-
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK I
Kompleksometri
Disusun Oleh :
Irma Wulandari 1311E2023
Neng Erni Maryani 1311E2028
Nia Sari Setyaningrum 1311E2031
Menik Sri Muliasih 1311E2053
Deti Nurhidayah 1312C2009
Andita Hargiyanti 1311E2058
SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
2014
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 1
I. Judul Praktikum : Penentuan Konsentrasi EDTA 0,01 M
II. Tanggal Praktikum : Minggu, 16 Februari 2014
III. Tanggal Laporan : Minggu, 23 Februari 2014
IV. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui langkah pengerjaan titrasi kompleksometri
2. Dapat menentukan dan menghitung konsentrasi EDTA
V. Prinsip Kerja :
Sejumlah tertentu larutan CaCl2 standar dititrasi oleh larutan
EDTA yang akan
ditetapkan konsentrasinya pada pH 10 dengan menggunakan
indikator EBT sampai
dengan terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru
jelas. Pada TE mol
EDTA = mol CaCl2, sehingga konsentrasi EDTA dapat dihitung.
VI. Dasar Teori :
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau
yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi
kompleksometri :
Ag+ + 2CN
- Ag(CN)2
Hg2+
+ 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud disini adalah
kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation dengan sebuah anion atau
molekul netral
(Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu
zat pembentuk
kompleks yang banyak diguunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah garam
dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Senyawa
ini dengan banyak
kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1, berapapun
valensinya.
Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari
sifat kation dan pH
dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH
tertentu. Pada larutan yang
terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya
logam hidroksida.
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indicator logam, yaitu
indicator yang
dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan
komples antara
indicator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan
kompleks antara larutan
titer dan ion logam. Larutan indicator bebas mempunyai warna
yang berbeda dengan
larutan kompleks indicator.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi
reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral
yang terdisosiasi
dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks
demikian adalah tingkat
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 2
kelarutan yang tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti
diatas, dikenal pula
kompleksometri yang dikenal sebagai kelatometri, seperti yang
menyangkut
penggunaan EDTA. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan dan dalam
larrutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L M(H2O)(n-1)L + H2O
(Khopkar, 2002).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan
EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA
sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion
logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksilat atau disebut ligan
multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnhya
asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA)
yang mempunyai dua
atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul
(Rival, 1995).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap
dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif. Dalam
larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA
tanpa pematahan
sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti
CuHY-. Ternyata bila
beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan
menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan
tersebut (Harjadi,
1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal
Mg, Ca, Cr,
dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi
kompleksometri
mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengkompleks
dan tentu saja
kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri.
Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator
jenis ini contohnya
adalah Eriochrome black T, pyrocatechol violet, xylenol orange,
calmagit, 1-(2-piridil-
azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein
blue (Khopkar, 2002).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa laludalam
pemeriksaan kimia
adalah ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk
kompleks yang
mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion
sianida membentuk
senyawa kompleks perak-sianida, sedangkan dengan ion nikel
membentuk nikel-
sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianida
dalam titrimetri
adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan
ion logam karena
ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapatditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna
sebagai tanda tercapai titik akhhir titrasi. Ada lima syarat
suatu indikator logam dapat
digunakan pada pendeteksi visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus
sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion
logam telah
berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua,
reaksi warna itu
haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnyaselektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam
itu harus memiliki kestabialan yang cukup, kalau tidak, karena
disosiasi, tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator
logam itu harus
kurang stabil disbanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar
pada titik
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 3
akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator
logam ke
kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Keempat, kontras
warna antara
indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian
sehingga mudah
diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu,
terhadap pM) sehingga
perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Terakhir, penentuan
Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi
adalah 10 dengan
indikator eriochromr black T. pada pH tinggi, 12, Mg akan
mengendap sebagai
Mg(OH)2 akam mengendap, sengga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh
Ca2+
dengan
indikator murexide (Basset, 1994).
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat
dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelatsebagai titran. Bahan pengkelat yang
mengandung baik
oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk
kompleks-kompleks
yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah
mudah larut
dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA
banyak dipakai
dalam melakukan percobaan kompleksometri. (Harjadi, 1993).
Reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan kompleks dipergunakan
oleh
kimiawan dalam prosedur titrimetrik maupun gravimetric. Molekul
yang bertindak
sebagai ligan biasanya memiliki atom elektronegatif, misalnya
nitrogen, oksigen, atau
salah satu dari halogen. Ligan yang hanya mempunyai sepasang
electron tak dipakai
bersama, misalnya NH3, dikatakan unidentat. Ligan yang mempunyai
dua gugus yang
mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral dikatakan
bidentat. Suatu contoh
adalah etilendiamin (NH2CH2CH2NH2) dengan kedua atom nitrogen
mempunyai
sepasang electron tak terpakai bersama. Ion tembaga (II)
membentuk kompleks
dengan dua molekul etilendiamin seperti berikut :
Cincin heterosiklik terbentuk oleh interaksi suatu ion logam
dengan dua atau lebih
gugus fungsioanal dalam ligan dinamakan cincin khelat; molekul
organiknya pereaksi
pembentuk khelat, dan kompleksnya dinamakan khelat atau senyawa
khelat.
Penggunaan analitik didasarkan pada penggunaan pereaksi khelat
sebagai titran untuk
ion-ion logam telah menunjukan pertumbuhan menarik.
Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya
terjadi
pembentukan larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain
membentuk hash
berupa kompleks. Untuk dapat dipakai sebagai dasar suatu
titrasi, reaksi pembentukan
kompleks disamping harus memenuhi persyaratan umum amok titrasi,
make kompleks
yang terjadi hams stabil. Titrasi ini biasanya digunakan untuk
penetapan kadar logam
polivalen atau senyawanya dengan menggunakan NaaEDTA sebagai
titran pembentuk
kompleks (Tim Penyusun, 1983).
Hanya beberapa ion logam seperti tembaga, kobal, nikel, seng,
cadmium, dan
merkuri (II) membentuk kompleks stabil dengan nitrogen seperti
amoniak dan trine.
Beberapa ion logam lain, misalnya alumunium, timbale, dan
bismuth lebih baik
berkompleks dengan ligan dengan atom oksigen sebagai donor
electron. Beberapa
pereaksi pembentuk khelat, yang mengandung baik oksigen maupun
nitrogen
terutama efektif dalam pembentukan kompleks stabil dengan
berbagai logam. Dari
ini yang terkenal ialah asam etilendiamintetraasetat,
kadang-kadang dinyatakan asam
etilendinitrilo, dan sering disingkat sebagai EDTA :
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 4
Istilah chelon telah disarankan sebagai nama umum untuk seluruh
golongan peereaksi,
termasuk poliamin seperti trine, asam poliamino karboksilat
seperti EDTA, dan
senyawa sejenis membentuk kompleks 1:1 dengan ion logam, larut
dalam air dan
karenanya dapat dipergunakan sebagai titran logam dan titrasinya
disebut titrasi
khelometrik.
Kilon praktis telah membuat suatu revolusi pada kimia analitik
dari banyak
unsur logam dan merupakan hal yang sangat penting dalam banayak
lapangan. Reaksi
pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian
satu molekul
pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus
nukleofilik lain, gugus
yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat
berupa sebuah molekul
netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik
diklasifikasi atas dasar
banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana seperti
ion-ion halide
atau molekul-molekul H2O atau NH3 adalah monodentat, yaitu ligan
yang terikat
pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan atau
pasangan elektron
kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom, maka
molekul itu
mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan
koordinasi
dengan ion logam yang lama, ligan itu disebut bidentat. Ligan
multidental
mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul,
kestabilan
termodinamik darisatu spesi merupakan ukuran sejaidi mana spesi
ini akan terbentuk
dari spesi-spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistem itiu
dibiarkan mencapai
kesetimbangan (Vogel, 1994).
Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat
ion
H+dari ikatan karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk
Ianitan pada EDTA
ini terjadi reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu
sendiri), maka
rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion". EDTA dijual dalam
bentuk
garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk
asamnya (Syafei,
1998).
Reaksi pengkomplekan dengan suatu ion logam, melibatkan
penggantiansatu
molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan
gugus-gugusnukleofilik lain,
gugus yang terikat oleh pada ion pusat disebut ligan. Ligan
dapat berupa sebuah
molekul netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan
baik diklasifikasi atas
dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan sederhana
seperti ion-ion
halide atau molekul-molekul H20 atau NH3 adalah monodentat,
yaitu ligan yang
terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan
atau pasangan
elektron kepada logam, bila ion ligan itu mempunyai dua atom,
maka molekul
itu mempunyai dua atom penyumbang untuk membentuk dua ikatan
koordinasi
dengan ion logam yang sama, ligan itu disebut bidentat. Ligan
multidentat
mempunyai lebih dari dua atom koordinasi per molekul, kestabilan
termodinamik
dari satu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-
spesi lain pada kondisi tertentu, jika sistern itu dibiarkan
mencapai kesetimbangan.
Ligan dapat berupa suatu senyawa organik seperti asam sitrat,
EDTA, maupun
senyawa anorganik seperti polifosfat. Untuk memperoleh ikatan
metal yang stabil,
diperlukan ligan yang mampu membentuk cincin 5-6 sudut dengan
logam misalnya
ikatan EDTA dengan Ca. Ion logam terkoordinasi dengan pasangan
electron dari
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 5
atom-atom N-EDTA dan juga dengan keempat gugus karboksil yangh
terdapat pada
molekul EDTA(Winarno, 1982).
Ligan dapat menghambat proses oksidasi, senyawa ini merupakan
sinerjik anti
oksidan karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang
mengkatalisis proses
oksidasi (Winarno, 1982).
1. Titrasi Khelometrik
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat
berkoordinasi
dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empas
gugus karboksil.
Dalam hal-hal lain, EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan
kuinkedentat atau
kuadridentat yang mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya
bebas dari
interaksi yang kuat dengan logamnya. Untuk memudahkan, bentuk
asam EDTA
bebas sering kali disingkat H4Y. Dalam larutan yang cukup asam,
protonasi
sebagian dari EDTA tanpa kerusakan lengkap dari kompleks iogam
mungkin
terjadi, yang menyebabkan terbentuknya zat seperti CuHY-; tetapi
pada kondisi
biasa semua empat hidrogen hilang, apabila ligan dikoordinasikan
dengan ion
logam. Pada harga-harga pH sangat tinggi, ion hidroksida mungkin
menembus
lingkungan koordinasi dari logam dan kompleks seperti Cu(OH)
Y3-
dapat terjadi.
2. Efek Kompleks
Zat-zat lain dari titran kilon yang mungkin ada dalam larutan
ion logam dapat
membentuk kompleks dengan logamnya dan dengan demikian bersaing
dengan
reaksi titrasi yang diinginkan. Sebenarnya pembentukan kompleks
demikian
kadang-kadang dengan pertimbangan digunakan untuk mengatasi
interferensi,
yang dalam hal ini efek dari pengompleks disebut penutupan.
Dengan ion-ion
logam tertentu yang dengan mudah terhidrolisa, mungkin perlu
untuk
menambahkan ligan pengompleks agar mencegah pengendapan
hidroksida logam.
Jika tetapan stabilitas untuk semua kompleks diketahui, maka
efek pembentukan
kompleks terhadap reaksi titrasi EDTA dapat dihitung.
3. Efek Hidrolisa
Hidrilisa ion logam mungkin bersaing dengan proses titran
khelometrik.
Peningkatan pH membuat efek ini lebih jelek dengan penggeseran
kekeseimbangan
yang benar dari jenis
M2+
+ H2O M(OH)+
+ H+
Hidrolisa secara ekstensif dapat mengakibatkan pengendapan
hidroksida
yanghanya bereaksi dengan EDTA secara perlahan-
lahan, bahkan apabilapertimbangan-pertimbangan keseimbangan
menguntungkan
pembebtukkankhelonat logam. Sekali pun seringkali tetapan
hidrolisa yang cocok
untuk ion-ion logam tidak tersedia, dan karenanya pengaruh ini
sering tidak
dapatdihitung dengan teliti.
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 6
4. Cara-cara Titrasi EDTA
Titrasi secara khelatometri telah dilakukan dengan baik terhadap
semua kation
biasa. Jenis-jenis titrasinya adalah :
a. Titrasi langsung, dapat dilakukan terhadap sedikitnya 25
kation dengan
menggunakan indicator logam. Pereaksi pembentukan kompleks,
seperti
sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk pencegahan
endapan
hidroksida logam. Buffer NH3-NH4Cl dengan pH 9 sampai 10
sering
digunakan untuk logam yang membentuk kompleks dengan amoniak
(Underwood, 1994).
b. Titrasi kembali, digunakan apabila reaksi antara kation
dengan EDTA
lambat atau apabila indicator yang sesuai tidak ada. EDTA
berlebih
ditambahkan berlebih dan yang bersisa dititrasi dengan larutan
standar Mg
dengan menggunakan calmagnite sebagai indicator. Kompleks
Mg-EDTA
mempunyai stabilitas relative rendah dan kation yang ditentukan
tidak
digantikan dengan magnesium. Cara ini dapat juga untuk
menentukan
logam dalam endapan, seperti Pb di dalam PbSO4 dan Ca dalam
CaSOa
(Underwood, 1994).
c. Titrasi substitusi, berguna bila tidak ada indicator yang
sesuai untuk ion
logam yang ditentukan. Sebuah larutan berlebih yang
mengandung
kompleks Mg-EDTA ditambahkan dan ion logam, misalnya M2+
,
menggantikan magnesium dari kompleks EDTA yang relative lemah
itu
(Underwood, 1994).
d. Titrasi secara tidak langsung, beberapa jenis telah
dilaporkan, antara lain
penentuan sulfat dengan menambahkan larutan baku barium
berlebihan dan
menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. Juga pospat sudah
ditentukan
setelah pengendapan sebagai MgNH4PO4 yang tidak terlalu sukar
lanrt lalu
menitrasi kelebihan Mg (Underwood, 1994).
e. Cara titrasi alkalimetri, dengan menambahkan larutan Na2H2Y
berlebihan
kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion hydrogen yang
dibebaskan
dititrasi dengan larutan baku basa. (Underwood,1994)
5. Kestabilan Kompleks
Kestabilan suatu kompleks jelas akan berhubungan dengan (a)
kemampuan mengkompleks dari ion logam yang terlihat, dan (b)
dengan cirri
khas ligan itu, yang penting untuk memeriksa faktor-faktor ini
dengan singkat.
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam digambarkan dengan
baik
menurut klasifikasi Schwarzenbach, yang dalam ganis besarnya
didasarkan
atas pembagian logam menjadi asam lewis (penerima pasangan
electron)
kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicirikan oleh larutan
afinitas (dalam
larutan air) terhadap halogen, dan membentuk kompleks yang
paling
stabil engan anggota pertama grup table berkala. Kelas B lebih
mudah
berkoordinasi dengan I- daripada dengan f dalam larutan air
dan
membentuk kompleks terstabil dengan atom penyumbang kedua
dari
masing-masing grup itu yakni Nitrogen, Oksigen, dan F, Cl, C,
P.
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 7
Konsep asam basa keras dan lunak adalah berguna dalam menandai
ciri-
ciri perilaku penerima pasangan electron kelas A dan kelas B
(Vogel,
1994).
b. Ciri-ciri khas ligan, dapat mempengaruhi kestabilan kompleks
diman
aligan itu terlibat, adalah (i) kekuatan basa dari ligan itu,
(ii) sifat-sifat
penyepitan, jika ada, dan (iii) efek-efek sterik (ruang). Efek
sterik yang
paling umum adalah efek oleh adanya suatu gugusan besar yang
melekat
pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang. (Vogel,
1994).
6. Indikator Logam
Indikator logam adalah suatu indicator terdiri dari suatu zat
yang umumnya
senyawa organic yang dengan satu atau beberapa ion logam dapat
membentuk
senyawa kompleks yang warnanuya berlainan dengan warna
indikatornya dalam
keadaan bebas. Warna indicator asam basa akan tergantung, pada
pH larutannya,
sedangkan warna indicator logam sampai batas tertentu bergantung
pada pM. Oleh
karena itu indicator logam sering disebut sebagai "pM-slustive
indicator" atau
metalochrome-indikator (syafei, 1998).
Beberapa macam indicator logam yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Eriochrome Black T
Eriochrome Black T merupakan indikator kompleksometri yang
merupakan
bagian dari titrasi kompleksometri, misalnya dalam proses
penentuan
kekerasan air. Ini adalah dye.It azo juga dikenal sebagai ET-00.
Dalam bentuk
terprotonasi nya, Eriochrome Black T biru. Ternyata merah ketika
membentuk
kompleks dengan kalsium, magnesium, atau ion logam lainnya.
Rumus
kimianya dapat ditulis sebagai HOC10H6N = NC10H4 (OH) (NO2)
SO3Na.
Eriochrome Black T adalah biru, tapi ternyata merah di hadapan
logam.
Ketika digunakan sebagai indikator dalam titrasi EDTA, akhir
biru
karakteristik titik-tiba saat EDTA memadai telah ditambahkan dan
membentuk
kompleks ion logam dengan EDTA bukan Eriochrome.Eriochrome Black
T
juga telah digunakan untuk mendeteksi keberadaan logam tanah .
Kelemahan
indikator ini, tak stabil dalam larutan,sehingga larutan tidak
dapat disimpan
lama.
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 8
b. Murexide
Kelat Murexide dengan logam berwarna merah muda dan indikator
bebasnya
berwarna ungu. Seperti halnya Calcon, Murexide sangat cocok
untuk titrasi
penetapan Ca pada pH tinggi, pH 11-13 tanpa gangguan ion Mg++.
Perubahan
warnanya dari warna merah muda menjadi ungu. Disini tidak
diperlukan
Masking Agent untuk menentukan kesadahan Ca karena ion Mg dan
logam
lainnya tidak menggangu pada pH diatas 11. Logam-logam tadi
mengendap
dalam bentuk hidroksida.
c. Xylanol Orange (XO)
Indikator ini dibuat dengan mereaksikan o-kresolsulfonftalein
dengan
formaldehid dan asam iminodiasetat, sehingga diadisikan satu
atau dua gugus
pengkelat.
Sebagai Indikator asam-basa, Xylenol orange berwarna kuning
lemon dalam
larutan asam (pH < 5,4) dan merah pada pH 5,5 7,4. Sedangkan
kelat
indikator logam berwarna violet atau merah. Indikator ini
dipakai pada pH
rendah (< 5,4) atau dalam HNO3 0,2 M untuk titrasi kelat EDTA
yang kuat.
Misal untuk Bi dan Th sevara langsung pada pH 1,5 3,0 dan tak
langsung
untuk Zr dan Fe (III).
d. Calmagite
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 9
Calmagite merupakan indikator kompleksometri digunakan dalam
kimia
analitik untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam
larutan. Seperti
dengan ion logam calmagite indikator lain akan berubah warna
saat itu pasti
akan ion. Calmagite akan merah anggur bila terikat pada ion
logam dan
mungkin biru, merah, atau oranye jika tidak terikat pada ion
logam. Calmagite
sering digunakan dalam hubungannya dengan EDTA, bahan pengikat
kuat
logam.
Seperti halnya Erio T, calmagite mengkompleks banyak ion logam.
Daerah
kerjanya mencakup pH 8,1 12,4 dan warna indikator bebasnya biru.
Larutan
Calmagite stabil, tetapi dalam hal-hal lain sifatnya sama dengan
Erio T, antara
lain mengalami blocking oleh Cu, Ni, Fe (III), dan Al.
e. Arsenazo I
Indikator ini dipakai untuk Ca maupun Mg, sehingga dalam
titirasi Ca2+
tidak
perlu penambahan Mg2+
. Selain itu, keuntungan besar ialah, indikator ini tidak
diblock oleh Cu (II) dan Fe (III) dalam jumlah kecil. Keuntungan
lain bereaksi
cepat sehingga perubahan warna juga cepat.
Arsenazo I merupakan indikator jitu untuk titrasi logam alkali
tanah dan Th
(IV) dengan EDTA.
f. NAS
Warna NAS merah-violet dalam larutan yang sangat asam dan
merah-jingga
pada pH 3,5 keatas. Daerah kerja NAS kira-kira pH 3 9. Kelatnya
dengan Cu,
Zn, dan Pb berwarna kuning pucat, dan dengan beberapa ion logam
lain kuning
atau jingga pucat.
Penggunaan NAS cukup luas dan dianjurkan untuk tittrasi Cu, Co
(II), Cd, Ni,
Zn,.Al, dan beberapa kation lain dengan EDTA. Dalm banyak
penggunaannya,
perlu atau membantu sekali ditambahkan sedikit Cu (II) supaya
bereaksi
dengan indikator. Indikator-Cu ini baru terurai kembali bila
titrasi sudah
selesai. Penambahan Cu (II) mendekati akhir titrasi, tanpa Cu
pun tampak
perubahan warna dari jingga menjadi merah.
g. Pyrocatechol Violet
Indikator ini asam berbasa tiga, tetapi karena ion H+ pertama
mengion hampir
sempurna, hanya dalam keadaan asam sekali terdapat dalam bentuk
molekul
bebas dengan warna merah. Antara pH 2 dan 6 karena pengionan
SO3H,
berwarna kuning, antara pH 7 10 violet dan diatas pH 10 warna
purpur.
Kebanyakan kelat logamnya berwarna biru, sehingga baik dipakai
pada pH 2
dan 6. Dengan indikator ini dapat ditentukan campuran Bi-Pb
dengan jalan
menitrasi pertama pada pH 2 untuk Bi , terjadi warna biru
menjadi kuning dan
pH dinaikkan menjadi 5, titirasi dilanjutkan untuk Pb dengan
perubahan warna
dari biru menjadi kuning.
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 10
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri
adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH
larutan. Pada pH 8 -
10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah
anggur. Pada
pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir
sukar diamati,
demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini
dilakukan
pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan
merah dalam
suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah,
karena itu
digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada
daerah pH 12
13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk
logam yang
dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang
lambat
membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
7. Indikator untuk Titrasi Khelometrik
Pada dasarnya indikator metalokhromik merupakan senyawa organik
berwama,
yang membentuk khelat dengan ion logam. Khelatnya harusmempunyai
warna lain
dari warana indikator bebasnya, dan jika suatu kosong indikator
harus dihindari
dan titik akhir yang tajam diperoleh, maka indicator harus
melepaskan ion
logamnya kepada titran EDTA pada suatu harga pM sangat dekat
dengan titik
ekivalen. Indicator metalokhromik biasa juga mempunyai sifat
asam-basa dan
tanggap sebagai indikator pH maupun sebagai indikator terhadap
pM.
VII. Alat Dan Bahan :
Alat :
Neraca analitis
Labu ukur 100 mL
Buret 50 mL
Pipet seukuran 10 mL
Kertas timbang
Botol semprot
Corong pendek
Labu Erlenmeyer 250 mL
Pipet ukur 10 mL
Batang pengaduk
Klem buret
Statif
Sendok/ spatula
Tegel putih
Bahan :
CaCl2 p.a kering
EDTA 0,01 M
Buffer pH 10
Indicator EBT
Aqua DM
Kertas isap
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 11
VIII. Langkah Kerja :
a. Timbang 0,147 gram CaCl2.2H2O, larutkan ke dalam labu ukur
100 mL.
b. Pipet 10,00 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
c. Tambahkan 1-2 mL larutan buffer pH = 10 dan 50-100 mg
indikator EBT 1%
dalam NaCl.
d. Titrasi dengan larutan EDTA yang akan ditentukan
konsentrasinya sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru jelas.
e. Lakukan titrasi hingga didapat volum peniter konstan.
f. Hitung molaritas EDTA.
IX. Data Pengamatan :
Table titrasi penentuan konsentrasi EDTA 0,01 M
Data Titrasi Titrasi ke-
1 2
Skala Akhir 19,68 32,66
Skala Awal 10,00 23,00
Volume Terpakai (mL) 9,68 9,66
Warna TA Biru jelas
Volume Rata-rata (mL) 9,67
Reaksi :
Ca2+
(aq) + HIn2-
(aq) CaIn-(aq) + H
+(aq) sebelum titrasi
(tb) (biru jelas) (merah anggur) (tb)
Ca2+
(aq) + H2Y2-
(aq) CaY2-
(aq) + 2H+(aq) saat titrasi
(tb) (tb) (tb) (tb)
CaIn-(aq) + H2Y
2-(aq) CaY
2-(aq) + HIn
2-(aq) + H
+(aq) saat TA
(merah anggur) (tb) (tb) (biru jelas) (tb)
Perhitungan :
Data Penimbangan CaCl2.2H2O
Massa alat + zat (g) 0,3844
Massa alat (g) 0,2345
Massa zat (g) 0,1499
[ ]
[ ] ( )
( )
-
Laporan Praktikum Kimia Analitik
Kelompok 5 Page 12
Pengamatan Gambar
Sebelum Titrasi Setelah Titrasi
X. Pembahasan :
Pada setiap reaksi logam dengan EDTA selalu dihasilkan H+.
berdasarkan
persamaan reaksi dan azas Le Chatelier, bila [H+] diperbesar
maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah kiri (ion-ion), artinya jika pH rendah
atau [H+] tinggi,
kestabilan kompleks logam-EDTA menurun. Jadi penjagaan kondisi
pH larutan
harus dijaga baik.
Penambahan larutan buffer pH 10 bertujuan untuk menjaga
penurunan pH larutan
tidak turun atau dengan kata lain menjaga kestabilan kompleks
logam-EDTA dan
agar indikator EBT berfungsi dengan baik.
EBT dipilih sebagai indikator karena konstanta kestabilan Ca-EBT
< kestabilan Ca-
EDTA. Dan perubahan warnanya lebih jelas terlihat karena berubah
dari merah
anggur menjadi biru jelas.
XI. Kesimpulan :
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh konsentrasi
EDTA sebesar
0,0105 M.
XII. Daftar Pustaka :
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 2004. Analisis Kimia
Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Khopkar, S.M.. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI
Press.
Basset, J., dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik Edisi
IV. Jakarta : EGC.
Team Teaching Kimia Analitik. 2010. Job Sheet Kimia Analitik
Level II Argentometri.
Bandung : SMKN 13 Bandung.