MAKALAH KEHIDUPAN DAN PROBLEMA GELANDANGAN DI KOTA DOSEN:DR.MANSYURDIN,SH D I S U S U N OLEH: RIZKI RIDOAN 120302002 AYU SYAHFITRI DAULAE 120302008 SYAFRIDAHANUM 120302010 RAHMA WATI 120302018 SITI RAMLAN 120302019
MAKALAHKEHIDUPAN DAN PROBLEMA
GELANDANGAN DI KOTADOSEN:DR.MANSYURDIN,SH
DISUSUN
OLEH: RIZKI RIDOAN 120302002 AYU SYAHFITRI DAULAE 120302008 SYAFRIDAHANUM 120302010 RAHMA WATI 120302018 SITI RAMLAN 120302019
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASARMANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN2012
LEMBAR PENGESAHAN
Studi Keanekaragaman Akuatik di Kawasan Perairan Danau
Buatan Citra Wisata Kecamatan Medan-Johor Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Ema Theresia Sihombing 1103020102. Wira kusuma 1103020143. Dede Yuanda 1103020154. Geovanni Eventhia 1103020175. Adenia Constansia Sitepu 1103020246. Satriyadi 1103020267. Nurul Fadillah 1103020298. Febrina Rahmadanti Putri 1103020429. Roni Martin Sinaga 11030204310. Charolina Kaban 110302057
Medan, Januari 2012
Disetujui oleh,
Asisten
(Dewi RomaWidaya)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya laporan resmi praktikum dasar limnologi tentang studi
keanekaragaman akuatik di Danau Buatan Citra Wisata. Laporan ini membahas
keanekaragaman akuatik yang meliputi plankton, bentos dan ikan serta faktor-
faktor fisik dan kimia. Laporan ini merupakan bahan kuliah untuk mata kuliah
Dasar Ilmu Perairan. Selain itu, Laporan ini juga memberikan penjelasan terhadap
cara-cara dalam melakukan praktikum ini di mulai dari metode dan cara kerja.
Sehigga laporan ini dapat digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa untuk
melakukan praktikum yang sama.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Zulham Apandi
Harahap, S.kel, Msi sebagai Dosen Dasar Ilmu Perairan dan kepada Kakak Dewi
Roma Widya sebagai Asisten laboratorium kelompok 6 yang telah membantu
kami dalam melaksanakan praktikum di Danau Buatan Citra Wisata dan sampai
menyusun laporan. Demikianlah dengan laporan ini yang masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa ataupun semua orang.
Medan, Januari 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang1.2 Permasalahan1.3 Tujuan 1.4 Hipotesis1.5 Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Ekosistem Danau2.2. Faktor Biotik
2.2.1 Plankton2.2.2 Benthos2.2.3 Ikan
2.3. Faktor Abiotik2.3.1 Temperatur2.3.2 Penetrasi Cahaya2.3.3 pH Air2.3.4 DO2.3.5 Intensitas Cahaya
BAB III BAHAN DAN METODE3.1 Waktu dan Tempat3.2 Deskripsi Area3.3 Alat dan Bahan3.4 Pengamatan Lapangan
3.4.1. Pengambilan Sampel A. Plankton B. Benthos C. Ikan3.4.2. Faktor Fisik Perairan A. Temperatur B. Penetrasi Cahaya
C. pH Air D. DO
E. Intensitas Cahaya3.5 Analisis Data
3.5.1 Kelimpahan/kepadatan3.5.2 Kelimpahan/kepadatan Relatif3.5.3 Frekuensi Kehadian
ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Parameter Biotik
4.1.1 Plankton4.1.2 Benthos4.1.3 Ikan
4.2 Parameter Abiotik4.2.1 pH Air4.2.2 Temperatur4.2.3 Penetrasi Cahaya4.2.4 Intensitas Cahaya
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Limnologi mempelajari tentang sistem parairan, didalamnya termasuk
danau dan air kolam,kolam air asin, rawa, sungai (rivers) dan aliran atau cucuran
air (streams). Limnologi mencakup beberapa bidang ilmu kimia, fisika, geologi
dan biologi (Musa, 2006).Limnologi berasal dari bahasa Inggris yaitu limnology,
dari bahasa Yunani Lymne, “danau” dan logos “pengetahuan”. Merupakan
padanan bagi biologi perairan darat, terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya
kadang-kadang mencakup perairan payau (estuari). Limnologi merupakan kajian
menyeluruh mengenai kehidupan diperairan darat, sehingga digolongkan sebagai
bagian dari ekologi. Dalam bidang perikanan, limnologi dipelajari sebagai dasar
bagi budidaya perairan (akulturadarat) (Anonymous, 2009).
Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan bagi semua badan air yang
berada di daratan. Ilmu yang mempelajari masalah perairan pedalaman atau
perairan umum disebut Limnologi. Bentuk-bentuk perairan umum tawar alami
yang telah dikenal luas ialah sungai (river atau stream), rawa (swamp) dan danau
(lake). Selain alami perairan umum juga dapat dibentuk oleh manusia misalnya
waduk (resevoir) dari sungai (waduk sunga) maupun dari rawa (waduk rawa)
(Suwignyo, 1982).
Limnologi merupakan sintesis yang menggambarkan banyak disiplin ilmu
yang memberikan sumbangan bagi peneliti. Sehubungan dengan ini Limnologi
mirip dengan Oseanografi bukan Biologi dan Informasinya dapat ditentukan
beberapa rujukan yang bernilai dikatalogkan pada perpustakaan (Sihotang, 2010).
Untuk menentukan kondisi suatu perairan dapat ditentukan dengan
parameter iologi yakni salah satu menjadi parameternya adalah plankton. Istilah
plankton pertama kali digunakan oleh Hensen yakni plankton berasal dari bahasa
Yunani yaitu Planktos yang artinya mengembara atau berkeliaran(Odum, 1971).
1
Menurut Boney, plankton tersusun atas jasad – jasad tumbuhan
mikroskopis (phytoplankton) dan jasad – jasad hewani (zooplankton) yang
terdapat di laut maupun air tawar, hidup bebes terapung dan pergerakannya
bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin (Krebs, 1985).
Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat
penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan
klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air
yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen), merupakan sumber nutrisi utama
bagi kelompok organisma air lainnya yang membentuk rantai makanan.
(Barus, 2004).
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi fisik,kimia dan biologi perairan yang ada di danau
buatan Citra Wisata Kecamatan Medan Johor,Merdan?
2. Bagaimana pengaruh kondisi fisik dan kimia terhadap dominasi dan
kelimpahan plankton,bentos dan ikan di perairan tersebut ?
3. Bagaimana kualitas air yang ada di perairan tersebut ?
1.3. Tujuan
Praktikum limnologi ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kualitas air dan menganalisis perairan yang ada di danau
buatan Citra Wisata Kecamatan Medan Johor,Merdan.
2. Mengetahui kondisi fisik ,kimia dan biologi perairan tersebut.
3. Mengetahui pengaruh kondisi fisik dan kimia terhadap dominasidan
kelimpahan plankton,bentos dan ikan di perairan tersebut.
2
1.4. Hipotesis
Penelitian faktor biotik yang meliputi kelimpahan plankton, benthos dan
ikan serta faktor abiotik yang meliputi temperature, penetrasi cahaya, Ph air, DO
dan intensitas cahaya di danau buatan Citra Wisata Kecamatan Medan Johor,
Medan. Penelitian faktor biotic dan factor abiotik ini dilakukan agar dapat
mengetahui kualitas di perairan tersebut apakah tercemar atau tidak.
1.5. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar para praktikan dapat
mengetahui bagaimana cara untuk mengukur kualitas suatu perairan
dengan parameter biologi, kimia dan fisika di perairan yang ada di danau buatan
Citra Wisata Kecamatan Medan Johor.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Danau
Secara hidrologis sumber atau suplai air danau-danau oxbow dan limpasan
banjir lainnya adalah umumnya berasal dari sungai utama. Memang ada sebagian
danau yang sumber airnya berasal dari dalam tanah. Sehingga danau-danau
tersebut ekologinya sangat dipengaruhi oleh tingkat konektivitas atau
keterbukaannya dengan sungai. Ukuran penyabaran danau-danau tersebut juga
sangat mempengaruhi ekosistemnya. Kedalaman danau-danau tersebut bervariasi
antara 3 – 14 m. Fluktuasi muka air danau di DAS Kahayan antara musim
kemarau dan musim penghujan bisa mencapai 6 m (Wulandari et al., 2003).
Perairan disebut danau apabila perairan tersebut dalam dengan tepi yang
umumnya curam. Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air
terbatas hanya pada daerah pinggir saja. berdasarkan pada proses terjadinya danau
dikenal dengan danau tekhtonik (terjadi akibat gempa) dan danau vulkanik (akibat
aktivitas gunung berapi). Ekosistem danau dibedakan menjadi benthal yaitu, zona
substrat dasar yang dibagi menjadi zona litoral (masih dapat ditembus oleh cahaya
matahari) dan zona profoundal (tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari).
Zona perairan bebas sampai kewilayah tepi yang merupakan habitat nekton dan
plankton yang disebut zona pelagial. Selanjutrnya dikenal zona pleustal, yaitu
zona pada permukaan perairan yang merupakan habitat bagi kelompok neuston
dan pleuston. Berdasarkan pada daya tembus cahaya matahari kedalam lapisan air,
dapat dibedakan antara zona fotik dibagian atas yang masih ditembus cahaya
matahari dan zona afotik di bagian bawah yang tidak dapat ditembus cahaya
matahari. (Barus, 2004).
2.2. Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di
bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan
sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme
berperan sebagai dekomposer.
4
Dalam limnologi faktor-faktor biotik meliputi :
2.2.1. Plankton
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di
sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut. Organisme ini baik dari
segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu
komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring
makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam
sistem mata rantai makanan dan jaring makanan. Mikroorganisme (plankton) ini
ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti bahwa hewan dan kita sebagai
hewani (zooplankton) dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimulasi
(photosyntesis) seperti halnya tumbuhan. Kelompok ini disebut plankton nabati
(phytoplankton). Plankton juga mempunyai kemampuan berkembang biak dengan
cepat dan dapat dengan mudah dibudidayakan secara massal, sehingga tidak perlu
dikhawatirkan mereka akan punah. (Rizky,2009).
Plankton adalah organisme yang dapat bergerak dengan cilia dan flagella
tetapi tidak mempunyai daya menentang arus , sifat plankton yang khas dapat
melayang karena aktif mengatur berat badannya agar sama dengan medium
hidupnya . Organisme plankton pada umumnya diambil dengan cara pemekatan
air contoh . Pemekatan dimaksudkan agar organisme-organisme plankton yang
tertangkap benar-benar mewakili komunitas plankton di dalam air . Teknik
pemekatan dengan plankton net , pengendapan air contoh dann centrifuge .
Plankton adalah organism akuatik yang hidupnya mengapung dan
pergerakannya tergantung pada arus, yang mana plankton ini terdiri dari jasad
nabati renik (fitoplankton) dan jasad hewani renik (zooplankton) (Odum, 1971).
a.Fitoplankton
Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat
penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan
klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air
yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen), merupakan sumber nutrisi utama
5
bagi kelompok organism air lainnya yang berperan sebagai konsumen, di mulai
dengan zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme air lainnya yang
membentuk rantai makanan. Dalam ekosistem air, hasil dari fotosintesis yang
dilakukan oleh fitoplankton bersama dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai
produktivitas primer. Fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan yang
mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis
(Barus, 2004).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton suatu
perairan lotik adalah kecepatan arus air. Kepadatan fitoplankton tertinggi di
sungai donau (Eropa) pada kecepatan arus yag lenih kecil dari 0,4 m/ datik
(Ertl, 1985).
Kelimpahan dan pengelompokkan fitoplankton merupakan fungsi dari
ketersediaan unsur hara dan proses pengadukan, sebagaimana clipostulatkan
dalam matriks kemungkinan Reynold (Reynolds ‘ possibility matrix) ( Harris,
1986).Berdasarkan matriks tersebut, ternyata Pediasrrum berada pada kolom
ketersediaan nutrien tinggi dan stabilitas kolom air rendah. Sedangkan untuk
jenis-jenis Cyanophyceae ternyata akan sangat melimpah pada kondisi
ketersediaan nutrien tinggi, namun kondisi perairan relatif tenang, seperti yang
dilaporkan oleh di perairan situ-situ wilayah Jabotabek, seperti yang dilaporkan
oleh (Prihantini,dkk 2006).
a. Zooplankton
Zooplankton seperti halnya organisme lain hanya dapat hidup dan
berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai seperti perairan laut,
sungai dan waduk.Zooplankton merupakan plankton berupa hewan, pada mulanya
organisme tersebut diklasifikasikan kedalam kelompok zooplankton tetapi dengan
seiring perkembangan penelitian maka terungkap sifat mikrotrofi maka ada
tingkatan yang mampu memproduksi makanansen diri (fotosintesis). Peranan
zooplankton menempatiposisi penting dalam mantai makanan dan jaring – jaring
kehidupan di perairan (Fachrul, 2007).
Zooplankton mempunyai peranan yang nyata dalam rantai makanan di
lingkungan akuatik.
6
Zooplankton bertindak sebagai tingkat perantara antara produsen primer yaitu
zooplankton tergantung dari habitat yang ada. Perbedaan ini banyak dipengaruhi
oleh factor-faktor lingkungan seperti kekeruhan, arus, sifat fisik dan kimia
perairan. Populasi zooplankton ini akan mengalami fluktuasi konsenttrasi yang
berhubungan dengan waktu, tempat dan kedalaman peraiaran (Arinardi, 1976).
Pengaruh kecepatan arus terhadap zooplankton jauh lebih kuat
dibandingkan pada fitoplankton. Oleh karena itu umumnya zooplankton banyak
ditemukan pada perairan yang mempunyai kecepatan arus yang rendah serta
kekeruha air yang sedikit. Sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber
nutrisinya pada materi organik , baik berupa fitoplankton maupun detritus
(Barus, 2004).
b. Plankton sebagai bioindikator
Kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat di tentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang akan mempengaruhi tingkatan
tropik perairan tersebut. Fluktuasi dari populasi plankton sendiri dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan nutrisi di suatu
perairan.Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam
suatuperairan akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi fitoplankton dan
proses ini akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang dapat menurunkan
kualitas perairan (Barus, 2004).
2.2.2. Benhtos
Benthos adalah organisme terikat atau berada di dasar perairan atau hidup
di dasara sedimen atau batu-batuan. Sebagaian bentos tiak data berpindah tepat,
mereka hidup menempel atau meliang, namun ada pula yang dapat bepindah
tempat dengan sangat lamabat dan terbatas. Kehidupan komunitas bentos di
daerah pantai daerah pasang surut yang selalu berubah-ubah. Keadaan
lingkungan yang seperti ini mengakibatkan organisme yang
membutuhkan adaptasi sifatnya relatif dan cenderung untuk dapat
tumbuhdengan optimum juga bervariasi. (Odum,1971) .
7
Benthos berdasarkan ukurannya dapat dikelompokkan kedalam tiga
ukuran: mikrofauna bentic kurang darai 0,1 mm,meisofauna benthic 0,1-1,0 mm,
sedangkan makrofauna benthic besar dari 1,0mm. Secara ekologis terdapat dua
kelompok organisme bentos yang hidup di dasar perairan, yaitu efipauna dan
infauna. Efipauna merupakan hewan dasar yang hidup pada lapisan atas sediment
dan infauna merupakan hewan dasar yang hidup melayang pada substrat.
Organisme benthos dimanfaatkan sebagai bioindikator adalah pergerakannya
relatif lambat serta habitatnya dipengaruhi oleh zat-zat yang masuk dan
mengendap di dasar perairan. (Odum, 1971).
a. Benthos sebagai bioindikator
Cook menyatakan ada beberapa alasan mengapa kelompok benthos ini
cocok dipergunakan sebagai indikator biologi yaitu :
1) Benthos mempunyai kepekaan yang berbeda-beda terhadap berbagai
bahan pencemar serta memberikan reaksi yang cepat,
2) Benthos tidak mempunyai kemampuan berimigrasi jika kondisi perairan
tidak sesuai lagi,
3) Benthos dapat dengan mudah di tangkap dan dipisahkan.
4) Beberapa alasan dalam pemilihan benthos sebagai indikator kualitas di
suatu ekosistem air , yaitu :
a) Pergerakannya yang sangat terbatas sehingga memudahkan dalam
pengambilan sempel.
b) Ukuran tubuh relatif besar sehingga mudah diidentifikasi .
c) Hidup di dasar perairan serta relatif diam sehingga secara terus
menerus terdedah oleh kondisi air di sekitarnya.
d) Pendedahan yang terus menerus mengakibatkan benthos sangat
terpengaruh oleh berbagai perubahan lingkungan yang mempengaruhi
kondisi air tersebut.
e) Perubahan faktor-faktor lingkungan ini akan mempengaruhi
keanekaragaman komunitas benthos (Barus, 2004).
8
2.2.3. Ikan
Nekton yang merupakan kelompok organisme air yang mampu bergerak
bebas, terutama diwakili oleh berbagai jenis ikan yang hidup pada perairan lotik
dan lentik. Ikan adalah organism air yang bernafas dengan insang dan dapat
bergrak atau berenang menggunakan sirip (fin). Untuk mengatur keseimbangan,
tubuh ikan memiliki alat yang disebut sebagai gurat sisi atau garis lateral (lateral
line). Selain itu memiliki gelembung udara yang berfungsi sewbagai alat
mengapung, melayang atau membenamkan diri pada dasar perairan. Ikan tersebar
diberbagai jenis perairan di seluruh permukaan bumi dari dasar perairan samudra
yang sangat dingin dan gelap dengan tekanan hidrostatis yang sangat tinggi
sampai pada daerah-daerah periran yang memiliki intensitas cahaya matahari yang
tinggi. Ikan mempunyai adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan sehingga
ikan mempuyai penyebaran yang luas. Hal ini terutama didukung oleh
kemampuan mobilitas dari ikan yang tinggi (Barus, 2004).
2.3. Faktor Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor
dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa
seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen
abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup,
komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan
yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri
atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup. Abiotik merupakan lawan kata dari
biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau
benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan,
suhu, kelembaban, angin, serta matahari.Komponen abiotik dapat kita temui
dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga
berfungsi bagi kehidupan manusia.
9
Faktor-faktor Abiotik dalam limnologi meliputi :
2.3.1. Temperatur
Pengukuran suhu perairan pada perairan dangkal dapat dilakukan dengan
menggunakan termometer biasa (batang), karena pada perairan tersebut suhu air di
permukaan hampir sama dengan suhu air di lapisan dasar permukaan. Suhu air
mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu,
semakin kurang oksigen terlarut. Setiap kenaikan suhu 10C, membutuhkan
kenaikan oksigen terlarut 10%.ga (Anonim, 2007).
Pola temperatur ekesistem air di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari,pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya,ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi(penutup oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi (Brehm dan Meijering , 1990).Pada
pengamatan fluktuasi temperatur air tahunan di sungai Belawan terlihat bahwa
sepanjang tahun temperatur air rata-rata relatif konstan (Barus, 2000).
Organisme air mempunyai nilai temperatur lethal, baik yang bersifat
maximum maupun minimum, yaitu temperatur yang menyebabkan ogranisme
tersebut mengalami kematian. Temperatur lethal minimum umumnya terdapat
pada temperatur sekitar titik beku (0oC), bahkan untuk organisme air di perairan
tropis nilai minimum tersebut sangat mungkin terdapat pada kisaran temperatur
yang lebih besar dari 00C, karena organisme di perairan tropis cenderung telah
beradaptasi pada kondisi suhu yang relatif tinggi (Barus, 2004).
Konsumsi oksigen juga akan meningkat bila terjadi kenaikan suhu seperti di
buktikan pada percobaan dengan sejenis ikan sungai. Peningkatan temperatur
sebanyak 50C akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat sebanyak 100%
(Meijering, 1972).
2.3.2. Penetrasi Cahaya
Dengan keping sechi (sechi disk) bentuk bulat dengan diameter 20 cm.
dalam mengetahui kedalaman penetrasi cahaya keping tersebut dimasukkan
kedalam air sampai keping tersebut tidak dapat terlihat lagi dari permukaan dan
dalam pengukuran sebaiknya dilakukan berulang-ulang minimal 3x.
(Yeanny, 2010).
10
2.3.3. pH Air
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan,
didefinisikan sebagai logaritma dari reprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH= log 1/H+ , dimana H+ adalah banyaknya ion
hidrogen dalam mol per liter. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan
sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam
atau basa. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).
Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai
pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah (Baur,
1987, Brehm & Meijering 1990, Brakke et al. 1992). Nilai pH yang ideal bagi
kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi
perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi.
2.3.4. DO
Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan hasil fotosintesis
tubuh-tumbuhan yang ada dalam air. Oksigen dari udara terlarut masuk dalam air
karena adanya difusi langsung, dan agitasi permukaan air oleh aksi angin dan arus
turbulen. Banyaknya oksigen terlarut melalui udara ke air tergantung pada luas
permukaan air, suhu, dan salinitas air. Naik turunnya kadar oksigen terlarut dalam
air itu disebut fluktuasi oksigen (oxygen pulse). Besarnya fluktuasi oksigen dalam
suhu badan air sangat menentukan kehidupan hewan air. Biasanya hewan yang
kurang tahan pada keadaan air yang rendah oksigennya badan air yang fluktuasi
oksigennya besar tidak cocok baginya. Karena itu fluktuasi kadar oksigen terlarut
sangat penting diukur. Dalam pengukuran oksigen terlarut dalam badan air sering
dilakukan dengan metode wrinkle, dan beberapa modifikasinya, dan dengan DO
meter. (Suin, 2002)
11
2.3.5. Intensitas Cahaya
Faktor cahaya matahari yang masuk kedalam air akan mempengaruhi
sifat-sifat optis dari air . Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorpsi dan
sebagian lagi akan dipantulkan keluar dari permukaan air . Dengan bertambahnya
kelapisan air intensitas tersebut mengalami perubahan yang signifikan baik secara
kuantitatif dan kualitatif . Bagi organisma air , intensitas berfungsi sebagai
orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya
(Barus , 2004)
12
BAB IIIBAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 17 November tahun
2011, bertempat di Danau Buatan Citra Wisata Jalan Karya Wisata Kelurahan
Gedung Johor Kecamatan Medan-Johor Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
3.2. Deskripsi Area
Lokasi danau buatan citra wisata terdapat di dekat perumahan citra wisata.
Danau buatan citra wisata merupakan perairan air tawar dimana airnya berasal
dari air hujan dan tidak ada pembuangan limbah ke dalam danau tersebut sehingga
pada danau tersebut tidak ada pencemaran. Dasar atau subsrat dari danau buatan
tersebut adalah lumpur sehingga airnya keruh (tidak jernih).
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah; ember
ukuran 5 liter, tanggok, botol film, objek gelas, buffer gelas, jala, plankton net,
cyber net, pipet tetes, topless untuk sampel, termometer, ph meter, lux meter,
secchi disk, Gps, coolbox, lakban, pisau cutter, spidol, kamera digital, tissu
gulung, plastik bening.
3.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah;
lugol 100 ml dan alkohol 70 %.
3.4. Pengamatan Lapangan
3.4.1. Pengamatan Sampel
A. Plankton
Pengambilan sampel plankton menggunakan alat berupa plankton net
dengan cara mengambil sampel air menggunakan ember 5 liter kemudian disaring
dengan plankton net sebanyak 5 kali. Pengambilan sampel air di gunakan
sebanyak 2 ulangan untuk setiap stasiun.
13
Kemudian air sampel yang telah tersaring di dalam bucket, di tuangkan ke dalam
botol film yang berlabel, dan ditambah bahan pengawet lugol 100 ml agar tidak
terjadi lisis atau pecah pada plaknton, lugol 100 ml ditetesi sebanyak 3-4 tetes
menggunakan pipet tetes.
B. Benthos
Pengambilan sampel bentos menggunakan alat berupa surber net yang
dilakukan dengan cara meletakkan suber net menghadap ke arah datangnya arus
air. Subsrat dasar perairan di depan mulut suber net dikeruk dengan menggunakan
kaki atau tangan maupun dengan menggunakan alat yang lain berupa sekop yang
kecil. Pengambilan sampel bentos dilakukan sebanyak 9 kali ulangan untuk setiap
stasiun. Sampel yang telah didapat kemudian disortir dengan menggunakan
tangan dan dibersihkan dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam botol film
yang berlabel dan diberi alkohol 70% agar tidak berbau.
C. Ikan
Pengambilan sampel ikan menggunakan tanggok/jala. Pengambilan
sampel ikan dilakukan sebanyak 30 kali di setiap stasiun. Sampel ikan yang telah
di dapat di letakkan di topples kaca yang berlabel. Kemudian diawetkan denga
alkohol 70% agar tidak berbau.
3.4.2. Faktor Fisik Perairan
A. Temperatur
Pengukuran air dapat dilakukan dengan menggunakan termometer
dengan cara memasukkan termometer ke dalam air sampel yang dilakukan
disetiap stasiun. Untuk menghindarkan perubahan, maka temperatur harus
langsung dibaca.
B. Penetrasi Cahaya
Pengkuran penetrasi cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan alat
keping Secchi (secchi disk) dengan cara mencelupkan secchi disk ke dalam air
sampai tidak terlihat lagi dari permukaan. Kemudian di ukur panjang dari
permukaan sampai posisi keping tersebut ini dilakukan di setiap stasiun.
14
Dalam melakukan penentuan kedalaman penetrasi, sebaiknya dilakukan
pengukuran yang berulang-ulang minimal sebanyak 3 kali untuk mendapatkan
nilai kedalaman penetrasi yang akurat.
C. pH Air
Pengukuran Ph air menggunakan Ph meter dengan cara memasukkan
Ph meter kedalam air sampel, selanjutnya setelah angka tertera pada display stabil,
langsung dibaca dan angka tersebut menunjukkan Ph air yang diukur. Pengukuran
ph dilakukan disetiap stasiun.
D. DO (Dissolved Oxygen)
Pengukuran DO ( Dissolved Oxygen) dapat dilakukan dengan 2 cara
secara manual dengan menggunakan Metode Winkler atau dengan menggunakan
DO meter. Pengukuran DO dengan menggunakan Metode Winkler dapat
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Diambil sampel air.
2. Selanjutnya sampel air dimasukkan 1 ml MnSO4, 1 ml KOH-KI
kemudian dibolak-balik dan didiamkan sampai air sampel berwarna
endapan putih/coklat.
3. Karena air sampel berwarna endapan putih, dimusukkan 1 ml H2SO4 di
bolak-balik dan didiamkan sampai berwarna coklat.
4. Setelah air sampel berwarna coklat, larutan coklat tersebut diambil
sebanyak 100 ml kemudian dimasukkan di botol Erlenmayer dan
dititrasi dengan Na2S2O3 0,0125 N sampai berwarna kuning pucat.
5. Setelah air sampel berwarna kuning pucat, maka di tambahkan 5 tetes
amilum sampai berwarna biru
6. Setelah air sampel berwarna biru, maka dititrasi dengan Na2S2O3
0,0125 N sampai berwarna bening.
7. Setelah sampel air berwarna bening maka Na2S2O3 yang terpakai
merupakan nilai DO.
Dengan menggunakan DO meter dapat dilakukan dengan memasukkan DO meter
ke dalam sampel air. Selanjutnya nilai konsentrasi oksigen terlarut dapat dibaca
pada display.
15
E. Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya dapat dilakukan dengan menggunakan
alat berupa Lux meter. Lux meter di hadapkan ke sinar matahari samapai keluar
angka display. Ketika angka tidak muncul, maka dinaikan intensitas cahaya
sampai stabil.
3.5 Analisis Data 3.5.1. Kelimpahan/Kepadatan
Kelimpahan/ kepadatan plankton dapat diukur dengan menggunakan
rumus :
K= P xV
0,019 xw
DimanaP = ¿N ,
spesies plankton yangdi dapatjumlahulangan
V= volume bucket 60 ml = 0,06 L
W=Volume air (25 L)
Kelimpahan / kepadatan pada bentos di perairan dapat ditentukan
dengan menghitung jumlah spesies per ulangan yang dikali dengan luas
surber net.
K = jumlah spesies
ulangan x luas surber net
Kelimpahan /kepadatan ikan dapat diukur dengan rumus :
K =jumlah spesies
ulangan x luas jala
3.5.2. Kelimpahan/Kepadatan Relatif
Kelimpahan relatif pada plankton, bentos dan ikan diukur dari
banyaknya hasil Kelimpahan dibagi dengan jumlah ulangan dikali
100% .
KR = ¿
∑ N X 100%
16
Dimana: Ni = jumlah individusuatu jenis
∑ N = total seluruh individu
3.5.3 Frekuensi Kehadiran
Frekuensi kehadiran benthos, plankton dan ikan diukur dari jumlah
spesies per plot dibagi dengan total ulangan dikali 100 %
FK= jumlah plot ditempati suatujenis
jumlah total plot x 100%
Dengan : FK= 0-25% (sangat jarang)
25-50% (jarang)
50-75% (banyak)
>75% (sangat banyak)
17
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Biotik
4.1.1. Plankton
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata di
Johor, kami menemukan banyak plankton yang lebih didominasi oleh fitoplankton
daripada zooplankton. Praktikum ini kami lakukan di dua lokasi yang berbeda
menggunakan alat yang disebut dengan plankton net. Berikut ini adalah nama-
nama spesies dari fitoplankton yang kami temukan :
1. Isthmia sp
2. Oedogonium sp
3. Sirogonium sticticum
4. Spirogyra sp
5. Synedra sp
4.1.2. Benthos
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata di
Johor, kami menemukan banyak benthos yang lebih didominasi oleh filum
mollusca. Praktikum ini kami lakukan di dua lokasi yang berbeda menggunakan
alat yang disebut suber net. Berikut ini adalah nama-nama spesies dari bentos
yang telah kami temukan:
1. Amnicola limosa
2. Bulimus tenlacuta
3. Campeloma subsolidum
4. Goniobasis virginica
5. Littorina littorea
6. Paludestrina minuta
7. Pila scutata
8. Pleurocera acula
9. Pomatiopsis lapidaria
18
4.1.3. Ikan
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata di
Johor, kami mendapatkan beberapa ikan dengan menggunakan alat tangkap yaitu
tanggok dan jala. Berikut ini adalah nama-nama spesies dari ikan yang telah kami
temukan:
1. Chitala notopterus
2. Trichogaster trichopterus
3. Oxyeleotris marmorata
4.2. Parameter Abiotik
4.2.1. pH Air
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata,
dalam pengukuran Ph (Potensial of hydrogen) yang diukur dengan Ph meter,
maka hasil dari Ph meter dengan Ph di stasiun 1 adalah 6,9 dan di stasiun 2 adalah
7,9.
4.2.2. Temperatur
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata,
dalam pengukuran temperatur yang diukur dengan termometer, maka hasil dari
termometer dengan temperatur di stasiun 1 adalah 32 oC dan di stasiun 2 adalah
32oC.
4.2.3 Penetrasi Cahaya
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata,
dalam pengukuran penetrasi cahaya yang diukur dengan menggunakan keping
seci yang dibuat sendiri, maka hasil dari keping seci dengan penetrasi cahaya di
stasiun 1 adalah 30 cm dan di stasiun 2 adalah 13 cm.
4.2.4. Intensitas Cahaya
Dari praktikum yang telah kami lakukan di Danau Buatan Citra Wisata,
dalam pengukuran intensitas cahaya yang diukur dengan menggunakan lux meter,
maka hasil dari lux meter dengan intensitas cahaya di stasiun 1 adalah 23.480.000
lux dan di stasiun 2 adalah 3.068.000 lux.
19
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
keanekaragaman akuatik meliputi plankton, benthos, maupun nekton. Adapun
palankton yang kami dapat dalam praktikum ini adalah Isthmia sp, Oedogonium
sp, Sirogonium sticticum, Spirogyra sp dan Synedra sp. Adapun bentos yang kami
dapat dalam praktikum ini adalah Amnicola limosa, Bulimus tenlacuta,
Campeloma subsolidum, Goniobasis virginica, Littorina littorea, Paludestrina
minuta, Pila scutata, Pleurocera acula, dan Pomatiopsis lapidaria. Adapun ikan
yang kami dapat dalam praktikum ini adalah Chitala notopterus, Trichogaster
trichopterus, dan Oxyeleotris marmorata.
5.2. Saran
Setelah kami melakukan praktikum di danau buatan citra wisata, kami
mengangap bahwa kualitas air yang terdapat di danau buatan ciwi masih sangat
baik, karena keanekaragaman akuatik di perairan tersebut masih sering di jumpai
terutama bentos.Oleh karena itu, maka saran dari kami adalah agar kita semua
dapat melestarikan keanekaragaman akuatik di danau buatan citra wisata dengan
tidak membuang limbah ke perairan tersebut sehingga keanekaragaman di danau
tersebut tetap terjaga dengan baik untuk sekarang dan masa yang akan datang.
20