KESETIMBANGAN FASA
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
Materi :KARBOHIDRATOleh :Kelompok
:6 / Selasa Siang
1. Abdullah Malik Islam Filardli NIM : 21030114120008
2. Ahmad Dzulfikar Fauzi NIM : 21030114120030
3. Inaya Yuliandaru
NIM : 21030114130134
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA IIJURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS
TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA II
Materi :KARBOHIDRATOleh :Kelompok
:6 / Selasa Siang
1. Abdullah Malik Islam Filardli NIM : 21030114120008
2. Ahmad Dzulfikar Fauzi NIM : 21030114120030
3. Inaya Yuliandaru
NIM : 21030114130134
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA IIJURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS
TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2015HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Praktikum:Kesetimbangan Fasa
2. Kelompok
:6 / Selasa Siang3. Anggota
1. Nama Lengkap
: Abdullah Malik Islam Filardli
NIM : 21030114120008
Jurusan : Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro
2. Nama Lengkap
: Ahmad Dzulfikar Fauzi
NIM
: 21030114120030
Jurusan
: Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro3. Nama
Lengkap:Inaya Yuliandaru
NIM:21030114130134
Jurusan:Teknik Kimia
Universitas/Institut/Politeknik:Universitas Diponegoro
Semarang, Mei 2015
Asisten Laboratorium PDTK II
Luthfi Choiruly
NIM 21030112130055PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
oleh karena berkat dan rahmat-Nya praktikan dapat menyelesaikan
Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II. Oleh karena berkat
dan rahmat-Nya pula praktikan dapat menyelesaikan delapan materi
praktikum dengan baik dan lancar tanpa suatu hambatan yang
berarti.
Pada kesempatan ini praktikan ingin mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang membimbing selama Proses Praktikum Dasar Teknik
Kimia II dan kesediaan para dosen untuk memberi pretest materi
sebelum praktikum. Praktikan mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir
Sribudiyati MT selaku penanggung jawab Labolatorium Dasar Teknik
Kimia, Wahyu Arga Utama selaku koordinator assisten,dan Luthfi
Choiruly selaku assisten laporan resmi ini yang dengan tulus dan
setia mendampingi dan membantu praktikan dalam proses Praktikum
Dasar Teknik Kimia II dari awal hingga akhir.
Laporan resmi praktikum dasar teknik kimia II ini berisi materi
Analisa Kesetimbangan Fasa. Laporan ini berisi hasil dari praktikum
yang praktikan lakukan di Praktikum Dasar Teknik Kimia II.
Praktikan berharap semoga laporan ini dapat berkenan di hati
pembaca dan bisa bermanfaat bagi pembaca serta memohon maaf apabila
ada salah kata ataupun hal-hal yang kurang berkenan di hati
pembaca.
Semarang, Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PRAKATA
ivDAFTAR ISI
viDAFTAR TABEL
viDAFTAR GAMBAR
vii
INTISARI
vii
SUMMARY
ixBAB I PENDAHULUAN
1
I.1.Latar Belakang
1
I.2.Tujuan Percobaan
1
I.3.Manfaat Percobaan
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2
II.1.Pengertian
2
II.2.Hukum Raoult
2
II.3.Sifat Fisis Dan Kimia Reagen
4
III.3.1. Sifat Fisis Dan Kimia Reagen Air
4
III.3.2. Sifat Fisis Dan Kimia Reagen Etanol
5
III.3.3. Sifat Fisis Dan Kimia Reagen Metanol
6BAB III METODE PERCOBAAN
8
III.1.Alat dan Bahan
8
III.1.1.Bahan
8
III.1.2.Alat
8
III.2. Gambar Rangkaian Alat
8
III.3. Cara Kerja
9BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
10
IV.1.Hasil Percobaan
10
IV.1.1 Hasil Massa Jenis Dan Titik Didih Aquadest Dan Etanol
10
IV.1.2 Hasil Indeks Bias Etanol Pada %W Tetentu
10
IV.1.3 Hasil Titik Didih,Indeks Bias Residu Dan Destilat
10
IV.2.Pembahasan
11
IV.2.1.Hubungan Antara Komposisi Etanol Dengan Indeks Bias
11
IV.2.2.Hubungan Komposisi Etanol Pada Destilat Dan Residu
Dengan
Titik Didihnya
12
IV.2.3.Hubungan Antara Volume Penambahan Air Terhadap Titik
Didih Praktis Dan Teoritis
13BAB V PENUTUP
14
V.1.Kesimpulan
14
V.2.Saran
14DAFTAR PUSTAKA
15LAMPIRAN
Data Hasil Praktikum
A-1Lembar Perhitungan
B-1
Lembar Perhitungan Grafik
C-1
Lembar Perhitungan Reagen
D-1
Lembar Kuantitas Reagen
E-1 Refferensi
F-1DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Massa Jenis Dan Titik Didih Aquadest Dan Etanol
10
Tabel 4.2. Indeks Bias Etanol Pada %W Tertentu
10
Tabel 4.3. Titik Didih,Indeks Bias Residu Dan Indeks Bias
Destilat
10
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 2.1 Diagram Suhu Komposisi Asam Formiat-Air
3Gambar 2.2. Diagram Suhu Komposisi Ethanol-Air
3Gambar 2.3. Molekul Air
4Gambar 2.4. Molekul Etanol
5Gambar 2.5. Molekul Metanol
6Gambar 3.1. Gambar Rangkaian Alat
8Gambar 4.1. Grafik Komposisi Etanol Vs Indeks Bias
11Gambar 4.2. Grafik %W Vs Titik Didih Pada Destilat Dan
Residu
12Gambar 4.3. Grafik Volume Air Vs Titik Didih
13INTISARI
Larutan adalah fase homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen sementara larutan biner adalah larutan yang terdiri dari
dua zat. Jika larutan diuapkan sebagian, maka mol fraksi dari
masing-masing penyusunnya larutan tidak sama karena volatilitas
masing-masing peyusunnya berbeda. Pada praktikum ini dipelajari
kesetimbangan fasa uap dan fase cair dari suatu larutan. Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mampu memahami
kesetimbangan fasa antara dua fasa dan mampu mampu membuat diagram
komposisi vs suhu.Pada percobaan ini, bahan yang digunakan adalah
etanol dan aquadest. Metode yang digunakan adalah destilasi.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan densitas dari
etanol dan air, membuat larutan etanol air pada berbagai komposisi,
menentukan indeks bias dan membuat kurva hubungan antara komposisi
vs indeks bias. Selanjutnya membuat kurva hubungan suhu dengan
etanol-air dengan cara menghitung titik didih tiap penambahan
volume. Indeks bias residu dan destilat juga ditentukan.Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, terjadi penyimpangan saat
menentukan hubungan antara komposisi etanol dengan indeks biasnya
pada konsentrasi 60%-84% dikarenakan minimnya pencahayaan.
Sementara pada percobaan untuk menentukan hubungan komposisi etanol
pada destilat dan residu dengan titik didihnya juga terjadi
penyimpangan dikarenakan sifat etanol yang volatile. Titik didih
yang didapat juga berbeda dengan titik didih teoritis dikarenakan
perbedaan tekanan atmosfer. Agar hasil yang didapat maksimal,
usahakan saat melakukan proses distilasi dalam ruang tertutup agar
tidak ada zat yang menguap, lakukan pengukuran indeks bias dengan
pencahayaan yang cukup dan simpan etanol ditempat tertutup karena
sifatnya volatile.SUMMARY
The solution is a homogeneous phase which contains more than one
component while the binary solution is a solution consisting of two
substances. If the solution is evaporated in part, the mole
fraction of each constituent solution is not the same due to the
volatility of each components different. At this experiment have
studied equilibrium vapor phase and liquid phase of a solution. The
purpose of this experiment are that students are able to understand
the phase equilibrium between the two phases and able to create a
diagram of temperature vs. composition.
In this experiment, the materials used are ethanol and distilled
water. The method used is distillation. Measures undertaken is
determining the density of ethanol and water, make a solution of
ethanol water in various compositions, determining the refractive
index and make the curve relationship between the composition vs.
refractive index. Next to create curves with ethanol-water
temperature by counting the boiling point of each additional
volume. The refractive index residue and distillate also
determined.
Based on the experiments that have been carried out, there is an
irregularities while determining the relationship between the
composition of the refractive index of ethanol at a concentration
of 60% -84% because of lack of lighting. While the experiment to
determine the relationship of ethanol in distillate composition and
residue with boiling point deviation occurs also due to the
volatile nature of ethanol. Boiling point obtained is also
different from a theoretical boiling point because of difference in
atmospheric pressure. In order to obtain maximum results, try
during the distillation process in an enclosed space so that no
substances that evaporate, perform refractive index measurements
with sufficient illumination and keep it closed because of its
ethanol volatility.BAB I
PENDAHULUANI.1. Latar Belakang
Karbohidrat merupakan senyawa polihidroksil aldehid dan keton,
tersusun atas karbon hidrogen dan oksigen dengan rumus empiris
CH2O. Karbohidrat menurut molekulnya dibagi menjadi 3 yaitu :
monosakarida,disakarida, polisakarida. Sifat karbohidrat sendiri
adalah tbisa dihidrolisis dari dari tingkat lebih tinggi ke yang
lebih rendah, sedangkan gugusnya sendiri tersusun atas gugus
hidroksil, dan gugus hemiasetal.
Salah satu jenis karbohidrat sendiri adalah Pati, pati sendiri
tersusun atas amilosa dan amilopektin. Karbohidrat banyak digunakan
mulai dari manusia, hewan, tumbuhan. Kegunaan karbohidrat sangat
bermacam-macam mulai dari sumber energi, membantu metabolisme
tubuh, hingga mengoptimalkan kerja dari protein.
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang tersusun atas C,H,O
dengan rumus molekul CnH2nOn. karbohidrat terdiri tersusun atas
gugus hidroksil dan gugus aldehid atau keton. Karbohidrat dibagi
menjadi 3 macam yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Karbohidrat mempunyai banyak kegunaan untuk makhluk hidup. Maka
dari itu diperlukan suatu cara untuk mencari kadar karbohidrat.
Percobaan analisa karbohidrat perlu dilakukan sebab karbohidrat
memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Semisal pada percobaan kami, kami menganalisa Super Bubur (makanan
instan), maka kami dapat mengetahui kandungan karbohidrat
didalamnya sehingga kami tahu jumlah konsumsi yang dibutuhkan
perharinya atau bisa dibandingkan dengan bahan makanan lain.
Sehingga analisa karbohidrat penting dilakukan. Dalam bidang
industri analisa karbohidrat juga sangat penting. Misalnya industri
bio-etanol, yang berasal dari hidrolisis pati. Oleh karena itu,
berdasarkan kegunaan dari analisa karbohidrat tersebut, praktikum
ini perlu dilakukan.I.2. Tujuan Praktikum1. Tujuan instruksional
umum
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu menyusun rangkaian
alat dan mengoperasikannya, serta memahami reaksi-reaksi yang
terjadi pada bahan organik serta cara menganalisa secara
kuantitatif.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti praktikum kimia organik dengan pokok bahasan
analisa karbohidrat (pati), mahasiswa akan dapat menyusun rangkaian
alat analisa karbohidrat (pati) dan mengoperasikannya, serta
memahami reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa karbohidrat dan
cara menentukan kadar karbohidrat (pati) pada suatu bahan sesuai
dengan prosedur yang benar.
I.3. Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu merangkai dan mengoprasikan rangkaian alat
uji kadar karbohidrat
2. Mahasiswa mampu memahami reaksi yang terjadi pada
karbohidrat
3. Mahasiswa mampu mencari kadar karbohidrat yang terkandung
dalam super bubur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang banyak dijumpai di
alam yang terdiri dari unsure karbon, hidrogen, dan oksigen. Rumus
empiris dari senyawa karbohidrat adalah CH2O. Senyawa karbohidrat
merupakan polihidroksi aldehid dan keton atau turunannya.
Menurut ukuran molekulnya, karbohidratdibagi menjadi :
1. Monosakarida : merupakan karbohidrat yang paling
sederhana
Contoh : glukosa, galaktosa, fruktosa, ribosa
2. Disakarida : terdiri dari dua satuan monosakarida
Contoh : sukrosa, maltosa, selobiosa, laktosa
3. Polisakarida : terdiri dari banyak satuan (lebih dari delapan
satuan)
contoh : pati, selulosa, pektin, kitin, dll.
Sifat umum karbohidrat :
1. Senyawa karbohidrat dari tingkat yang lebih tinggi dapat
diubah menjadi tingkat yang lebih rendah dengan cara
menghidrolisa.
2. Gugus hemiasetal (keton maupun aldehid) mempunyai sifat
pereduksi.
3. Gugus-gugus hidroksil pada karbohidrat juga bertabiat serupa
dengan yang terdapat pada gugus alkohol lain.
Fungsi karbohidrat untuk tubuh
Pada umunya, kandungan yang ada di dalam karbohidrat yang
didapat melalui proses kimiawi antara CO2 dan HO2 bersifat manis.
Karbohidrat sendiri juga berperan penting dalam menjaga sistem imun
tubuh. Sedangkan untuk fungsi lain dari karbohidrat untuk tubuh
adalah: Mempunyai peran penting untuk proses metabolisme
Karbohidrat dapat mencegah terjadinya ketidaksempurnaan proses
oksidasi lemak
Fungsi karbohidrat yang utama adalah sebagai pemasok energi.
Makanan ber-karbohidrat dan serat tinggi dapat membantu
memperlancar proses pada pencernaan
Karena sifat kandungan yang ada dalam karbohidrat yang manis,
maka fungsi karbohidrat kali ini adalah sebagai pemanis alami
Fungsi karbohidrat juga berperan penting untuk mengoptimalkan kerja
protein. Karbohidrat juga berfungsi sebagai pencegah terbentuknya
proses ketosis.
II.2. Hukum Raoult
Pati terdiri dari 2 macam senyawa, yaitu:
II.2.1 Amilosa ( 20%)
Yang mempunyai sifat larut dalam air panas.
Amilosa merupakan polimer linier dari D glukosa yang dihubungkan
secara 1,4
Tiap molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa.
Hidrolisis parsial menghasilkan maltosa (dan oligomer lain)
sedangkan hidrolisis lengkap hanya menghasilkan D-glukosa.
Molekul amilosa membentuk spiral di sekitar molekul I2 dan
antaraksi keduanya akan menimbulkan warna biru. Hal ini digunakan
sebagai dasar uji Iod pada pati.II.2.2 Amilopektin ( 80%)
Mempunyai sifat tidak larut dalam air.
Struktur bangun dari senyawa amilopektin hampir sama dengan
amilosa, perbedaannya rantai amilopektin mempunyai percabangan.
Rantai utama amilopektin mengandung 1,4D-glukosa, dan
percabangan rantai mengandung 1,6 D-glukosa. Tiap molekul
mengandung 1000 satuan glukosa.
Hidrolisa parsial dari amilopektin dapat menghasilkan
oligosakarida yang disebut dekstrin, yang sering digunakan sebagai
perekat (lem), pasta, dan kanji tekstil.
Hidrolisa lanjut dari dekstrin dapat menghasilkan maltosa dan
isomaltosa.
Hidrolisa lengkap amilopektin hanya menghasilkan D-glukosa.
Amilopektin
dekstrin
Maltosa + isomaltosa
D.glukosaBAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1.Alat dan Bahan yang digunakanIII.1.1 Bahan
1. Super Bubur 100 gram2. Fehling A 80 ml3. HCl 1N 37%, 8,361
ml
4. NaOH 2N, 0,8 gr
5. Fehling B 80 ml6. Glukosa anhidris 250 ml 0,0025N (0,625
gr)7. Metilen blue 3 tetes8. Aquadest secukupnyaIII.1.2 Alat 1.
Timbangan
2. Buret
3. Magnetic stirrer plus heater
4. Waterbath
5. Labu leher tiga
6. Thermometer
7. Pendingin balik
8. Klem
9. Statif
10. Pipet volumIII.2 Gambar AlatIII.2.1 Rangkaian Alat
Hidrolisis
Gambar 3.2.1 Rangkaian Alat HidrolisisIII.2.1 Rangkaian Alat
Titrasi
III.3. Cara KerjaIII.3.1 Persiapan bahan 1. Tumbuk dan haluskan
super bubur 100 gr. 2. Hilangkan kadar airnya menggunakan oven
sampai berat sampel menjadi konstan. 3. Ambil seberat 10 gr.
III.3.2 Standarisasi Larutan Fehling
1. Larutan fehling A sebanyak 5 ml dan larutan fehling B 5 ml
dicampur, lalu ditambah 15 ml larutan glukosa standart dari buret.
2. Campuran dididihkan selama 2 menit.3. Tambahkan 3 tetes
indikator metilen blue. 4. Larutan dititrasi dengan glukosa standar
hingga warna biru hampir hilang.5. Penambahan ini dilakukan dalam
waktu 1 menit. 6. Catat volume glukosa standart yang dibutuhkan
(F).
III.3.3 Penentuan kadar pati
1. 10 gr super bubur dilarutkan dalam 100 ml HCl 1 N pada labu
takar.2. Campuran dimasukkan ke dalam labu leher tiga. 3. Larutan
dipanaskan pada suhu 100 0C selama 2 jam dengan skala pengadukan
6.4. Setelah itu didinginkan, diencerkan dengan aquades sampai 500
ml, dan netralkan 50 ml dari sampel tadi dengan NaOH. 5. Ambil 5ml,
diencerkan sampai 100 ml.
6. Kemudian diambil 5 ml sampel super bubur + 5 ml fehling A + 5
ml fehling B + 15 ml glukosa standar. 7. Panaskan selama 2 menit
sampai mendidih ditambahkan 3 tetes indikator MB. 8. Larutan
dititrasi dengan glukosa standar hingga warna berubah menjadi biru
hampir hilang. 9. Catat kebutuhan titran (M ml). 10. Hitung kadar
pati. Dengan rumus :
Dengan B = 500 ml, jika ingin diperoleh kadar pati dikalikan
dengan 0,9.Keterangan :
X= hasil glukosa, dalam bagian berat pati.
F= larutan glukosa standart yang diperlukan.
M= larutan glukose standart yang digunakan untuk menitrasi
sampel.
N= gr glukose / ml larutan standart = 0,0025 gr/ml. W= berat
pati yang dihidrolisis, gram
B= volume larutan suspensi pati dalam reaktor yang
dihidrolisaBAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASANIV.1.Hasil Percobaan
IV.1.1. Hasil massa Jenis dan Titik Didih Aquadest dan
Etanol
Tabel 4.1. Massa jenis dan titik didih aquadest dan
etanolJenisMassa JenisTitik Didih
AquadestEtanol0,9956479 g/ml0,8039 g/ml100 C78,5 C
V.1.2. Hasil indeks bias etanol pada %W tetentu
Tabel 4.2. Indeks bias etanol pada %W tertentu% WVol airVol
EtanolIndeks Bias
0
10
20
30
40
50
60
70
80
8410
8,6
7,2
5,9
4,7
3,5
2,4
1,3
0,3
00
1,4
2,8
4,1
5,3
6,5
7,6
8,7
9,7
101,33
1,336
1,337
1,3385
1,34
1,345
1,3392
1,3375
1,337
1,332
IV.1.3. Hasil titik didih indeks bias residu dan indeks bias
destilat
Tabel 4.3. Titik didih indeks bias residu dan indeks bias
destilat
Vol etanolVol airTitik didihnResidunDestilat
75
75
75
75
75
750
25
50
75
100
12568
73
79
81
83
851,334
1,34
1,337
1,3368
1,3367
1,3361,3351,339
1,3395
1,34
1,34
1,342
IV.2. PembahasanIV.2.1 Hubungan antara komposisi etanol dengan
indeks biasnya
Gambar 4.1. Grafik komposisi etanol vs Indeks biasPada gambar
terlihat bahwa terjadi peningkatan indeks bias dari komposisi 0%
etanol ke 50 % etanol, hal ini sesuai dengan teori dimana semakin
kental zat cair karenaa kerapatanya yang besar sehingga indeks bias
semakin besar (Ayu,2013). Namun terjadi penyimpangan pada
konsentrasi 60% sampai 84% etanol, indeks bias mengalami penurunan
karena cahayayang terhalang oleh awan mendung. Hal ini menyebabkan
cepat rambat cahaya yang melewati etanol semakin besar sehingga
indeks biasnya menurun. Berdasarkan rumus mencari besarnya indeks
bias, bila cepat lambat cahaayaa yang melewati sebuah medium
semakin besar maka indeks biasnya semakin kecil.
IV.2.2. Hubungan komposisi etanol pada destilat dan residu
dengan titik didihnya
Gambar 4.2. Grafik %W vs titik didih pada destilat dan
residu
Pada gambar dapat dilihat hubungan komposisi etanol pada residu
dengan titik dididhnya yaitu semakin sedikit konsentrasi etanolnya
maka akan semakintinggi titik didihnya. Hal ini sudah seuai denga
teori dimana titik didihnya akan semakin tinggi bila komposisi
etanolnya semakin sedikit. Semakin sedikit etanol dalam air maka
titik didihnya semakin tinggi. Td larutan = Td air. Xair +
Tdetanol.Xetanol. Etanol memiliki sifat mudah menguap dan volatile,
hal ini menyebabkan hasil destilat yang didapat lebih banya dan
besar ketika pemanasan. Sehingga suhu titik didih pada destilat
lebih tinggi dari titik residu. Namun dalam praktikum ini terjadi
penyimpangan dimana %W etanol pada destilat lebih sedikit dari pada
titik didih residu. Hal ini dikarenakan tekanan rendah pada
pemanasan (Wuevo,2012).IV.2.3. Hubungan antara volume penambahan
air terhadap titik didih praktis dan teoritis
Gambar 4.3. Grafik volume air vs titik didih
Pada gambar dapat disimpulkan bahwa titik praktis lebih kecil
dibandingkan titik didih larutan teoritis. Penentuan titik didih
dengan metode perhitungan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan,
tekanan larutan, tekanan atmosfer, kemurnian zat larut dan gaya
tarik menarik antar molekul larutan(lahaan, 2014), sehingga pada
praktikum ini akibat perbedaan tekanan menyebabkan titik didih
praktis lebih kecil daripada titik didih teoritis, perbedaan
tekanan itu dipengaruhi oleh adanya ketinggian tanah di Tembalang,
Universitas Diponegoro yang ketinggiannya adalah 260 diatas
permukaan laut (Hakim,2013). Titik didih teoritis didapat pada saat
tekanan udara 1 atm sedangkan pada praktikum tekanan udaranya
adalahP =P = 73,4 mmHg = 0,986 atm
Perbedaan tersebut menyebabkan titik didih praktis lebih kecil
darpada titik didih teoritisnya.
BAB V
PENUTUPV.1. Kesimpulan1. Semakin kental zat karena kerapatanya
besar indeks biasnya akan semakin besar sehingga pada percobaan
untuk menentukan hubungan antara komposisi etanol dengan indeks
bias pada konsentrasi 60% sampai dengan 84% disebabkan minimnya
pencahayaan2. Pada percobaan untuk menentukan hubungan komposisi
etanol pada destilat dan residu titik didihnya terjadi penyimpangan
pada destilat dimana seharusnya titk didih menurun seiring dengan
bertambahnya konsentrasi etanol, hal ini disebabkan oleh sifat
etanol yang mudah menguap3. Percobaan titik didih praktis dan titik
didih teoritis disebabkan oleh perbedaan tekanan
atmosferV.2.Saran
1. Proses distilasi dilakukan dalam tempat tertutup agar tidak
ada zat yang hilang karena penguapan2. Dalam melihat indeks bias
usahakan mendapat cahaya yang cukup3. Alkahol tidak boleh dibiarkan
terlalu lama diruang terbuka karena bersifat volatile4. Cermat
dalam menentukan titik didih5. Teliti dalam membuat kurvaDAFTAR
PUSTAKA
Albert, R.A and Daniels F. 1983. Kimia Fisika, Edisi lima,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
An La. 2007. Peta Jenis Tanah Bali. FOKUSHIMITI Ilmu Tanah,
Sistem Informasi geografi Universitas Udayana: Bali.
Ayu, Rezk Andira. 2013. Percobaan Indeks Bias. Laboratorium
Kimia Analisa Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Negeri Islam Alauddin: Samata-Gowa.
Castela, G.W., 1981 Phsical Chemistr 2nd edition Toko.
Hakim, Abdul. 2013.Tembalang, Undip/Fakultas Hukum, Universitas
Diponegoro: Semarang.
Intan Parapak. 2014. Titik Leleh dan Titik didih, Jurusan Kimia,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Udayana: Bali.
Nuevo, Brillo. 2012. Steaming Leaves and Heated Emotions.
Campbell Amazon Journal
MATERI : KESETIMBANGAN FASA
I.ALAT DAN BAHAN
1.1 Bahan : 1. Etanol120 ml
2. Air/Aquadest/Air demin 270 ml
1.2 Alat :
II. CARA KERJA
1. Membuat kurva standart hubungan komposisi etanol (larutan
etanol-air) versus indeks bias
a. Menentukan densitas etanol dan air dengan menggunakan
piknometer.
b. Menentukan kadar etanol menggunakan tabel hubungan densitas
dengan kadar etanol.
c. Membuat larutan etanol-air pada berbagai komposisi.
d. Masing- masing larutan pada langkah d dilihat indeks biasnya
dengan refraktometer.
e. Dibuat kurva hubungan antara komposisi versus indeks bias
2. 100 ml air dimasukkan ke dalam beaker glass pirex 250 ml ,
dipanaskan sampai mendidih dan dicatat titik didihnya.
3. Etanol dengan volume 75 ml dimasukkan ke dalam labu destilasi
kosong, dipanaskan menggunakan minyak yang dilengkapi dengan
thermostat sampai mendidih, kemudian dicatat suhu didihnya.
4. Labu destilasi tersebut didinginkan , lalu ditambahkan air
dengan volume 25 ml ke dalam labu destilasi, selanjutnya dipanaskan
sampai mencapai suhu konstan dan catat titik didihnya , ambil
cuplikan residu dan destilat untuk diperiksa indeks biasnya
masing-masing. Destilat yang telah diambil sedikit untuk sampel
dikembalikan lagi kedalam labu destilasi.5. Prosedur 4 dilakukan
berulang-ulang sampai kadar etanol teknis terpenuhi.
6. Dibuat kurva hubungan suhu dengan komposisi
etanol-aquadest/air demin/air.
Catatan : Komposisi etanol-air dapat dinyatakan dalam fraksi
berat atau fraksi mol.
III. HASIL PRAKTIKUM
3.1 Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hubungan antara Komposisi Etanol (Larutan Etanol-Air)
dengan Indeks Bias
Komposisi Etanol (% berat)Volume Air (ml)Volume Etanol
(ml)Indeks Bias
0
10
20
30
40
50
60
70
80
8410
8,6
7,2
5,9
4,7
3,5
2,4
1,3
0,3
00
1,4
2,8
4,1
5,3
6,5
7,6
8,7
9,7
101,33
1,336
1,337
1,3385
1,34
1,345
1,3392
1,3375
1,337
1,332
Tabel 2. Pengaruh Komposisi Umpan Destilasi
Volume Etanol (ml)Volume Air (ml)Suhu Didih (oC)Indeks Bias
ResiduIndeks Bias Destilat
75
75
75
75
75
750
25
50
75
100
12568
73
79
81
83
851,334
1,34
1,337
1,3368
1,3367
1,3361,335
1,339
1,3395
1,34
1,34
1,341
PRAKTIKAN MENGETAHUI
ASISTEN
Abdullah Malik Islam Filardli
Ahmad Dzulfikar Fauzi
Luthfi Choiruly
Inaya Yuliandaru
NIM. 21030112130055
LEMBAR PERHITUNGAN Titik didih air standart (Td A) = 100 C
Titik didih etanol standar (Td B) = 78,5C
Mol etanol
ne = .v
massa etanol = .v
= 0,803 g/ml x 75 ml
= 60,225 gram
Mol etanol= = = 1,3 mol
Volume penambahan 0 ml
nA = = = 0
nB = = = 1,3 mol
XA = = 0
XB = = 1
Td = TdA . XA + TdB . XB
Td = 100 . 0 + 78.5 . 1
= 78.5 C
Volume penambahan 25 ml
nA = = = 1,38
nB = = = 1,3
XA = = = 0,51
XB = 1- XA = 1 0,51 = 0.49
Td = TdA . XA + TdB . XB
Td = 100 . 0,51 + 78.5 . 0.49
= 89,5 C
Volume penambahan 50 ml
nA = = = 2,77
nB = = = 1,3
XA = = = 0,68
XB = 1- XA = 1 0,68= 0,32
Td = TdA . XA + TdB . XB
Td = 100 . 0,68+ 78.5 . 0,32
= 93,12 C
Volume penambahan 75 ml
nA = = = 4,15
nB = = = 1,3
XA = = = 0,76
XB = 1- XA = 1 0,76= 0,24
Td = TdA . XA + TdB . XB
Td = 100 . 0,76+ 78.5 . 0,24
= 94,84 C
Volume penambahan 100 ml
nA = = = 5,53
nB = = = 1,3
XA = = = 0,8
XB = 1- XA = 1 0,8 = 0,2
Td = TdA . XA + TdB . XB
Td = 100 . 0,8+ 78.5 . 0,2
= 95,7 C
Volume penambahan 125 ml
nA = = = 6,9
nB = = = 1,3
XA = = = 0,84
XB = 1- XA = 1 0,84 = 0,16
Td = TdA . XA + TdB . XB
Td = 100 . 0,84 + 78.5 . 0,16
= 96,56 C
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK
1. Hubungan % W etanol pada destilat dengan titik didihnya
% W etanol (x)Titik didih (y)x2xy
8
40
36,5
40
40
4268
73
79
81
83
8564
1600
1332,25
1600
1600
1764544
2920
2883,5
3240
3320
3570
206,5 469 7960,25 16477,5
(x)2 = 42642,5
m =
= = 0,3939
C = =
= 64,61
y = mx + C
y = 0,3939x + 64,61
2. Hubungan % W etanol pada residu dengan titik didihnya
% W etanol (x)Titik didih (y)x2xy
6,5
32
20
17
16,5
1068
73
79
81
83
8542,25
1024
400
289
272,25
100442
2336
1580
1377
1369,5
850
102 469 2127,5 7954,5
(x)2 = 10404
m =
= = - 0,047
C = =
= 78,966
y = mx + C
y = -0,047x + 78,966
LEMBAR PERHITUNGAN REAGENBerat picnometer = 16,335 gram
Berat picnometer + air = 41,852 gramMassa air = 41,852 gr 16,335
gr
= 25,517 gram
T = 30 C = 995,647 kg/m3
= 0,995647 g/cm3
v = 25,63 ml
Massa etanol = 20,557 gram
etanol = = = 0,803 g/cm3
= 803 kg/m3
Kadar etanol (x)
= 795,40 x = 0,9075
= 807,52x = 0,7959
x = 0,84 x 100 %
x = 84 %
% W etanol
% W = 10 % etanol
10 % = 0,1 = v et = 1,4 ml
v air = 8,6 ml
20 % etanol
20% = 0,67 v et = (0,2)(9,96-0,193 v et)
0,67 v et = 1,992 0,0386 v et
0,7086 v et = 1,992
v et = 2,8 ml
v air = 7,2 ml
30 % etanol
30% = 0,67 v et = (0,3)(9,96-0,193 v et)
0,7279 v et = 2,988
v et = 4,1 ml
v air = 5,9 ml
40 % etanol
40% = 0,67 v et = (0,4)(9,96-0,193 v et)
0,7472 v et = 3,984
v et = 5,3 ml
v air = 4,7 ml
50 % etanol
50% = 0,67 v et = (0,5)(9,96-0,193 v et)
0,7665 v et = 4,98
v et = 6,5 ml
v air = 3,5 ml 60 % etanol
60% = 0,67 v et = (0,6)(9,96-0,193 v et) 0,7858 v et = 5,976
v et = 7,6 ml
v air = 2,4 ml
70 % etanol 70% = 0,67 v et = (0,7)(9,96-0,193 v et)
0,8051 v et = 6,972
v et = 8,7 ml
v air = 1,3 ml
80 % etanol
80% = 0,67 v et = (0,8)(9,96-0,193 v et)
0,8244 v et = 7,968
v et = 9,7 ml
v air = 0,3 ml
84 % etanol
84% = 0,67 v et = (0,84)(9,96-0,193 v et) 0,83212 v et =
3,984
v et = 10 ml
v air = 0 ml
PRAKTIKUM KE: VI
MATERI
: Kesetimbangan Fasa
HARI/TANGGAL: Kamis, 8 april 2015
KELOMPOK
: 6/Selasa Siang
NAMA
: 1. Abdullah Malik Islam Filardli
2. DzulfikarFauzi
3. Inaya Yuliandaru
ASISTEN
: KUANTITAS REAGEN
NOJENIS REAGENKUANTITAS
1
2
Kurva Standar%W Etanol
Distilasi
EtanolAquadestBasis 10 ml(0,10,20,30,. Kadar etanol)
75 ml
(5 x 25 ml) = 125 ml
TUGAS TAMBAHAN:
Cari sifat fisis dan kimia etanol, metanol dan air
CATATAN: Bawa milimeter block dan kapas % W terakhir pada kurva
standar sesuai dengan kadar teknis yang ditemukan
SEMARANG, 9 APRIL 2015
ASISTEN
Lutfi Choiruly
NIM.
REFERENSI KESETIMBANGAN FASAFaktor-faktor yang mempengaruhi
indeks bias, yaitu: kekentalan zat cair, dimana semakin kental zat
cair, indeks biasnya semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin
encer zat cair maka indeks biasnya semakin kecil; kecepatan rambat
cahaya, dimana semakin besar cepat rambat cahaya dalam medium, maka
indeks biasnya semakin besar; suhu, dimana semakin besar suhu maka
indeks biasnya semakin kecil; panjang gelombang, dimana semakin
besar panjang gelombang maka indeks biasnya semakin kecil; tekanan
udara permukaan, dimana semakin besar tekanan udara permukaan maka
indeks biasnya semakin besar; dan konsentrasi larutan, dimana
semakin besar konsentrasi larutan maka indeks bias semakin besar ,
sebaliknya jika semakin kecil konsentrasi larutan maka indeks
biasnya juga semakin kecil. Ayu, Rezky Andira. 2013. Percobaan
Indeks Bias. Laboratorium Kimia Analisa Jurusan Farmasi, Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin: Samata-Gowa.
Titik didih suatu cairan adalah temperatur pada tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama
dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk
gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam
gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat
mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas
cairan, sehingga cairan itu mendidih. Titik didih air (dalam cairan
lain) beraneka ragam menrut tekanan udara. Dipergunakan titik didih
air kurang dari 100C, karena tekanan udara kurang dari 1 atm. Saat
air berada dalam keadaan mendidih, gelembung-gelembung besar mulai
terbentuk dalam cairan akan naik ke permukaan. Bila gelembung itu
telah terbentuk, cairan yang tadinya menempati ruang ini didorong
dan permukaan cairan pada wadah dipaksa naik untuk melawan tekanan
ke bawah yang ditimbulkan oleh atmosfer. Suhu pada saat cairan
mendidih disebut titik didih. Jadi titik didih adalah temperatur
dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.Penambahan
kecepatan panas pada cairan yang mendidih akan mempercepat
terbentuknya gelembung uap air. Cairan pun akan lebih cepat
mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Titik didih cairan tergantung
pada besarnya tekanan atmosfer. Titik didih pada tekanan 1 atm (760
torr) dinamakan sebagai titik didih normal. Pada tekanan yang lebih
besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga
sebaliknya. Suhu yang tetap konstan dari cairan yang mendidih dapat
dibuktikan bila kita merebus makanan. Waktu air mendidih, suhu akan
tetap selama ada air disekeliling makanan tersebut berarti selama
airnya belum habis makanan tak ada yang hangus. Itu membuktikan
bahwa titik didih berubah dengan berubahnya tekanan. Titik didih
dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa
kuatnya
Gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar
molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya
tariknya lemah maka titik didihnya rendah. Adanya ikatan hidrogen
antarmolekul menyebabkan titik senyawa relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan senyawa lain yang memilki berat molekul
sebanding.
Intan, Parapak. 2014. Titik Leleh dan Titik Didih. Jurusan
Kimia, Fakultaas Sains dan Matematika, Universitas Udayana :
Bali.
Jenis tanah yang dominan adalah Regosol seluas 224.869 ha,
tersebar di bagian timur Pulau Bali mulai dari Kabupaten Badung,
Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem. Sebarannya mulai dari
daerah pantai sampai ketinggian 600 m dan ketinggian 600 1000 m di
atas permukaan laut. Jenis tanah lain yang mendominasi wilayah
Provinsi Bali adalah Latosol, yang terdapat di Kabupaten Badung,
Tabanan dan Jembrana seluas 251.185 ha. Sebarannya dari pantai
sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Di samping itu
terdapat tanah Aluvial seluas 27.458 ha, tanah Mediteran seluas
36.000 ha di daerah Bukit Jimbaran dan Nusa Penida serta tanah
Andosol seluas 27,976 ha di dataran tinggi Bedugul dan
Pancasari.
An La. 2007. Peta Jenis Tanah Bali. FOKUSHIMITI, Ilmu Tanah,
Sistem Informasi Geografi, Universitas Udayana : Bali.
Tempat yang termasuk dataran rendah dengan ketinggian 260 meter
dari permukaan laut ini memang tempat yang cocok untuk wilayah
perkuliahan, selain mempunyai tanah yang luas, tembalang juga
memiliki suhu udara yang bisa dibilang tidak panas. Namun, sangat
disayangkan, pernyataan seperti itu hanya pantas diucapkan beberapa
tahun yang lalu, tepatnya sebelum tahun 2009. Sekarang, bayangkan
saja di daerah yang termasuk jauh dari daerah pantai ini memiliki
suhu mencapai 23oc hingga 32oc. Sungguh angka yang tidak berbeda
jauh dari wilayah pantai. Fenomena yang telah disebutkan diatas
tidak mungkin terjadi tanpa penyebab, pasti ada hal-hal yang
mendukung berkembangnya fenomena itu.
Hakim, Abdul. 20013. Tembalang UNDIP. Fakultas Hukum,
Universitas Diponegor: Semarang.
Dengan cara distilasi, komponen zat penyusun campuran yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap
ini, kemudian dilewatkan melalui suatu pendingin dan selanjutnya
keluar dari pendingin dalam bentuk cairan yang disebut destilat.
Komponen yang akan keluar sebagai destilat adalah air murni,
sedangkan garam dapur sebagai residunya. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa distilasi merupakan cara pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen zat
penyusunnya. Proses distilasi digunakan juga untuk memisahkan
minyak bumi menjadi sejumlah fraksi minyak bumi, seperti bensin,
minyak tanah, solar, aspal, dan lain sebagainya.
Nuevo, Brillo. 2012. Steaming Leaves and Heated Emotions.
Campbell Amazon JournalLEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSAKETERANGANTANDA TANGAN
NOTANGGAL
Keterangan :
Magnetic stirrer plus heater
Waterbath
Labu leher tiga
Thermometer
Pendingin balik
Klem
Statif
EMBED Visio.Drawing.11
Labu destilasi
Thermometer
Pendingin Leibig
Thermostat
Erlenmeyer
Pipet
Refraktometer
8. Statif-klem
9. Waterbath
10 Kaki tiga
11. Heater
12 . Thermocouple
13. Adaptor
O
OH
~
CH2OH
OH
O
OH
CH2OH
OH
O
OH
CH2OH
OH
~
O
O
O
OH
CH2OH
OH
O
O
OH
~
CH2OH
OH
O
OH
CH2OH
OH
O
OH
CH2
OH
~
O
O
~
H2O , H+
H2O , H+
H2O , H+
Keterangan :
Erlenmeyer
Stirrer
Buret
Klem
Statif
ii
_1494097695.vsd1