Top Banner
0 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201) Disusun oleh : 1. Ady Bayu Prakoso (13286) 2. Annisa Mega Rachmadina (13098) 3. Chailendriani Pradaneira A. (13390) 4. Felisitas Syntia Herliandy (13224) 5. Rifqi Sulthan (13391) 6. Riya Fatma Sari (13284) Golongan/Kelompok : A1/2 Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro LABORATORIUM TANAH UMUM JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
119

Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

Mar 08, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

0

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

(PNT 1201)

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

1

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201A1)

ACARA I

KADAR LENGAS TANAH

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 3 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 3: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

2

ACARA I

KADAR LENGAS TANAH

ABSTRAK

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dengan judul “Kadar Lengas Tanah” dilakukan

pada hari Senin, 3 Maret 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah Umum, Jurusan Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini

adalah untuk mengetahui kadar lengas kering angin (udara) pada beberapa jenis tanah,

serta faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kadar lengas

suatu tanah dilakukan melalui perhitungan Kadar Lengas (KL). Kadar lengas (KL)

sering disebutkan sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam tanah. Alat dan

bahan yang digunakan selama percobaan berlangsung yaitu 6 buah botol timbang, contoh

tanah Ø 2,0 mm; Ø 0,5 mm; tanah bongkah (agregat utuh), timbangan dan oven. Metode

yang digunakan adalah metode gravimetri yaitu metode dengan menghitung selisih berat

lengas tanah antara sebelum dan sesudah dikeringkan. Hasil yang diperoleh dari

percobaan kadar lengas yaitu pada tanah Entisol dengan diameter 2 mm memiliki kadar

lengas 5,61%, Ø 0,5 mm memiliki kadar lengas 5,15% dan bongkah 1,93%. Tanah Alfisol

Ø 2mm kadar lengasnya 14,708%, pada diameter 0,5 mm kadar lengas yang dihasilkan

sebesar 11,449% dan tanah bongkah 7,566%. Untuk tanah Vertisol, Ø 2 mm memiliki

kadar lengas 13,741%, Ø 0,5 mm kadar lengasnya 13,332% dan bongkah kadar

lengasnya 12,858%. Pada tanah Ultisol Ø 2 mm kadar lengas yang dihasilkan adalah

13,547%, diameter 0,5 mm memiliki kadar lengas 8,544% dan tanah bongkah kadar

lengasnya sebesar 8,77%. Sedangkan tanah yang terakhir yaitu tanah Molisol, kadar

lengas 17,69% dimiliki oleh tanah dengan Ø 2mm, kadar lengas Ø 0,5 mm sebesar

16,005% serta pada tanah bongkah kadar lengasnya 15,48%.

Kata Kunci : Kadar lengas, contoh tanah, metode gravimetri.

I. PENGANTAR

Tanah merupakan lapisan

permukaan bumi yang sangat penting

keberadaannya. Selain sebagai tempat

berpijaknya manusia dan hewan, tanah juga

menjadi tempat tumbuhnya akar-akar

tanaman serta berbagai organisme yang

hidup di dalam tanah. Tanah mengandung

berbagai macam komponen penyusun tanah

yang berpengaruh terhadap pembentukan

tanah dan menjadi satu kesatuan yang utuh

yang akan membentuk bagian baru. Bahan

mineral, bahan organik, air serta udara

merupakan bahan utama penyusun tanah.

Adapun hal-hal yang mempengaruhi proses

pembentukan tanah yaitu bahan induk,

topografi, iklim dan organisme yang

bekerja pada waktu tertentu. Pengaruh

tersebut mengakibatkan kenampakan dan

sifat-sifat tanah di daerah yang satu dengan

daerah yang lain berbeda. Dengan kata lain,

karena intensitas tanah tiap daerah berbeda,

maka tanah yang terbentuk pun juga akan

berbeda.

Keberadaan kadar lengas sangat

penting di dalam bidang pertanian, karena

melalui proses pengaturan lengas akan

dikontrol, begitu pula dengan serapan hara

Page 4: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

3

dan pernapasan akar-akar tanaman yang

dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan

produksi tanah. Kandungan lengas dalam

tanah juga berbeda-beda, baik itu pada

setiap lapisan maupun pada tiap jenis tanah.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu

dilakukan percobaan untuk mengetahui

kadar lengas suatu tanah yang tersedia di

laboratorium (entisol, alfisol, ultisol,

vertisol dan molisol).

Tanah memiliki kualitas yang

berbeda di setiap wilayah. Pada tahun 1994,

Soil Science Society of America (SSSA)

telah mendefinisikan kualitas tanah sebagai

kemampuan tanah untuk menampilkan

fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan

atau ekosistem untuk menopang

produktivitas biologis, mempertahankan

kualitas lingkungan dan meningkatkan

kesehatan manusia, hewan, serta tumbuhan

(Agehara and Warncke, 2005).

Keberadaan air dalam tanah

mempunyai tingkat tegangan yang berbeda-

beda (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Kemampuan tanah menahan air antara lain

dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah

yang bertekstur kasar mempunyai daya

menahan air lebih kecil dibandingkan tanah

bertekstur halus.

Lengas tanah merupakan air yang

terdapat dalam tanah yang terikat oleh

berbagai kakas (matrik, osmosis dan

kapiler). Kakas ini meningkat sejalan

dengan peningkatan permukaan jenis zarah

dan kerapatan muatan elektrostatik zarah

tanah. Tegangan lengas tanah juga

menentukan berapa banyak air yang dapat

diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah

yang mampu diserap oleh tumbuhan

dinamakan air ketersediaan

(Notohadiprabowo, 2006).

Kandungan air tanah memiliki peran

penting terhadap lingkungan dan iklim.

Kandungan air tanah mempengaruhi

hidrologi dan proses pertanian dan berbagai

proses lainnya. Demikian juga berdampak

pada sistem iklim melalui umpan balik

atmosfer (Anonim, 2010). Dalam kaitannya

dengan daya penyimpanan air, tanah

pasiran mempunyai daya pengikat terhadap

lengas tanah pasiran yang didominasi oleh

pori-pori mikro satu. Oleh karena itu, air

yang jatuh ke tanah pasiran akan segera

mengalami perkolasi dan air kapiler akan

mudah lepas karena adanya proses

evaporasi (Mukhid, 2010).

II. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah

dengan judul “Kadar Lengas” ini

dilaksanakan pada hari Senin, 3 Maret 2014

di Laboratorium Ilmu Tanah Umum,

Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bahan-bahan yang digunakan selama

percobaan dilakukan yaitu contoh tanah

Entisol, Alfisol, Vertisol, Ultisol dan

Page 5: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

4

Molisol yang masing-masing berdiameter 2

mm dan diameter 0,5 mm. Selain itu,

digunakan juga contoh tanah bongkah

(agregat utuh). Adapun alat yang digunakan

yaitu 6 buah botol timbang, timbangan serta

oven.

Cara kerja pada praktikum “Kadar

Lengas” ini adalah mula-mula enam buah

botol timbang kosong diberi label, lalu

masing-masing botol dengan tutupnya

ditimbang dan dimisalkan sebagai a gram.

Kemudian, diisi dua per tiga volume botol

dengan contoh tanah Ø 2 mm, Ø 0,5 mm

dan tanah bongkah yang masing-masing

dibuat dua kali ulangan (duplo). Setelah

diisi dengan tanah, botol ditimbang kembali

dengan tutupnya dan dimisalkan b gram,

lalu ditulis pada label yang telah ditempel

pada masing-masing botol. Ke-enam botol

timbangtersebut dimasukkan ke dalam oven

dengan tutup sedikit terbuka pada suhu

105°-110° C selama satu malam. Setelah

dioven, botol dikeluarkan dari oven lalu

ditutup rapat dan dibiarkan dingin di dalam

desikator kira-kira selama 15-30 menit.

Langkah akhir yaitu botol ditimbang dalam

keadaan ditutup rapat dan hasil timbangan

dimisalkan sebagai c gram, kemudian

dihitung kadar lengasnya dengan rumus:

Kadar Lengas (KL) = ( 𝑏−𝑐 )

( 𝑐−𝑎 )x 100%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Kadar Lengas Tanah

KELOMPOK CONTOH TANAH KL (%)

1. Alfisol

Ø 2 mm (1)

14,708 Ø 2mm (2)

Ø 0,5 mm (1)

11,4495 Ø 0,5 mm (2)

Bongkah (1)

7,566 Bongkah (2)

2. Entisol

Ø 2 mm (1)

5,61 Ø 2mm (2)

Ø 0,5 mm (1)

5,15 Ø 0,5 mm (2)

Page 6: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

5

Bongkah (1)

1,93 Bongkah (2)

3. Vertisol

Ø 2 mm (1)

13,7415 Ø 2mm (2)

Ø 0,5 mm (1)

13,3325 Ø 0,5 mm (2)

Bongkah (1)

12,8586 Bongkah (2)

4. Ultisol

Ø 2 mm (1)

13,547 Ø 2mm (2)

Ø 0,5 mm (1)

8,544 Ø 0,5 mm (2)

Bongkah (1)

8,779 Bongkah (2)

5. Mollisol

Ø 2 mm (1)

17,65 Ø 2mm (2)

Ø 0,5 mm (1)

16,005 Ø 0,5 mm (2)

Bongkah (1)

15,48 Bongkah (2)

Pada praktikum kali ini, dilakukan

percobaan kadar lengas suatu tanah dari

contoh tanah yang tersedia seperti pada

tabel di atas. Dari data hasil percobaan di

atas, dapat diketahui bahwa kadar lengas

pada tanah alfisol Ø 2 mm sebesar 14,708

%, Ø 0,5 mm sebesar 11,4495 % dan kadar

lengas pada tanah bongkah yaitu 7,566 %.

Pada tanah entisol Ø 2 mm kadar lengasnya

adalah 5,61 %, Ø 0,5 mm kadar lengasnya

5,15 % dan pada tanah bongkah sebesar

1,93 %. Tanah vertisol Ø 2mm memiliki

Page 7: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

6

kadar lengas sebesar 13,7415 %, Ø 0,5 mm

sebesar 13,3325 % dan tanah bongkah

kadar lengasnya sebesar Ø 12,8586 %.

Tanah ultisol Ø 2 mm kadar lengasnya

sebesar 13,547 %, Ø 0,5 mm kadar

lengasnya 8,544 % dan tanah bongkah

memiliki kadar lengas 8,779 %. Sedangkan

kadar lengas tanah mollisol dengan Ø 0,5

mm adalah 16,005 %, Ø 2 mm adalah 17,65

% dan pada tanah bongkah memiliki lengas

sebesar 15,48 %. Jika data tersebut

diurutkan dari yang terendah hingga ke data

yang tertinggi, maka diperoleh hasil bahwa

untuk tanah dengan Ø 0,5 mm Entisol <

Ultisol < Alfisol < Vertisol < Mollisol. Pada

tanah Ø 2 mm, Entisol < Ultisol < Vertisol

< Alfisol < Mollisol. Sedangkan untuk

tanah bongkah diperoleh data bahwa tanah

Entisol < Alfisol < Ultisol < Vertisol <

Mollisol.

Entisol memliki kadar lengas tanah

terendah dibanding jenis tanah lainnya baik

pada diameter 0.5 mm, 2 mm, maupun

bongkah. Hal tersebut terjadi karena tekstur

entisol berupa pasiran dengan tekstur

tersebut meabilitasnya rendah sehingga

kurang menangkap air, oleh karena itu

tanah entisol perlu banyak membutuhkan

air, karena air yang hilang akibat infiltrasi

sangat besar. Tanah mollisol merupakan

tanah yang memliki bahan organik yang

cukup tinggi sehingga tanahnya pun subur

dengan hanya sedikit pencucian, dengan

tekstur lempung debuan jenis tanah ini pada

diameter 0.5 mm dan 2 mm memiliki kadar

lengas tertinggi, dan pada bongkahan pada

urutan kedua. Ultisol bersifat lembab serta

terjadi pembentukan plinthite dan fragipan

yang mengakibatkan gerakan air dalam

tanah sehingga memungkinkan tanah jenis

ini untuk bisa menyimpan air cukup baik.

Lengas tanah adalah air yang terikat

di dalam pori tanah bersama-sama dengan

garam yang larut di dalamnya membentuk

larutan tanah yang penting sebagai

perantara untuk memberikan unsur-unsur

hara tanah. Berdasarkan ketersediaannya,

lengas dibagi menjadi : 1) air kelebihan, 2)

air tersedia dan 3) air tidak tersedia. Air

kelebihan merupakan air yang terikat di atas

kapasitas lapang dan tidak menguntungkan

bagi tanaman tingkat tinggi. Air tersedia

merupakan air yang terikat di atas kapasitas

lapang dan titik layu permanen, serta air

tidak tersedia merupakan air yang terikat

dalam tanah pada titik layu permanen.

Tanah Alfisol adalah tanah yang

berkembang di daerah hutan humid, di

mana perpindahan lempung menghasilkan

horizon Bt, yang mengandung 20% atau

lebih daripada horizon A, dan tanahnya

cukup mengalami pencucian dalam

pelapukan. Akumulasi liat dalam horizon

organic b (Bt) dapat menyebabkan

kapasitas tukar kation horizon B maksimum

pada sejumlah tanah. Reaksi tanah

Page 8: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

7

bervariasi antara masam hingga netral

(Foth, 1998). Menurut Purwanto (2009)

dalam Anggrahini (2009),tanah Alfisols

mempunyai kandungan C-Organik tanah

tinggi sebesar 3.89, tingginya kandungan

C-Organik dikarenakan adanya

pengelolaan dengan penambahan bahan

organik sehingga kandungan C-Organik

ditanah Alfisols tinggi. Sedangkan menurut

Munir, (1992) pada umumnya tanah Alfisol

mempunyai kandungan C-Organik sedang

hingga rendah. Tanah Alfisols mempunyai

pH 5.2 (masam), tanah pada pH dibawah

5,0 proses nitrifikasi menurun, namun

seringkali masih dijumpai bakteri nitrifikasi

dan NO3- pada pH 4,5. Hal tersebut

kemungkinan karena adanya bakteri

nitrifikasi asidofilik, nitrifier heterotrop dan

atau terdapat situs mikro (niche)Alfisol

dicirikan oleh horizon elluviasi dan illuviasi

yang jelas. yang alkalin (Myrold cit

Purwanto, 2009). Kadar lengas tanah

Alfisols 4,86 %, sedangkan proses

nitrifikasi berlangsung optimal pada tanah-

tanah dengan kadar lengas kapasitas

lapangan 60 % dari ruang pori yang terisi

air. Jika dibandingkan dengan data

percobaan kami, kadar lengas yang didapat

dari hasil praktikum kami dengan hasil

penelitian orang lain sangat berbeda. Hal

tersebut terjadi karena pengaruh

lingkungan.

Tanah entisol cenderung memiliki

tekstur yang kasar dengan kadar organik

dan nitrogen rendah, tanah ini mudah

teroksidasi dengan udara, untuk tanah

entisol, kelembapan dan pH nya selalu

berubah, hal ini karena tanah entisol selalu

basah dan terendam dalam cekungan. Dan

tanah yang memiliki kadar asam yang

kurang baik untuk ditanami, karena

memiliki kadar asam yang sangat tinggi

atau sangat rendah.Berdasarkan hasil

penelitian Dahlan, dkk (2008) diperoleh

data bahwa kadar lengas tanah entisol

sebesar 5,10 %, kandungan C-organiknya

1,26 %, pH H2O tanah sebesar 5,80 dan

C/Nnya 11,50. Kadar lengas dari data

percobaan kami sesuai dengan hasil data

penelitian orang lain.

Ultisol bervariasi dalam warna dari

ungu-merah, orange kemerahan dengan

terang-menyilaukan, untuk oranye pucat

kekuningan-dan bahkan beberapa nada

kekuningan-coklat tenang. Mereka

biasanya cukup asam, sering memiliki pH

kurang dari 5. Hasil warna merah dan

kuning dari akumulasi oksida besi (karat)

yang sangat tidak larut dalam air. Banyak

nutrisi, seperti kalsium dan potasium.

Menurut M. Dahlan, Mulyati dan Ni Wayan

Dwiani Dulur dalam Jurnal Agroteksos

Vol. 18 No. 1-3 bulan Desember 2008

halaman: 20-26, menerangkan bahwa kadar

lengas untuk tanah Ultisol adalah sebesar

Page 9: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

8

kurang lebih 5,6%. Ultisol memiliki tekstur

lempung dan berasal dari bahan induk

lempung. Hal ini menyebabkan daya

permeabilitasnya rendah sehingga mampu

menahan air.

Mollisols adalah bagian tanah di

taksonomi tanah USDA. Mollisols ada di

daerah semi-kering untuk wilayah semi-

lembab, biasanya di bawah penutup padang

rumput. Dengan beberapa daerah padang

pasir adalah area bercurah hujan tinggi yang

mendukung rumput cenderung menutupi

tanah dengan sempurna dan menghasilkan

bahan organik. Mollisols telah mendalam,

bahan organik tinggi, diperkaya gizi-

permukaan tanah (horizon A), biasanya

antara 60-80 cm. Permukaan horison ini

subur, dikenal sebagai epipedon mollic,

adalah fitur diagnostik mendefinisikan

Mollisols. Sangat dipengaruhi oleh

kebakaran dan pedoturbation berlimpah

dari organisme seperti semut dan cacing

bumi. epipedons Mollic hasil dari

penambahan jangka panjang dari bahan

organik berasal dari akar tanaman, dan

biasanya memilikI lembut, butiran, struktur

tanah. Berdasarkan penelitian Novrizal dan

Suwardji dalam Prospek Pengembangan

Tanaman Jarak Pagar (Jatropacurcas) pada

Berbagai Order Tanah di Pulau

Lombok dalam Jurnal Pertanian,

Rendzina memiliki kadar lengas sebesar

35,18%. Rendzina memiliki kadar

lempung yang tinggi, bertekstur halus, dan

daya permeabilitas rendah sehingga

kemampuan menahanairnya besar.

Tanah yang termasuk ordo Vertisol

merupakan tanah dengan kandungan liat

tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horizon,

mempunyai sifat mengembang dan

mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut

sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

Vertisols sangat cocok untuk padi karena

mereka hampir kedap saat jenuh. Pertanian

tadah hujan sangat sulit karena vertisols

dapat bekerja hanya dalam jarak yang

sangat sempit kondisi kelembaban: mereka

sangat keras ketika kering dan sangat

lengket bila basah. Menurut penelitian

Novrizal dan Suwardji dalam Prospek

Pengembangan Tanaman Jarak Pagar

(Jatropa curcas) pada Berbagai Order

Tanah di Pulau Lombok disebutkan bahwa

Vertisol memiliki kadar lengas kapasitas

lapang sebesar 29,36 persen dan tekstur

tanah liat berpasir. Tanah Vertisol memiliki

pasir yang lebih dominan yaitu sebesar

57%, liat sebesar 38%, dan debu sebesar

5%. Dari jumlah persen pasir, liat, dan debu,

Vertisol yang digunakan memiliki kelas

tekstur liat berpasir (Suwardji dkk., 2006).

Yasin (2004) menyebutkan tanah Vertisol

memiliki kadar liat yang tinggi ( > 35%).

Vertisol dapat menyimpan air dalam jumlah

yang lebih besar dan pengikatan antar

partikel tanah yang kuat.

Page 10: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

9

Kadar lengas merupakan kandungan

air yang terdapat dalam pori tanah. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kadar lengas

yaitu, anasir iklim, kandungan bahan

organik dan fraksi lempung tanah, topografi

dan adanya bahan penutup tanah (bahan

organik maupun anorganik). Iklim

berpengaruh pada sedikit banyaknya air

pada tanah. Metode ini dilakukan berdasar

selisih antara curah hujan dan penguapan

atau evaporasi. Bahan organik dan lempung

berguna sebagai penyimpan air. Bahan

organik dan lempung berbentuk koloid dan

mempunyai luas permukaan yang besar

sehingga dapat menyimpan air dalam

jumlah banyak. Topografi atau relief

berpengaruh pada kecepatan infiltrasi air

dan mempercepat bekurangnya kadar

lengas melalui permukaan tanah. Relief

datar dan cekung akan mengalami infiltrasi

yang besar, sedangkan relief curam akan

megalami kehilangan air yang besar.

Penutup tanah seperti mulsa organik,

plastik, kain atau kertas akan mengurangi

terjadinya penguapan atau evaporasi

sehingga kandungan lengas dalam tanah

lebih awet.

Lengas tanah memiliki fungsi yang

penting dalam pembentukan tanah dan

pertumbuhan tanaman. Dalam

pembentukan tanah, lengas tanah berfungsi

untuk membantu proses pelapukan batuan

baik secara fisik maupun kimia, serta

menjaga suhu tanah agar tidak terlalu panas

maupun terlalu dingin. Sedangkan fungsi

lengas tanah bagi pertumbuhan tanaman

yaitu mengantar unsur hara ke tanaman,

mengisi bagian sel-sel tanah dan

menetralkan suhu tubuh tanaman. Fungsi

mengetahui kadar lengas tanah dalam

pertanian yaitu untuk mengetahui serapan

hara serta pernafasan akar tanaman yang

selanjutnya akan berpengaruh pada

pertumbuhan dan produksi tanaman. Kadar

lengas dapat digunakan untuk menduga

kebutuhan air dalam persawahan, proses

irigasi, mengetahui suatu jenis tanah

terhadap daya penyimpanan air dan

digunakan dalam

perhitungan nilai perbandingan dispersi

(NPD)serta untuk mengetahui daya tahan

terhadap erosi yang semuanya ditu berguna

dalam menentukan jenis tanaman serta

lokasi yang tepat untuk bertanam.

Kadar lengas dapat diketahui

dengan menggunakan berbagai macam

metode, antara lain: gravimetri,

tensiometer, pancaran neutron, dan

kalsium. Metode ini masing-masing

mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Metode gravimetris yaitu menghitung

selisih berat lengas antara sebelum dan

setelah dikeringkan, namun dalam

pemakaiannya timbangan harus sensitive

karena diperlukan ketelitian yang

tinggi dalam baca data agar hasil tidak salah

Page 11: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

10

dan menyimpang. Untuk itulah, diperlukan

timbangan yang sama untuk a,b, dan c

dalam menimbang berat, keunggulannya

harganya murah dan dalam menentukan

nilai berat suatu percobaan akan lebih cepat.

Metode tensiometer yaitu mengkalibrasikan

antara ketinggian air raksa dalam

kelemahannya yang terdesak oleh air dalam

tanah dengan kurva standard,

kelemahannya adalah harus dengan kurva

standard dan butuh waktu lama dalam

pengukurannya. Keunggulannya dapat

melihat fluktuasi air tanah. Pancaran

neutron digunakan untuk menghitung

partikel neutron yang tertabrak oleh air

tanah dan tercatat oleh detektor tetapi

detektor harus sensitif dan harganya sangat

mahal, kelebihan yang dimiliki adalah

metode ini hasilnya sangat rinci. Metode

kalsium adalah kandungan lengas terukur

yaitu tekanan yang dicatat oleh manometer

akibat desakan gas hasil reaksi antara bahan

karbit dengan air tanah, dan lain-lain,

kelemahan dari metode ini, kadar yang kecil

tidak dapat terdeteksi dan keunggulannya

murah. Serta dapat dilakukan langsung

dilapangan, dari semua metode yang

digunakan dalam praktikum pengukuran

kadar lengas ini adalah metode gravimetris.

Alasannya karena metode ini lebih cepat

dan murah. Akan tetapi penimbangannya

harus dilakukan seteliti mungkin sebab jika

terjadi kekeliruan dalam penimbangan

maka hasil akan menyimpang dari tensi.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Lengas tanah merupakan air yang

terdapat dalam tanah yang terikat

oleh berbagai kakas (matrik,

osmosis dan kapiler)

2. Metode yang digunakan adalah

metode gravimetri

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kadar lengas yaitu, anasir iklim,

kandungan bahan organik dan

fraksi lempung tanah, topografi dan

adanya bahan penutup tanah

4. Urutan data dari yang terendah

hingga ke data yang tertinggi, maka

diperoleh hasil bahwa untuk tanah

dengan Ø 0,5 mm Entisol < Ultisol

< Alfisol < Vertisol < Mollisol. Pada

tanah Ø 2 mm, Entisol < Ultisol <

Vertisol < Alfisol < Mollisol.

Sedangkan untuk tanah bongkah

diperoleh data bahwa tanah Entisol

< Alfisol < Ultisol < Vertisol

<Mollisol

V. PENGHARGAAN

Puji syukur kami panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami

dapat mengikuti praktikum dan

menyelesaikan laporan dasar-dasar ilmu

Page 12: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

11

tanah acara IX yang berjudul Kadar Kapur

Setara Tanah. Kami mengucapkan terima

kasih kepada dosen-dosen pengampu mata

kuliah dasar-dasar ilmu tanah. Orang tua

kami yang senantiasa memberi dukungan

kepada kami. Ricky Christo Ajiputro selaku

asisten praktikum kelompok kami

(kelompok 2), dan seluruh asisten

praktikum dasar-dasar ilmu tanah yang

telah membimbing sehingga laporan ini

dapat terselesaikan, serta kepada teman-

teman kelompok 2 dan teman-teman

golongan A1 yang telah membantu dan

bekerjasama dalam proses pengerjaan

laporan maupun ketika praktikum

berlangsung. Semoga ilmu yang diperoleh

dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, N., 2009. Dinamika N NH4+, N

NO3-dan potensial nitrifikasi tanah di

alfisols, jumantono dengan berbagai

perlakuan kualitas seresah (Albisia

falcataria (sengon laut) dan Swietenia

mahogani (mahoni))

Dahlan, M., Mulyati dan N. W. D. Dulur,

2008. Studi aplikasi pupuk organik

dan anorganik terhadap perubahan

beberapa sifat tanah entisol. Jurnal

Agroteksos. Mataram (18) 1-3: 20-26

Foth, Henry D. 1984. Dasar-Dasar Ilmu

Tanah, Edisi Ketujuh, Diterjemahkan

oleh: Endang Dwi Purbayanti, dkk.

Jogjakarta: Gadjah Mada University

Press.

Novrizal dan Suwardji.

2007. Prospek pengembangan

tanaman jarak pagar (Jatropa Curcas)

pada berbagai order tanah di pulau

Lombok. Jurnal Pertanian. Lombok :

23-30.

Purwanto, H. 2009. Biologi Tanah (Kajian

Pengelolaan Tanah Berwawasan

Lingkungan). Penerbit Indonesia

Cerdas. Yogyakarta.

Sasongko, Katon 2013. DDIT Kadar

Lengas

Tanah.<http://katonsasongko.wordpr

ess.com/2013/03/05/ddit-kadar-

lengas-tanah/>. Diakses pada 11

April 2014.

Suwardji dan Joko. 2003. Inventarisasi

Luas Lahan Kritis Propinsi Nusa

Tenggara Barat, Mataram.

Yasin. 2004. Pengantar Klasifikasi Tanah:

Bahan Ajar MK Klasifikasi Tanah.

Mataram, Fakultas Pertanian

Universitas Mataram.

Page 13: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

12

LAMPIRAN

A. Perhitungan

1. Alfisol

a. Diameter 0,5mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 45,484 − 43,738

43,738 − 28,204× 100%

= 11,239%

b. Diameter 0,5mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 40,858 − 39,009

39,009 − 22,679× 100%

= 11,658%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 11,239 + 11,658

2

= 11,4485%

c. Diameter 2mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 66,087 − 63,937

63,937 − 45,815× 100%

= 11,644%

d. Diameter 2mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 40,858 − 39,009

39,009 − 22,679× 100%

= 17,773%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 11,4485 + 17,773

2

= 14,708%

e. Bongkah (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 30,469 − 29,827

29,827 − 21,047× 100%

= 13,007%

f. Bongkah (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 31,827 − 30,183

30,183 − 21,055× 100%

= 2,126%

Page 14: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

13

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 13,007 + 2,126

2

2. Entisol

a. Diameter 0,5mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 39,687 − 39,190

39,190 − 30,282× 100%

= 5,63%

b. Diameter 0,5mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 54,659 − 54,034

54,034 − 42,954× 100%

= 5,64%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 5,63 + 5,64

2

= 5,15%

c. Diameter 2mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 56,501 − 55,921

55,921 − 44,600× 100%

= 5,123%

d. Diameter 2mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 38,199 − 37,431

37,431 − 22,598× 100%

= 5,177%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 5,123 + 5,177

2

= 5,61%

e. Bongkah (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 64,271 − 64,072

64,072 − 52,935× 100%

= 1,786%

f. Bongkah (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 40,258 − 40,075

40,075 − 31,235× 100%

= 2,07%

Page 15: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

14

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 1,786 + 2,07

2

= 1,93%

3. Vertisol

a. Diameter 0,5mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 55,79 − 53,93

53,93 − 40,03× 100%

= 13,38%

b. Diameter 0,5mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 47,89 − 46,09

46,09 − 32,54× 100%

= 13,284%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 13,38 + 13,284

2

= 13,3325%

c. Diameter 2mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 50,05 − 48,53

48,53 − 37,48× 100%

= 13,7556%

d. Diameter 2mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 36,09 − 34,09

34,09 − 22,598× 100%

= 17,4034%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 13,7556 + 17,4034

2

= 13,7415%

e. Bongkah (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 44,79 − 43,38

43,38 − 32,46× 100%

= 12,912%

f. Bongkah (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 45,09 − 43,83

43,83 − 33,99× 100%

Page 16: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

15

= 12,804%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 12,912 + 12,804

2

= 12,8586%

4. Ultisol

a. Diameter 0,5mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 55,623 − 54,601

54,601 − 41,029× 100%

= 7,53%

b. Diameter 0,5mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 39,437 − 38,214

38,214 − 25,432× 100%

= 9,568%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 7,53 + 9,568

2

= 8,779%

c. Diameter 2mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 41,195 − 45,139

45,139 − 31,794× 100%

= 29,554%

d. Diameter 2mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 57,137 − 55,622

55,622 − 46,531× 100%

= 16,664%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 29,554 + 16,664

2

= 13,547%

e. Bongkah (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 59,027 − 58,262

58,262 − 47,604× 100%

= 7,177%

f. Bongkah (II)

Page 17: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

16

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 59,802 − 58,661

58,661 − 47,671× 100%

= 10,382%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 7,177 + 10,382

2

= 8,779%

5. Mollisol

a. Diameter 0,5mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 43,060 − 40,867

40,867 − 27,159× 100%

= 15,997%

b. Diameter 0,5mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 45,612 − 43,483

43,483 − 30,186× 100%

= 16,011%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 15,997 + 16,011

2

= 16,005%

c. Diameter 2mm (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 55,482 − 53,154

53,154 − 38,009× 100%

= 15,371%

d. Diameter 2mm (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 32,655 − 30,788

30,788 − 18,815× 100%

= 15,593%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 15,371 + 15,593

2

= 17,65%

e. Bongkah (I)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 33,291 − 31,823

31,823 − 23,536× 100%

= 17,714%

Page 18: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

17

f. Bongkah (II)

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 46,302 − 44,798

44,798 − 36,249× 100%

= 17,592%

Rata-rata

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 (𝐾𝐿) = 17,714 + 17,592

2

= 15,48%

Data Hasil Praktikum

Gambar 1. Hasil Analisa Kadar Lengas

Page 19: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201A1)

ACARA II

NILAI PERBANDINGAN DISPERSI (NPD)

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 10 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 20: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

19

ACARA II

NILAI DISPERSI TANAH

ABSTRAK

Praktikum Nilai Perbandingan Dispersi dilaksanakan pada hari Senin, 3 Maret 2014 di

laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah

Mada. Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) merupakan perbandingan antara partikel

lempung dan debu yang mudah terdispersi oleh air. Metode yang digunakan dalam

praktikum ini adalah metode sedimentasi (analisis granuler cara pipet) terhadap jenis

tanah Entisol. Praktikum penentuan NPD tanah ini dilakukan untuk mengetahui

kepekaan suatu tanah terhadap air yang kita ketahui bahwa tanah terdiri dari tiga fraksi

yaitu debu, pasir, danlempung. Ketiga fraksi inilah yang nantinya akan mentukan besar

kecilnya NPD suatu tanah. Dapat dikatakan bahwa nilai dispersi suatu tanah merupakan

tingkat fraksi tanah yang akan terdispersi oleh air. Semakin tinggi NPD tanah berarti

semakin tinggi juga suatu tanah akan terbawa oleh air (erosi). Tingkat ketahanan tanah

terhadap erosi berbeda-beda, sesuai dengan jenis, unsur, dan kemampuan fisik tanah.

Dari praktikum Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) untuk jenis tanah Entisol diperoleh

NPD tanah sebesar

Kata kunci: nilai dispersi tanah, sedimentasi, fraksi

I. PENGANTAR

Tanah merupakan komponen

penting yang terdapat di bumi dan

merupakan elemen yang sangat penting

baik kehidupan manusia, hewan,maupun

tumbuahan. Tanah berfungsi sebagai

tempat berpijak,media tumbuh tanaman.

Tanah sendiri mengandung 5 komponen

dasar yaitu batu-batua mineral, bahan

organik, air, dan zat-zat terlarut serat udara.

Selain kandungannya tanah juga tersusun

atas 3 fraksi yaitu debu, pasir, dan

lempung.Fraksi penyusun tanah inilah yang

menentukan karakteristik tanah tersebut,

termasuk didalam nya adalah tingakat

kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas)

yang dapat diketahui dengan menghitung

Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) oleh

air.

Tingkat erosi tanah dipengaruhi

oleh 2 faktor yaitu faktor luar dan faktor

dalam.Faktor luar yang mempengaruhi

erosi diantaranya iklim, topografi, vegetasi,

dan kegiatan manusia.Sedangkan faktor

dalam yang mempengaruhi kepekaan erosi

tanah adalah fraksi penyusun tanah.Kadar

lempung dan debu yang tinggi dalam tanah

cenderung membuat sifat tanah menjadi liat

karena memiliki ikatan antar partikel debu

dan lempung. Dalam berbagai jenis tanah

tentunya memiliki kadar debu dan lempung

yang beragam, hal ini juga menyebabkan

nilai perbandingan dispersi berbagai

macam tanah berbeda

Suatutanah akan tahan terhadap

erosi apabila NPD tanah kecil (erodibilitas

kecil) dan sebaliknya, jika NPD tanah besar

berarti tanah tersebut peka terhadap erosi.

Page 21: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

20

Perhitungan NPD tanah dilakukan dengan

membandingkan jumlah partikel debu dan

lempung yang terdisperi dalam air

(ditentukan dengan percoban) dengan

jumlah partikel debu dan lempung total

(data tetap/tabel). Praktikum ini bertujuan

untuk menentukan debu dan lempung total,

debu dan lempung actual, dan nilai

perbandingan disperse (NPD).

Sifat fisik tanah adalah suatu sifat

karakteristik tanah yang dapat diamati

secara fisik (tidak terjadi reaksi kimia) yang

diantaranya adalah kerapatan partikel,

konsistensi, temperatur, warna tanah,

tekstur tanah, dan erodibilitas (kepekaan

terhadap erosi). Pada penentuan erodibilitas

tanah dikenal dengan NPD (Nilai

Perbandingan Dispersi) yaitu perbandingan

antara jumlah debu dan lempung dalam

tanah yang terdisapersi oleh air dengan

kadar lempung dan debu total pada tanah.

Kepekaan tanah terhadap erosi

(erodibilitas) adlah cirri dari bahan yang

terkena erosi yang berhubungan dengan

kepekaannya terhadap kekuatan-kekuatan

yang mempu mengerosi (Arief, 2001).

Tanah tersusun dari 3 fraksi yaitu

debu , pasir, dan lempung yang saling

memiliki karakteristik masing-masing.

Penyusun tanah oleh ketiga fraksi ini

dengan kadar yang berbeda-beda akan

menyebabkan pori-pori tanah yang berbeda

pada akhirnya mempengaruhi tingkat

penyerapan air dalam tanah. Erodibilitas

dan NPD tanah tidak dapat dipisahkan

karena NPD dapat menentukan tingkat

dispersi tanah yang secara langsung akan

menentukan kepekaan tanah terhadap erosi

(erodibilitas). Semakin kecil NPD dan nilai

erodiblitas, tanah memiliki ketahanan

terhadap erosi semakin besar (Kastsberg et

al,2007 ). Erodibilitas tanah sangat penting

untuk diketahui dalam rangka konservasi

tanah, karena adanya erosi yang berlebihan

terhadap suatu tanah akan menurunkan

mutu atau kualitas tanah tersebut. Pengaruh

erosi terhadap menurunnya kuaitas tanah

ditandai dengan terjadinya penghanyutan

partikel tanah, perubaan struktur tanah,

penurunan kapasitas infiltrasi dan

menghanyutkan pula sebagian unsure hara

tanaman, baik terbawa dalam aliran

permukaan atau terhanyu bersama-sama

tanah yang tererosi (Seta, 2007).

Erosi secara sederhana diartikan

sebagai berpindahnya butiran tanah dari

suatu tempat secara alamiah atau oleh

aktifitas manusia maupun kombinasi

keduanya.Erosi dapat menjadi masalah

apabila kejadiannya dipercepat oleh

aktifitas manusia dan karena Indonesia

memiliki curah hujan tinggi. Aktifitas

manusia dimaksud didorong oleh

kebutuhan akan lahan untuk pemukiman,

pembangunan sarana prasarana dan

aktifitas produksi. Dari beberapa kejadian

Page 22: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

21

diketahui adanya peran erosi sebagai sebab

utama bencana banjir dan penurunan

jumlah maupun kualitas ketersediaan air.

Oleh karenanya pengendalian erosi

merupakan bagian dari kegiatan

pengelolaan sumberdaya air (Saptarini,

2007).

Hampir semua tanah yang

miring,kurang dapat menyerap air, air yang

jatuh di atasnya hilang karena run off aliran

permukaan. Hilangnya air yang harus

masuk ke dalam tanah dan dapat digunakan

oleh tumbuhan dan tersangkutnya tanah

yang biasa jika mengalir terlalu cepat.

Pengambilan dan pemindahan ini disebut

erosi (Buckman and Brady,1982).

Sifat fisika tanah yang didasarkan di

atas derajat ketahananterhadap dispersi

(NPD) mencerminkan bahwa pada tanah-

tanah ini peka sehingga sangat peka

terhadap dispersi.Terdapat kecenderungan

bahwa tanah lapisan atas nilai NPD nya

tampak lebih kecil dibandingkan dengan

lapisan bawah. Kemungkinan hal ini

disebabkan oleh adanya bahan organik yang

lebih tinggi pada lapisan atas dan proses

strukturisasinya dan agregasi telah berjalan

lebih baik(Notohadiprawiro, 1998).

Faktor erodibilitas (kepekaan tanah)

adalah besarnya erosi per unit indeks, erosi

hujan pada tanah tertentu yang di berakar

dengan kemiringan lereng 9% dan panjang

72,6 kaki. Sifat-sifat tanah yang

menentukan erodibilitas yaitu sifat-sifat

yang menentukan pasitas infiltrasi,

permeabilitas dan daya menahan air dan

Sifat-sifat yang menentukan ketahanan

terhadap dispersi dan ketahanan tanah

(Syukur, 2005).

Empat sifat tanah yang terpenting

dalam menentukan erodibilitas adalah 1)

Tekstur Tanah, yang biasanya berkaitan

dengan ukuran dan porsi partikel-partikel

tanah dan akan membentuk tipe tanah

tertentu. Tiga unsur tanah adalah pasiran,

lempung, dan debu.Tanah yang didominasi

unsur liat mempunyai ikatan partikel yang

tergolong kuat sehingga tidak mudah

tererosi.Begitu juga tanah yang didominasi

oleh unsur pasir (tekstur kasar),

kemungkinan untuk terjadi erosi pada tanah

ini tinggi karena laju infiltrasi tinggi

sehingga menurunkan laju air larian.

Sebaliknya pada tanah yang didominasi

unsur debu dan pasir lembut serta

kandungan bahan organik yang rendah

memberikan kemungkinan yang besar

untuk tererosi; 2) Unsur Organik, yaitu

terdiri atas limbah tanaman dan hewan

sebagai proses dekomposisi. Unsur organik

cenderung memperbaiki struktur tanah dan

bersifat meningkatkan permeabilitas tanah,

kapasitas dan kesuburan tanah; 3) Struktur

Tanah yaitu merupakan susunan partikel

tanah yang membentuk agregat.Struktur

tanah mempengaruhi kemampuan tanah

Page 23: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

22

dalam menyerap air; serta 4) Permeabilitas,

yang menunjukan kemampuan tanah dalam

meloloskan air.Struktur dan tekstur tanah

serta unsur organik ikut ambil bagian dalam

menentukan permeabilitas tanah.Tanah

dengan permeabilitas tanah tinggi

menaikan laju infiltrasi dan dengan

demikian menurunkan laju air larian.

Erosivitas adalah kemampuan air

hujan untuk menghancurkan dan

menghanyutkan partikel tanah.Jadi

merupakan fungsi sifat fisik tanh dan sifat

fisik curah hujan yang menentukan untuk

menghancurkan dan menghanyutkan

partikel tanah (erosi).Di sini energi

kinetiknya yang terpenting merupakan

kekuatan utama penghancur agregat-

agregat tanah (Sutejo, 2002).Faktor

pengelolaan tanaman memberikan andil

yang besar dalam mengurangi laju

erosi.Jenis dan kondisi semak (bush) dan

tanaman pelindung yang bisa memberi

peneduh (canopy) untuk tanaman

dibawahnya cukup besar dampaknya

terhadap laju erosi. Untuk kondisi lahan

padang rumput, padang gurun dan tanah

yang tak ditanami maka laju erosi dapat

mencapai sangat ekstrim sebesar 150 kali

(Kadoatie and Roestam, 2010).

II. METODOLOGI

Praktikum Nilai Perbandingan

Dispersi (NPD) dilakukan pada hari Senin

tanggal 3 Maret 2014 di Laboratorium

Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah

Mada.Adapun praktikan dilakukan dengan

metode sedimentasi.Bahan yang diperlukan

dalam praktikum ini adalah tanah Entisol

dengan spesifikasi tanah

sebanyak 15 gram.Sedangkan alat yang

diperlukan adalah beaker glass 500 ml

digunakan untuk menuang aquadest atau

bisa langsung dituangkan dalam botol

aquadest, tabung sedimentasi 1 liter

digunakan sebagai wadah pasir dan

aquadest, cawan penguap(porselin) 50 ml

digunakan untuk wadah suspensi, dan

termometer sebagai pengukur suhu

campuran atau suspensi.

Cara kerja praktikum ini, pertama

contoh tanah 2mm ditimbang seberat 15

gram. Tabung sedimentasi dibersihkan dna

dikeringkan. Dimasukkan contuoh tanah

kedalam tabung sedimentasi 1000 ml.

contoh tanah dilebarkan sepanjang 4-5 cm,

dengan cara tabung sedimentasi

dimiringkan. Air aquadest ditambahkan

dengan botol pancar dan dibiarkan air

aquadest menembus perlahan secara

kapilaritas, bukan karena dituangi. Setelah

tanah menjadi basah, air aquadest

ditambahkan lewat dinding tabung sampai

volume 250 ml. kemudian didiamkan

selama 15 menit agar dispersi oleh air

aquadest sempurna. Aquadest

ditambahkandengan beker gelas atau

dengan botol pancar lewat dinding tabung

Page 24: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

23

dan jadikan volume menjadi 300 ml, dan

dilanjutkan sampai 1000 ml. Setelah itu

suhu air didalam tabung di ukur dan

ditentukan waktu pemipetannya (entisol:

28C, 1 menit 25 detik). Cawan penguap

kosong disiapkan, diberi label dan

ditimbang.Tabung sedimentasi ditutup

dengan plastic dan di gojoksecara kuat

denga dibolak balik 15 kali dengan

kecepatan 2 detik bolak balik.Tabung

diletakkan secara hati-hati dan waktu

tunggu pemipetan dimulai. Setelah waktu

pemipetan kurang beberapa detik (5-10

detik) pipet volume 25 ml dimasukkan

perlahan (jangan sampai terjadi

pengadukan) sampai kedalaman 20 cm.

Pipet suspense diangkat kemudian dituang

kedalam cawan penguap dan di oven pada

suhu 102- C hingga keesokan hari.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Nilai Perbandingan Dispersi Tanah

No. Jenis Tanah NPD (%) Daya Tahan

1. Alfisol 15,9 Agak peka

2. Entisol 93,87 Peka

3. Vertisol 12,642 Tahan

4. Ultisol 30,887 Peka

5. Mollisol 15,397 Agak peka

Praktikum penentuan Nilai

Perbandingan Dispersi (NPD) tanah

dilakukan dengan metode sedimentasi,

metode ini merupakan metode yang

dilakukan untuk membuat susunan tanah

bersedimen atau dapat dikatakan tersusun

berdasarkan fraksi penyusunnya. Dengan

metode tersebut maka saat dilakukan

penambahan aquadest dalam tabung

sedimentasi yang berisi dengan sampel

tanah, aquadest dimasukkan lewat dinding

tabung supaya tanah yang ada didalam

tabung tersebut dapat menyerap air secara

perlahan-lahan sehingga akan terjadi proses

kapilaritas oleh tanah. Hal tersebut

bertujuan agar lapisan tanah tersusun sesuai

dengan masa fraksi yang membentuknya.

Nilai Perbandingan Dispersi (NPD)

tanah merupakan hal penting dalam

penentuan ketahanan suatu tanah karena

dengan mengetahui kadar NPD tanah kita

dapat menentukan ketahan suatu tanah

terhadap erodibilitas tanah. Berdasarkan

percobaan dan perhitungan yang telah

Page 25: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

24

dilakukan diperoleh NPD tanah dari yang

prosentase NPD yang terbesar yaitu tanah

Entisol (93,87%); tanah Ultisol (30,887%);

tanah Alfisol (15,9%); tanah Mollisol

(15,397%); dan tanah Vertisol (12,642%).

Dari prosentase yang telah diperoleh

tersebut dapat dikatakan bahwa tanah yang

memiliki kerentanan terbesar terhadap erosi

tanah adalah tanah Entisol, dimana tanah

Entisol ini merupakan tanah yang memiliki

fraksi pasir dan fraksi debu yang dominan

fraksi lempungnya. Apabila dilihat dari sisi

daya tahan suatu tanah terhadap erosi, yaitu

jika tanah memiliki NPD kurang dari 15%

maka tanah tersebut tahan terhadap erosi,

jika memiliki NPD antara 15 hingga 19%

maka tanah tersebut peka terhadap erosi,

dan jika memiliki NPD lebih dari 15%

maka tanah tersebut peka terhadap erosi.

Sehingga, apabila ditinjau kembali dari

hasil yang didapat dari praktikum yang

telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah

Entisol dan tanah Ultisol, sedangkan yang

agak peka terhadap eosi adalah tanah

Alfisol dan tanah Mollisol, untuk tanah

yang tahan dengan adanya erosi adalah

tanah Vertisol.

Berdasarkan tabel data Undang

Kurnia dan Suwardjo, 1984 (dalam Dariah

et. al, 2005) menyatakan bahwa tanah

Entisol (Regosol) memiliki faktor kepekaan

terhadap erosi berkisar 0,11-0,16 dengan

rata-rata 0,14 yang menempati kelas

erodibilitas rendah, selain itu juga

disebutkan bahwa prosentase dari fraksi

penyusun tanahnya yaitu pasir (0,6%), pasir

halus (2,1%), debu (26,1%), lempung

(71,2%), dan C-organik (0,73%). Dari

prosentase tersebut dapat dijelaskan bahwa

pasir halus dan debu merupakan partikel-

partikel tanah yang berpengaruh pada

kepekaan tanah terhadap erosi, tanah akan

lebih mudah tererosi apabila memiliki

kandungan debu tinggi disertai dengan

bahan organic yang cukup rendah, dan

tanah dengan kandungan debu berkisar

antara 40 hingga 60% merupakan tanah

yang memiliki kepekaan terhadap erosi

yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, hasil dari

praktikum yang kita dapat apabila dikaji

dengan hasil penelitian tersebut maka hasil

praktikum kami kurang sesuai dengan hasil

penelitian, yaitu tanah Entisol memiliki

NPD diatas 15%.Akan tetapi apabila dilihat

dari segi kandungan fraksi penyusun tanah,

hasil dari praktikum kami menunjukkan

bahwa tanah Entisol memiliki fraksi pasir

dan fraksi debu yang cukup dominan.

Untuk tanah Vertisol memiliki nilai

NPD 12,6% yang berarti tanah Vertisol

merupakan tanah yang tahan terhadap erosi.

Hal itu disebabkan karena rata-rata pada

tanah Vertisol memiliki fraksi lempung

sekitar 78% yang memiliki struktur kuat

dan tahan terhadap erosi. Tanah Vertisol

memiliki fraksi debu sebesar 18%, dan

fraksi pasir yang hanya sebesar 4%. Kadar

Page 26: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

25

lempung yang tinggi serta kadar debu dan

pasir yang rendah pada Vertisol sangat

berpengaruh terhadap hasil Nilai

Perbandingan Dispersi, atau ketahanan

suatu jenis tanah terhadap erosi.

Pada tanah Alfisol, dari percobaan

yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

tanah Alfisol memiliki Nilai Perbandingan

Dispersi sebesar 15,9%, yang berarti agak

peka terhadap erosi. Padahal secara teori,

tanah Alfisol memiliki fraksi lempung yang

lumayan tinggi, yakni sekitar 90%, dengan

fraksi debu sebesar 9%, dan fraksi pasir

sebesar 1%. Tingginya fraksi lempung pada

Alfisol dan rendahnya fraksi debu, yakni

hanya sebesar 9% dan fraksi pasir yang

hanya sebesar 1% harusnya menyebabkan

tanah jenis ini memiliki ketahanan terhadap

erosi yang lebih baik dibandingkan dengan

Vertisol yang memiliki fraksi lempung

yang lebih rendah dibandingkan Vertisol.

Kesalahan hasil NPD ini dapat disebabkan

oleh praktikan, yaitu ketika melakukan

penggojokan tabung, atau ketika melakukan

pengambilan sampel.

Pada umumnya tanah Ultisol

memiliki fraksi lempung yang cukup tinggi,

yakni mencapai 70%, hamper mendekati

Vertisol yang memiliki rata-rata fraksi

lempung sebesar 78%. Tanah Ultisol

memiliki fraksi debu sebesar 28%, cukup

besar jika dibandingkan dengan Vertisol

dan Alfisol, dan memiliki fraksi pasir yang

sangat rendah, yakni hanya sebesar 2%.

Secara teori, tanah Ultisol memiliki Nilai

Perbandingan Dispersi kurang dari 15%,

karena tanah Ultisol cukup tahan akan erosi.

Kadar lempung yang tinggi, serta kadar

debu dan pasir yang cukup rendah

mempengaruhi Nilai Perbandingan

Dispersi. Pada praktikum kali ini,

didapatkan hasil yang kurang valid, karena

diketahui bahwa tanah Ultisol peka

terhadap erosi. Padahal, dari keempat tanah

yang telah diuji, hanya Entisol yang secara

teori memiliki Nilai Perbandingan Dispersi

yang tinggi, yang berarti tanah tersebut

peka terhadap erosi.

Besarnya faktor erodibilitas tanah

ditentukan oleh beberapa parameter,

diantaranya yaitu tekstur tanah, bahan

organik tanah, struktur dan permeabilitas

tanah. Selain itu faktor terpenting

erodibilitas tanah dapat dipengaruhi oleh

sifat-sifat bahan induk tanah dan sifat-sifat

tanah yang meliputi berat isi, ruang pori

total, permeabilitas, dan distribusi pori

tanah. Sedangkan terjadinya erosi juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain

erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang

dan kemiringan lereng, serta pengolahan

tanaman dan tanah. Faktor erosibilitas

berhubungan dengan jumlah dan intensitas

hujan. Faktor ini sulit untuk dimodifikasi

atau dipengaruhi sehinnga debit air tidak

membahayakan. Hal yang bisa dilakukan

yaitu memodifikasi lingkungan supaya

curahan air hujan dapat meresap sehingga

Page 27: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

26

dalam tanah menjadi air bawah tanah

(ground water), tidak langsung mengalir

dari hulu ke hilir (laut).

Faktor erodibilitas berhubungan

dengan sifat atau karakteristik tanah yang

menyatakan tingkat kepekaan atau

ketahanan tanah terhadap erosi oleh air

hujan. Erodibilitas ini diperoleh sesuai

dengan kondisi lingkungan tempat tanah itu

berada. Tanah Ultisol memiliki erodibitas

sangat rendah dan memiliki kecepatan

infiltrasi tinggi sehingga agak tahan

terhadap erosi.Vertisol memiliki

erodibilitas tinggi dan kecepatan infiltrasi

rendah sehingga sangat tahan terhadap

erosi.Demikian juga dengan tanah Redzina.

Nilai erodibilitas ini juga berkaitan dengan

NPD, semakin kecil nilai NPD maka tanah

akan semakin tahan terhadap erosi. Pada

percobaan diperoleh hasil nilai NPD Entisol

yang menunjukkan peka terhadap erosi

karena nilai NPD mendekati 100% atau >

19%.

Dalam bidang pertanian,

mengetahui Nilai Perbandingan Dispersi

(NPD) suatu tanah sangatlah penting, dan

mempengaruhi pertanian tersebut. Dengan

mengetahui NPD tanah pada suatu lahan,

dapat diambil antisipasi jika tanah tersebut

peka terhadap erosi, sehingga tidak terjadi

longsor ketika hujan deras. Dengan

mengetahui NPD tanah pada suatu daerah,

kita dapat memilih dan mencari lahan atau

daerah yang paling cocok untuk pertanian.

Selain itu, dengan memanfaatkan tanah

dengan nilai NPD yang rendah, yaitu tanah

yang tahan terhadap erosi dapat mengurangi

terjadinya pengikisan bahan organik dan

kesuburan oleh tanah pada suatu lahan.

IV. KESIMPULAN

1. Dari berbagai jenis tanah yang telah

dicoba tanah Entisol mempunyai

kepekaan terhadap erosi yang paling

tinggi dibandingkan dengan jenis

tanah lain.

2. Nilai Perbandingan Dispersi dari

hasil perhitungan tanah Enisol

adalah 93,87 % sehinnga tanah

tersebut peka terhadap erosi.

3. NPD tanah memiliki prosentase

tinggi dan tanah memiliki

erodibilitas rendah dapat dikatakan

bahwa tanah tersebut rentan

terhadap erosi, sedangkan NPD

tanah memiliki prosentase rendah

dan tanah memiliki erodibilitas

tinggi maka tanah tersebut tahan

terhadap erosi.

4. Faktor yang berpengaruh terhadap

NPD tanah adalah sifat-sifat bahan

induk tanah dan sifat-sifat tanah

yang meliputi berat isi, ruang pori

total, permeabilitas, dan distribusi

pori tanah.

Page 28: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

27

V. PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya serta

memberikan kekuatan iman dan kesehatan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan resmi tanpa memiliki kendala berat.

Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan rasa terimakasih atas

arahan,bimbingan, dan bantuannya dalam

pelaksanaan praktikum dan penyusunan

laporan resmi ini, kepada:

1. Kedua orang tua kami yang selalu

mendoakan dan mendukung kami.

2. Kak Ricky Christo Ajiputro, selaku

asisten pendamping kami dan juga

para kakak asisten yang lainnya.

3. Teman-teman yang selalu

membantu dalam penyusunan

laporan resmi ini.

4. Semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian laporan resmi

ini.

Semoga segala bantuan dan

penghargaan yang telah diberikan dapat

memberikan manfaat dan kebahagiaan yang

tiada ternilai.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan.

Kanisius. Yogyakarta.

Katsberg, S., O. Torres, M. Grant and D.

Masters. 2007. Ulilizing calibrate

GPS reflected signal to estimate oil

reflecsivity and dielectrict constant.

Result from SMEXO, Remote Sons.

Environ Vol. 100 : 17-28.

Dariah, A. H. Subagyo, Chendy

Tafakresnanto, dan Setiari

Marwanto. 2005. “Kepekaan Tanah

Terhadap Erosi”. Dalam

blog.ub.ac.id/indah19/files/2014/01

/sturktur-tanah.pdf. Diakses Rabu,

19 Maret 2014 pukul 11.00.

Saptarini, C.L., Bambang A. K., And

Rachmad, J. 2007. Kajian

perubahan erosi permukaan akibat

pembangunan hutan tanaman

industri di areal pencadangan HTI

Kabupaten Ketapang Propinsi

Kalimantan Barat. Forum Teknik

sipil 17:478.

Notohadiprawiro. T. 1998. Tanah dan

Lingkungan. Direktorat Jendral

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta.

Kadoatie, R.J. and Roestam S. 2010.Tata

Ruang Air. C.V Andi Offset.

Yogyakarta.

Sutejo.M.M. dan A.G. Kartasaputra.2002.

Pengantar Ilmu Tanah. Rineka

Cipta, Jakarta.

Seta, A. K. 2007, Konservasi Sumber Daya

Tanah dan Air. Kolam Mata,

Jakarta.

Syukur, A. 2005.Pengaruh pemberian

bahan organik terhadap sifat-sifat

tanah dan pertambahan cassim di

tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu

Tanah dan Lingkungan Vol. 5 : 30-

38.

Page 29: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

28

LAMPIRAN

Perhitungan nilai perbandingan dispersi

(D + L)aktual = (c - b) * 1000 (100 + KL) %

a 25

NPD = (debu + lempung)aktual * 100%

(debu + lempung)total

Alfisol

a = 15 gram

b = 32,192 gram

c = 32,245 gram

(D + L)aktual

= (32,245 - 32,192) * 1000 (100 + 14,708) %

15 25

= 0,053 * 40 (114,708) %

15

= 0,00353 * 4588,32 %

= 16,196 %

NPD = 16,196 * 100 %

99

= 16,36 %

Entisol

a = 15 gram

b = 51,13 gram

c = 51,18 gram

(D + L)aktual

= (51,18 - 51,13) * 1000 (100 + 5,61) %

15 25

= 0,05 *40 (105,61) %

15

= 0,00333 * 4224,4 %

= 14,081%

NPD = 14,081 * 100%

15

= 93,875 %

Vertisol

a =15 gram b=32,87 gram c= 32,91 gram

(D+L)actual

= (32,91-32,87)*1000(100+13,75)% 15 25 = 0.0027*40 (113,75)% = 0.108 (113,75)% = 12,285% NPD = 12,285*100%

96 = 12,797%

Ultisol

a= 15 gram

b= 34,75 gram

c= 34,85 gram

suhu = 270 C

waktu tunggu = 86 detik

(D + L) aktual

= 34,85 – 34,75 X 40 X (100 + 13,547)%

15

= 30,27%

(D + L) total = 98

NPD = (30,27%) X 100% = 30,887%

98

Molisol a = 15 gram b = 31,797 gram c = 31,840 gram

(D+L)actual

= (31,840-31,797)*1000(100+17,65)% 15 25 = 0,00287*40(117,65)% = 0,1147(117,65)% = 13,494% NPD = 13,494*100% 86

= 15,69%

Page 30: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

29

LAMPIRAN

Gambar 2. Hasil Analisa NPD

Page 31: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

30

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201A1)

ACARA III

TEKSTUR TANAH (KUALITATIF)

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 10 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo A.

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 32: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

31

ACARA III

TEKSTUR TANAH (KUALITATIF)

ABSTRAK

Pratikum penetapan Tekstur Tanah (Kualitatif) dilaksanakan pada hari Senin, 10 Maret

2014 di Laboratorium Ilmu Tanah Umum, jurusan Ilmu Tanah, fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tekstur tanah

secara kualitatif dalam keadaan basah. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif

berbagai ukuran partikel (sparasi/fraksi) dalam tanah, dinyatakan dalam %.

Sparasi/fraksi tanah adalah pasir (sand), debu (salt), dan lempung (clay). Dalam

pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu secara pilinan

dengan cara merasakan (perabaan) fraksi-fraksi apa saja yang ada dalam tanah dengan

merasakannya menggunakan tangan. Dengan menggunakan metode kualitatif, tekstur

tanah akan terpilah ke dalam duabelas(12) tekstur tanah USDA. Hasil yang telah

diperoleh pada penetapan tekstur tanah (kualitatif) pada jenis tanah Entisol, bahwa

tanah ini masukkedalam kelas tekstur geluh pasiran dengan panjang 0,5-2,5 cm apabila

dibuat pita dalam keadaan basah; tanah Alfisol termasuk dalam kelas tekstur lempung

debuan; tanah Ultisol termasuk dalam kelas tekstur lempung debuan; tanah Vertisol

termasuk dalam kelas tekstur lempung; dan tanah Mollisol termasuk dalam kelas tekstur

lempung.

Kata kunci: tekstur tanah, lempung, debu, pasir

I. PENGANTAR

Ilmu pertanian sekarang ini telah

mengalami kemajuan yang begitu pesat,

sehingga bidang-bidang pengetahuan yang

dulunya merupakan cabang dari ilmu

pertanian sekarang ini menjadi ilmu yang

berdiri sendiri. Seperti Ilmu Tanah, tanah

mempunyai peranan yang penting yang

sangat dibutuhkan tanaman. Semakin

majunya peradaban manusia yang sejalan

dengan perkembangan pertanian dan

disertai perkembangan penduduk yang

begitu pesat, memaksa manusia mulai

menghadapi masalah-masalah tentang

tanah, terutama untuk pertanian sebagai

mata pencaharian pokok pada waktu itu.

Tanah mempunyai sifat dinamis, dimana

tanah mengalami perkembangan setiap

waktunya. Karakteristik tanah di setiap

daerah tentunya berbeda dengan daerah

lainnya. Tanah dapat dikelompokkan

berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang

dimilikinya. Sifat fisik tanah, salah satunya

yaitu mengenai tekstur tanah. Tekstur tanah

merupakan perbandingan relatif dari

komposisi fraksi penyusun tanah.

Penentuan tekstur tanah mempunyai

peranan penting dalam bidang pertanian,

oleh karena itu dalam praktikum ini

dilakukan percobaan penentuan tekstur

tanah (kualitatif) yang bertujuan untuk

mengetahui kelas tekstur tanah, untuk

Page 33: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

32

menduga asal mula bahan batuan induk

tanah, dan proses-proses yang berlangsung

pada suatu bentang lahan, seperti penentuan

kadar beberapa jenis tekstur tanah yang

telah kita lakukan.

Tanah Entisol merupakan tanah

yang dicirikan oleh bahan mineral tanah

yang belum membentuk horizon pedogenik

yang nyata, karena pelapukan baru diawali,

atau hasil bahan induk yang sukar lapuk

seperti pasir kuarsa, atau terbentuk dari

batuan keras yang larutnya lambat seperti

batu gamping, atau topografi sangat miring

sehingga kecepatan erosi melebihi

pembentukan horizon pedogenik, atau

pencampuran horizon oleh pengolahan

tanah atau hewan. Profil tanahnya tidak

memperlihatkan translokasi bahan

(Darmawijaya, 1990). Entisol mempunyai

kadar lempung dan bahan organik rendah,

sehingga daya menahan airnya rendah,

struktur remah sampai berbutir dan sangat

sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut

mudah melewatkan air dan air mudah

hilang karena perkolasi. Entisol mempunyai

sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi

pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya

bertekstur pasir sehingga struktur lepas,

porositas aerasi besar dan permeabilitas

cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan

organic rendah, menyebabkan kapasitas

menahan air dan unsur hara rendah,

agregasi lemah, kemantapan agregat

rendah.

Tanah alfisol memiliki tekstur geluh

lempung pasiran pada saat diuji pada

praktikum ini. Bila dibandingkan dengan

penelitian orang lain, hal ini sedikit berbeda

karena tanah alfisol memiliki tekstur tanah

lempung. Perbedaan kondisi tanah dan

perlakuan pembasahan pada tanah menjadi

salah satu faktor perbedaan hasil uji. Tanah

alfisol sering dijumpai dalam bentuk

granuler kasar dan agak teguh aat

keringsedangkan saat lembab/basah bersifat

lekat dan licin (Serangmo dan lily, 2008).

Sifat-sifat penting pada tanah

Ultisol berkaitan dengan jumlah fosfor dan

mineral-mineral resisten dalam bahan

induk, komponen-komponen ini umumya

terdapat dalam jumlah yang tidak

seimbang, walupun tidak terdapat beberapa

pengecualian. Ultisol yang berkembang

pada bahan induk dengan kandungan fosfor

yang lebih tinggi.

Translokasi/pengangkutan liat yang

ekstensif berlangsung meninggalkan residu

yang cukup untuk membentuk horizon-

horison permukaan bertekstur kasar atau

sedang (Lopulisa, 2004).

Kejenuhan basa yang tinggi, KTK

yang tinggi, tekstur yang relatif halus,

permeabilitas yang rendah dan pH yang

relatif tinggi dan status hara yang tidak

seimbang merupaka karakteristik Vertisol

(Hardjowigeno, 1985). Tanah humus dari

Mollisols bersifat gelap dan kaya dengan

Page 34: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

33

bahan organik, memberikan banyak

kesuburan alam. Tanah ini biasanya juga

jenuh dengan kation dasar (Ca2 +, Mg2 +,

Na +, K + dan) yang adalah nutrisi tanaman

penting. Ciri-ciri Mollisols menempatkan

mereka di antara tanah paling subur yang

ditemukan di Bumi (Anonim, 2014).

Tekstur tanah adalah perbandingan

relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir-

debu dan lempung. Tekstur tanah penting

kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga

fraksi butir –butir tanah tersebut akan

menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia,

dan kimia tanah. (Bailey, 1984). Menurut

Pandutama dkk (2003), tekstur tanah yaitu

perbandingan relatif berbagai ukuran

partikel (sparasi/fraksi) dalam tanah,

dinyatakan dalam %. Sparasi/fraksi tanah

adalah pasir (sand), debu (salt), dan

lempung (clay). Tekstur tanah dapat

diperoleh dengan membandingkan rasio

presentase pasir, debu dan lempung yang

terkandung dalam tanah menggunakan

segitiga tekstur (Moya and Perezz, 2007).

Tekstur tanah menunjukkan kasar

halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar

atas perbandingan banyaknya butir-butir

pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan

kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam

klasifikasi tanah tingkat famili kasar

halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas

sebaran besar butir yan mencakup seluruh

tanah. Kelas besar butir merupakan

penyederhanaan dari kelas tekstur tanah

tetapi dengan memperhatikan pula

banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah

yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah

bertekstur liat ukuran butienya lebuh halus

maka setiap satuan berat mempunyai luas

luas permukaan yang lebih besar sehingga

kemampuan menahan air dan menyediakan

unsur hara tinggi. Tanah yang bertekstur

halus lebih aktif dalam reaksi kimia

daripada tanah bertekstur kasar

(Hardjowigeno,2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi

tekstur tanah antara lain komposisi mineral

dan batuan atau bahan induk, sifat dan

proses cepatnya pembentukan tanah lokal,

serta umur relatif tanah. Hubungan antara

tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada

meskipun tekstur tanah dapat menentukan

atau berpengaruh dalam beberapa hal. Hal

tersebut antara lain pengerjaan tanah

(Donahue, 1983).

Penentuan tekstur tanah dapat

ditentukan dengan metode analisis

kualitatif, dengan merasakan tanah

langsung menggunakan jari tangan

sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan

dan kekasarannya. Hal ini disebabkan

karena penentuan tekstur tanah merupakan

perbandingan fraksi tanah yang meliputi

kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu

massa tanah yang memiliki bentuk partikel

yang berbeda-beda. Bila terasa halus maka

Page 35: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

34

tanah memiliki kandungan liat yang

dominan dan bila kasar maka kandungan

pasirnya dominan. (Hardjowigeno, 2003).

Salah satu penyebab perbedaan

tekstur tanah adalah pengaruh bahan

organik tanah. Pada proses dekomposisi

bahan organik akan menghasilkan asam-

asam organik yang merupakan pelarut

efektif bagi batuan dan mineral-mineral

primer (pasir dan debu) sehingga lebih

mudah pecah menjadi ukuran yang lebih

kecil seperti lempung. Selain itu, jumlah

dan kerapatan akar lebih tinggi pada suatu

lahan tanah akan mempercepat

penghancuran secara fisika sehingga fraksi

yang lebih halus akan cepat terbentuk.

Tekstur tanah sangat menentukan

kecepatan infiltrasi dan kemampuan tanah

menahan air. Tanah yang didominasi oleh

fraksi pasir mempunyai infiltrasi yang

tinggi tetapi kemampuan mengikat air yang

rendah. Kandungan fraksi lempung yang

sedikit, menyebabkan tanah mempunyai

kemantapan agregat yang kurang baik

sehingga sering kehilangan unsur hara

lewat pelindihan dan erosi. Secara tidak

langsung tekstur tanah juga menentukan

struktur tanah yang penting bagi gerakan

udara, air, dan zat-zat hara di dalam tanah,

dan juga berpengaruh terhadap kegiatan

makro dan mikroorganisme tanah (Arifin,

2011).

II. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar

Ilmu Tanah yang berjudul “Tekstur Tanah

(Kualitatif) ini dilaksanakan pada hari

Senin, 10 Maret 2014 di Laboratorium

Tanah Umum, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini

adalah contoh tanah kering udara (Alfisol,

Entisol, Vertisol, Ultisol dan Molisol)

dengan ukuran diameter 2 mm.

Mula-mula diambil

segenggam tanah Ø 2mm dan dibuat seperti

adonan kue dengan ditambahkan air sedikit

demi sedikit sambil diremas-remas sampai

pasta tanah benar-benar homogen.

Kemudian adonan dicoba dibuat bola

dengan dikepal-kepal (jika adonan tidak

dapat dibuat bola, maka kelas tekstur tanah

tersebut berupa pasir). Adonan dibuat pita

tipis dengan ditekan dan didorong hati-hati

antara ibu jari dengan jari telunjuk. Panjang

pita diukur, lalu adonan tanah (sesuai

ukuran) dibuat bubur di atas telapak tangan

dan digosok-gosok dengan jari sambil

dirasakan. Jika panjang pita 0,5-2,5 cm,

rasa kasar termasuk kelas tekstur geluh

pasiran, rasa halus licin kelas teksturnya

geluh debuan, rasa halus licin mutlak kelas

tekstur debu, serta rasa kasar dan halus

seimbang termasuk kelas tekstur geluh.

Untuk pita ukuran 2,5-5,0 cm, rasa kasar

termasuk kelas tekstur geluh lempung

Page 36: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

35

pasiran, rasa halus licin kelas teksturnya

geluh lempung debuan, serta rasa kasar dan

halus seimbang termasuk kelas tekstur

geluh lempungan. Sedangkan pita ukuran

lebih dari 5,0 cm, rasa kasar termasuk kelas

tekstur lempung pasiran, rasa halus licin

kelas teksturnya lempung debuan, serta rasa

kasar dan halus seimbang termasuk kelas

tekstur lempung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3. Tekstur Tanah

CONTOH

TANAH

KELAS

TEKSTUR

Alfisol Lempung Debuan

Entisol Geluh Pasiran

Vertisol Lempung

Ultisol Lempung Debuan

Molisol Lempung

Setelah dilakukan percobaan

tentang tekstur tanah, diperoleh hasil data

pada tabel di atas. Pada tabel tersebut

menunjukkan bahwa tanah Tanah Alfisol

dan Ultisol termasuk ke dalam kelas tekstur

berupa lempung debuan karena pada saat

diuji dengan metode perabaan termasuk

kelompok lempungan (panjang pita > 5cm)

dan ketika tanah dibuat bubur terasa

dominan halus licin saat digosokkan dengan

jari pada telapak tangan. Tanah entisol

memiliki kelas tekstur berupa geluh pasiran

karena termasuk dalam kelompok geluhan

(panjang pita 0,5-2,5cm) dan ketika tanah

dibuat bubur terasa dominan kasar saat

digosokkan dengan jari pada telapak

tangan, sedangkan pada tanah Vertisol dan

tanah Molisol memiliki kelas tekstur berupa

lempung, karena pada saat diuji dengan

metode perabaan tanah termasuk kelompok

lempungan (panjang pita > 5cm) dan ketika

tanah dibuat bubur lalu digosokkan dengan

jari pada telapak tangan, dominan rasa kasar

dan halus terasa sama.

Alfisol pada kondisi kering terasa

agak keras dan tanah alfisol berwarna

merah kecoklatan. Tekstur lempung

biasanya memiliki gerakan air dan aerasi

yang buruk. Karena kemampuan untuk

mengalirkan air ke bawah sangat rendah,

membuat alfisol sebagai tanah lempung

terlihat kedap air. Alfisol permeabilitasnya

lambat,daya menahan air sedang, dan

kepekaan terhadap erosi cukup besar.

Tanah Alfisol yang memiliki kemiripan

dalam Soil Taxonomy dengan Mediteranian

bervariasi antara lempung sampai liat

(Silalahi, 2013).

Entisol merupakan tanah yang baru

berkembang. Walaupun demikian tanah ini

tidak hanya berupa bahan asal atau bahan

induk tanah saja tetapi harus sudah terjadi

proses pembentukan tanah yang

menghasilkan epipedon okhrik. Banyak

tanah Entisol yang digunakan untuk usaha

Page 37: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

36

pertanian misalnya di daerah endapan

sungai atau daerah rawa-rawa pantai

(Hardjowigeno, 1993). Bahan penyusun

tanah ini kebanyakan berupa bahan yang

lepas-lepas (Burringh, 1993 cit. Wigati dkk,

2006), dan terdiri atas pecahan-pecahan

batuan maupun kuarsa yang merupakan

mineral yang paling banyak dalam fraksi

ini. Karena pasir dan debu dikuasi kuarsa,

maka kedua fraksi ini umumnya secara

kimiawi, kurang aktif. Mineral-mineral

primer dalam susunan kimiawinya

mengandung unsur yang pada umumnya

sukar larut, sehingga kemampuan

menyediakan unsur-unsur esensial dapat

dikatakan kurang sekali (Soegiman, 1977

cit. Wigati dkk, 2006), dan karena

teksturnya pasiran, tanah ini mempunyai

permeabilitas dan infiltrasi yang cepat, daya

menahan air yang rendah sehingga

kapasitas air tersedia rendah.

Kandungan lempung total pada

vertisol dapat berkisar antara 30% dan 80%.

Di tanah lapisan atas konten tanah lempung

biasanya lebih rendah karena akibat erosi

dan evaluasi yang menyebabkan terjadinya

gerakan latelar atau ke bawah dari fraksi

lempung tersebut. Kandungan liat total

tinggi dan agak seragam di seluruh profil

dengan peningkatan kecil dengan

kedalaman. di samping bahan induk, curah

hujan, karakteristik kemiringan dan

stabilitas aggregrat adalah faktor prinsip

dalam tanah liat hubungan mendalam profil

(Kamara and Haque, 1988).

Tanah Vertisol dan tanah Mollisol

termasuk kelas tekstur lempung, sedangkan

tanah Ultisol termasuk di dalam kelas

tekstur lempung debuan, namun

berdasarkan teori Tanah Vertisol, Ultisol,

dan Mollisol termasuk tanah lempung

debuan dengan klasifikasi lempung debuan,

maka pada kondisi lempung strukturnya

berupa gumpal dan konsistensinya teguh.

Hampir seluruhnya terdiri dari bahan-bahan

sangat halus, sifat licin dari debu sampai

tingkat tertentu dapat menutupi sifat lekat

lempung (Foth, 1998).

Tanah terdiri dari empat komponen

: mineral , udara, air , dan bahan organik .

Dalam kebanyakan tanah mineral mewakili

sekitar 45 % dari total volume , air dan

udara sekitar 25 % masing-masing , dan

bahan organik dari 2 % sampai 5 % . Bagian

mineral terdiri dari tiga ukuran partikel

yang berbeda diklasifikasikan sebagai pasir,

debu dan lempung. Fraksi pasir berukuran 2

mm – 50 µ lebih kasar dibanding debu (50µ

- 2µ) dan lempung yang berukuran kurang

dari 2µ. Karena teksturnya yang kasar,

tanah yang didominasi oleh fraksi pasir ini

akan melakukan infiltrasi dan permeabilitas

dengan kapasitas yang tinggi, serta pada

umumnya memiliki tingkat erodibilitas

tanah yang rendah.

Page 38: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

37

Di tanah bertekstur kasar itu

tergantung pada keberadaan unsur-unsur

yang meningkatkan kohesi antara partikel

(materi organik misalnya), agregat di tanah

bertekstur halus terbentuk setelah

pembengkakan dan penyusutan proses yang

conduce untuk pembentukan retak (Horn

dan Smucker , 2005). Selama pembentukan

agregat , penataan partikel tanah tergantung

pada jumlah dan intensitas pembasahan dan

pengeringan siklus , stabilitas mekanik dan

keberadaan senyawa organik. Yang terakhir

ini relevan karena memungkinkan sistem

tiga fase tanah untuk mencapai

kesetimbangan (Horn et al,1994)

menentukan kemampuan tanah untuk

menyimpan dan mengalirkan air , udara dan

panas ( Horn dan Smucker , 2005).

Faktor yang mempengaruhi tekstur

tanah yaitu bahan organik, proses genesis

dan umur. Bahan organik sangat berperan

pada proses pembentukan dan pengikatan

serta penstabilan agregat tanah. Bahan

organik yang masih berbentuk seresah yang

menutupi

Bahan organik dapat merubah sifat

kimia tanah, yaitu melalui proses

dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba

yang memang selalu menempel pada bahan

organik. Hal ini menjadikan tanah

mempunyai kemampuan menyimpan

unsur-unsur hara yang semakin baik,

mengurangi penguapan Nitrogen, maupun

pencucian hara-hara kation lain. Pada

saatnya berarti pula meningkatkan

kapasitas tanah untuk melepas hara kation

bagi kebutuhan tanaman, baik melalui

proses pertukaran secara langsung maupun

pasif oleh proses difusi (Kusumanto, 2009)

Pemberian bahan organik ke dalam

tanah adalah membangun kesuburan tanah,

mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi

tanah , dan yang paling besar adalah dalam

kaitannya dengan sifat fisik tanah. Dalam

pertanian konvensional penggunaan pupuk

kimia (pupuk nitrogen)hanya untuk

mendorong kesuburan tanaman, dan tidak

menyumbang kepada perbaikan kesuburan

tanah (Sukana dkk, 2006).

Dalam penetapan tekstur tanah ada

tiga jenis metode yang biasa digunakan

yaitu metode feeling yang dilakukan

berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit

jari jempol dan telunjuk), metode pipet atau

biasa disebut dengan metode kurang teliti

dan metode hydrometer atau disebut dengan

metode lebih teliti yang didasarkan pada

perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-

partikel tanah di dalam air dengan asumsi

bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang

berkerapatan sama dalam suatu larutan akan

meningkat secara linear apabila radius

partikel bertambah secara kuadratik

(Hardjowigeno, 1995). Metode hidrometer

ini membutuhkan ketelitian dalam

pelaksanaannya (Hakim, 1986).

Page 39: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

38

Sifat fisik adalah mereka yang dapat

diukur dan dijelaskan dengan pengukuran

seperti panjang, volume, massa, dan suhu.

Karakteristik fisik tanah menentukan

apakah suatu tanah cukup kuat untuk

menahan berat lalu lintas atau jika tanah

tersebut adalah lemah maka tanah akan

runtuh di bawah tekanan.Pertanian dan

teknik sangat tergantung pada kemampuan

fisik tanah itu. Selain itu, hubungan tekstur

tanah dengan daya menahan air dan

ketersediaan hara tanah bertekstur liat

mempunyai luas permukaan yasng lebih

besar sehingga kemampuan menahan air

dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah

bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi

kimia daripada tanah bertekstur kasar.

Tanah bertekstur pasir mempunyai luas

permukaan yang lebih kecil sehingga sulit

menyerap (menahan) air dan unsur hara.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tekstur tanah dapat diartikan

sebagai perbandingan relatif

(proporsi) dari komposisi fraksi-

fraksi penyusun tanah, yaitu pasir

(sand), debu (silt), dan lempung

(clay).

2. Metode yang digunakan

adalahmetode kualitatif.

3. Hasil pengamatan berupa tanah

Alfisol memiliki kelas tekstur

lempung debuan, tanah Entisol

termasuk kelas tekstur geluh

pasiran, tanah Vertisol kelas tekstur

berupa lempung, tanah Ultisol

berupa lempung debuan, sedangkan

tanah Mollisol kelas teksturnya

berupa lempung.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

tekstur tanah antara lain komposisi

mineral dan batuan atau bahan

induk, sifat dan proses cepatnya

pembentukan tanah lokal, serta

umur relatif tanah.

V. PENGHARGAAN

Puji syukur kami panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami

dapat mengikuti praktikum dan

menyelesaikan laporan dasar-dasar ilmu

tanah acara III yang berjudul TeksturTanah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada

dosen-dosen pengampu mata kuliah dasar-

dasar ilmu tanah. Orang tua kami yang

senantiasa memberi dukungan kepada

kami. Ricky Christo Ajiputro selaku asisten

praktikum kelompok kami (kelompok 2),

dan seluruh asisten praktikum dasar-dasar

ilmu tanah yang telah membimbing

sehingga laporan ini dapat terselesaikan,

serta kepada teman-teman kelompok 2 dan

teman-teman golongan A1 yang telah

Page 40: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

39

membantu dan bekerjasama dalam proses

pengerjaan laporan maupun ketika

praktikum berlangsung. Semoga ilmu yang

diperoleh dapat bermanfaat bagi banyak

pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Soil Genesis and

Development, Lesson 5 - Soil

Classification and Geography.

http://plantandsoil.unl.edu/pages/in

formationmodule.php?idinformatio

nmodule=1130447032&topicorder

=7&maxto=16&minto=1. Diakses

pada 7 April 2014.

Arifin, Z. 2011. “Analisis Nilai Indeks

Kualitas Tanah Entisol pada

Penggunaan Lahan yangBerbeda”.

Agroteksos Vol. 21.

Bailey, H. 1984. Kuliah Ilmu Tanah.

Badan Kerjasama Ilmu Tanah,

Palembang.

Darmawijaya. 1990. Klasifikasi Tanah.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Donahue. 1983. Soil, An Introduction to

Soils and Plant Growth. Printice

Hall, New Jersey.

Foth, H. D. 1998. Fundamentals of

SoilScience ( Dasar-Dasar Ilmu

Tanah).Gadjah Mada University,

Yogyakarta.

Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis,

S.Ghani,Nugroho,M.R.Soul,

M.A.Diha, G.B.Hong, N.H.Balley.

1986. Dasar-Dasar Ilmu

Tanah.Universitas Lampung,

Lampung.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah

dan Pedogenesis. Akademika

Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah.

Mediyatama Sarana Perkasa,

Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah

dan Pedogenesis. Edisi Revisi.

Akademika Pressindo, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1985. Ilmu

Tanah.Akademika Pressindo,

Jakarta

Horn, R., and Smucker, A. 2005. Structure

formation and its consequences for

gas and water transport in

unsaturated arable and forest soils.

Soil Till. Res. 82, 5-14.

Horn, R., Taubner, H., Wuttke, M.,

Baumgartl, T. 1994. Soil physical

properties related to soil structure.

Soil Till. Res. 35, 23-36

Lopulisa.2004.Dasar-Dasar Ilmu

Tanah.PT.Rajagara Findo Persada,

Jakarta.

Moya, R and D. Perezz. 2007. Effects of

physical and chemical soil

properties on physical wood

characteristics of Tectona grandis

plantations in Costa Rica. Dalam

Journal of Tropical Forest Science

20(4): 248–257.

Notohadiprawiro, T., S.

Soekadarmodjodan E. Sukana.

2006. Pengelolaan Kesuburan tanah

dan Peningkatan Efisiensi

Pemupukan. Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian UGM.

Pandutama, M.H., dkk. Buku Ajar Dasar-

Dasar Ilmu Tanah. Jember: Jurusan

Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Jember.

Serangmo, Diana YL., dan Lily F

Ishaq.2008. Pengaruh dosis pupuk

kandang kotoran sapi terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman

sorghum (Sorghum bicolor) pada

tanah alfisol. Jurnal NTT

Flobamora(IV) :263-354.

Page 41: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

40

Silalahi, I.I., Sumono, S.B. Daulay, E.

Susanto. 2013. Efisiensi irigasi

tetes dan kebutuhan air tanaman

bunga kol pada tanah andosol (the

efficiency of drip irrigation and

crop water requirement of

cauliflower on andosol land). Jurnal

Rekayasa Pangan dan Pertanian:

96-100.

Soil Survey Staff. 1992. Kunci

TaksonomiTanah. USDA

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry:

Genesis, Composition, Reactions. 2

th ed. John Wiley & Sons Inc.,

New York.

Wigati, ES., A. Syukur, Bambang DK.

2006. Pengaruh takaran bahan

organik dan tingkat kelengasan

tanah terhadap serapan fosfor oleh

kacang tunggak di tanah pasir

pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan: 52-58.

Page 42: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

41

LAMPIRAN

Gambar 3. Hasil Analisa Tekstur Tanah dan Struktur Tanah

Page 43: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

42

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201A1)

ACARA IV

STRUKTUR TANAH

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 10 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo A.

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 44: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

43

ACARA IV

STRUKTUR TANAH

ABSTRAK

Praktikum Struktu Tanah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2014 di Laboratorium Tanah

Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Struktur tanah

merupakan penggabungan antara partikel-partikel primer tanah (debu, pasir, dan lempung)

yang membentuk unit-unit struktur yang lebih besar (agregat). Metode yang dilakukan dalam

praktikum Struktur Tanah ada dua metode yaitu metode lilin dan metode piknometri. Metode

lilin dilakukan dengan cara membentuk tanah menjadi bulatan kemudian dilapisi dengan lilin

panas dan ditimbang, setelah itu dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air yang nantinya

akan menghasilkan nilai BV (kerapatan bongkah tanah). Metode piknometri dilakukan dengan

menggunakan alat piknometer bersumbat, cara ini dilakukan untuk mendapatkan nilai BJ

(kerapatan partikel tanah). Praktikum Struktur tanah ini bertujuan untuk menentukan BV dan

Bj tanah sehingga nantinya akan didapatkan nilai porositas total tanah (n). Nilai porositas total

tanah sangat menentukan tingkat penyerapan air oleh tanah, dimana semakin besar nilai

porositas tanah maka semakin banyak pori-pori pada tanah dan juga semakin cepat pula tanah

dapat menyerap air. Dari hasil praktikum untukl tanah Entisol diperoleh nilai BV sebesar 1,6;

BJ sebesar 2,14; dan n sebesar 25%.

Kata kunci: struktur tanah, piknometri, porositas, dan Entisol.

\

I. PENGANTAR

Secara umum sifat tanah terbagi

dalam dua kategori yaitu sifat fisik tanah

dan sifat kimia tanah. Dalam sifat fisik

tanah (sifat fisika tanah) tercakup dalam

semua penampilan tanah yang berkaitan

dengan komposisi fraksi-mineral tanah, tata

ruang udara tanah, proporsi dan komposisi

udara-air dalam tanah, perilaku udara-air

dalam tanah, dan perilaku tanah. Pada hal

ini yang nantinya akan dibahas merupakan

salah satu dari sifat fisik tanah yaitu struktur

tanah, struktur tanah adalah penggabungan

antara partikel-partikel primer tanah (debu,

pasir, dan lempung) yang membentuk unit-

unit struktur yang lebih besar (agregat).

Percobaan yang telah dilakukan mengenai

struktur tanah bertujuan untuk menentukan

tiga aspek, berupa BV (kerapatan bongkah

tanah), BJ (kerapatan partikel tanah), dan n

(porositas total tanah) dengan metode lilin

untuk penetapan BV dan metode pikometri

untuk penetapan BJnya.

Tanah adalah campuran mineral,

bahan organik, gas, cairan, dan segudang

mikro dan makro-organime yang dapat

mendukung kehidupan tanaman. Ini adalah

tubuh alamiah yang ada sebagai bagian dari

pedhospere dan ia melakukan empat fungsi

penting yaitu media untuk pertumbuhan

tanaman yang merupakan sarana

penyimpanan air, pasokan dan pemurnian

yang merupakan modifikator atmosfer. Hal

tersebut merupakan habitat bagi organisme

yang mengambil bagian dalam dekomposisi

dan penciptaan habitat bagi organism lain

Page 45: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

44

(Anongmous, 2014). Partikel-partikel

primer didalam tanah tergantung dalam

suatu kelompok yang dinamakan sebagai

agregat tanah yang merupakan satuan dasar

struktur tanah. Agregat terbentuk diawali

dengan suatu mekanisme yang menyatukan

pertikel-partikel primer yang membentuk

kelompok atau gugus (duster) dan

dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang

dapat mengikat menjadi lebih kuat (Baroto

dan Siradz, 2006).

Salah satu sifat fisik yang paling

penting dari tanah adalah susunan partikel

individu dalam hubungannya satu sama

lain, atau strukturnya. Ada jumlah tak

terbatas kemungkinan dimana partikel-

partikel dapat diatur. Struktur tanah adalah

susunan partikel kedalam kelompok-

kelompok kecil atau agregat. Agregat ini

dapat diikat oleh agregat lain ke massa yang

lebih besar yang disebut peds. Peds ada

dalam berbagai bentuk yang berbeda,

menyerupai bola, balok, kolom, dan plat.

Mereka mungkin memilki tepi bulat atau

tajam pada sudutnya. Jumlah ruang

poridalam agregat terutama pada tekstur

tanah dan jumlah ruang pori antar agregat

tergantung pada pengaturan merekasatu

sama lain, seperti pada ukuran kamar pada

rumah yang tergantung pada pengaturan

dinding. Jika partikel individu tersebut

diatur dalam agregat kecil dan dengan

ujung bulat.kita berbicara tentangstruktur

granuler, hal ini sangat diinginkan untuk

pertumbuhan tanaman karena dapat

menyediakan pori-pori besar dan kecil

(Khonke, et, al., 1995).

Dalam tinjauan morfologi, struktur

tanah diartikan sebagai susunan partikel-

partikel primer menjadi satu kelompok

partikel (duster) yang disebut agregat yang

dapat dipisah-pisahkan kembali serta

mempunyai sifat yang berbeda dari

sekumpulan parikel primer yang tidak

teragregasi (Wiyono, et, al. 2006).

Berikut merupakan macam-macam

bentuk struktur tanah dan sifat

penciriannya:

1. Remah

Merupakan bentuk strukturtanah yang

dominan debu dan terletak di horizon A,

satuan struktur membentuk bola, partikel-

partikel tersusun longgar, berpori banyak,

contoh horizon tanah permukaan yang kaya

bahan organik. Ukuran struktur:

Sangat halus : <1 mm

Halus : 1-2 mm

Sedang : 2-5 mm

2. Granuler

Satuan struktur membentukbola, partikel

tersusun lebih rapat, berpori lebih sedikit,

terletak pada horizon A; contoh: pasir.

Ukuran struktur

Sangat halus: <1mm

Halus: 1-2 mm

Sedang: 2-5 mm

Kasar:5-10 mm

Page 46: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

45

Sangat kasar: >10 mm

3. Gumpal

Satuan strukturberbentuk bak

kubus,partikel tersusun rapat,

berporisedikit, terletak di horizon B,

contoh: horizon bawah yang terbentuk di

kawasan beriklim bermusim kemarau tegas.

Struktur ini terbagi menjadi 2:

a. Gumpal membulat, bersudut

tumpel, berbidang cembung, dan berpori

banyak. Ukuran struktur:

Sangat halus: <5 mm

Halus: 10 mm

Sedang: 10-20 mm

Kasar: 20-50 mm

Sangat kasar: >50 mm

b. Gumpal menyudut, kubus

menyudut tajam dan berbidang rata,

berpori sedikit. Ukuran struktur:

Sangat halus: <5 mm

Halus: 10 mm

Sedang: 10-20 mm

Kasar: 20-50 mm

Sangat kasar: >50 mm

4. Prismatik

Satuan tekstur bersumbu tegak lebih

panjang dari pada sumbu datar, berpori

terbatas, terutama berarah tegak, bidang

atas tegak mendatar terletak di horizon B;

contoh: horizon bawah tanah yang

terbentuk dikawasan iklim kering

sampaisetengah kering.

5. Tiang

Satuan strukturbersumbu tegak lebih

pendek dari pada sumbu datar, berpori

terbatas terutama berarahtengah, terletak di

horizon E. Ukuran struktur:

Sangat tipis: <10 mm

Tipis: 10-20 mm

Sedang: 20-50 mm

Tebal: 50-100 mm

Sangat tebal: >100 mm

6. Lempeng

Satuan struktur bersumbu tegak lebih

pendek dari pada sumbu datar, berpori

terbatas terutama berarah mendatar, terletak

di horizon E dan D; contoh: horizon tanah

dibawah horizon permukaan berwarna

pucat. Ukuran sruktur:

Sangat tipis: <1 mm

Tipis: 1-2 mm

Sedang: 2-5 mm

Tebal: 5-7 mm

Sangat tebal: 7-10 mm

(Sutanto, 2005)

Konsep sentral Entisol adalah

bahwa tanah memiliki sedikit kesamaan

tentang bukti perkembangan cakrawala

pedogenic. Kebanyakan Entisol tidak

memiliki cakrawala diagnostic selain

epipedon ochric. Pada banyak landscape,

material tanah tidak berada ditempat cukup

lama untuk proses pedogenic yang

membentuk cakrawala khas. Beberapa

diantaranya adalah tanah yang berbeda

ditempat yang curam, tanah yang aktif

Page 47: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

46

mengikis pada lereng dan tanah yang berada

didataran banjir atau dataran outwash

glacial, yang menerima deposito baru dari

alluvium pada interval yang sarang.

Beberapa Entisol cukup tua untuk

membentuk cakrawala diaknostik, tapi

sebagian besar terdiri dari kuarsa atau

mineral lainnya yang tahan terhadap

pelapukan dan dibutuhkan untuk

membentuk cakrawala diagnostic (Gokkan,

et, al. 2011)

II. METODOLOGI

Praktikum dasar-dasar ilmu tanah

acara IV yang berjudul Struktur Tanah ini

dilakukan dengan bahan yaitu contoh tanah

bongkah kering udara, sedangkan alata

yang diperlukan yaitu cawan pemanas lilin,

lampu spiritus, penumpang kaki tiga, gelas

ukur, pepet ukur 10 ml, dan thermometer.

Pelaksanaan praktikum ini terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Kerapatan bongkah atau volume

tanah (BV)

Sebongkah tanah diambil dan dibuat

membulat sehingga dapat masuk ke dalam

gelas ukur dengan longgar. Permukaan

bongkah tanah yang dibuat bulat

dibersihkan dari butir-butir tanah yang

menempel, kemudian tanah diikat dengan

menggunakan benang hingga dapat

digantung. Tanah yang sudah diikat

selanjutnya ditimbang sebagai berat “a” (a

gram),. Sementara itu, lilin dicairkan

hingga suhu 65-70C, bongkah tanah

dicelupkan pada lilin selama 2-3 detik

hingga lilin menutupi permukaan bongkah

tanah. Bongkahan tanah selanjutnya

didinginkan dan ditimbang sebagai “b”

gram. Tabung ukur diisi akuades sebanyak

“p” ml, kemudian bongkahan tadi di

masukkan dan apabila permukaan air belum

mencapai titik tertentu, akuades

ditambahkan kembali sebagai “r” ml,

dengan pipet sehingga mencapai tepat di

skala tertentu dan dicatat sebagai “q” ml.

Bongkah tanah diangkat dan alat

dibersihkan. Hasil yang didapat dihitung

dengan rumus:

BV =87x a

[100 + KL][0,87(q − p − r)] − (b − a)gr/cm3

b. Kerapatan partikel tanah (BJ)

Piknometer kosong dibersihkan dan

dikeringkan, lalu ditimbang lengkap dengan

sumbunya sebagai “a” gram. Tanah 2

mm diambil kemudian diisikan kedalam

piknometer hingga setengah bagian dan

akuades ditambahkan hingga 2 3⁄ bagian

piknometer. Setelah itu diaduk, pastikan

tidak ada udara yang terjebak. Piknometer

disumbat dan didiamkan selama 1 jam.

Suhu suspensi diukur untuk melihat BJ

suspensi di table BJ (𝑇1 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝐽1).

Piknometer diaduk kembali dengan kawat

dan kawatnya di cuci. Secara perlahan

ditambahkan akuades hingga 2/3 leher

pikno, lalu disumbat dan dipastkan air

mengisi pipa kapiler hingga penuh. Dinding

Page 48: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

47

permukaan pikno dikeringkan dan

ditimbang (d gram), suhunya di ukur (𝑇2)

dan BJnya dilihat pada table (𝐵𝐽2). Semua

alat di bersihkan dan dikeringkan, lalu hasil

yang didapat dihitung dengan rumus:

𝐵𝐽

=100(𝑏 − 𝑎)𝐵𝐽1𝐵𝐽2

(100 + 𝐾𝐿)[𝐵𝐽1(𝑑 − 𝑎) − 𝐵𝐽2(𝑐 − 𝑏)]

gr/cm3

c. Porositas total tanah

Setelah mengetahui nilai BV dan BJ

pada tanah, nilai porositas tanah dapat

dihitung. Porositas tanah adalah prosentase

volume pori total ynag ada pada tanah.

Porositas total tanah (n) dapat decari

dengan rumus berikut:

𝑛 = [1 −𝐵𝑉

𝐵𝐽] 𝑥100%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4. Struktur Tanah

Jenis BV BJ Porositas

Entisol 1,6 2,14 25%

Alfisol 1,44 1,9 24%

Ultisol 2,17 2,25 3,24%

Vertisol 1,325 1,93 31,34%

Mollisol 1,51 1,82 15,89%

Contoh perhitungan pada tanah Entisol:

1) BV

p= 30 ml

a1= 4,74 gr a2= 5,90 gr

b1= 4,97 gr b2= 6,18 gr

q1= 33 ml q2= 34 ml

𝐵𝑉1 =87𝑥4,74

[100 + 1,93][0,87(33 − 30) − (4,97 − 4,74)]

=412,38

242,59

= 1,7 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

Page 49: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

48

𝐵𝑉2 =87𝑥5,90

[100 + 1,93][0,87(34 − 30) − (6,18 − 5,90)]

=513,3

326,18

= 1,6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

2) BJ

a= 32,44 gr T1= 32C

b= 62,02 gr B1= 0,995 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

c= 98,14 gr T2= 31C

d= 81,64 gr B2= 0,995 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝐽 =100 (62,02 − 32,44)

(100 + 5,15)[0,995(81,64 − 32,44)

0,995 𝑥 0,995

−(98,14 − 62,02)]

= 2,14 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

3) Porositas (n)

𝑛1 = [1 −1,7

2,14] 𝑥 100%

= 20,56%

𝑛2 = [1 −1,6

2,14] 𝑥 100%

= 25,23%

Page 50: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

49

Struktur tanah merupakan gabungan

atas partikel-partikel primer (pasir, debu,

dan lempung) yang membentuk unit-unit

struktur yang lebih besar (agregat). Gaya

yang bekerja pada unit struktur lebih

didominasi oleh gaya kohesi antar partikel

dari pada gaya adhesinya. Gaya kohesi

sendiri memiliki penegrtian gaya tarik antar

partikel padat tanah, sedangkan gaya adhesi

adalah gaya tarik menarik antara partikel

tanah dengan zat cair (air). Kedua hal ini lah

yang membuat unit-unit partikel tanah

memiliki bentuk, ukuran, dan derajat yang

berbeda-beda. Dalam analisis struktur tanah

perlu dilakukan analisa berat volume (BV),

berat jenis (BJ), dan porositas (n).

Berat volume atau yang sering

disebut kerapatan tanah adalah berat

bongkah tiap satuan volume total bongkah

tanah dan dinyatakan dalam 𝑔𝑟/𝑐𝑚3. Dapat

dikatakan pula berat volume adalah berat

per satuan volume yang membandingkan

berat kering bongkah dengan volume

bongkah. Volume bongkah sendiri

merupakan volume padatan dan volume

pori dalam bongkah tanah tersebut. Karena

pori-pori tanah ikut dihitung dalam volume

bongkah maka untuk pengujian volume

bongkah ini menggunakan prinsip

sederhana hukum Archimedes. Bongkah

tanah yang sudah dilapisi lilin dimasukkan

kedalam air. Pelapisan lilin bertujuan untuk

membuat sampel tanah kedap air, agar air

tidak masuk kedalam pori-pori tanah. Lilin

yang digunakan ketika pelapisan bersuhu

65-70C, selama 2-3 detik. Jika suhu

terlalu tinggi, cairan lilin dapat masuk

dalam pori-pori tanah, jika pencelupan

terlalu lama, lapisan lilin akan menjadi tebal

dan dapat mengurangi keakuratan hasil.

Sampel yang digunakan kali ini

adalah bongkah Entisol, berat 4,74 gram

dan 5,9 gram. Setelah dilakukan percobaan,

ditemukan bahwa terjadi kenaikan volume

aquades dari 30 ml menjadi 33 ml.setelah

dihitung dapat diketahui bahwa BV dari

kedua sampel tersebut adalah 17 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

dan 1,6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3.

Berat jenis adalah perbandingan

relative antara berat padatan tanah dengan

volume padatan. Perbedaan yang mendasar

dari berat volume dan berat jenis adalah,

jika berat volume baik tanah maupun

porinya dihitung, maka ketika penentuan

berat jenis hanya dihitung berat butir

tanahnya saja. Untuk penentuan berat jenis

kali ini menggunakan metode piknometer,

prinsipnya adalah mengetahui berat tanah

tanpa pori-pori. Untuk menghilangkan pori-

pori yang ada didalam tanah digunakan

akuades dan tabung piknometer. Massa

udara yang lebih ringan dari air akan

membuat udaramuncul kepermukaan.

Tanah diaduk supaya pori terbuka, dan

udara yang terjebak dapat keluar.

Kemudian didiamkan selama 1 jam supaya

air benar-benar masuk kepori-pori tanah

dan mendorong udara keluar. Ketika

Page 51: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

50

ditambahkan dengan aquades hingga 2/3

leher, harus sudah dipastikan bahwa

suspensi bebas dari gelembung udara yang

tersekap dan buih-buih pada permukaan.

Selanjutnya, piknometer yang berisi tanah

dan air tanpa udara ditimbang. Dalam hal

ini yang dibutuhkan hanyalah berat

tanahnya saja, sehingga diperlukan

percobaan blangko yang piknometernya

diisi dengan akuades saja. Berat piknometer

yang hanya berisi akuades ini digunakan

sebagai pembanding untuk menghitung

berat jenis tanah yang ada. Selain itu, suhu

cairan dalam piknometer (T1 dan T2) juga

diperlukan dan diperhitungkan, karena suhu

tersebut digunakan untuk melihat berat

jenis larutan dalam piknometer.

Pada percobaan sampel yang

digunakan adalah tanah Entisol dengan

diameter 2 mm. Sampel tanah dimasukkan

dalam piknometer hingga 1/2 botol setelah

botol piknometer ditimbang terlebih

dahulu. Akuades ditambahkan kedalam

piknometer hingga 2/3 volume piknometer

dan dilakukan pengadukan dengan kawat

pengaduk. Fungsi pengadukan untuk

membebaskan udara yang tersekap.

Didiamkan 1 jam untuk memastikan udara

telah keluar dari pori tanah. Pengecekan

suhu dengan cara memasukkan ujung

thermometer kedalam air tanpa menyentuh

tanah. Tambahkan air hingga 2/3 leher

piknometer dan hilangkan buih yang tersisa

pada piknometer. Hal ini dilakukan supaya

ketika piknometer ditutup, yang masuk

kedalam celah kapiler adalah air, bukan

buih gelembung pada permukaan air.

Penimbangan dilakukan setelah melalui

seluruh tahapan diatas. Selanjutnya

piknometer dibersihkan dan dilakukan

penimbangan piknometer berisi air sebagai

pembanding dan dilakukan pencatatan suhu

pada piknometer pertama dan kedua.

Setelah dilakukan percobaan dan

perhitungan, diketahui bahwa berat jenis

sampel Entisol adalah 2,14 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ .

Setelah dilakukan percobaan dan

ditemukan niali BV dan BJ tanah pada

sampel tanah Entisol maka dapat diketahui

nilai porositas total tanah dengan

menghitung menggunakan rumus yang ada,

dan ditemukan bahwa porositas tanah

Entisol sebesar 25%. Entisol mempunyai

sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi

pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya

bertekstur pasir sehingga struktur lepas,

porositas aerasi besar dan permeabilitas

cepat (Jamilah, 2003) sehingga Entisol

seharusnya memiliki nilai porositas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan jenis

tanah lainnya, karena memiliki kandungan

pasir sebesar 85%. Porositas sendiri adalah

kadar pori-pori yang terdapat dalam tanah,

jadi apabila diperoleh hasil porositas tanah

sebesar 25% berarti dapat dikatakan bahwa

25% dari tanah merupakan pori-pori.

Sedangkan untuk tanah yang lainnya kadar

porositas yang diperoleh adalah untuk tanah

Page 52: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

51

Alfisol nilai BV sebesar 1,44 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , BJ

sebesar 1,9 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , dan porositas sebesar

24%. Pada tanah Vertisol nilai BV sebesar

1,325 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , BJ sebesar 1,93 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ ,

dan porositas sebesar 31,34%. Pada tanah

Ultisol nilai BV sebesar 2,17 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , BJ

sebesar 2,25𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , dan porositas sebesar

3,24%. Sedangkan pada tanah Mollisol nilai

BV sebesar 1,51𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , BJ sebesar 1,82

𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , dan porositas sebesar 15,89%.

Berdasarkan nilai porositas tanahnya dapat

disimpulkan bahwa tanah yang memiliki

pori-pori tanah dari yang terbesar yaitu

tanah Vertisol, Entisol, Alfisol, Mollisol,

dan Ultisol.

Struktur tanah sangat dipengaruhi

oleh tempat pengambilan sampel, karena

jika tempat pengambilan sampel sudah

berbeda mak kandungan baik zat organik

maupun fraksi penyusun tanahnya juga

berbeda dan hasil perhitungan BV, BJ, dan

porositas tanahnyapun juga berbeda.

Seperti dilihat pada tingkat kesuburan tanah

Entisol dengan pendekatan nilai Indeks

Kualitas Tanah yang digunakan sebagai

lahan hutan dan lahan pertanian di Kebun

Pendidikan, Penelitian, Pengembangan

Pertanian Universitas Gadjah Mada (KP4

UGM) Yogyakarta dalam Arifin, 2011

diperoleh hasil lahan pertanian mempunyai

BV sebesar 1,60 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , dan BJ sebesar

2,75 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ . Sedangkan pada hutan

memiliki BV sebesar 1,51 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ , dan BJ

sebesar 2,51 𝑔𝑟 𝑐𝑚3⁄ . Penyebabnya adalah

kandungan bahan organik dalam tanah, jika

bahan organic dalam tanah semakin

banayak maka nilai BJ tanah akan semakin

sedikit (Arifin, 2011). Selain itu perbedaan

nilai BV, BJ, dan porositas tanah juga

sangat dipengaruhi oleh faktor teknis

selama praktikum seperti pembacaan skala

dan pembulatan saat melakukan

perhitungan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur tanah diantaranya adalah bahan

organic dimana bahan organik yang ada

didalam tanah akan menyebabkan

berkurangnya BV maupun BJ tanah.seperti

yang terjadi pada praktikum ini yang

hasilnya bberbeda dengan teori, tanah

Entisol yang memilki kandungan pasir

tinggi malah belum memiliki porositas yang

cukup tinggi. Selain kandungan bahan

organik yang mempengaruhi struktur tanah

adalah bahan induk pembentuk tanah.

Tekstur tanah yaitu kandungan fraksi-fraksi

penyusun tanah yang berupa lempung,

pasir, dan debu yang masing-masing

memiliki ciri khas sesuai dengan proporsi

kandungan fraksi-fraksinya. Selain itu

aktivitas organism juga dapat

mempengaruhi struktur tanahnya. Contoh:

pada kegiatan manusia, pembuangan

sampah pada tanah tertentu dapat

mengubah struktur tanah tersebut. Erosi

juga berpengaruh terhadap struktur tanah,

sebagai contoh apabila suatu daratan

Page 53: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

52

mengalami erosi maka tanah yang mudah

terdispersi kan terbawa oleh air dan

hasilnya terjadi penumpukan hasil

sedimentasi ditempat lain. Hal ini tentunya

akan mengubah baik struktur tanah yang

terkena erosi maupun struktur tanah di

lokasi sedimentasi/pengendapan.

Praktikum struktur tanah ini pada

dasarnya adalah untuk mengetahui struktur

tanah, karena fungsi struktur tanah dalam

bidang pertanian adalah untuk mengetahui

tingkat penyerapan air oleh tanah dan

irigasinya, seperti yang kita ketahui

semakin besar nilai porositas tanah berarti

semakin banyak pori-pori tanah tersebut

dan itu berarti penyerapan air oleh tanah

akan semakin cepat. Metode yang

dilakukan untuk analisa struktur tanahpun

memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu

pada metode lilin memang lebih mudah,

cepat, dan hemat, tetapi hasil yang di

peroleh memiliki tingkat akurasi yang

rendah, karena volume lilin yang

menyelubungi bongkah tanah dianggap

sebagai volume tanah, dan hal tersebut yang

mempengaruhi hasil. Selain itu kesalahan

dalam membaca skala pada gelas ukur dapat

menurunkan keakuratan hasil, karena gelas

ukur memiliki skala yang terbatas, jadi

volume akuades tidak dapat terbaca dengan

akurat. Untuk metode piknometer memiliki

kelebihn mudah, cepat, dan murah, tetapi

kekurangannya adalah waktu yang cukup

lama, dan ketelitian dalam memastikan

bahwa tidak ada udara yang terjebak dalam

tanah.

IV. KESIMPILAN

1. Struktur tanah merupakan

gabungan atas partikel-partikel primer

(pasir, debu, dan lempung) yang

membentuk unit-unit struktur yang lebih

besar (agregat). BV merupakan berat

bongkah tiap satuan volume total bongkah

tanah dan dinyatakan dalam 𝑔𝑟/𝑐𝑚3,

sedangkan BJ merupakan perbandingan

relative antara berat padatan tanah dengan

volume padatan

2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi struktur tanah diantaranya

adalah bahan organik, bahan induk tanah,

struktur tanah, aktivtas organisme lain, dan

kerusakan tanah. Sedangkan struktur tanah

dalam bidang pertanian berfungsi untuk

mengetahui tingkat penyerapan air oleh

tanah dan irigasinya, karena semakin besar

nilai porositas tanah maka semakin banyak

pori-pori tanah tersebut sehingga

penyerapan air oleh tanah akan semakin

cepat.

3. Tingkat porositas total tanah

dari berbagai jenis tanah yang digunakan

yaitu tanah Vertisol (31,34%) > Entisol

(25%) > Alfisol (24%) > Mollisol (15,89%)

> Ultisol (3,24%).

Page 54: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

53

V. PENGHARGAAN

Pada praktikum kali ini penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Tidak lupa kami mengucapkan

terimakasih kepada orang tua kami yang

telah mendukung kami dan selalu

mendoakan kami, kepada koordinator

praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Ir. Suci

Handayani, M.P. yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan praktikum.

Kepada asisten pembimbing kami, kak

Ricky Christo Ajiputro, dan kepada seluruh

asisten praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah

yang telah membimbing kami ,dan kepada

semua pihak yang terkait yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2014,

http://en.wikipedia.org/wiki/Soil

diakses tanggal 15 Maret 2014

pukul 19:30 WIB

Arifin, Zaenal. 2011. Analisis nilai indeks

kualitas tanah entisol pada

penggunaan lahan yang berbeda.

Jurnal Agroteksos Vol.21 No. 1

April 2011

Baroto dan Siradz. 2006. Kandungan tanah

dan air di daerah aliran sungai code.

Jurnal Ilmu Tanah 6 : 110-111

Gokhan Ozsoy and Ertugrul Aksoy Journal

of Food, Agriculture &

Environment Vol.9 (3&4): 998-

1004. 2011

Helmut Kohnke, D. P. Franzmeier. Soil

Science Simplifed Fourth Edition.

Waveland Press, 1995

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu

tanah. Kanisius. Yogyakarta

Wiyono, A., Syamsul, dan E. Hanudin.

2006. Aplikasi soil taxonomy pada

tanah-tanah yang berkembang dari

bentukan karst gunung kidul. Jurnal

Ilmu Tanah 6 : 13-26.

Page 55: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

54

LAMPIRAN

A. Perhitungan

a) Kelompok 1 (Alfisol)

BV

p= 30 ml

a= 2,758 gr

b= 2,947 gr

q= 32 ml

𝐵𝑉 =87𝑥2,758

[100 + 7,566][0,87(32 − 30) − (2,947 − 2,758 )]

=239,946

166,835

= 1,44 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

BJ

a= 27,908 gr T1= 34C

b= 58,888 gr B1= 0,994 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

c= 94,050 gr T2= 32C

d= 77,252 gr B2= 0,995 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝐽 =100 (30,98) 0,994 𝑥 0,995

(100 + 14,708)[0,994(77,252 − 27,908) − 0,995(94,050 − 58,888)]

=3064,01494

1612,9947602

= 1,899 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

= 1,9 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

Porositas (n)

𝑛 = [1 −1,44

1,9] 𝑥 100%

= 24%

b) Kelompok 2 (Entisol)

BV

p= 30 ml

a1= 4,74 gr a2= 5,90 gr

b1= 4,97 gr b2= 6,18 gr

q1= 33 ml q2= 34 ml

𝐵𝑉1 =87𝑥4,74

[100 + 1,93][0,87(33 − 30) − (4,97 − 4,74)]

=412,38

242,59

= 1,7 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

Page 56: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

55

𝐵𝑉2 =87𝑥5,90

[100 + 1,93][0,87(34 − 30) − (6,18 − 5,90)]

=513,3

326,18

= 1,6 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

BJ

a= 32,44 gr T1= 32C

b= 62,02 gr B1= 0,995 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

c= 98,14 gr T2= 31C

d= 81,64 gr B2= 0,995 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝐽 =100 (62,02 − 32,44) 0,995 𝑥 0,995

(100 + 5,15)[0,995(81,64 − 32,44) − (98,14 − 62,02)]

= 2,14 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

Porositas (n)

𝑛1 = [1 −1,7

2,14] 𝑥 100%

= 20,56%

𝑛2 = [1 −1,6

2,14] 𝑥 100%

= 25,23%

c) Kelompok 3 (Vertisol)

BV

p= 30 ml

a= 3,99 gr

b= 4,19 gr

q= 33 ml

𝐵𝑉 =87𝑥3,99

[100 + 12,859][0,87(33 − 30) − (4,19 − 3,99 )]

= 1,325 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

BJ

a= 23,34 gr T1= 28C

b= 56,63 gr B1= 0,996 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

c= 91,62 gr T2= 28C

d= 73,41 gr B2= 0,996 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝐽 =100 (56,63) 0,996 𝑥 0,996

(100 + 13,74)[0,996(73,41 − 23,34) − 0,996(91,62 − 56,63)]

= 1,933 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

Porositas (n)

Page 57: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

56

𝑛 = [1 −1,325

1,933] 𝑥 100%

= 31,35%

d) Kelompok 4 (Ultisol)

BV

p= 30 ml

a= 1,903 gr

b= 2,074 gr

q= 35 ml

𝐵𝑉 =87𝑥1,903

[100 + 8,779][0,87(35 − 34 − 0) − (2,074 − 1,903 )]

=165,561

76,036521

= 2,177 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

BJ

a= 20,78 gr

b= 52,30gr B1= 0,996 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

c= 88,31 gr

d= 70,70 gr B2= 0,996 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝐽 =100 (52,3 − 20,78) 0,996 𝑥 0,996

(100 + 0,13547)[0,996(70,70 − 20,78) − 0,996(88,31 − 52,30)]

=3126,834432

1387,31285

= 2,25 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

Porositas (n)

𝑛 = [1 −2,177

2,25] 𝑥 100%

= 0,0324 x 100%

= 3,24 %

e) Kelompok 5 (Mollisol)

BV

p= 30 ml

a1= 5,991 gr a2= 1,771 gr

b1= 6,325 gr b2= 1,905 gr

q1= 34 ml q2= 31 ml

𝐵𝑉1 =87𝑥5,991

[100 + 17,65][0,87(34 − 30) − (6,325 − 5,991)]

= 1,27 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝑉2 =87𝑥1,771

[100 + 17,65][0,87(31 − 30) − (1,905 − 1,771)]

Page 58: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

57

= 1,51 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

BJ

a= 28,428 gr T1= 26C

b= 58,461 gr B1= 0,997 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

c= 93,172 gr T2= 27C

d= 77,338 gr B2= 0,997 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

𝐵𝐽 =100 (58,461 − 28,428) 0,997 𝑥 0,997

(100 + 15,450)[0,997(77,328 − 28,428) − (93,172 − 58,461)]

= 1,826 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3

Porositas (n)

𝑛 = [1 −1,51

1,82] 𝑥 100%

= 15,89%

B. Data

Gambar 3. Hasil Analisa Tekstur Tanah dan Struktur Tanah

Page 59: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

58

Page 60: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

59

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

(PNT 1201A1)

ACARA V

KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 17 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 61: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

60

ACARA V

KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

ABSTRAK

Praktikum Konsistensi Tanah Kualitatif dilaksanakan pada tanggal 17 maret 2014, di

Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah

Mada. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan konsistensi tanah dalam 2

perlakuan, yaitu kering dan basah. Konsistensi kering diukur dengan cara memecahkan

agregat sedangkan konsistensi basah ditentukan berdasarkan kelekatan dan plastisitas

tanah yang diamati pada saat tanah dalam keadaan basah atau berada diatas kapasitas

lapang. Tanah yang digunakan adalah tanah bongkah untuk konsistensi kering, dan

tanah Ø 2mm untuk konsistensi basah. Hasil yang diperoleh adalah bahwa tanah Entisol

berkonsistensi lunak, tanah Ultisol berkonsistensi agak keras, tanah Alfisol

berkonsistensi keras, sedangkan tanah Vertisol dan Molisol berkonsistensi sangat keras

dalam keadaan kering. Dalam keadaan basah dari tingkat kelekatannya tanah Entisol

tidak lekat, tanah Ultisol lekat, dan tanah Alfisol, Vertisol, dan Molisol sangat lekat,

sedangkan dari tingkat plastisitasnya, tanah Entisol tidak plastis dan tanah lainnya

plastis.

Kata kunci: konsistensi, Entisol, kelekatan, plastisitas.

I. PENGANTAR

Konsistensi tanah merupakan salah

satu sifat fisik tanah yang berperan penting,

karena dengan mengetahui konsistensi

suatu tanah dapat pula dilakukan

penanganan pada tanah sesuai dengan

kebutuhan dari tanaman yang nantinya akan

ditanam pada suatu lahan. Dalam

konsistensi suatu tanah sifat fisik yang

ditunjukkan yaitu keteguhan, keliatan, dan

kelekatan tanah, hal tersebut merupakan

penentuan konsistensi tanah secara

kualitatif. Konsistensi tanah bertujuan

untuk menetapkan batas lekat,indeks

plastisitas, dan juga tingkat kekerasan suatu

tanah yang dipengaruhi oleh fraksi-fraksi

penyususn tanah.

Konsistensi tanah adalah salah satu

hal yang perlu diketahui ketika melakukan

pengolahan suatu lahan, karena konsistensi

tanah adalah daya kohesi dan adhesi

diantara partikel-partikel tanah dan

ketahanan (resistensi) massa tanah tersebut

terhadap perubahan bentuk oleh tekanan

atau berbagai kekuatan yang dapat

mempengaruhi bentuk tanah tersebut

(Ardana, 2008). Sifat konsistensi tanah

pada kandungan air berbeda-beda yaitu

konsistensi basah (kelekatan dan keliatan),

konsistensi lembap, dan konsistensi kering.

Kelekatan (stickness) artinya tanah dapat

melekat atau menempel pada benda-benda

yang mengenainya. Beberapa macam dari

sifat kelekatan tanah yaitu tidak melekat,

sedikit melekat, lekat, dan sangat lekat.

Page 62: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

61

Keliatan (plasticity) artinya tanah mudah

diubah-ubah bentuknya. Beberapa macam

dari sifat keliatan yaitu agak plastis, plastis,

sangat plastis. Konsistensi lembap

merupakan tanah yang gembur, beberapa

macam dari konsistensi ini yaitu lepas,

sangat gembur, gembur, teguh, sangat

teguh, dan ekstrem teguh. Konsistensi

kering merupakan tanah yang keras,

macam-macam dari konsistensi ini yaitu

lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat

keras, dan ekstrem keras (Hakim et al,

1986).

Pada status air tanah antara

kapasitas lapang (KL) dan 80 % KL maka

pada kondisi ini tanah sangat mudah diolah

karena alat tidak melekat pada alat, tanah

tidak keras dan struktur hasil olah menjadi

mekar. Hal ini disebabkan daya adhesi dan

kohesi tanah sama kuat. Pada status kadar

air tanah di bawah kapasitas lapang 80 %

dan kadar air tanah semakin menurun

sampai pada batas 40 % KL tanah semakin

sulit diolah karena semakin keras yang

disebabkan daya adhesi lebih lemah dari

daya kohesi (kondisi kering). Pada kondisi

tanah terlalu kering kadar air < 40 % dari

kapasitas lapang, kembali tanah mudah

diolah karena daya adhesi dan kohesi tanah

keduanya sangat lemah. Demikian pula

status air tanah lebih besar dari kondisi

jenuh air (tergenang), daya adhesi dan

kohesi tanah keduanya sangat lemah

sehingga tanah mudah diolah, hanya saja

kualitas hasil olahan adalah lumpur, alat

dan kendaraan yang digunakan mudah

tergelincir dan tenggelam ke dalam tanah

karena daya dukung tanah sangat rendah.

Kondisi tanah kering, daya dukung tanah

sangat tinggi (mekanik). Tekstur tanah

sangat menentukan kelekatan tanah

kaitannya dengan status air tanah. Semakin

halus kelas tekstur tanah atau semakin

tinggi kadar liat suatu tanah maka makin

tinggi daya lekat tanah terhadap alat

pengolah. Konsistensi kelekatan tanah juga

dipengaruhi oleh status kadar bahan organik

tanah, makin tinggi kadar bahan organik

tanah makin lemah daya lekat tanah,

walaupun kehalusan kelas tekstur semakin

halus. Sebaliknya semakin rendah kadar

bahan organik tanah, makin rendah daya

lekat tanah. Sedangkan kepadatan tanah

dapat dilihat dari kerapatan isi tanah atau

Bulk Density (BD) tanah dan konsistensi

tanah. BD tanah lebih dari 1.3 g/𝑐𝑚3

termasuk padat. Kerapatan isi (BD) tanah

ditentukan oleh tekstur, struktur, bahan

organik tanah yang menentukan ruang pori

total tanah. Makin padat tanah makin

rendah/sedikit ruang pori tanah, disertai

status air yang rendah sampai mencapai

konsistensi yang teguh membuat tanah

makin sulit untuk diatasi (Mustafa, et, al.

2012)

Konsistensi tanah menunjukkan

derajat kohesi dan adhesi diantara partikel –

Page 63: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

62

partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh

ketahanan massa tanah terhadap perubahan

bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan

berbagai kekuatan yang mempengaruhi

bentuk tanah. Tanah – tanah yang

mempunyai konsistensi yang baik

umumnya mudah diolah dan tidak melekat

pada alat pengolah tanah. Oleh karena itu

tanah dapat ditemukan dalam keadaan

basah, lembab dan kering maka penyifatan

konsistensi tanah harus disesuaikan dengan

keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah

dapat ditentukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan

dengan cara memijat dan memirit atau

membuat bulatan atau gulungan.

Sedangkan secara kuantitatif dilakukan

dengan cara penentuan angka Atterberg

(Nurhidayati, 2006).

Albert Atterberg menerapkan lima

bentuk konsistensi tanah berdasarkan

kelembapan tanah, yang biasa disebut Batas

Atterberg. Tanah keras, memiliki

konsistensi keras saat disentuh. Tingkat

kekerasan tergantung pada tekstur dan

bahan organik tanah. Tanah gembur

merupakan tanah yang memiliki sifat

mudah hancur menjadi butiran atau remah,

sedangkan tanah lunak adalah tanah yang

dalam keadaan basah terlihat lunak. Tanah

lengket yaitu ketika air terhubung ke

sebagian besar tanah pada tekanan yang

sama, titik lengket terjadi ketika proses

adhesi maksimum. Tanah cair memiliki

kelembapan tanah mendekati saturasi

(jenuh) dan sifat tanah seperti cairan dan

kental (Lal and Shukla, 2004). Batas-batas

Atterberg atau batas-batas konsistensi

adalah persen berat kadar lengas tanah

(Eurocansult, 1989). Nilai-nilai Atterberg

adalah batas liat atas (BLA) atau batas cair

(BC), Batas lekat (BL), Surplus (S), batas

liat bawah (BLB) atau batas gulung (BG),

indeks keliatan (Ip), batas berubah warna

(BBW) atau batas kerut (BK), dan jangka

olah (JO) (Notohadiprawiro, 2000).

Konsistensi tanah juga mempunyai

hubungan dengan tekstur tanah. Tanah pasir

biasanya tak lekat, tak liat dan lepas.

Sebaliknya tanah lempung-berat ber-

konsistensi sangat liat, sangat teguh, dan

keras. Tanah geluh di antara kedua sifat

konsistensi yang ekstrim itu (Darmawijaya,

1997). Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi konsistensi tanah adalah

kadar air dalam tanah, bahan-bahan

penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran

agregat tanah, tingkat agregasi tanah, dan

faktor-faktor penentu struktur tanah

(tekstur, prosentase lempung, debu, dan

pasir, serta kadar bahan organik di dalam

tanah) (Cornelis, et. Al, 2005).

II. METODOLOGI

Praktikum acara V Konsistensi

Tanah Kualitatif, dilaksanakan pada hari

senin tanggal 17 Maret 2014 di

Page 64: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

63

Laboratorium Tanah Umum, Jurusan

Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas

Gadjah Mada. Adapun praktikum ini

dilakukan dengan dua cara, yaitu

konsistensi kering dan konsistensi

basah/lembab. Bahan yang dibutuhkan

dalam konsistensi kering adalah tanah

bongkah, sedangkan pada konsistensi

basah/lembab adalah tanah kering udara

2 mm. Pelaksanaannya menggunakan

tangan sebagai media ujinya.

Cara kerja untuk praktikum

konsistensi kering yaitu agregat tanah

bongkah ± 1 cm diambil, kemudian ditekan

diantara ibu jari dengan telunjuk, apabila

tanpa ditekan hancur maka konsistensinya

lepas-lepas; apabila sedikit ditekan hancur

konsistensinya lunak; dan apabila ditekan

kuat hancur maka konsistensinya agak

keras. Setelah itu, agregat tanah ditekan

diantara pangkal telapak tangan kiri dengan

ibu jari kanan, apabila ditekan kuat hancur

maka konsistensinya keras dan apabila

ditekan kuat tidak hancur maka

konsistensinya sangat keras. Cara kerja

untuk konsistensi basah/lembab yaitu

contoh tanah 2 mm diambil secukupnya

dan dibasahi dengan aquades hingga

homogeny menjadi pasta. Untuk tingkat

kelekatan tanah dilakukan dengan memijat

pastatanah antara ibu jari dan telunjuk, jika

tidakada tanah yang menempel maka

konsistensinya tidak lekat; jika menempel

sedikit maka konsistensinya agak lekat; jika

menempel disalah satu jari maka

konsistensinya lekat; dan jika menempel

banyak maka konsistensinya sangat lekat.

Untuk tingkat plastisitas tanah, pasta dibuat

pita ± 2-3 mm, jika tidak dapat dibuat pipa

konsistensinya tidak plastis; jika pipa rusak

dan tidak dapat dibikin bentuk tertentu

konsistensinya agak platis; jika dapat

dibentuk (seperti O, S, dan 8) maka

konsistensinya plastis; dan jika dapat

dibentuk (seperti O, S, dan 8) tanpa retak

maka konsistensinya sangat plastis.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5. Konsistensi Tanah

Tanah Konsistensi Kering

Konsistensi Basah

Plastis Lekat

Entisol Lunak Tidak plastis Tidak lekat

Ultisol Agak keras Plastis Lekat

Alfisol Keras Plastis Sangat lekat

Page 65: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

64

Vertisol Sangat keras Plastis Sangat lekat

Molisol Sangat keras plastis Sangat lekat

Pada percobaan tentang konsistensi

tanah kualitatif diperoleh data seperti pada

tabel di atas. Pada tabel tersebut

menunjukkan bahwa tanah Entisol

memiliki konsistensi kering yaitu lunak dan

konsistensi basah dengan tingkat plastisitas

tidak plastis dan tingkat kelekatan termasuk

tidak lekat. Tanah Ultisol memiliki

konsistensi kering berupa agak keras dan

konsistensi basah dengan tingkat plastisitas

berupa plastis serta tingkat kelekatan

termasuk lekat. Alfisol memiliki

konsistensi kering yaitu keras, dan

konsistensi basah dengan tingkat plastisitas

termasuk plastis, serta tingkat kelekatan

berupa sangat lekat, sedangkan pada tanah

Vertisol dan Molisol memiliki persamaan

pada konsistensi kering berupa sangat

keras, begitu juga pada konsistensi basah

dengan tingkat plastisitas dan tingkat

kelekatan yang sama yaitu masing-masing

termasuk plastis dan sangat lekat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

konsistensi tanah yaitu tekstur tanah, sifat

dan jumlah koloid organik maupun

anorganik, struktur tanah (porositas) berat

isi dan kadar air tanah. Apabila tekstur

tanah didominasi pasir maka konsistensi

tanah rendah (tidak plastis, tidak lekat, dan

lunak) dan bila dominan lempung maka

konsitensi tanah tinggi (plastis, lekat, dan

keras). Kadar bahan organik yang tinggi

mengakibatkan tanah gembur dan plastis.

Sifat atau jenis koloid tanah apabila

dominan koloid silikat maka tanah plastis

dan bila dominan sesquioksida maka tanah

tidak plastis. Porositas rendah maka tanah

berkonsistensi tinggi, dan kadar air yang

tinggi maka tanah akan plastis dan lekat

begitupun sebaliknya.

Tanah Entisol mempunyai

konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi

rendah, peka terhadap erosi dan kandungan

hara tersediakan rendah, namun pada

percobaan ini diperoleh konsistensi kering

pada tanah Entisol berupa lunak, dan pada

konsistensi basah dengan tingkat

plastisitas( Tan, 1986 cit. Siti Lestari,

2011). Bahan penyusun tanah Entisol

kebanyakan berupa bahan yang lepas-lepas

(Burringh, 1993 cit. Wigati et all, 2006 ),

dan terdiri atas pecahan-pecahan batuan

maupun kuarsa yang merupakan mineral

yang paling banyak dalam fraksi ini. Karena

pasir dan debu dikuasi kuarsa, maka kedua

fraksi ini umumnya secara kimiawi, kurang

aktif. Mineral-mineral primer dalam

susunan kimiawinya mengandung unsur

Page 66: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

65

yang pada umumnya sukar larut, sehingga

kemampuan menyediakan unsur-unsur

esensial dapat dikatakan kurang sekali

(Soegiman, 1977), dan karena teksturnya

pasiran, tanah ini mempunyai permeabilitas

dan infiltrasi yang cepat, daya menahan air

yang rendah sehingga kapasitas air tersedia

rendah. Dengan melihat ciri-ciri tersebut

maka tidak sesuai dengan hasil percobaan.

Adanya perbedaan pada hasil percobaan

dapat diakibatkan karena standar keras-

lunak, kelekatan, dan plastisitas yang

berbeda pada setiap praktikan (penetapan

konsistensi tanah secara kualitatif ini

bersifat subjektif sehingga memungkinkan

adanya kesalahan penilaian dan juga adanya

perbedaan penilaian). Menurut

Soepraptohardjo (1997), Tanah Alfisol

memiliki konsistensi teguh atau dapat

dikatakan keras, lekat dan plastis, hasil

percobaan hampir menunjukkan kesamaan.

Menurut Sarief (1985), Ultisol memiliki

konsistensi gembur (lunak), sedangkan

pada percobaan didapat hasil agak keras.

Menurut Darmawidjaya (1997), Ciri - ciri

tanah Vertisol adalah- (1) tekstur

lempungan,(ii) tanpa horison elluvial dan

struktur lapisan atas granuler dengan

lapisan bagian bawah gumpal atau pejal.

(iv) mengandung kapur, (v) Koefisien

pemuaian dan pengkerutan tinggi dengan

berubahnya kadar air (vi) konsistensi luar

biasa liat (extremely plastic). Dengan

melihat ciri-ciri tersebut maka sesuai

dengan hasil percobaan. Tanah Mollisol

memiliki kemiripan dengan vertisol pada

hasil percobaan sehingga dapat dikatakan

memiliki konsistensi yang sama dengan

vertisol karena keduanya memiliki kadar

lempung yang cukup tinggi. Untuk hasil

dari percobaan juga didapatkan hasil yang

sama sehingga dapat memungkinkan bahwa

data hasil praktikum memiliki nilai

keakuratan, dan dari setiap praktikan

hampir memiliki penilaian yang sama

terhadap konsistensi tanah.

Konsistensi sangatlah penting

dalam menentukan daya guna tanah secara

praktis. Konsistensi dipakai untuk

menggambarkan sifat tanah yang sangat

penting yaitu hubungannya dengan

pengolahan tanah dan pemadatan mesin

pertanian. Dengan mengetahui konsistensi

tanah, akan mempermudah pengolahan

tanah karena tiap tanah mempunyai

konsistensi yang berbeda-beda, dengan

begitu maka diharapkan mampu membuat

konsistensi tanah sesuai dengan jenis

tanaman yang ditanam sehingga mampu

meningkatkan produksi pertanian.

Penentuan nilai konsistensi dapat

dilakukan dengan 2 metode, yaitu (1)

kualitatif dan (2) kuantitatif. Pada

praktikum ini menggunakan metode

kualitatif, metode ini dipilih karena mudah,

cepat dan membutuhkan alat dan bahan

yang sederhana. Penentuan konsistensi

Page 67: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

66

secara kualitatif dilakukan pada kondisi

kering dan kondisi basah. Pada metode

kualitatif dilakukan dengan cara menekan

bongkah tanah di antara ujung telunjuk

dengan ibu jari atau ibu jari dengan pangkal

telapak tangan. Metode ini biasanya dapat

dilaksanakan di lapangan maupun di

laboratorium. Pada keadaan kering, tanah

tidak mengandung air, sehingga kekerasan

tanah dapat diukur. Dari hasil praktikum

diperoleh konsistensi kering tanah Entisol

termasuk lunak, Ultisol agak keras, Alfisol

keras, Vertisol dan Molisol sangat keras.

Tanah Entisol berkonsistensi lunak karena

ketika sedikit ditekan antara ibu jari dengan

jari telunjuk tanahnya kan hancur. Tanah

Ultisol ketika ditekan kuat antara ibu jari

dengan telunjuk akan hancur, sehingga

memiliki konsistensi agak keras. Tanah

Alfisol berkonsistensi keras, karena

tanahnya hancur ketika ditekan kuat antara

pangkal telapak tangan kiri dengan ibu jari

kanan. Tanah Vertisol dan Molisol

berkonsistensi sangat keras karena

tanahnya tidak hancur meskipun ditekan

kuat antara pangkal telapak tangan kiri

dengan ibu jari kanan. Jenis tanah yang

konsistensi keringnya sangat keras adalah

Vertisol dan Molisol, karena dipengaruhi

oleh tekstur tanahnya yaitu didominasi oleh

lempung, struktur tanahnya yang

mampat(gumpal kuat), kondisi kelengasan

tanahnya kering, serta kandungan air

tanahnya yang bisa dikatakan tidak ada,

sedangkan tanah dengan konsistensi kering

berupa keras adalah jenis tanah Alfisol,

agak keras adalah Ultisol, dan

berkonsistensi kering berupa lunak adalah

Entisol, sehingga urutan jenis tanah yang

memiliki kekerasan tertinggi hingga

terendah adalah Vertisol, Molisol, Alfisol,

Ultisol, dan Entisol.

Pada keadaan basah, indikator

konsistensi tanah dilihat pada tingkat

kelekatan dan plastisitas tanah. Kelekatan

tanah menunjukkan keadaan adhesi tanah

terhadap benda lain. Dari hasil praktikum

diperoleh hasil kelekatan pada tanah Entisol

tidak lekat karena tidak ada tanah yang

menempel pada jari telunjuk dan ibu jari

ketika pasta tanah dipijit. Tanah Ultisol

memiliki kelekatan yang lekat karena pada

saat pasta tanah dipijit antara jari telunjuk

dan ibu jari, sisa pasta tanah menempel

banyak di salah satu jari, jari yang lain

sedikit, sedangkan pada tanah Alfisol,

Vertisol, dan Molisol memiliki tingkat

kelekatan sangat lekat karena ketika pasta

tanah dipijit antara jari telunjuk dan ibu jari,

sisa pasta tanah menempel banyak di kedua

jari. Jadi, urutan jenis tanah yang memiliki

kelekatan tertinggi hingga terendah adalah

Vertisol, Molisol, Alfisol, Ultisol, dan

Entisol.

Plastisitas merupakan kemampuan

bahan tanah yang secara mudah dapat

diubah bentuknya karena pengaruh tekanan

Page 68: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

67

dan tetap pada bentuk semula meskipun

tekanan dilepaskan. Dari hasil praktikum

diperoleh hasil bahwa tanah Entisol satu-

satunya jenis tanah yang tidak plastis

karena tidak dapat dibuat pipa(seperti

bakmi), sedangkan tanah Ultisol, Alfisol,

Vertisol, dan Molisol berupa plastis karena

pipa tanah dapat dibentuk dengan bentuk

tertentu seperti O, S, atau 8, sehingga urutan

tanah mulai dari tingkat plastisitas paling

tinggi hingga paling rendah adalah Vertisol,

Molisol, Alfisol, Ultisol, kemudian Entisol.

Adanya perbedaan kelekatan dan platisitas

pada jenis tanah yang satu dengan jenis

tanah lainnya dikarenakan tanah yang

kandungan lempungnya tinggi mempunyai

gaya adhesi terhadap benda lain( misalnya

air) yang tinggi akan sangat mudah untuk

dibentuk, sedangkan tanah yang kandungan

pasirnya tinggi akan sulit diubah

bentuknya(lepas-lepas). Ikatan massa yang

yang kuat maka pengolahannya akan sulit,

sedangkan ikatan massa tanha yang lemah

akan mudah dihancurkan sehingga

pengolahannya pun mudah, namun cepat

sekali kering/ boros air.

Konsistensi berhubungan erat

dengan derajat struktur dan juga kelas

tekstur tanah. Apabila suatu tanah dengan

tekstur pasir maka akan mempunyai

struktur butir tunggal dan sifat

konsistensinya lepas-lepas. Sebaliknya

tanah yang bertekstur lempung akan

mempunyai struktur gumpal dan

mempunyai konsistensi agak teguh pada

kondisi kering dan plastis bila basah. Hal

tersebut dikarenakan sifat partikel

penyusun tanah (pasir, debu, dan lempung)

yang terdapat pada suatu tanah akan

mempengaruhi gaya yang bekerja pada

partikel-partikel tanah sehingga

menghasilkan sifat fisik yang saling

berkaitan. Konsistensi tanah Entisol pada

umumnya kasar, struktur remah atau kersai,

konsistensinya lepas-lepas samapai gembur

dan pH pada umumnya 6-7 (Darmawijaya,

1990). berhubung dengan keadaan tekstrur

yang demikian maka tanah ini mempunyai

permeabilitas yang cepat sampai sangat

cepat, daya menahan air yang sangat rendah

dan sangat peka terhadap bahaya erosi

(Sarief,1986).

VI. KESIMPULAN

1. Konsistensi tanah adalah

daya kohesi dan adhesi diantara partikel-

partikel tanah dan ketahanan (resistensi)

massa tanah tersebut terhadap perubahan

bentuk oleh tekanan atau berbagai kekuatan

yang dapat mempengaruhi bentuk tanah

tersebut.

2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi konsistensi tanah yaitu

tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid

organik maupun anorganik, struktur tanah

(porositas) berat isi dan kadar air tanah.

Semakin banyak kandungan lempung

Page 69: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

68

dalam tanah maka semakin tinggi

konsistensi tanahnya, semakin banyak

kandungan pasir dalam tanah maka semakin

rendah konsistensi tanahnya.

3. Pada keadaan kering tanah

Entisol berkonsistensi lunak, tanah Ultisol

berkonsistensi agak keras, tanah Alfisol

berkonsistensi keras, sedangkan tanah

Vertisol dan Molisol berkonsistensi sangat

keras. Pada keadaan basah/ lembab dapat

dilihat tingkat kelekatan dan tingkat

plastisitas tanahnya. Tanah Entisol

memiliki kelekatan yang tidak lekat, tanah

Ultisol memiliki kelekatan yang lekat,

tanah Alfisol, Vertisol, dan Molisol

memiliki kelekatan yang sangat lekat.

Berdasarkan plastisitasnya, tanah Entisol

tidak plastis, sedangkan tanah Ultisol,

Alfisol, Vertisol, dan Molisol plastis.

V. PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT. karena atas limpahan rahmat

dan hidayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini tanpa suatu

kendala yang berat. Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan rasa terimakasih atas

arahan,bimbingan, dan bantuan dalam

pelaksanaan praktikum dan penyusunan

laporan resmi ini, kepada:

1. Kedua orang tua kami yang selalu

mendoakan dan mendukung kami

2. Kak Ricky Christo Ajiputro, selaku

asisten pendamping kami dan juga para

kakak asisten yang lainnya yang mengawal

dan membimbing dalam praktikum

3. Teman-teman yang selalu

membantu dalam penyusunan laporan ini

4. Semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian laporan ini

Semoga segala bantuan dan

penghargaan yang telah diberikan dapat

memberikan manfaat dan kebahagiaan yang

tiada ternilai.

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Wirya, 2008, Korelasi kekuatan

geser undrained tanah lempung

dari uji unconfined compression

dan uji laboratory vane shear

(studi pada remolded clay), Jurnal

Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12 No 2,

Juli 2008.

Cornelis, W. M., J. Corluy, H. Medina, R.

Hartmann, M. Van Meirvenne and

M. E. Ruiz, 2005, A simplified

parametric model to describe the

magnitude and geometry of soil

shrinkage, European Journal of

Soil Science Volume 57, Issue 2,

pages 258–268, April 2006.

Darmawijaya, M. L. 1997. Klasifikasi

Tanah. Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

Darmawijya, Isa M. 1990. Klasifikasi

Tanah. Gadjah Mada University,

Yogyakarta.

Euroconsult. 1989. Agriculture

Compendium. Third Revised

Edition. Elsevier , Amsterdam.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.

G. Nugroho, M. A. Diha, G. B.

Hong, dan H. H. Bailey. 1986.

Page 70: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

69

Dasar-dasar Ilmu Tanah.

Universitas Lampung Press,

Lampung.

Lal, R., Shukla, M. K. 2004. Principles of

Soil Physics. Marcel Dekker Inc.,

New York.

Lestari, Siti. 2011. Kajian Penambahan

Bahan Organik Dan Pupuk

Formula Biosulfo Terhadap

Ketersediaan Dan Serapan P Dan

S Serta Hasil Kedelai (Glycine

max L. Merrill) Pada Alfisols,

Entisols Dan Vertisols. Fakultas

Pertanian. Universitas Sebelas

Maret. Skripsi.

Mustafa, M., Asmita A., Muh. Ansar,

Masyhur S.. 2012. Hibah

Penulisan Buku Ajar Dasar-Dasar

Ilmu Tanah. Program Studi

Agroteknologi Jurusan Ilmu

Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin.

Makasar.

Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan

Lingkungan. Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Nurhidayati, 2006. Bahan Ajar Dasar -

Dasar Ilmu Tanah. Fakultas

Pertanian Unisma. Malang

Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Umum.

Fakultas Pertanian Universitas

Padjajaran, Bandung.

Sarief, S.1986. Ilmu Tanah Pertanian.

Pustaka Buana, Bandung.

Siti Lestari. 2011. Kajian Penambahan

Bahan Organik Dan Pupuk

Formula Biosulfo Terhadap

Ketersediaan Dan Serapan P Dan

S Serta Hasil Kedelai (Glycine

max L. Merrill) Pada Alfisols,

Entisols Dan Vertisols. Fakultas

Pertanian. Universitas Sebelas

Maret. Skripsi.

Soegiman. 1977. The Nature and Properties

of Soil. Bharata Karya Aksara.

Jakarta

Soepraptohardjo, M. 1977. Jenis Tanah dan

Potensinya. Pusat Pendidikan

Interpretasi Citra Penginderaan

Jauh dan Survey Terpadu,

Yogyakarta.

Wigati, ES, Abdul Syukur, dan Bambang

DK. 2006. Pengaruh takaran

bahan organik dan tingkat

kelengasan tanah terhadap

serapan fosfor oleh kacang

tunggak di tanah pasir pantai.

Jurnal Ilmu Tanah dan

Lingkungan Vol 6 (1) (2006): 52-

58.

Page 71: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

70

LAMPIRAN

Gambar 4. Hasil Analisa Konsistensi Tanah dan Bahan Organik

Page 72: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

71

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201A1)

ACARA VI

BAHAN ORGANIK TANAH

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 17 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro

LABORATORIUM ILMU TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 73: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

72

ACARA VI

BAHAN ORGANIK TANAH

ABSTRAK

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dengan judul “Bahan Organik Tanah” ini

dilakukan pada hari Senin, 17 Maret 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah Umum, Jurusan

Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari

praktikum ini adalah untuk menetapkan kadar C-organik tanah dan menetapkan kadar

bahan organik tanah. Untuk mengetahui kadar bahan organik tanah dalam praktikum

ini digunakan metode Walkey and Black, karena contoh tanah yang dipakai untuk

percobaan memiliki kadar bahan organik <10%. Alat dan bahan yang digunakan selama

percobaan beerlangsung yaitu contoh tanah kering Ø 0,5 mm, labu takar 50 ml, pipet

volume 10 mul, gelas ukur 10 ml, erlenmenyer 50 ml dan buret. Hasil yang diperoleh dari

perhitungan kadar bahan organik pada tanah Entisol adalah 3,263%. Tanah ultisol

memiliki kadar bahan organik sebesar 3,2068%. Tanah alfisol kadar bahan organiknya

yaitu 4,491%. Pada tanah vertisol, kadar bahan organik sebanyak 5,93%. Sedangkan

tanah molisol memiliki kadar bahan organik paling tinggi, yaitu sebesar 7,325%.

Sehingga, jika kadar bahan organik dari masing-masing tanah diurutkan, maka tanah

ultisol memiliki kadar bahan organik yang paling kecil.

Kata Kunci : Bahan Organik, Tanah, Entisol

I. PENGANTAR

Hampir seluruh makhluk hidup

yang terdapat di dalam tanah tergantung

pada bahan organik untuk energi dan bahan

makanannya. Bahan organik penting dalam

menciptakan kesuburan tanah, baik secara

fisik, kimia, maupun biologi tanah. Bahan

organik merupakan suatu bahan yang

berasal dari makhluk hidup seperti

tumbuhan, hewan dan manusia yang telah

terdekomposisi maupun yang sedang dalam

proses dekomposisi.

Menurut kadar bahan organiknya,

tanah yang memiliki kandungan bahan

organik >10% dapat ditetapkan

menggunakan metode pembakaran atau

metode pengabuan. Sedangkan untuk tanah

yang memiliki kadar bahan organik < 10 %,

penetapan dilakukan dengan menggunakan

metode Walkey and Black. Jenis tanah yang

dipakai selama percobaan yaitu Alfisol,

Entisol, Vertisol, Ultisol dan Molisol

memiliki kadar bahan organik yang < 10%.

Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan

menggunakan metode Walkey and Black

untuk mengetahui kandungan bahan

organik pada jenis-jenis tanah tersebut,

serta mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan bahan organik

di dalam tanah.

Tanah terdiri atas empat macam

komponen penyusun tanah, yang apabila

dinyatakan dalam persen (%) volume

komposisi tanah ideal adalah terdiri dari

mineral 45%, udara 20-30%, air 20-30%

dan bahan organik 5%. Meskipun

Page 74: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

73

komposisi bahan organik paling kecil jika

dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya,

namun bahan organik memiliki peran

penting dalam sifat kimia, fisika, serta

biologis tanah (Sutanto, 2005). Bahan

organik merupakan unsur yang penting

dalam tanah. Menurut BP Tanah (2005)

bahan organik berperan dalam memperbaiki

sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat

fisik berupa pembentukan agregat tanah dan

sifat kimia berupa penyedia hara mikro.

Sifat biologi berupa sumber energi dan

makanan mikroorganisme.

Interaksi bahan kimia ini dengan

bahan organik merupakan faktor yang

mempengaruhi pestisida dalam lingkungan

tanah. Peran bahan organik dalam pestisida

organik dapat dilihat dari dua aspek utama,

(1) adsorpsi pestisida dengan bahan organik

ini akan mengontrol jumlah pestisida yang

terlarut dalam tanah, (2) degradasi non-

biological pestisida dengan bahan organik

(Schnitzer, M. and S.U. Khan, 1978).

Bahan organik sangat bervariasi,

tergantung pada bahan dasar

pembentuknya. Bahan organik dapat

berasal dari sisa tanaman, sisa hewan dan

juga sisa industri yang dapat berupa limbah.

Kualitas bahan organik atau pupuk juga

bergantung pada kualitas bahan asalnya (BP

Tanah, 2005). Tanah yang kaya akan bahan

organik lebih bersifat terbuka sehingga

aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah

mengalami pemadatan. Tanah yang

mengandung bahan organik juga berwarna

lebih kelam karena menyerap sinar

matahari lebih banyak. Apabila tanah

menyerap sinar lebih banyak, maka unsur

hara, oksigen dan air yang diserap melalui

perakaran tanaman juga lebih banyak

(Sutanto, 2002).

Hampir semua bahan organik

(humus) mengandung 20% Nitrogen, 80%

Phospor dan kemungkinan juga terkandung

sulfur (S). Di lahan kering, bahan organik

merupakan sumber utama N (Nitrogen),

demikian juga P (phospor) dan S (sulfur).

Di tanah sawah, bahkan yang secara rutin

diberi pupuk kimia, 50% - 80% Nitrogen

(N) tanah berasal dari bahan organik

(Broadbent, 1978 cit Sutanto, 2002).

Kandungan bahan organik merupakan

index untuk menentukan kapasitas

penyediaan nitrogen di tanah sawah

(Ponnamperuma, 1980 cit Sutanto, 2002).

Keuntungan lain bahan organik tanah

terhadap kesuburan tanah adalah

meningkatkan KTK dan meningkatkan

ketersediaan P dan Fe untuk tanaman.

Penyediaan bahan organik tanah secara

berlebihan, menyebabkan ketersediaan

kandungan bahan Zn menurun (Sutanto,

2002).

Fraksi ringan merupakan transit

pool antara bahan organik segar dengan

bahan organik yang terhumifikasi,

Page 75: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

74

berperanan dalam cadangan C dan sumber

energi mikroorganisme (Laik et al. 2009;

Burton et al., 2007). Fraksi labil dari bahan

organik (C dan N) mempunyai pengaruh

yang nyata terhadap cadangan bahan

organik tanah. Perubahan kuantitas dari

fraksi tersebut merupakan indikator awal

untuk menduga pengaruh penggunaan dan

pengelolaan tanah (Soon et al. 2007; Lou et

al. 2011). Ketersediaan hara dalam tanah

yang cukup dapat mendukung pertumbuhan

dan produksi tanaman yang tinggi. .

Ketersediaan hara N dalam tanah

dipengaruhi oleh laju mineralisasi bahan

organik, sehingga perlu dipelajari hubungan

antara parameter kinetika mineralisasi N

dengan ketersediaan hara N dan serapan N

oleh tanaman.

II. METODOLOGI

Praktikum pengujian bahan

organik tanah ini dilakukan pada hari Senin,

17 April 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah

Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Pengujian dilakukan dengan

lima jenis tanah sebagai sampel yaitu

entisol, ultisol, alfisol, vertisol dan mollisol.

Dalam pengujian ini menggunakan metode

Walkey and Black untuk menentukan kadar

bahan organik dalam tanah. Alat-alat yang

dibutuhkan adalah labu takar 50 ml sebagai

tempat destruksi dan mereaksikan serta

mengencerkan bahan, pipet volume 10 ml

sebagai alat untuk mengambil larutan, gelas

ukur 10 ml sebagai alat pengukur volume,

elenmeyer 50 ml dan buret untuk

melakukan titrasi dan alat lainnya yaitu

timbangan untuk menimbang sampel yang

akan dilakukan analisa. Sedangkan bahan

yang digunakan adalah tanah kering udara

∅ 0,5 mm sebagai sampel, asam sulfat pekat

sebagai media destruksi, garam kalium

dikromat 1 N sebagai oksidator, ferosulfat 1

N sebagai titran dan indikator difenilamin.

Pada pengujian, pertama-tama

contoh tanah kering udara ∅ 0,5 mm

ditimbang 0,5 gram (a) dan dimasukkan ke

labu takar 50 ml. Larutan K2CrO7 1 N

ditambahkan secara tepat sebanyak 10 ml

menggunakan pipet ukur. Setelah itu,

larutan asam sulfat (H2SO4) ditambahkan

ke labu takar sebanyak 10 ml dengan pipet

ukur secara perlahan. Penggojokan

dilakukan secara mendatar dan memutar

diatas meja. Pada proses ini, diperlukan

agar warna tidak berubah menjadi hijau,

apabila terjadi perlu ditambahkan lagi 10 ml

K2Cr2O7 1 N dan 10 ml H2SO4 pekat.

Larutan kemudian didiamkan selama 30

menit agar larutan menjadi dingin. Indikator

difenilamin ditambahkan sebanyak 2-3 tetes

kemudian aquadest ditambahkan hingga

volume 50 ml tepat dengan botol pancar.

Labu takar disumbat menggunakan plastik

dan digojok secara bolak balik hingga

homogen kemudian biarkan mengendap.

Page 76: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

75

Larutan yang jernih diambil sebanyak 10 ml

dengan pipet volume dan dimasukkan ke

dalam elenmeyer 50 ml. Pada elenmeyer

ditambahkan 15 ml aquadest dan dititrasi

dengan FeSO4 1 N hingga warna kehijauan

sam seperti pengujian blanko yang tanpa

menggunakan sampel tanah. Perhitungan

dilakukan dengan menggunakan rumus :

𝐶 =(100 + 𝐾𝐿) 𝑥 (𝑉𝑎 − 𝑉𝑏) 𝑥 𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 𝑎𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [𝐶] 𝑥100

58%

Keterangan :

KL : Kadar Lengas

Va : Volume Titrasi Blanko

Vb : Volume Titrasi Sampel

N : Normalitas

3 : Kesetaraan Berat Karbon ( 1 mgrek K2Cr2O7 = 3 mg C )

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 6. Bahan Organik Tanah

Jenis Tanah Bahan Organik

Entisol 3,263 %

Ultisol 3,206 %

Alfisol 4,491 %

Vertisol 5,930 %

Mollisol 7,325 %

Contoh perhitungan kadar bahan organik entisol

KL : 5,61 Va : 4,8 ml

a : 0,5 gram Vb : 2,5 ml

N FeSO4 : 0,2 N

Page 77: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

76

𝐶 =(100 + 5,61) 𝑥 (4,8 − 2,5) 𝑥 0,2 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 0,5𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐶 = 1,89 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [1,89] 𝑥100

58%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 3,263 %

Bahan organik merupakan bahan di

dalam atau permukaan tanah yang berasal

dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia

baik yang telah mengalami dekomposisi

lanjut maupun yang sedang mengalami

proses dekomposisi. Bahan organik

memiliki beberapa faktor yang

mempengaruhi. Temperatur berpengaruh

pada kecepatan dekomposisi bahan organik.

Tanah tropika mempunyai kandungan

karbon organik rendah karena kondisi

lingkungan mendukung dekomposisi dan

mineralisasi bahan organik tanah.

Dekomposisi bahan organik di wilayah

tropika bisa mencapai 2-5x lebih cepat

dibandingkan di wilayah sedang. Setiap

peningkatan suhu 10oC menyebabkan

kecepatan meningkat menjadi dua kali. Hal

ini menyebabkan kandungan bahan organik

dalam tanah sulit mencapai kondisi

potensialnya; sehingga untuk

mempertahankan kandungan bahan organik

yang tinggi perlu masukan residu tanaman

dalam jumlah besar. Tekstur tanah

mempengaruhi Kandungan bahan organik

cenderung meningkat dengan

meningkatnya kandungan liat. Ikatan antara

liat dan bahan organik melindungi bahan

tersebut dari aksi dekomposisi oleh

mikrobia tanah. Tingginya kandungan liat

juga berpotensi tinggi untuk formasi

agregat. Agregat makro akan melindungi

bahan organik dari mineralisasi lebih lanjut.

Reaksi tanah yang digambarkan oleh

kondisi tanah asam atau alkali akan

berpengaruh pada produksi biomassa dan

aktivitas mikrobia dalam tanah. Tanah yang

terlalu asam atau basa akan mengurangi

aktivitas mikroorganisme. Pada kondisi

tanah asam fungi yang berperan dalam

kegiatan tersebut sehingga dekomposisi

residu tanaman lambat namun kerja fungi

lebih efisien dibandingkan bakteri.

Kuantitas dan kualitas input bahan organik

akan berpengaruh pada kandungan bahan

organik tanah. Substrat organik dengan C/N

rasio sempit (<25) menyebabkan

dekomposisi berjalan cepat, sebaliknya

pada bahan dengan C/N lebar (> 25) maka

mendorong immobilisasi, pembentukan

humus, akumulasi bahan organik, dan

peningkatan struktur tanah. Input bahan

yang mengandung lignin dan polyfenol

akan menghambat dekomposisi.

Page 78: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

77

Pengolahan tanah menyebabkan penurunan

kandungan bahan organik tanah sehingga

mengarah pada degradasi struktur.

Dekomposisi bahan organik adalah proses

aerob, oksigen akan mempercepat proses

tersebut. Dengan pengolahan tanah sisa

tanaman dibenamkan bersama udara dan

membuat kontak dengan organisme tanah,

sehingga mempercepat dekomposisi

menghasilkan CO2 yang dilepaskan ke

udara. Pengolahan yang berulang-ulang

bersamaan penurunan input bahan organik

ke dalam tanah menyebabkan disintegrasi

agregat sehingga menjadikan tanah peka

pada erosi dan pemadatan .

Dari hasil pegamatan yang kami

lakukan, diperoleh BO entisol 3,263%.

Menurut penelitian Aprile and Lorandi

(2012) di suatu daerah yang memiliki jenis

tanah yang sama, kadar bahan organik pada

tanah tersebut sebesar 3,59%. Data yang

kami peroleh lebih rendah dari data

penelitian tersebut karena entisol termasuk

salah satu tanah mineral. Karakteristik

tanah mineral memiliki kadar bahan

organik kurang dari 20% Tanah yang

mempunyai tekstur kasar berkadar bahan

organik dan nitrogen lebih rendah

dibandingkan tanah yang bertekstur lebih

halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air

yang lebih rendah dan kemungkinan

oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang

bertekstur kasar juga penambahan alamiah

dari sisa bahan organik kurang dari pada

tanah bertekstur halus.

Bahan organik sangat bermanfaat

untuk kesuburan tanah. Dari segi fisika,

bahan organik berfungsi dalam perbaikan

struktur tanah, melalui pembentukan

agregat yang lebih stabil, aerasi dan

drainase tanah yang baik. Infiltrasi air hujan

ke dalam tanah dapat berlangsung sengan

baik, sehingga run-off berkurang yang pada

gilirannya juga akan mengurangi erosi.

Bahan organik tanah juga meningkatkan

kemampuan tanah menahan air (water

holding capacity), sehingga jumlah air yang

tersedia bagi tanaman juga meningkat.

Dengan demikian tanaman yang ditanam

pada tanah yang cukup bahan organiknya

akan memperoleh air cukup. Segi kimia

Bahan organik meningkatkan ketersediaan

unsur hara, meningkatkan efesiensi

pengambilan unsur hara, meningkatkan

kapasitas tukar kation (Cation exchange

Capacity). Segi biologi dilihat dalam proses

meningkatkan populasi dan keragaman

mikroba tanah dan makrobia tanah. Bahan

organik sangat berperan dalam

meningkatkan keragaman mikroba tanah

yang berguna dan juga meningkatkan

keragaman mikroba tanah yang bersifat

heterotrof.

Bahan organik memiliki

kemampuan menyimpan unsur hara yang

secara perlahan akan dilepaskan kedalam

Page 79: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

78

larutan air tanah dan disediakan bagi

tanaman. Bahan organik dapat

meningkatkan kemampuan tanah menahan

air, sehingga persediaan air dalam tanah

untuk menyuplai tanaman cukup. Kedua

kemampuan bahan organik tersebut tentu

menguntungkan bagi pertanian.

Menentukan kandungan bahan

organik tanah dapat dilakukan dengan

berbagai metode. Pada praktikum kali ini

metode yang digunakan adalah Metode

Walkley and Black. Kandungan bahan

organik ditentukan oleh besarnya C-organik

hasil titrasi kemudian dikalikan dengan

konstanta tertentu.

Metode ini tentunya menggunakan

bahan kimia yang bermacam-macam yang

mempunyai fungsinya masing-masing,

kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai

oksidator bahan organik pada tanah, asam

sulfat (H2SO4) sebagai media destruksi

sampel tanah atau lebih tepatnya bahan

organiknya sehingga bahan organik tanah

dapat berpisah dari sampel tanah tersebut,

difinilanin pada H2SO4 pekat digunakan

sebagai petunjuk titik akhir titrasi dan

FeSO4 adalah tiran yang akan bereaksi

terhadap sisa K2Cr2O7 yang tidak

mengoksidasi bahan organik tanah. Secara

umum, reaksi oksidasi bahan organik

adalah sebagai berikut:

3 C + 2 Cr2O7 + 16 H 3 CO2 + 4 Cr2 +

8 H2O

IV. KESIMPULAN

Dari analisa kadar bahan organik

beberapa jenis tanah dapat disimpulkan

bahwa bahan organik merupakan suatu

bahan yang berasal dari makhluk hidup

seperti tumbuhan, hewan dan manusia yang

telah terdekomposisi maupun sedang dalam

proses dekomposisi. Faktor yang

mempengaruhi kadar bahan organik tanah

meliputi iklim, tipe penggunaan lahan,

relief dan bentuk lahan serta aktivitas

manusia. Kadar bahan organik untuk setiap

jenis tanah tidak mungkin sama dengan

kadar bahan organik jenis tanah lainnya

yang dapat dilihat dari hasil percobaan

bahwa kadar bahan organik jenis tanah

entisol 3,263%, ultisol 3,206%, alfisol

4,491%, vertisol 5,93% dan mollisol

7,325%. Dari percobaan juga diperoleh

kadar C-organik tanah yaitu entisol 1,89%,

ultisol 1,86%, alfisol 2,605%, vertisol

3,44% dan mollisol 4,24%.

V. PENGHARGAAN

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha

Esa karena dengan taufik dan hidayah-Nya,

kita dapat melaksanakan praktikum serta

menyelesaikan laporan Bahan Organik

Tanah ini. Laporan ini merupakan satu

tanda penghargaan kami kepada semua

Page 80: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

79

pihak yang telah membantu dan memberi

petunjuk selama kami melakukan

percobaan yang dilakukan pada hari Senin,

17 Maret 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah

Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Terlebih dahulu kami ucapkan

terima kasih kepada Laboratorium Ilmu

Tanah, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta yang telah mengizinkan kami

untuk melakukan praktikum. Tidak lupa

juga kami ucapkan terima kasih kepada

seluruh asisten yang membantu dan

mengarahkan kami selama percobaan

berlangsung, serta kami ucapkan terima

kasih kepada teman-teman satu golongan

atas kerja sama dan partisipasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aprile, F. and R. Lorandi. 2012. Evaluation

of cation exchange capacity

(CEC) in tropical soil using

different analytical methods.

Jurnal of Agricultural 4 : 277-

289

BP Tanah, 2005. Pupuk organik tingkatkan

produksi pertanian. Warta

Penelitian dan Perkembangan

Pertanian (27): 6: 13-15.

Burton, J, C. Chen, Z. Xu and H. Ghadiri.

2007. Soluble organic nitrogen

pools in adjacent native and

plantation forests of subtropical

Australia. Soil Biology and

Biochemistry. 39 : 2723–2734.

Laik, R, K. Kumar, D.K. Das and O.P.

Chaturvedi. 2009. Labile soil

organic matter pools in a

Calciorthent after 18 years of

afforestation by different

plantations. Applied Soil

Ecology. 42 :71–78.

Lou, Y., J. Wang, and W. Liang. 2011.

Impacts of 22-year organic and

inorganic N managements on

soil organic C fractions in a

maize field, northeast

China.Catena 87 : 386– 390.

Schnitzer, M. and S.U. Khan, 1978. Soil

Organic Matter. New York:

Elsevier Science Publishing

Company Inc. p 137.

Soon, Y.K, M.A. Arshad, A. Haq and N.

Lupwayi. 2007. The influence

of 12 years of tillage and crop

rotation on total and labile

organic carbon in a sandy loam

soil.Soil and Tillage Research.

95 : 34-46.

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian

Organik: Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Hal 31.

Sutanto, R., 2005. Dasar-DasarIlmu Tanah.

Yogyakarta: Kanisius.

Page 81: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

80

LAMPIRAN

Perhitungan Bahan Organik Beberapa Jenis Tanah

1. Entisol

KL : 5,61% Va : 4,8 ml

a : 0,5 gram Vb : 2,5 ml

N FeSO4 : 0,2 N

𝐶 =(100 + 5,61) 𝑥 (4,8 − 2,5) 𝑥 0,2 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 0,5𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐶 = 1,89 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [1,89] 𝑥100

58%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 3,263 %

2. Alfisol

KL : 11,45% Va : 4,9 ml

a : 0,5 gram Vb : 1,9 ml

N FeSO4 : 0,2 N

𝐶 =(100 + 11,45) 𝑥 (4,9 − 1,9) 𝑥 0,2 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 0,5𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐶 = 2,605 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [2,605] 𝑥100

58%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 4,491 %

3. Vertisol

KL : 13,333% Va : 4,9 ml

a : 0,5 gram Vb : 1 ml

N FeSO4 : 0,2 N

𝐶 =(100 + 13,333) 𝑥 (4,9 − 1) 𝑥 0,2 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 0,5𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐶 = 3,44 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [3,44] 𝑥100

58%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 5,93 %

4. Ultisol

KL : 8,544% Va : 4,9 ml

a : 0,5 gram Vb : 2,7 ml

Page 82: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

81

N FeSO4 : 0,2 N

𝐶 =(100 + 8,544) 𝑥 (4,9 − 2,7) 𝑥 0,2 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 0,5𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐶 = 1,86 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [1,86] 𝑥100

58%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 3,207 %

5. Mollisol

KL : 16,005% Va : 4,9 ml

a : 0,5 gram Vb : 0,2 ml

N FeSO4 : 0,2 N

𝐶 =(100 + 16,005) 𝑥 (4,9 − 0,2) 𝑥 0,2 𝑥 3

100 𝑥 1000 𝑥 0,5𝑥

50

10𝑥

100

77𝑥 100%

𝐶 = 4,24 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = [4,24] 𝑥100

58%

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = 7,32 %

Gambar 4. Hasil Analisa Konsistensi Tanah dan Bahan Organik

Page 83: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

82

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNT 1201A1)

ACARA VII

MUATAN TANAH (KPK DAN KPA KUALITATIF)

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 3 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo Ajiputro

LABORATORIUM TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 84: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

83

ACARA VII

MUATAN TANAH (KPK KUALITATIF)

ABSTRAK

Praktikum muatan tanah (KPK dan KPA Tanah Kualitatif) dilaksanakan pada tanggal

24 Maret 2014, bertempat di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. KPK atau Kapasitas Pertukaran

Kation merupakan kapasitas lempung untuk mampu menyerap dan menukarkan kation,

sedangkan KPA atau Kapasitas Pertukaran Anion merupakan kapasitas lempung untuk

mampu menyerap dan menukarkan anion. Pada percobaan kali ini, metode yang

digunakan adalah metode kolorimetri. Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan

zat warna eosin red (anion, memiliki ion -) dan gentian violet (kation, memiliki ion +). Zat

warna tersebut ditambahkan dalam larutan tanah. Apabila tanah tersebut memiliki ion

yang berbeda, warna campuran yang terbentuk akan jauh dari warna asli zat pewarna

larutan eosin red atau gentian violet. Dilaksanakannya praktikum Muatan Tanah (KPK

dan KPA Tanah Kualitatif) bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah,

dimana jika suatu tanah memiliki nilai KPK tinggi maka tanah akan mampu menyerap

unsur hara lebih banyak, sehinggatanah menjadi subur. Dalam praktikum yang telah

dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa tanah Entisol memiliki nilai KPK yang paling tinggi,

diikuti dengan Ultisol, Vertisol, Alfisol, dan Molisol. Untuk nilai KPA, didapat bahwa

tanah Ultisol memiliki nilai KPA yang paling tinggi, diikuti dengan Molisol, Vertisol,

Alfisol, dan yang paling rendah adalah Entisol.

Kata Kunci : KPK, KPA, tanah, metode kolorimetri

I. PENGANTAR

Tanah sebagai bahan media tanam

sangatlah memiliki peranan penting dalam

menunjang pertumbuhan tanaman. Salah

satu hal yang paling penting adalah sifat

kimia tanah. Sifat kimia tanah ada beberapa

macam, yaitu koloid tanah, muatan pH

tanah, bahan organik tanah, dan kadar kapur

tanah. Semua dari sifat kimia tanah

memiliki peranan penting dalam

menentukan kesuburan tanah, hal yang

terpenting adalah muatan tanah yang berupa

KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) dan

KPA (Kapasitas Pertukaran Anion).

Tanah adalah lapisan atas bumi

yang merupakan campuran dari pelapukan

batuan dan jasad makhluk hidup yang telah

mati dan membusuk, akibat pengaruh

cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi

lapuk, mineral-mineralnya terurai

(terlepas), dan kemudian membentuk tanah

yang subur. Ada dua belas ordo tanah

menurut sistem pengelompokan USDA,

atau Soil Taxonomy pada tahun 1999 yaitu

Entisol, Inseptisol, Alfisol, Ultisol, Oxisol,

Vertisol, Molisol, Spodosol, Histosol,

Andosol, Aridisol, dan Gleisol (Agung et.

al, 2013). Pengidentifikasian sifat-sifat

kimia tanah sangatlah penting dilakukan

karena sifat tersebut sangatlah erat

kaitannya dengan kesuburan tanah dan

Page 85: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

84

merupakan dasar penyusun strategi

pengolahan tanah. Sifat-sifat tanah tersebut

berkaitan erat dengan dinamika berbagai

unsur hara dalam tanah, jenis dan jumlah

mineral liat berpengaruh terhadap

karakteristik kimiawi tanah, seperti

kapasitas tukar kation (KPK), besarnya

fiksasi hara, dan lain-lain (Havlin et. al,

2013).

Sumber muatan koloid tanah terdiri

dari muatan permanen (permanent charge)

dan muatan tergantung pH, atau muatan

variabel (pH demand charge atau variable

charge). Sumber muatan pada mineral liat

tipe 2:1 (smektit) didominasi oleh muatan

permanen, sedangkat pada liat tipe 1:1

(kaolinit) banak terdapat muatan tergantung

pH. Demikian pula mineral oksihidroksida

seperti goetit, hematit, ferrihidrit, gibsit,

dan mineral amorf lainnya umumnya

didominasi oleh sumber muatan tergantung

pH. Kapasitas tukar kation (KTP) tanah

dipengaruhi oleh sumber muatan koloid

tanah, mineral liat tipe 2:1 memiliki KTK

30 (illit) 144-207 (vermikulit), dan

70me/100g (smektit). Sementara itu

mineral lainnya yang didominasi oleh

sumber muatan variabel mampunyai KTK

1-10 (kaolinit), 20-50 (alofan) dan

135me/100g (imogolit). Ketersediaan unsur

hara dipengaruhi oleh dinamika hara atau

proses serapan dan pelepasan hara tersebut

yang semuanya dikendalikan oleh koloid

liat tanah. Besarnya serapan kation atau

anion oleh koloiod tanah tergantung dari

luas permukaan koloid. Semakin luas

permukaan koloid maka semakin banyak

ion yang dapat diserap (Tan, 1998).

KPK adalah kapasitas lempung

untuk menyerap dan menukar kation pada

komplek pertukaran yang dipengaruhi oleh

kandungan lempung, tipe lempung, dan

kandungan bahan organik. Nilai pH suatu

tanah dapat berpengaruh terhadap nilai

KPK dalam uji adsorpsi asam humat, hal

tersebut dapat dikarenakan kebanyakan

tempat pertukaran kation koloid organik

dan fraksi liat dan hidrogen (Sukmawati,

2011). Kapasitas pertukaran anion (KPA)

adalah kapasitas lempung untuk menyerap

dan menukar anion seperti 𝑆𝑖𝑂44−, 𝐻2𝑃𝑂4

− ,

𝑆𝑂42−, 𝑁𝑂3− dan 𝐶𝑙− (Hanudin, 2005).

Menurut Sukmawati, (2011) bahwa nilai

KPA tanah akan turun apabila pH anah

meningkat dalam uji arbsorpsi asam humat.

Pemberian asam humat dan asam silikat

pada alofan menurunkan KPK akibat

terjadinya pelepasan Si dari alofan yang

diketahui dengan mengukur Si dalam

kesetimbangan setelah adsorpsi sehingga

mengurangi muatan negatif pada

permukaan alofan sebagai sumber

pertukaran kation, akibatnya kation yang

dapat dijerap dan dipertukarkanpun menjadi

turun. Sebaliknya, asam humat dan asam

Page 86: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

85

silikat yang diberikan meningkatkan KPA

alofan.

Kapasitas tukar kation tanah

tergantung dari kandungan bahan organik,

jumlah dan jenis mineral liat. Nilai KTK

tanah dipengaruhi oleh jumlah muatan

negatif baik yang berasal dari proses

substitusi isomorfik maupun muatan

variabel yang berasal dari pinggir patahan

mineral liat dan oksihidroksida juga berasal

dari gugus fungsional bahan organik.

Perilaku tanah tergantung bahan induk,

tingkat pencucian, kapasitas tukar kation,

dan jenis mineral liat tanah. Selain itu

apabila kandungan mineral dalam tanah

masuk dalam kategori yang memiliki nilai

KPK rendah maka tanah tersebut juga akan

memiliki nilai KPK rendah (Nursyamsi dan

Suprihati, 2005). Ada hal lain yang dapat

mempengaruhi nilai KTK tanah yaitu bahan

organik tanah, KTK tanah sebagai sifat

tanah yang penting seperti pada tanah

Ultitisol yang memiliki jenis mineral liat

bermuatan rendah walaupun kadar litany

tinggi, sedangkan pada tanah Entisol bahan

organik memilki pengaruh kecil meskipun

bahan organik dalam tanah Entisol cukup

tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa

pada tanah Entisol memiliki muatan liat

yang berkontribusi tinggi terhadap KTK

tanah, hal tersebut dapat dibuktikan dengan

table sifat fisik dan kimia tanah Ultisol dan

tanah Entisol sebelum dan sesudah bahan

organiknya dihilangkan berikut ini

(Muktamar, Z. et. al. 2003):

Tabel 7. Sifat fisik dan kimia tanah Entisol dan Ultisol

Sifat Tanah

Ultisol Entisol

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

pH 𝐻2𝑂 5.0 5.6 7.5 8.6

pH KCl 3.5 4.1 6.8 7.9

DHL (uS 𝑐𝑚−1) 35 20 191.6 272.0

C-organik (%) 0.22 - 0.68 -

Page 87: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

86

KPK (𝑐𝑚𝑜𝑙 𝐾𝑔−1) 22.5 14.5 11.5 10.5

Liat (%) 54.41 38.41 - -

Konstanta Langmuir

menggambarkan kekuatan energi ikatan

terjerap pada tapak reaktif yang terdapat

dalam tanah. Artinya konstanta merupakan

ukuran kestabilan jerapan kation-kation

pada tapak jerapan. Makin tinggi nilai

konstanta Langmuir, makin kuatlah ikatan

yang terjadi antara koloid tanah dengan

kation. Hasil penelitian Silahooy 2008 yang

memberikan nilai k negatif dan positif.

Nilai k negatif menunjukkan kation Kalium

yang diberikan tidak dapat diikat oleh

tanah, atau mungkin dijerap secara fisik,

kemudian dilepaskan kembali. Selain itu

kation K yang diberikan diduga diluar jarak

jangkauan dari permukaan tanah (Silahooy,

2008). Dalam teori Debye Huckel

menjelaskan bahwa pada kenyataannya ion

dan asosiasinya dengan molekul air

memiliki ukuran fisik tertentu, yang dapat

dijerap bila berada pada jangkauan

permukaan tanah (jari-jari Debye Huckel)

(Bohn et al, 1988 cit. Silahooy, 2008).

II. METODOLOGI

Praktikum muatan tanah (KPA dan

KPK tanah kualitatif) dilakukan di

Laboratorium Tanah Umum, Jurusan

Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari senin,

tanggal 24 maret 2014 pukul 13:30 WIB.

Alat dan bahan yang digunakan dalam

praktikum ini adalah contoh tanah diameter

0.5mm, untuk kelompok kami, tanah yang

digunakan adalah tanah Entisol. Tabung

reaksi sebanyak 2 buah, dan larutan eosin

red serta gentian violet.

Pertama-tama, kedua tabung reaksi

diisi dengan tanah sampel diameter 0.5mm

sebanyak 2 gram, kemudian ditambahkan

dengan larutan gentian voilet pada tabung

pertama, dan larutan eosin red pada tabung

kedua. Tabung tersebut digojok homogen,

kemudian dibiarkan mengendap selama

beberapa saat hingga terpisah antara tanah

dengan filtratnya. Warna filtrat pada tabung

reaksi diperhatikan dan dibandingkan

intensitas warna larutan dengan warna

blanko (warna larutan gentian violet dan

eosin red tanpa tanah). Kemudian intensitas

warna larutan dibandingkan dengan tanah

yang lainnya, dan diurutkan dari warna

yang paling mendekati blangko, hingga

warna yang paling menjauhi blangko, dan

Page 88: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

87

dilakukan pencatatan terhadap hasil

pengamatan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Muatan Tanah

Tanah Gentian Violet Eosin Red

Entisol +++++ +

Ultisol ++++ +++++

Alfisol ++ ++

Vertisol +++ +++

Molisol + ++++

Berdasarkan praktikum Dasar-

Dasar Ilmu Tanah acara Bahan Organik

pada hari Senin tanggal 17 Maret 2014

golongan A1, dapat diketahui konsentrasi

atau kadar organik yang terdapat pada jenis

tanah dimana pada teori mengungkapkan

bahwa semakin tinggi kadar bahan organik

akan semakin meningkatkan nilai KTK

atau KPK suatu tanah. Sehingga jika

diurutkan mulai dengan kadar bahan

organik tinggi (KPK paling tinggi) adalah

sebagai berikut Ultisol, Entisol, Alfisol,

Vertisol, dan Mollisol. Sedangkan urutan

tanah dengan nilai KPA yang paling tinggi

adalah Ultisol, Molisol, Vertisol, Alfisol,

dan Entisol.

Dari hasil pengamatan tersebut

terjadi kesalahan susunan hasil percobaan,

yang seharusnya antara percobaan gentian

violet dan eosin Red harus saling terbalik

(berbanding terbalik) karena tidak mungkin

satu jenis tanah memiliki dominansi muatan

positif (+) dan negatif (-) yang sama.

Kesalahan mungkin terjadi pada masalah

Page 89: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

88

teknis dimana tabung reaksi yang

digunakan belum dipastikan benar-benar

bersih sehingga apabila ada ion-ion yang

masih menempel pada dinding tabung

reaksi akan mempengaruhi hasil, selain itu,

pengamatan dilakukan dengan waktu cepat

padahal sebelumya sampel dilakukan

penggojokan sehingga belum semua tanah

mengendap dan pengamatan warna juga

relatif sulit dilakukan.

Tanah merupakan media tumbuh

bagi tanaman. Walaupun saat ini sudah

ditemukan media tumbuh tanaman yaitu

dengan menggunakan media selain tanah

(hidroponik dan aeroponik) tetapi fungsi

tanah sebagai tempat tumbuh tanaman

belum bisa digantikan sepenuhnya. Sebagai

media tumbuh, tanah harusnya memberikan

unsur-unsur kepada tanaman sehingga

proses pertumbuhan tanaman akan optimal.

Unsur-unsur ini yang sering disebut hara

(unsur hara). Pada kenyataannya, unsur

hara dibagi menjadi dua bagian, yaitu unsur

mikro dan unsur makro, yang berasal dari

berbagai sumber sehingga konsentrasi

untuk masing-masing jenis tanah sangat

bervariasi. Namun, kecukupan hara belum

tentu menghasilkan produktivitas tanaman

yang maksimal, ini semua tergantung

masalah penyerapan hara tanaman, kondisi

tanah apakah dapat tertembus akar atau

tidak dan terakhir adalah tipe kation-kation

unsur tanah apakah mudah dilepas atau

tidak. Unsur hara yang tinggi berarti tanah

itu mengandung unsur-unsur kimia yang

cukup tinggi, dan setiap unsur-unsur kimia

memiliki muatan tertentu (positif maupun

negatif). Muatan inilah yang nantinya akan

diikat atau dilepaskan kembali dari dan ke

dalam tanah. Kemampuan tanah untuk

mengikat atau melepas unsur ini yang

disebut Kapasitas Pertukaran Kation (KPK)

yang akan dibahas lebih lanjut dalam

laporan ini.

Kapasitas pertukaran kation (KPK)

atau sering disebut Kapasitas Tukar Kation

(KTK) adalah jumlah total kation yang

dapat dipertukarkan (cationexchangable)

pada permukaan koloid yang bermuatan

negatif. Kapasitas Pertukaran Kation pada

tanah berbanding terbalik dengan Kapasitas

Pertukaran Anion (KPA) dengan kata lain

apabila KPK tanah semakin tinggi maka

KPA tanah akan semakin rendah begitu

pula sebaliknya. besar kecilnya nilai KPK

atau KPA akan menentukan muatan tanah

yang diuji. satuan untuk menyatakan KPK

tanah adalah me% atau me/100 gram. Pada

analisa kali ini yang dilakukan merupakan

pengujian muatan tanah secara kualitatif

dengan metode kolorimetri. Disebut

kualitatif karena dalam percobaan kali ini

yang dilakukan hanya sebatas menguji

muatan tanahnya saja belum sampai

mengukur Kapasitas Pertukaran Kation.

Metode kolorimetri sendiri merupakan

Page 90: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

89

metode analisis kimia dengan warna

sebagai indikator pengukuran. Biasanya

metode kolorimeter membutuhkan suatu

panel penilaian atau pembanding warna

dapat pula menggunakan blangko yang

pada percobaan ini menggunakan larutan

pengujinya sendiri yaitu gentian violet dan

eosin Red.

Secara garis besar, pengujian kali ini

dilakukan dengan menambahkan larutan

bermuatan positif dan negatif pada sampel

tanah (entisol). Larutan bermuatan positif

yang digunakan adalah gentian violet

sedangkan larutan bermuatan negatif yang

digunakan adalah eosin Red. Prinsip

pengujianya sendiri adalah apabila larutan

bermuatan positif (gentian violet) yang di

campurkan pada tanah sampel berubah

warna, itu berarti terjadi reaksi yaitu muatan

positif terikat ke partikel tanah yang

bermuatan negatif (ikatan antara ion + dan -

) sehingga dapat dikatakan bahwa tanah

sampel tersebut bermuatan negatif, begitu

pula sebaliknya. Banyak sedikitnya reaksi

yang terjadi diamati dengan intensitas

perubahan warna larutan yang

dibandingkan dengan larutan blangko,

sehingga dalam hal ini dapat diketahui

tanah sampel mana yang bermuatan positif

atau negatif yang lebih tinggi dan yang lebih

rendah.

Fungsi larutan gentian violet dan

eosin Red adalah sebagai penentu muatan

tanah. Gentian violet yang bermuatan

positif apabila dicampurkan ke tanah akan

bereaksi dengan muatan negatif tanah.

Setelah dilakukan percobaan terhadap 5

jenis tanah yang berbeda akan diketahui

seberapa besar reaksi yang terjadi dengan

mengamati warna larutan yang

dibandingkan dengan larutan blangko,

semakin warna berbeda menjauhi gentian

violet maka semakin besar reaksi yang

terjadi antara muatan positif (gentian violet)

dengan muatan negatif (tanah). Begitu pula

yang terjadi dengan eosin Red, semakin

berbeda warna larutan (tanah dan eosin

Red) maka semakin besar reaksi yang

terjadi antara muatan negatif dari eosin Red

dan muatan positif tanah, sehingga semakin

tinggi pula nilai KPA tanah.

KPK tanah sangat beragam dan

tergantung pada beberapa hal mengenai

tanah tersebut, yaitu :

1. Reaksi tanah atau pH. Semakin

tinggi pH tanah akan menyebabkan

semakin tinggi nilai KPK.

2. Tekstur Tanah. Semakin tinggi

kadar liat tanah akan semakin

meningkatkan nilai KPK.

3. Kadar BO (Bahan Organik).

Semakin tinggi kandungan bahan

organik akan semakin

meningkatkan kemampuan dalam

Page 91: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

90

mengikat atau melepaskan kembali

kation dari dan ke dalam tanah.

Seperti pada penelitian Muktamar

dkk. (2003), penghilangan bahan

organik pada tanah ultisol dan

entisol akan menurunkan nilai KPK

tanah sebesar 35,6 % dan 9,5 %

untuk masing-masing tanah.

4. Pengapuran dan Pemupukan juga

menjadi faktor tinggi rendahnya

nilai KPK, semakin sering

pemupukan dilakukan akan semakin

mengurangi kapasitas tanah dalam

mengikat kation.

Sebenarnya, yang menentukan

muatan tanah adalah kadar lempung dari

jenis tanah tersebut. Semakin tinggi kadar

lempung dalam suatu tanah akan

meningkatkan KTK atau KPA tanah, karena

kandungan lempung itulah yang dapat

mengikat atau melepaskan kembali kation

atau amnion berdasarkan muatan tanahnya.

Apabila suatu tanah lebih banyak mengikat

kation (+) maka tanah itu bermuatan negatif

(-), begitupula sebaliknya. setelah

dilakukan percobaan, diketahui bahwa

tanah entisol yang sudah diberi gentian

violet memiliki warna yang paling

mendekati larutan blangko, hal ini berarti

tanah entisol memiliki muatan positif yang

paling kuat dibandingkan tanah yang yang

lain. Pada saat tanah entisol ditambahkan

eosin Red, warnanya adalah yang paling

menjauhi larutan blangko, hal ini berarti ion

negatif dari eosin Red bereaksi dengan ion

positif dari tanah, sehingga dapat dikatakan

pula bahwa entisol adalah tanah yang

bermuatan positif. Untuk hasil percbaan

tanah lainnya adalah sebagai berikut:

entisol, ultisol, vertisol, alfisol dan mollisol

yaitu merupakan tanah dengan warna yang

paling mendekati gentian violet hingga

yang paling menjauhi, sedangkan yang

menggunakan eosin Red adalah sebagai

berikut : ultisol, mollisol, vertisol,alfisol

dan entisol yang merupakan urutan dari

warna yang paling mendekati blangko

hingga yang paling menjauhi. Apabila

warna semakin menjauhi gentian violet

maka nilai KPK tanah semakin tinggi

sedangkan apabila semakin menjauhi warna

eosin Red maka nilai KPA tanah yang

semakin tinggi.

KTK atau KPK memiliki pengaruh

yang besar atas kelangsungan pertanian,

karena dengan diketahuinya nilai KTK atau

KPK tanah kita sebagai orang pertanian

akan mengetahui seberapa besar pengaruh

dan efisiensi penyerapan unsur-unsur hara

dalam tanah baik yang sifatnya alami

maupun buatan (pemupukan). Semakin

tinggi nilai KPK tanah akan semakin

memudahkan pengikatan dan pelepasan

kation oleh tanah begitu pula sebaliknya.

Akan tidak berguna jika suatu tanah yang

ditambahkan unsur-unsur penyubur

Page 92: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

91

(pupuk) tetapi oleh larutan tanah tidak bisa

diikat, sehingga unsur yang berguna untuk

tumbuhan akan tetap dalam bentuk pupuk

yang sulit untuk diambil tanaman dan

dimanfaatkan.

IV. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa tanah

yang warnanya paling mendekati blangko

memiliki nilai KPK atau KPA yang paling

tingi. Sehingga jika diurutkan mulai dengan

kadar bahan organik tinggi (KPK paling

tinggi) adalah sebagai berikut Ultisol,

Entisol, Alfisol, Vertisol, dan Mollisol.

Sedangkan urutan tanah dengan nilai KPA

yang paling tinggi adalah Ultisol, Molisol,

Vertisol, Alfisol, dan Entisol.

V. PENGHARGAAN

Ucapan terima kasih kepada Tuhan

Yang Maha Esa, sehingga kami masih

diberikan kesempatan untuk melakukan

praktikum ini. Dan kepada seluruh

praktikan golongan A1 kelompok 2, yang

bersama-sama telah menyelesaikan laporan

ini, kepada ketua golongan A1, kepada

seluruh asisten praktikum yang tidak dapat

disebutkan namanya satu-persatu, dan

kepada koordinator praktikum Dasar-Dasar

Ilmu Tanah, Ir. Suci Handayani, M.P, dan

semua yang telah berjasa dalam

penyusunan laporan ini yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Agung A.R.S, G., I Wayan D.A., I Made

M.. 2013. Perbedaan sifat biologi

tanah pada beberapa tipe

penggunaan lahan di tanah Andisol,

Inceptisol, dan Vertisol. Dalam E-

jurnal Agroekoteknologi Tropika

ISSN: 2301-6515 Vol. 2, No. 4,

Oktober 2013. Program Studi

Agroekoteknologi, Fakultas

Pertanian, Universitas Udayana.

Bali.

Havlin, J.l., J.D. Beaton, S.M. Tisdale, W.L.

Nelson. 1999. Soil Fertility and

Fertilizers. An Introduction to

Nutrient Management. Prentice

Hall, Upper Saddle River, New

Jersey. p. 154-194.

Hanudin E. 2005. Kimia Tanah. Bahan

Kuliah Program Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian UGM.

Yogyakarta.

Muktamar, Z.. Silmi F. dan Nanik S.. 2003.

Paraquate adsorption by Ultisol and

Entisol inorganic materials at

various concentration. Dalam Jurnal

Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia.

Volume 5, No. 2, 2003. Hlm. 40-47

ISSN 1411-0067

Nursyamsi, D. dan Suprihati. 2005. Soil

chemical and mineralogical

characteristics and its relationship

with the fertilizers requirement for

rice (Oriza sativa), maize (Zea

mays) and soybean (Glycine max).

Dalam Bul. Agron. (33) (3) 40 – 47

(2005).

Silahooy, Ch. 2008. The potassium sorption

and its relation with zero point of

charge (ZPC) in some

decomposition levels of tidal flat

Page 93: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

92

soil. Dalam Jurnal Budidaya

Pertanian, Vol. 4. No 1, Juli 2008,

Halaman 1-9.

Sukmawati, S. 2011. Beberapa perubahan

sifat kimia alofan dari Andisol

setelah menjerap asam humat

danasam silikat. Dalam Media

Litbang Sulteng IV (2) : 118 – 124 ,

Desember 2011 ISSN : 1979 – 5971

Tan, K.H. 1998. Principles of Soil

Chemistry. 3rd Ed. Marcel Decker,

Inc. New York, Basel, Hong Kong.

Page 94: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

93

LAMPIRAN

Gambar 5. Hasil Analisa Muatan Tanah dan pH

Page 95: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

94

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH(PNT 1201A1)

ACARA VIII

REAKSI TANAH( pH TANAH )

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 3 Maret 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo A.

LABORATORIUM ILMU TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 96: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

95

ACARA VIII

REAKSI TANAH ( pH TANAH )

ABSTRAK

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara VIII yang berjudul “Reaksi Tanah (pH

Tanah)” dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah

Umum, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan pH aktual (H2O) dan pH potensial (KCl).

Reaksi tanah merupakan sifat kimia tanah yang berpengaruh pada proses-proses di

dalam tanah, seperti laju dekomposisi bahan organik, mineral, pembentukan mineral

lempung, dan ketersediaan unsur hara. Metode yang digunakan untuk menetapkan pH

H2O dan KCl tanah pada praktikum ini adalah metode pengukuran secara elektrometri

(elektrode gelas) dengan menggunakan pH meter dan metode kolorimetri. Hasil yang

diperoleh pada percobaan reaksi tanah (pH tanah), nilai pH H2O pada tanah yang diuji

yaitu Ø 2mm Entisol = 6,26; Ø 2mm Ultisol= 6,14; Ø 2mm Alfisol= 7,83; Ø 2mm Vertisol=

8,16; Ø 2mm Mollisol= 7,12. Nilai pH KCl pada tanah yang diuji yaitu Ø 2mm Entisol=

5,18; Ø 2mm Ultisol=5,20; Ø 2mm Alfisol= 6,79; Ø 2mm Vertisol= 7,15; Ø 2mm Mollisol=

6,08. Faktor yang mempengaruhi nilai pH tanah adalah bahan induk, iklim, bahan

organik dan perlakuan manusia.

Kata kunci: pH, kolorimetri, KCl

I

. PENGANTAR

Tanah merupakan bagian kerak

bumi yang tersusun dari mineral dan

berbagai bahan organik. Dalam

menciptakan pertumbuhan dan produksi

optimal tanaman, maka pH tanah

merupakan salah satu faktor penting yang

dapat mempengaruhi hal tersebut. pH

merupakan ukuran derajat keasaman. Setiap

jenis tanah memiliki kadar pH tertentu

sebagai kadar yang sesuai untuk bertumbuh

dan berkembang. Tanah yang tumbuh

dalam keadaan basa akan memiliki pH >7.

Sedangkan tanah yang tumbuh dalam

keadaan asam akan memiliki pH<7,

sedangkan menurut ilmu kimia murni pH

dikatakan netral bila nilainya 7, namun

menurut ilmu kimia tanah, pH netral yaitu

pH yang menciptakan kondisi optimum

ketersediaan hara tanaman(pH 6,5) Selain

berpengaruh terhadap reaksi kimia tanah,

pH juga dapat berpengaruh pada proses

pembentukan mineral lempung dan status

hara tanah, pH yang sesuai penting untuk

diketahui karena dapat mendukung

pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pH

dipelajari pada praktikum kali ini pada 5

jenis tanah yang berbeda, yaitu tanah

Entisol, Ultisol, Alfisol, Vertisol dan

Mollisol.

Reaksi tanah menunjukkan reaksi

asam dan basa di dalam tanah. Reaksi tanah

tersebut akan mempengaruhi proses-proses

di dalam tanah, seperti laju dekomposisi

bahan organik, mineral, pembentukan

mineral lempung, dan secara tidak langsung

Page 97: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

96

mempengaruhi pertumbuhan tanaman lewat

pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur

hara. Suatu tanah dapat bereaksi asam atau

alkalis tergantung pada konsentrasi ion H

dan OH. Reaksi pertama akan terjadi bila

kadar ion H lebih besar dibanding ion OH

dan sebaliknya. Untuk mencirikan reaksi

tanah tersebut dipakai istilah pH yang

diartikan sebagai nilai logaritma negatif

dari konsentrasi ion H (Mass, 1996).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi

oleh pH tanah melalui dua cara, yaitu

pengaruh langsung ion hidrogen dan

pengaruh tidak langsung, yakni tidak

tersedianya unsur hara tertentu dan adanya

unsur-unsur yang beracun. Dari berbagai

jenis penelitian diketahui bahwa batas

maksimum dari pH tanah untuk berbagai

jenis tanaman yang masih perlu diberi kapur

(Kartasapoetra, 1985).

Tanah asam terkadang dianggap

tidak subur karena menyebabkan penurunan

ketersediaan beberapa nutrisi dan

peningkatan logam berat ke tingkat

beracun. Dalam hal ini, curah hujan yang

tinggi dapat menyebabkan tanah menjadi

asam (Shi et al., 2009). Logam berat

menyerap ke tanah sangat dipengaruhi oleh

pH tanah solusi. Limbah industri dengan

terkonsentrasi tinggi membuat kondisi pH

tidak terkendali (Fonseca et al., 2009).

Keasaman tanah biasa terdapat di

semua daerah dengan curah hujan tinggi

sehingga cukup banyak basa dapat tertukar,

terlindi dari lapisan permukaan tanah. Hal

ini terjadi sangat luas dan pengaruhnya

begitu nyata pada tanaman, sehingga

kemasaman tanah merupakan salah satu

sifat tanah yang penting, sedangkan

kebasaan tanah terjadi karena derajat

kejenuhan basa relatif tinggi, terdapat

garam-garam karbonat terutama kalsium,

magnesium dan natrium juga memberikan

ion OH lebih besar dari ion H dalam larutan

tanah. Sehingga dalam keadaan demikian

tanah menjadi basa (alkali) dan kadang-

kadang sangat kuat, terutama jika terdapat

natrium karbonat, sehingga pH 9 dan pH 10

tidaklah aman. Tanah basa merupakan ciri

daerah kering atau setengah kering

(Buckman and Brady, 1952).

PH tanah atau reaksi tanah

merupakan indikasi dari keasaman atau

kebasaan tanah dan diukur dalam satuan

pH. PH tanah didefinisikan sebagai

logaritma negatif dari konsentrasi ion

hidrogen. Skala pH pergi dari 0 sampai 14

dengan pH 7 sebagai titik netral. Sebagai

jumlah ion hidrogen dalam tanah

meningkatkan pH tanah menurun sehingga

menjadi lebih asam. Dari pH 7-0 tanah

semakin lebih asam dan pH dari 7 sampai

14 tanah semakin lebih basa atau

dasar(Anonim, 2014).

PH larutan sangat penting karena

larutan tanah mengandung unsar hara

seperti N, P, dan K. Jika pH larutan tanah

meningkat hingga di atas 5,5 maka Nitrogen

Page 98: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

97

(dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi

tanaman. Di sisi lain, fosfor akan tersedia

bagi tanaman pada PH antara 6,0-7,0

(Siradz, 2006).

Ada dua faktor utama yang

menyebabkan perubahan dalam pH tanah,

yaitu faktor yang menghasilkan

peningkatan hidrogen yang di arbsorpsi dan

selanjutnya aluminium dan faktor yang

meningkatkan kandungan basa yang

diabsorpsi. Faktor pembentuk asam yang

paling banyak terdapat adalah asam

karbonat (H2CO3) yang dihasilkan dari

reaksi CO2 dengan air. Asam anorganik

seperti H2SO4 dan HNO3 merupakan asam

yang memberikan banyak ion hidrogen

dalam tanah. Faktor pembentuk basa

diantaranya adalah Ca, Mg, Na, dan K

(Mellanby, 1967).

Tanah dengan pH 8 dan diatasnya

biasanya didominasi oleh hidrolisa

karbonat, terutama dikembangkan dari

bahan induk yang berkapur. Pelapukan dan

pencucian berlangsung minimal. Hidrolisis

karbonat dan untuk mengurangi perluasan

hidrolisa, basa dapt ditukar mengendalikan

pH pada beberapa Entisol muda dan

inceptiol, tanah dengan regim kelembaban

tanah ridic, ridisol dan beberapa vertisol

dimana kandungan liat yangmenggembung

tinggi menghambat pemindahan basa dan

karbonat melalui pencucian (Foth, 1994).

pH tanah yang tinggi menunjukkan

peningkatan jumlah kation yang terjerap.

Kenaikan pH tanah menyebabkan disosiasi

ion H+ dari gugus OH- pada tepi kristal

mineral lempung sehingga permukaan

mineral lempung menjadi bermuatan

negative yang dapat menyebabkan

peningkatanKPK tanah. Peningkatan pH

tanah menyebabkan ion-ion Al+ dan Fe3+

terjerap dan selanjutnya terhidrolisis

menjadi ion-ion Al hidroksida Al(OH)2+

dan Al(OH)+2 atau Fe hidroksida

Fe(OH)2+ dan Fe(OH)+2 yang larut. Hal

ini menyebabkan Al hidroksida atau Fe

hidroksida menjadi mudah terlindi dari

profil tanah sehingga nilai Al dan Fe

menjadi rendah (Rajamuddin dkk, 2006).

II. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah

yang berjudul “Reaksi Tanah (pH Tanah)”

ini dilaksanakan pada hari Senin, 24 Maret

2014 di Laboratorium Ilmu Tanah Umum,

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Selama percobaan berlangsung, bahan yang

digunakan yaitu contoh tanah (alfisol,

Entisol, vertisol, ultisol dan mollisol) yang

berdiameter 2 mm, aquadest dan larutan

KCl 1 N. Sedangkan alat-alat yang

digunakan adalah timbangan, dua (2) buah

cepuk pH, gelas ukur, serta alat pH meter.

Metode yang dipakai selama percobaan

adalah metode elektrometri yaitu dengan

digunakan pH meter.

Page 99: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

98

Tahapan awal percobaan ini yaiitu

masing-masing contoh tanah diameter 2

mm ditimbang sebanyak 10 gram (dibuat 2

ulangan) dan dimasukkan ke dalam cepuk

pH. Kemudian 1 buah cepuk ditambah air

aquadest sebanyak 25 ml dan satu cepuk

lagi ditambahkan larutan KCl 1 N sebanyak

25 ml juga. Diaduk secara merata dan

didiamkan selama 30 menit, lalu diukur pH

tanah dengan digunakan pH meter.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 9. Reaksi Tanah (pH Tanah)

TANAH pH Tanah

H2O KCl

Entisol 6,26 5,18

Alfisol 6,14 5,20

Ultisol 7,83 6,79

Vertsiol 8,16 7,15

Molliso 7,12 6,08

Keasaman tanah diukur pada skala

pH dari angka dari 1 hingga 14. Pada pH

dengan angka 6,5 , maka tanah adalah

netral, tetapi lebih rendah dari 6,5 disebut

tanah masam sedangkan pH tanah diatas 7

adalah basa atau alkali. Jika pH tanah terlalu

rendah (asam) atau terlalu tinggi (basa),

maka pertumbuhan tanaman bisa

berkurang.

Reaksi tanah suatu istilah yang

dipakai untuk menyatakan reaksi asam basa

dalam tanah. Reaksi kimia dan biokimia

tanah hanya dapat berlangsung pada reaksi

tanah yang spesifik. Laju dekomposisi

mineral tanah dan bahan organik

dipengaruhi oleh reaksi tanah.

Pembentukan mineral lempung bergantung

pada reaksi tanah. Pertumbuhan tanaman

juga di pengaruhi oleh reaksi asam dan basa

dalam tanah, baik langsung maupun tidak

langsung. Pengaruh tidak langsung

terhadap tanaman adalah melalui

pengaruhnya terhadap kelarutan dan

ketersediaan hara tanaman. Perubahaan

konsentrasi fosfat dengan perubahaan pH

tanah, secara langsung ion H+ mempunyai

pengaruh meracun terhadap tanaman jika

terdapat dalam konsentrasi tinggi. Partikel

koloidal dapat juga berkelakuan sebagai

Page 100: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

99

suatu asam atau suatu basa. Lempung

hidrogen atau jenuh Al biasanya

berperilaku sebagai suatu asam dan dapat

bereaksi dengan basa ( Kim H.Tan, 1991 cit

Puteri, 2012).

Reaksi tanah (pH tanah dapat) di

pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bahan

organik, bahan induk tanah, pengendapan,

vegetasi alami, pertumbuhan tanaman,

kedalaman tanah dan pupuk nitrogen.

Bahan organik tanah memiliki pengaruh

terhadap pH tanah, karena bahan organik

secara terus menerus akan terdekomposisi

oleh mikroorganisme kedalam bentuk asam

asam organik, CO2 dan H2O, serta senyawa

pembentuk asam karbonat. Selanjutnya,

asam karbonat bereaksi dengan Ca dan Mg

karbonat di dalam tanah untuk membentuk

bikarbonat yang lebih larut, yang bisa

tercuci keluar, yang akhirnya meninggalkan

tanah lebih masam.

Bahan induk berpengaruh terhadap

reaksi tanah, sebab tanah berkembang dari

bahan induk yang berupa batuan. Batuan

basa umumnya mempunyai nilai pH lebih

tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang

berkembang dari batuan masam. Pengaruh

pengendapan pada pH tanah yaitu jika air

hujan melewati tanah, maka kation-kation

basa seperti Ca dan Mg akan tercuci dan

tergantikan oleh kation-kation masam

seperti Al, H serta Mn. Oleh karena itu,

tanah yang berada pada curah hujan tinggi

biasanya nilai pHnya lebih masam

dibandingkan pada tanah berlahan kering.

Pengaruh vegetasi alami adalah tanah-tanah

yang berada di bawah kondisi vegetasi

hutan akan cenderung lebih masam

dibandingkan dengan tanah yang

berkembang di bawah padang rumput.

Sedangkan penaruh pertumbuhan tanaman

yaitu terletak pada tanah yang sering

menjadi masam jika digunakan untuk

aktivitas pertanian, sebab basa-basa akan

ikut terpanen (hilang).

Berdasarkan data yang diperoleh

dari hasil percobaan yang telah dilakukan,

tanah Entisol memiliki pH aktual sebesar

6,26 dan pH potensial sebesar 5,18. Tanah

ultisol pH aktualnya 6,14 serta pH potensial

bernilai 5,20. Untuk tanah alfisol, pH aktual

bernilai 7,82, sedangkan pH potensial

sebesar 6,79. Tanah vertisol memiliki pH

aktual 8,16 dan pH potensial 7,15. Dan yang

terkahir yaitu tanah mollisol dengan pH

aktual sebesar 7,12 serta pH potensial

sebesar 6,08. Jika diurutkan dari pH yang

terkecil ke yang paling besar untuk pH

aktual adalah Ultisol < Entisol < Mollisol <

Alfisol < Vertisol, sedangkan untuk pH

potensial adalah Entisol < Ultisol < Mollisol

< Alfisol < Vertisol.

Dari hasil analisis awal tanah

menujukkan bahwa sifat fisik tanah

memiliki tekstur Lempung dengan masing-

masing fraksi, Pasir 46,01%, Debu 34,88%,

Page 101: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

100

Liat 20,11% dengan tingkat permeabilitas

4,18 cm jam-1(sedang), sedangkan berat

jenis volume (ρ) 1,33 g cm-1 dengan ruang

pori tanah 48,96%. Kondisi pH tergolong

sangat masam di mana pH aktualnya 4,22

dan pH potensial 3,21 (Cyio, 2008). Ultisol

merupakan tanah yang telah berkembang

lanjut sehingga semua unsurnya telah

terfeolindida kandungan bahan organik

serta silika yang kecil sehingga warna tanah

berwarna merah. Dengan kadar bahan

organik yang rendah, maka tingkat

kesuburannya juga rendah. Dari hasil

praktikum dan teori yang ada telah

berkesesuaian karena sama-sama bersifat

masam, meskipun memiliki selisih pH.

Alfisol mempunyai pH aktual 5,6

dan pH potensial 5,1 yang bersifat masam.

Tanah ini terbentuk dari batuan kapur keras

(limstone) dan tuff vulkanik yang bersifat

basa dengan kandungan bahan organik

rendah. Alfisol mempunyai jumlah

Magnesium dan Kalsium yang tinggi.

Tanah ini mempunyai kecenderungan pH

netral sampai basis. Hasil dari pengukuran

pH dengan hasil penelitian orang lain

sesuai. Dalam percobaan ini, pH aktual

alfisol dan pH potensialnya cenderung

bersifat masam hingga agak alkalis.

Entisol mempunyai pH aktual 6,3

dan pH potensial 5,58 yang bersifat

mendekati netral. Tanah ini merupakan

tanah yang masih muda dan mengalami

perkembangan sehingga sebagian unsur

haranya masih dalam bentuk terikat mineral

primer (belum tersedia bagi perakaran

tanaman. Tanah ini memiliki kandungan

bahan organik yang sangat rendah kurang

dari 0,8%. Karena masih dalam proses

perkembangan tanah ini mempunyai pH

dengan kecenderungan agak masam.

Pada tanah Mollisol, jika

ditambahkan larutan KCl maka didapatkan

pH sebesar 4,87. Sedangkan penmabahan

aquadest menyebabkan pH tanah Mollisol

menjadi aik sebesar 6,53. Tanah Mollisol

dicirikan kaya kerakal, tekstur geluh

pasiran, struktur granuler, pH berkisar 6,5-

7,8, tergantung pada posisi profil dan reaksi

CaCO3 (Nurcholis, dkk. 2003). Memiliki

warna gelap, kandungan bahan organik

lebih dari 1% dan kejenuhan basa 50%.

Vertisol mempunyai pH akual 6,67 dan

pH potensial 5,7 yang bersifat mendekati

netral. Tanah ini merupakan tanah yang

terbentuk dari batuan induk kapur, batu

napal, endapan, alluvial, dan abu vulkan

yang sudah melapuk. Vertisol memiliki

kandungan lempung montmorillonit yang

tinggi. Lempung ini mempunyai kejenuhan

basa yang tinggi. Kejenuhan basa

mencerminkan perbandingan kation basa

dengan kation Hidrogen dan Alumunium.

Tanah ini mengandung kapur (Ca2+)

Page 102: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

101

sehingga bersifat basis. Ketidaksesuaian

hasil dengan teori disebabkan percampuran

bahan lain atau penggunaan pupuk dalam

tanah.

pH tanah atau tepatnya pH larutan

tanah sangat penting karena larutan tanah

mengandung unsur hara seperti

Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan

Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan

dalam jumlah tertentu untuk tumbuh,

berkembang, dan bertahan terhadap

penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat

hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk

nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di

sisi lain, Pospor akan tersedia bagi tanaman

pada Ph antara 6,0 hingga 7,0.

Beberapa bakteri membantu tanaman

mendapatkan N dengan mengubah N di

atmosfer menjadi bentuk N yang dapat

digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup

di dalam nodule akar tanaman legume

(seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi

secara baik bilamana tanaman dimana

bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah

dengan kisaran pH yang sesuai. Jika larutan

tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat

memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain

yang mereka butuhkan. Pada tanah masam,

tanaman mempunyai kemungkinan yang

besar untuk teracuni logam berat yang pada

akhirnya dapat mati karena keracunan

tersebut. Di bidang pertanian pengukuran

pH tanah juga digunakan untuk memonitor

pengaruh praktek pengolahan pertanian

terhadap efisiensi penggunaan N dan

hubungannya dengan dampak lingkungan.

PH diklasifikasikan berdasarkan bahan

pengekstrak menjadi dua yaitu pH aktual

dan pH potensial. PH aktual (pH H2O)

adalah pH yang menunjukkan konsentrasi

H+ dalam larutan tanah sesuai dengan

kondisi alam sebenarnya. Bahan

pengekstraknya adalah air aquadest (H2O),

sedangkan pH tanah potensial adalah pH

yang menunjukkan nilai pH tanah setelah

H+ dalam kompleks jerapan atau didesak

keluar dan masuk kedalam larutan tanah

oleh kation lain. pH tanah potensial juga

merupakan potensial yang mungkin dapat

terjadi karena pengaruh lain. Larutan

pengekstrak adalah KCl.

Cara untuk menaikkan pH dibawah

7 maka perlu diperbaiki dengan

menambahkan kapur (CaCO3) pada tanah

tersebut sehingga PH-nya mendekati netral.

Campur kapur tersebut dengan tanah yang

akan kita netralkan dengan dosis ½ kg tiap

m2, biarkan selama kurang lebih 1 bulan

(pengapuran diusahakan agar tidak terkena

hujan). Setelah 1 bulan atau lebih, kita ukur

kembali pH tanah tersebut hingga mendapat

pH 7. Jika tanah bersifat basa,

menggunakan belerang dan lakukan cara

yang sama apa bila akan dilakukan

pemupukan.

Page 103: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

102

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan

di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. pH tanah adalah ukuran derajat

keasaman suatu tanah yang

akanmengindikasikan apa tanah

bersifat asam atau basa.

2. Faktor yang memperngaruhi pH

bahan organik, bahan induk tanah,

pengendapan, vegetasi alami,

pertumbuhan tanaman, kedalaman

tanah dan pupuk nitrogen.

3. pH aktual tanah Entisol 6,26; tanah

ultisol 6,14; tanah alfisol 7,83; tanah

vertisol 8,16 dan tanah mollisol

7,12. Jika diurutkan dari yang

masam hingga basa, maka tanah

Ultisol < Entisol < Mollisol <

Alfisol < Vertisol. pH potensial

tanah pada tanah Entisol 5,18; tanah

Ultisol 5,20; tanah Alfisol 6,79;

tanah Vertisol 7,15 dan tanah

Mollisol 6,08. Jika diurutkan, maka

tanah Entisol < Ultisol < Mollisol <

Alfisol < Vertisol.

V. PENGHARGAAN

Puji syukur kami panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami

dapat mengikuti praktikum dan

menyelesaikan laporan dasar-dasar ilmu

tanah acara VIII. Kami mengucapkan

terima kasih kepada dosen-dosen pengampu

mata kuliah dasar-dasar ilmu tanah. Orang

tua kami yang senantiasa memberi

dukungan kepada kami. Ricky Christo

Ajiputro selaku asisten praktikum

kelompok kami (kelompok 2), serta seluruh

asisten praktikum dasar-dasar ilmu tanah

yang telah membimbing sehingga laporan

ini dapat terselesaikan. Teman-teman

kelompok 2 serta teman-teman golongan

A1 yang telah membantu dan bekerjasama

dalam proses pengerjaan laporan maupun

ketika praktikum berlangsung. Semoga

ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat bagi

banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.Soil pH: What it Means.

<http://www.esf.edu/pubprog/broch

ure/soilph/soilph.htm . >Diakses 31

Maret 2014.

Buckman, H.O and N.C. Brady. 1952. The

Nature and Properties of Soils. The

Macmillan Company, New York.

Cyiao, M. Basir, 2008. Efektivitas bahan

organik dan tinggi genangan

terhadap perubahan Eh, pH dan

status Fe, P, Al terlarut pada tanah

Ultisol. Jurnal Agroland, Sulawesi

Tengah (4): 257-263.

Fonseca, B., A. Teixeira, H. Figueiredo, dan

T. Tavares. 2009. Modelling of the

Cr(VI) transport in typical soils of

the North of Portugal. Journal of

Hazardous Materils 167: 756–762.

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.

Erlangga, Jakarta.

Page 104: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

103

Kartasapoetra, A.G. 1985. Teknologi

Konsevasi Tanah dan Air. Rineka

Cipta,Jakarta.

Mass, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk.

Akademi Penyuluh Pertanian

(APP), Yogyakarta.

Mellanby, K 1967. Pesticide and Pollution.

Collins, London.

Puteri, W., 2012. Sifat dan reaksi kimia

tanah.

<sifatreaksitanah.blogspot.com>

Diakses pada tanggal 31 Maret

2014.

Rajamuddin, Ulfiyah A., Syamsul A.

Siradz, Bostang Radjagukguk.

2006. Karakteristik kimiawi dan

mineralogi tanah pada beberapa

ekosistem bentang lahan karst di

Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal

Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 : 1-

12

Siradz, S. A. 2006. Degradasi lahan

persawahan akibat produksi

biomassa di DI-Jogjakarta. Jurnal

Ilmu Tanah dan Lingkungan 6:47-

51

Shi, W., J. Liu, Z. Du, Y. Song, C. Chen,

dan T. Yue. 2009. Surface

modelling of soil pH. Geoderma

150:113–119.

Page 105: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

104

LAMPIRAN

Gambar 5. Hasil Analisa Muatan Tanah dan pH

Page 106: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

105

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH(PNT 1201A1)

ACARA IX

KADAR KAPUR SETARA TANAH

Disusun oleh :

1. Ady Bayu Prakoso (13286)

2. Annisa Mega Rachmadina (13098)

3. Chailendriani Pradaneira A. (13390)

4. Felisitas Syntia Herliandy (13224)

5. Rifqi Sulthan (13391)

6. Riya Fatma Sari (13284)

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 5 April 2014

Golongan/Kelompok : A1/2

Nama Asisten : Ricky Christo A.

LABORATORIUM ILMU TANAH UMUM

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 107: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

106

ACARA IX

KADAR KAPUR SETARA TANAH

ABSTRAK

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara IX yang berjudul Kadar Kapur Setara Tanah

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 5April 2014 di Laboratorium Ilmu Tanah Umum,

Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan

dari praktikum ini adalah untuk menentukan kandungan kapur pada beberapa jenis

tanah sekaligus menguji penggunaan metode calsimeter dan metode titrasi(cottenie).

Kapur tanah berhubungan erat dengan sifat kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation

dalam tanah.Kedua sifat itu akan berpengaruh pada ketersediaan unsur hara yang

diperlukan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi

besar kecilnya kadar kapur adalah PH, KPK, dan kejenuhan basa di mana bila PH, KPK,

dan kejenuhan basa rendah maka mengakibatkan kurangnya kadar kapur pada tanah.

Berdasarkan praktikum diperoleh kadar kapur setara tanah pada tanah Alfisol 1,013%,

Entisol 2,40%, Vertisol 7,21%, Ultisol 1,19%, Mollisol 2,59%, sehingga urutan kadar

kapur tanah Vertisol> Mollisol> Entisol> Ultisol>Alfisol pada metode calsimetri,

sedangkan untuk metode titrasi(cottenie) kadar kapur tanah Alfisol 2,1398%, Entisol

2,53%, Vertisol 6,26%, Ultisol 1,3025%, dan Mollisol 4,73%, sehingga diperoleh urutan

dari yang terbesar hingga terkecil yaitu tanah Vertisol> Mollisol> Entisol> Alfisol>

Ultisol.

Kata kunci : Kapur tanah, calsimetri dan titrasi (cottenie)

I. PENGANTAR

Kandungan kapur dalam tanah

sangat dipengaruhi batuan induk yang ada

dilokasi. Jika batuan induk menganduk

bahan kapur, maka tanahnya akan

mengandung kapur. Tanah yang berasal

dari bahan induk kapur (karst) memiliki

sifat basis dan berwarna gelap. Keberadaan

kapur sendiri, erat dengan calsium atau

magnesium karena kedua unsur tersebut

berasosiasi dengan karbonat.

Kapur memiliki sifat sebagai bahan

ikat antara lain: sifat plastis baik (tidak

getas), mudah dan cepat mengeras,

workability baik dan mempunyai daya ikat

baik untuk batu dan bata. Bahan dasar kapur

adalah batu kapur atau dolomit, yang

mengandung senyawa kalsium karbonat

(CaCO3) (Tjokrodimuljo,1992).

Penilaian bahan kapur biasanya

didasarkan pada dua pertimbangan yaitu,

kemampuan mengoreksi keasamaan tanah,

dan jumlah yang diperlukan untuk

mengoreksi keasaman tanah ini.

Kemampuan koreksi atau nilai netralisasi

diukur ekuivelen dengan CaCO3 atau CaO

suatu bahan. Ekuivalen CaO sering disebut

ekuivalen kapur oksida atau ekuivalen

kapur saja. Ukuran partikel bahan kapur

dapat dijadiakn petunjuk yang baik untuk

Page 108: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

107

penentuan jumlah yang diperlukan untuk

koreksi keasaman (Kuswandi, 1993).

Pengapuran tanah mampu

menetralkan senyawa-senyawa beracun dan

menekan penyakit tanaman. Aminisasi,

amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata

dipercepat oleh meningkatnya pH yang

diakibatkan oleh pengapuran. Dengan

meningkatnya pH tanah, maka akan

menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S,

serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur

yang banyak digunakan di Indonesia dalam

bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomite

(CaMg(CO3)2) (Soepardi, 1983). Selain itu

penggunaan kapur bertujuan untuk

menaikkkan pH tanah hingga tingkat yang

dikehendaki dan mengurangi atau

meniadakan keracunan Al. Di samping itu

juga meniadakan keracunan Fe dan Mn

serta hara Ca dan meningkatkan serapan

hara dan produksi tanaman pangan pada

umumnya (padi, kedelai, jagung, kacangan

lainnya, tomat, cabai) (Komprat, 1970).

Bahan kapur pertanian ada tiga

macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2,

CaO atau MgO dan Ca(OH)2. Kapur yang

disarankan adalah CaCO3 atau

CaMg(CO3)2yang digiling dengan

kehalusan 100 % melewati saringan 20

mesh dan 50 % melewati saringan80 – 100

mesh. Pemberian kapur dapat menaikkan

kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta

menurunkan Al dan kejenuhan Al, juga

memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.

Pemberian kapur yang menyebabkan sifat

dan ciri tanah membaik, meningkatkan

produksi tanaman (Bailey, 1986 ).

Penambahan kapur menimbulkan

muatan positif (kation) dalam air pori.

Penambahan kation ini memungkinkan

terjadinya proses tarik menarik antara an-

ion dari partikel tanah dengan kation dari

partikel kapur serta kation dari partikel

kapur dengan anion dari partikel air (proses

pertukaran ion/cation exchange). Proses ini

mengganggu proses tarik menarik antara

an-ion dari partikel tanah dengan kation dari

partikel air serta proses tarik menarik antara

an-ion dan kation dari partikel air, sehingga

partikel tanah kehilangan daya tarik antar

partikelnya. Berkurangnya daya tarik antar

partikel tanah dapat menurunkan kohesi

tanah. Penurunan kohesi ini menyebabkan

mudah terlepasnya partikel tanah dari

ikatannya. Penambahan kapur yang

semakin banyak akan menyebabkan

semakin turunnya nilai kohesi. Dengan

turunnya nilai kohesi akan menyebabkan

turunnya nilai batas cair pada tanah

(Wiqoyah, 2006). Namun apabila

berlebihan, pengapuran dapat berdampak

negatif berupa penurunan ketersediaan Zn,

Mn, Cu, B yang dapat menyebabkan tanah

menjadi devisiensi keempat unsur ini, serta

dapat mengalami keracunan Mo (Hanafiah,

2005).

Page 109: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

108

Kapur yang mengandung sejumlah

besar Mg dapat mengurangi Ca: rasio Mg

dalam tanah. Kapur dari dolomit

mengandung Mg 10 sampai 15%,

sedangkan kalsit kapur mengandung kurang

dari 1% Mg. The University of Missouri

program uji tanah, yang menggunakan

filosofi SL, merekomendasikan dan

menerapkan bahan penetral yang efektif

(ENM) kapur untuk meningkatkan pH

tanah garam menjadi antara 6,1 dan 6,5,

yang pH garamnya sasaran kisaran untuk

kapas. ENM digunakan untuk menunjukkan

efektivitas pengapuran bahan yang

didasarkan pada kalsium karbonat diukur

kesetaraan dan ukuran partikel. Jika tanah

yang kekurangan Mg, kapur dolomit dapat

direkomendasikan untuk memperbaiki

keasaman tanah dan meningkatkan Mg

tanah (Stevens, 2005).

II. METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah

acara IX dengan judul Kadar Kapur Setara

Tanah ini dilakukan pada hari Sabtu,

tanggal 5 April 2014 di Laboratorium

Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Selama praktikum

berlangsung, bahan-bahan yang digunakan

adalah contoh tanah (Alfisol, Entisol,

Vertisol, Ultisol dan Mollisol) dengan

ukuran Ø 0,5 mm, selain itu, bahan

khemikalia yang digunakan yaitu larutan

HCl 2 N, H2SO4 0,5 N, NaOH 0,48 N serta

indikator phenolphthalein (pp). Adapun alat

yang dipakai adalah timbangan analitik,

pipet 5 ml dan 50 ml, buret dan statif,

erlenmeyer 250 ml, labu ukur 50 ml,

pemanas, serta calsimeter.

Pada praktikum kadar kapur ini,

digunakan 2 metode percobaan, yaitu

metode calsimetri dan metode titrasi. Untuk

metode calsimetri, langkah awal yang

dilakukan adalah ditimbang calsimeter

kosong dengan dimisalkan sebagai a gram.

Lalu, ditimbang contoh tanah seberat 5

gram dan dimasukkan ke dalam calsimeter

kemudian ditimbang lagi dengan

dimisalkan sebagai b gram. Calsimeter diisi

dengan HCl 2 N sampai hampir penuh lalu

ditimbang sebagai c gram. Kran calsimeter

dibuka perlahan hingga HCl mengalir

setetes sambil digoyangkan secara datar.

Calsimeter dihangatkan selama 1 menit.

Kemudian, calsimeter diangkat dan

dibiarkan selama 30 menit lalu ditimbang

sebagai d gram. Hasil percobaan dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(c − d) 𝑥 (100 + KL)

44 𝑥 (𝑏 − 𝑎)𝑥 100%

Sedangkan untuk metode titrasi, tahapan

awal yang dilakukan yaitu ditimbang

contoh tanah seberat 5 gram lalu

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.

Kemudian ditambahkan 20 ml H2SO4 0,5 N

Page 110: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

109

melalui pipet volume dan digoyang secara

datar. Setelah itu, labu ukur dipanaskan

selama 3 menit kemudian didinginkan.

Setelah dingin, ditambahkan aquadest

sampai tanda batas dan digojok bolak-balik,

kemudian dibiarkan larutan tersebut

terbentuk endapan. Diambil 10 ml larutan

jernih dengan pipet volume dan

dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml.

Kemudian ditambahkan 15 ml aquadest dan

2 tetes indikator phenolphthalein lalu

digoyang agar rata. Selanjutnya, larutan

dititrasi dengan 0,48 N NaOH hingga

berubah warna menjadi kemerahan. Hasil

percobaan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

𝐶

𝑎𝐶𝑂3 =(Va − Vb) 𝑥 N NaOH x 5

𝑎 𝑥 100

𝑥 𝑉1

𝑉2 𝑥 (100 + 𝐾𝐿) %

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 10. Kadar Kapur Setara Tanah

CONTOH

TANAH

METODE

CALSIMETRI (%) TITRASI (%)

ALFISOL 1,013 2,1398

ENTISOL 2,40 2,53

VERTISOL 7,212 6,26

ULTISOL 1,19 1,3025

MOLLISOL 2,59 4,73

Page 111: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

110

Praktikum kadar kapur setara tanah

dilakukan dengan dua metode yaitu metode

calcimetri dan metode kolorimetri-titrasi.

Kedua metode tersebut merupakan metode

yang memilki kesamaan yaitu

menyetarakan berat CaCO_3dengan CO_2

yang hilang. Dalam metode calcimetri

digunakan alat calcimeter dan bahan

khemikalia HCl, proses yang terjadi yaitu

apabila tanah ditetesi dengan HCl akan

terjadi reaksi yang akan menghasilkan gas

CO_2. Untuk lebih jelasnya dapat ditulis

reaksi kimia sebagai berikut:

CaCO_3+2HCl→CaCl_2+H_2 O+CO_2

Pada proses reaksi CaCO_3dengan

HCl dibantu dengan proses pemanasan,

namun proses pemanasan hanya dilakukan

sebentar karena apabila terlalu lama

nantinya H_2 O juga akan ikut menguap.

Sedangkan untuk metode kolori metri-

titrasi dilakukan dengan mentitrasi H_2

SO_4 0,5 N dengan NaOH 0,5 N, proses

pentitrasian ini dilakukukan dengan

menyamakan warna hasil titrasi tanah yang

telah tercampur H_2 SO_4 0,5 N dengan

hasil pentritasian H_2 SO_4 0,5 N tanpa

tanah (blangko), warna yang diperoleh

adalah warna kemerahan. Pada titrasi ini

pengukurannya berdasarkan sisa H_2 SO_4

0,5 N yang dihasilkan yang dititrasi dengan

basa NaOH, caranya dengan menselisihkan

volume NaOH 0,5 N yang digunakan untuk

mentitrasi blangko dengan volume NaOH

yang digunakan untuk mentitrasi tanah dari

hasil tersebut akan diperoleh gram

ekivalennya yang merupakan gram ekivalen

CaCO_3tanah. Adapun secara kimia dapat

ditulis sebagai berikut:

CaCO3+H2SO4→ CaSO4+H2O+CO2

Dalam proses ini yang paling

menetukan adalah prosen pengambilan

sampel air sisa endapan dan proses

pergantian warna hasil titrasi yang

disamakan dengan blangko.

Adanya perbedaan kadar kapur didalam

tanah antara lain dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu bahan induk tanah dan iklim.

Kedua faktor tersebut merupakan

komponen perkembangan tanah yang

berhubungan dengan kadar lengas tanah,

terbentuknya lapisan tanah, dan jenis

vegetasinya. Pada umumnya batuan kapur

lebih tahan terhadap perkembangan tanah.

Pelarutan dan kehilangan karbonat

dibutuhkan sebagai pendorong dalam

pembentukan tanah pada batuan kapur.

Garam-garam yang mudah larut (seperti Na,

K, Ca, CaMg dan sulfat, NaCO3) dan garam

alkali yang agak mudah larut (seperti Ca,

Mg ) memiliki karbonat yang akan

berpindah bersama air yang dapat mencapai

kedalaman tanah tertentu. Berdasarkan hal

tersebut dapat menyebabkan pengayaan

garam/kapur pada horizon tertentu dengan

variasi yang berbeda, karena adanya

perbedaan mobilitas dan kelarutan maka

Page 112: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

111

yang terendap dahulu adalah karbonat. Pada

kondisi ekstrem kerak garam dan kapur

dapat terbentuk di permukaan tanah. Oleh

karena itu, kaadar kapur dalam tanah dapat

berbeda-beda (Tan, 1991).

Kadar kapur tanah memiliki asosiasi

dengan keberadaan kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg) dalam tanah, karena

keberadaan kedua unsur tersebut dapat

berasosiasi dengan karbonat. Kandungan

Ca dan Mg dalam tanah ataupun Na

bikarbonat tanah yang tinggi dapat

menghambat perkembangan profil tanah,

sedangkan akumulasi Ca, CaMg dapat

menetukan indeks horizon tanah. Selain hal

itu, bahan induk tanah yang merupakan

faktor penting dari adanya kadar kapur

didalam tanah. Adapun jenis tanah yang

berasal dari bahan induk kapur yaitu:

mollisol dan aridisol (Pandutama, et. al.

2003). Menurut Adinugraha dalam Agung,

et. al. 2013, tanah vertisol juga berasal dari

tanah mineral yang berkembang dari batuan

kapur.

Berdasarkan percobaan diperoleh

hasil kadar kapur dalam tanah yang

dilaksanakan dengan dua metode,

calcimetri dan kolori-titrasi dari yang paling

tinggi keyang paling rendah yaitu tanah

Vertisol, Mollisol, Entisol, Alfisol, dan

Ultisol. Pada tanah Vertisol diperoleh kadar

kapur dengan metode calsimetri sebesar

7,21% dan dengan metode titrasi sebesar

6,26%, tanah ini bersifat Alkali dengan

kandungan hara yang tinggi. Vertisol juga

mengandung lempung yang tinggi pada

semua lapisan horizon, dan tidak ada

perpindahan lempung. Kapur berada

didalam bahan induk dimana jumlah kapur

yang besar terdapat pada horizon paling

atas. Ini merupakan buktibahwa vertisol

adalah tanah yang tertutup dengan proses

pencucian yang relative kecil sehingga

mengakibatkan tanah ini mengandung

kapur yangcukup tinggi..

Tanah Alfisol, kandungan kapur

pada jenis tanah ini sebesar 1,03% dan

2,1398%, tanah ini berbahan induk tanah

yang kaya akan kandungan kapur dan

mengandung konkresi kapur dan besi,

diperkirakan kandungan basanya lebih

rendah dibandingkan dengan mollisol,

karena basa yang dilepas tanah akibat

pelapukan hampir sama dengan pencucian,

kandungan pH yang relative lebih rendah

menyebabkan tanah ini memiliki

kandungan kapur yang rendah pula.

Tanah Entisol memiliki kandungan

kapursebesar 2,40% dan 2,53% , kandungan

kapur pada tanah ini relative lebih rendah

dibandingkan dengan tanah vertisol karena

tanah ini didominasi oleh fraksi pasir.

Tanahyangmemiliki kadar pasir yang

relative tinggi cenderung memilki

kandungan kapur dalam tanah rendah dan

pada umumnya kadar kapur yang tinggi

Page 113: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

112

berada pada tanah yang memilkifraksi

lempung yang cukup tinggi.

Tanah Mollisol memiliki kadar

kapur sebesar 2,59% dan 4,73%,

berdasarkan data tersebut bahwa tanah ini

memiliki kandungan kapur yang tinggi

karena bahan induk Mollisol adalah batuan

kapur sehingga tidak mungkin dipungkiri

bahwa tanah mollisol memiliki kandungan

kapur yang cukup tinggi. Molisol bertekstur

lempung strukturnya menggumpal banyak

mengandung konkresi kapur batuan kapur

napal dan dolomite.

Tanah Ultisol memiliki kandungan

kapur sebesar 1,19% dan 1,3025% , tanah

ini mengalami pelapukan yang besar dan

terjadi pada pencucian yang terakhir. Tanh

Ultisol memiliki horizon argilik dan

kejenuhan basa rendah , berdasaran tinjauan

lingkungan tanah ini banyak dijumpai pada

daerah yangbercurah hujan yang lebih besar

dibanding dengan evapotranspirasi yang

menyebab kan tanah ini mengalami

pelindihan berat sehingga meningkatkan

keasaman tanah. Oleh karena itu tanah

Ultisol memiliki kandungan kapur yang

cukup rendah.

Dalam dunia tanah tidahlah asing

dengan kata kapur, karena bahan induk

tanah saja ada yang berasal dari kapur

(lime). Pada tahun 1825 – 1840, Edmund

Ruffin, ahli pertanian dari Virginia, adalah

yang pertama kali menggunakan kapur

untuk memperbaiki produktivitas yang

rendah dari suatu tanah yang disebabkan

oleh kemasaman tanahnya. Tanah yang

merupakan sebagai pensuplai nutrisi bagi

tanaman, nutrisi tersebut antara lain yaitu

Ca dan Mg (kapur), namun kapur bukan

merupakan pupuk tetapi memiliki efek

nutrisi yang nyata. Kapur dalm tanah juga

mampu meningkatkan kadar pH dalam

tanah, sehingga apabila tanah diketahui

memiliki kadar asam yang tinggi dapat di

netralkan ataupun di masukkan dalam

suasana basa dengan melakukan

penambahan kapur didalam tanah, karena

kebanyakan tumbuhan tidak mapu hidup

dalam keadaan tanah yang terlalu masam

(Pandutama, et. al. 2003).

Dengan mengetahui kandungan

kapur di dalam tanah, kita dapat mengetahui

tingkat kesuburan tanah yang berpengaruh

terhadap pengolahan lahan, sehingga dapt

mengoptimalkan potensilahan untuk

budidaya pertanian. Proses pengapuran

tanah juga berpengaruh terhadap nilai KPK

tanah, dimana tanah yang bermuatan itu

bergantung pada pH tanah, sedangkan pH

tanah dapat dinaikkan dengan adanya

penambahan kapur dalam tanah. Sedangkan

pada tanah kadang tidak membutuhkan

kapur karena adanya kejenuhan Al dalam

tanah yang rendah dan karena adanya bahan

organic pula dalam tanah sehingga

memungkinkan tanah tersebut tidak perlu

Page 114: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

113

ditambah kapur untuk menaikkan pH

tanahnya (Nursyamsi dan Suprihati, 2005 ).

Pengaruh tidak langsung dari adanya kapur

tanah yaitu terjadinya perbaikan cirri

kimia,seperti pH,Ca, P, dan hara lainnya

yang mengikat Al dapat ditukar sehingga

kejenuhan Al dapat berkurang.

Berdasarkan hasil praktikum ini

diperoleh kadar kapur setara tanah dengan

dua metode yang berbeda memiliki angka

akhir yang berbeda pula. Contohnya pada

tanah entisol, hasil pengujian kadar kapur

dengan metode calsimetri mendapat hasil

2,4 % sedangkan dengan metode Cottenie

mendapatkan hasil 2,53 %. Perbedaan ini

tentu diakibatkan perbandingan ketelitian

antara kedua metode yang masing-masing

memiliki kekurangan dan kelebihan yang

nantinya mempengaruhi perbedaan

ketelitian dari kedua metode ini. Metode

calsimetri sendiri pada prinsipnya adalah

pengujian metode gravimetri dimana yang

diperhitungkan adalah perubahan berat

sampel dan perlakuannya yang tentu saja

ketelitian timbangan sangat menentukan

hasil akhir pengujian sedangkan metode

Cottenie yang pada dasarnya adalah metode

titrasi asam-basa (volumetri) yang hasil

akhirnya sangat dipengaruhi dengan

keakuratan Normalitas larutan yang

digunakan, volume khemikalia yang

digunakan dan keakuratan perubahan warna

dari indikator PP untuk menentukan titik

akhir titrasi. Untuk meningkatkan

keakuratan hasil pada metode calsimetri,

calsimetri kosong sebelum digunakan harus

benar-benar bersih baik dari tanah sampel

sisa praktikum sebelumnya, sisa air yang

terjebak di pipa calsimeter dan lain

sebagainya, sehingga faktor ini tidak

mempengaruhi hasil akhir pengujian ini,

perlu diperhatikan pula, dalam langkah

pemanasan calsimetri tidak bisa dilakukan

terlalu lama karena pada tahap ini yang

diharapkan adalah penguapan CO2, dan

apabila suhu terlalu tinggi, kandungan air

(H2O) dan senyawa lain dapat ikut

menguap dan mengacaukan hasil

perhitungan kadar kapur dalam tanah.

Untuk metode cottenie yang perlu

dilakukan adalah menstandarisasi larutan

NaOH yang digunakan untuk mentitrasi

sehingga normalitasnya diketahui dengan

pasti dan perhitungan akhir juga dapat

ditekan kesalahannya. Selain itu, perlu

diketahui bahwa indikator PP

(Phenolphthalein) akan berwarna merah

jambu ketika suasana basa (pH lebih dari 7).

Pada praktikum penentuan kadar

kapur tanah ini menggunakan beberapa

bahan kimia yang sangat penting. Pada

pengujian kadar kapur metode calsimetri

menggunakan larutan HCl 2 N yang

ditambahkan pada sampel tanah untuk

kemudian di hangatkan. Fungsi dari larutan

ini adalah untuk mereaksikan kapur

Page 115: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

114

(CaCO3) untuk dijadikan CO2 yang akan

diamati. Reaksi kimia yang terjadi adalah

sebagai berikut:

CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2

Setelah terjadi reaksi, CO2 yang

terbentuk tidak langsung menguap

melainkan masih terjebak di tengah-tengah

sampel, untuk itulah dilakukan

penghangatan (pemanasan dengan api

kecil) sehingga CO2 yang masih terjebak

dapat naik ke permukaan dan keluar dari

larutan.

Pada pengujian Cottenie bahan

kimia yang digunakan adalah H2SO4 0,5 N,

NaOH 0,5 N dan indikator PP

(Phenolphthalein). Seperti HCl, H2SO4

berfungsi sebagai pereaksi kandungan

kapur dalam sampel dengan reaksi sebagai

berikut :

CaCO3+H2SO4 CaSO4 + H2O + CO2

+ sisa H2SO4

Terdapatnya sisa H2SO4 ini yang

menjadikan larutan tanah menjadi asam,

sehingga perlu dilakukan titrasi asam basa

yang bertujuan menghitung berapa banyak

h2SO4 yang digunakan dalam mereaksikan

CaCO3 dalam tanah. Dalam titrasi asam-

basa ini, karena sampel cenderung asam,

maka tiran yang digunakan adalah basa

NaOH dan indikator sebagai pemantaunya

adalah PP (phenolphthalein) yang akan

berwarna jernih apabila dalam suasana

asam dan berwarna merah jambu dalam

suasana basa, sehingga dapat diperoleh

kesimpulan bahwa titik akhir titrasi adalah

larutan berwarna merah jambu karena

seluruh sisa H2SO4 sudah bereaksi dengan

NaOH dan apabila titrasi diteruskan akan

terjadi kelebihan NaOH yang menyebabkan

suasana basa pada larutan sampel. Pada

metode titrasi ini perlu dilakukan perlakuan

blangko yang bertujuan untuk menghitung

banyaknya H2SO4 yang bereaksi terhadap

kapur tanah yang diasumsikan H2SO4 yang

bereaksi menghasilkan gas CO2. Reaksi

yang terjadi pada titrasi adalah sebagai

berikut :

Sisa H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2

H2O + kelebihan NaOH

Kelebihan NaOH + Indikator PP

Indikator PP berwarna Merah Jambu

Kandungan kapur dalam tanah

berfungsi sebagai menaikkan pH tanah

terutama tanah yang mengandung banyak

bahan organik, menambah unsur Ca dan Mg

dalam tanah, menambah ketersediaan unsur

P dan MO karena unsur Ca dalam tanah

cenderung mengikat P sehingga unsur P

tidak mudah terlindi atau terbilas oleh air,

mengurangi keracunan Fe, Mn dan Al

karena keadaan tanah tidak terlalu masam

(netral-basa), memperbaiki kehidupan

mikroorganisme tanah dan memperbaiki

pembentukan bintil-bintil akar. Walaupun

kapur dibutuhkan di dalam tanah akan tetapi

Page 116: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

115

kandungan kapur yang berlebih dapat

menyebabkan kerugian bagi lingkungan

yaitu kekurangan besi, mangan, tembaga,

dan seng yang diperlukan dalam fisiologis

tanaman, tersedianya fosfat dapat

berkurang karena terbentuknya kalsium

fosfat yang tidak dapat larut, absorpsi fosfor

oleh tanaman dan metabolisme tanaman

terganggu, dan perubahan pH yang

melonjak (pH terlalu tinggi) akan dapat

merugikan bagi aktivitas mikroorganisme

dalam tanah serta ketersediaan unsur hara

dalam tanah tidak seimbang. Karena

keberadaan kapur memang dibutuhkan

dalam tanah tetapi juga tidak boleh terlalu

tinggi maka pada pengelolaan lahan

(pertanian) sering dilakukan pengapuran

tanah (penambahan kapur dalam tanah)

apabila tanah terlalu masam dan

menghentikannya atau menambah bahan-

bahan organik ke dalam tanah ketika tanah

sudah terlalu basa, karena tanah yang baik

adalah tanah yang mempunyai pH yang

netral (menciptakan kondisi optimum

ketersediaan hara dalam tanah).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

5. Kapur tanah berhubungan erat

dengan kejenuhan basa dan

kapasitas tukar kation dalam tanah

6. Metode yang digunakan adalah

metode calsimetri dan metode

titrasi (cottenie)

7. Faktor yang mempengaruhi kadar

kapur tanah yaitu bahan induk, pH

tanah dan iklim

8. Hasil kadar kapur tanah pada

metode calsimetri adalah tanah

alfisol 1,013 %, tanah entisol 2,40

%, vertisol 7,21 %, ultisol 1,19 %

dan mollisol 2,59 %.

9. Sedangkan hasil kadar kapur tanah

metode titrasi dari yang tinggi

hingga ke yang rendah yaitu

vertisol 6,26 %, mollisol 4,73 %,

entisol 2,53 %, alfisol 2,193 % dan

ultisol 1,3025 %.

V. PENGHARGAAN

Puji syukur kami panjatkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami

dapat mengikuti praktikum dan

menyelesaikan laporan dasar-dasar ilmu

tanah acara IX yang berjudul Kadar Kapur

Setara Tanah. Kami mengucapkan terima

kasih kepada dosen-dosen pengampu mata

kuliah dasar-dasar ilmu tanah. Orang tua

kami yang senantiasa memberi dukungan

kepada kami. Ricky Christo Ajiputro selaku

asisten praktikum kelompok kami

(kelompok 2), dan seluruh asisten

praktikum dasar-dasar ilmu tanah yang

telah membimbing sehingga laporan ini

Page 117: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

116

dapat terselesaikan, serta kepada teman-

teman kelompok 2 dan teman-teman

golongan A1 yang telah membantu dan

bekerjasama dalam proses pengerjaan

laporan maupun ketika praktikum

berlangsung. Semoga ilmu yang diperoleh

dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, G.A.R.S., I Wayan D.A dan I

Made M. 2013. Perbedaan sifat

biologi tanah pada beberapa tipe

penggunaan lahan di tanah

Andisol, Inceptisol, dan Vertisol.

E-Jurnal Agroekoteknologi

Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 2,

No. 4. Program Studi

Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Udayana.

Bali.

Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.

Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah Kemas Ali, 2005. Dasar-Dasar

Ilmu Tanah. PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

Komprat, E. J. 1970. Exchange Able

Alumunium as Creation for

Liming Leached Mineral Soils.

Soilsci, soc. Amer Proc.

Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah

Pertanian. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Nursyamsi, D., K. Loris, S. Sobiham, D.

A Radhim, A. Sofyan. 2008.

Pengaruh asam oksalat, Na+,

NH4+ dan Fe3+ terhadap

ketersediaan K tanah, serapan N,

P, dan K tanaman serta produksi

jagung pada tanah-tanah yang

didominasi smektit. Jurnal Tanah

dan Iklim 28.

Nursyamsi, D. dan Suprihati. 2005. Sifat-

sifat kimia dan mineralogi tanah

serta kaitannya dengan

kebutuhan pupuk untuk padi

(Oryza sativa), jagung (Zea

mays), dan kedelai (Glycine

max).Bul. Agron. (33) (3) 40 –

47.

Pandutama, M.H., Arie M, Suyono, dan

Wustamidin. 2003. Buku Ajar

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan

Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Jember. Jember.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri

Tanah. Saduran The Nature and

Properties of Soils by Brady.

1983. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Stevens Gene , Gladbach Tina, Motavalli

Peter, Dunn David. 2005. Soil

Calcium: Magnesium Ratios and

Lime Recommendations for

Cotton. The Journal of Cotton

Science 9:65–71.

Tan, K. H. 1991. Principles of Soil

Chemistry ( Dasar-Dasar Kimia

Tanah, Alih Bahasa : Ir. Didiek

Hadjar Goenadi, Msc. Phd. ).

Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Tjokrodimuljo, K., 1992, Bahan

Bangunan, Jurusan Teknik Sipil

FT UGM, Yogyakarta.

Wiqoyah, Q, 2006, Pengaruh kadar kapur,

waktu perawatan dan

perendaman terhadap kuat

dukung tanah lempung.

Dinamika Teknik Sipil (6) : 16-

24.

Page 118: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

117

LAMPIRAN

Perhitungan:

1. ALFISOL

Kadar Kapur Metode Cottenie

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(4,3 − 3,5) 𝑥 0,48 x 5

5 𝑥 100 𝑥

50

10 𝑥 (100 + 11,4495) %

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 2,1398 %

Kadar Kapur Metode Calsimetri

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(191,78 − 191,76) 𝑥 (100 + 11,4495)

44 𝑥 (158,23 − 153,23)𝑥 100%

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 1,013 %

2. ENTISOL

Kadar Kapur Metode Cottenie

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(4,3 − 3,3) 𝑥 0,48 x 5

5 𝑥 100 𝑥

50

10 𝑥 (100 + 5,61) %

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 2,53 %

Kadar Kapur Metode Calsimetri

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(170,16 − 170,11) 𝑥 (100 + 5,61)

44 𝑥 (137,44 − 132,44)𝑥 100%

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 2,40 %

3. VERTISOL

Kadar Kapur Metode Cottenie

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(4,3 − 2) 𝑥 0,48 x 5

5 𝑥 100 𝑥

50

10 𝑥 (100 + 13,3325) %

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 6,26 %

Kadar Kapur Metode Calsimetri

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(164,91 − 164,77) 𝑥 (100 + 13,3325)

44 𝑥 (132,24 − 127,24)𝑥 100%

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 7,212 %

Page 119: Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah smt 2 2013/1014

118

4. ULTISOL

Kadar Kapur Metode Cottenie

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(4,3 − 3,8) 𝑥 0,48 x 5

5 𝑥 100 𝑥

50

10 𝑥 (100 + 8,544) %

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 1,3025 %

Kadar Kapur Metode Calsimetri

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(148,485 − 148,461) 𝑥 (100 + 8,544)

44 𝑥 (118,315 − 113,354)𝑥 100%

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 1,19 %

5. MOLLISOL

Kadar Kapur Metode Cottenie

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(4,3 − 2,6) 𝑥 0,48 x 5

5 𝑥 100 𝑥

50

10 𝑥 (100 + 16,005) %

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 4,73 %

Kadar Kapur Metode Calsimetri

𝐶𝑎𝐶𝑂3 =(161,026 − 160,977) 𝑥 (100 + 16,005)

44 𝑥 (129,187 − 124,206)𝑥 100%

𝐶𝑎𝐶𝑂3 = 2,59 %

Gambar 6. Hasil Analisa Kapur Tanah