LAPORAN PRAKTIKUMPENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIANACARA
IPENGUKURAN LAJU INFILTRASI
Disusun oleh :1. Nurul Fatimah(12645)2. Verfita SelaR.(12654)3.
Qisthin Awanis(12655)4. Muhammad Darussalam. T(12696)5. Fajar Dwi
Cahyoko(12720)
Golongan / Kelompok : A4/1
Asisten : Yunita Tri A.
LABORATORIUM AGROHIDROLOGI JURUSAN TANAHFAKULTAS
PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015ACARA IPENGUKURAN
LAJU INFILTRASI
ABSTRAKInfiltrasi merupakan proses mengalirnya air ke dalam
tanah akibat gaya gravitasi dan gaya kapiler. Pengukuran infiltrasi
menjadi salah satu parameter penting dalam pembuatan sumur-sumur
resapan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi infiltrasi antara
lain kelembabanan tanah awal dan potensial matriks, tekstur tanah,
struktur tanah, pengolahan tanah, tipe lempung, udara terperangkap,
suhu air, intensitas hujan, kemiringan lereng dan tumbuhan penutup
tanah. Pengukuran Laju Infiltrasi dilaksanakan pada hari Kamis, 05
Maret 2015 di sekitaran AWS dan Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Alat yang digunakan pada praktikum acara ini adalah infiltrometer
tabung konsentrik, meteran/penggaris, ember dan gayung, serta
stopwatch. Bahan yang digunakan adalah air kran. Pengukuran laju
infiltrasi dilakukan dengan cara diletakkan tabung infiltrometer di
atas permukaan tanah yang datar dengan posisi tegak lurus permukaan
tanah. Tabung infiltrometer tersebut ditekan hingga masuk kedalam
tanah sedalam 10 cm. Selanjutnya diberikan air pada tabung sampai
menggenang pada ketinggian tertentu (dicatat sebagai h1), setelah
waktu tertentu (T1) amati tinggi air dalam tabung (h2). Dicatat
hasil pengamatan dalam bentuk tabel. Didapatkan hasil sebagai
berikut Laju infiltrasi pada menit 75 didapatkan sebagai berikut
yaitu dengan vegetasi 412 mm/jam dan tanpa vegetasi 112 mm/jam.
Laju infiltrasi dengan vegetasi lebih besar dibandingkan laju
infiltrasi tanpa vegetasi. Pada tahap analisis data, didapatkan
bahwa T hitung yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar
daripada T tabel (18, 9093 > 2,2 e-16). Hal ini dapat
disimpulkan ada beda nyata antara perlakuan tanpa vegetasi dan
dengan vegetasi.
Kata kunci : Infiltrasi, Laju Infiltrasi, Gaya Kapiler, Gaya
Gravitasi
I. PENDAHULUANA. Latar belakangDi bumi ini air mengalami siklus
hidrologi yang selalu berputar. Siklus hidrologi merupakan suatu
sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan
kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan
transpirasi. Air hujan yang telah jatuh ke bumi ada yang meresap ke
dalam tanah, namun ada juga yang mengalir kembali ke laut, sungai,
ataupun danau. Air yang meresap ke dalam pori-pori tanah akan
tersimpan di dalamnya dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Air
hujan yang jatuh ke bumi ada yang mengalami proses infiltrasi yaitu
perjalanan air masuk ke dalam tanah karena adanya pengaruh gaya
gravitasi dan gaya kapiler. Saat permukaan tanah sudah mengalami
kondisi jenuh dan air akan masuk ke lapisan tanah yang lebih dalam
lagi dan menembus permukaan air tanah, maka dinamakan proses
perkolasi. Terjadinya infiltrasi dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain tekstur dan struktur tanah, persediaan air awal
(kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur organik, jenis dan
kedalaman seresah, dan tajuk penutup tanah. Faktor-faktor tersebut
juga dapat mempengaruhi kecepatan air dalam mengalir masuk ke dalam
tanah. Dengan mengetahui laju infiltrasi dan kecepatan infiltrasi
maka dapat diketahui bentuk keberadaan air di dalam tanah dan dapat
dilakukan pengelolaan yang baik supaya dapat dimanfaatkan oleh
tanaman.
B. TujuanTujuan praktikum ini adalah untuk melakukan pengukuran
laju infiltrasi dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
laju infiltrasi.
II. TINJAUAN PUSTAKADaerah kering dan semi-kering ditandai
dengan evapotranspirasi yang melebihi curah hujan selama bagian
terbesar tahun ini. Oleh karena itu, pertanian di wilayah ini
bergantung pada irigasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pada
saat yang sama, salah satu masalah utama lingkungan dan
masalah-masalah sosial di wilayah ini adalah kekurangan air bersih,
yang mana akan berpengaruh langsung terhadap tingkat pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan air untuk pertanian. Dalam beberapa tahun
terakhir, sebagai sumber air bersih untuk irigasi telah berkurang
dengan cepat, penekanan telah dilakukan pada penggunaan non
konvensional. Sumber air yaitu : air drainase pertanian, payau atau
air garam dan air limbah industri atau kota. Diperlakukan air
limbah (TWW) merupakan air yang dapat diandalkan dan nutrisi Sumber
untuk tanaman (Jimenez-Cisneros, 1995), dengan konsekuensi parsial
pengurangan penggunaan pupuk kimia (Gil dan Ulloa, 1997) dan
perbaikan tanaman hasil (Bedbabis et. al, 2014).Pembangunan lahan
suatu kawasan mencerminkan fungsi ruang hidrologi kawasan tersebut.
Banyaknya konversi lahan akan memperluas permukaan kedap air
sehingga menyebabkan berkurangnya infiltrasi, menurunnya pasokan
air tanah dan meningkatnya limpasan permukaan. Perubahan ini pada
akhirnya akan mempengaruhi sistem neraca air, sehingga fungsi
hidrogeologis akan bergeser seiring ruang dan waktu (Maria dan
Lestiana, 2014).Proses infiltrasi merupakan salah satu proses
penting dalam siklus hidrologi karena infiltrasi menentukan
besarnya air hujan yang meresap dan masuk ke dalam tanah secara
langsung. Pemahaman mengenai proses infiltrasi dan besarnya laju
infiltrasi yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan
tata guna lahan yang lebih efektif (Asdak, 2010 cit Indarwati
et.al, 2014).Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi
antara lain, dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal
lapisan yang jenuh, kelembaban tanah, pemantapan tanah oleh curah
hujan, penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan), struktur
tanah, tumbuh-tumbuhan, pemantapan oleh orang dan hewan, udara yang
terdapat dalam tanah, topografi, intensitas hujan, kekasaran
permukaan, mutu air, suhu udaradan adanya kerak di permukaan
(Anonim, 2013).Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan
komponen penting dalam perencanaan wilayah kota dan kebutuhan di
sector pertanian. Drainase yang berasal dari bahasa Inggris
drainage mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Drainase dapat diartikan juga sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air
tanah (Suripin, 2014).Perkolasi merupakan gerakan air ke bawah dari
zone air tidak jenuh (daerah antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah) ke dalam daerah yang jenuh atau daerah dibawah
permukaan air. Proses ini merupakan proses kehilangan air yang
terjadi pada penanaman padi di sawah. Istilah perkolasi kurang
mempunyai arti penting pada kondisi alam, tetapi dalam kondisi
buatan, perkolasi mempunyai arti penting, dimana karena alasan
teknis, dibutuhkan proses infiltrasi yang terus menerus. Besarnya
perkolasi dinyatakan dalam mm/hari (Soemarto, 2013). Perkolasi atau
peresapan air kedalam tanah dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi
vertikal dan perkolasi horizontal.Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi sifat-sifat fisiknya derajat kemapatannya, kandungan
air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan nisbi air dan iklim
mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan karena
pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh
tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah. Proses
berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan
infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur,
kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu
(Suripin, 2012).
III. METODOLOGIPraktikum Pengelolaan Air Untuk Pertanian yang
berjudul Pengukuran Laju Infiltrasi dilaksanakan pada hari Kamis,
05 Maret 2015 di sekitar AWS dan Laboratorium Agrohidrologi,
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Alat yang digunakan pada praktikum acara ini adalah
infiltrometer tabung konsentrik, meteran/penggaris, ember dan
gayung, serta stopwatch. Bahan yang digunakan adalah air
kran.Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan cara tabung
infiltrometer diletakkan di atas permukaan tanah yang datar dengan
posisi tegak lurus permukaan tanah. Tabung infiltrometer tersebut
ditekan hingga masuk kedalam tanah sedalam 10 cm. Pada waktu
menekan masuk tabung tersebut, jangan sampai miring dan merusak
permukaan tanah. Selanjutnya diberikan air pada tabung sampai
menggenang pada ketinggian tertentu (dicatat sebagai h1), setelah
waktu tertentu (T1) amati tinggi air dalam tabung (h2). Diulangi
penambahan air pada tabung sampai infiltrasi air ke dalam tanah
konstan. Infiltrasi telah konstan apabila pada tiga kali
pengamatan, selisih antara h1 dengan h2 adalah konstan atau berbeda
1 mm. Dicatat hasil pengamatan dalam bentuk tabel.
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel I.1. Hasil Laju InfiltrasiNoWaktu IntervalWaktu
KumulatifLaju Infiltrasi
Vegetasi (mm/jam)Tanpa Vegetasi (mm/jam)
111540300
212520240
313492,69186,53
425459,38157,19
527459,13144,19
629450,73134,48
7413438,92133,07
8417440,46128,86
9421440,61120,02
10829437,33114,66
11837438,48114,6
12845439,63114,54
131055428,89115,05
141065418,15111,69
151075415,07111,84
---412112
Contoh perhitungan :Laju Infiltrasi dengan vegetasiIn = =
I10 antara data 9 dan 13I10 = = 4y-2000 = 86,154y = 2086,15Y =
521,53
V. PEMBAHASANInfiltrasi merupakan proses mengalirnya air ke
dalam tanah akibat gaya gravitasi dan gaya kapiler. Pengukuran
infiltrasi menjadi salah satu parameter penting dalam pembuatan
sumur-sumur resapan. Pengukuran infiltrasi juga sangat penting
untuk evaluasi kelayakan pada tapak pembuangan limbah. Besarnya
laju infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan
sifat internal tanah tersebut. Hubungan antara infiltrasi dengan
faktor yang mempengaruhinya telah diformulasikan oleh para ahli
terdahulu.
Grafik I.1. laju infiltrasi vs waktuBerdasarkan grafik di atas,
dapat dilihat bahwa laju infiltrasi dengan vegetasi dan tanpa
vegetasi terdapat perbedaan. Laju infiltrasi vegetasi memiliki
nilai lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa vegetasi. Hal ini
disebabkan karena vegetasi yang digunakan berperan sebagai penutup
permukaan tanah dan mengintersepsi aliran air yang akan masuk ke
dalam tanah. Jumlah vegetasi yang semakin banyak di permukaan tanah
menyebabkan air yang akan masuk ke tanah menjadi lebih cepat. Akar
vegetasi yang ada di permukaan tanah akan menggemburkan tanah serta
mengurangi aliran permukaan yang ada di permukaan tanah, sehingga
jumlah air yang masuk ke dalam tanah akan lebih banyak dari pada
air yang hilang melalui aliran permukaan.Berdasarkan grafik di atas
pula, laju infiltrasi semakin berkurang seiring dengan bertambahnya
waktu pengamatan. Hal ini dapat disebabkan tanah sudah mengalami
kejenuhan dan gaya hisapan matriks tanah mengecil sehingga
kecepatan aliran air yang masuk ke dalam tanah tidak secepat
masuknya air di awal-awal pengamatan. Faktor lain yang menyebabkan
menurunnya laju infiltrasi adalah kasar tidaknya permukaan tanah,
karena permukaan tanah yang kasar akan mempercepat aliran air
secara vertikal maupun lateral daripada permukaan tanah yang
bertekstur lembut. Tabel I.2. Uji T laju infiltrasi dengan vegetasi
dan tanpa vegetasiWaktu intervalp-valueket
10.02411*
20.009969*
40.002569*
80.0001903*
100.003691*
Keterengan * menunjukkan adanya beda nyataPada tahap analisis
data, didapatkan bahwa T hitung yang diperoleh setiap interval
waktu pengamatan laju infiltrasi memiliki beda nyata ynag sangat
kuat. Berdasarkan tabel uji T diatas ada beda nyata antara
perlakuan tanpa vegetasi dan dengan vegetasi. Keberadaan vegetasi
di permukaan tanah dapat menyebabkan intersepsi air yang akan masuk
ke dalam tanah sehingga kecepatan air yang masuk ke dalam tanah
menjadi lambat. Di sisi lain, keberadaan vegetasi di permukaan
tanah juga dapat memperbesar infiltrasi dan mengurangi jumlah air
yang hilang dari aliran permukaan. Pemasangan alat infiltrometer
dilakukan pada kedalaman 10 cm dikarenakan pada kedalaman 0-10 cm
kandungan fraksi pasir masih tinggi dan kandungan fraksi liat
rendah. Dengan demikian, diduga masih banyak pori-pori makro yang
berada di kedalaman 10 cm. Hal ini menyebabkan partikel tanah yang
lebih halus terbawa dari permukaan tanah ke dalam tanah ketika
dilakukan pemberian air. Sehingga partikel tersebut dapat mengendap
di dalam tanah (Januar dan Pandjaitan, 1999).Faktor-faktor yang
mempengaruhi infiltrasi antara lain:1. Kelembabanan tanah awal dan
potensial matriksTanah dalam kondisi kering, menyebabkan gradien
potensial matriksnya lebih besar. Hal ini berdampak kepada daya
hisap tanah terhadap air semakin besar.2. Tekstur tanahUkuran tanah
yang semakin besar menyebabkan laju infiltrasi semakin tinggi.
Lapisan atau horizon kedap menurunkan laju infiltrasi. Horison A
dan B paling berpengaruh pada laju infiltrasi tanah.3. Struktur
tanahGerakan air tanah sangat dipengaruhi olehstruktur tanah dan
ukuran agregat. Stabilitas struktur mempengaruhi laju infiltrasi,
dan lubang-lubang kegiatan biologis meningkatkan laju infiltrasi.
Stuktur yang mampat atau pejal akan menghambat laju infiltrasi.4.
Pengolahan tanahPengolahan tanah meningkatkan laju infiltrasi
karena meningkatkan porositas tanah.5. Tipe lempungTanah yang
memiliki sifat kembang kerut seperti Vertisol dapat meningkatkan
laju infiltrasi disaat kondisi kering dan saat kondisi basah
mengkerut sehingga menurunkan laju infiltrasi.6. Udara
terperangkapApabila terdapat banyak udara yang terperangkap dalam
pori-pori tanah akan menurunkan laju infiltrasi.7. Suhu airSuhu
profil tanah berpengaruh terhadap kekentalan serta berat jenis air
dan tegangan permukaan. Hal ini mempengaruhi daya hantar air serta
dapat meningkatkan laju infiltrasi pada tanah.8. Intensitas
hujanBenturan air hujan menyebabkan penyumbatan pada pori-pori
tanah.9. Kemiringan lerengTanah dengan kemiringan lereng tinggi
akan memperkecil laju infiltrasi karena sebagian air akan mengalami
run off lebih cepat dibandingkan masuk kedalam tanah.10. Tumbuhan
penutup tanahTanah bero cenderung mempunyai laju infiltrasi yang
rendah karena terjadi pemampatan pada lapisan permukaan tanah.
Tumbuhan mengurangi efek curah hujan dengan cara intersepsi air
hujan, akar tumbuhan akan menyebabkan struktur tanah gembur, dan di
atas permukaan tanah mengurangi laju aliran.Hubungan infiltrasi
dengan produktivitas tanaman dapat dilihat dari kecepatan air
meresap kedalam tanah dan besaran air yang masuk kedalam tanah.
Data infiltrasi dapat memberikan gambaran tentang kebutuhan air
yang dibutuhkan oleh tanaman di suatu luasan lahan tertentu pada
waktu tertentu. Kebutuhan air yang tepat dapat mengisi pori-pori
yang ada di dalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Air
yang terlalu cepat masuk kedalam tanah dan melebihi kapasitas
lapang menyebabkan kondisi tanah jenuh air. Apabila tanah sudah
mengalami kejenuhan maka pori-pori tanah akan terisi oleh air dan
udara yang ada di tanah berkurang sehingga aerasi tanah
berkurang.
VI. KESIMPULAN DAN SARANLaju infiltrasi pada menit 75 didapatkan
sebagai berikut yaitu dengan vegetasi 412 mm/jam dan tanpa vegetasi
112 mm/jam. Laju infiltrasi dengan vegetasi lebih besar
dibandingkan laju infiltrasi tanpa vegetasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi infiltrasi antara lain kelembabanan tanah awal dan
potensial matriks, tekstur tanah, struktur tanah, pengolahan tanah,
tipe lempung, udara terperangkap, suhu air, intensitas hujan,
kemiringan lereng dan tumbuhan penutup tanah.Pada saat pemasangan
alat infiltrometer sebaiknya dilakukan dengan hati hati agar alat
infiltrometer terpasang dengan sempurna. Pada saat pengukuran laju
infiltrasi sebaiknya dilakukan pada saat kondisi langit yang cerah
atau tidak sedang turun hujan.
DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2013. Turf-Tec Infiltrometer. . Diakses
pada tanggal 11 Maret 2015.Asdak, C. 2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.Bedbabis, Saida. Bechir Ben Rouina. Makki Boukhris.
Giuseppe Ferrara. 2014. Effect of irrigation with treated
wastewater on soil chemical properties and inltration rate. Journal
of Environmental Management 133, 45-50.Gil, I., Ulloa, J.J. 1997.
Positive aspects of the use of water : the reuse of urban
wastewater and its effect on areas of tourism. Opt. Medit. 31,
218-229.Indarwati, D., Suhardjono, D. Harisuseno. 2014. Studi
analisis spasial infiltrasi di das kali bodo Kabupaten Malang.
Jurnal Teknik Pengairan, Volume 5, Nomor 1, Mei 2014, hlm
6167.Januar, M. R., N. H. Pandjaitan. 1999. Evaluasi persamaan
infiltrasi kostiakov dan philips secara empirik untuk tanah regosol
coklat kekelabuan. Buletin Keteknikan Pertanian.
3:1-10Jimenez-Cisneros, B. 1995. Wastewater reuse to increase soil
productivity. J. Water Sci. Technol. 32, 173-180.Maria, R. dan
Lestiana, H. 2014. Pengaruh penggunaan lahan terhadap fungsi
konservasi airtanah di sub das cikapundung. Ris. Geo. Tam Vol. 24,
No.2, Desember 2014 (77-89).Soemarto, 2013.SirkulasiAir Dalam
Tanah. Gramedia, Jakarta.Suripin. 2012. Drainase Perkotaan Yang
Berkelanjutan. Andi Offset, Yogyakarta.Suripin, 2014. Pelestarian
Sumber Daya Tanah Dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta.
LAMPIRANsatu=read.table("clipboard",header=T)> satu perlk
infiltrasi1 vegetasi 0.92 vegetasi 1.03 vegetasi 0.74 tanpa 0.55
tanpa 0.66 tanpa 0.5> var.test(infiltrasi~perlk,data=satu)
F test to compare two variances
data: infiltrasi by perlkF = 0.1429, num df = 2, denom df = 2,
p-value = 0.25alternative hypothesis: true ratio of variances is
not equal to 195 percent confidence interval: 0.003663004
5.571428571sample estimates:ratio of variances 0.1428571
> t.test(satu$infiltrasi~satu$perlk,
var.equal=T,data=satu)
Two Sample t-test
data: satu$infiltrasi by satu$perlkt = -3.5355, df = 4, p-value
= 0.02411alternative hypothesis: true difference in means is not
equal to 095 percent confidence interval: -0.59509909
-0.07156758sample estimates: mean in group tanpa mean in group
vegetasi 0.5333333 0.8666667
> dua=read.table("clipboard",header=T)> dua perlk
infiltrasi1 vegetasi 2.12 vegetasi 1.23 vegetasi 1.64 tanpa 0.45
tanpa 0.56 tanpa 0.2> var.test(infiltrasi~perlk,data=dua)
F test to compare two variances
data: infiltrasi by perlkF = 0.1148, num df = 2, denom df = 2,
p-value = 0.2059alternative hypothesis: true ratio of variances is
not equal to 195 percent confidence interval: 0.002942413
4.475409836sample estimates:ratio of variances 0.1147541
> t.test(dua$infiltrasi~dua$perlk, var.equal=T,data=dua)
Two Sample t-test
data: dua$infiltrasi by dua$perlkt = -4.6082, df = 4, p-value =
0.009969alternative hypothesis: true difference in means is not
equal to 095 percent confidence interval: -2.0298384
-0.5034949sample estimates: mean in group tanpa mean in group
vegetasi 0.3666667 1.6333333
> empat=read.table("clipboard",header=T)> empat perlk
infiltrasi1 vegetasi 2.72 vegetasi 2.53 vegetasi 3.54 tanpa 0.95
tanpa 0.66 tanpa 0.8> var.test(infiltrasi~perlk,data=empat)
F test to compare two variances
data: infiltrasi by perlkF = 0.0833, num df = 2, denom df = 2,
p-value = 0.1538alternative hypothesis: true ratio of variances is
not equal to 195 percent confidence interval: 0.002136752
3.250000000sample estimates:ratio of variances 0.08333333
> t.test(empat$infiltrasi~empat$perlk,
var.equal=T,data=empat)
Two Sample t-test
data: empat$infiltrasi by empat $perlkt = -6.709, df = 4,
p-value = 0.002569alternative hypothesis: true difference in means
is not equal to 095 percent confidence interval: -3.016187
-1.250480sample estimates: mean in group tanpa mean in group
vegetasi 0.7666667 2.9000000
> delapan=read.table("clipboard",header=T)> delapan perlk
infiltrasi1 vegetasi 5.02 vegetasi 6.03 vegetasi 5.64 tanpa 1.55
tanpa 1.16 tanpa 1.0> var.test(infiltrasi~perlk,data=
delapan)
F test to compare two variances
data: infiltrasi by perlkF = 0.2763, num df = 2, denom df = 2,
p-value = 0.433alternative hypothesis: true ratio of variances is
not equal to 195 percent confidence interval: 0.00708502
10.77631579sample estimates:ratio of variances 0.2763158
> t.test(delapa$infiltrasi~ delapan $perlk, var.equal=T,data=
delapan)
Two Sample t-test
data: delapan $infiltrasi by delapan $perlkt = -13.1995, df = 4,
p-value = 0.0001903alternative hypothesis: true difference in means
is not equal to 095 percent confidence interval: -5.244827
-3.421840sample estimates: mean in group tanpa mean in group
vegetasi 1.200000 5.533333
> sepuluh=read.table("clipboard",header=T)> sepuluh perlk
infiltrasi1 vegetasi 7.52 vegetasi 5.03 vegetasi 6.24 tanpa 1.95
tanpa 1.66 tanpa 1.9> var.test(infiltrasi~perlk,data=
sepuluh)
F test to compare two variances
data: infiltrasi by perlkF = 0.0192, num df = 2, denom df = 2,
p-value = 0.03766alternative hypothesis: true ratio of variances is
not equal to 195 percent confidence interval: 0.0004920453
0.7484008529sample estimates:ratio of variances 0.01918977
> t.test(sepuluh $infiltrasi~ sepuluh $perlk,
var.equal=T,data= sepuluh)
Two Sample t-test
data: sepuluh $infiltrasi by sepuluh $perlkt = -6.0833, df = 4,
p-value = 0.003691alternative hypothesis: true difference in means
is not equal to 095 percent confidence interval: -6.456734
-2.409933sample estimates: mean in group tanpa mean in group
vegetasi 1.800000 6.233333
LAMPIRANLaju infiltrasi (n) = x 60 = ....... mm/jama. Laju
infiltrasi dengan vegetasi L1 = x 60= 540 mm/jam L2 = x 60= 570
mm/jam L3 = x 60= 520 mm/jam L4 = x 60= 564 mm/jam L5 = x 60=
505,71 mm/jam L6 = x 60= 500 mm/jam L7 = x 60= 568,15 mm/jam L8 = x
60= 448 mm/jam L9 = x 60= 462,85 mm/jam L10 = x 60= 438,62 mm/jam
L11 = x 60= 441,08 mm/jam L12 = x 60= 437,33 mm/jam L13 = x 60=
439,63 mm/jam L14 = x 60= 418,15 mm/jam L15 = x 60= 412 mm/jam
Laju infiltrasi tanpa vegetasi L1 = x 60= 300 mm/jam L2 = x 60=
330 mm/jam L3 = x 60= 320 mm/jam L4 = x 60= 240 mm/jam L5 = x 60=
214,28 mm/jam L6 = x 60= 180 mm/jam L7 = x 60= 166,15 mm/jam L8 = x
60= 148,23 m/jam L9 = x 60= 142,48 mm/jam L10 = x 60= 134,48 mm/jam
L11 = x 60= 123,24 mm/jam L12 = x 60= 114,66 mm/jam L13 = x 60=
114,54 mm/jam L14 = x 60= 111,69 mm/jam L15 = x 60= 112 m/jam
Laju Infiltrasi dengan vegetasiIn = =
I10 antara data 9 dan 13I10 = = 4y-2000 = 86,154y = 2086,15Y =
521,53
I15 antara data 13 dan 17I15 = = 4y-2344,6=276,3Y = 655,225
I20 = antara data 17 dan 21I20 = = 4y-1792 = 44.55Y = 459,13
I25 = antara data 21 dan 29I25 = = 8y-3702,8 = -24,23Y =
459,82
I30 = antara data 29 dan 37I30 = = 8y-3508,96 = 2,46Y =
438,92
I35 = antara data 29 dan 37I35 = = 8y-3508,96 = 14,76Y =
440,46
I40 = antara data 37 dan 45I40 = = 4y-2344,6 = -276,3 Y =
517,07
I50 = anatara data 45 dan 55I50 = = 10y-4373,3 = 11,5Y =
438,48
I60 = antara data 55 dan 65I60 = = 10y-4396,3 = 107,4Y =
428,89
I70 = antara data 65 dan 75I70 = = 10y-4181,5 = -30,75Y =
415,07
Laju infiltrasi tanpa vegetasi
In = =
I10 antara data 9 dan 13I10 = = 4y-720 = -13,85 Y = 176,53
I15 antara data 13 dan 17I15 = = 4y-664,6=-35,84Y = 157,19
I20 = antara data 17 dan 21I20 = = 4y-592,92 = -16,14Y =
144,19
I25 = antara data 21 dan 29I25 = = 8y-1142,8= -33,48Y =
138,66
I30 = antara data 29 dan 37I30 = = 8y-1075,84 = -11,24Y =
133,07
I35 = antara data 29 dan 37I35 = = 8y-1075,84 = -67,44Y =
126,05
I40 = antara data 37 dan 45I40 = = 8y-985,92 = 64,26 Y =
131,27
I50 = anatara data 45 dan 55I50 = = 10y-1446,6 = -150,6Y =
129,6
I60 = antara data 55 dan 65I60 = = 10y-1145,4 = -14,25Y =
113,11
I70 = antara data 65 dan 75I70 = = 10y-1116,9 = 1,55Y =
111,84