IODOMETRI DAN IODIMETRI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seseorang ahli kimia analitik. Tetapi dalam kimia analitik modern, aspek-aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat, elusidusi struktur dan analisa kuantitatif komposisinya. Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan mudah. Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C. Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN 15020140081
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IODOMETRI DAN IODIMETRI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi
kimiawi suatu materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama
seseorang ahli kimia analitik. Tetapi dalam kimia analitik modern,
aspek-aspeknya juga meliputi identifikasi suatu zat, elusidusi struktur
dan analisa kuantitatif komposisinya.
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi
yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih
banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode
lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri
yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah
dan mudah.
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan
titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk
menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang
kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat
oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana
zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam
jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium
tiosulfat baku. Titrasi Iodometri digunakan untuk menentukan kadar
dari zat-zat uji yang bersifat reduktor dengan titrasi langsung,
sedangkan untuk iodimetri adalah kebalikannya.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan
kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu
(II) dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti
mengetahui mutu dan kualitasnya. Adapun dalam farmakope
Indonesia, titrasi iodometri digunakan untuk menetapkan kadar dari
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
Asam Askorbat, Natrium Askorbat, Metampiron (Antalgin), Natrium
Tiosulfat dan lain-lain.
1.2 Maksud PraktikumUntuk mengetahui cara penetapan kadar asam askorbat
dengan metode titrasi iodimetri dan mengetahui cara penetapan
kadar kaffein dengan metode titrasi iodometri.
1.3 Tujuan PraktikumUntuk menentukan kadar suatu asam askorbat dengan
menggunakan titrasi iodimetri dengan menggunakan Larutan baku
iodin sebagai titrannya dan menentukan kadar suatu kaffeinn dengan
mennggunanakan titrasi iodometri dengan menggunakan larutan
baku Na2S2O3 sebagai titrannya.
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori UmumTitrasi-tirasi redoks berdasarkan pada perpindahan electron
antara titran dengan anait. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan
potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian
penggunaan indicator yang dapat berubah warnanya dengan adanya
kelebihan titran juga sering digunakan. Titrasi yang melibatkan
iodium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu titrasi langsung
(iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri) (Rohman, 2007).
Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk
menetapkan kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron
(antalgin), serta natrium tiosulfat dan sediaan injeksi. (Ibnu Gholib,
2007)
Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara
kuantitatif pada titik ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang
diterapkan karena I2 merupakan oksidator lemah, dan adanya
oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan reduktor.
Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil
penetapan. (Mulyono, 2011)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam titrasi iodometri dan
iodimetri: (Perdana, 2009)
1. oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen
dari udara akan mengoksidasi iodide menjadi iod (kesalahan
makin besar dengan meningkatnya asam)
2. reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa
(pH <8)
3. larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet
yang sulit hilang warnanya, sehingga akan mengganggu
peniteran.
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
4. pemberian kanji terlalu awal akan menyebabakan iod
menguraikan amilum dan hasil peruraian menggangu
perubahan warna pada titik akhir.
5. penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar
larut dalam air tetapi mudah larut dalam KI.
6. larutan Thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat
menguraikan larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana
basa (pH>9) thio sulfat menjadi ion sulfat.
Kekurangan kanji sebagai indicator adalah: (Perdana, 2009)
1. kanji tidak larut dalam air dingin
2. suspensinya dalam air tidak stabil
3. bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan
I2 akan membentuk kompleks Iod-amilum.jika dalam titrasi
menggunakan indicator kanji maka penambahan kanji
dilakukan pada saat mendekati ttitik ekivalen.
Dalam proses titrasi iodo dan iodimetri sebaiknya
menggunakan indicator larutan Natrium Amylumglikolat. Indicator ini
dengan I2 tidsk akan membentuk kompleks Iod-amilum sehingga
dapt ditambahkan pada awal titrasi. (Perdana, 2009)
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses
iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh
distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak
stabil untuk waktu yang lama (Underwood, 2001)
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada
25oC), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.
Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung
iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium,
dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah
penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan
terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan
(Underwood, 2001).
Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium
dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Iodium juga memberi
warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut
sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal
ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih
umum digunakan suatu larutan (dispersi koloidal) kanji, karena
warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji
sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan
yang sedikit asam daripada larutan netral dan lebih besar dengan
adanya ion iodida (Underwood, 2001).
Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-reduksi
dipergunakan secara luas dalam analisa titrimetrik. Ion-ion dari
berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-
beda, menghasilkan kemungkinan terjadi banyak reaksi redoks.
Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk digunakan
dalam analisa titrimetrik, dan penerapan-penerapannya cukup
banyak. (Underwood, 2002)
Sistem redoks iodin (triiodida)-iodida3, + 2e 3Imempunyai
potensial standar sebesar +0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah
agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium
permanganat, senyawa serium(IV), dan kalium dikromat. Di lain
pihak, ion iodida adalah agen pereduksi yang termasuk kuat, lebih
kuat, sebagai contoh daripada ion Fe(II). Dalam proses-proses
analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi
(iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai sebuah agen
pereduksi (iodometri). Dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi untuk titrasi
langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan
iodimetrik adalah sedikit. Namun demikian, banyak agen
pengoksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi secara lengkap
dengan ion iodida, dan aplikasi dari proses iodometrik cukup banyak.
Kelebihan dari ion iodida ditambahkan kedalam agen pengoksidasi
yang sedang ditentukan, membebaskan iodin, yang kemudian
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.(Underwood, 2002)
Iodin hanya larut sedikit dalam air (0,00134mol/liter pada 250C)
namun larut cukup banyak dalam larutan-larutan yang mengandung
ion iodida. Iodin membentuk kompleks triodida dengan iodida, I2 + I
dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 250C. suatu
kelebihan kalium iodida ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan
dan untuk menurunkan keatsirian iodin. Biasanya sekitar 3 sampai
4% berat KI ditambahkan kedalam larutan 0,1 N, dan botol yang
mengandung larutan ini disumbat dengan baik. (Underwood,2002)
Larutan-larutan iodin standar dapat buat melalui penimbangan
langsung iodin murni dan pengenceran dalam sebuah labu
volumetrik. Iodin akan dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan
ke dalam sebuah larutan KI yang terkonsentrasi, yang ditimbang
secara akurat sebelum dan sesudah penambahan iodin. Namun
demikian, biasanya larutan tersebut distandardisasi terhadap sebuah
standar primer, As2O3 paling sering dipergunakan. (Underwood,
2002)
Indikator kanji: warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup
intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya
sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens
untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra klorida dan kloroform, dan
terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari
titrasi-titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran kolodial)
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari
kompleks iodin-kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif
untuk iodin. Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini
tidak diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekul-molekul iodin
tertahan di permukaan -amylose, suatu konstituen dari kanji.
Larutan-larutan kanji dengan mudah didekomposisinya oleh bakteri,
dan biasanya sebuah substansi, seperti asam borat, ditambahkan
sebagai bahan pengawet. (Underwood, 2002)
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan
menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang
dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu
larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya
dipergunakan sebagai titrannya. (Underwood, 2002)
Penentuan-penentuan iodometrik: ada banyak aplikasi proses
iodometrik dalam kimia analisis. Penentuan iodometrik tembaga
banyak dipergunakan baik untuk bijih maupun paduannya. Metoda
ini memberikan hasil-hasil yang sempurna dan lebih cepat daripada
penentuan elektrolitik tembaga. Metoda klasik dari Winkler adalah
sebuah metoda sensitif untuk menentukan oksigen yang dilarutkan
dalam air. Ke dalam sampel air ditambahkan sejumlah berlebih
garam mangan(II), natrium iodida, dan natrium hidroksida.
(Underwood, 2002)
Penggunaan air yang masih mengandung CO2 sebagai pelarut
akan menyebabkan peruraian S2O32- membentuk belerang bebas.
Belerang ini menyebabkan kekeruhan. Terjadinya peruraian itu juga
dipicu bakteri Thiobacillus thioparus. Bakteri yang memakan
belerang akhirnya masuk kelarutan itu, dan proses metaboliknya
akan mengakibatkan belerang koloidal. Belerang ini akan
menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus
dibuang. (Underwood, 2002)
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
Pembuatan natrium thiosulfat dapat ditempuh dengan cara:
(Underwood, 2002)
1. Melarutkan garam kristalnya pada aquades yang mendidih.
2. Menambahkan 3 tetes kloroform (CHCl3) atau 10 mg merkuri
klorida (HgCl2) dalam 1 liter larutan.
3. Larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena
cahaya matahari.
Biasanya air yang digunakan untuk menyiapkan larutan tiosulfat
dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium
karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara
berlangsung lambat. Tetapi runutan tembaga yang kadang-kadang
terdapat dalam air suling akan mengkatalis oksidasi oleh udara ini.
Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang
sebagai endapan mirip susu. (Underwood, 2002)
S2O32- + 2H+ → H2S2O3 → H2SO3 + S
Tetapi reaksi itu lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan
kedalam larutan iod yang asam, asal larutan diaduk dengan baik.
Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih cepat dari pada reaksi
penguraian. Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat:
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O6
2-
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi
sampingan. Berat ekivalen dari Na2S2O3. 5H2O adalah berat
molekulnya, 248,17. Tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi
sulfat:
4I2 + S2O32- + 5H2O → 8I- + 2SO4
2- + 10H+
(Underwood, 2002)
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi
sulfat tidak muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran.
Ada dua metode titrasi iodometri, yaitu: (Underwood, 2002)
1. Secara langsung (iodimetri)
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
Disebut juga sebagai iodimetri. Menurut cara ini suatu zat
reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi
dari substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen,
dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif
hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang repot. Dalam
proses iodometri langsung ini reaksi antara iodium dan
thiosulfat dapat berlangsung sempurna. Kelebihan ion Iodida
yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang ditentukan,
dengan pembebasan iodium, kelebihan ini dapat dititrasi
dengan Natrium Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat reduksi
dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi
Na2S2O3 oleh I2. 2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji.
Apabila larutan thiosulfat ditambahkan pada larutan iodin, hasil
akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak berwarna
menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine
ditambahkan kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya
berupa perubahan penampakan menjadi berwarna biru.
2. Proses-proses Tak Langsung atau Iodometrik
Dalam ion iodida sebagai pereduksi diubah menjadi
iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan standar
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan
zat pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini
(H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam
hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan
larutan.
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa
dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan menitrasi
iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi
membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin,
natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai titrannya,
dalam keadaan pH 3-4. Titrasi dengan arsenik (III) (di atas)
membutuhkan sebuah larutan yang sedikit alkalin. (Underwood,
2002)
Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut)
dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya
massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan
volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan
kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan
cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang
menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut
atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat
atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa
yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-
rumus umum berikut. (Rohman, 2007)
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
2.2 Uraian Bahan1. Air Suling (AQUADEST) (FI III : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM : H2O
BM : 18,02
Struktur : H-O-H
Kelarutan : Larut dalam etanol dan gliserol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Iodium (FI III ,31)
Nama resmi : IODUM
Nama lain : Iodum
RM : I
BM : 126,96
Kelarutan
.
: larut dalam 3500 bagian air ,dalam 13
bagian etanol, dalam 80 bagian gliserol
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilap
seperti logam, hitam kelabu dan bau
khas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Natrium Tiosulfat (FI III,428)
Nama resmi : NATRI THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tiosulfat/hipo
RM : Na2S2O3 .5H2O
BM : 248,17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
hablur kasar. Dalam lembab meleleh
basah, dalam hampa udara merapuh.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak
larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai penitrasi
4. Asam Sulfat (FI III,58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM : H2SO4
BM : 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif,
tidak berwarna jika ditambahkan dalam
air menimbulkan panas.
Kelarutan : -
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. VITAMIN C( FI III,47)
Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM
Nama lain : Asam askorbat
RM : C6H8O6
BM : 176,13
Pemerian
:
Serbuk atau hablur,putih atau agak
kuning,tidak berbau rasa asam, karena
pengaruh cahaya jadi gelap.
Kelarutan
:
Mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol, praktis tidak larut dalam
klorofom
Kegunaan : Sebagai bahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
6. NaCl (FI.Ed.III hal. 403).
Nama Resmi : NATRIUM CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
Berat Molekul : 32.04 g/mol
Rumus Molekul : NaCl
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna
atau serbuk hablur putih; rasa asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit lebih
mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup baik
Khasiat : Hemodialisis
Kegunaan : Sebagai Sampel
7. Kafein (FI III, 175)
Nama Resmi : COFFEINUM
Nama Lain : Kofeina
RM / BM : C8H10N4O2 /194,19
Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum
mengkilat biasanya menggumpal;
putih; tidak berbau; rasa pahit
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P ; mudah larut dalam
kloroform P; sukar larut dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Stimulan saraf pusat, kardiotonikum
8. Indikator Kanji (FI III, )
Nama resmi : AMYLUM MANIHOT
Sinonim : Pati singkong
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa
gumpalan kecil, putih, tidak berbau,
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan
dalam etanol 95 % P
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai indicator
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2015 halaman 34 – 35)
1. Pembuatan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 NTimbang 13 gram Na2S2O3 dalam gelas arloji. Pindahka ke
dalam gelas piala 250 mL, larutkan dengan 50 mL air suling
dan tambahkan 100 mg Na2CO3. Aduk dengan baik hingga
homogeny. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur, encerkan
dengan air suling bebas CO2 sampai volume larutan 500 mL.
simpan dalam botol yang tertutup dan beri etiket.
Pembakuan Larutan Baku Na2S2O3 0,1 N dengan KIO3
Timbang 0,891 g KIO3 kristal dengan teliti pada gelas arloji
yang telah ditimbang. Masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL
melalui corong. Bilas gelas arloji dan corong dengan air suling
25 mL dan masukan air suling ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 2 g KI yang bebas dari iodat dan 5 mL asam sulfat
2 N, titrasi dengan natrium tiosulfat yang akan ditentukan
normalitasnya. Bila warna kuning iodium hampir hilang,
hentikan titrasi dan tambahkan 4 mL indikator kanji. Teruskan
titrasi sampai warna biru dari larutan tepat hilang .
Tiap mL Na2S2O3 0,1 N setara dengan 3,567 mg KIO3
2. Pembuatan Larutan Baku I2 0,1 NTimbang dengan teliti 7 g I2 murni dalam botol timbang.
Masukkan ke dalam gelas piala.timbang 18 g KI dan lautkan
dalam 50 mL air suling. Tambahkan dalam gelas piala yang
berisi 7 g I2 tadi. Aduk dengan baik sehingga semua larut.
Pindahkan dalam labu ukur, encerkan dengan air hingga
volumenya menjadi 500 mL, sambil dikocok dengan baik
hingga homogeny. Simpan dalam botol yang gelap dan beri
etiket.
Pembakuan Larutan Baku I2 0,1 N
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
Timbang dengan teliti 15 mg As2O3 murni dalam botol
timbang yang talah ditimbang. Pindahkan ke dalam gelas piala
500 mL. larutkan dalam 20 mL NaOH 1 N dengan sedikit
pemanasan. Encerkan dengan 40 mL air suling, tambahkan 2
tetes jingga metil dan tetesi asam klorida encer sampai warna
larutan berubah dari kuning menjadi jingga. Tambahkan 2 g
Natrium bikarbnat dan encerkan dengan 50 mL air suling.
Tambahkan 3 mL larutaan kanji dan titrasi dengan laarutan
iodium o,1 N sampai terjadi warna biru yang stabil.
Tiap mL I2 setara dengan 49,46 mg As2O3
3. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi langsung dengan larutan iodin bakuPenetapan Kadar Antalgin
Timbang saksama 400 mg contoh, masukkan dalam labu
200 mL, larutkan dalam 5 mL air, titrasi dengan larutan iodin
baku 0,1 N, pada larutan iodin, timbul warna merah pada
larutan, yang lama-lama akan hilang sampai timbul warna
kuning yang satabil.
Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg antalgin.
4. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi kembali larutan iodin yang berlebihan dengan larutan natrium tiosulfatPenetapan Kadar KaffeinTimbang saksama 200 mg contoh masukkan dalam labu ukur
100 mL, larutkan dengan 20 mL air dan 5 mL asam sulfat 4 N,
tambahkan 50 mL larutan iodin 0,1 N dan 20 mL larutan
natrium klorida jenuh, kemudian cukupkan volumenya dengan
air sampai 00 mL, kocok larutan dan biarkan selama 5 menit,
saring dan titrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N
menggunakan indicator kanji.
Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 5,3 mg kaffein.
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
5. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi iodium yang dibebaskan dari kalium iodide dengan larutan natrium tiosulfat.Penetapan Kadar Tembaga SulfatTimbang saksama 1 g tembaga sulfat, larutkan dalam 50 mL
air, tambahkan 4 mL asam asetat dan 3 g kalium iodide. Titrasi
iodin yang bebas dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N
menggunakan indicator kanji.
Tiap mL natrium tiosulfat setara dengan 24,97 mg tembaga
sulfat.
AYU MELINDA SUGIARTO SADJIDIN15020140081
IODOMETRI DAN IODIMETRI
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat PraktikumAdapun alat - alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
adalah aluminium foil, batang pengaduk, bulk, buret, corong,
erlenmeyer, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 10 mL, kertas saring,