Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN PERIKANAN LAUT PEMBENIHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Oleh Nama : Dina Septalia Lestari NIM : B0A012003 Kelompok : 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
25

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Feb 20, 2023

Download

Documents

Kharis Mustofa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN PERIKANAN LAUT

PEMBENIHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Oleh

Nama : Dina Septalia LestariNIM : B0A012003Kelompok : 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

FAKULTAS BIOLOGIPROGRAM STUDI D-III PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN

DAN KELAUTANPURWOKERTO

2013I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Udang putih Amerika (Litopenaeus vannamei) merupakan

salah satu pilihan jenis udang yang dapat dibudidayakan

di Indonesia. Udang Litopenaeus vannamei lebih dikenal

dengan nama udang vannamei. Udang vannamei masuk ke

Indonesia pada tahun 2001 dan pada bulan Mei 2002

pemerintah Indonesia memberikan ijin kepada perusahaan

swasta untuk mengimpor induk udang vannamei sebanyak

2.000 ekor. Induk dan benur tersebut kemudian

dikembangkan oleh hatchery pemula. Dengan adanya

pembenihan udang vannamei, baik dalam bentuk skala

kecil atau skala mini hatchery akan membantu pemerintah

dalam penyediaan benur bemutu bagi pembudidaya udang

vannamei. Sehingga target pemerintah meningkatkan

produksi udang dalam negeri dapat tercapai.

Menurut Ghufran (2006), Klasifikasi udang vaname

(Litopenaeus Vannamei) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Artrhopoda

Kelas : Malascostraca

Ordo : Decapoda

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah

satu jenis udang yang memiliki pertumbuhan cepat dan

nafsu makan tinggi, namun ukuran yang dicapai pada saat

dewasa lebih kecil dibandingkan udang windu (Paneus

monodon), habitat aslinya adalah di perairan Amerika,

tetapi spesies ini hidup dan tumbuh dengan baik di

Indonesia. Di pilihnya udang Vannamei ini di sebabkan

oleh beberapa faktor yaitu (1) sangat diminati dipasar

Amerika, (2) lebih tahan terhadap penyakit dibanding

udang putih lainnya, (3) pertumbuhan lebih cepat dalam

budidaya, (4) mempunyai toleransi yang lebar terhadap

kondisi lingkungan (Ditjenkan, 2006).

Udang vannamei adalah udang asli dari perairan

amerika latin yang kondisi iklimnya subtropics. Di

habitat alaminya dia suka hidup pada kedalaman kurang

lebih 70 meter.Udang vannamei bersifat nocturnal, yaitu

aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkainan

pada udang vannamei ditandai dengan loncatan betina

secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut, betina

mengeluarkan sel-sel telur.Pada saat yang bersamaan,

udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan

sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira

satu menit. Sepasang udang vannamei berukuran 30- 45

gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000 -

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

250.000 butir. Siklus hidup udang vannamei sebelum

ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea,

stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli

larva berukuran 0,32 - 0,59 mm, sistim pencernaanya

belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan

berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva

ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15 - 24 jam.

Larva sudah berukuran 1,05 - 3,30 mm dan pada stadia

ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini

pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa

artemia.Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai

bentuk udang.Yang dicirikan dengan sudah terluhatnya

ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya

udang mencapai stadia post larva, dimana udang sudah

menyerupai udang dewasa. Hitungan stadianya sudah

menggunakan hitungan hari.Misalnya, PL1 berarti post

larva berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah

mulai bergerak aktif.

Pada udang putih, ciri-ciri telur yang telah matang

adalah dimana telur akan terlihat berwarna coklat

keemasan (Wyban dan Sweeney,1991). Udang putih

mempunyai carapace yang transparan, sehingga warna dari

perkembangan ovarinya jelas terlihat. Pada udang

betina, gonad pada awal perkembangannya berwarna

keputih-putihan, berubah menjadi coklat keemasan atau

hijau kecoklatan pada saat hari pemijahan (Lightner et

al., 1996).

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Telur jenis udang ini tergantung dari ukuran

individu, untuk udang dengan berat 30 gram sampai

dengan 45 gram telur yang di hasilkan 100.000 sampai

250.000 butir telur. Telur yang mempunyai diameter 0,22

mm, cleaveage pada tingkat nauplis terjadi kira-kira 14

jam setelah proses bertelur (Anonymous, 1979). Telur

yang dihasilkan dari udang vanname di CV. Mutiara Windu

Sakti adalah 60.000- 100.000 ribu. Survival rate 

penetasan pada bulan pertama sebesar 50 %, bulan ke dua

hingga ke tiga adalah 90 % dengan suhu 28 – 320C, dan

salinitas 30-32 ppt. Menurut Lim et al., (1989),

perkembangan larva udang penaeid terdiri dari beberapa

stadia yaitu:

a. Stadia nauplius

Nauplius bersifat planktonik dan phototaxis

positif. Dalam stadia ini masih memiliki kuning telur

sehingga belum memerlukan makanan. Perkembangan stadia

nauplius terdiri dari enam sub stadium. Nauplius

memiliki 3 pasang organ tubuh yaitu antena pertama,

antena kedua dan mandible. Antena pertama uniramous,

sedangkan 2 alat lainnya biramous.

b. Stadia Zoea

Perubahan bentuk dari nauplius menjadi zoea

memerlukan waktu kira-kira 40 jam setelah penetasan.

Pada stadia ini larva dengan cepat bertambah besar.

Tambahan makanan yang diberikan sangat berperan dan

mereka aktif memakan phytoplankton. Stadia akhir zoea

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

juga memakan zooplankton. Zoea sangat sensitif terhadap

cahaya yang kuat dan ada juga yang lemah diantara

tingkat stadia zoea tersebut.

Zoea terdiri dari tiga substadia secara kasar

tubuhnya di bagi kedalam tiga bagian, yaitu carapace,

thorax dan abdomen. Tiga substadia tersebut dapat

dibedakan berdasarkan segmentasi abdomen dan

perkembangan dari lateral dan dorsal pada setiap

segmen.

c. Stadia mysis

Larva mencapai stadia mysis pada hari ke lima

setelah penetasan. Larva pada stadia ini kelihatan

lebih dewasa dari dua stadia sebelumnya. Stadia mysis

lebih kuat dari stadia zoea dan dapat bertahan dalam

penanganan. Stadia mysis memakan phytoplankton dan

zooplankton, akan tetapi lebih menyukai zooplankton

menjelang stadia mysis akhir (M3). Mysis memilki tiga

sub stadia dimana satu dengan lainnya dapat dibedakan

dari perkembangan bagian dada dan kaki renang.

d. Stadia post larva

Perubahan bentuk dari mysis menjadi post larva

terjadi pada hari kesembilan. Stadia post larva mirip

dengan udang dewasa, dimana lebih kuat dan lebih dapat

bertahan dalam penanganan. Kaki renang pada stadia post

larva bertambah menjadi tiga segmen yang lebih

lengkung. Post larva bersifat planktonik, dimana mulai

mencari jasad hidup sebagai makanan.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Menurut Haliman, R.W dan Adijaya, D.S (2005) tubuh

udang vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu

exopodite dan endopodite. Vaname memiliki tubuh

berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau

eksoskeleton secara periodik (moulting). Bagian tubuh

udang vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga

dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut.

1. Makan, bergerak, dan membenamkan diri ke dalam

lumpur (burrowing).

2. Menopang insang karena struktur insang udang mirip

bulu unggas.

3. Organ sensor, seperti pada antena dan antenula.

Kepala (thorax).

Kepala udang vannamei terdiri dari antenula,

antena, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala

udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang

maxillipied dan lima pasang kaki berjalan (periopoda)

atau kaki sepuluh (decapoda). Maxillipied sudah

mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk

makan. Endopodite kaki berjalan menempel pada

chepalothorax yang dihubugka oleh coxa.

Bentuk periopoda beruas-ruas yang berujung di

bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit

(kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki ke-4

dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang

berturut-turut disebut basis, ischium, merus, carpus,

dan cropus. Pada bagian ischium terdapat duri yang bisa

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

digunakan untuk mengidentifikasi beberapa spesies

penaeid dalam taksonomi.

Kehadiran udang vannamei diakui sebagai penyelamat

dunia pertambakan udang di Indonesian. Petambak mulai

bergairah kembali begitu juga dengan para operator

pembenih udang. Operator mulai membenihkan udang

vannamei untuk memenuhi kebutuhan petambak. Awal mula

pembudidayaan udang vannamei dilakukan di Jawa Timur

dan memperoleh keuntungan yang cukup memuaskan sehingga

petambak di luar Jawa Timur sangat antusias untuk

membudidayakan terhadap udang vannamei, Bahkan hampir

90% petambak mengganti komoditas udang windu menjadi

udang vannamei. Hal ini dikarenakan produksi udang

windu pada saat itu yang sedang berkembang mengalami

penurunan karena serangan penyakit dan virus terutam

bercak putih WSSV (White Spot Syndrome Virus) , TSV (Taura

sundrome virus). Dengan semakin banyaknya petambak udang

vannamei maka diperlukan prosedur dan proses budidaya

yang benar bagi para hatchery baik dari guna memenuhi

permintaan para petambak khususnya petambak udang

vannamei.

Dengan demikian diharapkan produktivitas udang

vannamei dapat diangkat . Untuk melaksanakan usaha

perikanan budidaya yang berkelanjutan, maka penerapan

tatacara budidaya yang bertanggung jawab harus dimulai

dari kegiatan pembenihan sampai dengan pembesarannya.

Benih yang bermutu dicirikan antara lain : pertumbuhan

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

cepat, ukuran seragam sintasan tinggi,adaptif terhadap

lingkungan pembesaran, bebas parasit dan tahan terhadap

penyakit, efisien dalam menggunakan pakan serta tidak

mengandung residu bahan kimia dan obat-obatan yang

dapat merugikan manusia dan lingkungan. Agar dihasilkan

benih yang bermutu, maka dalam kegiatan usaha

pembenihan harus mendapatkan teknik pembenihan sesuai

dengan standard dan prosedur pembenihan yang baik.untuk

itu perlu adanya Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)

yang dapat digunakan sebagai acuan para pelaku usaha

pembenihan udang dalam menghasilkan benih yang bermutu.

I.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

teknik pemeliharaan indukan dan nauplii udang vaname

(Litopenaeus vannamei).

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

II. MATERI DAN METODE

II.1 Materi

Materi yang digunakan pada praktikum pembenihan

perikanan laut ini adalah lokasi hatchery skala rumah

tangga pembenihan udang vannamei yang bertempat di CV.

Mutiara Windu Sakti, Desa Tegal Kamulyan, Kabupaten

Cilacap. Adapun sarana dan prasarana yang digunakan

adalah bak pemeliharaan induk, bak pemeliharaan benur,

bak pakan alami,bak tandon, bak filter, aerator, pipa

PVC, send filter, pompa air, seser dengan berbagai ukuran,

ember a, nauplii, air laut, pupuk plankton, Artemia.

II.2 Metode

Metode yang digunakan pada praktikum pembenihan

perikanan laut adalah metode survey lapangan dan

diskusi tentang pembenihan udang vannamei dengan

pemilik hatchery CV. Mutiara Windu Sakti.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Gambar 3.1.1. Kolam pemeliharaan induk jantan dan

betina

Gambar 3.1.2. Bak pemeliharaan larva (benur)

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Gambar 3.1.3. Bak pemeliharaan pakan alamiSkeletonema sp. dan Artemia

Gambar 3.1.4. Pupuk plankton dan Obat

Gambar 3.1.5. Sampel nauplii dan benur yang siap di

jual

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Gambar 3.1.6. Sand filter Gambar 3.1.7 Bak

Tandon

Gambar 3.1.8 Pompa Gambar 3.1.9 Seser berbagaisize

3.2. Pembahasan

3.2.1. Teknik Pemeliharaan Indukan Vannamei

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Induk udang yang berkualiatas sangat menentukan

dalam keberhasilan memproduksi nauplii. Dalam memenuhi

kebutuhan induk vannamei, CV. Mutiara Windu Sakti yang

berdiri tahun 1989 dan memulai pembenihan udang

vanname tahun 2011 awalnya mendatangkan induk F1 dari

Florida dengan alasan sesuai dengan iklim tropis di

Indonesia. Namun untuk sekarang indukan yang di

gunakan untuk produksi nauplii di CV. Mutiara Windu

Sakti adalah indukan murni Nusantara. Untuk

menghindari stress terhadap induk yang dikirim

tersebut digunkan injeksi O2 dan penerunan suhu air

packing.

Setelah indukan diterima, hal yang dilakukan

adalah merangsang kematangan telur pada induk udang

betina agar cepat memijah yang disebut dengan ablasi

nata. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :

- Pemijatan tangkai bola mata dan bola mata.

- Pembakaran tangkai mata dengan menggunkan solder

atau dengan benda perak nitrat.

- Peningkatan tangkai mata.

- Pemotongan atau pengguntingan tangkai mata

(ablasi).

Dari keempat cara tersebut, cara yang paling

praktis dan efektif serta menunjukan hasil yang baik

adalah dengan melakukan pemotongan tangkai mata

(ablasi). Ablasi pada induk udang berpedoman pada

perkembangan kelamin kepiting yang dihambat oleh hormon

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

yang dikeluarkan oleh kelenjar pada tangaki mata. Jika

tangkai mata kepiting dihilangkan, hormon yang

mengahmbat perkembangan alat kelamin tidak diproduksi

sehingga kepiting sangggup mematangkan telur dan

memijah (Cahyaningsih, 2006). Sebelum dilaksanakan

ablasi, sebaiknya induk udang memiliki berat minimal 35

gram umur 7 bulan dan setelah di ablasi induk bisa

mencapai berat 40 gram selain itu udang ditempatkan

dalam bak berisi air laut yang bersih dicampur larutan

formalin 70 % dengan dosis 4 ppm - 5 ppm. Larutan

formalin sangat bermanfaat untuk menghindarkan induk

dari serangan penyakit serta mempertinggi daya tahan

tubuh induk udang (Cahyaningsih, 2006). Pemeliharaan

induk dilakukan selama 4 bulan dan waktu pematangan

gonadnya adalah 4-5 hari.

Pakan alami yang cocok bagi induk udang untuk

mendukung proses pemijahan yang baik adalah cacing laut

yang di supply dari lampung dan kerangPemberian pakan

dilakukan 4x sehari yaitu 2000 gram untuk 350 ekor

udang dengan pemberian 2x cacing laut dan 2x kerang.

Waktu pemberian pakan adalah pukul 06.00, 12.00, 14.00

dan 16.00.

Proses pemijahan terjadi di dalam bak maturasi

yang padat penebaran untuk menghasilakan hasil yang

terbaik berkisar antaa 1-3 ekor per m³ dengan

perbandingan jumlah induk jantan dan betina adalah 1 :

2 (Iskandar dan Khairul A, 2008). Suhu air untuk

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

prmijahan adalah 24 – 28oC. Ruang meturasi diusahakan

gelap dengan suhu ruang berkisar antara 29° C - 32º C.

Setelah tiga hari dari proses ablasi pertama dapat

dilakukan sampling induk yang matang telur dan untuk

selanjutnya dapat dilakuakn setiap hari. Kegiatan ini

biasanya dilakukan ketinggian air dalam bak sebanyak 50

%. Seleksi dilakukan pada induk yang telah mencapai TKG

III, yang ditandai dengan ovari didaerah punggung dan

akan terlihar jelas bila disorot dengan senter halogen,

bahkan pada TKG ini ovari meluas sampai ke bagian

kepala. (Agustin, dkk, 1999 ). Proses pemijahan yang

terjadi kurang lebih 5 jam.

Adapun masalah terjadinya kegagalan dalam

pemijahan adalah saat pemijahan induk jantan mengalami

stress.

3.2.2. Teknik Pemeliharaan Nauplii Udang Vannamei

Hal – Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan nauplii

udang vannamei adalah :

a) Bak pemeliharaan

Bak pemeliharaan yang akan digunakan harus disuci

hamakan sehingga bebas dari penyakit. Caranya, bak

dikeringkan (dijemur), kemudian dasar dan dinding bak

disikat. Agar lebih steril gunakan zat-zat kimia

seperti klorin dengan dosis 100 ppm, KMnO4 (kalium

permanganat) 10 ppm, dan formalin 50 ppm.

b) Perlakuan air media

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Air media berasal dari air bak tandon yang telah

di filter dengan menggunakan sand filter dengan

penyaringan beberapa lapis yang di lapsi oleh kapas.

Air laut yang dibutuhkan adalah air yang berkadar garam

29-31 permil, dan bebas bahan pencemar. Menurut

Cahyaningsih (2006), sebelum naupli ditebar ke dalam

bak perlu diperhatikan salinitas, kondisi naupli, dan

suhu air media. Ciri naupli yang sehat, gerakannya

sangat aktif terutama jika kena sinar. Dan bila terjadi

perbedaan suhu dan salinitas, maka dilakukan proses

penyesuaian yang dikenal dengan proses aklimatisasi.

Aklimatisasi salinitas dilakukan dengan cara, air media

yang di dalam bak dialirkan ke dalam baskom yang berisi

naupli dengan menggunakan dengan menggunakan slang

plastik yang berdiameter kecil, sehingga aliran airnya

hanya sebesar benag jahit. Untuk penurunan kadar garam

sebesar 1 permil diperlukan waktu antara 15-30 menit.

Apabila salinitas antara air media pada bak

pemeliharaan sudah sama dengan air media pada baskom

naupli, maka proses akilmatisasi salinitas dianggap

selesai.

c) Penebaran nauplii dan pemberian pakan

Setelah aklimatisasi selesai naupli ditebarkan ke

dalam bak pemeliharaan dengan menjungkirkan baskom

yang berisi naupli perlahan-lahan. Padat tebar nauplii

yang aman berkisar 250 ekor/L. Jenis pakan yang

diberikan pada larva udang vannamei selama proses

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

pemeliharaan yaitu pakan alami. Pakan alami yang biasa

diberian pada larva uadang vannamei yaitu Skeletonema

costatum dan Artemia sp. Pakan alami ini sangat

dibutuhkan pada stadium akhir napulius (N-6) atau awal

stadium zoea. Sedangkan pakan buatan mulai diperlukan

ketika larva memasuki stadium zoea. Pakan buatan ini

ada yang dijual dalam bentuk kalengan maupun

bungkusan. Dosis pakan yang diberikan pada larva tidak

dihitung berdasarkan jumlah populasi larva, tetapi

diukur dengan satuan ppm, sebab larva membutuhkan

pakan yang tersedia setiap saat. Yang dimaksud dengan

ppm adalah gram/ton volume air media yang jika pakan

berbentuk tepung, sedangkan yang cair ml/ton. Dosis

terebut hanya untuk pakan buatan, sedangkan untuk

dosis pakan alami yaitu sel/cc/hari atau individu

/ekor larva/hari. Pemberian pakan dilakukan setiap 4-6

kali/hari dengan selang waktu 4-5 jam. Larva suka

makan pada malam hari maka pemberian pakan pada malam

hari lebih baik dari pada siang hari, yaitu pukul

05.00, 10.00, 15.00, 20.00 dan pukul 24.00.

Pemberian pakan dilakukan dengan cara dimasukkan

kedalam saringan yang kemudian dimaukkan ke dalam ember

yang berisi air tawar. Setelah itu saringn diremas-

remas sampai pakan yang ada dalam saringan habis,

kemudian ditambahkan pakan alami. Pakan yang berada

dalam ember yang berisi air tadi langsung ditebar ke

dalam bak pemeliharan (Farhan dkk, 2006).  

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Menurut Iskandar dan Khairul Amri (2008),

temperatur air untuk optimalkan pertumbuhan dan

transisi dari satu larva ke larva berikutnya adalah

280C, sedangkan salinitas adalah 26 - 30 dan pH sekitar

8,0, namun pH 7,8 sampai 8,4 sudah cukup. Menurut

Haliman, Rubiyanto W dan Dian Adijaya (2005) dalam

pengelolaan kualitas air ada beberapa perlakuan agar

air media tetap sesuai untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup larva, diantaranya adalah

penyiponan. Penyimponan dilakukan agar sisa-sisa pakan

buatan maupun sisa-sisa metabolisme larva dapat

dikeluarkan sehingga tidak terjadi penumpukan dan

pembusukandalam air media. Penyimponan dapat dilakukan

setelah larva mencapai stadium mysis, frekuensinya 2

hari sekali, waktunya setelah 2 jam pemberian pakan.

Cara menyimpon adalah sebagai berikut :

Blower dimatikan,setelah itu slang yang akan

digunakan utuk menyedot air diisi air penuh dan

dipasang saringan pada salah satu ujungnya.

Kemudian slang dimasukkan kedalam bak dan

ujungnya yang dilepas tutupnya sehingga air

keluar dengan sendirinya.

d) Pemanenan

Pemanenan benur dilakukan mulai pada stadia PL10

atau ukuran PL telah mencapai 1 cm dan yang telah

memenuhi kriteria-kriteria benur yang siap dipanen.

Caranya adalah membuka saluran pembuangan yang telah

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

diberi saringan di dalamnya agar air yang keluar tidak

deras dan benur tidak ikut keluar. Sebelum hal

tersebut dilakukan terlebih dahulu mengurangi

ketinggian air hingga 6-10 cm sehingga benur mudah

ditangkap dengan menggunakan serok. Setelah ketinggian

air mencapai 5 cm hentikan penyerokan dan buka

saringan, sehinga sisa benur akan keluar bersama air

tersebut. Langkah berikutnya adaptasi salinitas,

penghitungan, dan pengemasan. Survival rate yang di

hasilkan dalam pemeliharaan larva dengan rata-rata

30% (Iskandar dan Khairul A, 2008).

          Hasil panen benur udang vannamei biasanya

langsung dibeli oleh para petambak yang langsung dating

ke hatchery. Benur udang vannamei yang sering dibeli

yaitu benih vannamei yang sering tebar yang berumur

PL10-PL30. Harga jual udang sangat tergantung pada

kualitas benih . Benih tersebut harus sehat, kulit dan

tubuh bersih dari organisme parasit, tidak cacat, tubuh

tidak pucat, gesit, merespon cahaya dan bergerak aktif.

Selain itu harga benih udang juga dipengeruhi oleh

ukuran panjang dan bobot sesuai umur PL serta musim

penebaran benur di tambak (Haliman dan Adijaya, 2005).

          Untuk memperoleh harga jual yang baik dan

pemasaran yang efisien, penyusunan program pemasaran

harus dilibatkan sedikit mungkin pemasaran. Dengan

demikian, jalur lembaga pemasaran yang sedikit akan

terbentuk margin pemasaran yang rendah sehingga harga

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

ditingkat hatchery tinggi dan harga ditingkat konsumen

layak jadi kedua belah pihak (pengusaha pembenihan atau

pemeliharaan larva dengan konsumen) sering

diuntungkan. Margin pemasaran adalah selisih antara

harga ditingkat konsumen dengan harga jual di tingkat

produsen benur (Haliman dan Adijaya, 2005).

          Menurut Heryadi D dan Sutadi (1993)

pengangkutan benur ummnya dilakukan dengan cara

tertutup dan terbuka. Pengangkutan cara tertutup

disenangi karena pengirimannya dapat dilakukan dengan

menggunakan bus, kereta api, pesawat udara, dan

kendaraan lainnya. Cara ini membutuhkan es, kantong

pastik, tabung oksigen dan kardus Styrofoam.

          Kunci keberhasilan dalam pengangkutan cara

tertutup adalah suhu dan kepadatan. Dalam pengangkutan

diusahakan agar suhu tetap rendah, oleh karena itu

setelah plastik diikat, maka bagian luarnya

digantungkan plastik berisi es. Untuk daerah tropis

suhu yang dianggap aman adalah 18-20 0 C.

Kepadatan yang aman dalam pengankutan cara tertutup

yaitu 4.000-6.000 ekor /kantong. Setiap kantong diisi

dengan 4 liter air dengan perbandingan oksigen dan air

5:1. Pengangkutan dengan cara ini akan aman jika lama

perjalanan maksimum 6 jam.

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

IV. KESIMPULAN

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang sudah di

uraikan di atas, dapat di simpulkan bahwa :

1. Indukan udang vannamei CV. Mutiara Windu Sakti

berasal dari indukan F1 Florida dan indukan murni

nusantara. Untuk mempercepat pematangan gonad

dilakukan dengan cara teknik ablasi yaitu

pemotongan tangkai mata udang vannamei dan kondisi

lingkungan harus baik supaya indukan tidak stress

dan tetap baik, terutama induk udang jantan yang

rentan terkena strees yang bisa mengakibatkan

pemijaahn menjadi gagal.

2. Pemeliharaan nauplii harus memperhatikan lingkungan

baik dan pakan yang mencukupi supaya pertumbuhan

dan perkembangannya bagus dan mencapai survival

rate yang tinggi selain itu padat penebaran dan

ketersediaan pakan alami seperti Skeletonema sp. dan

Artemia sp. juga menentukan kelangsungan hidupnya.

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, dkk. 1999. Pembenihan udang vannamei.IPB.Bogor.

Cahyaningsih, H. S. 2006. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami.Direktorat Jendral Perikanan. Situbondo. 34hal.

Ditjenkan Budidaya, 2005. Profil Budidaya air payau.Direktorat Perikanan Budidaya, Departemen Kelautandan Perikanan. Jakarta Perikanan

Farhan, Goenawan M, Insani dan Marliani. 2006. JurnalBAPPL Sekolah Tinggi Perikanan. BagianAdministrasi Pelatihan Perikanan Lapangan.Serang.

Ghufran, M. 2006. Pemeliharaan Udang Vanname. Gramedia.Surabaya.

Haliman, Rubiyanto W dan Dian Adijaya. 2005. BudidayaUdang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.

Heryadi, D & Sutadi, 1993. Back Yard Usaha BudidayaUdang Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta

Iskandar dan Khairul Amri. 2008. Budidaya Udang Vannamei.Gramedia. Jakarta

Lightner at.all. 1996. Isolasi pathogenik pada udang.IPB. Bogor.

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM PEMBENIHAN LAUT - Udang Vaname

Weyban dan sweeney. 1991. Analisis berat dan panjangpada udang. UNDIP. Semarang.