Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah Kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Laporan Provinsi| 169
14
Embed
Laporan Provinsi| 169 Sumatera Selatan - mpi-indonesia.org · (OKU) Selatan adalah wilayah dengan in-deks kemiskinan tertinggi di Sumsel. Lokasin-ya berada di ujung paling selatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sumatera Selatan
Jembatan AmperaJembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah Kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Laporan Provinsi| 169
Ibu Kota : PalembangLuas Wilayah : 91.592 km2
Jumlah Penduduk : 7,45 jutaKepadatan Penduduk : 87 jiwa/km2
Jumlah Rumah Tangga Miskin : 559.629Jumlah Penduduk Miskin : 2.414.273Angka Kemiskinan : 28,9%Keparahan Kemiskinan : 41,59%Indeks Kemiskinan Multidimensi : 0,120
398.906
Profil Sumatera Selatan2014
Karakter Kemiskinan Perbandingan Kemiskinan Multidimensi
Desa Kota
Keterangan Simbol Kemiskinan Multidimensi
Persentase Penduduk Miskin
KeparahanKemiskinanMultidimensi
Penduduk Miskin Kota
IndeksKemiskinanMultidimensi
IKM
RT Miskin
Keterangan1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga2)PDRB/kapita tanpa Migas3)Data Agustus 20144)Data 2013
170 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
Keterangan Simbol Karakteristik
Aksesair bersih
PartisipasiSekolah
MelekHuruf
PembantuKelahiran
Bahan Ba-kar untuk Memasak
SumberPenerangan
Kondisi Atap Lantai Dinding
Kepemilikan Aset Rumah
Gizi Seimbang Anak Balita
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sanitasi
Peta Kemiskinan MultidimensiProvinsi Sumatera Selatan
2013
>50 40-50 30-40 20-30 <20 n.a.
Keterangan RT Miskin (%)
Jumlah RT Miskin (dalam ribu)
MUARA ENIM
OGAN KOMERING ULU
KOTA PRABUMULIH
OGAN KOMERING ULU SELATAN
KOTA PAGAR ALAM
LAHATEMPAT LAWANG
KOTA LUBUK LINGGAU PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
MUSI RAWAS
OGAN KOMERING ULU TIMUR
OGAN ILIR
MUSI RAWAS UTARA KOTA PALEMBANG
OGAN KOMERING ILIR
BANYUASINMUSI BANYUASIN
8
22
93
4742
47
4671
56
39
34
26
0
0
35
11
7
Laporan Provinsi| 171
Profil Kemiskinan Multidimensi
Sumatera Selatan meraih pencapaian positif dalam hal penurunan kemiskinan multi-dimensi tahun 2012-2014. Beberapa indika-tor kemiskinan multidimensi membuktikan hal ini. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah rumah tangga miskin yang sem-ula 650.849 keluarga berkurang 14 persen dua tahun kemudian. Terjadinya perubahan ini juga seiring dengan menurunnya jumlah penduduk miskin pada periode yang sama.
Perubahan positif terjadi pula dengan angka kemiskinan Sumsel pada 2014. Saat itu angka kemiskinan di provinsi ini berada di posisi 28,88 persen. Dibandingkan dengan kondisi 2012, jumlah ini berbeda 5,61 persen dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Angka tersebut menunjukkan bahwa terdap-at tiga dari 10 rumah tangga miskin di Sum-sel yang masuk kategori miskin secara multi-dimensi. Jika diamati sejak 2012 perubahan yang terjadi tidaklah mencolok, tetapi jika dilihat secara rinci terdapat 91.220 rumah
tangga yang berhasil keluar dari persoalan kemiskinan multidimensi. Gambaran kemi-skinan multidimensi terjadi di semua wilayah Sumsel, termasuk empat wilayah perkotaan yang ada, yaitu Palembang, Lubuk Linggau, Prabumulih, dan Pagar Alam.
Indeks kemiskinan Sumsel tahun 2014 adalah 0,135. Angka ini jauh di atas ra-ta-rata nasional yang hanya sebesar 0,124. Artinya, kondisi kemiskinan multidimensi Sum-sel lebih memprihatinkan dibandingkan den-gan provinsi pada umumnya di Indonesia. Peringkatnya berada di urutan ke-23 dari 33 provinsi. Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan adalah wilayah dengan in-deks kemiskinan tertinggi di Sumsel. Lokasin-ya berada di ujung paling selatan Sumsel dan menjadi wilayah termiskin di antara ka-bupaten/kota yang ada. Sebaliknya, Kota Palembang memiliki indeks kemiskinan teren-dah, yaitu 0,039. Dengan kata lain, warga ibu kota Sumsel relatif paling sejahtera di lingkup Sumsel.
Seperti halnya kedua indikator kemi-
Analisis Kemiskinan MultidimensiSumatera Selatan
Tabel 1 Profil Kemiskinan Multidimensi Sumatera Selatan 2012-2014
172 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
skinan multidimensi, yaitu angka kemiskinan dan indeks kemiskinan, yang cenderung turun selama 2012-2014, demikian juga den-gan tingkat keparahan kemiskinan di Sum-sel. Dalam dua tahun sejak 2012 setidaknya terdapat penurunan keparahan kemiskinan sebesar 3 persen.
Angka Kemiskinan Multidimensi
Angka kemiskinan multidimensi Sumsel memiliki pola yang berbeda dengan angka kemiskinan moneter. Perubahan angka kem-iskinan moneter selama 2012-2014 cend-erung tidak stabil. Sementara itu, angka kemiskinan multidimensi turun secara konstan dari waktu ke waktu.
Dari sisi kemiskinan multidimensi, pada tahun 2012 terdapat 34,5 persen rumah tangga miskin di Sumsel yang tidak terlayani kebutuhan dasarnya terkait kesehatan, dan pendidikan, serta kualitas hidupnya, sep-erti ditunjukkan pada Grafik 1. Akan teta-pi, dua tahun kemudian kondisinya menjadi lebih baik. Angka kemiskinan multidimensi di wilayah ini turun sebesar 5,6 persen atau setara dengan 91.220 rumah tangga miskin. Mereka masuk golongan yang berhasil mem-peroleh kehidupan lebih baik pada tahun 2014.
Selain terdapat perbedaan dari segi proporsi, pola kecenderungan antara ang-
ka kemiskinan multidimensi dan moneter pun tidak sama. Pada tahun 2013, misalnya, ter-jadi perubahan yang bertolak belakang di antara kedua indikator tersebut. Sementa-ra angka kemiskinan multidimensi turun 4,2 persen, angka kemiskinan moneter kembali meningkat sebesar 0,58 persen.
Konsentrasi kemiskinan di Sumsel tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di wilayah lain di Indonesia. Rumah tangga miskin yang belum bisa mengakses berbagai fasilitas kes-ehatan, pendidikan, dan kualitas hidup leb-ih banyak bermukim di perdesaan. Sisanya bertempat tinggal di perkotaan. Selain seru-pa dalam hal proporsi, pola kecenderungan-nya pun sejalan satu sama lain. Dalam tiga tahun tersebut angka kemiskinan multidimensi baik di perdesaan maupun perkotaan Sumsel selalu turun dari waktu ke waktu. Kondisi ini juga terjadi di tingkat nasional. Gambaran tersebut dapat dilihat pada Grafik 2.
Keparahan Kemiskinan Multidimensi
Secara umum, keparahan kemiskinan yang dilihat dari kacamata multidimensi baik di Sumsel maupun di nasional tidak berbeda satu sama lain. Ketidakmampuan mengakses berbagai fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kualitas hidup lebih banyak dialami oleh masyarakat miskin perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Pada tahun 2012 kepa-
Grafik 1 Perbandingan Angka Kemiskinan Multidimensi dengan Angka Kemiskinan Moneter (%)
Laporan Provinsi| 173
rahan kemiskinan di Sumsel dialami oleh 42,2 persen penduduk di perdesaan Sumsel. Jum-lah ini relatif sama dengan yang terjadi di nasional, seperti ditunjukkan pada Grafik 3.
Kondisi yang dialami masyarakat miskin perkotaan di Sumsel relatif tidak berbeda jauh dengan di perdesaan. Pada tahun 2012, misalnya, keparahan kemiskinan yang terjadi di perkotaan adalah 42,4 persen atau selisih 0,02 persen lebih tinggi dibandingkan den-gan di perdesaan.
Dari 15 wilayah kabupaten/kota di Sumsel, kemiskinan masyarakat Kabupaten Muara Enim adalah yang terparah di ta-hun 2013. Artinya, ada 4-5 dari 11 varia-bel kebutuhan yang tidak bisa dinikmati oleh masyarakat miskin perdesaan. Sebaliknya, masyarakat miskin perkotaan kesulitan men-
gakses tak lebih dari 4 variabel kebutuhan.
Indeks Kemiskinan Multidimensi
Indeks kemiskinan perkotaan di Sumsel selalu lebih rendah dibandingkan dengan perdesaan. Hal ini terjadi selama dua tahun berturut-turut sejak 2012. Pada tahun terse-but, indeks kemiskinan perkotaan adalah 0,072. Sementara perdesaan mencapai dua kali lipat lebih tinggi.
Jika dilihat dari keseluruhan, Kabupaten OKU Selatan, Ogan Komering Ilir, dan Empat Lawang adalah tiga wilayah dengan indeks kemiskinan tertinggi di tahun 2013. Dengan indeks kemiskinan 0,27, Kabupaten OKU Se-latan merupakan yang termiskin di antara 14 wilayah lainnya. Sementara itu, kesejahter-
42,4
41,3
42,2
43,4
40,3
42,4 42,1
39,4
41,6
42,7
39,6
41,8 41,7 41,1 41,6
42,7
40,0
41,8
37,0
38,0
39,0
40,0
41,0
42,0
43,0
44,0
Desa Kota Desa + Kota Desa Kota Desa + Kota
Sumatra Selatan Nasional
20122013
2014
43,3
17,5
34,5
47,6
22,2
35,0 38,4
14,6
30,3
42,2
19,4
30,8 37,3
13,2
28,9
40,8
18,5
29,7
-
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
45,0
50,0
Desa Kota Desa + Kota Desa Kota Desa + Kota
Sumatra Selatan Nasional
20122013
2014
Grafik 2 Angka Kemiskinan Multidimensi (%) Menurut Desa-Kota
Grafik 3 Keparahan Kemiskinan Multidimensi (%) Menurut Desa-Kota
174 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
aan masyarakat Kota Lubuk Linggau, Pagar Alam, dan Prabumulih adalah yang tertinggi di Sumsel.
Bagaimanapun kondisi masyarakat mi-skin Sumsel lebih baik dibandingkan den-gan rata-rata nasional. Pada 2014 indeks kemiskinan Sumsel adalah 0,120 atau selisih 0,004 poin lebih tinggi dibandingkan dengan nasional, seperti ditunjukkan pada Grafik 4. Posisinya berada di urutan ke-23 dari 33 provinsi di Indonesia.
Kesimpulan dan RekomendasiKesimpulan
Kegiatan ekonomi Sumsel tanpa minyak dan gas tahun 2014 mencapai 436,99 tril-iun rupiah. Jumlah sebesar itu disokong oleh tiga sektor perekonomian utama. Pertama, sektor industri pengolahan yang proporsin-ya mencapai 23,7 persen. Kontributor kedua berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yaitu 14,6 persen. Sementara itu, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan punya andil sebesar 14,3 persen dari total PDRB Sumsel.
Total kegiatan Sumsel yang mencapai 436,99 triliun rupiah belum dirasakan oleh semua warga, baik di perkotaan maupun perdesaan. Rumah tangga miskin banyak dijumpai di semua wilayah Sumsel, teruta-
ma di perdesaan. Berdasarkan pengukuran multidimensi, diperoleh gambaran bahwa Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan mer-upakan wilayah termiskin di Sumsel dengan indeks kemiskinan tertinggi, yaitu 0,27. Se-baliknya Kota Palembang tergolong paling sejahtera karena memiliki indeks kemiskinan terendah, yaitu 0,039.
Air bersih, listrik, dan sanitasi adalah sederetan persoalan yang dihadapi masyar-akat miskin Sumsel selama 2012-2014. Set-idaknya 8 dari 10 rumah tangga miskin di Sumsel tidak bisa mengakses tiga kebutuhan dasar tersebut. Keterbatasan ini berlangsung terus-menerus selama 2012-2014, seperti dapat dilihat pada Grafik 5.
Malangnya, warga miskin Sumsel tak hanya dihadapkan pada minimnya akses kesehatan, pendidikan, dan sarana penun-jang kualitas hidup, tetapi juga menderita akibat bencana kabut asap. Bencana kabut asap yang terjadi beberapa tahun terakhir ini tidak hanya berlangsung dalam hitungan hari, tetapi terjadi berbulan-bulan, teruta-ma di musim kemarau. Bencana kabut asap di Sumatera Selatan yang pernah terja-di setengah abad lalu, kini kembali terjadi. Pembiaran terhadap perusakan ekosistem lahan gambut secara masif ditengarai kem-bali memicu kebakaran lahan dan hutan.
Pemberian izin penggunaan lahan gam-
0,184
0,072
0,146
0,207
0,090
0,149 0,162
0,058
0,126
0,180
0,077
0,129 0,155
0,054
0,120
0,174
0,074
0,124
-
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
Desa Kota Desa + Kota Desa Kota Desa + Kota
Sumatra Selatan Nasional
2012 2013 2014
Grafik 4 Indeks Kemiskinan Multidimensi Menurut Desa-Kota
Laporan Provinsi| 175
but yang masif sudah terjadi sejak 1997. Ta-hun 1994, luas kebun sawit di Sumsel baru 50.120 hektare. Namun, tahun 2015, luas areal kebun sawit telah mencapai 827.212 hektare, atau menjadi 17 kali lipat diband-ingkan dengan periode sebelumnya. Adapun untuk izin hutan tanaman industri dan hak pengusahaan hutan mencapai luas 1,8 juta hektare. Saat ini maksimum hanya 10 persen lahan gambut di Sumsel yang masih dalam kondisi baik.
Tahun 2014 luas kebakaran hutan di Sum-sel adalah yang tertinggi di antara provinsi lainnya. Tak kurang dari 8.504,86 hektare lahan hutan mengalami kebakaran di Sum-sel. Tahun 2015 Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin men-jadi tiga wilayah yang paling terdampak bencana kabut asap. Bencana kabut asap menjadi faktor eksternal yang bisa mem-perlambat perbaikan kesejahteraan warga Sumsel, padahal selama 2012-2014 tren penurunan kemiskinan multidimensi sudah mu-lai tampak.
Rekomendasi
Fakta menyebutkan bahwa kepara-han kemiskinan, baik di perdesaan maupun perkotaan, di Sumsel tidak jauh berbeda. Sebaliknya terjadi ketimpangan angka kem-iskinan yang cukup jauh di antara keduanya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh terpusatnya pembangunan di wilayah perko-taan saja.
Agar program kebijakan untuk pen-anggulangan masalah kemiskinan ini dapat memberikan hasil optimal, perlu disusun ren-cana terpadu yang berfokus pada daer-ah-daerah dengan tingkat kemiskinan yang tergolong tinggi. Pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat, harus menyusun berb-agai program kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas kondisi kehidu-pan penduduk.
Meski persoalan pemenuhan gizi anak balita tidak menduduki peringkat pertama, perhatian pada bidang ini harus tetap dipri-oritaskan. Menurut data Riskesdas, hingga tahun 2013 masih terdapat 148.006 anak
balita yang masuk kategori gizi buruk dan gizi kurang.
Program Intervensi Gizi Masyarakat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Musi Banyu-asin bisa menjadi contoh bagi wilayah lain-nya di Sumsel. Program tersebut bisa men-dorong pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman atau disingkat dengan B2SA. Melalui program B2SA, krea-tivitas masyarakat dalam mengembangkan menu B2SA berbasis sumber daya lokal pun akan terwujud.
Dengan memperhatikan permasalahan utama yang dialami oleh rumah tangga mi-skin, upaya penanggulangan kemiskinan multidimensi di provinsi ini perlu diarahkan pada:
1. Peningkatan sarana air bersih agar didorong lebih cepat dan lebih luas, terutama dilakukan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, OKU Selatan, dan Musi Banyuasin.
2. Pembangunan pembangkit listrik agar semakin ditingkatkan, terutama di Kabupaten OKI, Banyuasin, OKU Selatan, dan Muara Enim.
3. Penyuluhan tentang pentingnya sani-tasi bagi setiap keluarga, didukung oleh bantuan secara fisik dari pemer-intah, perlu digalakkan.
4. Peningkatan pengetahuan, sikap, serta perilaku setiap keluarga ten-tang perlunya gizi bagi pertumbuhan anak balita harus dilakukan di Kabu-paten OKI, Banyuasin, Muara Enim, dan Musi Rawas.
176 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014