Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai mahasiswa teknik mesin, penguasaan dalam mengerjakan benda kerja baik secara manual maupun menggunakan mesin harus dipahami. Praktik pemesinan melatih mahasiswa agar mampu menggunakan mesin yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan praktik pemesinan. Kunci kesuksesan dari kerja bangku ini adalah kesabaran dan ketelitian dalam bekerja. Ketrampilan serta kemahiran dalam menggunakan mesin ini tidak mungkin dapat dicapai dengan latihan sekali atau dua kali, namun perlu pembiasaan serta berlatih terus-menerus. Selain kemahiran menggunakan mesin dan perkakas tangan, seorang pratikan juga harus memiliki sikap yang baik dalam bekerja. Sikap baik tersebut meliputi pembiasaan menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, penggunaan alat pelindung diri tersebut selain untuk menjaga keselamatan diri sendiri juga untuk menjaga keselamatan orang lain dan lingkungannya. Selain itu seorang pratikan juga harus memiliki tanggung jawab terhadap mesin dan alat yang digunakan. Membersihkan mesin, memberikan pelumasan sebelum dan 1
46

Laporan Praktikum Pemesinan

Jun 19, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum Pemesinan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai mahasiswa teknik mesin, penguasaan dalam

mengerjakan benda kerja baik secara manual maupun

menggunakan mesin harus dipahami. Praktik pemesinan melatih

mahasiswa agar mampu menggunakan mesin yang baik dan

benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki

standar tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan.

Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa melakukan pekerjaan

dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan

praktik pemesinan. Kunci kesuksesan dari kerja bangku ini

adalah kesabaran dan ketelitian dalam bekerja. Ketrampilan

serta kemahiran dalam menggunakan mesin ini tidak mungkin

dapat dicapai dengan latihan sekali atau dua kali, namun perlu

pembiasaan serta berlatih terus-menerus.

Selain kemahiran menggunakan mesin dan perkakas

tangan, seorang pratikan juga harus memiliki sikap yang baik

dalam bekerja. Sikap baik tersebut meliputi pembiasaan

menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, penggunaan

alat pelindung diri tersebut selain untuk menjaga keselamatan

diri sendiri juga untuk menjaga keselamatan orang lain dan

lingkungannya. Selain itu seorang pratikan juga harus memiliki

tanggung jawab terhadap mesin dan alat yang digunakan.

Membersihkan mesin, memberikan pelumasan sebelum dan

sesudah menggunakan mesin, mengembalikan dan merapikan

alat/perkakas pada tempatnya adalah beberapa contoh tindakan

bertanggung jawab dalam praktik pemesinan.

Untuk itu pada laporan praktikum ini akan dibahas

mengenai alat, perkakas, dan mesin serta cara pengerjaan

benda kerja pada jobsheet matakuliah praktikum pemesinan.

1.2. Rumusan Masalah

1

Page 2: Laporan Praktikum Pemesinan

A. Apa saja alat pengukur dan alat penanda yang digunakan dalam

pekerjaan membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan

menggerinda pada praktikum pemesinan?

B. Apa saja perkakas tangan yang digunakan dalam pekerjaan membubut,

mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan menggerinda pada

praktikum pemesinan?

C. Apa saja mesin yang digunakan dalam pekerjaan membubut,

mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan menggerinda pada

praktikum pemesinan?

D. Apa saja alat pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan

membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan

menggerinda pada praktikum pemesinan?

E. Bagaimana proses membubut, mengefrais, membuat roda gigi,

menyekrap, dan menggerinda pada praktikum pemesinan?

1.3. Tujuan Penulisan

A. Untuk mengetahui alat pengukur dan alat penanda yang digunakan

dalam pekerjaan membubut, mengefrais, membuat roda gigi,

menyekrap, dan menggerinda pada praktikum pemesinan.

B. Untuk mengetahui perkakas tangan yang digunakan dalam pekerjaan

membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan

menggerinda pada praktikum pemesinan.

C. Untuk mengetahui mesin yang digunakan dalam pekerjaan membubut,

mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan menggerinda pada

praktikum pemesinan.

D. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan dalam pekerjaan

membubut, mengefrais, membuat roda gigi, menyekrap, dan

menggerinda pada praktikum pemesinan.

E. Untuk mengetahui proses membubut, mengefrais, membuat roda gigi,

menyekrap, dan menggerinda pada praktikum pemesinan.

Teknis penulisan laporan praktikum ini berpedoman pada

Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang

(UM, 2010).

2

Page 3: Laporan Praktikum Pemesinan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Alat Pengukur dan Penanda

Pada praktik pemesinan, peralatan ukur yang digunakan harus benar-benar

presisi, maka peralatan ukur, cara memegang alat ukur, cara melakukan

pengukuran, dan kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi dalam pengukuran harus

benar-benar diketahui secara baik.

A. Jangka sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai

sepersepuluh, seperdua puluh, seperlima puluh, dan seperseratus milimeter.

Dalam praktik pemesinan, jangka sorong ini digunakan untuk mengukur panjang

benda kerja, mengukur kedalaman, dll.

Gambar 2.1 : Mengukur Menggunakan Jangka Sorong

Ketelitian dari jangka sorong bermacam-macam, yaitu ketelitian 0,1 mm,

0,05 mm, serta jangka sorong dengan ketelitian 0,001 mm. Pada praktik

pemesinan ini, penyusun menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm.

B. Siku-siku

Siku-siku merupakan peralatan yang dapat berfungsi untuk mengukur

kesikuan benda kerja, memeriksa kesejajaran garis, serta merupakan peralatan

3

Page 4: Laporan Praktikum Pemesinan

bantu dalam membuat garis pada benda kerja. Dalam praktik pemesinan ini, siku-

siku digunakan untuk mengukur kesikuan antara benda kerja dengan pisau frais

saat pembuatan roda gigi.

Gambar 2.2 : Mengukur Kesikuan Benda Kerja

C. Stempel Angka

Stempel angka adalah alat yang digunakan untuk memberi

tanda angka pada besi dengan cara memukulnya dengan keras,

dan usahakan sekali pukul (Zarkasi, 2013 : 6). Dalam praktik

kerja bangku ini, stempel angka digunakan untuk menyetempel

NIM pada benda kerja.

Gambar 2.3 : Stempel Angka

D. Protractor

Protractor dibuat dengan beberapa bentuk, sesuai dengan jenis kegunaannya

dan tingkat ketelitiannya. Batas ukur dari protractor adalah dari 0 derajat sampai

180 derajat. Dalam praktik pemesinan, protractor ini digunakan untuk mengukur

sudut saat pengasahan pahat menggunakan mesin gerinda.

4

Page 5: Laporan Praktikum Pemesinan

Gambar 2.4 : Protractor

2.2. Perkakas Tangan

A. Ragum

Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya

penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja (Ambiyar, dkk, 2008 :

331). Pada praktik pemesinan, ragum digunakan dalam proses finishing yaitu

untuk menghilangkan bagian-bagian yang dapat menggores siapapun yang

memegangnya.

Gambar 2.5 : Ragum

B. Palu (Hammer)

Jenis palu dapat dibagi dua yaitu palu keras dan palu lunak. Palu yang

digunakan dalam praktik pemesinan ini adalah palu lunak yang berfugsi untuk

pemasangan atau pelepasan benda kerja dari ragum mesin. Palu lunak adalah palu

yang permukaan kepalanya terbuat dari bahan lunak seperti plastik, karet, kayu,

tembaga, timah hitam, dan kulit.

5

Page 6: Laporan Praktikum Pemesinan

Gambar 2.6 : Palu Lunak

C. Kikir

Pemakaian kikir pada bengkel pemesinan adalah untuk menyayat

permukaan bahan benda kerja sedikit demi sedikit, sehingga dapat dihasilkan

permukaan benda kerja yang halus. Biasanya digunakan pada saat finishing,

sehingga menggunakan kikir dengan gigi halus.

Gambar 2.7 : Bagian-Bagian Kikir

D. Kartel

Kartel adalah suatu alat yang digunakan untuk membuat alur-alur kecil pada

permukaan benda kerja, agar tidak licin yang biasanya terdapat pada batang-

batang penarik atau pemutar yang dipegang dengan tangan. Hasil pengkartelan

ada yang belah ketupat dan ada yang lurus tergantung gigi kartelnya.

6

Page 7: Laporan Praktikum Pemesinan

Gambar 2.8 : Kartel

2.3. Mesin

A. Mesin Bubut

Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang

dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata

potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Umumnya

pahat bubut dalam keadaan diam, pada perkembangannya ada jenis mesin bubut

yang berputar alat potongnya, sedangkan benda kerjanya diam. Dalam praktik

pemesinan ini, mesin bubut berfungsi untuk membuat/memproduksi benda-benda

berpenampang silindris, yaitu poros lurus, poros bertingkat (step shaft), poros

tirus (cone shaft), poros beralur (groove shaft), poros berulir (screw thread), serta

mengkartel.

Untuk perawatannya, chuck (cekam), meja mesin bubut, kepala lepas,

eretan, transporter, sumbu pembawa harus sering diberi pelumas. Selain itu mesin

bubut juga memerlukan pembersihan baik setiap selesai digunakan maupun secara

berkala.

Gambar 2.9 : Mesin Bubut

B. Mesin Skrap

7

Page 8: Laporan Praktikum Pemesinan

Mesin sekrap adalah suatu mesin perkakas dengan gerakan utama lurus

bolak-balik secara vertikal maupun horizontal.

Prinsip pengerjaan pada mesin sekrap adalah benda yang disayat atau

dipotong dalam keadaan diam (dijepit pada ragum) kemudian pahat bergerak lurus

bolak-balik atau maju mundur melakukan penyayatan. Pahat yang digunakan

sama dengan pahat bubut. Hasil gerakan maju mundur lengan mesin/pahat

diperoleh dari motor yang dihubungkan dengan roda bertingkat melalui sabuk

(belt). Dari roda bertingkat, putaran diteruskan ke roda gigi antara dan

dihubungkan ke roda gigi penggerak engkol yang besar. Roda gigi tersebut

beralur dan dipasang engkol melalui tap. Jika roda gigi berputar maka tap engkol

berputar eksentrik menghasilkan gerakan maju mundur lengan. Kedudukan tap

dapat digeser sehingga panjang eksentrik berubah dan berarti pula panjang

langkah berubah. Mesin skrap dibedakan menjadi dua, yaitu vertikal dan

horizontal. Mesin sekrap datar atau horizontal (shaper) umum dipakai untuk

produksi dan pekerjaan serbaguna terdiri atas rangka dasar dan rangka yang

mendukung lengan horizontal sedangkan untuk mesin sekrap vertikal (slotter)

digunakan untuk pemotongan dalam, menyerut dan bersudut serta untuk

pengerjaan permukaan-permukaan yang sukar dijangkau. Selain itu mesin ini juga

bisa digunakan untuk operasi yang memerlukan pemotongan vertikal.

Gambar 2.10 : Mesin Skrap

C. Mesin Frais

Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses

kerja pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat

potong bermata banyak yang berputar. Pada saat alat potong berputar, gigi-gigi

8

Page 9: Laporan Praktikum Pemesinan

potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit pada ragum meja

mesin frais sehingga terjadilah pemotongan/penyayatan. Mesin ini dapat

digunakan untuk membentuk dan meratakan permukaan, membuat alur, membuat

roda gigi dan ulir, dan bahkan dapat dipergunakan untuk mengebor dan

meluaskan lubang.

Gambar 2.11 : Mesin Frais

D. Mesin Gerinda

Mesin gerinda adalah salah satu mesin perkakas yang digunakan untuk

mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja mesin

gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja sehingga

terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan.

Gambar 2.12 : Mesin Gerinda Tiang

2.4. Alat Pelindung Diri

A. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)

Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja.

9

Page 10: Laporan Praktikum Pemesinan

B. Masker (Respirator)

Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat

dengan kualitas udara buruk, misalnya misal berdebu dan beracun.

C. Sarung Tangan

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau

situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan, misalnya saat mengikir dan

menggergaji.

D. Baju dan Celana Kerja

Baju kerja berfungsi melindungi badan dari benda tumpul, benturan,

goresan saat praktik kerja bangku, sedangkan celana kerja berfungsi melindungi

bagian bawah tubuh dari benda tumpul, benturan, goresan saat bekerja.

E. Sepatu

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari

karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa

kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Bengkel Pemesinan Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang nomor 5 Malang

pada tanggal 24 Februari 2014 sampai 14 Maret 2014 pukul 12.45 – 17.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan

A. Membubut

ALAT :

1) Mesin bubut

2) Pahat muka

3) Pahat alur

4) Pahat ulir

5) Kunci T

6) Kunci L

7) Kartel

8) Coolant

9) Jangka sorong

10) Mal ulir

BAHAN :

Besi silinder dengan diameter 33 mm dan panjang 150 mm.

10

Page 11: Laporan Praktikum Pemesinan

B. Membuat Roda Gigi

ALAT :

1) Mesin skrap

2) Pisau skrap

3) Piringan pembagi seri

A-1

4) Engkol

5) Kunci L

6) Siku-siku

7) Jangka sorong

8) Alat tulis

9) Mandril

10) Kunci inggris

11) Ragum

BAHAN :

Bahan plastik pejal berdiameter 82,5 mm dan tebal 20 mm

C. Mengefrais

1) Mesin frais

2) Pisau frais

3) Engkol

4) Coolant

5) Waterpas

6) Palu lunak

7) Palu keras

8) Jangka sorong

9) Ragum

10) Kikir

BAHAN :

Balok besi dengan ukuran panjang 131 mm, lebar 40 mm, dan tinggi

21,3 mm.

D. Menggerinda

ALAT :

1) Mesin gerinda tiang

2) Protractor

3) Coolant

BAHAN :

1) Besi pahat

2) Mata bor M 12 dan M..

E. Menyekrap

ALAT :

1) Mesin skrap

2) Engkol

3) Waterpas

4) Coolant

BAHAN :

Balok besi dengan ukuran

panjang 130 mm, lebar 40

mm, dan tinggi 21,3 mm.

3.3. Jobsheet Praktikum Pemesinan

A. Membubut

11

Page 12: Laporan Praktikum Pemesinan

1) Jobsheet I

2) Jobsheet II

B. Membuat Roda Gigi

Gambar 3.3 : Jobsheet 3 Praktikum Pemesinan

C. Mengefrais

12

Page 13: Laporan Praktikum Pemesinan

Gambar 3.4 : Jobsheet 4 Praktikum Pemesinan

D. Menggerinda

1) Pahat muka

Gambar 3.5 : Jobsheet 5 Praktikum Pemesinan

2) Pahat Ulir

\

Gambar 3.6 : Jobsheet 6 Praktikum Pemesinan

3) Mata Bor

13

Page 14: Laporan Praktikum Pemesinan

Gambar 3.7 : Jobsheet 7 Praktikum Pemesinan

E. Menyekrap

Gambar 3.8 : Jobsheet 8 Praktikum Pemesinan

3.4. Keselamatan Kerja

1) Berdoalah sebelum bekerja.

2) Jangan bergurau selama menggunakan mesin.

3) Periksa keadaan mesin, apakah ada kerusakan atau keadaan yang

mungkin dapat membahayakan pratikan saat bekerja.

4) Gunakan selalu ganjal parallel pada setiap pencekaman benda kerja dan

pahat.

5) Jangan mengubah kecepatan putaran mesin saat mesin hidup.

6) Jangan melebihi kecepatan mesin yang diizinkan.

7) Jangan menyentuh bagian mesin yang berputar saat mesin bekerja.

8) Saat menggerinda pada gerinda duduk, dudukan benda kerja harus

berjarak 2 mm dari batu gerinda, jika tidak benda kerja akan masuk di

antara dudukan dan batu gerinda sehingga dapat merusak batu gerinda.

14

Page 15: Laporan Praktikum Pemesinan

9) Gunakan selalu coolant saat proses pembubutan, pengefraisan,

menggerinda, dan menyekrap.

10) Pakailah alat pelindung diri selama bekerja.

11) Jangan membersihkan tatal/beram selama mesin hidup.

12) Biasakan meletakkan alat dengan rapi setelah menggunakan.

13) Bersihkan mesin dari kotoran, beram, dan coolant setelah selesai

digunakan.

14) Berikan pelumasan pada bagian-bagian mesin yang bergerak.

15) Kondisikan mesin pada keaadaan semula jika telah selesai digunakan.

3.5. Cara Kerja

A. Membubut

Membubut Bertingkat

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Bersihkan bagian-bagian mesin bubut dari kotoran maupun beram.

4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin bubut yang bergerak.

5) Kondisikan mesin bubut sehingga siap untuk dipakai.

6) Aturlah kecepatan mesin.

7) Lakukanlah pemanasan terhadap mesin bubut sekitar 5-10 menit

agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas

yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen

mesin.

8) Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum

(chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai

dengan bentuk pengerjaan menggunakan kunci T, dan yakinkan

bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.

9) Kemudian pasang pahat bubut muka pada pemegangnya (tool post),

kemudian lakukan setting dengan benda kerjanya.

10) Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur pemakanan

(feed), putaran mesin (rpm) sesuai dengan kecepatan potong, serta

kedalaman pemakanan (depth of cut).

15

Page 16: Laporan Praktikum Pemesinan

11) Nyalakan mesin dan lakukan pembubutan rata dengan panjang 100

mm dan hingga diameter benda kerja mencapai 31 mm, sambil

selalu memberikan coolant pada benda kerja.

12) Setelah itu lakukan pembubutan rata dengan panjang 60 mm dan

hingga diameter benda kerja mencapai 28 mm, jangan lupa untuk

selalu memberikan coolant pada benda kerja.

13) Lakukan kembali pembubutan rata dengan panjang 30 mm dan

hingga diameter benda kerja mencapai 26 mm.

14) Hilangkan bagian runcing pada sisi depan dan belakang benda kerja

dengan cara posisikan pisau bubut sehingga membentuk sudut 450,

lalu lakukan pembubutan.

15) Hentikan mesin.

16) Jika ukuran benda kerja telah sesuai dengan ukuran yang diminta

pada jobsheet, lepas benda kerja dari chunk menggunakan kunci T.

17) Berikan pelumasan pada benda kerja untuk mengkindari korosi.

Membubut Alur, Tirus, dan Ulir.

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Bersihkan bagian-bagian mesin bubut dari kotoran maupun beram.

4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin bubut yang bergerak.

5) Kondisikan mesin bubut sehingga siap untuk dipakai.

6) Aturlah kecepatan mesin.

7) Lakukanlah pemanasan terhadap mesin bubut sekitar 5-10 menit

agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas

yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen

mesin.

8) Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit benda kerja pada ragum

(chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai

dengan bentuk pengerjaan menggunakan kunci T, dan yakinkan

bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.

9) Memilih elemen perangkat pengerjaan (attachment) yang akan

dipakai.

16

Page 17: Laporan Praktikum Pemesinan

10) Pasang pahat bubut muka pada pemegangnya (tool post), kemudian

lakukan setting dengan benda kerjanya.

11) Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur pemakanan

(feed), putaran mesin (rpm) sesuai dengan kecepatan potong, serta

kedalaman pemakanan (depth of cut).

12) Lakukan pembubutan rata dengan panjang 100 mm dan hingga

diameter benda kerja mencapai 31 mm, sambil selalu memberikan

coolant pada benda kerja.

13) Setelah itu lakukan pembubutan rata dengan panjang 60 mm dan

hingga diameter benda kerja mencapai 28 mm, jangan lupa untuk

selalu memberikan coolant pada benda kerja.

14) Lakukan kembali pembubutan rata dengan panjang 30 mm dan

hingga diameter benda kerja mencapai 26 mm.

15) Hilangkan bagian runcing pada sisi depan dan belakang benda kerja

dengan cara posisikan pisau bubut sehingga membentuk sudut 450,

lalu lakukan pembubutan.

16) Hentikan mesin.

17) Lepas pahat bubut rata dari toolpost, kemudian ganti dengan pahat

bubut alur.

18) Posisikan pahat bubut pada 50 mm dari depan benda kerja.

19) Atur kecepatan mesin sehingga putarannya menjadi 1/3 dari putaran

normal.

20) Gerakkan pahat maju hingga diameter kecil alur tercapai, kemudian

dimundurkan.

21) Geser pahat alur untuk mencapai lebar alur kemudian digerakkan

maju lagi hingga ukuran diameter kecil dan lebarnya tercapat.

22) Lakukan pembubutan alur sampai kedalamannya mencapai…

23) Hentikan mesin.

24) Lepaslah pahat alur dari toolpost, lalu gantilah dengan pahat muka.

25) Lepaslah kunci toolpost, lalu atur eretan atas hingga membentuk

sudut 110, lalu kunci kembali dan kencangkan dengan baut.

17

Page 18: Laporan Praktikum Pemesinan

26) Nyalakan mesin lalu lakukan pembubutan tirus sesuai dengan

permintaan pada jobsheet dengan menggeser kepala lepas (tail

stock), dengan cara ini proses pembubutan tirus dilakukan sama

dengan proses membubut lurus dengan bantuan dua senter.

27) Matikan mesin.

28) lepas baut toolpost lalu kembalikan ke posisi semula, dan kunci

kembali.

29) Lepas pahat muka dari toolpost, lalu ganti dengan pahat ulir.

30) Atur kecepatan sedang pada mesin bubut.

31) Memajukan pahat pada diameter luar ulir.

32) Setting ukuran pada handle ukuran eretan atas menjadi 0 mm.

33) Tarik pahat ke luar benda kerja, sehingga pahat di luar benda kerja

dengan jarak bebas sekitar 10 mm di sebelah kanan benda kerja.

34) Atur pengatur kisar menurut tabel kisar yang ada di mesin bubut,

geser handle gerakan eretan bawah untuk pembuatan ulir.

35) Masukkan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm.

36) Putar spindel mesin sampai panjang ulir yang dibuat terdapat

goresan pahat, kemudian hentikan mesin dan tarik pahat keluar.

37) Periksa kisar ulir yang dibuat dengan menggunakan caliber ulir

Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan.

Kalau kisar belum sesuai periksa posisi handle pengatur kisar pada

mesin bubut.

38) Gerakkan pahat mundur dengan cara memutar spindel arah

kebalikan, hentikan setelah posisi pahat di depan benda kerja

39) Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan

memajukan eretan atas.

40) Langkah dilanjutkan sampai kedalaman ulir maksimal tercapai.

41) Ukurlah panjang dan kedalaman pemakanan untuk ulir.

42) Lepas penda kerja dari chunk, lalu pasanglah dengan posisi terbalik.

Cekam benda kerja dengan kuat.

43) Lepas pahat ulir dari toolpost, lalu gantilah dengan kartel. Pasang

kartel dengan kedudukan setinggi senter.

18

Page 19: Laporan Praktikum Pemesinan

44) Perputaran mesin dengan gerakan kartel diatur pada gerakan lambat.

45) Tempelkan kartel di sebelah kanan benda kerja yang bagiannya

akan dikartel.

46) Jalankan mesin bubut dan kedua gigi kartel harus berputar dan

jangan sampai lepas dari benda kerja. Usahakan pengkartelan

pertama sudah dalam sehingga tidak menimbulkan hasil yang

bertumpuk.

47) Hentikan mesin.

48) Jika ukuran benda kerja telah sesuai dengan ukuran yang diminta

pada jobsheet, lepas benda kerja dari chunk menggunakan kunci T.

49) Berikan pelumasan pada benda kerja untuk menghindari korosi.

B. Membuat Roda Gigi

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Bersihkan bagian-bagian mesin bubut dari kotoran maupun beram.

4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin bubut yang

bergerak.

5) Kondisikan mesin bubut sehingga siap untuk dipakai.

6) Aturlah kecepatan mesin.

7) Lakukanlah pemanasan terhadap mesin bubut sekitar 5-10 menit

agar semua komponen menyesuaikan gerakan dan semua pelumas

yang ada di bak pelumas sudah beredar melumasi elemen-elemen

mesin.

8) Jika pemanasan sudah cukup, pasang/jepit plastik as pada ragum

(chuck) yang sudah terpasang pada mesin, dengan posisi sesuai

dengan bentuk pengerjaan menggunakan kunci T, dan yakinkan

bahwa benda kerja sudah terpasang dengan baik dan kuat.

9) Ganti center berputar dengan chuck bor dan pasang mata bor center

lalu lakukan pengeboran dengan bor M 12.

10) Setelah plastik as terlubangi, hentikan mesin lalu lepaslah dari

chunk menggunakan kunci T.

19

Page 20: Laporan Praktikum Pemesinan

11) Pasang madril pada plastik as, kencangkan menggunakan kunci

inggris, namun jangan terlalu kencang.

12) Pasang benda kerja pada chunk. Cekam pada madrilnya

13) Kemudian pasang pahat bubut muka pada pemegangnya (tool

post), kemudian lakukan setting dengan benda kerjanya.

14) Melakukan proses pemotongan, dengan mengatur pemakanan

(feed), putaran mesin (rpm) sesuai dengan kecepatan potong, serta

kedalaman pemakanan (depth of cut).

15) Nyalakan mesin lalu bubutlah plastik as hingga diameternya

menjadi 80 mm.

16) Matikan mesin. Ukur benda kerja, jika sudah sesuai, lepaskan

benda kerja dari chunk.

17) Lakukan penghitungan terhadap roda gigi dengan jumlah gigi 30.

Modul (m) = 2,5 mm

Jumlah gigi (z) = 30

i = 40

Tinggi kepala gigi (hk) = 1 X m

¿1 X 2,5 mm=2,5 mm

Tinggi kaki gigi (hf) = 114

X m

¿ 54

X 2,5 mm=3,125 mm

H=Hk+Hf

= 2,5 mm + 3,125 mm = 5,625 mm

Diameter tusuk (Dt) = Z X m

¿30 X 2,5 mm

¿75 mm

Diameter Kepala (Dk) = Dt−2.Hk

¿75 mm−5 mm

¿70 mm

Diameter Luar (Dl )=Dt+2. Hk

= 75 mm + 5 mm = 80 mm

20

Page 21: Laporan Praktikum Pemesinan

18) Pasang benda kerja pada mesin frais dengan cara dijepit dengan

cekam rahang tiga yang dipasang pada poros kepala pembagi.

19) Teliti kebersihan dan kerusakan pisau terlebih dahulu sebelum

dipasang agar pisau nantinya dapat berputar tanpa adanya

gangguan-gangguan.

20) Pasang pisau frais pada arbor panjang. Menggunakan pisau frais

dengan modul 2,5 mm.

21) Pasang pisau frais secara mantap pada main spindle mesin frais.

22) Pasang pisau pada mesin frais dengan kencang dan benar.

Pemasangan pisau frais harus tegak lurus terhadap sumbu poros

dan sumbunya satu garis dengan sumbu benda kerja.

23) Lakukan penghitungan piring pembagi. Karena jumlah gigi yang

akan dibuat adalah 30 gigi, maka 40z

=4030

Jadi engkol pada kepala

pembagi diputar 1 kali putaran lebih 10 lubang pada piring

pembagi yang mempunyai 30 lubang.

24) Gantilah piring pembagi pada mesin frais dengan piringan pembagi

seri A-1.

25) Setting kedalaman pemotongan dengan cara :

Gerakkan meja hingga benda kerja yang telah dicekam pada

tempat yang akan disayat berada pada posisi tengah di bawah

pisau.

Tempelkan kertas tipis yang telah dibasahi pada permukaan

benda kerja.

Hidupkan mesin hingga pisau frais berputar dan siap menyayat

Dekatkan benda kerja menuju pisau frais hingga menyentuh

kertas tipis.

Bila pisau telah menyentuh kertas tipis, hentikan mesin dan

setinglah ukuran pada angka nol

Bebaskan benda kerja dengan menggerakkan lurus dan naikkan

sesuai kedalaman yang disyaratkan

26) Pada saat akan menghidupkan mesin pastikan :

21

Page 22: Laporan Praktikum Pemesinan

Bagian bagian yang belum dikencangkan seperti

pemasangan ragum,pisau frais,penyokong arbor dsb. harus

dicek terlebih dahulu.

Tidak ada bagian yang tergerai yang dipakai oleh operator

yang dapat terlilit bersama putaran cekam/benda kerja,

seperti tangan baju panjang, gelang,kalung, dan rambut.

Pastikan tombol ON/OFF atau tuas pembebas serta poros

engkol pada mesin berfungsi dengan baik.

27) Hidupkan mesin.

28) Sayatlah gigi pertama dengan pemakanan otomatis dan aturlah

langkah meja sehingga akan berhenti apabila pahat telah sampai

di ujung benda kerja.

29) Setelah satu kali penyayatan telitilah ketepatan profil maupun

ketepatan ukuran agar dapat dilakukan perbaikan bila masih

kurang. Ukur juga kedalaman gigi sedalam 5, 625 mm.

30) Lakukan pemakanan pada gigi ke tiga dan selanjutnya hingga

selesai yaitu gigi ke 30.

31) Jika sudah, matikan mesin lalu lepas benda dari kepala pembagi.

Usahakan semua ukuran benar.

32) Bersihkan semua dari sisa-sisa pekerjaan.

33) Lepas penyokong arbor serta pisau modulnya dan kembalikan

peralatan pada tempat yang disediakan.

34) Bubutlah roda gigi sampai bersih dari sisa-sisa penyayatan.

35) Jangan lupa hilangkan bagian-bagian yang runcing.

C. Mengefrais

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Bersihkan bagian-bagian mesin frais dari kotoran maupun beram.

4) Kondisikan mesin frais sehingga siap untuk dipakai.

5) Pasang pisau (cutter) dan ring arbor (kollar) pada arbor

6) Aturlah kecepatan mesin.

7) Setting kedalaman pemotongan dengan cara :

22

Page 23: Laporan Praktikum Pemesinan

Gerakkan meja hingga benda kerja yang telah dicekam pada

tempat yang akan disayat berada pada posisi tengah di bawah

pisau.

Hidupkan mesin hingga pisau frais berputar dan siap menyayat

Dekatkan benda kerja menuju pisau frais hingga menyentuh

permukaan benda kerja.

Bila pisau telah menyentuh benda kerja, hentikan mesin dan

setinglah ukuran pada angka nol.

Bebaskan benda kerja dengan menggerakkan lurus.

8) Nyalakan mesin dan kran coolant.

9) Lakukan pemakanan pada benda kerja sedikit demi sedikit sampai

sesuai dengan ukuran yang diminta.

10) Ukurlah benda kerja menggunakan jangka sorong, jika sudah

sesuai lepaslah benda kerja dari ragum.

11) Lepaslah pisau dari ring arbor.

12) Bersihkan mesin frais dari kotoran, beram, dan coolant.

13) Kembalikan bagian-bagian dan peralatan mesin pada posisi awal.

14) Cekam benda kerja yang telah difrais pada ragum, lalu kikir

bagian-bagian tajam yang dapat menggores pemegang benda

kerja.

D. Menggerinda

Mengasah pahat bubut rata

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Nyalakan mesin gerinda, dan mulailah menggerinda bagian sudut

rake sebesar 120-200 pada bidang yang disebut bidang rake.

4) Gerindalah sudut basis maksimal 80 dan sudut mata pahat utama

maksimal 50 secara bergantian.

5) Gerindalah sudut muka sebesar 120-200 dan sudut mata potong

bantu maksimal 250.

23

Page 24: Laporan Praktikum Pemesinan

6) Ulangi penggerindaan secara halus pada keempat bidang di atas

hingga memperoleh ukuran yang sesuai. Agar tidak gosong,

celupkan pahat pada coolant/air dingin sesering mungkin.

7) Ukur sudut masing-masing bidang menggunakan protractor sesering

mungkin.

8) Cek masing-masing sudut sesuai dengan ketentuan.

9) Hilangkan bagian yang sekiranya membahayakan/menggores orang

lain yang menyentuhnya.

Mengasah pahat bubut ulir

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Nyalakan mesin gerinda, dan mulailah menggerinda bagian sudut

bebas maksimal 80 .

4) Gerindalah sudut puncak sebesar 600. Usahakan bentuk puncah

pahat adalah segitiga samakaki.

5) Gerindalah sudut muka sebesar 120-200 dan sudut mata potong

bantu maksimal 250.

6) Ulangi penggerindaan secara halus pada masing-masing bidang di

atas hingga memperoleh ukuran yang sesuai. Agar tidak gosong,

celupkan pahat pada coolant/air dingin sesering mungkin.

7) Ukur sudut masing-masing bidang menggunakan protractor sesering

mungkin.

8) Cek masing-masing sudut sesuai dengan ketentuan.

9) Hilangkan bagian yang sekiranya membahayakan/menggores orang

lain yang menyentuhnya.

Mengasah mata bor

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Nyalakan mesin gerinda, dan mulailah menggerinda mata bor

dengan mengikuti alur yang sudah ada.

4) Bentuklah masing-masing sisi sudut puncak mata bor hingga

membentuk sudut 1180.

24

Page 25: Laporan Praktikum Pemesinan

5) Gerindalah bagian beban potong sehingga membentuk sudut 80-120.

6) Pertajamlah bagian mata pisau bor yang berada pada pertemuan dua

sudut iris sehingga membentuk sudut pemusat sebesar 1200-1350.

7) Ulangi penggerindaan secara halus pada masing-masing bidang di

atas hingga memperoleh ukuran yang sesuai. Agar tidak gosong,

celupkan mata bor pada coolant/air dingin sesering mungkin.

8) Ukur sudut masing-masing bidang menggunakan protractor sesering

mungkin.

E. Menyekrap

1) Gunakan alat pelindung diri.

2) Siapkan jobsheet, alat, dan bahan yang diperlukan.

3) Bersihkan bagian-bagian mesin skrap dari kotoran maupun beram.

4) Berikanlah pelumas pada bagian-bagian mesin skrap yang

bergerak.

5) Kondisikan mesin skrap sehingga siap untuk dipakai.

6) Pasang benda kerja pada ragum mesin dengan benar dan kuat.

Benda kerja harus tegak lurus dengan pisau skrap. Gunakan

waterpass untuk mengukur kerataan permukaan benda kerja.

7) Pasang pisau skrap.

8) Periksa panjang langkah dengan memutar roda pengecek langkah

menggunakan tangan.

9) Hidupkan saklar utama dan motor penggerak

10) Hubungkan kopling melalui handel “ON’OFF” mesin

11) Perhatikan langkah lengan luncur terhadap pergeseran meja. Meja

harus bergeser pada waktu lengan luncur bergerak kebelakang

12) Besar kelilingnya tiap pergeseran meja dapat diatur dengan

mengubah-mengubah posisi baut pengikat pada roda yang beralur

13) Dengan memutar tuas otomatis / eretan pahat akan bergerak

14) Besar pergeseran tiap langkah, dapat diatur dengan menggeser-

geser otomatis pengatur lanngkah.

15) Tuas gerakan otomatis dilepas, gerakan eretan berhenti

16) Dengan melepas kopling, mesin berhenti.

25

Page 26: Laporan Praktikum Pemesinan

17) Stel panjang langkah dengan cara :

Mengendorkan Mur Penggunci penyetel panjang langkah.

Putar engkol ke kanan untuk menggubah / menambah langkah

dan memutar engkol ke kiri untuk mengurangi langkah.

Setelah penyetelan, mur pengunci dikencangkan kembali.

18) Menyetel posisi langkah dengan cara :

Kendorkan lengan pengunci

Putar engkol, posisi langkah atau bergeser tanpa mengurangi

atau menambah panjang langkah

Kencangkan kembali langkah pengunci.

19) Menyetel feeling besar penggeser meja dengan cara :

Kendorkan baut pengunci

Bila digeser menjadi titik pusat feeling semakin besar

20) Menyetel feeding gerakan eretan alat dengan cara menggeser block

pengatur feeding mendekati lengan penggerak feeding sebaliknya

untuk memperkecil feeding cukup dengan menggeser blok

pengatur feeding menjahui lengan penggerak feeding.

21) Setelah mesin diatur, posisikan pisau skrap pada posisi nol dengan

cara dekatkan ujung pisau skrap sampai menyentuh permukaan

benda kerja.

22) Geser eretan melintang sampai pisau skrap berada di posisi sekitar

10 mm di samping benda kerja.

23) Tentukan kedalaman pemakanan benda kerja, lalu hidupkan mesin

dan gerakkan tuas otomatis. Jangan lupa untuk sesalu memberikan

coolant pada benda kerja selama penyayatan.

24) Hentikan mesin jika pemakanan pertama telah selesai, lalu geser

kembali eretan melintang ke posisi semula dan atur kembali

kedalaman benda kerja yang akan disayat.

25) Lakukan langkah nomor 24 secara berulang sampai ukuran benda

kerja sesuai dengan jobsheet.

26) Jika ukuran sudah sesuai, lepaskan benda kerja dari ragum

menggunakan engkol.

26

Page 27: Laporan Praktikum Pemesinan

27) Pastikan mesin tidak berhubungan lagi dengan arus listrik,

Bersihkan mesin dari kotoran, beram, maupun coolant. Lumasi

bagian-bagian mesin yang bergerak, lalu posisikan bagian-bagian

mesin ke posisi awal.

28) Pasang benda kerja pada ragum, hilangkan bagian-bagian runcing

yang dapat menyebabkan luka pada orang yang menyentuhnya

dengan cara dikikir.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Membubut

A. Membubut Bertingkat

Benda kerja berupa besi silinder dengan panjang 150 mm dan diameter

32 mm dibubut bertingkat dengan ukuran pada tingkatan pertama dengan

panjang 40 mm dan diameter 31 mm, pada tingkatan kedua dengan panjang

30 mm dan diameter 28 mm, serta tingkatan ketiga dengan panjang 30 mm

dan diameter 28 mm.

Namun hasil ukuran membubut bertingkat tidak sesuai dengan

permintaan pada jobsheet. Ada 3 kesalahan, yaitu pada diameter tingkatan

pertama dan ketiga, serta adanya lubang pada tingkatan ketiga yang

disebabkan terlalu banyak pemakanan karena kesalahan dalam memutar

handle eretan melintang.

B. Membubut Alur, Tirus, Ulir, dan Mengkartel

27

Page 28: Laporan Praktikum Pemesinan

Benda kerja berupa besi silinder dengan panjang 150 mm dan diameter

32 mm dibubut bertingkat dengan ukuran tingkatan pertama panjang 70 mm

dan diameter 26 mm, serta tingkatan kedua dengan diameter 20 mm dan

panjang 70 mm. Benda kerja lalu dibubut alur dengan diameter 10 mm dan

panjang 10 mm. Lalu dibubut tirus dengan sudut 110, dan panjang 30 mm

kemudian dibubut ulir dengan diameter 20 mm dan panjang 50 mm.

terakhir, benda kerja dikartel sepanjang 21 mm pada tingkatan pertama.

Namun hasil ukuran pekerjaan ini tidak sesuai dengan permintaan pada

jobsheet. Ada 5 kesalahan, yaitu panjang total benda kerja yang seharusnya

140 mm menjadi 138 mm, diameter dan panjang pada tingkatan kedua, serta

diameter dan panjang benda kerja pada tingkatan pertama.

Gambar 4.1 : Hasil Membubut

4.2. Membuat Roda Gigi

Benda kerja berupa as berbahan plastik dengan diameter awal 82,5 mm dan

tebal 20 mm. Benda kerja lalu dibubut sehingga diameternya menjadi 80 mm.

Lalu difrais menggunakan pisau seri 5 dengan modul 2,5 mm serta piringan

pembagi seri A-1 dengan jumlah lubang 30. Hasil akhirnya adalah roda gigi

berbahan plastik dengan diameter 80 mm, jumlah gigi 30 gigi, dan kedalaman gigi

5,625 mm.

4.3. Mengefrais

Benda kerja berupa balok besi dengan ukuran awal 131 mm X 21,3 mm X

40 mm difrais pada keempat sisinya sehingga ukuran benda kerja menjadi 131

mm X 18 mm X 32 mm.

4.4. Menggerinda

A. Mengasah Pahat Bubut Rata

Benda kerja berupa batangan besi berbentuk balok. Digerinda ujungnya

sehingga membentuk sudut rake sebesar 120-200 pada bidang rake, sudut

28

Page 29: Laporan Praktikum Pemesinan

basis sebesar 80 dan sudut mata pahat utama sebesar 50 serta sudut muka

sebesar 120-200 dan sudut mata potong bantu maksimal 250.

Gambar 4.2 : Hasil Mengasah Pagat Bubut Rata

B. Mengasah Pahat Bubut Ulir

Benda kerja berupa batangan besi berbentuk balok. Digerinda ujungnya

sehingga membentuk segutiga sama kaki dengan ukuran sudut bebas sebesar

80, sudut puncak sebesar 600, sudut muka sebesar 120-200 dan sudut mata

potong bantu maksimal 250.

Gambar 4.3 : Hasil Mengasah Pahat Bubut Ulir

C. Mengasah Mata Bor

Mata bor digerinda dengan mengikuti alur yang telah ada sehingga

ujung mata bor membentuk sudut masing-masing sisi sudut iris mata bor

hingga membentuk sudut 1180.

4.5. Menyekrap

Benda kerja berupa balok besi dengan ukuran awal 131 mm X 21,3 mm X

40 mm difrais pada keempat sisinya sehingga ukuran benda kerja menjadi 131

mm X 18 mm X 32 mm.

29

Page 30: Laporan Praktikum Pemesinan

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Semua teknisi yang bekerja pada bengkel kerja mesin harus dapat

menggunakan semua peralatan yang ada di bengkel baik berupa perkakas mesin

maupun perkakas tangan. Hal ini penting karena masing-masing perkakas

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada dasarnya manusia dapat bekerja

dengan mudah, aman dan dapat menghasilkan benda kerja yang baik.

Selain ketrampilan dalam menggunakan peralatan tangan, orang-orang yang

bergerak pada bidang teknik akan selalu berhubungan dengan bidang pengukuran.

Pada praktik pemesinan, peralatan ukur yang digunakan harus benar-benar presisi.

Guna menghasilkan pengukuran yang presisi, maka peralatan ukur, cara

memegang alat ukur, dan cara melakukan pengukuran harus benar-benar

diketahui secara baik. Di samping itu para pekerja di dalam bengkel kerja mesin

30

Page 31: Laporan Praktikum Pemesinan

harus mengetahui dan mampu mengaplikasikan penggunaan alat pelindung diri

serta prosedur bekerja dan sikap di dalam bengkel yang sesuai dengan Standar

Operasional (SOP) sehingga praktik tidak membahayakan keselamatan diri sendiri

maupun pratikan/orang lain.

Penggunaan alat kerja, alat ukur, serta mesin inilah yang

diaplikasikan dalam praktik pemesinan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jobsheet yang diberikan

oleh dosen pembimbing. Karena praktikum pemesinan

merupakan pekerjaan yang harus dikuasai dalam mengerjakan

benda kerja bagi seseorang yang berkecimpung dalam bidang

teknik mesin, maka praktik pemesinan sangat dibutuhkan untuk

melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja serta

mesin yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda

kerja yang memiliki standar tertentu sesuai dengan lembar kerja

yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai jika mahasiswa

melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan

tata cara pengerjaan praktik pemesinan.

5.2. Saran

Saran yang ditujukan kepada pengelola sebagai berikut :

Sebagai bengkel yang berada di lingkungan akademik, Bengkel Pemesinan

Universitas Negeri Malang tentu harus memiliki sarana dan prasarana yang sesuai

standar kelayakan bengkel. Di Bengkel Pemesinan Universitas Negeri Malang ini

terdapat 14 unit mesin bubut, namun yang dapat dioperasikan hanya 7 unit. Mesin

skrap berjumlah 2 unit, namun yang dapat digunakan hanya 1 unit. Mesin frais

ada 3 unit, namun 1 unit dalam kondisu rusak. Sedangkan mesin gerinda ada 2

unit dan keduanya dapat berfungsi dengan baik. Maka mesin yang seperti itu

harus mendapat perlakuan khusus, seperti perbaikan atau jika perlu dilakukan

penambahan atau penggantian dengan mesin yang baru. Karena kurangnya jumlah

31

Page 32: Laporan Praktikum Pemesinan

mesin dapat mengurangi keefektifan pembelajan serta keefektifan waktu dalam

menyelesaikan benda kerja sesuai jobsheet.

Selain itu penataan penyimpanan peralatan dan bahan di bengkel ini juga

kurang baik. Masih ada beberapa alat dan bahan yang berserakan atau tidak tertata

rapi. Beberapa sarana dan prasarana juga mengalami kerusakan, Sehingga proses

belajar mengajar dan praktik di Bengkel Pemesinan Universitas Negeri Malang

dapat terlaksana dengan efektif dan efisien serta mampu menghasilkan peserta

didik yang berkompeten di bidangnya.

Selain saran yang ditujukan pada pengelola, saran yang ditujukan kepada

mahasiwa antara lain :

1. Dalam praktik pemesinan para mahasiwa harus lebih bertanggung jawab

dalam penggunaan alat alat kerja.

2. Perlunya ketelitian dan kehati-hatian dalam melaksanakan praktik

pemesinan sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan.

3. Perlunya kedisiplinan dalam melaksanakan piket.

4. Mahasiswa harus menjaga kebersihan lingkungan kerja.

5. Demi keamanan praktik mahasiswa diharapkan menerapkan prinsip K3.

DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar, dkk. 2008. Teknik Pembentukan Plat Jilid 2 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumbodo, W., dkk. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri untuk SMK Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang : Universitas Negeri Malang.

32

Page 33: Laporan Praktikum Pemesinan

Widarto, dkk. 2008. Teknik Pemesinan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

33