BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekayaan alam tumbuhan di Indonesia meliputi 30.000 jenis
tumbuhan dari total 40.000 jenis tumbuhan di dunia, 940 jenis
diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat (jumlah ini
merupakan 90% dari jumlah tumbuhan obat di Asia). Kekayaaan alam di
Indonesia sangat melimpah baik itu bahan hayati maupun non hayati.
Bahan-bahan hayati telah digunakan oleh manusia untuk memenuhi
berbagai keperluan hidup. Indonesia yang beriklim tropis memiliki
sumber daya alam hayati yang sangat beraneka ragam yang memproduksi
beraneka ragam senyawa kimia karbon alami. Misalnya saja tanaman
kelengkeng (Nephelium longan) daun bayam merah (Alternanthera
amoena voss).
Tanaman kelengkeng khususnya pada bagian biji mengandung
senyaw-senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid,
tanin dan saponin. Biji kelengkeng memiliki aktivitas antioksidan
yang sangat baik yang ditandai dengan nilai IC50 pada penelitian
sebelumnya sebesar 11,01 ppm. Oleh sebab itu, pada penelitian ini
dilakukan pembuatan produk lotion antioksidan dari ekstrak biji
kelengkeng dan membandingkannya dengan produk lotion dari ekstrak
daun bayam merah.
Bayam merah telah dikenal sebagai salah satu sayuran bergizi
tinggi yang banyak mengandung protein, vitamin A, vitamin C dan
garam-garam mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Bayam merah
merupakan salah satu spesies dari Genus Amaranthus, yang termasuk
dalam famili Amaranthaceae. Pada bagian daun bayam merah terdapat
pigmen betasianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan
antioksidan.1.2Tujuan Penelitian
a. Mengekstraksi senyawa bahan alam pada biji kelengkeng dan
daun bayam merah.
b.Membuat produk lotion dari ekstrak biji kelengkeng dan daun
bayam merah.
c.Menguji dan membandingkan aktivitas antioksidan pada lotion
ekstrak biji kelengkeng dan daun bayam merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut
organik yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar
sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik. Selain itu ekstraksi senyawa akan
sempurna karena dapat diatur waktu perendaman yang dilakukan.
Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas
yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam
pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut
yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik
bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder. Kelemahan isolasi dengan maserasi adalah waktu pengerjaan
lama dan penyarian kurang sempurna.
2.2Rotary Evaporasi
Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri
kimia untuk memekatkan suatu larutan. Rotary evaporator adalah
instrumen yang menggunakan prinsip destilasi (pemisahan). Prinsip
utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan tekanan pada labu
alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar
pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Instrumen
ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat.
Pada instrumen ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik
pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang digunakan dalam rotary
vakum evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya tapi
dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu
alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik itulah,
sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa yang larut dalam
pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan dengan
pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang
terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.
2.3Metanol
Metanol juga dikenal sebagaimetil alkohol,wood
alcoholatauspiritus, adalahsenyawa kimia denganrumus kimiaCH3OH. Ia
merupakan bentukalkohol(ROR) paling sederhana. Pada keadaan
atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak
berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan bau yang khas. Ia
digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar
dan sebagai bahan aditif bagi etanol industri. Metanol (CH3OH)
diproduksi secara alami oleh metabolismeanaerobikolehbakteri. Hasil
proses tersebut adalah uap metanol (CH3OH) dalam jumlah kecil di
udara. Setelah beberapa hari, uap metanol (CH3OH)tersebut
akanteroksidasiolehoksigen(O2) dengan bantuan
sinarmataharimenjadikarbon dioksida (CO2) danair(H2O). Metanol
(CH3OH)digunakan secara terbatas dalammesin pembakaran
dalamdikarenakan metanol (CH3OH)tidak mudah terbakar dibandingkan
denganbensin. Metanol (CH3OH)juga digunakan sebagai campuran utama
untuk bahan bakarmodel radio kontrol,jalur kontroldan pesawat
model.
2.4LotionMenurut Farmakope Indonesia Edisi IV, definisi lotion
adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan
sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk
halus dengan ditambah bahan pensuspensi yang cocok, emulsi tipe o/w
dengan surfaktan yang cocok. Pelembab tubuh (moisturizer) umumnya
dibuat dengan karakteristik tersendiri sehingga memiliki kombinasi
air, tipe minyak, dan emolien (pengencer) yang berbeda satu sama
lainnya. Secara garis besar, ada tiga jenis pelembab tubuh :
a. Body Lotion.
Body Lotion mempunyai konsistensi paling encer dibandingkan
dengan pelembab lainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalu
greasy (berminyak) saat digunakan dan dapat menyerap dengan cepat
saat dioleskan di kulit. Lotion merupakan pilihan paling tepat jika
membutuhkan pelembab yang ringan atau bila digunakan untuk seluruh
tubuh. Karena bentuknya ringan dan tidak meninggalkan residu,
lotion bisa digunakan di pagi hari tanpa perlu khawatir bisa
menempel di pakaian dan juga digunakan jika tinggal di iklim yang
lembab atau ketika cuaca mulai panas.
b. Body Cream.
Body Cream bentuknya lebih pekat dibanding lotion dan mengandung
lebih banyak minyak pelembab. Krim tubuh (body cream) ini paling
baik digunakan di kulit yang kering, seperti lengan dan kaki, yang
tak memiliki banyak kelenjar minyak.
c. Body Butter.
Body Butter memiliki proporsi minyak paling tinggi, sehingga
sangat kental dan mirip margarin atau mentega. Biasanya body butter
memiliki kandungan shea butter, cocoa butter, dan coconut butter.
Bentuk pelembab seperti ini bisa jadi sangat berminyak dan sulit
dioleskan, maka akan sangat baik jika dioleskan di daerah yang amat
kering dan cenderung pecah misalnya sikut, lutut, dan tumit.
2.5Asam Stearat
Nama lain asam stearat adalah asam setilasetat, crodacid, E570,
pristerene, asam stereofanat, tegostearic. Nama kimia asam stearat
adalah asam oktadekanat. Asam stearat memiliki rumus empiris
C18H36O2 dan bobot molekul 284,47. Fungsi asam strearat sebagai
pengemulsi, bahan pelarut, dan lubrikan pada tablet dan kapsul.
Senyawa ini digunakan secara luas dalam sediaan farmasi oral dan
topikal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pengemulsi dan
pelarut dalam sediaaan topikal. Penggunaan asam stearat antara
1-20% pada salep dan krim. Asam sterat memiliki konsentrasi keras,
berwarna putih atau sedikit kuning, agak mengkilap berupa kristal
padat atau serbuk putih atau kekuningan, sedikit berbau dan berasa
seperti lemak. Titik leburnya 540C. Kelarutan asam stearat, larut
bebas dalam : benzena, kloroform, karbon tertaklorida, dan eter,
larut dalam : etanol (95%), heksan, propilen glikol, praktis tidak
larut dalam air. Asam stearat merupakan materi stabil yang dapat
disimpan dalam wadah tertutup baik padatempat kering dan
tertutup.
2.6Gliserin
Nama kimia gliserin adalah propana-1,2,3-triol. Gliserin
memiliki rumus molekul C3H8O3 dan bobot molekul 92,09. Gliserin
berfungsi sebagai bahan pengawet, anti mikroba, emolien, humektan,
pelarut, pemanis dan plasticizer. Gliserin digunakan secara luas
dalam sedian farmasi oral, topikal dan parenteral. Gliserin
digunakan sebagai humektan dan emolien dalam formulasi sedian
topical dan kosmetik. Gliserin digunakan sebagai pelarut pada
sediaan parenteral. Gliserin jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
kental, cairan higroskopis, memiliki rasa manis. Gliserin murni
cenderung tidak teroksidasi oleh udara pada kondisi penyimpanan
biasa, tetapi gliserin terdekomposisi oleh pemanasan. Pencampuran
gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol dapat
menyebabkan kestabilan kimia karena bersifat sebagai surfaktan yang
bias menyatukan antara minyak dan air. Senyawa ini sebaiknya
disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat dingin dan kering.
2.7Setil alkohol
Nama kimia setil alkohol adalah heksadeksan-1-ol. Setil alcohol
mempunyai rumus empiris C16H34O dan bobot molekul 242,22. Nama
sinonim setil alkohol antara lain ; Crodocol C95; ethal; ethol;
heksadekanol; n-heksadesil alkohol; palmitil alkohol. Senyawa ini
digunakan secara luas dalam kosmetik dan sedian farmasi. Digunakan
sebagai emolien, penyerap air dan bahan pengemulsi dalam lotion,
krim dan salep. Selain itu dapat meningkatkan stabilitas, tekstur,
dan konsistensi. Setil alkohol sebagai emolien memiliki
kecenderungan untuk terabsorbsi dan mempertahankan keberadaannya
pada epidermis, sehingga memberikan efek yang melicinkan dan
melembutkan kulit. Setil alkohol sebagai emolien dan bahan
pengemulsi digunakan pada konsentrasi 2-5%, sebagai bahan pengental
digunakan pada konsentrasi 2-10%, dan sebagai pengabsorbsi air
digunakan pada konsentrasi 5% (Unvala, 2005) Konsentrasi setil
alkohol seperti lilin; berupa serpihan putih, granul, kubus, atau
potongan-potongan. Senyawa ini sedikit berbau dan berasa lemak dan
memiliki kelarutan yang baik dalam etanol 95% dan eter, kelarutan
semakin meningkat seiring dengan kenaikan suhu, serta praktis tidak
larut dalam air. Setil alkohol larut ketika dilelehkan bersama
dengan lemak, parafin padat, parafin cair dan isoprofil miristat.
Titik leburnya antara 45-520C dan stabil dalam asam, basa, cahaya
dan udara. Penyimpanannya dapat ditempatkan dalam wadah tertutup
baik pada tempat dingin dan kering.
2.8Trietanolamin
Nama kimia trietanolamin adalah 2,2,2-Nitrilotriethanol.
Memiliki rumus empiris C6H15O3 dengan berat molekul 149,19.
Trietanolamin digunakan sebagai alkalizing dan emulsifying. Senyawa
ini dapat digunakan secara luas dalam sediaan topikal sebagai
pembentuk emulsi ketika dicampurkan asam lemak, seperti asam
stearat atau asam oleat dan dapat membentuk sabun anionik dengan pH
8, yang dapat digunakan sebagai emulsifying agent untuk membentuk
emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang digunakan
untuk emulsifikasi adalah 2-4% (Goskonda dan Lee, 2005).
Trietanolamin merupakan cairan kental, jernih, tidak berwarna
hingga kuning pucat dan sedikit berbau ammonia. Senyawa ini dapat
berubah warna menjadi coklat apabila terpapar udara dan cahaya.
Selain itu juga memiliki kecenderungan untuk memisah dibawa suhu
150C. Homogenitasnya dapat diperoleh kembali dengan pemanasan dan
pencampuran sebelum digunakan. Senyawa ini sebaiknya disimpan dalam
wadah kedap udara, terlindungi cahaya, dingin, dan kering.
2.9Metilparaben
Metilparaben mempunyai nama kimia 4-hidroksibenzoat. Sinonim
dari metilparaben adalah : E218; metal ester asam
4-hidroksibenzoat; Nipagin M; Uniphen P-23; metal
p-hidroksibenzoat. Rumus empirisnya adalah C8H8O3 dan bobot molekul
152,15. Senyawa ini digunakan secara luas sebagai bahan pengawet
antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan sedian farmasi.
Penggunaan metilparaben dalam sedian topikal sebanyak 0,02-0,3 %.
Metilparaben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk seperti
Kristal berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan
mempunyai rasa seperti membakar. Titik leburnya antara 125-1280C
dan kelarutannya pada suhu 250C sebagai berikut : 1 bagian
metilparaben larut dalam: 4 bagian etanol; 10 bagian eter; 60
bagian gliserin; 5 bagian propilen glikol; 400 bagian air; dan 30
bagian air; serta praktis tidak larut dalam minyak mineral.
Metilparaben dapat disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat
yang kering dan dingin.
3.0Aquades
Aquades adalah air murni yang dapat diperoleh dengan cara
penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau dengan cara
yang sesuai. Air murni lebih bebas kotoran maupun mikroba. Air
murni digunakan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan air
terkecuali untuk parenteral, akuades tidak dapat digunakan.
3.1Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari
bulatanbulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa
yang tidak bercampur. Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat
bercampur satu dengan yang lainnya, dimana yang satu hidrofil
sedangkan yang lain menunjukkan karakter lipofil. Fase hidrofil
umumnya adalah air atau suatu cairan yang bercampur dengan air,
sedangkan sebagai fase lipofil umumnya berupa suatu minyak mineral
atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak lemak, parafin, vaselin,
lemak coklat atau malam bulu domba) atau juga bahan pelarut
lipofil, seperti kloroform, benzena, dan sebagainya.
Terdapat dua tipe emulsi :
a) Emulsi o/w yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan
fase luar air. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau
ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air.
b) Emulsi w/o yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam air dan
fase luar minyak. Penggunaan emulsi untuk pemakaian dalam meliputi
per oral atau pada injeksi intravena, sedangkan untuk penggunaan
luar meliputi lotion, krim, dan salap.
3.2Antioksidan
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan
sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak
berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom
atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul
disekitarnya untuk memperoleh pasangan electron. Reaksi ini
berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak berhenti akan
menimbulkan penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan
dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Kerusakan oksidatif atau
kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat
diatasi oleh antioksidan endogen. Namun jika senyawa radikal bebas
terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan
proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan
dari luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang
terbentuk. 2,2-Difenyl-1-Pikrylhydrazyl (DPPH) adalah suatu radikal
stabil yang mengandung nitrogen organik, berwarna ungu gelap dengan
absorbansi yang kuat pada maks 517 nm. Elektron atau radikal
hidrogen akan diterima oleh senyawa ini dan membentuk molekul
diamagnet yang stabil. Karakter radikal bebas dari DPPH akan
dinetralkan oleh interaksi antioksidan dengan DPPH yang baik secara
transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH. Setelah bereaksi
dengan antioksidan warna larutan akan berkurang dari ungu gelap dan
berubah menjadi kuning terang. Perubahan warna ini dapat diukur
secara spektrofotometri Struktur dari DPPH dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Struktur 2,2-Difenyl-1-Pikrylhydrazyl (DPPH)
Suatu antioksidan mampu mendonasikan satu atau lebih elektron
kepada senyawa peroksidan dan mengubahnya menjadi senyawa yang
lebih stabil. Laju oksidasi dapat dihambat oleh antioksidan bila
bereaksi dengan radikal bebas. Senyawa antioksidan merupakan
inhibitor penghambat oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan
adalah bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal
bebas tidak reaktif yang relatif stabil. Antioksidan menstabilkan
radikal bebas dengan cara melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai
dari pembentukan radikal bebas. Tubuh manusia secara alami telah
dilengkapi pertahanan antioksidan dengan enzim-enzim seperti
(superoksida dismutase (SOD) dan glutation S-transferase), molekul
besar (albumin, seruloplasmin, ferritin, dan protein lain) dan
beberapa hormon (estrogen, angiotensin, melatonin). Pada umumnya
sistem pertahanan tubuh secara internal terhadap radikal bebas
tersebut dibagi dalam 3 golongan menurut mekanisme dalam
menginativasi radikal bebas, antara lain :
a) Antioksidan primer, yaitu antioksidan yang dapat menghalangi
pembentukan radikal bebas baru. Contoh golongan ini adalah
superoksida dismutase (SOD) dan katalase.
b) Antioksidan sekunder atau penangkap radikal (radical
scavenger), yaitu antioksidan yang dapat menekan terjadinya reaksi
rantai, pada awal pembentukan rantai maupun pada fase
propagasi.
c) Antioksidan tersier, yaitu antioksidan yang memperbaiki
kerusakan kerusakan yang telah terjadi. Namun demikian, antioksidan
tersebut belum dapat sepenuhnya mencegah kerusakan sel. Tubuh masih
memerlukan antioksidan dari luar seperti asupan makanan yang banyak
mengandung vitamin C, vitamin E dan -karoten serta senyawa
fenolik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat gelas,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, timbangan analitik, vortex,
kuvet, dan spektrofotometer UV-Vis.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah setil alcohol,
white oil, asam stearat, gliserin, trietanolamin, metil paraben,
oleum jasmine, methanol, DPPH 0.002%, ekstrak biji kelengkeng,
ekstrak daun bayam dan aquadest.
3.2Prosedur Kerja
3.2.1
Ekstraksi Biji Kelengkeng dan Daun Bayam Merah
Sampel tanaman biji kelengkeng yang sudah kering dan halus,
ditimbang sebanyak 150 gram. Setelah itu dimaserasi dengan pelarut
methanol dan didiamkan selama 3x24 jam. Hasil maserasi sampel
kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil cairan penyaringan
(2/3 volume ekstrak) dipekatkan dengan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak yang kental (T = 40 - 650C). Dilakukan perlakuan
yang sama untuk pembuatan ekstrak daun bayam merah.
3.2.2
Pembuatan Lotion Ekstrak Biji Kelengkeng dan Daun Bayam
Merah
Sampel tanaman biji kelengkeng yang sudah kering dan halus,
ditimbang sebanyak 150 gram. Setelah itu dimaserasi dengan pelarut
methanol dan didiamkan selama 3x24 jam. Hasil maserasi sampel
kemudian disaring dengan kertas saring. Hasil cairan penyaringan
(2/3 volume ekstrak) dipekatkan dengan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak yang kental (T = 40 - 650C). Dilakukan perlakuan
yang sama untuk pembuatan ekstrak daun bayam merah.
3.2.3Uji Antioksidan Pada Lotion Ekstrak Biji Kelengkeng
Lotion ekstrak biji kelengkeng hasil pemekatan ditimbang
sebanyak 0.2 gram dan dilarutkan dalam 10 ml metanol (2000 ppm).
Larutan sampel dibuat berbagai konsentrasi (125 ppm, 250 ppm, 500
ppm, dan 1000 ppm). Masing-masing larutan sampel dipipet sebanyak 2
ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, setelah itu ditambahkan 2
ml DPPH 0,002% (dilakukan dalam ruang gelap). Larutan sampel
dihomogenkan menggunakan vortex dan diinkubasi pada suhu 25 selama
30 menit, lalu diukur dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang DPPH = 516.9 nm. Nilai persentase inhibisi yang diwakili
oleh IC50 dihitung dengan menggunakan rumus:
Persen inhibisi = Dari nilai persen inhibisi sebagai ordinat (y)
dan konsentrasi ekstrak sebagai absis (x).
3.2.4Uji Antioksidan Pada Lotion Ekstrak Daun Bayam Merah
Lotion ekstrak daun bayam merah hasil pemekatan ditimbang
sebanyak 3.2 gram dan dilarutkan dalam 10 ml metanol (32000 ppm).
Larutan sampel dibuat berbagai konsentrasi (2000 ppm, 4000 ppm,
8000 ppm, dan 16000 ppm). Masing-masing larutan sampel dipipet
sebanyak 2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, setelah itu
ditambahkan 2 ml DPPH 0,002% (dilakukan dalam ruang gelap). Larutan
sampel dihomogenkan menggunakan vortex dan diinkubasi pada suhu 25
selama 30 menit, lalu diukur dengan spektrofotometer UV-Vis dengan
panjang gelombang DPPH = 516.9 nm. Nilai persentase inhibisi yang
diwakili oleh IC50 dihitung dengan menggunakan rumus:
Persen inhibisi = Dari nilai persen inhibisi sebagai ordinat (y)
dan konsentrasi ekstrak sebagai absis (x).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Ekstraksi Biji Kelengkeng dan Daun Bayam Merah
Pada penelitian ini, sebelumnya dilakukan ekstraksi senyawa
bahan alam terlebih dahulu dengan menggunakan teknik maserasi,
yaitu suatu teknik ekstraksi dingin dengan cara merendam sampel
bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pada percobaan
ini digunakan sampel bahan alam berupa biji kelengkeng dan daun
bayam merah, karena menurut teori di dalam bahan alam tersebut
terkandung metabolit sekunder. Hal yang pertama dilakukan
adalahmemotong kecil sampel biji kelengkeng dan daun bayam merah,
fungsi dari pemotongan secara kecil agar metabolit sekunder dapat
keluar dari sampel kemudian dijemur. Setelah itu merendam
masing-masing sampel yang telah dikeringkan dengan menggunakan
pelarut methanol (CH3OH), pada penelitian ini digunakan pelarut
metanol (CH3OH) karena pelarut metanol (CH3OH) adalah pelarut yang
paling sempurna dalam melarutkan metabolit sekunder yang ada pada
masing-masing sampel bahan alam tersebut.
Kemudian masing-masing sampel tersebut direndam selama 1x24 jam,
fungsi dari perendaman sampel tersebut agar semua senyawa metabolit
sekunder dapat larut dalam pelarut methanol (CH3OH) yang digunakan.
Selanjutnya menyaring hasil rendaman sampel tersebut dengan
menggunakan kertas saring agar endapan yang ada pada masing-masing
sampel tidak ikut ke dalam ekstrak cair yang disaring. Setelah
didapatkan masing-masing ekstrak yang cair maka dilanjutkan dengan
evaporasi yang berfungsi untuk menguapkan, sehingga akan terpisah
antara pelarut metanol yang digunakan dengan masing-masing ekstrak
kental yang diperoleh, yaitu ekstrak biji kelengkeng dan ekstrak
daun bayam merah.
4.2Pembuatan Lotion Ekstrak Biji Kelengkeng dan Daun Bayam
MerahDalam pembuatan lotion ini, dibedakan menjadi beaker glass
bagian A dan bagian B, untuk membedakan atau memisahkan fase air
dan fase minyak dan juga terdapat emulsifier. Pada beaker glass
bagian A adalah fase minyak dan bagian B adalah fase air. Fase air
dibentuk oleh air dan bahan-bahan hidrofilik lain dalam sebuah
system. Fase air dapat menghemat biaya karena harganya murah. Air
merupakan komponen yang paling penting dalam pembuatan krim danskin
lotion. Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak
berbahaya dibanding bahan baku lainnya, tetapi sir memiliki sifat
korosif. Air yang digunakan dalam produk kosmetik harus dimurnikan
terlebih dahulu. Setil alkohol adalah emollient yaitu zat yang
mampu melunakkan kulit, yang paling baik dan juga bisa berfungsi
sebagai bahan pengental dengan komposisi berkisar 1-3% pada
formulasi produk. Trietanolamin tidak langsung dimasukkan ke dalam
fase minyak tetapi dimasukkan kedalam aquades panas, karena
Trietanolamin larut dalam aquades panas. Trietanolamin dan asam
stearate sebagai emulsifier yang berfungsi sebagai penstabil
koloid, untuk menjaga agar butir-butir minyak tetap terdispersi
dalam air. Asam sterat dalam pembuatan lotion ini dapat digunakan
dalam formulasi sesuai dengan sifatnya yang dapat menghasilkan
kilauan yang khas pada produk lotion.
Ditambahkan metil paraben berfungsi sebagai pengawet dalam
lotion (antibakteri dan antimikroba). Terdapat fase humektan,
humektan merupakan zat yang melindungi emulsi dari pengeringan.
Humektan ditambahkan pada produklotionterutama pada produk dengan
menggunakan tipe emulsi minyak dalam air (o/w) untuk mengurangi
kekeringan ketika produk disimpan dalam suhu ruang. Gliserin
merupakan humektan yang paling baik digunakan dalam
pembuatanlotion. Penggunaan gliserin akan menghasilkanlotiondengan
karakteristikskin lotionyang terbaik dengan komposisi dalam formula
berkisar 3-10%. Gliserin berfungsi sebagai penarik, penahan dan
penyimpan air, dan penyuplai sumber air pada celah
lapisancornifieddi permukaan kulit. Penambahan oleum jasmine atau
minyak parfum yang digunakan spesifik dalam hal jenis, dosis
pemakaian, dan persyaratan lainnya terutama yang berkaitan dengan
pengaruh iritasi dan sesnsitifitas terhadap kulit, serta
hubungannya dalam formula kosmetik. Jumlah parfum yang ditambkan
harus serendah mungkin, yaitu berkisar 0.1% - 0.5%. Pada proses
pembuatanlotion, pewangi dicampurkan ke dalamlotionpada suhu 35oC
agar tidak merusak emulsi yang telah terbentuk. Lotion dapat
betahan lama karena factor kemasan (packing) dan cara pembuatan
lotion yang menggunakan alat-alat yang steril.
4.3Uji Aktivitas Antioksidan Lotion Ekstrak Biji Kelengkeng dan
Daun Bayam Merah
Setelah pembuatan lotion ekstrak biji kelengkeng dan lotion
ekstrak daun bayam merah. Masing- masing lotion diuji aktivitas
antioksidannya menggunakan metode DPPH 0.002%. Tujuan metode ini
adalah mengetahui parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan
50% efek aktivitas antioksidan (IC50). Antioksidan merupakan
senyawa yang dapat menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan
radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang
relatif stabil. Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan sumber
antioksidan alami yang biasanya terdapat dalam tumbuhan. Adanya
kandungan flavonoid kulit dan biji kelengkeng tersebut mendorong
untuk melakukan pengujian aktivitas antioksidan sehingga dapat
digunakan sebagai antioksidan alami.
Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dilakukan
berdasarkan kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas
dengan mendonorkan atom hidrogen kepada DPPH. Reaksi DPPH dengan
antioksidan akan menetralkan radikal bebas dari DPPH dan membentuk
DPPH tereduksi.
Gambar 1. Reaksi Antioksidan dengan DPPH
Pengujian antioksidan ini dengan mereaksikan sampel lotion
ekstrak biji kelengkeng dan lotion ekstrak daun bayam merah dengan
DPPH kemudian diuji menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Namun
sebelumnya dilakukan screening lamda maksimum terhadap blanko dan
didapatkan lamda maks sebesar 516.88 nm dengan absorbansi sebesar
0.25, sehingga pengukuran sampel lotion ekstrak biji kelengkeng dan
lotion ekstrak daun bayam merah pun dilakukan pada lamda 516.88
nm.
Grafik 1. Pengukuran maks dan Absorbansi Blanko
Tabel 1. Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan DPPH
0.002%SAMPELC (/ml)
(x)Absorbansi BlankoAbsorbansi Sampel%inhibisi (y)IC50
LOTION BIJI KELENGKENG1250.250.21016869.9
2500.18824.8
5000.15737.2
10000.09960.4
20000.01992.4
LOTION DAUN BAYAM MERAH20000.250.1802814520.62
40000.17928.4
80000.14641.6
160000.09263.2
320000.06374.8
Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif
untuk pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak
tanaman. Sebelum melakukan serapan terlebih dahulu dibuat larutan
standar. Pada sampel lotion ekstrak biji kelengkeng dibuat larutan
standar 125 ; 250 ; 500 ; 1000 dan 2000 ppm dan pada sampel lotion
ekstrak daun bayam merah dibuat larutan standar 2000 ; 4000 ; 8000
; 16000 dan 32000 ppm. Setelah itu diberi DPPH 0.002% dan
diinkubasi selama 30 menit agar terjadi reaksi antara DPPH dengan
sampel masing-masing lotion tersebut. Saat inkubasi, terjadi reaksi
molekul Difenil Pikril Hidrazil dengan atom hidrogen yang
dileapaskam satu molekul komponen sampel sehingga terbentuk Difenil
Pikril Hidrazin yang lebih stabil yang menghasilkan poerubahan
warna dari ungu menjadi kuning.
Grafik 2 Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Pada Biji
Kelengkeng
Grafik 3 Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Pada Daun Bayam
Merah
Pada tabel 1 dan grafik 2 dan 3 dapat dilihat bahwa lotion
ekstrak biji kelengkeng dan lotion ekstrak daun bayam merah
memiliki kandungan antioksidan, terlihat dari persentase inhibisi
yang berbanding lurus dengan penambahan ppm. Semakin besar
persentase inhibisi berarti semakin besar kemampuan kandungan dalam
lotion masing-masing ekstrak untuk menghambat proses oksidasi yang
dilakukan radikal bebas. Ditentukan persamaan regresi dan dari
persamaan dan ditentukan nilai IC50 pada lotion ekstrak biji
kelengkeng sebesar 869.9 ppm dan pada lotion ekstrak daun bayam
merah sebesar 14520.62 ppm. Tingkat kekuatan antioksidan senyawa
uji menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilaiIC50.
IC50adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu
menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai
IC50berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan, seperti pada
tabel berikut:
Table 2 Hubungan Intensitas dan NilaiIC50
Berdasarkan tabel 2 tersebut bahwa pada lotion ekstrak biji
kelengkeng memiliki aktivitas antioksidan dengan nilaiIC50 sebesar
869.9 ppm dan pada lotion ekstrak daun bayam merah memiliki
aktivitas antioksidan dengan nilaiIC50 sebesar 14520.62 ppm
tergolong kedalam intensitas aktivitas antioksidan yang lemah.
Tetapi jika dibandingkan pada lotion ekstrak biji kelengkeng
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik yaitu memiliki
nilaiIC50 sebesar 869.9 ppm yang nilainya lebih rendah dibandingkan
pada lotion ekstrak daun bayam merah yaitu memiliki nilaiIC50
sebesar 14520.62 ppm, karena semakin kecil nilaiIC50 maka
menandakan aktivitas antioksidan dalam suatu sampel lebih besar.
Dengan adanya antioksidan dalam suatu lotion dapat menangkal
radikal bebas dari ultraviolet A dan ultraviolet B dan melindungi
kulit dari sinar matahari, membantu memperbaiki kerusakan kulit dan
sebagai pelembab.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Biji kelengkeng dan daun bayam merah dapat diekstraksi dengan
cara maserasi, yang dilanjutkan dengan proses pemekatan.
2. Pada pembuatan lotion dibedakan menjadi beaker glass bagian A
dan bagian B yang bertujuan untuk membedakan atau memisahkan fase
air dan fase minyak dan juga terdapat emulsifier. Pada beaker glass
bagian A adalah fase minyak dan bagian B adalah fase air.
3. Nilai IC50 pada lotion ekstrak biji kelengkeng sebesar 869.9
ppm sedangkan pada lotion ekstrak bayam merah sebesar 14520.62
ppm.
LAMPIRAN
Perhitungan
%inhibisi = A. Lotion Ekstrak Biji Kelengkeng
1. 125 ppm
%inhibisi = %
= 16%
2. 250 ppm %inhibisi = %
= 24.8%
3. 500 ppm%inhibisi= %
= 37.2%
4. 1000 ppm%inhibisi = %
= 60.4%
5. 2000 ppm%inhibisi = %
= 92.4%
r2 = 0.985r = 0.99
y
= 0.0401 x + 15.117
50 = 0.0401x + 15.117
x= 869.9 ppm
B.Lotion Ekstrak Daun Batam Merah
1.2000 ppm
%inhibisi= %
= 28%
2.4000 ppm
%inhibisi= %
= 28.4%
3.8000 ppm
%inhibisi= %
= 41.6%
4.16000 ppm
%inhibisi= %
= 63.2%
5. 36000 ppm
%inhibisi= %
= 74.8%
r2 = 0.9125r = 0.95
y = 0.0016x + 26.767
50= 0.0016x + 26.767
x= 14520.62 ppm
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen D.High Yield Organic Chemistry, terj. Hadian
Kotong.Intisari Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates. 1996
Day, R.A dan A.L. Underwood,Emory University, terj. Aloysius
Hadyana Pudjaatmaka. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
1986
Evaporasi.http: //Wikipedia.org.24 Desember 2012.
Ilyas,Asriani dan Wahyuni.Penuntun Praktikum Kimia
Organik.Makassar: UIN Alauddin, 2012.
Jahe.http: //Wikipedia.org.24 Desember 2012
Khopkar, S.M.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI-Press.
1990
Metanol.http: //Wikipedia.org.24 Desember 2012.
Nohong dan Hadijah Sabarwati.Isolasi Metabolit Sekunder dari
Kulit Batang Kembang Sepatu.Jurnal Kimia Indonesia. 2006, .
http://www.040716/JKI/amar makruf (24 Desemeber 2012)
Sitorus, Marham.Kimia Organik Umum.Yogyakarta: Graha Ilmu.
2010
Oktariana E. W. 2008 . Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga) dengan Metode DPPH
(1.1-difenil-2-pikrihidrazil).
Purwono B.. 2008. Terapan Analisis Hansch untuk Aktivitas
Antioksidan Senyawa Turunan Flavon/Flavonol . Laboratorium Kimia
Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA UGM Jogjakarta
Arie, S. 2008. Radikal Bebas, Laporan Penelitian. Ilmu Kesehatan
Anak. Surabaya : Fakultas Kedokteran UNAIR
Djamil R, Amelia T. 2009. Penapisan Fitokimia, Uji BSLT dan Uji
Antioksidan Ekstrak Metanol Beberapa Spesies Papilionacene. Jurnal
Ilu Kefarmasian Indonesia. 7 (2) : 65 - 71
Fatimah, Cut Zahrah dkk. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Flavonoid dari Daun Keruk. Sumatera : Departemen Kimia
FMIPA-USU
Ismarti. 2011. Isolasi Triterpenoid dan Uji Antioksidan dari
Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Meranti Merah (Shorea Singkawang).
Artikel. Program Studi Kimia Pascasarjana Universitas Andalas
Oktarina, G. W. 2008. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Rimpang Lengkuas Merah dengan Metode DPPH.
Tahir, I., Wijaya, K, & Widyaningsih, D. 2003. Terapan
Analisis Hansch untuk Aktivitas Antioksidan Senyawa Turunan
Flavon/Flavonol. Seminar on Chemometrics. Yogyakarta : Departemen
Kimia Universitas Gadjah Mada.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius
1