Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA Data Pasang Surut Tanjung Pandan OLEH Juaini Anggraini A 08111005006 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013
31

laporan praktikum pasang surut

Feb 21, 2023

Download

Documents

Ivan Yulietmi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan praktikum pasang surut

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Data Pasang Surut Tanjung Pandan

OLEH

Juaini Anggraini A

08111005006

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2013

Page 2: laporan praktikum pasang surut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar teori

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air

laut secara periodik (hampir teratur), dibangkitkan

terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Pasang

merupakan perubahan gerak relatif dari materi suatu

planet, bintang dan benda-benda astronmis lainnya yang

diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar

materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves)

adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam

sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi

dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik

benda-benda langit terutama matahari dan bulan.

(Yogi,2010).

Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya

gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya

tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik

menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik

(gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari.  Hal

ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil

dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi.

Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%

permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap

Page 3: laporan praktikum pasang surut

ke bulan.  Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi

yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini,

yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan

laut di wilayah pesisir secara periodik.  Gaya tarik

gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun

dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir

mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama

periode sedikit di atas 24 jam (Rio, 2012).

            Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik

menarik antara matahari dan bumi, bumi dan bulan, serta

matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara bumi

dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan.

Gerakan-gerakan yang penting dalam sistem matahari-

bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari matahari

dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana

bumi mengitari matahari disebut bidang “ecliptic”,

sumbu roasi bumi membuat sudut dengan bidang Ecliptic

ini sebesar (Soebyakto, 2009).

Pasang surut merupakan sebuah fenomena yang

terjadi sehari-hari. Pasang surut dapat dijumpai di

sekitar kita setiap harinya.banyak ilmuwan yang

meneliti tentang pasnag surut. Dengan melakukan

pengamatan pasnag surut kita dapat memperoleh data

sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap

tempat, tergantung pada topografi tempat, letak

geografis, sifat masing-masing lautan maupun

karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007).

Page 4: laporan praktikum pasang surut

Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari)

pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian

dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan

unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan

dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari

perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data

pasang surut. Data pasang surut dimanfaatkan sebagai

referensi pembangunan daerah pantai, seperti coastal

engineering, pengerukan (dredging), keselamat-an

pelayaran (safety of navigation), untuk pembangunan

pertambakan. Selain itu dapat digunakan untuk

mengetahui dampak dari Sea Level Rise terhadap pesisir.

Selain itu dapat juga digunakan sebagai upaya

perencanaan proteksi ter-hadap bahaya tsunami dan abrasi(Wibowo, 2007).

Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik

turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya

tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan

terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers

(1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena

pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara

berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi

dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi

terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda

angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih

jauh atau ukurannya lebih kecil.

Page 5: laporan praktikum pasang surut

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara

pengolahan data pesang surut dengan metode admiralty

2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen

harmonic serta mengetahui tipe pasang surut di suatu

perairan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pasang Surut

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis

yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang

surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat

(tide of the solid earth) (Yogi,2010).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik

gravitasi dan efek sentrifugal.  Efek sentrifugal

adalah dorongan ke arah luar pusat  rotasi.  Gravitasi 

bervariasi secara langsung dengan massa tetapi

berbanding terbalik terhadap jarak.  Meskipun ukuran

bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi

bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari

Page 6: laporan praktikum pasang surut

dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak

bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. 

Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan

matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang

surut gravitasional di laut.  Lintang dari tonjolan

pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara

sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari(Wibowo, 2007).

2.2.a Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)

Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan

oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).  Teori ini

menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. 

Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh

permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh

kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan

bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan

gaya pembangkit pasang surut (King, 1966).  Untuk

memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan

dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-

matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan

sistem bumi matahari (Pond dan Pickard, 1978).

Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan

tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang

sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya

pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)

yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya

Page 7: laporan praktikum pasang surut

sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan

antara laut, massa air yang naik, bulan, dan

matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan

menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air

rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

2.2.b  Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)

Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam

teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan

menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan,

tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan

gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-

konstituennya.  Gelombang pasut yang terbentuk

dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan,

pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori

ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825).

Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga

sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. 

Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut

menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya

sebanding dengan gaya pembangkit pasut.  Karena

terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang

perlu diperhitungkan selain GPP.

Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :

1. Kedalaman perairan dan luas perairan

2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)

3. Gesekan dasar

Page 8: laporan praktikum pasang surut

Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak

di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect).  Di

belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan

di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. 

Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin

meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai

maksimum pada kedua kutub.  Besarnya juga bervariasi

tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.

(Yogi,2010).

Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan

dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi

arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi

tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase

(Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang

pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan

maka semaikin besar pengaruh gesekannya (Pond

dan Pickard, 1978).

2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang

surut berdasarkan  teori kesetimbangan adalah rotasi

bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,

revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan

teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan,

pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan

dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal

yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti,

Page 9: laporan praktikum pasang surut

topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan

sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri

pasang surut yang berlainan (Khayana, 2012).

2.4 Tipe Pasang Surut

Perairan laut memberikan respon yang berbeda

terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi

tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut

Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat

diketahui, yaitu :

1. Pasang surut diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang

dan satu kali surut.  Biasanya terjadi di laut sekitar

katulistiwa.

2. Pasang surut semi diurnal

Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut yang hampir sama tingginya.

3. Pasang surut campuran 

Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan

melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya

bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan

mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia

dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan

satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat

Karimata

Page 10: laporan praktikum pasang surut

2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari,

ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut  Andaman.

3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed

Tide, Prevailing Diurnal) 

Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali

pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua

kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda

dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan

Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed

Tide, Prevailing Semi Diurnal)

Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua

kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu

kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi

dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan

Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

         (AO1+AK1)F=    ___________

         (AM2+AS2)

Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan

rumus Formzahl

dimana:

AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh

gaya tarik bulan

Page 11: laporan praktikum pasang surut

AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya

tarik matahari

AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya

tarik bulan

AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya

tarik matahari

Dimana :

F ≤ 0.25           : Pasut ganda

0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal

1.5 < F ≤ 3.0   : Pasut campuran dominan ganda

F > 3.0             : Pasut campuran dominan tunggal

2.5  Alat-alat Pengukuran Pasang Surut

2.5.1 Tide Staff

Alat ini berupa papan yang telah diberi skala

dalam meter atau centi meter.  Biasanya digunakan pada

pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan

Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana

yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka

laut atau tinggi gelombang air laut.  Bahan yang

digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau

bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).

2.5.2  Tide Gauge

Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka

laut secara mekanik dan otomatis.  Alat ini memiliki

Page 12: laporan praktikum pasang surut

sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air

laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.  Tide

gauge terdiri dari dua jenis yaitu : 

1. Floating tide gauge (self registering)

Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya

permukaan air laut yang dapat diketahui melalui

pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat

(recording unit).  Pengamatan pasut dengan alat ini banyak

dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah

dengan cara rambu pasut.

2. Pressure tide gauge (self registering)

Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan

floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air

laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut

yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). 

Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu

berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat

ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut

(Sahala dan Steward, 2008)

2.5.3. Satelit

Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun

1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3.  Pada

saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai

tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati

sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan

es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata

(MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah

Page 13: laporan praktikum pasang surut

satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa

radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif

(receiver), serta jam berakurasi tinggi.  Pada sistem

ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit

memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik

(radar) kepermukaan laut.  Pulsa-pulsa tersebut

dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima

kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).

Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut

dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit

altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit

ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas

permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi

muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran

dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit

dengan jarak vertikal.  Variasi muka laut periode

pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan

muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu

(time series analysis).  Analisis deret waktu dilakukan

karena kita akan melihat variasi temporal periode

panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward,

2008)

2. 6  Pasang Surut di Perairan Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang

dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia

dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di

Page 14: laporan praktikum pasang surut

garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin,

gelombang, dan arus laut cukup besar.  Hasil pengukuran

tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia

menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah

Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi.  Gambar

15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan

Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah

lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut

cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau,

laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan

Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir

Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau

Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan

pada hari Selasa, 18 Desember 2012 pukul 08.00 –

09.30 WIB bertempat di Laboratorium Penginderaan

Jarak Jauh , Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas

MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

Page 15: laporan praktikum pasang surut

3.2 Alat dan Bahan

1. 1 PC komputer

2. Modul Praktikum

3. Aplikasi Ms. Excel

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum Pasang Surut ini

adalah:

Sebelum dilakukan pengolahan data pasutdilakukan terlebih dahulu smoothing pada datalapangan yang diperoleh dari pengukuran alat,

Isi tiap kolom – kolom pada skema II inidengan bantuan Tabel2 yaitu denganmengalikannilai pengamatan dengan harga pengali pada

Karena pengali dalam daftar hanya berisibilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4ada

bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalamperkalian, maka lakukan perhitungan denganmenjumlahkan bilangan yang harus dikalikan

Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 danisikan kedalam kolom di bawah tanda (-).

Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III,setiap kolom pada kolom –kolom skema-

IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan pada

Page 16: laporan praktikum pasang surut

Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV,diisi dengan data setelah penyelesaian skema-

Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom– kolom pada skema-VI dengan bantuan daftar3a skema-V (Tabel 7) mempunyai 10 kolom,

kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan

Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 denganmelihat angka – angka pada kolom 2

dikalikan dengan faktorpengali sesuai

Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga)

Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A)dan kelambatan fase (go) untuk setiap komponendari skema-VII ke hasil terakhir dengan nilai

Format isian pada skema VII dapat dilihat

Page 17: laporan praktikum pasang surut

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Skema 1

Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I

Tanggal 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1-Dec-12151.2

125.1

100.6

80.4

67.3

63.3

69.2 84.6

107.5

135.1 164 191

2-Dec-12156.9

136.8

117.1

100.3

88.7

84.4

88.5

100.7

119.9

143.5

168.5 192

3-Dec-12 153139.3

125.8

114.3

106.7

104.6

109.2

120.4

137.4 158

179.8 200

4-Dec-12139.9 132 125

119.8

117.9

120.2

127.5 140

156.7

176.1

195.8

213.6

5-Dec-12 120116.2

114.6

115.7 120

128.1

140.1

155.8

174.3

194.2

213.6

230.3

6-Dec-12 9794.8

96.7

102.8

112.9

126.9

144.5

164.9 187

209.2

229.8 247

7-Dec-1275.1

71.8

74.6

83.4

97.8 117

140.1

165.8

192.4

218.3

241.6

260.5

8-Dec-1258.4

51.4

52.4

61.3

77.6

100.3

127.9

158.4

189.8

219.9

246.7

268.5

9-Dec-1249.8

37.5

34.2

40.6

56.3

80.2

110.3

144.4

179.7

213.9

244.4

269.6

10-Dec-12 51

32.5

23.6

25.4 38

60.5

90.8

126.5

164.5

201.7

235.4

263.6

11-Dec-12

61.6

37.3

22.3

18.4

26.1 45

73.4

108.5

147.1

185.8

221.6 252

12-Dec-12

79.4 51

30.7

20.9

22.9

36.8

61.3 93.8

131.1

169.6

205.8

237.2

13-Dec-12

100.9

70.8 47

32.5

29.1

37.5 57 85.5

119.8

156.2

191.3

222.1

14-Dec-12 122

92.9

68.2

50.9

43.4 47

61.5 85.2

115.4

148.5

181.1 210

15-Dec-12

138.5

112.9 90

72.6

63.2

63.5

73.8 93

118.8

148.1

177.3

203.3

16-Dec-12

147.1

127.1

108.3

93.4

84.7

84.7

91.8

107.6

129.7

155.1

180.7

203.3

Page 18: laporan praktikum pasang surut

b. Skema II

Tabel 2. Hasil Penyusunan untuk Skema II

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

213.4

229.8

239.7

243.7 243

239.1 233

225.4

216.3 205.4

191.9

175.7

211.2

224.7

231.7

232.9

229.3

222.7

214.5

205.6

196.6 187.3

177.2

165.8

216226.4

230.3

228.1

221.1

210.7

198.9 187

175.8 165.8

156.7

148.2

227.1

234.7

235.8

230.5

219.8

205.5

189.2

172.9

157.8 144.8

134.2 126

242.3

248.2

247.3

239.6 226

207.9

187.3

166.1

145.9 128.2

113.9

103.4

258.9

264.4

262.6

253.7

238.3

217.6

193.4

167.7

142.3 119

99.4

84.5

273.7 280

278.9

270.1

254.4

232.7

206.4

177.4

147.5 118.9

93.4

72.7

284.1

292.3

292.9

285.7

271.2

250.1

223.7

193.2

160.6 127.7

96.9

70.2

288298.9 302

297.4

285.4

266.6

241.8 212

178.7 143.7

109.1

77.3

284.9

298.6

304.5

302.9

294.1

278.7

257.1

230.1

198.4 163.6

127.5

92.6

275.5

291.5

299.9

301.1

295.7

284.1

266.7

243.7

215.7 183.5

148.5

112.9

261.9

279.2

289.2

292.4

289.7

281.6

268.4

250.3

227.2 199.4

167.9

134.3

246.7

264.1

274.4

278.5

277.2

271.5

261.8

248.2

230.3 208.1

181.9

152.6

233249.2

258.5

261.9

260.6

255.8 248

237.7

224.4 207.8

187.5 164

223.8

237.6

244.7 246 243

237.2

229.6

220.7

210.4 198.2

183.6

166.4

220.7

220.7

235.6

233.9

227.8

219.3

209.8

200.2

190.8 181.2

170.8

159.1

Page 19: laporan praktikum pasang surut

X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4

+ - + - + - + - + - + -2160

1836

2656

1339

2123

1873

1997

1999

1336

1329

1996

2000

2166

1831

2500

1497

2113

1884

2037

1960

1336

1329

2004

1993

2237

1776

2365

1649

2099

1914

2076

1937

1341

1336

2020

1994

2363

1680

2278

1765

2085

1958

2108

1935

1349

1347

2039

2004

2520

1559

2256

1823

2072

2007

2126

1953

1359

1360

2058

2021

2678

1437

2302

1814

2063

2052

2127

1989

1370

1373

2074

2041

2809

1336

2406

1738

2060

2085

2110

2035

1378

1384

2084

2061

2888

1274

2549

1613

2061

2100

2078

2084

1383

1390

2085

2076

2901

1261

2701

1461

2068

2093

2037

2125

1384

1390

2077

2085

2846

1300

2833

1314

2080

2067

1995

2152

1379

1385

2063

2084

2736

1382

2919

1199

2092

2026

1959

2159

1371

1374

2043

2075

2593

1489

2942

1141

2106

1976

1936

2146

1361

1361

2024

2059

2444

1601

2895

1150

2116

1929

1930

2115

1350

1347

2007

2039

2321

1694

2788

1226

2123

1892

1943

2071

1341

1336

1996

2019

2247

1750

2641

1355

2124

1872

1973

2023

1336

1329

1994

2002

2226

1757

2470

1514

2110

1874

2003

1980

1336

1328

1989

1994

X0 X1+ Y1+ X2+ Y2+ X4+ Y4+

+ 2000 2000 2000 2000 500 5003996 2325 3317 2250 1998 507 4963997 2334 3002 2229 2077 507 5124014 2461 2717 2185 2139 505 526

Page 20: laporan praktikum pasang surut

4043 2683 2514 2127 2174 503 5344079 2960 2433 2065 2173 500 5374115 3241 2488 2011 2138 497 5334145 3473 2668 1975 2075 494 5234161 3614 2936 1962 1994 493 5094162 3639 3240 1975 1912 493 4934147 3546 3520 2013 1843 495 4794118 3355 3720 2067 1799 497 4694082 3104 3801 2129 1789 500 4654045 2844 3746 2187 1815 503 4684015 2627 3562 2231 1872 506 4783996 2497 3286 2253 1950 507 4913983 2469 2956 2236 2023 508 495

c. Hasil Skema IV

Tabel 4. Hasil Penyusunan untuk Skema IV

Page 21: laporan praktikum pasang surut

d. Skem

a V

dan

VI

INDEX TANDAX Y X YTAMBAHAN JUMLAH

00 + 65096   65096  10 + 47171 49906 17171    - 30000 30000   1990612 + 23970 22372      - 23200 27533 -1230 -7161

(29) (-)(+) 2000 2000    

1b + 20766 18758      - 17972 21634 2795 -287713 + 17626 16083    

  - 29544 33823 -13918

-19740

(29) (-)(+) 2000 2000    

1c + 20880 20330      - 19968 23822 912 -349220 + 33894 31770 3894 1770  - 30000 30000    22 + 14131 13550      - 19763 18220 -7632 -6670

(29) (-)(+) 2000 2000    

2b + 16804 16766      - 12879 11069 3925 569723 + 9991 9623    

  - 23904 22148 -15913

-14525

(29) (-)(+) 2000 2000    

2c + 12667 12052      - 15060 14225 -2393 -217342 + 3469 3470      - 4545 4537 -1576 -1567

(29) (-)(+) 500 500    

4b + 3497 3674      - 3009 2849 489 82544 + 3510 3475      - 4505 4532 -1495 -1558

(29) (-)(+) 500 500    

4d + 3000 3002 -507 -519  - 3506 3521    

Page 22: laporan praktikum pasang surut

Tabel 5. Hasil penyusun untuk skema V dan VI

V

X00 =   65096 65096.

1              

X10 =  

17171 171.705

-171.70

5

171.705

515.115

17170.5

-1201.9 171.705  

X12 - Y1b

=  1647

-32.93148.2 -

16.465

-148.18

5

-148.18

51646.5 -32.93 32.93

X13 - Y1c

=  

-10427

-417.07

2

729.876

-104.26

8

-1355.4

8

-2085.3

6

6151.812

-312.804  

X20 =   3894 -

38.941 5.8 3894.1 1129.3 38.941   -77.882  

X22 - Y2b

=  

-13329

-133.29

4

-13329.

4

1866.116

-8130.9 266.6 -399.9 -

399.882 399.9

X23 - Y2c

=  

-13740 274.80

6

8931.195

-3435.0

8

-13740.

3

-412.20

9  687.015 137.4

03

X42 - Y4b

=  -2401

 

-24.007   -

24.007     -240.07-

2400.7

X44 - Y4d

=   -976   9.759 -9.759 -19.518     -

985.659 -48.8

VI

Y10 =  

19906    -

199.055

398.11 20104.56

-1592.4 199.055 199.0

55

Y12 + X1b

=  -4367   -218.3 -

43.665218.32

5 524.0-

4584.83

130.995 -43.7

Y13 + X1c

=  

-18828   376.55

2376.55

2

-1694.4

8

-4518.6

2

12237.94

-753.104

-376.552

Y20 =  

1770  -

283.248

1770.3 531.1 -17.703 35.406 -53.109

-17.703

Y22 + X2b

=  -2746  

-2855.6

3-411.9 1674.9 -

54.916 274.6 -109.832 54.9

Y23 + X2c

=  

-16918   11842.

3

-4398.5

8

-17425.

1

507.528

1065.809

1184.232

507.528

Y42 + X4b

=  -1078   -21.6         -118.6

-1078.4

Y44 + X4d

=   -2064   61.92 -20.64 -103.2     -2064 123.8

Page 23: laporan praktikum pasang surut

e. Skema VII

Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII

  S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4

VII

V : PR cos r 64920.4

-3700.3

2366.4

-21774.0

14830.3

6196.5

-1190.5

-1879.3

VI : PR sinr       8902.

0-

2927.0-

16400.316544.8

7436.5

-1584.4

-631.0

PR 64920.4

9640.4

3763.9 27259.5 22218

.69679.8

1981.8

1982.4

Daftar 3a : P     360.0 175.0 214.

0 166.0 217.0 177.0 273.0 280.0

Daftar 5 :f       1.0 1.0 1.0 0.9 0.8 1.0 1.0

VII : 1 + W       1.0 0.8 1.2 1.3 1.0 1.0 0.8

: V       109.5 0.0 155.9 348.1 121.

4 219.0 109.5

Daftar 9 :u       1.7 0.0 1.7 7.9 -

10.1 3.5 1.7

VIII : w         10.6 2.6 4.1 0.0 0.0 10.6

Daftar 3a : p       333.0 345.

0 327.0 173.0 160.0 307.0 318.0

Daftar 4 :r       112.6 129.

0 217.0 228.1 230.2 233.1 198.6

Jumlah = g       556.8 484.5 704.3 761.3 501.

4 762.6 638.4

n x 360°   360.0 360.0 360.0 360.0 360.

0 720.0 360.0

PR:((P* f *(1+W)) =A 180.3 53.9 21.3 136.6 81.6 65.0 6.951

61 8.4

g°       196.8 124.

5 344.3 401.3 141.4 42.6 278.4

f. Skema VIII

Tabel 7. Hasil Penyusun untuk Skema VIII

w dan (1+W), S2 , MS4  VII : K1 :

V = 348.1

VII : K1 :u = 7.9

Jumlah : V + u = 356.0

Page 24: laporan praktikum pasang surut

Daftar 10 : S2 :w/f = 12.4

Daftar 10 : S2 :W/f = -0.2

Daftar 5 : K2 : f = 0.9w = 10.6W = -0.2

1 + W = 0.8w dan (1+W) utk K1  

VII : K1 :2V = 696.3

VII : K1 :u = 7.9

Jumlah : 2V + u = 344.2Daftar 10 : K1 : wf = 3.9Daftar 10 : K1 : Wf = 0.3

Daftar 5 : K1 : f = 0.94268

w = 4.1W = 0.3

1 + W = 1.3w dan (1+W) utk N2  

VII :M2 : 3V = 328.5

VII : N2

: 2V = 311.8

Selisih (M2 - N2) = 16.7Daftar 10 : N2 : w = 2.6Daftar 10 : N2 :

1+W = 1.2

M2 , O1 , M4 :   W = 0 ; w = 0

S2 :   f = 1 ; V, u =

0

Page 25: laporan praktikum pasang surut

N2, MS4 :   f, u sama dengan M2

M4 : f = ( f M2 ) ²

      V = ( V M2 ) x 2      u = ( u M2 ) x 2 MS4 :   V = V M2

K2 :   A = A S2 x 0.27

      g = g S2

P1 :   A = A K1 x 0.33

      g = g K1

HASIL TERAKHIR    S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1

A Cm 118 77 37 117 35 18 13 21 10 12

g °   343 194

354 317 14

5 5 226 194 317

F0.4649

12

g. Grafik pasang Surut

Page 26: laporan praktikum pasang surut

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 230

50010001500200025003000350040004500

Pasang Surut41259 4125841257 4125641255 4125441253 4125241251 4125041249 4124841247 4124641245 41244Tanggal Jam

4.2 Pembahasan

Pada praktikum oseanografi kali ini, pengamatan

pasang surut dilakukan di daerah Tanjung Pandan yang

termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tanjung

Pandan ini terletak di Kabupaten Belitung, Pulau

Page 27: laporan praktikum pasang surut

Bangka. Secara geografis daerah Tanjung Pandan terletak

antara 107°08' BT- 107°58' BT dan 02°30' LS sampai

03°15' LS. Melihat kondisi topografi Pulau Belitung

yang pada umumnya bergelombang dan berbukit-bukit telah

membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola

Sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di

daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai.

Sedangkan daerah aliran sungai mempunyai pola aliran

sungainya berbentuk seperti pohon

Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa

data-data numerik yang disusun dalam tabel kedudukan

tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam (24

jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi

sehingga sudah siap untuk dilakukan perhitungan

selanjutnya.

Pada praktikum kali ini juga, menggunakan etode

perhitungan Adiralti. Perhitungan dengan metode

Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga amplitudo

(A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15

piantan (hari pengamatan) dan mean sea level (S0) yang

sudah terkoreksi. Dari besaran amplitudo (A) dan beda

fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang

diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan

Tanjung Pandan melalui tabiat pasang surutnya, yaitu:

Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada

kriteria Courtier.

Page 28: laporan praktikum pasang surut

Nilai F pada saat pengamatan diperoleh 0.464912

sehingga tipe pasang surut di perairan Tanjung Pandan

adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda.

Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar

antara 0.25 < F < 1.50 berdasarkan kriteria Courtier.

Terdapat 9 komponen

harmonic dalam perhitungan pasang surut dengan metode

admiralty yaitu M2 yang merupakan Harian ganda: bulan

orbit lingkaran dan ’equatorial orbit’, S2 Harian

ganda: bulan orbit lingkaran dan ’equatorial orbit’, K2

Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari,

N2 Harian ganda: orbit bulan yang eliptis, K1 Harian

ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, O1

Harian ganda: deklinasi bulan, P1 Harian ganda:

deklinasi matahari, M4 ’quarter diurnal’: perairan

dangkal dan MS4 yang merupakan ’quarter diurnal:

perairan dangkal, interaksi M2 dan S2.

Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari)

pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian

dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan

unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan

dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari

perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data

pasang surut

Page 29: laporan praktikum pasang surut

BAB V

KESIMPULAN

1. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena

pergerakan naik turun-nya permukaan air laut secara

berkala yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda

astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.

2. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh

gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari.

3. Tipe-tipe pasang surut antara lain adalah pasang

surut harian tunggal, pasang surut harian ganda,

pasang surut campuran condong harian tunggal, pasang

surut campuran condong harian ganda.

4. Metode perhitungan pasang surut laut dengan

menggunakan metode admiralty adalah perhitungan

untuk menentukan Muka Laut Rata-rata (MLR).

5. Perhitungan Formzhal digunakan untuk penentuan tipe

pasang surut suatu perairan.

Page 30: laporan praktikum pasang surut

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas

Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 20.00WIB.

Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North Holland Publishing Company. Amsterdam

Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Page 31: laporan praktikum pasang surut

Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . fromhttp://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 19.25 WIB.

Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography.Pergamon Press, Oxford

Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.

Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktor-penyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB.

Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-

oseanografi/402-pasan-surut. Akses pada tanggal 6Desember 2013 pukul 21.15 WIB.