BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1 Mengetahui sifat-sifat optik mineral. 1.1.2 Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol sejajar dan nikol bersilang. 1.1.3 Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi. 1.2 Tujuan 1.2.1 Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral. 1.2.2 Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol sejajar dan nikol bersilang. 1.2.3 Dapat mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi. 1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum mineralogi “mineral optik” ini dilaksanakan pada : Hari / tanggal : - Kamis, 19 Mei 2011 - Senin, 23 Mei 2011 1
hasil analisa mineral di bawah mikroskop pada saat praktikum mineral optik baik secara ppl (nikol sejajar) maupun xpl (nikol silang)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.1.1 Mengetahui sifat-sifat optik mineral.
1.1.2 Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol
sejajar dan nikol bersilang.
1.1.3 Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral
yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral.
1.2.2 Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui
nikol sejajar dan nikol bersilang.
1.2.3 Dapat mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik
mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum mineralogi “mineral optik” ini dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : - Kamis, 19 Mei 2011
- Senin, 23 Mei 2011
- Senin, 30 Mei 2011
Waktu : 19.00 s.d selesai
Tempat : Gedung Pertamina Sukowati Lt. 2, Ruang GS-203
1
BAB II
DASAR TEORI
Dalam mempelajari mineral yang terdapat di berbagai batuan diperlukan
sebuah mikroskop untuk mengamati sifat-sifat dari mineral yang tidak terlihat
dengan mata telanjang. Sifat-sifat tersebut adalah sifat optik dari sebuah mineral.
Mikroskop yang digunakan untuk pengamatan sifat-sifat optik berbeda dengan
mkiroskop yang digunakan pada bidang biologi atau kedokteran. Mikroskop yang
digunakan adalah mikroskop Polarisasi , yang pada prinsipnya sama dengan
mikroskop yang biasaya dipergunakan dalam ilmu biologi ataupun kedokteran.
Perbedannya yaitu mikroskop dalam bidang kedokteran atau biologi hanya
memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya
yang terbias/ dibelokkan, bukan cahaya terpantul.
2.1 Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya
1. Kaki mikroskop
Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop,
bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada
mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk
menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki
mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya
pengganti cermin.
2
Gambar 2.1 Mikroskop
2. Lengan Mikroskop, terdiri atas :
- Substage Unit
Bagian-bagiannya : Polarisator atau “lower nicol”, Diafragma Iris, dan
Kondensor.
Polarisator (“lower nicol”)
Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran
polaroid (Gambar 2-E), berfungsi untuk menyerap cahaya secara
terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang
bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan.
Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah
getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah
N-S atau E-W.
Diafragma Iris
Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur
jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau
menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan
faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima
oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap
orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk
menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga
dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil
mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
3. Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya
sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat
menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya
yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0o
sampai 360o. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat
untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
3
Tubus Mikroskop
Bagian ini terletidak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit
teropong, yang terdiri atas beberapa bagian antara lain lensa
objektif, lubang kompensator, analisator, lensa amici bertrand dan
lensa okuler.
Lensa objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi
untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari
meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah
lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung
keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan
adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan
polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah
getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan
tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)
Lensa okuler
Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi
untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita
mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat
benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan
objek pengamatan.
2.2 Pengaturan Mikroskop
Pengaturan yang paling penting adalah memusatkan perputaran meja
objek/centering, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah
satu benang silang, dan pengaturan arah getar analisator agar tegak
lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar dapat pada
saat pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang
4
kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan
pandangan).
2.3 Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol
Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan
bahwa analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari
jalan cahaya di dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai
sejajar dengan arah polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada
tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu benang silang.
Cahaya yang dipergunakan adalah cahaya terpolarisir dalam satu arah getar
(satu bidang getar). Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop
tanpa nikol dibagi menjadi dua golongan sbb:
a. Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-
sumbu kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu,
misalnya: bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat
diamati baik dengan mikroskop binokular yang memakai cahaya yang
tidak terpolarisir maupun pada contoh setangan dengan mata biasa.
b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu
sinar/sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan
pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat
tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu
adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut
bergetar searah dengan polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan
cahaya terpolarisir.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya,
inklusi, ukuran, bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna,
dan pleokroisme.
Ketembusan Cahaya
Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent
dan mineral tidak tembus cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya.
5
Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai
butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan
dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan
mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna.
Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material
asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal
tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari
mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada
magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan
dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya,
misalnya pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang
batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya dapat
bersifat seperti batas bidang kristal biasa.
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara
keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya
sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral
6
Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri
secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral
Parameter lain untuk menyatidakan bentuk adalah jumlah dan
perbandingan panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristal-
kristal yang euhedral. Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik,
tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk
kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau
juga terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk “incipient
crystals”.
7
Gambar 2.2 Parameter lain
bentuk mineral
• Belahan
Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis
yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa
sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya
orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu
kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis
mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya.
a. Belahan satu arah
Pada mineral yang disayat tegak lurus atau miring terhadap arah
bidang belahan , akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu
sama lain. Pada mineral yang disayat sejajar bidang belahan tidak
menunjukkan belahan.
b. Belahan dua arah
Pada mineral yang disayat sejajar sumbu C, akan nampak sebagai
satu bidang belahan. Pada mineral yang disayat miring atau tegak
lurus sumbu C, akan nampak dua belahan.
Cleavage dibagi menjadi :
1. Perfect Cleavage/sempurna
2. Good Cleavage/baik
3. Poor Cleavage/jelek
8
c. Belahan tiga arah
Mineral yang mempunyai belahan tiga arah, akan menampakkan
belahan dua arah disetiap jenis sayatan.
• Pecahan
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk
pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom
seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan
seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong
pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.
• Indeks Bias dan Relief
Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media
kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga
indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami
pembiasan pada batas kontidak kedua media tersebut. Semakin besar
perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas
bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan harga
9
indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin
kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka
sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan
media balsam kanada yang mempunyai relief nol (sebagai standar)