882,3121,8120,00008690,0026876
15009.60,1922,3081,8080,00005330,0016073
24009,70,1942,3061,8060,00003370,0010029
39009,80,1962,3041,8040,00002090,0006162
1728009,90,1982,3021,8020,00000050,0000139
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa harga k dari orde
2 cenderung mendekati konstan, harga k pada orde 2 mempunyai
selisih yang relatif kecil dibandingkan dengan orde 1. Sehingga
dapat disimpulkan,pada metode non grafik diperoleh orde 2 untuk
kinetika reaksi saponifikasi etil asetat. Hal tersebut telah sesuai
dengan teori, bahwa reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH
berorde 2. Sehingga, diperoleh nilai konstanta kecepatan rata-rata
reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH sebesar 0,0067544
Metode grafikSedangkan dengan menggunakan metode grafik,
diperoleh grafik orde 1 dan orde 2 sebagai berikut :
Pada grafik orde 1 didapakan persamaan regresi = -0.0000016x +
0.8400501 dan nilai regresi linier sebesar 0, 8561.
Pada grafik orde 2 didapakan persamaan regresi = 0.0000004x +
0.2431475 dan nilai regresi linier sebesar 0.85672.Berdasarkan
grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai regresi grafik orde 2
lebih besar dari pada grafik orde 1 dimana nilai regresi grafik
orde 1 sebesar 0.85612 sedangkan nilai regresi orde 2 sebesar
0.85672 (nilai regresi orde 2 lebih mendekati 1), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kinetika reaksi saponifikasi etil asetat dengan
NaOH berorde 2. Hal tersebut telah sesuai dengan teori, bahwa
reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH berorde 2.
X. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa 1. Kinetika reaksi saponifikasi etil asetat
dengan NaOH berdasarkan metode grafik dan non grafik merupakan
reaksi berorde 2. 2. Nilai konstanta kecepatan rata-rata reaksi
saponifikasi etil asetat dengan NaOH 0,0067544.
XI. Jawaban Pertanyaan1) Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa
reaksi penyabunan etil asetat ini adalah reaksi orde
dua?Jawaban:Reaksi penyabunan etil asetat adalah reaksi orde dua
yang dapat dibuktikan dengan metode grafik dan non grafik.Dengan
menggunkan metode grafik diperoleh grafik di bawah ini
Pada grafik orde 1 didapakan persamaan regresi = -0.0000016x +
0.8400501 dan nilai regresi linier sebesar 0, 8561.
Pada grafik orde 2 didapakan persamaan regresi = 0.0000004x +
0.2431475 dan nilai regresi linier sebesar 0.85672.Berdasarkan
grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai regresi grafik orde 2
lebih besar dari pada grafik orde 1 dimana nilai regresi grafik
orde 1 sebesar 0.85612 sedangkan nilai regresi orde 2 sebesar
0.85672 (nilai regresi orde 2 lebih mendekati 1), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kinetika reaksi saponifikasi etil asetat dengan
NaOH berorde 2. Hal tersebut telah sesuai dengan teori, bahwa
reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH berorde 2.Grafik di
atas dibuat berdasarkan data sebagai berikut:t (s)(a-x)(b-x)In
(a-x)ln( a-x)/(b-x)
1802,3181,8180,8410,243
4802,3161,8160,8400,243
9002,3121,8120,8380,244
15002,3081,8080,8360,244
24002,3061,8060,8360,244
39002,3041,8040,8350,245
4320002,3021,8020,8340,245
Metode Non grafikt (s)V NaOH (mL)x(a-x)(b-x)Orde 1Orde 2
1809,10,000420,0135033
4809,20,1842,3161,8160,000160,0050556
9009.40,1882,3121,8120,00008690,0026876
15009.60,1922,3081,8080,00005330,0016073
24009,70,1942,3061,8060,00003370,0010029
39009,80,1962,3041,8040,00002090,0006162
4320009,90,1982,3021,8020,00000020,0000056
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa harga k dari orde
2 cenderung mendekati konstan, harga k pada orde 2 mempunyai
selisih yang relatif kecil dibandingkan dengan orde 1. Sehingga
dapat disimpulkan,pada metode non grafik diperoleh orde 2 untuk
kinetika reaksi saponifikasi etil asetat. Hal tersebut telah sesuai
dengan teori, bahwa reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH
berorde 2. Sehingga, diperoleh nilai konstanta kecepatan rata-rata
reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH sebesar 0,0067544
2) Apakah perbedaan antara orde reaksi dengan kemolekulan
reaksi?Jawaban:a. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi
zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan reaksi.b. Kemolekulan
reaksi merupakan banyaknya molekul zat pereaksi (reaktan) dalam
sebuah persamaan stoikiometri reaksi yang sederhana. Kemolekulan
reaksi selalu berupa bilangan bulat positif.Contoh: Reaksi: a A + b
B c C + d DKemolekulan reaksinya = a + bReaksi: 2 A + B 3 C + 2 D
Kemolekulan reaksinya = 2 + 1 = 3
3) Apakah yang mempengaruhi laju reaksi? Jelaskan!Jawaban:Laju
reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:a. Luas
permukaan sentuhLuas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat
penting dalam banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin
cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang
sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,
sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang
direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan
itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi;
sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi.b. SuhuSuhu juga turut berperan dalam
mempengaruhi laju reaksi.Apabila suhu pada suatu reaksi yang
berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif
bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering,
menyebabkan laju reaksi semakin besar.Sebaliknya, apabila suhu
diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi
semakin kecil.
c. KatalisKatalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi
kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai
oleh reaksi itu sendiri.Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi
bukan sebagai pereaksi ataupun produk.Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih
rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah.Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi. Katalis dapat dibedakan ke dalam dua
golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis
heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan
pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen
berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis
heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana
pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat.Ikatan
dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru.Ikatan atara produk dan katalis lebih
lemah, sehingga akhirnya terlepas. Katalis homogen umumnya bereaksi
dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk suatu
perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir
reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini
merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan
katalisnya:
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi
keseluruhannya menjadi :
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa
katalis Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi masal
polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis yang paling dikenal
adalah proses Haber, yaitu sintesis amonia menggunakan besi biasa
sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan
produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari
platina dan rodium.d. MolaritasMolaritas adalah banyaknya mol zat
terlarut tiap satuan volum zat pelarut.Hubungannya dengan laju
reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin
cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang
rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas
yang tinggi.e. KonsentrasiKarena persamaan laju reaksi
didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan maka dengan naiknya
konsentrasi maka naik pula kecepatanreaksinya. Artinya semakin
tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekulreaktan yang tersedia
dengan demikian kemungkinan bertumbukan akansemakin banyak juga
sehingga kecepatan reaksi meningkat.
4) Apakah yang dimaksud dengan tetapan laju
reaksi?Jawaban:Tetapan laju reaksi (k) adalah perbandingan antara
laju reaksi dengan konsentrasi reaktan. Nilai k akan semakin besar
jika reaksi berlangsung cepat, walaupun dengan konsentrasi reaktan
dalam jumlah kecil. Nilai k hanya dapat diperoleh melalui analisis
data eksperimen, tidak berdasarkan stoikiometri maupun koefisien
reaksi.
XII. Daftar PustakaAnonim. 2011. Saponifikasi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Saponifikasi (diakses pada 18 April
2014 pukul 16.45 WIB)Azizah, Utiyah. 2004. LAJU REAKSI. Jakarta :
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.Endah, Soepi dan
Suyono. 1990. Kinetika Kimia.Surabaya. Surabaya: University Press
IKIP.Sahrun.2010. Laporan Tetap Praktikum Kimia Fisika II. Mataram:
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Mataram. Suyono dan Bertha
Yonata. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya: Kimia
FMIPA UNESA.
LAMPIRAN
A. Gambar percobaan
t = 15 menit
t = 3 menitt = 8 menit
Hasil titrasi yang menghasilkan larutan berwarna merah muda pada
variabel waktu t=3 menit, t=8 menit dan t=15 menit
Hasil titrasi yang menghasilkan larutan berwarna merah muda pada
variabel waktu t=25 menit, t=40 menit dan t=65 menitt = 65 menitt =
40 menitt = 25 menit
Hasil titrasi yang menghasilkan larutan berwarna merah muda pada
variabel waktu t=2 hari
B. Lampiran perhitungan
PERHITUNGAN KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI ETIL ASETAT DENGAN
NaOHDari percobaandiperoleh data sebagaiberikut:t (menit)Volume
titrasi (mL)
39,1
89,2
159.4
259.6
409,7
659,8
2 hari9,9
Metode Integral secaraGrafik
Untuk t = 180 sekon
Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Untuk t = 480 sekon
Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Untuk t = 900 sekon
Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Untuk t = 1500 sekon
Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Untuk t = 2400 sekon
Menentukan orde 1
841284
Menentukan orde 2
Untuk t = 3900 sekon
Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Untuk t = 172800 sekon
Menentukan orde 1
Menentukan orde 2
Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
t (s)V NaOH (mL)x(a-x)(b-x)Orde 1Orde 2
1809,10,000420,0135033
4809,20,1842,3161,8160,000160,0050556
9009.40,1882,3121,8120,00008690,0026876
15009.60,1922,3081,8080,00005330,0016073
24009,70,1942,3061,8060,00003370,0010029
39009,80,1962,3041,8040,00002090,0006162
1728009,90,1982,3021,8020,00000050,0000139
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa harga k dari orde 2
cenderung mendekati konstan, harga k dari orde 2 mempunyai selisih
yang relative kecil dibandingkan dengan orde 1, sehingga dapat
disimpulkan,pada metode non grafik diperoleh orde 2 untuk kinetika
reaksi saponifikasi etil asetat.Metode Grafik
t (s)(a-x)(b-x)In (a-x)ln( a-x)/(b-x)
1802,3181,8180,8410,243
4802,3161,8160,8400,243
9002,3121,8120,8380,244
15002,3081,8080,8360,244
24002,3061,8060,8360,244
39002,3041,8040,8350,245
1728002,3021,8020,8340,245
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai regresi
grafik orde 2 lebih besar dari pada grafik orde 1 dimana nilai
regresi grafik orde 1 sebesar 0.85612 sedangkan nilai regresi orde
2 sebesar 0.85672 (nilai regresi orde 2 lebih mendekati 1),
sehingga dapat disimpulkan bahwa kinetika reaksi saponifikasi etil
asetat dengan NaOH berorde 2.