BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geodesi satelit dapat didefinisikan sebagai sub-bidang ilmu geodesi yang menggunakan bantuan satelit (alam maupun buatan) untuk menyelesikan problem-problem geodesi. (Seeber 1983). Geodesi satelit meliputi teknik-teknik pengamatan dan perhitungan yang digunakan untuk menyelesaikan masalh geodesi dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang teliti ke, dari, dan antara satelit buatan yang umumnya dekat dengan permukaan bumi. Dalam menentukan posisi suatu titik dipermukaan bumi dapat dilakukan dengan cara astronomi dan geodetik. Posisi astronomis dinyatakan dengan bujur dan lintang astronomis. Sedangkan posisi astronomis itu sendiri dapat didefinisikan sebagai posisi setiap titik dipermukaan bumi diwakili oleh posisi zenit astronomi titik itu di bola langit. Penentuan posisi secara astronomi ini terlebih dahulu harus melakukan pengamatan matahari. Praktikum pengamatan matahari ini dilakukan untuk mendapatkan sudut azimuth matahari. 1.2 Maksud dan Tujuan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geodesi satelit dapat didefinisikan sebagai sub-bidang
ilmu geodesi yang menggunakan bantuan satelit (alam maupun
buatan) untuk menyelesikan problem-problem geodesi. (Seeber
1983). Geodesi satelit meliputi teknik-teknik pengamatan dan
perhitungan yang digunakan untuk menyelesaikan masalh
geodesi dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang teliti
ke, dari, dan antara satelit buatan yang umumnya dekat
dengan permukaan bumi.
Dalam menentukan posisi suatu titik dipermukaan bumi
dapat dilakukan dengan cara astronomi dan geodetik. Posisi
astronomis dinyatakan dengan bujur dan lintang astronomis.
Sedangkan posisi astronomis itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai posisi setiap titik dipermukaan bumi diwakili oleh
posisi zenit astronomi titik itu di bola langit.
Penentuan posisi secara astronomi ini terlebih dahulu
harus melakukan pengamatan matahari. Praktikum pengamatan
matahari ini dilakukan untuk mendapatkan sudut azimuth
matahari.
1.2 Maksud dan Tujuan
1
Adapun maksud dan tujuan praktikum pengamatan matahari
ini adalah :
Mahasiswa memahami konsep penentuan posisi secara
astronomis
Mahasiswa melakukan pengamatan matahari dengan
menggunakan prinsip – prinsip pengamatan matahari yang
benar
Mahasiswa mampu mengidentifikasi kondisi matahari mana
yang bisa diamati dan tidak
Mahasiswa mampu menghitung azimuth matahari dari data
yang telah diperoleh pada praktikum ini
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Astronomi Geodesi
Sistem Astronomi merupakan sistem geodesi satelit paling tua
yang berbasiskan pengamatan pada bintang. Meski terbatas,
sistem ini masih digunakan sampai saat ini untuk keperluan –
keperluan khusus. Sesuai namanya astronomi geodesi merupakan
suatu metode dalam penentuan posisi dengan mengamati bintang
ataupun benda langit lainnya. Astronomi geodesi merupakan
salah satu cara untuk menetukkan sudut jurusan dari dari dua
buah titik yang ada di permukaan bumi. Pengamatan yang paling
sering dilakukan adalah pengamatan matahari.
2
2.2 Azimuth
Azimuth berfungsi untuk mendapatkan arah suatu sisi terhadap
arah utara. Pada alat ukur yang dilengkapi dengan kompas,
pembacaan sudut horisontalnya ada ketentuan bahwa “azimuth
adalah besar sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan
jarum magnet sampai obyektif garis bidik yang besarnya sama
dengan angka pembacaan”. Azimuth dapat didapatkan melalui
beberapa cara, yaitu :
- Cara Lokal
- Pengikatan pada dua buah titik tetap
- Dengan kompas
- Pengamatan Astronomis
2.3 Pengamatan Tinggi Matahari
Pengukuran azimuth geografi dengan pengamatan tinggi
matahari dapat dilakukan dengan cara ditadah, filter dan
prisma roelofs. Pengamatan dilakukan dengan menempatkan
penadah atau tabir, di belakang lensa okuler, penadah tersebut
bisa sebuah kertas putih, sebagai layar yang menangkap
bayangan matahari dan bayangan benang diafragma. Bayangan yang
jelas dapat diatur sedemikian r-rpa dengan menekan tromol
pengatur bayangan atau fokus.
3
2.1 Gambar azimuth matahari
2.4 Koreksi 1/2 d sudut vertikal
Pembidikan dikakukan terhadap tepi-tepi matahari, untuk
mendapatkan tinggi ke pusat matahari, maka sudut vertikal
harus diberi koreksi t/z diameter bayangan matahari. ('d)
adalah sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
stasiun pengamatan ke tepi-tepi matahari. Makanya dinyatakan
dalam satuan sudut. Namun karena jarak rnatahari ke burni
berubah-ubah, maka harga ’d’ juga berubah-ubah sesuai dengan
jarak bumi. Pada bulan Desember nilai d adalah 32'34"
sedangkan pada bulan Juli nilainya 31 '35" . Untuk keperluan
hitungan, diambil pembulatan rata-rata sebesar 32'. Koreksi d
yang diberikan pada sudut vertikal tergantung pada kuadran
berapa bayangan matahari ditempatkan.
4
2.2 Gambar Sistem kuadran dalam Geodesi
2.5 Koreksi ½ d sudut horizontalKoreksi ½ d ini tidak hanya diberikan kesudut horizontal
saja, akan tetapi juga diberikan ke sudut horizontal yang
tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan sudut ke pusat
matahari. Pemakaian tanda (+) / (-) juga dipengaruhi posisi
bayangan, matahari dalam sistem kuadran.
2.3 Gambar sistem koreksi ½ Diameter untuk sudut horizontal
5
2.6 Koreksi Paralaks dan Refraksi
- Koreksi Paralaks horizontal
2.4 Gambar Koreksi Paralaks Horizontal
Dimana:
D : jarak dari burni ke matahari (C-M)
Z' : sudut zenith pengamat
Z : sudut zenith geosentris
p : Z'-Z : paralaks horizontal
R : jari-jari bumi (C-O)
Perhatikan segitiga OCM :
Secara pendekatan :
6
Jika Z ' : 90", maka diperoleh paralaks horizontal :
Harga paralaks ini dapat diperoleh dari tabel yang
terdapat pada Almanak Matahari dan bintang.
- Koreksi Refraksi
Faktor alam, seperti temperatur, tekanan, dan kelembaban
udara adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap
pengukuran yang dilakukan. Hal ini jelas diketahui karena
dapat memberikan efek pemuaian ataupun melengkungnya
sinar yang masuk ke dalam teropong (refiaksi). Semua
gejala ini dialami oleh hasil pengukuran sejak rnulai
dari target yang dibidik sampai didalarn teropong itu
sendiri. Oleh karenanya jadi diperlukan koreksi. Harga
koreksi refraksi tersebut dapat diperoleh dari tabel pada
Almanak tahunan Matahari dan Bintang, dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana:
7
Rm :Koreksi refraksi menengah ( pada p '=760mmHg ; t : l0"C;
kelembaban nisbi 60%) dengan argumen adalah tinggi
ukuran dari matahari.
Cp :Faktor koreksi barometric, dengan argumen adalah
tekanan udara stasion pengamat atau ketinggian
pendekatan dari stasion pengamat.
Cl :Factor koreksi temperature, dengan argument adalah
temperatur udara stasion pengamat.
2.7 Segitiga Astronomi
Segitiga astronomi adalah segitiga bola langit yang dibatasi
oleh lingkaran besar yang dibentuk oleh titik zenith, titik
matahari atau bintang yang diamati dan sebuah titik kutub
( lndonesia mengambil kutub utara sebagai acuan). Penentuan
azimuth geografi dengan metoda pengamatan tinggi matahari
diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data :
- Tinggi matahari (h) diperoleh dari hasil pengamatan dari
stasion pengamat.
- Deklinasi matahari (6) yang diperoleh dari tabel pada
almanak matahari dan bintang dengan argument adalah
waktu, tanggal dan tahun pengamatan.
- Lintang (g) stasion pengamat yang diperoleh dari hasil
interpolasi peta, yaitu dari peta topografi daerah
pengamatan.
8
2.5 Gambar Bola Langit, posisi bintang terhadap Bumi
dinyatakan A dan Z.
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
9
PERSIAPAN
PERENCANAAN
ORIENTASI MEDAN
PENGAMBILAN DATA/ PRAKTIKUM
PENGOLAHAN DATA
PEMBUATAN LAPORAN
3.1 Pelaksanaan Pengukuran
Surveyor : Kelompok 2
Waktu Pelaksanaan
o Hari, tanggal : Rabu, 30 Mei 2012
o Jam : 06.00 – 07.45 BBWI
Tempat Pelaksanaan : Jurusan Teknik Geomatika ITS
Kondisi Cuaca : Cerah
3.2 Peralatan :
1. Theodolit merk Nikon NT 3D
2. Paku payung
3. Statif
4. Alat tulis (Kertas HVS dan bolpoin)
3.3 Diagram Alur Pelaksanaan Praktikum:
10
KETERANGAN:
1. Persiapan : Kegiatan ini meliputi penentuan waktu
praktikum serta tempat yang akan digunakan praktikum.
2. Perencanaan : Kegiatan pada tahap ini adalah peminjaman
alat yang akan digunakan dalam pengukuran dilapangan.
Sebelum melakukan pengukuran di persiapkan terlebih
dahulu tempat yang akan digunakan untuk penempatan alat
sebagai tempat untuk membidik tinggi bangunan sekaligus
pengamatan matahari.
3. Orientasi medan : Kegiatan dalam tahap ini adalah melihat
medan/ tempat yang akan digunakan untuk praktikum yang
bertujuan untuk menentukan metode yang akan digunakan dan
penempatan titik untuk pengamatan matahari.
4. Pengambilan data : Kegiatan ini adalah praktikum
dilapangan, yaitu di tanah lapang sebelah timur jurusan
Teknik Geomatika untuk pengamatan matahari.
5. Pengolahan data : Kegiatan yang dilakukan adalah mengolah
data yang telah didapat yaitu menghitung deklinasi
matahari dari data yang telah didapat.
6. Pembuatan laporan : Setelah praktikum selesai membuat
laporan dari praktikum yang telah dilakukan dilapangan
dan hasil pengamatan matahari di lapangan.
3.4 Metode Pelaksanaan
11
1. Hal pertama yang dilakukan adalah penentuan tempat yang
akan digunakan untuk pengamatan matahari.
2. Setelah diketahui tempat yang akan digunakan untuk
pengamatan matahari , kemudian tentukan titik yang akan
digunakan untuk tempat berdirinya alat. Selanjutnya
BACAAN LINGKARAN MENDATAR: - KE TITIK ACUAN (hs) 61O46’40” 241O46’40” 241O46’40” 61O46’40”- KE TEPI/PUSAT MATAHARI(HM) 344O19’40” 164O07’25” 164O18’15” 343O22’40”SUDUT HORISONTAL: - TERHADAP TEPI MATAHARI(Ψ') 77O27’00” 77O39’15” 77O28’25” 78O24’00”KOREKSI 1/2D / cos hu
(ΔΨ) -16’25,92” -16’29,23” 16’40,06” 16’54,41”- TERHADAP PUSAT MATAHARI (Ψ)
4.2 Hasil Perhitungan Kelompok 2BINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANTEKNIK GEOMATIKA
LEMBAR PENGAMATAN MATAHARIUNTUK PENENTUAN AZIMUT METODE TINGGI MATAHARI
TITIK PENGAMAT : T-2 NO. THEODOLIT: NIKON NT-3D
TITIK ACUAN: PENANGKAL PETIR GEDUNG RISET
BAYANGAN DALAM : TEGAK
TGL PENGAMATAN: 30 MEI 2012 THEODOLIT
DAERAH : TEKNIK GEOMATIKACARA PENGUKURAN : TADAH
PENGAMAT: KELOMPOK 2B
KEDUDUKAN TEROPONG B LB LB BKWADRAN II II IV IV
15
KEDUDUKAN MATAHARI(SEBENARNYA)
WAKTU PENGAMATAN 7:32:24,46 7:26:9,82 7:37:38 7:33:53,87BACAAN LINGKARANTEGAK TERHADAP TEPI 25O31’30” 24O2’20” 27O10’00” 26O22’03”PUSAT MATAHARI KOREKSI 1/2 D 15’48,2” 15’48,2” -15’48,2” -15’48,2”TINGGI PUSAT MATAHARI = hu 25O47’18,2” 24O18’8,2” 26O54’11,8” 26O36’14,8”Rm 119,2792” 127,5770” 113,6643” 115,1190Cp 1 1 1 1Ct 0,9385 0,9385 0,9385 0,9385R” 111,9435” 119,7310” 106,6739” 108,0392”P” 7,9212” 8” 7,8097” 7,8396”TINGGI MATAHARI SEJATI (hs) 25O45’34,18”
24O16’16,47” 26O52’32,94” 26O34’34,6”
BACAAN LINGKARAN MENDATAR: - KE TITIK ACUAN (hs) 164O45’15” 344O05’15” 344O05’15” 164O45’15”- KE TEPI/PUSAT MATAHARI(HM) 83O55’25” 264O26’10” 264O03’45” 84O23’30”SUDUT HORISONTAL: - TERHADAP TEPI MATAHARI(Ψ') 80O49’50” 79O39’5” 80O1’30” 80O21’45”KOREKSI 1/2D / cos hu
(ΔΨ) -17’33,08” -17’20,39” 17’43,28” 17’40,48”- TERHADAP PUSAT MATAHARI (Ψ) 80O32’16,92”
4.3 Hasil Perhitungan Kelompok 2CINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANTEKNIK GEOMATIKA
LEMBAR PENGAMATAN MATAHARIUNTUK PENENTUAN AZIMUT METODE TINGGI MATAHARI
16
TITIK PENGAMAT : T-2 NO. THEODOLIT: NIKON NT-3D
TITIK ACUAN: PENANGKAL PETIR GEDUNG RISET
BAYANGAN DALAM : TEGAK
TGL PENGAMATAN: 30 MEI 2012 THEODOLIT
DAERAH : TEKNIK GEOMATIKACARA PENGUKURAN : TADAH
PENGAMAT: KELOMPOK 2C
KEDUDUKAN TEROPONG B LB LB BKWADRAN I I III III
KEDUDUKAN MATAHARI(SEBENARNYA)
WAKTU PENGAMATAN 7:44:38,20 7:49:8,54 7:50:36,08 7:52:51BACAAN LINGKARANTEGAK TERHADAP TEPI 28O41’10” 29O12’45” 28O59’55” 29O30’00”PUSAT MATAHARI KOREKSI 1/2 D -15’48,2” -15’48,2” 15’48,2” 15’48,2”TINGGI PUSAT MATAHARI = hu
BACAAN LINGKARAN MENDATAR: - KE TITIK ACUAN (hs) 262O27’20” 82O27’30” 82O27’30” 262O27’20”- KE TEPI/PUSAT MATAHARI(HM) 180O26’30” 0O11’55” 0O38’45” 180O25’50”SUDUT HORISONTAL: - TERHADAP TEPI MATAHARI(Ψ') 82O00’50” 82O15’35” 81O48’45” 82O01’30”KOREKSI 1/2D / cos hu
(ΔΨ) -17’58,16” -18’3,6” 18’6,89” 18’12,29”- TERHADAP PUSAT MATAHARI (Ψ) 81O42’51,8” 81O57’31,4” 82O06’51,89”