LAPORAN PRATIKUM PATOLOGI KLINIK
SISTEM UROGENITAL
Dosen Pembimbing: dr. Arif Indra Sanjaya Kelompok 4 Cempaka
PutihNama Anggota:1. Bhismo prasetyo
2. Dona puspitasari
3. Dea putri ikhsani
4. Karyati afrina
5. Kendana tamiz
6. M. Firsan ilyas
7. M. Himowo k
8. Mustika apriyanti
9. Syarifah zahrotulhaj
10. Yutika adnindia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2013/2014KATA PENGANTARAssalamualaikum wr. wb
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum biokimia ini.
Penulis membuat makalah ini dengan tujuan untuk mendalami ilmu
patologi klinik dalam Sistem Urogenital, serta memberi beberapa
informasi penting kepada pembaca.
Dalam penulisan praktikum ini, penulis mengalami beberapa
kendala, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Tri
Ariguntar, Sp.PK dan Staf Laboratorium FKK yang telah membimbing
serta memberikan penjelasan yang sangat penting bagi penulis untuk
menyelesaikan laporan serta kepada teman-teman yang telah membantu
dalam kegiatan praktikum patologi klinik ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun untuk memperbaiki segala kekurangan dan penulis berharap
semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya.
Wassalamualaikum wr. wb
Jakarta, Mei 2014I. PendahuluanUrinalisis
Urinalisis merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan.
Pemeriksaan ini tidak hanya untuk membantu mengetahui kelainan di
ginjal dan saluran kemih tapi berbagai organ lain seperti: hati,
saluran empedu, pancreas, korteks adrenal.
Urinalisis rutin sebaiknya menggunakan urin segar yang segera
diperiksa. Salah satu aspek yang menguntungkan dari urinalisis
adalah faktor pengumpulan bahan yang mudah dan nyaman. Pemeriksaan
urin juga dapat memberikan informasi tentang berbagai fungsi
metabolik dan informasi ini dapat diperoleh dengan pemeriksaan
laboratorium sederhana.Bahan Pemeriksaan Urin:
1. Freshly voided urine specimen
Yang dimaksud dengan freshly voided urine adalah urin segar yang
baru dikeluarkan. Specimen yang berasal dari bayi dan anak yang
belum mengerti instruksi ditampung menggunakan kantong plastik
polyethylene bag dengan perekat sehingga urin langsung ditampung di
dalam plastik tersebut.
2. Clean voided specimen
Clean voided specimen dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi
dengan darah haid atau sekret vagina. Urin diambil dari urin
pencaran tengah dan urin pungsi suprapubik.
3. Urin pagi
Urin yang digunakan adalah urin pagi yang 1x dikeluarkan.
Biasanya digunakan untuk pemeriksaan tes kehamilan, protein,
sedimen dan nitrit.
4. Urin Sewaktu
Specimen ini paling mudah didapat yaitu urin yang dikeluarkan
kapan saja saat akan diperiksa tanpa memperhatikan waktu atau
interval waktu. Biasanya untuk urinalisis rutin.
5. Urin 24 jam
Specimen ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif
seperti: protein, kreatinin, Ca, P, Na, K, Cl yang dikumpulkan
selama 2 jam. Urin ini diberi bahan pengawet toluene 1 mL/L urin.
Urin jam pertama pemeriksaan harus dibuang. Selanjutnya setiap
berkemih ditampung dalam satu wadah sampai tepat 24 jam
berikutnya.
6. Urin 2 jam PP
Specimen ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan glukosa urin
ada penderita diabetes. Penderita disuruh berkemih sesaat sebelum
makan dan 2 jam setelah makan.
Pemeriksaan Urin
Terdiri dari:
1. Makroskopis
2. Kimia
3. Mikroskopis
4. Carik celup
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
1. Jumlah urin
Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk menentukan adanya gangguan
faal ginjal, kelainan keseimbangan cairan tubuh dan menafsirkan
hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi-kuantitatif dengan urin.
Jumlah urin normal adalah 1200-1600 ml/24 jam. Sedangkan rata-rata
di daerah tropis antara 800-1300 ml/2 jam. Pada anak-anak mempunyai
diuresis 3-4 kali lebih banyak daripada dewasa.
Kumlah urin sangat berbeda tiap individu, tergantung beberapa
faktor yang berpengaruh pada diuresis seperti umur, berat badan,
jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu tubuh, iklim dan aktivitas
pasien.
Jumlah urin abnormal:
- poliuri: > 2000 ml/24 jam
- oliguri: 300-750 ml/24 jam
- anuri: 0-300 ml/24 jam
2. Warna urin
Warna urin bervariasi karena fungsi normal metabolik, aktivitas
fisik, makanan yang dimakan, dan kondisi patologik. Warna urin
normal adalah kuning muda oleh karena pigmen urokrom, yang
dihasilkan oleh katabolisme hemoglobin.
Urin segar normal jernih, keruh oleh karena fosfat amorf dan
karbonat, unsur sedimen, bakteri, chylus dan lemak, benda-benda
koloid. Urin yang keruh setelah didiamkan karena urat-urat amorf,
fosfat amorf, dan bakteri.
4. Berat jenis
Normal berat jenis urin berkisar antara 1003-1030, berat jenis
urin tergantung faktor-faktor: produksi urin, komposisi urin,
fungsi pemekatan ginjal. Berat jenis didefinisikan sebagai densitas
dari substansi dibagi dengan densitas dari volume yang sama dari
air yang didestilasi pada tempratur yang sama. Penilaian berat
jenis bertujuan untuk menilai kemampuan ginjal untuk mereabsorbsi,
mendeteksi kemungkinan adanya dehidrasi atau kelainan antidiuretik
hormon (ADH) dan menilai apakah konsentrasi spesimen adekuat untuk
dilakukan pengukuran tes kimia. Pemeriksaan berat jenis urin dapat
dilakukan dengan mudah dengan alat urinometer(hydrometer), sebuah
refraktometer atau dengan carik celup.
5. Bau urin
Normal urin berbau khas, bila didiamkan akan berbau
pesing/amoniak karena perombakan bakteri. Dalam keadaan tertentu
dapat berbau lain seperti bau buah-buahan pada penderita diabetes
mellitus, busuk pada karsinoma saluran kemih, jengkol karena makan
jengkol.
6. Derajat keasaman (pH)
Pemeriksaan pH penting untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbangan asam basa. Batas normal pH 4,6-8,5. Penetapan reaksi
bisa dengan kertas lakmus, kertas nitrazin, atau dengan campuran
indikator.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS (SEDIMEN URIN)
Sedimen adalah bahan yang tidak larut yang berasal dari darah,
ginjal, saluran kemih dan dapat mengalami kontaminasi dari luar
seperti sekret vagina. Sedimen yang baik diperlukan urin yang pekat
yaitu urin pagi dengan berat jenis 1023 atau osmolalitas >300 m
osm/kg dengan pH yang asam.
Untuk membuat sedimen, digunakan urin yang disentrifus selama 5
menit pada kecepatan 1500-200 rpm. Supernatan dibuang dan disisakan
setengah mililiter sedimen. Apabila tidak memakai pewaranaan, ambil
1 tetes sedimen untuk diteteskan pada slide dan ditutup dengan kaca
obyek dan dilihat dibawah mikroskop. Apabila akan diwarnai maka
tambahkan 1-2 tetes zat warna kedalam 0,5 ml sedimen. Sedimen
dicampur sampai homogen dan teteskan 1 tetes sedimen yang sudah
dicampur ke kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup lalu amati
dibawah mikroskop. Amati slide dengan pembesaran kecil, hitung
minimal 10 lapang pandang dan pembesaran besar amati 10-20 lapang
pandang. PEMERIKSAAN CARIK CELUP
Pemeriksaan carik celup adalah pemeriksaan analitik yang
menggunakan carik/strip celup dari selu;osa pada plastik yang telah
diselubungi dengan reagen (multiple test on a single stick).
Pemeriksaan dengan carik celup ini digolongkan sebagai rapid test.
Pemeriksaan carik celup ini berdasarkan reksi biokimia.
Manfaat pemeriksaan carik celup adalah:
Pemeriksaan carik celup merupakan pemeriksaan yang praktis dan
murah
Menggunakan reagen yang relatif stabil
Pemeriksaan hanya membutuhkan volume urin yang sedikit
Carik celup yang digunakan sekali pakai
Tidak memerlukan persiapan reagen
Tidak perlu keahlian khusus
Hasilnya cepat diperoleh
Pemeriksaan Urin Rutin:
A. Alat dan Bahan
1. Pot urin
2. Tabung sentrifus urin
3. Carik celup pemeriksaan urin
4. Pewarna sedimen urin
5. Sentrifus
6. Mikroskop
7. Kaca slide
8. Kaca penutup
9. Penjepit tabung
10. Tabung albuminometer
11. Reagen Escbah
12. Bunsen
13. Urin segar
14. Sulfosalisil 20%
15. Asam asetat 6%
B. Cara pemeriksaan carik celup:
1. Keluarkan carik celup dari botol lalu kembali tutup botol
rapat-rapat secepat mungkin
2. Cek dulu carik celup tersebut, perhatikan perubahan warna
pada daerah reagen, jika ada jangan digunakan.
3. Aduk spesimen yang baru dengan baik & tidak diendapkan
secara mekanis, celupkan carik celup seluruhnya selama tidak lebih
dari 1 detik, tiriskan carik celup dengan cara menyentuhkan bagian
salah satu sisi carik celup pada sehelaai tissue untuk menyerap
urin yang berlebihan karena dapat memberikan hasil yang salah
(jangan sampai daerah reagen menyentuh tissue).
4. Bandingkan hasil pemeriksaan dengan label warna pada etiket
botol dalam kondisi penerangan yang baik.
5. Selama perbandingan, pegang carik celup dalam posisi datar
untuk menghindari kemungkinan interaksi antara zat-zat kimia dengan
urin yang berlebihan.
6. Perubahan warna yang tampak hanya sepanjang pinggir daerah
uji tidak memiliki arti diagnostik.
7. Waktu pembacaan yang terbaik adalah 30-60 detik, jika lebih
dari dua menit tidak memiliki arti diagnostik lagi.Pemeriksaan
Sedimen Urin
Cara Kerja
1. Bahan pemeriksaan berupa urin segar dikerjakan dalam waktu
kurang dari 2 jam. BAhan dalam botol tertutup ulir yang bersih,
volume >15ml, dengan label identitas pasien, disertai formulir
permintaan pemeriksaan urinalisis rutin. Jika bahan memenuhi
syarat, baru dilakukan pemeriksaan.
2. Lakukan pemeriksaan makroskopik urin. Nilailah warna dan
kejernihan.
3. Setelah itu, lakukan pemeriksaan kimia urin dengan
menggunakan carik celup dan hilangkan kelebihan urin dengan cara
meletakkan carik celup vertikal dapa sisi panjangnya pada kertas
tissue. Letakkan pada tempat menaruh carik celup pada mesin
Clinitek 200+ yang sudah dikalibrasi.
4. Baca hasil menurut yang tercetak pada kertas printer. Jika
pemeriksaan biliribin positif, lanjutkan dengan uji konfirmasi
dengan reagen Fouchet.
5. Tuangkan 15ml urin ke dalam tabung sentrifus urin yang
bersih. Sentrifus pada kecepatan 1500 rpm selama 5 menit. Buang
supernatan sampai tersisa sekitar 0.5 ml. Sedimen lalu dicampur
rata. Tambahkan 1 tetes larutan Steinheimer-Malbin, campur. Ambil
tetes cairan sedimen, lalu letakkan pada kaca obyek bersih dan
tutup dengan kaca penutup.
6. Baca sedimen dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran
10x10. Nilai adanya sel epitel, silinder dan kristal. Periksa
sedikitnya 10 lapang pandang, laporkan hasil pemeriksaan sebagai
jumlah/LPK.
7. Lanjutkan pemeriksaan dengan pembesaran 10x40. Nilai jumlah
eritrosit, leukosit dan adanya bakteri. Periksa sedikitnya 10
lapang pandang. Laporkan hasil pemeriksaan sebagai jumlah/LPB.
PENETAPAN JUMLAH PROTEIN ESBACHPrinsipTes quantitatif untuk
menentukan proporsi albumin perseribu.
Cara Kerja:
1. Urin jernih yang dipakai harus bereaksi asam; jika perlu
tambahkan beberapa tetes asam asetat glacial ke urin hingga
reaksinya menjadi asam.
2. Isilah tabung albuminometer Esbach dengan serbuk batu apung
sampai 3 mm tingginya, yaitu cukup banyak untuk meliputi dasar
tabung, kemudian isilah dengan urin setinggi garis bertanda
"U".
3. Tambahkan reagen Esbach (terdiri dari 10 gram asam pikrat dan
20 gram asam sitrat dilarutkan dalam 1000 ml air destilasi) ke urin
itu sampai tanda "R".
4. Sumbatlah tabung dan bolak-balikkan 12 kali (jangan
dikocok)
5. Letakkan tabung itu dalam sikap tegak dan biarkan selama 1
jam.
6. Tingginya presipitat dibaca dan menunjukkan banyaknya gram
protein per liter urin.
Interpretasi hasil:
Tingginya presipitat --> menunjukkan banyaknya gram protein
per liter.II. Hasil PercobaanA. Pemeriksaan Makroskopis
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Bau : -
pH : 6,0 (asam)
B. Pemeriksaan Mikroskopis
C. Pemeriksaan Carik Celup
Leu : 500 +++ Nit : + Uro : 0,2
Pro : 100 ++ Ph : 6 Blo : -
SG : 1,000 Ket : -
Bil :
Glu : -
D. Test Bence JonesPanaskan urin berhati-hati dan perhatikan
suhunya. Pada 40O C mulai timul kekeruhan dan akan menggumpal bila
suhu mencapai 60O C. Asamkan sedikit denga asam asetat dan panskan
sampai 100OC. Sebagian presipitan akan hilang. Saring mumpung masih
panas, presipitat akan terbentuk lagi setelah tabung menjadi
dinginHasil : (-) negatif
E. Penetapan Jumlah Protein Esbach
Hasil : 0.5 gr/ml