LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA Data Pasang Surut Tanjung Pandan OLEH Juaini Anggraini A 08111005006 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2013
LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
Data Pasang Surut Tanjung Pandan
OLEH
Juaini Anggraini A
08111005006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar teori
Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air
laut secara periodik (hampir teratur), dibangkitkan
terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari. Pasang
merupakan perubahan gerak relatif dari materi suatu
planet, bintang dan benda-benda astronmis lainnya yang
diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa di luar
materi itu berada. Gelombang pasang (tidal waves)
adalah gelombang yang mempunyai periode antara 12 jam
sampai dengan 24 jam, disebabkan adanya gaya gravitasi
dan percepatan gaya coriolis, tumbuh akibat gaya tarik
benda-benda langit terutama matahari dan bulan.
(Yogi,2010).
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya
gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya
tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik
(gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal
ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi.
Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%
permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap
ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi
yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini,
yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan
laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik
gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun
dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir
mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama
periode sedikit di atas 24 jam (Rio, 2012).
Pasang surut terjadi disebabkan gaya tarik
menarik antara matahari dan bumi, bumi dan bulan, serta
matahari-bulan dan bumi. Gaya tarik menarik antara bumi
dan palnet lainnya kecil, sehingga bisa diabaikan.
Gerakan-gerakan yang penting dalam sistem matahari-
bumi-bulan adalah revolusi dari bumi mengitari matahari
dan revolusi bulan mengelilingi bumi. Bidang dimana
bumi mengitari matahari disebut bidang “ecliptic”,
sumbu roasi bumi membuat sudut dengan bidang Ecliptic
ini sebesar (Soebyakto, 2009).
Pasang surut merupakan sebuah fenomena yang
terjadi sehari-hari. Pasang surut dapat dijumpai di
sekitar kita setiap harinya.banyak ilmuwan yang
meneliti tentang pasnag surut. Dengan melakukan
pengamatan pasnag surut kita dapat memperoleh data
sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di tiap
tempat, tergantung pada topografi tempat, letak
geografis, sifat masing-masing lautan maupun
karakteristik tempat tersebut (Wibowo, 2007).
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari)
pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian
dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan
unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan
dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari
perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data
pasang surut. Data pasang surut dimanfaatkan sebagai
referensi pembangunan daerah pantai, seperti coastal
engineering, pengerukan (dredging), keselamat-an
pelayaran (safety of navigation), untuk pembangunan
pertambakan. Selain itu dapat digunakan untuk
mengetahui dampak dari Sea Level Rise terhadap pesisir.
Selain itu dapat juga digunakan sebagai upaya
perencanaan proteksi ter-hadap bahaya tsunami dan abrasi(Wibowo, 2007).
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya
tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan
terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers
(1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda
angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana cara
pengolahan data pesang surut dengan metode admiralty
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai komponen
harmonic serta mengetahui tipe pasang surut di suatu
perairan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pasang Surut
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis
yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang
surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth) (Yogi,2010).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik
gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal
adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi
bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak
bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari(Wibowo, 2007).
2.2.a Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan
oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini
menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif.
Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh
permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh
kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan
bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan
gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk
memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan
dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-
matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari (Pond dan Pickard, 1978).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan
tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang
sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya
sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan
antara laut, massa air yang naik, bulan, dan
matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan
menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air
rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2.2.b Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam
teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan
menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan,
tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan
gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-
konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk
dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori
ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825).
Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga
sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.
Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya
sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena
terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang
perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kedalaman perairan dan luas perairan
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3. Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak
di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di
belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan
di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri.
Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin
meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai
maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi
tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
(Yogi,2010).
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan
dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi
arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi
tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase
(Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang
pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan
maka semaikin besar pengaruh gesekannya (Pond
dan Pickard, 1978).
2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang
surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi
bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan
teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan
dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal
yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti,
topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan
sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri
pasang surut yang berlainan (Khayana, 2012).
2.4 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda
terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi
tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut
Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat
diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang
dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar
katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hampir sama tingginya.
3. Pasang surut campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya
bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan
mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia
dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan
satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat
Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari,
ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed
Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua
kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed
Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi
dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan
Jawa dan Indonesia Bagian Timur.
(AO1+AK1)F= ___________
(AM2+AS2)
Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan
rumus Formzahl
dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya
tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya
tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya
tarik matahari
Dimana :
F ≤ 0.25 : Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0 : Pasut campuran dominan tunggal
2.5 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
2.5.1 Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala
dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada
pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana
yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka
laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau
bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).
2.5.2 Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka
laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki
sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air
laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide
gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya
permukaan air laut yang dapat diketahui melalui
pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak
dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah
dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan
floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air
laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut
yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).
Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu
berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat
ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut
(Sahala dan Steward, 2008)
2.5.3. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun
1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada
saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai
tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati
sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan
es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata
(MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah
satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa
radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif
(receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem
ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit
memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik
(radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima
kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut
dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit
altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit
ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas
permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi
muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran
dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit
dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode
pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan
muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu
(time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan
karena kita akan melihat variasi temporal periode
panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward,
2008)
2. 6 Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia
dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di
garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin,
gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran
tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia
menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah
Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar
15 memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan
Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah
lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut
cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau,
laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan
Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir
Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau
Papua (muara sungai Digul) (Sumotarto, 2003).
BAB IIIMETODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan
pada hari Selasa, 18 Desember 2012 pukul 08.00 –
09.30 WIB bertempat di Laboratorium Penginderaan
Jarak Jauh , Program studi Ilmu Kelautan, Fakultas
MIPA, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2 Alat dan Bahan
1. 1 PC komputer
2. Modul Praktikum
3. Aplikasi Ms. Excel
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum Pasang Surut ini
adalah:
Sebelum dilakukan pengolahan data pasutdilakukan terlebih dahulu smoothing pada datalapangan yang diperoleh dari pengukuran alat,
Isi tiap kolom – kolom pada skema II inidengan bantuan Tabel2 yaitu denganmengalikannilai pengamatan dengan harga pengali pada
Karena pengali dalam daftar hanya berisibilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4ada
bilangan 0 (nol) yang tidakdimasukkan dalamperkalian, maka lakukan perhitungan denganmenjumlahkan bilangan yang harus dikalikan
Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 danisikan kedalam kolom di bawah tanda (-).
Untuk mengisi kolom – kolom pada skema-III,setiap kolom pada kolom –kolom skema-
IIImerupakan penjumlahan dari perhitungan pada
Mengisi seluruh kolom – kolom pada skema-IV,diisi dengan data setelah penyelesaian skema-
Mengisi kolom – kolom pada skema-V dan kolom– kolom pada skema-VI dengan bantuan daftar3a skema-V (Tabel 7) mempunyai 10 kolom,
kolom kedua disisi pertama kali sesuai dengan
Untuk kolom 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 denganmelihat angka – angka pada kolom 2
dikalikan dengan faktorpengali sesuai
Tabel-VIII dibagi menjadi 3 (tiga)
Setelah selesai pindahkan harga amplitude (A)dan kelambatan fase (go) untuk setiap komponendari skema-VII ke hasil terakhir dengan nilai
Format isian pada skema VII dapat dilihat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Skema 1
Tabel 1. Penyusunan untuk Skema I
Tanggal 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1-Dec-12151.2
125.1
100.6
80.4
67.3
63.3
69.2 84.6
107.5
135.1 164 191
2-Dec-12156.9
136.8
117.1
100.3
88.7
84.4
88.5
100.7
119.9
143.5
168.5 192
3-Dec-12 153139.3
125.8
114.3
106.7
104.6
109.2
120.4
137.4 158
179.8 200
4-Dec-12139.9 132 125
119.8
117.9
120.2
127.5 140
156.7
176.1
195.8
213.6
5-Dec-12 120116.2
114.6
115.7 120
128.1
140.1
155.8
174.3
194.2
213.6
230.3
6-Dec-12 9794.8
96.7
102.8
112.9
126.9
144.5
164.9 187
209.2
229.8 247
7-Dec-1275.1
71.8
74.6
83.4
97.8 117
140.1
165.8
192.4
218.3
241.6
260.5
8-Dec-1258.4
51.4
52.4
61.3
77.6
100.3
127.9
158.4
189.8
219.9
246.7
268.5
9-Dec-1249.8
37.5
34.2
40.6
56.3
80.2
110.3
144.4
179.7
213.9
244.4
269.6
10-Dec-12 51
32.5
23.6
25.4 38
60.5
90.8
126.5
164.5
201.7
235.4
263.6
11-Dec-12
61.6
37.3
22.3
18.4
26.1 45
73.4
108.5
147.1
185.8
221.6 252
12-Dec-12
79.4 51
30.7
20.9
22.9
36.8
61.3 93.8
131.1
169.6
205.8
237.2
13-Dec-12
100.9
70.8 47
32.5
29.1
37.5 57 85.5
119.8
156.2
191.3
222.1
14-Dec-12 122
92.9
68.2
50.9
43.4 47
61.5 85.2
115.4
148.5
181.1 210
15-Dec-12
138.5
112.9 90
72.6
63.2
63.5
73.8 93
118.8
148.1
177.3
203.3
16-Dec-12
147.1
127.1
108.3
93.4
84.7
84.7
91.8
107.6
129.7
155.1
180.7
203.3
b. Skema II
Tabel 2. Hasil Penyusunan untuk Skema II
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
213.4
229.8
239.7
243.7 243
239.1 233
225.4
216.3 205.4
191.9
175.7
211.2
224.7
231.7
232.9
229.3
222.7
214.5
205.6
196.6 187.3
177.2
165.8
216226.4
230.3
228.1
221.1
210.7
198.9 187
175.8 165.8
156.7
148.2
227.1
234.7
235.8
230.5
219.8
205.5
189.2
172.9
157.8 144.8
134.2 126
242.3
248.2
247.3
239.6 226
207.9
187.3
166.1
145.9 128.2
113.9
103.4
258.9
264.4
262.6
253.7
238.3
217.6
193.4
167.7
142.3 119
99.4
84.5
273.7 280
278.9
270.1
254.4
232.7
206.4
177.4
147.5 118.9
93.4
72.7
284.1
292.3
292.9
285.7
271.2
250.1
223.7
193.2
160.6 127.7
96.9
70.2
288298.9 302
297.4
285.4
266.6
241.8 212
178.7 143.7
109.1
77.3
284.9
298.6
304.5
302.9
294.1
278.7
257.1
230.1
198.4 163.6
127.5
92.6
275.5
291.5
299.9
301.1
295.7
284.1
266.7
243.7
215.7 183.5
148.5
112.9
261.9
279.2
289.2
292.4
289.7
281.6
268.4
250.3
227.2 199.4
167.9
134.3
246.7
264.1
274.4
278.5
277.2
271.5
261.8
248.2
230.3 208.1
181.9
152.6
233249.2
258.5
261.9
260.6
255.8 248
237.7
224.4 207.8
187.5 164
223.8
237.6
244.7 246 243
237.2
229.6
220.7
210.4 198.2
183.6
166.4
220.7
220.7
235.6
233.9
227.8
219.3
209.8
200.2
190.8 181.2
170.8
159.1
X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4
+ - + - + - + - + - + -2160
1836
2656
1339
2123
1873
1997
1999
1336
1329
1996
2000
2166
1831
2500
1497
2113
1884
2037
1960
1336
1329
2004
1993
2237
1776
2365
1649
2099
1914
2076
1937
1341
1336
2020
1994
2363
1680
2278
1765
2085
1958
2108
1935
1349
1347
2039
2004
2520
1559
2256
1823
2072
2007
2126
1953
1359
1360
2058
2021
2678
1437
2302
1814
2063
2052
2127
1989
1370
1373
2074
2041
2809
1336
2406
1738
2060
2085
2110
2035
1378
1384
2084
2061
2888
1274
2549
1613
2061
2100
2078
2084
1383
1390
2085
2076
2901
1261
2701
1461
2068
2093
2037
2125
1384
1390
2077
2085
2846
1300
2833
1314
2080
2067
1995
2152
1379
1385
2063
2084
2736
1382
2919
1199
2092
2026
1959
2159
1371
1374
2043
2075
2593
1489
2942
1141
2106
1976
1936
2146
1361
1361
2024
2059
2444
1601
2895
1150
2116
1929
1930
2115
1350
1347
2007
2039
2321
1694
2788
1226
2123
1892
1943
2071
1341
1336
1996
2019
2247
1750
2641
1355
2124
1872
1973
2023
1336
1329
1994
2002
2226
1757
2470
1514
2110
1874
2003
1980
1336
1328
1989
1994
X0 X1+ Y1+ X2+ Y2+ X4+ Y4+
+ 2000 2000 2000 2000 500 5003996 2325 3317 2250 1998 507 4963997 2334 3002 2229 2077 507 5124014 2461 2717 2185 2139 505 526
4043 2683 2514 2127 2174 503 5344079 2960 2433 2065 2173 500 5374115 3241 2488 2011 2138 497 5334145 3473 2668 1975 2075 494 5234161 3614 2936 1962 1994 493 5094162 3639 3240 1975 1912 493 4934147 3546 3520 2013 1843 495 4794118 3355 3720 2067 1799 497 4694082 3104 3801 2129 1789 500 4654045 2844 3746 2187 1815 503 4684015 2627 3562 2231 1872 506 4783996 2497 3286 2253 1950 507 4913983 2469 2956 2236 2023 508 495
c. Hasil Skema IV
Tabel 4. Hasil Penyusunan untuk Skema IV
d. Skem
a V
dan
VI
INDEX TANDAX Y X YTAMBAHAN JUMLAH
00 + 65096 65096 10 + 47171 49906 17171 - 30000 30000 1990612 + 23970 22372 - 23200 27533 -1230 -7161
(29) (-)(+) 2000 2000
1b + 20766 18758 - 17972 21634 2795 -287713 + 17626 16083
- 29544 33823 -13918
-19740
(29) (-)(+) 2000 2000
1c + 20880 20330 - 19968 23822 912 -349220 + 33894 31770 3894 1770 - 30000 30000 22 + 14131 13550 - 19763 18220 -7632 -6670
(29) (-)(+) 2000 2000
2b + 16804 16766 - 12879 11069 3925 569723 + 9991 9623
- 23904 22148 -15913
-14525
(29) (-)(+) 2000 2000
2c + 12667 12052 - 15060 14225 -2393 -217342 + 3469 3470 - 4545 4537 -1576 -1567
(29) (-)(+) 500 500
4b + 3497 3674 - 3009 2849 489 82544 + 3510 3475 - 4505 4532 -1495 -1558
(29) (-)(+) 500 500
4d + 3000 3002 -507 -519 - 3506 3521
Tabel 5. Hasil penyusun untuk skema V dan VI
V
X00 = 65096 65096.
1
X10 =
17171 171.705
-171.70
5
171.705
515.115
17170.5
-1201.9 171.705
X12 - Y1b
= 1647
-32.93148.2 -
16.465
-148.18
5
-148.18
51646.5 -32.93 32.93
X13 - Y1c
=
-10427
-417.07
2
729.876
-104.26
8
-1355.4
8
-2085.3
6
6151.812
-312.804
X20 = 3894 -
38.941 5.8 3894.1 1129.3 38.941 -77.882
X22 - Y2b
=
-13329
-133.29
4
-13329.
4
1866.116
-8130.9 266.6 -399.9 -
399.882 399.9
X23 - Y2c
=
-13740 274.80
6
8931.195
-3435.0
8
-13740.
3
-412.20
9 687.015 137.4
03
X42 - Y4b
= -2401
-24.007 -
24.007 -240.07-
2400.7
X44 - Y4d
= -976 9.759 -9.759 -19.518 -
985.659 -48.8
VI
Y10 =
19906 -
199.055
398.11 20104.56
-1592.4 199.055 199.0
55
Y12 + X1b
= -4367 -218.3 -
43.665218.32
5 524.0-
4584.83
130.995 -43.7
Y13 + X1c
=
-18828 376.55
2376.55
2
-1694.4
8
-4518.6
2
12237.94
-753.104
-376.552
Y20 =
1770 -
283.248
1770.3 531.1 -17.703 35.406 -53.109
-17.703
Y22 + X2b
= -2746
-2855.6
3-411.9 1674.9 -
54.916 274.6 -109.832 54.9
Y23 + X2c
=
-16918 11842.
3
-4398.5
8
-17425.
1
507.528
1065.809
1184.232
507.528
Y42 + X4b
= -1078 -21.6 -118.6
-1078.4
Y44 + X4d
= -2064 61.92 -20.64 -103.2 -2064 123.8
e. Skema VII
Tabel 6. Hasil penyusun untuk skema VII
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
VII
V : PR cos r 64920.4
-3700.3
2366.4
-21774.0
14830.3
6196.5
-1190.5
-1879.3
VI : PR sinr 8902.
0-
2927.0-
16400.316544.8
7436.5
-1584.4
-631.0
PR 64920.4
9640.4
3763.9 27259.5 22218
.69679.8
1981.8
1982.4
Daftar 3a : P 360.0 175.0 214.
0 166.0 217.0 177.0 273.0 280.0
Daftar 5 :f 1.0 1.0 1.0 0.9 0.8 1.0 1.0
VII : 1 + W 1.0 0.8 1.2 1.3 1.0 1.0 0.8
: V 109.5 0.0 155.9 348.1 121.
4 219.0 109.5
Daftar 9 :u 1.7 0.0 1.7 7.9 -
10.1 3.5 1.7
VIII : w 10.6 2.6 4.1 0.0 0.0 10.6
Daftar 3a : p 333.0 345.
0 327.0 173.0 160.0 307.0 318.0
Daftar 4 :r 112.6 129.
0 217.0 228.1 230.2 233.1 198.6
Jumlah = g 556.8 484.5 704.3 761.3 501.
4 762.6 638.4
n x 360° 360.0 360.0 360.0 360.0 360.
0 720.0 360.0
PR:((P* f *(1+W)) =A 180.3 53.9 21.3 136.6 81.6 65.0 6.951
61 8.4
g° 196.8 124.
5 344.3 401.3 141.4 42.6 278.4
f. Skema VIII
Tabel 7. Hasil Penyusun untuk Skema VIII
w dan (1+W), S2 , MS4 VII : K1 :
V = 348.1
VII : K1 :u = 7.9
Jumlah : V + u = 356.0
Daftar 10 : S2 :w/f = 12.4
Daftar 10 : S2 :W/f = -0.2
Daftar 5 : K2 : f = 0.9w = 10.6W = -0.2
1 + W = 0.8w dan (1+W) utk K1
VII : K1 :2V = 696.3
VII : K1 :u = 7.9
Jumlah : 2V + u = 344.2Daftar 10 : K1 : wf = 3.9Daftar 10 : K1 : Wf = 0.3
Daftar 5 : K1 : f = 0.94268
w = 4.1W = 0.3
1 + W = 1.3w dan (1+W) utk N2
VII :M2 : 3V = 328.5
VII : N2
: 2V = 311.8
Selisih (M2 - N2) = 16.7Daftar 10 : N2 : w = 2.6Daftar 10 : N2 :
1+W = 1.2
M2 , O1 , M4 : W = 0 ; w = 0
S2 : f = 1 ; V, u =
0
N2, MS4 : f, u sama dengan M2
M4 : f = ( f M2 ) ²
V = ( V M2 ) x 2 u = ( u M2 ) x 2 MS4 : V = V M2
K2 : A = A S2 x 0.27
g = g S2
P1 : A = A K1 x 0.33
g = g K1
HASIL TERAKHIR S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A Cm 118 77 37 117 35 18 13 21 10 12
g ° 343 194
354 317 14
5 5 226 194 317
F0.4649
12
g. Grafik pasang Surut
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 230
50010001500200025003000350040004500
Pasang Surut41259 4125841257 4125641255 4125441253 4125241251 4125041249 4124841247 4124641245 41244Tanggal Jam
4.2 Pembahasan
Pada praktikum oseanografi kali ini, pengamatan
pasang surut dilakukan di daerah Tanjung Pandan yang
termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Tanjung
Pandan ini terletak di Kabupaten Belitung, Pulau
Bangka. Secara geografis daerah Tanjung Pandan terletak
antara 107°08' BT- 107°58' BT dan 02°30' LS sampai
03°15' LS. Melihat kondisi topografi Pulau Belitung
yang pada umumnya bergelombang dan berbukit-bukit telah
membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola
Sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu di
daerah pegunungan dan mengalir ke daerah pantai.
Sedangkan daerah aliran sungai mempunyai pola aliran
sungainya berbentuk seperti pohon
Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa
data-data numerik yang disusun dalam tabel kedudukan
tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam (24
jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi
sehingga sudah siap untuk dilakukan perhitungan
selanjutnya.
Pada praktikum kali ini juga, menggunakan etode
perhitungan Adiralti. Perhitungan dengan metode
Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga amplitudo
(A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15
piantan (hari pengamatan) dan mean sea level (S0) yang
sudah terkoreksi. Dari besaran amplitudo (A) dan beda
fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang
diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan
Tanjung Pandan melalui tabiat pasang surutnya, yaitu:
Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada
kriteria Courtier.
Nilai F pada saat pengamatan diperoleh 0.464912
sehingga tipe pasang surut di perairan Tanjung Pandan
adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda.
Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar
antara 0.25 < F < 1.50 berdasarkan kriteria Courtier.
Terdapat 9 komponen
harmonic dalam perhitungan pasang surut dengan metode
admiralty yaitu M2 yang merupakan Harian ganda: bulan
orbit lingkaran dan ’equatorial orbit’, S2 Harian
ganda: bulan orbit lingkaran dan ’equatorial orbit’, K2
Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari,
N2 Harian ganda: orbit bulan yang eliptis, K1 Harian
ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari, O1
Harian ganda: deklinasi bulan, P1 Harian ganda:
deklinasi matahari, M4 ’quarter diurnal’: perairan
dangkal dan MS4 yang merupakan ’quarter diurnal:
perairan dangkal, interaksi M2 dan S2.
Dengan waktu selama 15 atau 29 piantan (hari)
pengamatan pasang surut dilakukan. Hasilnya kemuudian
dianalisis dengan metode Admiralty dengan pertimbangan
unsur bulan dan matahari. Metode Admiralty dilakukan
dengan per-hitungkan unsur bulan dan matahari. Dari
perhitungan dengan metode ini akan didapatkan data
pasang surut
BAB V
KESIMPULAN
1. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turun-nya permukaan air laut secara
berkala yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda
astronomi terutama oleh matahari, bumi, dan bulan.
2. Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh
gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari.
3. Tipe-tipe pasang surut antara lain adalah pasang
surut harian tunggal, pasang surut harian ganda,
pasang surut campuran condong harian tunggal, pasang
surut campuran condong harian ganda.
4. Metode perhitungan pasang surut laut dengan
menggunakan metode admiralty adalah perhitungan
untuk menentukan Muka Laut Rata-rata (MLR).
5. Perhitungan Formzhal digunakan untuk penentuan tipe
pasang surut suatu perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas
Anonim .2013. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut. from http://gdl.geoph.itb.ac.id. diakses pada tanggal 4 Desember 2013 pukul 20.00WIB.
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North Holland Publishing Company. Amsterdam
Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . fromhttp://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada tanggal 6 Desember 2013 pukul 19.25 WIB.
Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography.Pergamon Press, Oxford
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.
Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktor-penyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB.
Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-
oseanografi/402-pasan-surut. Akses pada tanggal 6Desember 2013 pukul 21.15 WIB.