LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Yang diampu oleh Bapak Ridwan Joharmawan & Bapak Ida Bagus Suryadharma OLEH KELOMPOK 7 1. LAILATUL ILMIYAH* (150332605145) 2. RR. DEWI AYU ANJANI (150332600508) 3. SITI MARYAM (150332600331) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2017
12
Embed
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI … · LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Yang diampu oleh Bapak Ridwan Joharmawan & Bapak Ida Bagus Suryadharma
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU Yang diampu oleh Bapak Ridwan Joharmawan & Bapak Ida Bagus Suryadharma
OLEH
KELOMPOK 7
1. LAILATUL ILMIYAH* (150332605145)
2. RR. DEWI AYU ANJANI (150332600508)
3. SITI MARYAM (150332600331)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
A. JUDUL PERCOBAAN
“Kelarutan sebagai Fungsi Suhu”.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu.
2. Mahasiswa diharapkan dapat menentukan kalor pelarutan differensial.
3. Mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan dalam praktikum ini.
C. DASAR TEORI
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil
kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat
jenuh.Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat
melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh
disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh
disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis
zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan.
Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang
larut dan yang tidak larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan
kecepatan mengendap. Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.
Kesetimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut:
A(p) A(l)
Keterangan:
A(p) : molekul zat yang tidak larut
A(l) : molekul zat terlarut
Tetapan keseimbangan proses pelarutan tersebut:
= keaktifan zat yang larut
= keaktifan zat yang tidak larut, yang berharga 1 (satu) untuk zat padat dalam
keadaan standar
= koefisien keaktifan zat yang larut
= konsentrasi zat yang larut
Hubungan tetapan kesetimbangan suatu proses dengan suhu, diberikan oleh Van’t
Hoff:
∫ ∫
[
]
Keterangan:
= perubahan entalpi proses
R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)
T = suhu (K)
s = kelarutan per 1000 gr solut
Pada umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut Van’t Hoff
kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) =
endotermis. Sedangkan untuk zat-zat yang panas pelarutannya (-) adalah eksotermis.
Kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat yang terlarut. Jika suhu dinaikkan, maka
proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini, pembentukan larutan lebih disukai. Suatu
zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu
tinggi.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Gelas Kimia
2. Tabung Reaksi Besar
3. Batang Pengaduk
4. Termometer
5. Pipet Gondok
6. Erlenmeyer
7. Labu Ukur
8. Kaca Arloji
9. Buret
Bahan
1. Asam Oksalat (H2C2O4)
2. Larutan NaOH
3. Aquades
4. Indikator Fenolftalein
5. Es
E. PROSEDUR PERCOBAAN DAN ANALISIS PROSEDUR
No. Prosedur Percobaan Analisis Prosedur
1. Standarisasi Larutan NaOH
- dibuat larutan H2C2O4 dengan
konsentrasi 0,1 M
Untuk mengetahui konsentrasi NaOH
yang digunakan standarisasi
- diambil 1,2603 gram H2C2O4 Diperoleh dari perhitungan
- dilarutkan dengan aquades
- dimasukkan dalam buret Untuk standarisasi larutan NaOH
- diambil 10 mL larutan NaOH
- diberi 3 tetes indikator pp
Untuk mengetahui perubahan warna
dari warna ungu menjadi tidak
berwarna
- dititrasi Untuk mengetahui volume H2C2O4
yang digunakan standarisasi
2. Penentuan Kelarutan sebagai Fungsi
Suhu
- dimasukkan larutan H2C2O4 dalam
tabung A Untuk sampel percobaan
- dimasukkan air dalam tabung B yang
ukurannya lebih besar
Sebagai penyerap kalor dari larutan
H2C2O4
- dimasukkan tabung A ke dalam
tabung B
Untuk menurunkan suhu larutan
H2C2O4
- dimasukkan termometer dalam tabung
A Untuk mengetahui suhu yang diamati
- dipipet 10 mL ketika suhu 30
OC
Untuk ditentukan konsentrasi larutan
H2C2O4
- dimasukkan ke dalam labu ukur
- diencerkan hingga 100 mL
Untuk menurunkan konsentrasi
larutan H2C2O4
- dipipet ke dalam 2 erlenmeyer
masing-masing 10 mL
- ditambahkan 3 tetes indikator pp
Untuk mengetahui perubahan warna
larutan dari tidak berwarna menjadi
warna ungu
- dititrasi dengan larutan NaOH 1 M
Untuk mengetahui volume NaOH
yang digunakan standarisasi
- diulangi percobaan pada suhu 25
OC
Untuk ditentukan konsentrasi larutan
H2C2O4
- ditambahkan es dalam tabung B
Untuk menurunkan suhu larutan
H2C2O4
- diulangi percobaan pada suhu 20
OC
Untuk ditentukan konsentrasi larutan
H2C2O4
- diulangi percobaan pada suhu 15
OC
Untuk ditentukan konsentrasi larutan
H2C2O4
- diulangi percobaan pada suhu 10
OC
Untuk ditentukan konsentrasi larutan
H2C2O4
F. DATA PENGAMATAN
1. Membuat Larutan Standar Asam Oksalat
2. Standarisasi Larutan NaOH
3. Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
No. Suhu Larutan
H2C2O4 (OC)
Volume H2C2O4
(mL)
Volume NaOH 1 M (mL)
V1 V2 Vrata-rata
1. 30 10 3,4 3,4 3,4
2. 25 10 2,5 2,3 2,4
3. 20 10 2,6 2,6 2,6
4. 15 10 1,9 1,8 1,8
5. 10 10 1,3 1,3 1,3
Pada suhu 30OC
Tabel 2.1 Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan
Konsentrasi sebelum pengenceran
Dengan cara yang sama diperoleh konsentrasi larutan H2C2O4 tiap suhu, antara lain:
No. Suhu Larutan
H2C2O4 (OC)
Konsentrasi H2C2O4
(M) Log M ln S 1/T (K
-1)
1. 30 1,70 0,230448 0,530628 0,003300
2. 25 1,20 0,079181 0,182322 0,003356
3. 20 1,30 0,113943 0,262364 0,003413
4. 15 0,90 -0,045757 -0,105361 0,003472
5. 10 0,65 -0,187086 -0,430783 0,003533
Sehingga diperoleh grafik penentuan kalor diferensial sebagai berikut: