Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kira-kira 550 juta tahun yang longsoran lumpur terjadi di dasar laut purba. Tumbuhan dan binatang tersangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih dalam dan terjebak dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian mengalami lithifikasi menjadi serpih. Selanjutnya serpih megalami pengangkatan membentuk pegunungan yang tinggi. Pada batuan tersebut ditemukan sejumlah sisa-sisa organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya masih tetap hidup sampai sekarang sedang lainnya telah musnah. Sisa-sisa kehidupan di masa lampau yang telah mengalami pembatuan disebut fosil. Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang menyerupai bakteri yang pernah hidup sekitar 3000 juta tahun lalu. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang PRAKTIKUM PALEONTOLOGI NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
55

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Mar 12, 2023

Download

Documents

Dini Rosyada
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kira-kira 550 juta tahun yang longsoran lumpur

terjadi di dasar laut purba. Tumbuhan dan binatang

tersangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih

dalam dan terjebak dalam lapisan sedimen lumpur yang

kemudian mengalami lithifikasi menjadi serpih.

Selanjutnya serpih megalami pengangkatan membentuk

pegunungan yang tinggi. Pada batuan tersebut ditemukan

sejumlah sisa-sisa organisme tadi yang beberapa jenis

diantaranya masih tetap hidup sampai sekarang sedang

lainnya telah musnah.

Sisa-sisa kehidupan di masa lampau yang telah

mengalami pembatuan disebut fosil. Fosil yang tertua

adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang

menyerupai bakteri yang pernah hidup sekitar 3000 juta

tahun lalu. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

kehidupan yang pernah ada di masa lampau disebut

paleontologi. Paleontologi sangat membantu ahli geologi

dalam melakukan interpretasi mengenai sejarah bumi.

Oleh sebab itu, laporan ini merupakan bukti fisik

dari praktikum pengenalan fosil dan proses pemfosilan

yang telah kami lakukan pada Senin, 16 Februari 2015.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini bermaksud untuk membangun pemahaman

awal serta menambah ilmu mengenai fosil dan proses

pemfosilan.

Adapun tujuan dilaksanannya praktikum ini adalah:

1. Praktikan mampu menjelaskan pengertian dari fosil

2. Praktikan mampu menjelaskan proses pemfosilan

3. Praktikan mampu mengidentifikasi dan mengenali

jenis-jenis fosil tertentu

4. Praktikan mampu menjelaskan manfaat dari mempelajari

fosil.

1.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama berlangsungnya

praktikum adalah:

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Alat:

1. Alat tulis menulis (pulpen, penggaris, pensil dan

penghapus)

2. Tabel determinasi

Bahan:

1. HCl 0,1 M

2. 8 sampel fosil

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fosil

Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun

tumbuhan yang hidup pada masa lampau yang terawetkan

maupun tertimbun secara alamiah. Syarat terbentuknya

suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang

keras., mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri

pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa rekaya manusia,

mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari

10.000 tahun lamanya.

Menurut definisi tersebut, Mummy Mesir tidaklah dapat

dikategorikan sebagai fosil. Begitupula dengan peralatan-

peralatan hidup manusia purba. Batas antara masa lampau

dan masa kini adalah pada awa Holosen, atau kira-kira

11.000 tahun yang lalu.

2.2 Pengawetan Fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Suatu kehidupan dapat menjadi fosil melalu proses

pemfosilan. Proses ini merupakan proses dimana terekamnya

data-data kehidupan suatu organisme atau perubahan-

perubahanyang terjadi pada saat organisme tersebut mati

dan terkubur, serta terawetkan dengan baik dalam suatu

tubuh batuan sedimen, baik berupa sebagian atau seluruh

kehidupan organisme tersebut.

Adapun beberapa proses pemfosilan, adalah sebagai

berikut:

1. Petrifikasi, berubahnya organisme menjadi

batuan karena bahan-bahan seperti:

a. Silika (SiO2), berasal dari ledakan gunung api,

dapat berupa abu. Jika bercampur dengan air

kemudian memasuki pori-pori organisme dan

mengganti molekul-molekul organisme oleh komponen

silika dan kemudian mengalami proses pembatuan.

b. Kolofan, zat yang terdiri dari kalsium karbonat

(CaCO3), sulfat (SO4) dan air (H2O). Proses

pemfosilan oleh kolofan sama seperti yang terjadi

pada proses pemfosilan oleh silika (SiO2).

c. Kalsium karbonat (CaCO3), zat yang berasal dari

kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

yang bercampur dengan bagian keras dari suatu

organisme dan terkompaksikan sehingga membentuk

sebuah fosil.

d. Oksida besi(FeO) dan sulfida besi (FeS), zat ini

berupa limonit, vivianit, atau hematit.

Pemfosilan dengan bahan ini dapat menyebabkan

fosil berwarna gelap karena mengandung unsur

besi.

2. Karbonisasi, penimbunan organisme sehingga

mengalami destilasi maupun kompresi sehingga

komponen gas dan air dalam tubuhnya hilang dan

tersisa unsur karbon (C).

a. Destilasi, proses dimana sutu tumbuhan atau bahan

organik lainnya yang telah mati dengan cepat

tertutup oleh tanah.

b. Kompresi, proses yang ditandai dengan organisme

tertimbun dalam lapisan tanah, maka air dan gas

yang terkandung dalam suatu organisme tertekan

keluar oleh bertanya lapisan tanah yang

menimbunnya.

3. Mineralisasi, proses penggantian sebagian atau

seluruh tubuh organisme oleh mineral yang lebih

tahan terhadap prose pelapukan. Meski material yang

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

menyusun organisme telah digantikan oleh mineral,

struktur sel dari organisme itu sendiri masih tampak

jelas dengan menggunakan mikroskop. Proses

mineralisasi dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu:

a. Rekristalisasi, pengkristalan kembali mineral

penyusun rangka organisme menjadi mineral yang

lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-

atom penyusun mineral akan menyesuaikan diri dan

membentuk mineral yang lebih solid. Fosil yang

mengalami rekristalisasi akan mempunyai bentuk

dam struktur yang tetap. Tetapi hanya komposisi

mineralnya yang berubah.

b. Permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari

suatu organisme berkontak langsung dengan air.

Dimana, air ini mengandung ion-ion terlarut

seperti silika, kalsium karbonat atau oksida

besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-

rongga dengan mineral. Dengan adanya proses ini,

fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

c. Replacement, material penyusun organisme yang

mengalami pelarutan dan digantikan oleh mineral

yang lain. Selama proses ini, volume dan bentuk

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

asli organisme tidaklah berubah, tetapi material

penyusunnya mengalami perubahan.

4. Pengawetan, proses yang menyebabkan suatu

organisme baik seluruh atau sebagian dari tubuhnya

tetap terawetkan dengan sedikit perubahan sifat

kimia maupun fisiknya.

5. Mold and cast, cangkang yang tertupi material

sedimen yang mengalami kompaksi mengalami pelarutan

dan meninggalkan cetakan pada batuan sedimen disebut

mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral

sekunder lainnya disebut cast.

6. Organic trap, organisme yang secara utuh terjebak

pada suatu material sehingga tertimbun dan menjadi

fosil.

7. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme

pada material-material lunak dan meninggalkan tapak

yang sangatlah jelas disebut track. Sedangkan trail

adalah jejak perpindahan organisme yang menimbulkan

kenampakan yang sangat halus.

8. Fake fosil, fosil rekayasa yang sengaja dibentuk

oleh manusia sebagai peraga.

9. Bekas gigtan, fosil tulang yang memiliki bekas

gigitan dari carnivora maupun hewan pengerat.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

10. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan.

Koprolit digunakan untuk menentukan habitat, jenis

makanan serta memperkirakan ukuran hewan tersebut.

11. Gastrolit, batu yang permukaannya halus yang

ditemukan di dalam badan hewan yang telah menjadi

fosil.

2.3 Jenis Fosil

Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Fosil tidak Terubah

Semua bagian organisme yang terawetkan, baik yang

lunak maupun yang keras. Misalnya, mammoth yang

terawetkan dalam es di Siberia.

2. Fosil yang Mengalami Perubahan

Perubahan dapat berupa:

a. Permineralisasi

b. Replacement

c. Rekristalisasi

3. Fosil berupa Jejak atau Bekas

Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk siap

dikenal, sering hanya bukti-bukti tidak langsung

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

dari jejak fosil yang ada untuk diinterpretasikan.

Contoh bukti tidak langsung adalah:

a. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen

yang mengalami kompaksi mengalami pelarutan dan

meninggalkan cetakan pada batuan sedimen disebut

mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral

sekunder lainnya disebut cast

b. Imprint, jejak yang terbentuk pada sedimen yang

halus, pasir halus, maupun lumpur.

c. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme

pada material-material lunak dan meninggalkan

tapak yang sangatlah jelas disebut track. Sedangkan

trail adalah jejak perpindahan organisme yang

menimbulkan kenampakan yang sangat halus.

d. Burrow, jejak dari organisme penggali. Lubang atau

galian ditinggalkan oleh organisme sering

terawetkan oleh pengisian mineral yang memiliki

komposisi yang berbeda.

e. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit

digunakan untuk menentukan habitat, jenis makanan

serta memperkirakan ukuran hewan tersebut.

4. Fosil Kimia

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Jejak asam organik seperti yang dijumpai dalam

sedimen Prakambrium yang dipandang sebagai fosil

kimia.

2.4 Manfaat Fosil

Paleontologi adalah bagian dari ilmu geologi yang

menguraikan penyelidikan dan interpretasi fosil. Ilmu ini

banyak membantu ahli geologi dalam memahami sejarah masa

lalu. Ahli paleontologi menggunakan fosil untuk banyak

hal, beberapa diantaranya adalah:

1.Untuk menentukan umur relatif suatu batuan. Batuan

yang berasal dari zaman tertentu mengandung fosil

yang berbeda dengan zaman yang lainnya. Fosil pada

zaman yang lebih tua memiliki persebaran yang

sedikit dan bentuknya lebih primitif, sedangkan

fosil pada zaman yang lebih muda dapat dijumpai

lebih banyak dan bentuknya lebih kompleks.

2.Untuk menentukan keadaan lingkungan dan ekologi

suatu batuan sedimen yang mengandung fosil.

3.Untuk menentukan korelasi batuan, dengan

ditemukannya suatu fosil maka dapat ditarik

kesimpulanan bahwa lapisan yang juga terdapat fosil

tersebut terbentuk pada zaman yang sama.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

4.Untuk mengetahui evolusi makhluk hidup. Setelah

meneliti isi fosil dari lapisan batuan-batuan yang

berbeda umurnya dapat disimpulkan bahwa batuan yang

lebih tua mengandung fosil yang lebih sedikit dan

bentuknya lebih primitif.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

A

BAB III

PEMBAHASAN

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 1

No. Peraga : 1945

Family : Pleurotomanidae

Genus : Pleurotoma

Spesies : Pleurotoma steinworthi S.

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Miosen Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (Neritik-Abisal)

Ket :

Pleurotoma steinworthi S. termasuk dalam filum Molusca,

kelas Gastropoda, family Pleurotomanidae, genus Pleurotoma.

Fosil ini memiliki bentuk konikal, karena diameter dari

bawah ke atas semakin bertambah. Memiliki komposisi kimia

CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya

berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik

kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah

pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, suture yaitu hubungan antar bagian yang

lain, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu

pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu

organisme berkontak langsung dengan air yang mengandung

ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau

oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga

dengan mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan

menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses

tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen

tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up

lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

miosen atas. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti

adanya kehidupan pada masa miosen atas, untuk menentukan

umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan

pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-

bekicot.html, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 15:00

http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/

gastropoda.html, diakses pada Sabtu, 21 Februari

2015 pukul 13:56

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 2

No. Peraga : 279

Family : Calymenenidae

Genus : Calymene

Spesies : Calymene blumenbachi B.

Bentuk : Beruas-ruas

Komposisi Kimia :-

Proses Pemfosilan : Fake fosil

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Umur : Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Calymene blumenbachi B.termasuk dalam filum Artropoda,

kelas Trilobita, ordo Trilobithes, family Calymenenidae, genus

Calymene. Fosil ini memiliki bentuk tubuh beruas-ruas

seperti lipan. Bagian tubuh yang dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, sebuah glabella bulat sederhana,

beberapa segmen toraks dan bentuk tubuh yang lempeng.

Proses pemfosilan fosil ini adalah fake fosil. Karena

fosil ini merupakan tiruan dan rekayasa manusia. Tidak

terbentuk dengan sendirinya di alam.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini hidup

kisaran silur tengah. Manfaat dari fosil ini adalah

sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah,

untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan

menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut

didapatkan.

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene

(Trilobita) from the Silurian of Dudley. England:

Departement of Geology University of Hull Cottingham

Road

http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi,

diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:23

http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:18

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1)Test (2)Septa

No. Sampel : 3

No. Peraga : 1578

Family : Hemicidarisidae

Genus : Hemicidaris

Spesies : Hemicidaris crenularis

Bentuk : Slender Spin

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Umur : Jura Atas

Proses pemfosilan : Cast

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Hemicidaris crenularis termasuk dalam filum Echinodermata,

kelas Echinoidea, family Hemicidarisidae, genus Hemicidaris. Fosil

ini memiliki bentuk bikonveks, tubuh tertutup oleh dua

cangkang yang saling menutup satu sama lain. Memiliki

komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M

cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat

ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini

adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, aperture yaitu mulut bagian atas, dan

septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu cast,

proses dimana mold terisi oleh mineral-mineral sekunder

dan mengisi rongga-rongga yang terdapat pada cangkang.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat. Diperkirakan

terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang

terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses

tektonik menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke

atas permukaan laut. Melalui proses up lift/pengangkatan

atau perubahan permukaan air laut.

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

jura atas. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti

adanya kehidupan pada masa jura atas, untuk menentukan

umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan

pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:59

http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/

projects/echinoid-directory/taxa/taxon.jsp?id=1466,

diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 4

No. Peraga : 792

Family : Coralidae

Genus : Coral

Spesies : Coral limestone

Bentuk : Cabang-cabang

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (3-50m)

Ket :

Coral limestone termasuk dalam filum Cnidaria , kelas

Anthozoa, family Coralidae, genus Coral. Fosil ini memiliki

bentuk cabang-cabang yang terkompaksi dalam batuan

sedimen. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika

ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan

komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa

lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut

dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, dan septa yaitu pembatas yang memisahkan

rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi petrifikasi,

berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium

karbonat (CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang

terlapukkan dan terlarut dalam air yang bercampur dengan

bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga

membentuk sebuah fosil.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat. Diperkirakan

terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya endogen yang

terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses

tektonik menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke

atas permukaan laut. Melalui proses up lift/pengangkatan

atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

kapur atas. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti

adanya kehidupan pada masa kapur atas, untuk menentukan

umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan

pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses padaSabtu, 21 Februari 2015, pukul 16:38

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1) Test

No. Sampel : 5

No. Peraga : 530

Family : Lepidocentrusidae

Genus : Lepidocentrus

Spesies : Lepidocentrus mulleri

Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Devon Tengah

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Lepidocentrus mulleri termasuk dalam filum Echinodermat,

family Lepidocentrus idae, genus Lepidocentrus. Fosil ini

memiliki bentuk diskoidal, karena bentuknya berupa

piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3,

karena ketika ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih.

Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan

bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona

laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan

eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu

organisme berkontak langsung dengan air yang mengandung

ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau

oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga

dengan mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan

menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses

tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen

tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up

lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

devon tengah. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti

adanya kehidupan pada masa devon tengah, untuk menentukan

umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan

pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus

%20mulleri, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 17:23

https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-

4899-a10f-6bf297d23281#paleocontext, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:30

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 6

No. Peraga : 157

Family : Porpitesidae

Genus : Porpites

Spesies : Porpites porpita L.

Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Silur Tengah

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Porpites porpita L. termasuk dalam filum Cnidaria, kelas

Hydrozoa, family Porpitesidae, genus Porpites. Fosil ini

memiliki bentuk diskoidal, berbentuk pipih seperti

piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3,

karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih.

Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan

bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona

laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan

eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

mineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu

organisme berkontak langsung dengan air yang mengandung

ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau

oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga

dengan mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan

menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

Page 39: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses

tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen

tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up

lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

silur tengah. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti

adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk menentukan

umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan

pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 40: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:30

http://www.marinespecies.org/aphia.php?

p=taxdetails&id=117831, diakses pada Sabtu, 21

Februari 2015 pukul 17:41

Page 41: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 7

No. Peraga : 712

Family : Hysterolithesidae

Genus : Hysterolithes

Spesies : Hysterolithes elegans

Bentuk : Bikonveks

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Devon Bawah-Tengah

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 42: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Hysterolithes elegans termasuk dalam filum Molusca, kelas

Brachiopoda, family Hysterolithesidae, genus Hysterolithes . Fosil

ini memiliki bentuk bikonveks, karena cangkang atas dan

cangkang bawah saling meratap. Memiliki komposisi kimia

CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya

berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik

kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah

pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, pedical valve yaitu cangkang bagian atas,

pedical opening yaitu sumbu yang menghubungkan cangkang

atas-cangkang bawah, aperture yaitu mulut bagian atas, dan

septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

Page 43: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena

adanya kalsium karbonat (CaCO3). Yaitu zat yang berasal

dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air yang

bercampur dengan bagian keras dari karang dan

terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

Page 44: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses

tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen

tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up

lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

devon bawah-tengah. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai

bukti adanya kehidupan pada masa devon bawah-tengah,

untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan

menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut

didapatkan.

Page 45: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://fossilworks.org/bridge.pl?

a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu, 21

Februari 2015 pukul 17:55

https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-

paleozoikum-zaman-devon-kesan-kehidupan/, diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50

Page 46: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 8

No. Peraga : 816

Family : Verruculinanidae

Genus : Verruculina

Spesies : Verruculina tenuis

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Kapur Atas

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 47: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

Verruculina tenuis termasuk dalam filum Poriferas, kelas

Calcarea, ordo Pleospolares, family Verruculinanidae, genus

Verruculina. Fosil ini memiliki bentuk konikal (kerucut),

karena diameter dari bawah ke atas bertambah. Memiliki

komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M

cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat

ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini

adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari

fosil itu sendiri adalah, test yaitu bagian keseluruhan

dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan

eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme

yang mati, kemudian tertransportasikan oleh media geologi

berupa air yang mengubah bentuk dan kedudukannya. Selama

transportasi, material yang terdapat pada organisme ini

akan menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang

lebih stabil. Kemudian fosil ini akan terendapkan pada

Page 48: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya berupa

cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan

batuan sedimen. Lapisan tersebut lama kelamaan akan

bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari tidak

dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri

pembusuk tidak dapat bekerja dan mempermudah proses

pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena

adanya kalsium karbonat (CaCO3). Yaitu zat yang berasal

dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air yang

bercampur dengan bagian keras dari karang dan

terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian

mengalami pemadatan yang mengakibatkan pori-pori pada

fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi terjadi proses

sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-

material sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah

mengalami sementasi lama kelamaan mengalami proses

litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka

fosil tersebut tidak dapat langsung dilihat.

Page 49: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses

tektonik. Proses tektonik menyebabkan batuan sedimen

tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses up

lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di

dalamnya belum tersingkap. Proses eksogen seperti

pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi

fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil

tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur

devon bawah-tengah. Manfaat dari fosil ini adalah sebagai

bukti adanya kehidupan pada masa devon bawah-tengah,

untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan

menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut

didapatkan.

Page 50: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu,

21 Februari 2015 pukul 17:57

Page 51: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun

tumbuhan yang hidup pada masa lampau yang terawetkan

maupun tertimbun secara alamiah. Syarat terbentuknya

suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang

keras., mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri

pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa rekaya manusia,

mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari

10.000 tahun lamanya. Apabila suatu organisme tidak

memenuhi keenam syarat di atas, maka tidak dapat dikatan

bahwa organisme tersebut adalah fosil.

4.2 Saran

Saran praktikan terhadap praktikum untuk acara

selanjutnya adalah sebelum memulai praktikum setidaknya

diberikan informasi terlebih dahulu sekurang-kurangnya

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL :

Senin,16-02-2015

Page 52: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

sehari sebelum dilaksanakannya praktikum. Agar praktikan

dalam keadaan siap. Serta, sebelum praktikum dimulai,

sebaiknya kakak tim asisten mengecek terlebih dahulu

peraga yang akan digunakan. Karena kotak antara Calymene

blumenbachi B. Dan Hemicidaris crenularis tertukar.

Page 53: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene

(Trilobita) from the Silurian of Dudley. England:

Departement of Geology University of Hull Cottingham

Road

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar.

Surakarta: UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS

http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi,

diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:23

http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:30

http://fossilworks.org/bridge.pl?

a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu, 21

Februari 2015 pukul 17:55

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses padaSabtu, 21 Februari 2015, pukul 16:38

http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:18

Page 54: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-

bekicot.html, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 15:00

http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:59

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus

%20mulleri, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 17:23

http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/

gastropoda.html, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 13:56

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu,

21 Februari 2015 pukul 17:57

http://www.marinespecies.org/aphia.php?

p=taxdetails&id=117831, diakses pada Sabtu, 21

Februari 2015 pukul 17:41

http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/

projects/echinoid-directory/taxa/taxon.jsp?id=1466,

diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40

Page 55: LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-

paleozoikum-zaman-devon-kesan-kehidupan/, diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50

https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-

4899-a10f-6bf297d23281#paleocontext, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:30

Rochmanto, Budi. -. Diktat Matakuliah Geologi Fisik.

Ujung Pandang: UNHAS