1 PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH ANTIDIARE JUS DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) DAN LAKSATIF JUS DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP TEKSTUR FESES TIKUS (Mus musculus) Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dosen Pengampu : Dra. Aditya Marianti, M.Si dan drh. Wulan Christijanti, M.Si Disusun oleh Rini Madhawati 4401411010 Siti Farida 4401411020 Muspita Dewi 4401411025 Ita Aulanisa 4401411036 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
23
Embed
Laporan Proyek Fisiologi Hewan - PENGARUH ANTIDIARE JUS DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) DAN LAKSATIF JUS DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP TEKSTUR FESES TIKUS (Mus musculus)
Laporan Proyek Fisiologi Hewan. Proposal mengenai hasil penelitian.
PENGARUH ANTIDIARE JUS DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) DAN LAKSATIF JUS DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica) TERHADAP TEKSTUR FESES TIKUS (Mus musculus)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dosen Pengampu : Dra. Aditya Marianti, M.Si dan drh. Wulan Christijanti, M.Si
Disusun oleh Rini Madhawati 4401411010 Siti Farida 4401411020 Muspita Dewi 4401411025 Ita Aulanisa 4401411036
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH ANTIDIARE JUS DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava)
DAN LAKSATIF JUS DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica)
TERHADAP TEKSTUR FESES TIKUS (Mus musculus)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu : Dra. Aditya Marianti, M.Si dan drh. Wulan Christijanti, M.Si
Disusun oleh
Rini Madhawati 4401411010
Siti Farida 4401411020
Muspita Dewi 4401411025
Ita Aulanisa 4401411036
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diare atau gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sering
dijumpai di masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan terdapat 2 miliar kasus
diare di seluruh dunia. Penderita diare terutama anak-anak berumur di bawah lima
tahun. Bersamaan dengan makin tingginya insidensi diare dalam masyarakat,
maka banyak dilakukan upaya-upaya pengobatan diare. Sampai sekarang,
pengobatan antidiare baik yang tradisional maupun kimia telah banyak
dikembangkan.
Masyarakat di Indonesia sendiri, terutama masyarakat golongan
menengah kebawah, lebih sering mengatasi diare ini dengan berbagai macam
tanaman obat. Adapun contoh tanaman obat yang banyak digunakan sebagai
antidiare adalah rimpang kunyit, daun jambu biji, daun salam, temulawak.
Tanaman-tanaman ini mempunyai zat tertentu yang berperan dalam
menghentikan diare. Dibandingkan obat kimia, obat herbal ini memiliki
beberapa keuntungan yaitu lebih murah, efek sampingnya lebih minimal, dan
memiliki lebih banyak manfaat.
Secara tradisional masyarakat menggunakan daun jambu biji sebagai obat
diare karena telah terbukti mampu mengurangi bahkan menghentikan diare. Daun
jambu biji banyak mengandung bahan aktif, antara lain: tanin, kuersetin,
guayaverin, leukosianidin, minyak atsiri, asam malat, damar, dan asam oksalat
(Anonymous, 2009)
Masyarakat memanfaatkan daun jambu biji dengan cara membuat
ekstraknya secara sederhana yaitu dengan merebus daun jambu biji sampai tanin
yang terdapat didalamnya dapat terekstrak. Diantara kelebihan pohon jambu biji
sebagai tanaman obat adalah kemampuannya untuk berbuah sepanjang tahun tanpa
mengenal musim dan dapat hidup dengan baik di segala kondisi tanah, iklim, dan
kelembaban. Pohonnya mudah diperbanyak dengan beragam cara baik dengan
tunas, biji, maupun dengan tunas berakar.
3
Jambu yang digemari masyarakat umumnya berdaging lunak, tebal, rasanya
manis, berbiji sedikit, dan buahnya berukuran besar. Jambu biji mengandung
vitamin C yang paling tinggi dan cukup mengandung vitamin A dibanding buah-
buah lainnya. Vitamin C ini sangat baik sebagai zat antioksidan. Sebagain besar
vitamin C jambu biji ini terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian luar yang
lunak dan tebal. Selain pemasok andal vitamin C, jambu biji juga kaya serat
khususnya pektin (serat larut air) yang dapat digunakan untuk bahan pembuat gel
atau jeli (Anonymous, 1998).
Sembelit dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kurang
makanan yang mengandung serat, kurang minum air atau karena ketegangan syaraf
atau stress, tetapi dapat juga disebabkan efek samping dari obat-obatan yang
dikonsumsi. Menurut penggolongannya laksansia berfungsi: a) sebagai zat
merangsang langsung dinding usus, b) memperbesar isi usus misalnya sayur-
sayuran berserat, c) sebagai zat pelicin dan d) merangsang menimbulkan
reflek defikasi di poros usus. Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara
menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang
air besar (defikasi) dan meredakan sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga
agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi menjadi normal.
Banyak obat pencahar yang mudah didapat, dimana penggunaan yang
kurang tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Dewasa
ini dengan adanya pencanangan Jamu dimasukkan ke dalam pelayanan
kesehatan formal, perlu lebih digalakkan penggunaan tanaman obat sebagai
obat alternatif, yang tentunya ditunjang dengan penelitian yang efektif untuk
mengetahui khasiatnya.
Tanaman asam jawa (Tamarindus indica Linn.) dikenal masyarakat
sebagai pohon rindang dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di
beberapa daerah digunakan sebagai pohon pelindung. Hampir seluruh bagian
tanaman ini bermanfaat, kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan,
buahnya yang masak sebagai bumbu masak atau makanan yang dicampur gula
pasir atau obat yang terlebih dahulu dibuat asam kawak. Daunnya yang disebut
”sinom” dalam bahasa jawa juga digunakan sebagai sayur maupun obat.
Secara empiris asam jawa digunakan untuk encok, orok, bisul, pencahar,
4
demam, obat menggugurkan, radang dan pembersih logam. Dan dari informasi
ternyata asam jawa mempunyai potensi untuk ekspor ke luar negeri.
Daun asam jawa yang masih muda dapat digunakan untuk mengobati
sembelit dengan ketentuan daun muda yang berada 6 tangkai di ujung teratas. Daun
ini dapat mempengaruhi dinding usus besar dengan jalan memperkuat peistaltiknya
dengan demikian akan memperlunak tinja.
Penelitian Dian Sundari (2010) menunjukan bahwa jus daun asam jawa
bersifat laksatif dimana konsentrasi yang paling efektif yaitu konsentrasi 40%.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana pengaruh zat laksatif terhadap tekstur feses pada tikus normal?
b. Bagaimana pengaruh zat antidiare tehadap tekstur feses pada tikus yang
mengalami diare?
C. TUJUAN
a. Mengetahui pengaruh zat laksatif terhadap tekstur feses pada tikus normal.
b. Mengetahui pengaruh zat antidiare tehadap tekstur feses pada tikus yang
mengalami diare.
D. MANFAAT
a. Memberikan informasi tentang pengaruh zat laksatif terhadap tekstur feses
pada tikus normal.
b. Memberikan informasi tentang pengaruh zat antidiare tehadap tekstur feses
pada tikus yang mengalami diare.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LAKSATIF
Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu
mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di usus. Dalam
operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien untuk membersihkan usus
sebelum operasi dilakukan. Laksatif merupakan obat bebas. obat yang biasanya digunakan
untuk mengatasi konstipasi atau sembelit. Biasanya obat ini hanya digunakan saat
mengalami konstipasi atau sembelit saja karena mempunyai efek samping.
Kelompok laksatif:
1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)
Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang berasal dari serat alamiah
seperti psyllium ataupun serat buatan sepertu metil selullosa. Keduanya sama efektif
dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup aman digunakan dalam waktu
yang lama tetapi memerlukan asupan cairan yang cukup.
2. Pelembut tinja/feses
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai pelembut feses. Obat ini
mempunyai efek sebagai surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan feses,
sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek.
3. Pencahar stimulan/perangsang
Contoh golongan ini adalah senna, bisacordil. Senna aman dipakai untuk usia
lanjut.Efek obat ini menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan usus.
4. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative)
Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur distribusi cairan dalam
tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja mudah melewati
usus. Jenis golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol.
5. Enema
Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi tinja sehingga bisa
keluar. Pemberian ini harus hati – hati pada usia lanjut karena sering mengakibatkan
efek samping. Fungsi: Memperlancar persiapan gerakan usus, sembelit kronis,