LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI IIPEMBUATAN SIMPLISIA NABATI
Hirtae herbaTanggal : 9 April 2015
Kelompok : 1
Disusun Oleh :Neng Sri Fatimah0661 12 Pratiwi Risda Suwandi0661
12 061
Cevi Destri0661 12 062
Pungky Umi Sadiyah 0661 12 070
Romistika0661 12 081Dosen Pembimbing :1. Dra. Ike Wiendarlina,
M. Farm., Apt2. Lusi Indriani M. Farm., Apt3. Novi FajarUtami M.
Farm., AptAsistenDosen :
1. Irma Nurahmawati2. ??3. ??4. ??LABORATURIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN1I.1. LATAR BELAKANG1I.2. RUMUSAN MASALAH1I.3.
TUJUAN1BAB II TINJAUAN PUSTAKA2II.1. SIMPLISIA2II.2. TAKSONOMI
TANAMAN2II.3. MORFOLOGI TANAMAN3II.4. BAGIAN YANG DIGUNAKAN3II.5.
KANDUNGAN KIMIA3II.6. FLAVONOID4II.7. KHASIAT6II.8.
PENGGUNAAN6II.9. KONVERSI DOSIS7II.10. SUSUT PENGERINGAN7II.11.
RENDEMEN8II.12. EKSTRAKSI DAN PELARUT8II.13. IDENTIFIKASI SENYAWA
GOLONGAN FLAVONOID8II.14. ISOLASI FLAVONOID12BAB III METODE
KERJA13III.1. ALAT DAN BAHAN13III.2. METODE KERJA13BAB III HASIL
DAN PEMBAHASAN15III.1. PERHITUNGAN15III.2. PEMBAHASAN16BAB IV
KESIMPULAN18DAFTAR PUSTAKABAB I PENDAHULUANI.1. LATAR
BELAKANGIndonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka ragam
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk
kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu telah
mengenal tanaman yang mempunyai khasiat obat atau menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Tanaman yang berkhasiat obat tersebut
dikenal dengan sebutan tanaman obat tradisional (Resi,
2009).Patikan kebo (Hirtae herba) sudah banyak digunakan secara
turun temurun sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Adapun penggunaan herba patikan kebo secara
tradisional adalah untuk mengobati bebrapa penyakit seperti
Bronkhitis, Asma, Radang Perut, Diare, Disentri dan Kencing Darah,
Radang Kelenjar Susu dan Payudara Bengkak.Penelitian bahan alam
biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan metode kromatografi
sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari senyawa
murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan
uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak
kasar. Setelah diketahui struktur molekulnya biasanya dilanjutkan
dengan modifikasi struktur untuk mendapatkan senyawa dengan
aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.I.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pembuatn simplisia nabati dari beberapa macam
tumbuhan obat?2. Bagaimanaisolasidanidentifikasisenyawa flavonoid
padaherba patikan kebo (Euphorbia hirta)?I.3. TUJUAN PERCOBAAN1.
Mempelajari cara pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam
tumbuhan obat.2. Mengetahui cara isolasi dan identifikasi senyawa
flavonoid pada herba patikan kebo (Euphorbia hirta).BAB IITINJAUAN
PUSTAKA
II.1. SIMPLISIAPengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia
adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan.Berdasarkan asal pembuatannya, simplisia dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu :a. Simplisia NabatiSimplisia nabati
adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura
folium dan Piperis nigrifructus. Eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa
zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecorisasselli) dan
madu (Mel depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelican atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk
seng dan serbuk tembaga.
II.2. TAKSONOMI TANAMANSistematika tumbuhan patikan kebo
(Euphorbia hirta)adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2001) :Kingdom:
Plantae (Tumbuhan)Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Subdivisi :
AngiospermaeKelas
: Dicotyledoneae (Biji Berkeping dua)Ordo
: EuphorbialesFamili
: EuphorbiaceaeGenus
: EuphorbiaSpesies
: Euphorbia hirta Linn
II.3. DESKRIPSI TANAMANPatikan kebo merupakan tanaman herba
merambat yang hidup di permukaan tanah, terutama pada daerah yang
beriklim tropis. Patikan kebo termasuk tanaman liar yang biasa
tumbuh di permukaan tanah yang tidak terlalu lembab dan ditemukan
secara terpencar satu sama lain.Patikan kebo merupakan tumbuhan
gulma, terna, tegak dengan tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang
berambut, percabangan selalu keluar dari dekat pangkal batang dan
tumbuh lurus ke atas, akar tunggang dan jarang yang tumbuh mendatar
dengan permukaan tanah. Tumbuhan ini mempunyai batang yang berwarna
merah kecoklatan dan bercabang. Daunnya berbentuk lonjong, letak
daunnya berhadapan. Bunganya muncul pada ketiak daun.II.4. BAGIAN
YANG DIGUNAKANSeluruh tanaman yang berada di atas tanah (aerial
parts), segar atau dikeringkan.II.5. KANDUNGAN KIMIAPatikan kebo
telah dipelajari mengandung sejumlah konstituen aktif seperti:a)
Flavonoid: quersitrin dan miricitrinb) Sterol
:siklooarternol, 24-methilen-sikloarternol, 1-sitosterol,
euphorbol hexacozonate, 1-heksakuosanol, tinyaloxin, campesterol
dan stigmasterol.c) Tanin
:dimeric hydrolysable tannin, euphorbin E and the dimeric
dehydroellagitannins, euphorbin A dan euphorbin B.d)
Triterpenoid:alpha amirin, beta-amirin, teraxeron, dan
oksidotarakserol.II.6. FLAVONOIDFlavonoid merupakan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada semua bagian tumbuhan hijau,
seperti pada: akar, daun, kulit kayu, benang sari, bunga, buah dan
biji buah. Sedangkan pada hewan hanya dijumpai pada kelenjar bau
berang-berang, "sekresi lebah" (propolis) dan dalam sayap kupu-kupu
(Harborne, 1987). Flavonoid merupakan termasuk senyawa fenolik alam
yang potensial sebagai antioksidandan mempunyai bioaktifitas
sebagai obat.
Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak,
antara lain sebagai reduktor. Beberapa flavonoid dalam makanan
mempunyai efek antihipertensi. Isoflavan tertentu merangsang
pembentukan estrogen pada mamalia (Robinson, 1995). Isoflavon juga
dapat berfungsi sebagai antifungal dan insektisidal (Geissman,
1962).Flavonoida sering terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran
dari flavonoida yang berbeda golongan dan jarang sekali dijumpai
hanya flavonoida tunggal dalam jaringan tumbuhan. Flavonoida pada
tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul dengan
beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh karena itu dalam
menganalisis flavonoid lebih baik memeriksa aglikon yang telah
terhidrolisis dibanding dalam bentuk glikosida dengan strukturnya
yang rumit dan kompleks (Harborne, 1987).Menurut Markham (1988),
flovonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang dapat atau tidak
dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6. Menurut
Robinson (1995), senyawa flavonoid dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :a) Flavanon dan Flavanonol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan
dengan flavonoid lain. Flavanon dan flavononol tidak berwarna atau
hanya kuning sedikit. Flavanon (dihidroflavon) sering terjadi
sebagai aglikon, tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai,
misalnya hesperidin dan naringin. Flavononol (dihidroflavonol)
merupakan flavonoid yang kurang dikenal, dan tidak diketahui apakah
senyawa ini terdapat sebagai glikosoda (Robinson, 1995). b) Flavon
dan Flavonol
Flavon dan flavonol barangkali merupakan senyawa yang paling
tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning. Flavon berbeda
dengan flavonol karena pada flavon tak terdapat gugus 3- hidroksi.
Hal ini mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan kromatografinya, serta
reaksi warnanya, dan karena itu flavon dapat dibedakan dari
flavonol berdasarkan ketiga sifat tersebut. Hanya ada dua flavon
yang umum, yaitu apigenin dan luteolin. Jenis yang paling umum
adalah 7- glikosida. Dalam tumbuhan falvonol sering terdapat
sebagai glikosiida, biasanya 3-glikosida. Aglikon flavonol yang
umumnya dijumpai yaitu kemferol, kuersetin, dan mirisetin
(Harborne, 1987).c) Isoflavon
Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan
pereaksi warna apapun. Beberapa isoflavon memberikan warna biru
cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan
yang lain tampak sebagai bercak lembayung pudar yang dengan
amoniaberubah menjadi coklat pudar. Isoflavon merupakan golongan
flavonoid yang penyebarannya terbatas dan jumlahnya sedikt
(Harborne, 1987).d) Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling
tersebar luas dalam tumbuhan, merupakan pembentuk dasar pigmen
warna merah, ungu dan biru pada tanaman, terutama sebagai bahan
pewarna bunga dan buah-buahan. Sebagian besar antosianin adalah
glikosida, dan aglikonnya disebut antosianidin, yang terbentuk bila
antosianin dihidrolisis dengan asam.Antosianin yang paling umum
adalah sianidin yang berwarna merah lembayung (Harborne, 1987;
Robinson, 1995; Sastrohamidjojo, 1996). e) Auron dan kalkon
Auron berupa bercak kuning, dengan sinar UV mereka tampak
berbeda, warna auron kuning murup kuat dan berubah menjadi merah
jingga bila diuapi amonia. Kalkon adalah pigmen fenol kuning yang
berwarna coklat dengan sinar UV (Harborne, 1987).
II.7. KHASIAT Beberapa manfaat patikan kebo bagi kesehatan
manusia, sebagai berikut:a) Antibakteri: ekstrak etanol dari
patikan kebo menghambat pertumbuhan Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus
subtilis. Sedangkan ekstrak kloroform pada daun memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Klebsiella pneumonia.b) Antimalaria:
fraksinasi bioassay ekstrak metanol menunjukkan hambatan
pertumbuhan pada P. falciparum sebanyak 90% dari pada konsentrasi 5
mg /ml.c) Anti-inflamasi: ekstrak n-heksana patikan kebo
menunjukkan efek anti-inflamasi radang telinga pada tikus, tetapi
efeknya tergantung dosis.d) Antiasthmatik: patikan kebo dilaporkan
memiliki aktivitas antiasthmatic karena efek relaksasi pada tabung
bronkial dan tindakan depresan pada respirasi.e) Efek pada output
urine dan elektrolit: Ekstrak daun patika kebo signifikan
mempengaruhi diuresis pada tikus. f) Manfaat lain: anti diare, anti
fertilitas, broitis, batuk, pilek dan sebagainya.
II.8. PENGGUNAAN SECARA TRADISIONALPatikan kebo (Hirtae herba)
sudah banyak digunakan secara turun temurun sebagai obat
tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Adapun
penggunaan herba patikan kebo secara tradisional adalah sebagai
berikut :a) Bronkhitis
Ambil 1 genggam daun patikan kerbau dan botol coca cola, kedua
bahan tersebut rebus sampai mendidih, setelah mendidih angkat
saring ambil airnya. Minum air ramuan tersebut 3 kali sehari
masing-masing cangkir sekali minum.
b) Asma
Ambil daun patikan kerbau kering 1 genggam, cuci sampai bersih
selanjutnya kita rebus dengan 2-3 gelas air sampai mendidih. Cara
mengunakannya minum air ramuran tersebut 2 kali sehari gelas, pagi
dan sore.
c) Radang Perut, Diare, Disentri dan Kencing Darah
Siapkan dua bahan ramuan berikut, daun patikan kerbau segenggam
dan satu potong gula batu, cara mengolahnya rebus kedua bahan
ramuan tersebut dengan volume air 3 gelas sampai mendidih, cara
mengunakannya, saring ambil airnya kemudian minum air ramuan
tersebut dua kali sehari dengan dosis sekali minum 1 cangkir.
d) Radang Kelenjar Susu dan Payudara Bengkak
Ambil daun daun patikan kerbau 1 genggam dan dua sendok kedelai,
cuci sampai bersih, kemudian rebus kedua bahan ramuan tersebut
secara bersamaan dengan volume air 3-5 gelas air sampai mendidih,
saring ambil airnya, minum air ramuan berikut dua kali sehari
dengan dosis satu gelas. Untuk cara lain : Ambil daun patikan
kerbau yang masih segar dan garam dapur secukupnya, kedua bahan
tersebut tumbuk sampai halus, tempelkan pada bagian payudara yang
sakit.
II.9. KONVERSIAN DOSISPengkonversian dosis simplisia patikan
kebo dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa banyaknya
serbuk simplisia yang harus digunakan untuk mendapatkan efek
pengobatan. Pengkonversian ini dilakukan dengan membandingkan
banyaknya simplisia kering yang biasa digunakan secara empiris.
Pengkonversian dosis patikan kebo dilakukan dengan cara menimbang
sebanyak 20 kali 1 genggam simplisia kering, kemudian berat ini
dirata-ratakan.
II.10. SUSUT PENGERINGANSusut pengeringan adalah banyaknya
bagian zat yang mudah menguap, termasuk air, ditetapkan dengan cara
pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada sihu 105
hingga bobot tetap.II.11. RENDEMENRendemen merupakan suatu
presentase produk yang di dapatkan dari perbandingan berat awal
bahan dengan berat akhirnya. Sehinga dapat diketahui kehilangan
beratnya ketika mengalami proses pengolahan. Rendemen didapat
dengan cara menimbangkan hasil berat akhir yang dihasilkan dari
proses dibandingkan dengan berat awal sebelum mengalami proses.
II.12. EKSTRAKSI DAN PELARUTEkstraksi serbuk herba kering
patikan kebo dilakukan dengan cara maserasi dengan etanol 95%
selama 48 jam dan dilanjutkan dengan tahap destilasimenggunakan
rotary evaporator. Dalam proses maserasi, sel daun patikan kebo
mengalami kondisi tercekam, sehingga sel-selnya akan mengeluarkan
senyawa-senyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol
tersebut. Menurut Cowan (1999), pelarut etanol ini dapat digunakan
untuk mengikat berbagai senyawa aktif, seperti tanin, polifenol,
flavonol, terpenoid, sterol, dan alkaloid. Dari maserasi serbuk
herba kering patikan kebo diperoleh ekstrak kasar etanol yang
berwarna hijau pekat dan berbentuk pasta.
II.13. IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOIDa) Serbuk Logam
Magnesium
Identifikasi kandungan flavonoid dilakukan dengan cara: lebih
kurang 4 g sampel dipanaskan dengan metanol 10 mL kemudian
disaring. Filtrat ditambah 3 tetes asam klorida pekat, kemudian
ditambahkan serbuk logam magnesium. Kalau timbul warna merah atau
jingga bearti positif mengandung flavonoid.
b) Pereaksi FeCl3Flavonoid adalah turunan senyawa fenolat,
sehingga untuk identifikasi awal dapat digunakan pereaksi FeC13.
Pereaksi FeCl3, bereaksi dengan ion fenolat. membentuk ion
kompleks. Test fenolat memberikan hasil positif jika setelah
beberapa saat terbentuk warna hijau, merah, ungu biru atau hitam
kuat (Harborne, 1987). c) Pereaksi Vanilin-HCl
Pereaksi lain untuk identifikasi fenol adalah larutan
vanilin-HCl. Test positif memberikan warna merah jambu biru, merah
bata atau merah beberapa saat setelah penambahan pereaksi (Harborne
et al., 1975).d) Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis
ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang
terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok.
Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa
bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
(fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakkan (dideteksi) dengan menggunakan sinar UV (Stahl, 1985).
Bercak yang terlihat (dengan sinar UV) kebanyakan disebabkan oleh
flavonoid walaupun bercak berfluoresensi biru, merah jambu,
keputihan, jingga dan kecoklatan harus dianggap bukan flavonoid
sebelum diperiksa lebih lanjut dengan spektroskopi UV-Vis. Bercak
glikosida flavondan glikosida flavonoid yang khas tampak berwarna
lembayung tua dengan sinar UV dan menjadi kuning atau hijau kuning
bila diuapi NH3, tetapi dijumpai juga sejumlah kombinasi warna
lain. Penentuan jenis flavonoid dapat dilihat dari warna bercak
yang terbentuk, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.Tabel 1.
Penafsiran Warna Bercak Dari Segi StrukturFlavonoid (Markham,
1988).
Warna bercak dengan sinar UVJenis flavonoid yang mungkin
Sinar UV tanpa NH3Sinar UV dengan NH3
Lembayung gelap.Kuning, hijau-kuning atau hijau.
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna.
Biru muda.
Merah atau jingga.a. Biasanya 5-OH flavon atau flavonol
(tersulih pada 3-Odan mempunyai 4'-OH).
b. Kadang-kadang 5-OH flavanon dan 4'-OH khalkon tanpa OH pada
cincin B.
a. Biasanya flavon atau flavonol tersulih pada 3-Omempunyai 5-OH
tetapi tanpa 4'-OH bebas.
b. Beberapa 6- atau 8-OH flavon dan flavonol tersulih pada
3-Oserta mengandung 5-OH.
c. Isoflavon, dihidro flavonol, biflavonil, dan beberapa
flavanon yang mengandung 5-OH.
d. Khalkon yang mengandung 2'- atau 6'-OH tetapi tidak
mengandung 2- atau 4-OH bebas.
Berapa 5-OH flavanon.
Khalkon yang mengandung 2- dan/atau 4-OH Bebas.
Fluoresensi biru muda.Fluoresensi hijau-kuning atau
hijau-biru.
Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan.
Fluoresensi mirip biru
muda.a. flavon dan flavanon yang tak mengandung 5-OH, misalnya
5-OH glikosida.
b. flavonol tanpa 5-OH bebas tetapi tersulih pada 3-OH.
Isoflavon yang tak mengandung 5-OH bebas.
Isoflavon yang tak mengandung 5-OH bebas.
Tak nampak.Fluoresensi biru muda.Isoflavon tanpa 5-OH bebas.
Kuning redup dan kuning atau fluoresensi jingga.Perubahan warna
sedikit atau tanpa perubahan.Flavonol yang mengandung 3-OH bebas
dan mempunyai atau tak mempunyai 5-OH bebas (kadang-kadang berasal
dari dihidroflavonol).
Fluoresensi kuning.Jingga atau merah.Auron yang mengandung 4'-OH
bebas dan beberapa 2- atau 4-OH khalkon.
Hijau-kuning, hijau-biru, atau hijauPerubahan warna sedikit atau
tanpa perubahan.a. Auron yang tak mengandung 4'-OH bebas dan
flavanon tanpa 5-OH bebas.
b. Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan disertai atau tanpa
5-OH bebas.
Merah jingga redup atau merah senduduk.BiruAntosianidin
3-glikosida.
Merah jambu atau fluoresensi kuning.BiruSebagian besar
antosianidin 3,5-diglikosida
e) Spektrofotometri Ultra Violet Visibel Spektrofotometri UV-Vis
adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber
radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer.
Spektoskopi UV-Vis dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi
jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Di samping itu,
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat
ditentukan dengan menambahkan pereaksi diagnostik ke dalam larutan
cuplikan dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi.
Dengan demikian, secara tidak langsung cara ini berguna untuk
menentukan kedudukan gula atau metal yang terikat pada salah satu
gugus hidroksi fenol (Markham, 1988). Jenis flavonoid dapat
ditunjukkan pada Tabel 2Tabel 2. Rentangan Serapan Spektrum UV-Vis
Flavonoid (Markham, 1988)Pita II (nm)Pita I (nm)Jenis flavonoid
250-280310-350Flavon
250-280330-360Flavonol (3-OH tersubstitusi)
250-280350-385Flavonol (3-OH bebas)
245-275310-330 bahu kira-kira 320 puncakIsoflavon
275-295300-330 bahuIsoflavon (5-deoksi-5, 7-dioksigenasi)
230-270 (kekuatan rendah)340-390Flavanon dan dihidro
flavonol
Khalkon
230-270 (kekuatan rendah)380-430Auron
270-280465-560Antosianidin dan antosianin
II.14. ISOLASI FLAVONID
Isolasi senyawa flavonoid dikerjakan dengan metode
Charaux-Paris. Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam air panas,
disaring kemudian diekstraksi dengan n-heksana, fraksi n-heksana
dikumpulkan dan dipekatkan, diperoleh fraksi n-heksana pekat.
Fraksi air diekstraksi dengan kloroform, fraksi kloroform
dikumpulkan dan dipekatkan diperoleh fraksi kloroform pekat. Fraksi
air diekstrasi lagi dengan etil asetat, fraksi etil asetat
dikumpulkan dan dipekatkan, diperoleh fraksi etil asetat pekat.
Kemudian fraksi air diekstraksi dengan n-butanol, fraksi n-butanol
dikumpulkan dan dipekatkan, sehingga diperoleh fraksi n-butanol
pekat. Ekstraksi dengan n-butanol dilakukan 3 kali, setiap kali
dengan pelarut n-butanol yang baru, sehingga diperoleh fraksi
n-butanol I, fraksi n-butanol II dan fraksi n-butanol III.BAB
IIIMETODE KERJA
IV.1. ALAT DAN BAHANa. Alat 1) Ayakan
2) Blender
3) Loyang 4) Oven
5) Pisau6) Timbanganb. Bahan
Herba Patikan KeboIV.2. METODE KERJA a) Pembuatan Simplisia1)
Pengumpulan bahan
Herba patikan kerbo dikumpulkan dengan cara dipisahkan akar dari
batangnya.
2) Sortasi basah
Dipisahkan herba patikan kebo dari pengotor-pengotor dan bahan
organic asing lainnya yang tidak termasuk ke dalam karakteristik
simplisia patikan kebo. Kemudian ditimbang.
3) Pencucian
Dicuci herba patikan kebo dengan air bersih yang mengalir.4)
Pengeringan
Pengeringaan dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu 105oC
selama dua hari.5) Sortasi kering
Dilakukan dengan cara dipisah herba patikan kebo yang sudah
kering dari pengotor dan bahan organik asing lainnya yang mungkin
masih tersisa setelah proses pengeringan. Kemudian ditimbang
kembali.
6) Penyerbukkan
Penyerbukan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil ukuran
simplisia dengan menggunakan blender. Setelah itu diayak untuk
mendapatkan ukuran serbuk yang seragam.
7) Pengepakan dan penyimpanan
Serbuk simplisia yang telah diblender dimasukkan ke dalam toples
yang kedap udara untuk mencegah kontaminasi.b) Perhitungan Dosis1)
Ditimbang berat awal simplisia basah patikan kebo.2) Ditimbang 1
genggam simplisia basah patikan kebo sebanyak 20 kali. 3) Dihitung
rata-ratanya.4) Ditimbang berat serbuk simplisia yang telah
dikeringkan dan diserbukkan.BAB IVHASIL DAN PEMBAAHASANIV.1.
PERHITUNGAN
Diketahui : Berat awal bahan basah
= 1000 gram
Berat awal setelah sortasi basah= 387,4 gram
Berat akhir setelah pengeringan= 94,8 gram
Berat akhir setelah penyerbukan= 85,36 grama) Susut Pengeringan
Serbuk
x 100%
b) Rendemen Serbuk
= 22,03 %
c) Penggunaan secara Empiris Herba Patikan Kebo
132,3 gram1132,6 gram
232,2 gram1230 gram
333,5 gram1331,4 gram
432,2 gram1431,6 gram
534,2 gram1533,2 gram
633,2 gram1633,7 gram
731,5 gram1732,1 gram
832,8 gram1831,2 gram
931,3 gram1930,5 gram
1031,6 gram2030,2 gram
Rata rata 32,065 gram
y x berat awal bahan basah= berat rata-rata x berat serbuk
y x 1000 gram = 32,065 gram x 85,36 gramy = = 2,737 gramIV.2.
PEMBAHASANPatikan kebo merupakan tanaman herba merambat yang hidup
di permukaan tanah, terutama pada daerah yang beriklim tropis.
Herba ini telah digunakan secara turun temurun sebagai obat
tradisional yang banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit,
seperti bronkhitis, asma, radang perut, diare, disentri dan kencing
darah.
Salah satu kandungan herba patikan kebo yang bermanfaat bagi
kesehatan adalah flavonoid. Flavonoid merupakan termasuk senyawa
fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai
bioaktifitas sebagai obat. Flavonoida pada tumbuhan terdapat dalam
berbagai bentuk struktur molekul dengan beberapa bentuk kombinasi
glikosida.Pada percobaan ini simplisia segar yang didapatkan adalah
sebanyak 1000 gram. Simplisia segar ini selanjutnya disortasi basah
untuk memisahkan pengotor dan akarnya, setelah sortasi ini
didapatkan berat awal simplisia sebanyak 387,4 gram. Banyaknya
berat yang hilang setelah sortasi basah ini disebabkan karena
banyaknya pengotor seperti tanah dan rumput yang terbawa ke dalam
bahan simplisia.
Setelah melalui proses pengeringan berat simplisia berkurang
lagi menjadi 94,8 gram, kehilangan berat ini disebabkan karena
adanya air dan senyawa lain yang menguap selama proses pemanasan.
Selanjutnya dihitung susut pengeringan dari simplisia, didapatkan
bahwa susut pengeringannya sebesar . Susut pengeringan dari
simplisia herba patikan kebo ini cukup besar, dikarenakan bagian
yang digunakan dalam pembuatan simplisia ini adalah semua bagian
tanaman di atas tanah (termasuk batang). Batang dari herba patikan
kebo ini merupakan batang lunak yang mengandung banyak air, semakin
banyak air yang terkandung dalam suatu tanaman maka susut
pengeringannya juga semakin besar.Kemudian simplisia kering ini
diserbukkan dengan menggunakan blander, tujuannya adalah untuk
memperkecil ukuran simplisia agar lebih mudah dalam penggunaanya.
Selain itu, serbuk ini juga diayak dengan tujuan untuk mendapatkan
ukuran serbuk yang seragam. Dari kedua proses ini didapatkan berat
serbuk sebanyak 85,36 gram dengan rendemen sebesar 22,03 %. Hasil
ini sebanding dengan susut penegringannya, sebab semakin besar
susut pengeringannya maka hasil serbuk yang didapatkan semakin
kecil.
Selanjutnya dilakukan pengkonversian dosis simplisia patikan
kebo, tujuan dari pengkonversian ini adalah untuk mengetahui berapa
banyaknya serbuk simplisia patikan kebo yang harus digunakan untuk
mendapatkan efek pengobatan. Pengkonversian ini dilakukan dengan
membandingkan banyaknya simplisia kering yang biasa digunakan
secara empiris. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan,
didapatkan bahwa patikan kebo yang digunakan untuk mengobati
bronkhitis, asma, radang perut, diare, disentri dan kencing darah
adalah sebanyak 1 genggam simplisia segar. Pengkonversian dosis
patikan kebo dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 20 kali 1
genggam simplisia kering, kemudian berat ini dirata-ratakan. Dari
perhitungan yang dilakukan didapatkan bahwa 2,737 gram serbuk
simplisia setara dengan 1 genggam simplisia segar.BAB
IVKESIMPULAN
Herba patikan kebo dapat digunakan untuk mebgobati penyakit
seperti bronkhitis, asma, radang perut, diare, disentri dan kencing
darah. Salah satu kandungan kimia pada patikan kebo yang dapat
memberikan efek penyembuhan penyakit adalah flavonoid.
Dari proses pembuatan simplisia ini didapatkan susut pengeringan
simplisia patikan kebo sebesar sedangkan rendemennya adalah 22,03
%. Besarnya susut pengeringan dan banyaknya bobot simplisia yang
hilang setelah proses pengolah ini disebabkan karena banyaknya air
yang terkandung dalam batang patikan kebo.
Sedangkan takaran serbuk simplisia patikan kebo yang dapat
digunakan untuk penyembuhan bronkhitis, asma, radang perut, diare,
disentri dan kencing darah adalah sebesar 2,737 gram, dimana 2,737
gram serbuk simplisia patikan kebo setara dengan 1 genggam
simplisia segar patikan kebo. DAFTAR PUSTAKA
Adfa, Morina. 2007. Isolasi Senyawa Flavonoid Aktif Berkhasiat
Sitotoksik Dari Daun Kemuning (Murraya PanicullataL. Jack). Jurnal
Gradien 3 (2): 262-266.Anonim. _____. Patikan Kebo.
http://kb.123sehat.com/herbal/patikan-kebo/. Diakses pada 12 April
2015.
Cowan, M.M. 1999. Plant Products as Antimicrobial Agents.
American Society for Microbiology. 12, (4), 564-582.Dalimartha,
Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia: Menguak Kekayaan
Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Niaga Swadaya.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
DepartemenKesehatan RI.Geissman, T.A. 1962. The Chemistry of
Flavonoid Compounds.New York: The Macmillan Company.Harborne, J.B.,
T.J. Mabry, and H. Mabry. 1975. The Flavonoid. London: Chapman and
Hall.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan. Penerjemah: Padmawinata, K. Terbitan kedua.
Bandung: Penerbit ITB.
Hamdiyati, Yanti, Kusnadi dan Irman Rahadian. _____. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia Hirta) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Epidermidis. Bandung: Jurusan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.Heyne K. 1987. Tanaman Berguna
Indonesia. Penerjemah: Badan Litbang Kehutanan. Jakarta: Badan
Litbang Kehutanan.
Kandowangko, N. Y., M. Solang dan J. Ahmad. 2011. Kajian
Etnobotani Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebolango
Provinsi Gorontalo. Laporan Penelitian Etnobotani Tanaman Obat.
Gorontalo: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo.Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid.
Penerjemah: Padmawinata, K. Bandung: Penerbit ITB.Nugrahaningtyas,
K. D., S. Matsjeh Dan T. D. Wahyuni. 2005. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid dalam Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa
Roxb.). Jurnal Biofarmasi. 3 (1): 32-38.
Pustaka Dirjen POM. 1978. Materia Medika Indonesia, Jilid II.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.
Penerjemah: Padmawinata, K. Bandung: Penerbit ITB.Zarnadi. _____.
Khasiat Daun Patikan Kebo. http://www.khasiat.tepungsagu.com
/2013/03/khasiat-daun-patikan-kerbau.html.Diakses pada 12 April
2015.1