BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Jatiluwih merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Secara geografis Desa Jatiluwih berada pada ketinggian 500 - 700 m diatas permukaan laut. Kata Jatiluwih sendiri berarti Jati yaitu sejati dan Luwih berarti indah, sehingga Jatiluwihdapat diartikan suatu tempat yang benar benar indah. Jarak tempuh Desa Jatiluwih dari Ibukota Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II kurang lebih 26 km dan 60 km dari Kota Denpasar. Desa Jatiluwih memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara : Hutan Lindung Sebelah selatan: Desa Babahan dan Mengesta Sebelah barat : Desa Wongaya Gede Sebelah timur : Desa Senganan Salah satu daya tarik wisata Jatiluwih yaitu hamparan persawahan dengan teraseringnya yang indah dan memukau. Sebagian besar wilayah Desa Jatiluwih merupakan persawahan dan ladang sawah seluas 303 Ha yang keseluruhannya dikelola menggunakan sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis budaya masyarakat sebagai warisan leluhur. Subak di Desa Jatiluwih tetap dijaga keharmonisannya antara sesama petani sehingga setiap petak sawah yang ada mendapatkan air yang merata. Masyarakat juga menjalin keharmonisan dengan Tuhan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis SituasiDesa Jatiluwih merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Penebel,
Kabupaten Tabanan. Secara geografis Desa Jatiluwih berada pada ketinggian 500 -
700 m diatas permukaan laut. Kata Jatiluwih sendiri berarti Jati yaitu sejati dan Luwih
berarti indah, sehingga Jatiluwihdapat diartikan suatu tempat yang benar benar indah.
Jarak tempuh Desa Jatiluwih dari Ibukota Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat II
kurang lebih 26 km dan 60 km dari Kota Denpasar. Desa Jatiluwih memiliki batas-
batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Hutan Lindung
Sebelah selatan : Desa Babahan dan Mengesta
Sebelah barat : Desa Wongaya Gede
Sebelah timur : Desa Senganan
Salah satu daya tarik wisata Jatiluwih yaitu hamparan persawahan dengan
teraseringnya yang indah dan memukau. Sebagian besar wilayah Desa Jatiluwih
merupakan persawahan dan ladang sawah seluas 303 Ha yang keseluruhannya
dikelola menggunakan sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi
tradisional Bali yang berbasis budaya masyarakat sebagai warisan leluhur. Subak di
Desa Jatiluwih tetap dijaga keharmonisannya antara sesama petani sehingga setiap
petak sawah yang ada mendapatkan air yang merata. Masyarakat juga menjalin
keharmonisan dengan Tuhan melalui beberapa perantara pura yang dibangun sebagai
rasa syukur kepada Dewi Sri yang dipercaya menjadi dewi kemakmuran dan dewi
kesuburan. Desa Jatiluwih memiliki Pura Kahyangan Tiga yang berjumlah 2 buah dan
Pura Subak dengan jumlah 3 buah.
Keunikan sawah Jatiluwih yang berteras membuat desa tersebut masuk
kedalam daftar UNESCO World Heritage. Persawahan di Desa Jatiluwih telah
terjamah oleh masyarakat, namun adapula tanah yang belum dikelola secara optimal
seperti hutan dengan luas 1.328.281 Ha. Sawah yang ada di Desa Jatiluwih lebih
banyak ditanami tanaman padi, sedangkan untuk perkebunan terdiri dari tanaman
kelapa, kopi dan coklat.
Keberhasilan Desa Jatiluwih masuk dalam salah satu warisa dunia tidak
terlepas dari sumber daya manusia yang merupakan faktor pendukung utama
1
pembangunan dan kemajuan Desa Jatiluwih kearah lebih baik. Kuantitas penduduk
disuatu wilayah harus disetarakan dengan kualitas dari masing-masing penduduk,
sehingga peningkatan sumber daya manusia nantinya tidak menjadi beban
pembangunan di desa tersebut. Penduduk Desa Jatiluwih terdiri dari 1.294 laki-laki
dan 1.408 perempuan. Mayoritas pendidikan masyarakat Jatiluwih lulusan SMP dan
SMA dengan pekerjaan sebagai petani, karyawan, wiraswasta, penjual jasa dan
sebagainya.
Penduduk yang berjumlah 2.702 di Desa Jatiluwih, tersebar dibeberapa titik
pemukiman. Penduduk tersebut terbagi atas dua desa adat yaitu Gunung Sari dan
Jatiluwih. Desa Adat Gunung Sari memiliki tiga banjar dinas diantaranya Gunung
Sari Desa, Gunung Sari Kelod dan Gunung Sari Uma Kayu, sedangkan untuk Desa
Adat Jatiluwih terdiri dari lima banjar dinas yaitu Jatiluwih Kangin, Kawan,
Kesambahan Kelod, Kesambahan Kaja dan Kesambi. Koordinasi dan komunikasi
kepada masyarakat setiap banjar dinas dilakukan dengan membentuk perkumpulan-
perkumpulan masyarakat seperti sekaa banjar untuk kaum bapak / kepala keluarga,
Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) bagi kaum ibu-ibu, serta Sekaa Teruna
Teruni (STT) dan Karang Taruna untuk pemuda-pemudi desa. Perkumpulan tersebut
bertujuan disamping mempermudah koordinasi juga mempererat kerjasama dan rasa
memiliki, menghargai serta menghormati antara sesama makhluk ciptaan Tuhan.
1.2 Identifikasi Masalah
Desa Jatiluwih yang terkenal sebagai salah satu destinasi pariwisata juga
masih mengalami berbagai permasalahan yang harus segera dicarikan solusinya.
Berdasarkan data dan fakta yang dilihat ketika melakukan survey dan diskusi bersama
perangkat Desa Jatiluwih, maka didapatkan lima prioritas utama permasalahan baik
yang disadari oleh masyarakat dan yang kurang mendapatkan kepedulian dari
masyarakat, yang patut dicari solusi dan tindak nyata dari permasalahan tersebut.
Masalah pertama terkait potensi – potensi yang kurang digali, disamping
sebagai warisan budaya versi UNESCO. Masyarakat Jatiluwih sebenarnya masih
dapat menggali lebih banyak sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat. Potensi yang belum mampu digali oleh
masyarakat tersebut dibutuhkan peningkatan mutu dan kualitas masyarakat agar lebih
inovatif, kreatif dan berdaya guna dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki.
Masalah yang kedua yaitu kurangnya perhatian masyarakat setempat dan para
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Jatiluwih terhadap kebersihan
lingkungan setempat. Observasi yang dilakukan disekitar wilayah Jatiluwih,
mengindikasikan bahwa faktor utama penyebab banyaknya sampah tersebut yaitu
tidak adanya tempat pembuangan akhir maupun sementara yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat serta sarana tempat sampah yang kurang. Hal ini tentu akan
menghambat terciptanya lingkungan yang bersih di Desa Jatiluwih, apalagi pada saat
ini telah dinobatkan sebagai daerah wisata warisan dunia.
Permasalahan yang ketiga yaitu kurangnya perhatian dan kepedulian
pemerintah setempat bahkan pemerintah tingkat kabupaten terhadap keberadaan
infrakstruktur yang ada di Desa Jatiluwih. Salah satunya adalah mulai rusaknya plang
yang terdapat di beberapa titik di Desa Jatiluwih. Infrastruktur lainnya yang kurang
mendapat perhatian yaitu kondisi jalan yang rusak dan marka jalan atau penanda batas
jalan yang warnanya telah memudar. Selain itu, papan informasi yang ada disetiap
dusun juga terlihat dengan kondisi yang perlu diperbaiki. Papan yang terbuat dari
bahan non permanen seperti kayu, kini terlihat remuk dan informasi yang tertulis telah
memudar, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama antara pihak masyarakat dan
kepedulian pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur tersebut.
Masalah selanjutnya yang dihadapi Desa Jatiluwih yaitu terkait finansial
dimana kurang maksimalnya pendapatan yang diperoleh masyarakat Jatiluwih, yang
secara mayoritas bekerja sebagai petani. Akan tetapi letak geografis dan sistem
distribusi produk merupakan beberapa faktor yang dapat menghambat masyarakat
dalam memperoleh penghasilan yang optimal. Dengan wilayah yang terletak di kaki
pegunungan Batukaru, dapat dirasakan suhu daerah ini sangat sejuk dan dingin, tidak
seperti daerah dataran yang lebih rendah dari Desa Jatiluwih, yang dapat memanen
hasil pertanian sebanyak tiga kali dalam setahun maka petani Jatiluwih hanya mampu
menghasilkan produk taninya sebanyak dua kali dalam satu tahun. Petani Jatiluwih
juga memiliki keunikan lain dibandingkan petani padi lainnya yaitu tidak langsung
memasarkan hasil tani ke distributor, melainkan disimpan dalam sebuah tempat yang
nantinya akan dijual ketika harga beras sudah naik. Persepsi yang demikian memang
menguntungkan secara finansial, akan tetapi ketika masa penyimpanan padi dilakukan
tentu saja terdapat kendala dalam hasil tani yaitu padi mungkin saja mengalami
kerusakan yang dapat menurunkan mutu dari beras merah tersebut. Petani yang
mendistribusikan hasil panennya kepada para pengepul, mendapatkan keuntungan
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga yang dijual oleh pengepul, oleh
sebab itu dibutuhkan manajemen pemasaran yang baik dan transparan baik oleh pihak
petani maupun pihak pengepul.
Permasalahan lain yang dihadap oleh para peternak di Desa Jatiluwih adalah
terkait permodalan, pemasaran produk, dan pencatatan keuangan. Para pengusaha
ternak ayam di Desa mengalami masalah kekurangan modal, memasarkan produk,
dan juga belum melakukan pencatatan keuangan akuntansi untuk mengetahui
perkembangan usahanya. Padahal ketiga faktor tersebut sangat penting untuk
menunjang keberhasilan usaha ternak yang ditekuni.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka Desa Jatiluwih
memerlukan berbagai solusi dari masalah tersebut agar dapat mensejahterakan
masyarakat melalui pengembangan sumber daya manusia dan sumber daya alam
untuk menuju desa agrowisata.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya KKN-PPM Universitas Udayana yang
berlokasi di Desa Jatiluwih adalah untuk mengoptimalisasi daya tarik wisata sekaligus
mensejahterakan masyarakat melalui pengembangan sumber daya manusia dalam
bidang kesehatan dan pertanian.
Secara spesifik tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Inventarisasi dan identifikasi potensi sumber daya kepariwisataan Desa
Jatiluwih.
2. Mewujudkan daya tarik wisata di Desa Jatiluwih.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Desa Jatiluwih sebagai
penunjang kegiatan pariwisata.
4. Pelatihan pembukuan, pemasaran, dan prosedur dalam meningkatkan
produktivitas pengolahan beras merah.
5. Meningkatkan kepedulian dan empati mahasiswa kepada permasalahan
masyarakat, sehingga terjadi perubahan perilaku mahasiswa, institusi, dan
kelompok sasaran yang dituju untuk dikembangkan oleh program KKN-PPM.
1.3.2 Manfaat
Adanya manfaat dari pelaksanaa KKN-PPM Unud ini dapat dirasakan oleh
peserta KKN-PPM Periode X dan masyarakat desa Jatiluwih.
a. Manfaat Terhadap Mahasiswa
Dalam pelaksanaa KKN-PPM periode X menjadi sarana bagi mahasiswa
untuk meningkatkan rasa simpati, empati, dan jiwa sosial mahasiswa terhadap
masyarakat di desa Jatiluwih. Melalu pelaksanaaan KKN-PPM ini diharapkan
mahasiswa dapat mengasah kemampuan softskill dalam bersosialisasi terhadap
masyarakat lokal.
b. Manfaat Terhadap Masyarakat
Dengan pelaksanaan KKN-PPM di desa Jatiluwih diharapkan masyarakat
desa Jatiluwih memiliki kesadaran akan potensi wisata yang ada di desa Jatiluwih dan
dapat mengoptimalisasi daya tarik wisatanya yang sangat menarik. Dengan adanya
kesadaran akan potensi wisata dan upaya yang besar untuk mengoptimalisasinya
maka kehidupan masyarakat desa Jatiluwih akan semakin sejahtera. Selain itu,
manfaat yang dirasakan berdampak positif terhadap ekonomi masyarkat, kesehatan
masyarakat dan pendidikan masyarakat.
BAB II
REALISASI PENYELESAIAN MASALAH
2.1 TemaTema yang diangkat dalam pelaksanaaan KKN-PPM Universitas Udayana
Periode X tahun 2015 di Desa Jatiluwih adalah “Optimalisasi Sumber Daya Alam dan
Sumber Daya Manusia Untuk Menunjang Kemajuan Pariwisata di Desa Jatiluwih”.
Tema ini dipilih karena di Desa Jatiluwih terdapat potensi desa wisata yang masih
memerlukan pengoptimalisasian lebih lanjut untuk memberikan tambahan pendapatan
atau penghasilan yang diterima oleh masyarakat selain pertanian dan peternakan.
Dengan adanya pendapatan yang diterima oleh masyarakat, secara tidak langsung
akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Desa Jatiluwih.
2.2 Program
Adapun program-porogram yang kami laksanakan antara lain :
1. Program Pokok Tema
a. Pembuatan Tapal Batas Desa Jatiluwih
b. Pembuatan plang penunjuk lokasi antara Pura Petali dan Desa
Jatiluwih
c. Pengadaan tempat sampah di Jogging track
d. Pengembangan dan Penambahan konten website Desa Jatiluwih
e. Penanaman tanaman kelapa di area jogging track
f. Penyuluhan langsung kepada petani untuk menggunakan pestisida
organik agar mengurangi efek timbulnya efek negatif bagi lingkun gan
g. Mengajar bahasa asing pada siswa-siswi sekolah dasar
2. Program Pokok Non Tema
a. Program Pendampingan Keluarga
b. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
c. Pengadaan POSYANDU LANSIA
d. Pelayanan Kesehatan Ternak
e. Penanaman tanaman pekarangan untuk masyarakat kurang mampu
f. Penyuluhan manajemen keuangan kepada bendahara Badan Pengelola
DTW Desa Jatiluwih
3. Program Bantu
a. Posyandu Balita
b. Ngayah persiapan piodalan di pemondokan
c. Pos mengajar
Berdasarkan fakta dan data-data yang ditemukan di desa Jatiuwih dan
diskusi dengan pihak kantor dinas Desa Jatiluwih, ditemukan empat
prioritas yang menjadi masalah di desa Jatiluwih. Permasalahan-
permasalahan tersebut tersebar di berbagai bidang kehidupan
masyarakat dan disadari oleh masyarkat desa Jatiluwih. Oleh karena itu
dibutuhkan tindakan nyata yang berguna untuk menyelesaikan dan
mengurangi masalah masalah yang ada. Masalah-masalah tersebut
digolongkan menjadi ke dalam 4 bagian, yaitu masalah prasarana fisik,
masalah sosial budaya, masalah peningkatan produksi, dan masalah
kesehatan masyarakat.
Permasalahan yang ditemukan:
No Permasalahan LokasiSumber
(P/M/D)
1 Kurang jelasnya batas dari desa Jatiluwih Desa Jatiluwih M
2 Kurangnya penunjuk arah yang menuju desa dan objek wisata
Desa Jatiluwih M
3Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan dan manfaat pestisida organic
Desa Jatiluwih M
4 Masyarakat di Desa Jatiluwih masih menggunakan pestisida kimia
Desa Jatiluwih M
5Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan pestisida organik yang ramah lingkungan
Desa Jatiluwih M
6
Terdapat masyarakat yang status sosial miskin yang tidak mempunyai lahan sawah tetapi memiliki lahan pekarangan yang tidak dimanfaatkan secara optimal
Desa Jatiluwih M
7
Website Desa Tidak Digunakan Secara Optimal
DesaJatiluwih D
8 Kurangnya pendidikan bahasa asing pada siswa sekolah dasar
Desa Jatiluwih D
9 Tidak adanya jaringan internet pada badan pengelola pariwisata (DTW)
Desa Jatiluwih P
10 Kurangnya pengetahuan karyawan mengenai pembukuan
Desa Jatiluwih D
11 Kurangnya tanaman hias di sepanjang jalan
Desa Jatiluwih P
12 Tidak adanya struktur organisasi dengan masa kepemimpinan yang baru
Desa Jatiluwih D
13 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelestarian subak
Desa Jatiluwih D
14 Kurangnya pemberdayaan Posyandu Lansia
Desa Jatiluwih D
15
Banyaknya warga yang mengalami
penyakit rematik, hipertensi dan asam
urat
Desa Jatiluwih D
16
Kurangnya pengetahuan petani terhadap
bahaya pestisida tanpa penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) saat bekerja
Desa Jatiluwih D
17
Kurangnya pengetahuan PHBS mengenai
membuang sampah pada tempatnya bagi
anak-anak dalam lingkungan sekolah
Desa Jatiluwih M
*P = Perangkat Desa, M = Masyarakat, D = Dinas Instansi
1 Pengadaan Tapal Batas Desa Melengkapi desa Jatiluwih dengan memasang tapal batas desa. Berdasarkan analisis KUWAT kegiatan ini memungkinkan untuk dilaksanakan dan mendapat dukungan sepenuhnya dari kepala desa.
2 Pengadaan Penunjuk Arah Melengkapi desa Jatiluwih dengan pemasanganpenunjuk arah menjadi bagian penting untuk melengkapi fasilitas desa sebagai desa wisata.Berdasarkan analisis KUWAT pengadaan penunjuk arah dapat dilaksanakan.