Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN Benih adalah alat untuk mempertahankan kelanjutan hidup spesies tumbuhan tertentu dengan cara memperpanjang kehidupan embrio. Biasanya benih legum kebanyakan mempunyai kulit yang keras, sehingga untuk membantu proses perkecambahan perlu dilakukan skarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang tidak permeabel menjadi permeabel terhadap gas dan air. Skarifikasi dapat dilakukan dengan perlakuan fisik, mekanik dan kimia. Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi skarifikasi mempunyai tujuan yaitu mengidentifikasi tipe dormansi benih, mampu menentukan cara skarifikasi benih sesuai dengan tipe dormansinya dan mampu menyemai benih secara baik dan benar. Manfaat dari praktikum Ilmu Tanaman Pakan adalah mengetahui teknik penanaman atau pengadaan hijauan pakan bagi ternak sehingga diperoleh hasil yang optimal.
125

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

Apr 07, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Benih adalah alat untuk mempertahankan kelanjutan

hidup spesies tumbuhan tertentu dengan cara

memperpanjang kehidupan embrio. Biasanya benih legum

kebanyakan mempunyai kulit yang keras, sehingga untuk

membantu proses perkecambahan perlu dilakukan

skarifikasi sehingga dapat mengubah kulit yang tidak

permeabel menjadi permeabel terhadap gas dan air.

Skarifikasi dapat dilakukan dengan perlakuan fisik,

mekanik dan kimia.

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi

skarifikasi mempunyai tujuan yaitu mengidentifikasi

tipe dormansi benih, mampu menentukan cara skarifikasi

benih sesuai dengan tipe dormansinya dan mampu menyemai

benih secara baik dan benar. Manfaat dari praktikum

Ilmu Tanaman Pakan adalah mengetahui teknik penanaman

atau pengadaan hijauan pakan bagi ternak sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Skarifikasi

Skarifikasi merupakan salah satu upaya perawatan

benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta

mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam

(Schmidt, 2000). Salah satu cara untuk mempercepat masa

dormansi adalah dengan cara skarifikasi. Benih yang

diberi perlakuan skarifikasi memungkinkan masuknya air

ke dalam benih sehingga imbibisi sebagai proses awal

perkecambahan benih dapat terjadi. Skarifikasi

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

3

bertujuan untuk mengubah kulit benih yang mengandung

kulit biji yang tidak permeabel menjadi permeabel

terhadap gas- gas dan air (Minarno, 2002).

2.1.1. Skarifikasi Fisik

Skarifikasi fisik dilakukan dengan merendam biji

dalam air panas atau biji juga bisa di oven lebih

dahulu sebelum meredam dengan air panas (Ilyas, 2007).

Perlakuan fisik dengan perendaman benih pada air panas

selama 7-10 menit. Hal ini bertujuan supaya benih lebih

lunak sehingga memudahkan terjadinya perkecambahan

(Pramono et al., 2010).

2.1.2. Skarifikasi Kimia

Skarifikasi kimia dilakukan dengan menggunakan

bahan kimia yang bertujuan supaya kulit biji yang

digunakan sebagai benih lebih bersifat permeabel dan

lebih lunak sehingga lebih mudah untuk menyerap air dan

udara pada masa imbibisi. Biji dilindungi oleh kulit

biji yang terdiri atas jaringan yang secara identik

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

4

dengan tanaman induknya dan biasanya berkembang dari

intergumen biji (Yahya, 2002). Larutan kimia yang biasa

digunakan adalah asam sulfat pekat (H2SO4 96 %) dengan

cara merendam benih kedalam larutan atau menggunakan

KNO3, sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta

untuk mempercepat masuknya oksigen kedalam benih

(Muharni, 2002).

2.1.3. Skarifikasi Mekanik

Skarifikasi secara mekanik umumnya digunakan untuk

memecah dormansi benih akibat impermeabilitas kulit,

baik terhadap air maupun gas, resisten mekanisme kulit

perkecambahan yang terdapat pada kulit benih. Dormansi

benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk

berkecambah pada lingkungan yang optimum untuk

perkecambahannya (Saleh, 2004). Cara mekanisme yang

dilakukan adalah dengan menggosok kulit biji

menggunakan amplas, sedangkan perlakuan “impaction”

(goncangan) dilakukan untuk benih yang memiliki sumbang

gabus. Skarifikasi dengan cara mekanik pada setiap

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

5

benih dapat diberi perlakuan individu sesuai dengan

ketebalan biji. Semua benih dibuat permeabel dengan

resiko kerusakan kecil, asal daerah radikel tidak rusak

(Schmidt, 2002).

2.2. Perkecambahan

Proses perkecambahan biji tanaman merupakan suatu

rangkaian komplek dari perubahan - perubahan morfologi,

fisiologi, dan biokimia yang terjadi pada biji. Proses

perkecambahan yang baik menjadi salah satu syarat utama

tanaman akan tumbuh baik dan subur dimasa muda. Proses

perkecambahan dimulai dengan penyerapan air oleh benih,

melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma

(Nawi, 2000). Pertumbuhan kecambah dipengaruhi beberapa

faktor salah satunya adalah cahaya. Proses

perkecambahan benih ada yang memerlukan cahaya untuk

mempercepat pertumbuhan dan ada yang tidak memerlukan

cahaya karena akan menghambat perkecambahan,namun ada

pula yang berkecambah sama baik ditempat gelap atau

terang (Mustika, 2010).

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

6

2.3. Uji Muncul Tanah

Uji muncul tanah merupakan cara untuk mengetahui

kualitas biji dengan media tanam tanah, namun sebelum

ditanam benih sudah melalui proses skarifikasi terlebih

dahulu. Pengujian kualitas tanah berhubungan dengan

ketersediaan unsur hara dan zat - zat yang terkandung

di dalam tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman. Pertumbuhan tanaman yang baik membutuhkan

tanah yang baik pula, yaitu tanah yang banyak

mengandung unsur hara (Nawi, 2000). Uji muncul tanah

dipengaruhi oleh keadaan biji dan medium tanah. Keadaan

biji dipengaruhi tekstur, proporsi, struktur, suhu, dan

konsistensi tanah (Sutopo, 2002).

2.4. Benih

Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman

yang telah melalui proses seleksi sehingga diharapkan

dapat mencapai proses tumbuh besar. Pertumbuhan benih

salah satunya dipengaruhi oleh kedalaman tanah.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

7

Kedalaman akan mempengaruhi perkecambahan benih, jika

benih ditanam terlalu lama maka akan menghambat proses

perkecambahan (Sutopo, 2002). Suatu benih dikatakan

sebagai benih dorman apabila benih dari tanaman tidak

berkecambah meskipun ditempatkan pada kondisi

lingkungan optimum. Kegagalan dalam mengatasi masalah

dormansi akan berakibat pada kegagalan perkecanbahan

pada benih tanaman (Lensari, 2009).

2.4.1. Sentro (Centrosema pubescens)

Centrosema pubescens adalah jenis legum yang berasal

dari Amerika Selatan, merupakan tumbuhan parennial,

pertumbuhan tanaman membelit, menjalar, batang berbulu

dan tidak berkayu, tipe daun trifoliate, berambut,

panjangnya 5-12 cm dan lebar 3-10 cm (Umiyasih dan

Anggraeni, 2003). Sentro dapat tumbuh didaerah tropis,

tidak tahan dengan suhu dingin, dapat tumbuh pada musim

kemarau panjang, responsif terhadap pupuk P dan

termasuk tanah masam dengan kesuburan sedang

(Soemarsono, 2007).

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

8

2.4.2. Puero (Pueraria phaseoloides)

Tanaman ini berasal dari India Timur, dengan jenis

tanaman yang berumur panjang dengan ciri - ciri tumbuh

merambat, memanjat dan membelit. Sifat perakaran dalam,

daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya

berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan

(Pramono et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh baik pada

berbagai jenis tanah serta tahan terhadap tanah asam

dan permukaan air yang tinggi (Rukmana, 2005).

2.4.3. Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Kalopo berasal dari Amerika Selatan dengan siklus

hidup perennial. Tanaman kalopo tidak tahan terhadap

penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat akan

tetapi dapat tumbuh baik didaerah lembab (Susilawati,

2011). Tanaman ini dapat beradaptasi di daerah tropis

dengan curah hujan 1.000-1.400 mm/th dengan ketinggian

200-1.000 m, struktur tanah sedang sampai berat, dan

tahan genangan air (Soemarsono, 2007).

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

9

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan acara

Skarifikasi dan Uji Muncul Tanah dilaksanakan pada

tanggal 13April 2013 pukul 07.30 – 09.30 di

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

10

Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Semarang.

3.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum skarifikasi

dan uji muncul tanah adalah bak perkecambahan yang

digunakan sebagai tempat perkecambahan, tissue

digunakan sebagai media tanam pada uji perkecambahan,

polibag sebagai media perkecambahan pada uji muncul

tanah, amplas digunakan pada perlakuan secara mekanis

pada biji legum, label digunakan untuk memberi tanda

pada setiap perlakuan dan untuk memudahkan pengamatan

serta inkubator untuk mempertahankan suhu dalam proses

perkecambahan. Bahan yang digunakan adalah legum puero,

sentro, dan kalopo, air panas 60o C dan H2 SO4 96%.

3.2. Metode

3.2.1. Skarifikasi

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

11

Metode yang digunakan dalam praktikum skarifikasi

menggunakan tiga metode yaitu skarifikasi secara

mekanik, fisik, dan kimia. Metode skarifikasi secara

mekanik yaitu dengan cara mengamplas 20 biji sentro.

Skarifikasi secara fisik adalah dengan cara memasukkan

20 biji sentro ke dalam air panas dengan suhu 60oC

selama 7 menit. Skarifikasi secara kimia dengan cara

memasukkan 20 biji sentro ke dalam larutan H2SO4 selama

7 menit. Kemudian meniriskan biji sentro pada masing-

masing perlakuan dan meletakkan biji sentro ke dalam

medium tissue yang telah disiapkan dan dibasahi dengan

air supaya lembab. Menyimpan dalam suhu kamar,

menyirami secara teratur dengan air dan mencatat jumlah

biji yang berkecambah setiap hari sampai hari ke-14,

membuang benih yang busuk dan berjamur.

3.2.2. Perkecambahan

Mengkecambahkan benih legum sentro yang telah

diberi perlakuan tersebut pada media tissue dengan

menyusun biji sebanyak 10 butir untuk U1 dan 10 butir

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

12

untuk U2. Mengamati dan menyiram setiap hari selama 14

hari, menghitung benih yang sudah tumbuh serta membuang

benih yang busuk dan berjamur.

3.2.3. Uji Muncul Tanah

Praktikum ilmu tanaman pakan dalam uji muncul

tanah menggunakan metode yaitu dengan melakukan

skarifikasi secara mekanik, fisik, dan kimia. Penanaman

pada polibag sebanyak 10 benih pada setiap perlakuan,

setiap polibag berisi media tanah dengan kedalaman kira

- kira 2 cm pada masing-masing benih. Menyimpan benih

dalam suhu kamar, menyiram benih setiap hari selama 14

hari, menghitung jumlah benih yang muncul diatas tanah

dan menghitung persen perkecambahan dengan menggunakan

Coefisien Vigor (CV) serta Vigor indeks kecambah (VI).

Persentase Perkecambahan

% perkecambahan = jumlah kecambah x 100%Total benih

Vigor indeks dan Coefisien Vigor dapat dihitung

dengan :

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

13

V1 = + + ........ + ( 1 )

V1 : Vigor IndexC : Jumlah kecambah pada hari tertentuD : Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah itu

CV = ( 2 )

CV : Coefisien VigorT : Waktu yang berkorespondensi dengan AA : Jumlah benih yang berkecambah pada waktu tertentu

BAB IV

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkecambahan

4.1.1. Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan

materi perkecambahan yang dilaksanakan selama dua

minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik

JenisLegum

Indek Vigor Coefisien Vigor PresentasePerkecambah

an (%)U1 U2 Rata-

RataU1 U2 Rata

-Rata

Sentro 4,3 3 3,65 40 45,45 42,72

60

Puero 4,11 1,6 3,29 33,33 12,5 22,91

65

Kalopo 7,2 5,1 6,15

40 66,67 53,34

90

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan praktikum perkecambahan secara

skarifikasi mekanik dengan mengamplas biji sentro,

puero, dan kalopo menggunakan amplas diperoleh hasil

bahwa rata - rata perkecambahan pada benih sentro 60%,

puero 65%, dan kalopo 90%. Pengamplasan bertujuan untuk

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

15

menghilangkan kulit keras yang menyelimuti biji

sehingga benih mudah menyerap air dan gas pada proses

imbibisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002)

yang menyatakan bahwa tahap pertama suatu perkecambahan

benih dimulai dengan proses penyerapan air, dan

melunaknya kulit benih. Namun pada skarifikasi mekanik,

pengamplasan harus dilakukan dengan hati-hati supaya

tidak merusak benih. Hal ini sesuai pendapat Saleh

(2002) bahwa skarifikasi mekanik harus dilakukan secara

hati - hati pada benih karena apabila terlalu keras

maka dapat merusak benih yang berkulit tipis, dan

apabila telalu pelan maka kulit keras tidak akan

terkelupas, dan hal itu akan mempengaruhi perkecambahan

benih tersebut.

4.1.2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan

materi perkecambahan yang dilaksanakan selama dua

minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

16

JenisLegum

Indek Vigor Koefisien Vigor PresentasiPerkecambahan (%)

U1 U2 Rata-

Rata

U1 U2 Rata-Rata

Sentro

1 3,09 2,04 100 28,57 64,28 20

Puero 0,27 0,34 0,3 13,33

10,33 11,83 25

Kalopo

0,42 1 0,71 14,28

100 57,14 15

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan praktikum perkecambahan secara

skarifikasi fisik dengan merendam biji sentro, puero,

dan kalopo pada air panas dengan suhu 60ºC diperoleh

hasil bahwa pada benih puero mempunyai presentase

paling tinggi dibandingkan dengan benih sentro dan

kalopo. Benih puero mempunyai presentase lebih tinggi

karena kecepatan tumbuh benih dipengaruhi suhu air dan

jangka waktu perendaman yang optimum. Hal ini sesuai

pendapat Pramono et al. (2010) bahwa perendaman biji pada

air panas bertujuan supaya benih lebih lunak sehingga

memudahkan terjadinya perkecambahan. Sedangkan benih

kalopo dan sentro perkecambahannya lebih lambat

dikarenakan adanya faktor pembatas. Hal ini sesuai

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

17

dengan pendapat Saleh (2002) yang menyatakan bahwa fase

pertumbuhan awal ditunjukan bersifat eksponensial

kemudian menurun karena adanya faktor - faktor pembatas

yang diantaranya waktu, media tumbuh dan faktor-faktor

lingkungan lainnya.

4.1.3. Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan

materi perkecambahan yang dilaksanakan selama dua

minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3. Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia

JenisLegum

Indek Vigor Coefisien Vigor PresentasiPerkecambahan (%)

U1 U2 Rata-

Rata

U1 U2 Rata-Rata

Sentro

8 9,17 8,58 100 66,67 83,34 90

Puero 4,33 3,45 3,89 30 41,67 35,84 45Kalopo

5,1 1,96 3,35 40 33,33 36,67 55

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan praktikum perkecambahan secara

skarifikasi kimia dengan merendam biji sentro, puero,

dan kalopo menggunakan larutan H2SO4 96% diperoleh hasil

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

18

bahwa rata - rata perkecambahan pada benih sentro 90%,

puero 45%, dan kalopo 55%. Larutan H2SO4 96% digunakan

untuk mempercepat perkecambahan dan mempercepat

masuknya air dan oksigen ke dalam benih. Hal ini sesuai

dengan pendapat Muharni (2002) bahwa larutan kimia yang

biasa digunakan adalah asam sulfat pekat (H2SO4 96 %)

dengan cara merendam benih kedalam larutan atau

menggunakan KNO3, sebagai pengganti fungsi cahaya dan

suhu serta untuk mempercepat masuknya oksigen ke dalam

benih. Perlakuan perendaman dengan larutan asam sulfat

dikombinasikan dengan lama perendaman yang berbeda,

karena lama peredaman akan mempengaruhi banyaknya

larutan H2SO4 yang terserap ke dalam benih. Hal ini

ditambahkan dengan pendapat Suyatmi et al. (2011) bahwa

semakin pekat asam sulfat yang digunakan maka

perendaman semakin cepat.

4.2. Uji Muncul Tanah

4.2.1. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

19

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan

materi uji muncul tanah yang dilaksanakan selama dua

minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Mekanik

JenisLegum

Indek Vigor Coefisien Vigor PresentasiPerkecambahan (%)

U1 U2 Rata-

Rata

U1 U2 Rata-Rata

Sentro

4,83 4,16 4,5 47,61

37,03 42,32 100

Puero 0,74 1,66 1,2 15,78

17,24 16,51 55

Kalopo

2,35 2,98 2,67 16,67

20,93 18,8 95

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan praktikum uji muncul tanah secara

skarifikasi mekanik dengan mengamplas biji sentro,

puero, dan kalopo menggunakan amplas diperoleh hasil

bahwa rata - rata laju uji muncul tanah pada sentro

100%, puero 55%, kalopo 95%. Benih puero dan kalopo

yang muncul di atas tanah dengan menggunakan perlakuan

mekanik menghasilkan jumlah kecambah yang lebih sedikit

dibandingkan dengan sentro. Hal ini disebabkan

perlakuan waktu awal penggosokan benih menggunakan

amplas yang terlalu pelan ataupun keras sehingga

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

20

menghambat laju uji muncul tanah. Hal ini sesuai

pendapat Saleh (2002) bahwa skarifikasi mekanik harus

dilakukan secara hati-hati pada benih karena apabila

terlalu keras maka dapat merusak benih dan apabila

telalu pelan maka kulit keras tidak akan terkelupas,

dan hal itu akan mempengaruhi perkecambahan benih

tersebut. Selain itu kepadatan tanah juga berpengaruh

pada laju uji muncul tanah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Haridjaja et al. (2010) bahwa tanah yang padat

akan memberikan hambatan fisik pada penerobosan akar

sehingga mengendalikan kapasitas kemampuan memanen air,

udara dan hara.

4.2.2. Uji Muncul Tanah dengan Sakrifikasi Fisik

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan

materi uji muncul tanahyang dilaksanakan selama dua

minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi fisik

JenisLegum

Indek Vigor Koefisien Vigor PresentasiPerkecambahan (%)

U1 U2 Rata-

Rata

U1 U2 Rata-Rata

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

21

Sentro

1,6 1,3 1,49 13,11

11,59 12,35 90

Puero 0,69 1,36 1,02 9,67 11,25 10,46 80Kalopo

0,2 0,42 0.31 20 14,28 11,28 20

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan praktikum uji muncul tanah secara

skarifikasi fisik dengan merendam biji sentro, puero,

dan kalopo menggunakan air pada suhu 60ºC diperoleh

laju kecambah hasil rata - rata uji muncul tanah pada

sentro 90%, puero 80%, dan kalopo 20%. Perkecambahan

kalopo sangat rendah dibanding dengan biji yang lain.

Hal ini dipengaruhi oleh faktor pemadatan tanah

sehingga penghambat laju kecambah karena akar tidak

bisa menyerap air dan udara secara optimal dan kulit

dari benih kalopo belum terlalu lunak. Hal ini sesuai

pendapat Sutopo (2002) bahwa tahap pertama suatu

perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan

air, melunaknya kulit benih. Ditambahkan dengan

pendapat Haridjaja et al., (2010) bahwa tanah yang padat

akan memberikan hambatan fisik pada penerobosan akar

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

22

sehingga mengendalikan kapasitas kemampuan memanen air,

udara dan hara. Benih sentro menghasilkan rata-rata uji

muncul tanah paling tinggi dibandingkan dengan benih

lainnya. Hal ini disebabkan oleh penyiraman dan

struktur tanah sebagai medium penanam berupa tanah yang

berbeda sehingga terdapat perbedaan hasil presentase

perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawi

(2000) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang

baik membutuhkan tanah yang baik, yaitu tanah yang

banyak mengandung unsur hara.

4.2.2. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan

materi uji muncul tanah yang dilaksanakan selama dua

minggu diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 6. Uji Muncul Tanah dengan Skarifikasi Kimia

JenisLegum

Indek Vigor Coefisien Vigor PresentasiPerkecambahan (%)

U1 U2 Rata-

Rata

U1 U2 Rata-Rata

Sentro

3,49 4,3 3,9 23,8 35,71 29,76 100

Puero 1,89 1,62 1,76 11,82

19,35 15,59 40

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

23

Kalopo

- 0,2 0,1 - 10 5 30

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan praktikum uji muncul tanah secara

skarifikasi kimia dengan merendam biji sentro, puero,

dan kalopo menggunakan larutan H2SO4 96% diperoleh hasil

bahwa rata - rata pada benih sentro 100%, puero 40%,

kalopo 30%. Dari data tersebut diperoleh bahwa benih

sentro rata-rata uji muncul tanah tertinggi. Hal ini

dikarenakan sentro memiliki kulit yang tipis

dbandingkan dengan puero dan kalopo sehingga mematahkan

dormansi benih cepat pada waktu perendaman dalam asam

sulfat. Hal ini sesuai pendapat Mistiani et al. (2012)

yang menyatakan bahwa perlakuan dengan menggunakan

bahah kimia sering digunakan dengan tujuan agar kulit

biji lebih mudah dimasuki air pada proses imbibisi

sehingga memecahkan dormansi lebih cepat. Selain itu

kepadatan tanah juga berpengaruh pada laju uji muncul

tanah. Hal ini sesuai pendapat Haridjaja et al. (2010)

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

24

bahwa tanah yang padat akan memberikan hambatan fisik

pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas

kemampuan memanen air dan unsur hara.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

25

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan

bahwa pada uji perkecambahan biji sentro, kalopo, dan

puero lebih cepat tumbuh dengan menggunakan scarifikasi

mekanik. Sedangkan pada uji muncul tanah biji sentro,

kalopo, dan puero lebih cepat tumbuh pada skarifikasi

fisik dan mekanik. Hal ini disebabkan karena proses

perendaman yang cukup lama yang mengakibatkan banyak

air yang masuk kedalam biji dan pengamplasan yang

mengakibatkan kulit dari biji menjadi lebih tipis

sehingga biji cepat berkecambah.

5.2. Saran

Dalam praktikum Ilmu Tanaman Pakan sebaiknya lebih

memperhatikan metode yang telah ditentukan baik fisik,

mekanik maupun kimiawi karena sangat mempengaruhi

proses perkecambahan pada benih. Kemudian lebih

memperhatikan prosedur penyimpanan dalam inkubator

serta lebih rajin untuk mengecek perkecambahannya.

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

26

DAFTAR PUSTAKA

Haridjaja, O. 2010. Pengaruh Isi Bobot Tanah teradap Sifat Fisik Tanah dan Perkecambahan Benih Kacang Tanah dan Kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 15(3): 147-152.

Ilyas, S. 2007. Persistensi dan Pematahan Dormansi Benih pada beberapa Varietas Padi Gogo. Jurnal Agrista 11 ( 2 ) : 92-101.

Lensari, Delfy. 2009. Pengaruh Perlakuan PertahananDormansi Terhadap Kemampuan Perkecambahan BenihAngsana. Departemen Silvikultur FakultasKehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Minarno, E. B. 2002. Pengaruh Skarifikasi GiberellinKyowa terhadap pertumbuhan palem putri (Vetchiamerilli, Becc, H.E Moore). UniversitasMuhammadiyah Malang, Malang. Pramono, A.A, Fauzi,M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko,J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian.CIFOR, Bogor.

Muharni, S. 2002. Pengarah Metode Pengerigan danPerlakuan Pematahan Dormansi terhadap ViabilitasBenih Kayu Afrika (Maesopsis emiini Engler).Fakultas Pertanian IPB, Bogor

Nawi, M. 2000. SkarifikasiTanamanPakan. Erlangga,Jakarta.

Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I.Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan UntukPertanian. CIFOR, Bogor.

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

27

Rukmana. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius, Yogyakarta.

Saleh, M.S., 2002 .Perlakuan Fisik dan Kalium Nitrat UntukMempercepat Perkecambahan Benih Aren dan PengaruhnyaTerhadap Pertumbuhan Kecambah. J.Agroland 9 (4): 36–330.

Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih TanamanHutan Tropis dan Sub

Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk.Bandung.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (Edisi Revisi).Fakultas Pertanian UNIBRAW. PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Susilawati, I., dkk. 2011. Peningkatan Berat Akar,Berat Nodul Efektif dan Hasil Hijauan Legum denganPemberian Molibdenum dan Inokulasi Rhizobium.Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran,Bandung

Soemarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. FakultasPeternakan Universitas Diponegoro, Semarang

Umiyasih, U dan Y.N. Anggraeni. 2003. KeterpaduanSistem Usaha Perkebunan dengan Ternak : TinjauanTentang Ketersediaan Hijauan Pakan Untuk SapiPotong di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit.Prosiding Lokakarya Nasional Sistem IntegrasiKelapa Sawit - Sapi. Departemen Pertanian.

Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Erlangga, Jakarta.

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

28

BAB I

PENDAHULUAN

Hijauan pakan merupakan makanan untuk ternak yang

dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Hijauan pakan

berasal dari bangsa rumput (Gramineae), leguminosa dan

hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain. Kelompok hijauan

pakan biasanya disebut pakan kasar, hijauan sebagai

makanan ternak biasanya diberikan dalam dua macam

bentuk yakni hijauan segar dan hijauan kering.

Penyediaan pakan yang baik merupakan faktor yang

mendukung dalam terpenuhnya nutrisi ternak.

Tujuan dari Praktikum Pengenalan Jenis Hijauan

Pakan adalah mampu mengenali dan memahami tentang

karakteristik jenis-jenis penting rumput dan legum

pakan serta mampu mengenali ciri khas masing-masing

jenis hijauan pakan. Manfaat dari Praktikum Pengenalan

Jenis Hijauan Pakan adalah untuk memahami tentang

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

29

karakteristik jenis - jenis dan ciri khas masing-masing

jenis hijauan pakan baik rumput maupun legum.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput (Gramineae)

2.1.1. Pennisetum purpureum (Rumput gajah)

Pennisetum purpureum adalah tanaman yang dapat

tumbuh di daerah dengan minimal atau tanpa tambahan

nutrien, sehingga dapat memperbaiki kondisi tanah yang

rusak akibat erosi, juga dapat hidup pada tanah kritis

dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

30

baik (Sanderson dan Paul, 2008). Rumput gajah secara

umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak,

berakar dalam, tinggi batang mencapai 2-4 meter, tumbuh

membentuk rumpun, pelepah daun gundul hingga garis

berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang

lebar, ujungnya runcing (Yahya, 2002).

2.1.2. Pannicum maximum (Rumput benggala)

Rumput benggala berasal dari Afrika tropik dan

subtropik. Ciri-cirinya bersifat perennial atau tanaman

tahunan, batang tegak, kuat dan membentuk rumpun,

akarnya membentuk serabut dalam dan mempunyai lidah

daun yang berbulu (Pramono et al., 2010). Pannicum

maximum tumbuh pada daerah daratan rendah sampai

pegunungan, dapat bertoleransi dengan berbagai jenis

tanah, tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen

(Sumarsono, 2007).

2.1.3. Brachiaria brizantha (Rumput bebe)

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

31

Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini

memiliki karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang

banyak bercabang, tinggi hamparan kurang lebih satu

meter dan pangkal daun berbulu lebat (Rukmana, 2005).

Proses penanaman rumput ini menggunakan pols, hidup

ditanah struktur ringan, sedang sampai berat. Pada

proses penanaman rumput bebe, juga harus memperhatikan

faktor lingkungan antara lain adalah ketersediaan

nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan

produksi dan persistensi tanaman (Sumarsono, 2007).

2.1.4. Setaria sphacelata (Rumput setaria)

Setaria sphacelata ini termasuk dalam golongan rumput

potong atau gembala di daerah dataran tinggi, berasal

dari Afrika tropis dan memiliki siklus hidup parennial,

termasuk tanaman yang kering dan teduh tetapi lebih

suka pada tanah yang lembab dan subur, pertumbuhan

setelah pemotongan cepat, pangkal batang pipih, dan

pelepah daun pada pangkal batang coklat kemerahan

tersusun seperti kipas (Rukmana, 2005). Setaria sphacelata

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

32

dapat dikembangkan dengan menggunakan pols (Umiyasih,

2006).

2.1.5. Pennisetum purpupoides (Rumput raja)

Pennisetum purpupoides merupakan hasil persilangan

antara Penissetum purpureum dengan Pennisetum typhoides.

Rumput raja merupakan jenis rumput yang dapat hidup

dalam waktu panjang dan memiliki batang yang tebal,

juga memiliki daun yang lebar, tajam dan berbulu

(Yahya, 2002). Rumput raja berasal dari Afrika Selatan.

Rumput raja termasuk tanaman perennial, beradaptasi

dengan baik di daerah tropis dengan struktur tanah

yang tidak terlalu lembab dengan drainase yang baik

(Mufarihin, 2012)

2.2. Legum (Leguminoceae)

2.2.1. Centrosema pubescens (Sentro)

Centosema pubescens mempunyai ciri morfologi antar

lain tumbuh secara menjalar hampir menutupi permukaan

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

33

tanah. Sehingga tanaman sentro dapat digunakan sebagai

penutup tanah pada budidaya tanaman hutan atau

agroforestri (Lukiwati, 2007). Sentro merupakan

tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate dan lebih

runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh

membelit dan menjalar atau memanjang (Pudjiarti, 2004).

2.2.2. Calopogonium muconoides (Kalopo)

Calopogonium muconoides berasal dari Amerika Selatan

Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo menjalar,

merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak

tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh dengan

baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006). Kalopo biasa

dikembangbiakan dengan biji dan mampu tumbuh baik pada

tanah sedang sampai berat pada ketinggian 200 - 1000 m

diatas permukaan laut dan membutuhkan curah hujan

tahunan sebesar 1270 mm (Rahman, 2006).

2.2.3. Desmodium cinereum (Desmodium)

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

34

Desmodium cinereum merupakan salah satu tanaman

semak tegak berumur pendek yang digunakan pada teras

tanaman pagar untuk tanaman tumpang sari (Russel,

2008). Daun Desmodium cinereum biasanya berukuran

panjang 5 - 7 cm, ditutupi oleh bulu yang halus, bunga

berwarna ungu berada pada panikel terbuka. Buah polong

dengan 6 - 8 biji (Pramono et al., 2010 ).

2.2.4. Gliricida sepium (Gamal)

Gamal adalah tanaman leguminosa yang bersifat

tahunan, merupakan tanaman berkayu. Selain sebagai

tanaman pakan, gamal dapat dimanfaatkan sebagai tanaman

pagar atau tanaman pencegah erosi (Yahya, 2002). Ciri-

ciri pada gamal diantaranya adalah pohonnya meranggas

yang tingginya mencapai 12 m, batang pendek, daunnya

berseling, menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut

halus (Pramono et al., 2010).

2.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

35

Leucaena leucocephala merupakan hijauan pakan yang

sering diberikan kepada ternak tetapi mengandung zat

anti nutrisi yaitu mimosin, untuk mengurangi kandungan

mimosin lamtoro harus dijemur sehari lebih dulu sebelum

diberikan pada ternak (Harjadi, 2002). Lamtoro

mempunyai ciri-ciri fisik seperti tumbuh tegak, berupa

pohon, tidak berduri, sistem perakarannya dalam,

daunnya berkarang dan bunga berbentuk bola putih

kekuningan (Bahar, 2008).

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan acara

Pengenalan Jenis Hijauan Pakan dilakukan pada hari

Sabtu tanggal 27 April 2013 Pukul 07.30-11.00 WIB di

Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

36

3.1. Materi

Bahan yang digunakan yaitu Pennisetum purpureum

(rumput gajah), Panicum maximum (rumput benggala),

Brachiaria brizantha (rumput bebe), Setaria sphacelata (rumput

setaria), Pennisetum purpupoides (rumput raja), Centrosema

pubescens (sentro), Calopogonium mucunoides (kalopo), Leucaena

leucocephala (lamtoro), Desmodium cinereum (Desmodium) dan

Gliricidia sepium (gamal). Alat yang digunakan adalah kertas

karton, kertas A4 dan alat tulis untuk mencatat hasil

pengamatan.

3.2. Metode

Metode yang digunakan adalah mengamati dan

menggambar ciri-ciri jenis rumput gajah (Pennisetum

purpureum), rumput raja (Pennisetum hibrida), rumput

setaria (Euclaena setaria), rumput bebe (Brachiaria brizanta)

dan rumput benggala (Panicum maximum) dan jenis

leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala),

desmodium (Desmodium cinereum), kalopo (Calopogonium

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

37

muconoides), puero (Pueraria phaseoloides) dan gamal (Glirisida

sepium).

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gramineae (Rumput)

4.1.1. Pennisetum purpureum (Rumput gajah)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman

Pennisetum purpureum adalah sebagai berikut:

Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.wikipedia.org

Ilustrasi 1. Pennisetum purpureum (rumput gajah)

Page 39: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

39

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui

bahwa Pennisetum purpureum merupakan rumput potongan dan

mempunyai ciri-ciri mirip dengan tebu, tumbuh tegak,

memilki ruas yang kecil jika dibandingkan dengan rumput

raja dan daun bagian permukaan atas berbulu tajam serta

bunga berwarna kuning kecoklatan yang tumbuh pada

batang utama. Hal ini sesuai dengan pendapat Yahya

(2002) yang berpendapat bahwa rumput gajah merupakan

jenis rumput yang memiliki umur panjang, memiliki

batang yang tebal selain itu rumput gajah juga memiliki

daun yang lebar, tajam dan berbulu. Pennisetum purpureum

disebut juga rumput gajah, rumput ini berasal dari

Afrika yang bersifat perennial, memiliki batang dengan

internodus pendek dan bunga yang berwarna kuning

kecoklatan. Rumput gajah dapat beradaptasi terhadap

berbagai jenis tanah, tumbuh dari daratan rendah sampai

pegunungan, tahan terhadap lindungan sedang. Hal ini

ditambahkan dengan pernyataan Sanderson dan Paul

(2008) yang berpendapat bahwa rumput gajah juga dapat

Page 40: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

40

hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif

tidak dapat tumbuh dengan baik.

4.1.2. Panicum maximum (Rumput benggala)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Panicum

maximum adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.hear.org

Ilustrasi 2. Panicum maximum (rumput benggala)

Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis

tanaman pakan diketahui bahwa Panicum maximum merupakan

rumput potong yang mempunyai ciri - ciri akarnya

membentuk serabut dalam, dapat bertoleransi dengan

berbagai jenis tanah, tahan naungan, buku dan lidah

daun berbulu, dan daun lebih halus dari rumput gajah

Page 41: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

41

serta warna bunga hijau atau keunguan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Mannetje dan Jones (2000) yang

menyatakan bahwa rumput benggala ciri-cirinya bersifat

perennial, batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun.

Pendapat ini ditambahkan oleh Sumarsono (2007)

menyatakan bahwa ciri-ciri rumput benggala adalah

batang tegak, kuat, membentuk rumpun, akar serabut

dalam, buku dan lidah daun berbulu, warna bunga hijau

keunguan.

4.1.3. Brachiaria brizantha (Rumput bebe)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Brachiaria

brizantha adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu

Sumber :

Page 42: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

42

Tanaman Pakan, 2013.

www.temmaisrural.com

Ilustrasi 3. Brachiaria brizantha (rumput bebe)

Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis

tanaman pakan bahwa Brachiaria brizantha memiliki ciri-ciri

tumbuh membentuk rumpun, pangkal batang berwarna merah

keunguan, daun lebar dan berbulu pada permukaannya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarsono (2007) yang

menyatakan bahwa karakteristik rumput Brachiaria brizantha

adalah tumbuh membentuk hamparan, batang beruas pendek,

berdaun lebar, dan berbulu halus. Hal ini diperkuat

dengan pendapat Rukmana (2005) bahwa ciri rumput ini

adalah tumbuh tegak, pangkal batang banyak bercabang

sehingga terbentuk hamparan yang lebat, tinggi hamparan

kurang lebih 1m dan pangkal daun berbulu lebat.

4.1.4. Setaria sphacelata (Rumput setaria)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Setaria

sphacelata adalah sebagai berikut:

Page 43: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

43

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber :

www.tropicalforages.info

Ilustrasi 4. Setaria sphacelata (rumput setaria)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis tanaman

pakan bahwa Setaria sphacelata termasuk jenis rumput potong

yang memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun,

berakar serabut, pangkal batang coklat kemerahan dan

daun berhelai agak lebar serta berbulu pada

permukaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rukmana

(2005) bahwa tanaman rumput setaria berumur panjang,

tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 2 m, pangkal

batang yang berwarna emas kecoklatan dan membentuk

rumpun. Bila dalam kondisi baik rumput ini dapat

mencapai ratusan batang. Rumput ini termasuk rumput

Page 44: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

44

potong atau gembala, dapat tumbuh pada tempat kering

dan genangan air serta cepat tumbuh. Hal ini

ditambahkan oleh pendapat Sumarsono (2007) bahwa rumput

setaria memiliki daun dan berbatang lunak, tahan

terhadap panas, cepat tumbuh dan umurnya pendek 60 hari

sudah dapat panen.

4.1.5. Pennisetum purpupoides (Rumput Raja)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman

Pennisetum purpupoides adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Sumber :

www.tropicalforages.info

Ilustrasi 5. Pennisetum hybrida (rumput raja)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis tanaman

pakan bahwa Pennisetum purpupoides termasuk rumput potong

Page 45: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

45

yang memiliki ciri-ciri tumbuh membentuk rumpun, batang

tebal dan keras, daun lebar, warna daun hijau tua

dengan bagian dalam permukaan daun kasar serta tulang

daun lebih putih dari rumput gajah. Hal ini sesuai

dengan pendapat Yahya (2002) bahwa rumput raja

merupakna tanaman yang hidup dalam jangka waktu panjang

dan memiliki batang yang tebal, juga berdaun lebar,

tajam, dan berbulu. Proses penanaman pada rumput raja

menggunakan stek dan sobekan rumpun. Hal ini

ditambahkan dengan pendapat Sukamto (2006) yang

menyatakan bahwa penanaman rumput raja ada dua macam

yaitu stek dan sobekan rumpun (pols) yang dapat tumbuh

pada tempat sampai ketinggian 1500m dari permukaan

laut.

4.2. Leguminoceae (Legum)

4.2.1. Centrosema pubescens (Sentro)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Centrosoma

pubescen adalah sebagai berikut:

Page 46: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

46

Sumber : Data Primer Praktikum Tanaman Pakan, 2013.

Sumber :

commons.wikimedia.org

Ilustrasi 6. Centrosema pubescens (sentro)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan

pakan bahwa Centrosema pubescens (Sentro) memiliki ciri

tumbuh menjalar, memanjat dan membelit, batang agak

berbulu tidak berkayu, berdaun tiga pada setiap tangkai

daun, bentuk helai daun oval agak elips, berbunga kupu-

kupu besar warna ungu muda kemerahan. Hal ini sesuai

pendapat Pudjiarti (2004) bahwa sentro merupakan

tumbuhan parennial, tipe daun trifoliate dan lebih

runcing dibandingkan dengan puero dan kalopo, tumbuh

membelit dan menjalar atau memanjang. Pendapat ini

diperkuat oleh Rukmana (2005) menyatakan bahwa sentro

Page 47: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

47

memiliki ciri bunga yang berbentuk tandan berwarna ungu

muda bertipe kacang ercis dan kapri.

4.2.2. Calopogonium mucunoides (Kalopo)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman

Calopogonium mucunoides adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktik Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.medicinalplantsinnigeria.

ComIlustrasi 7. Calopogonium muconoides (kalopo)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan

pakan bahwa Calopogonium mucunoides (Kalopo) memiliki

ciri-ciri tumbuh merambat, membelit, memanjat, batang

lunak ditutupi bulu-bulu panjang warna coklat, berdaun

Page 48: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

48

tiga setiap tangkai daun, dan bunga kecil berwarna

ungu. Calopogonium muconoides berasal dari Amerika

Selatan Tropik bersifat perennial, pertumbuhan kalopo

menjalar, merambat, tidak tahan terhadap pengembalaan,

tidak tahan naungan yang lebat tetapi dapat tumbuh

dengan baik didaerah yang lembab sesuai dengan pendapat

Sukamto (2006). Diperkuat oleh Rahman (2006) bahwa

kalopo biasa dikembangbiakan dengan biji dan mampu

tumbuh baik pada tanah sedang sampai berat pada

ketinggian 200-1000 m diatas permukaan laut dan

membutuhkan curah hujan tahunan sebesar 1270 mm.

4.2.3. Desmodium cinereum (Desmodium)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Desmodium

cinereum adalah sebagai berikut:

Page 49: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

49

Sumber : Data Primer Praktik Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.yiesoniksoka.wordpress. com

Ilustrasi 8. Desmodium cinereum

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan

pakan bahwa Desmodium cinereum memiliki ciri-ciri daun

trifoliate, batang hampir berbentuk kotak, akar

tunggang serta disetiap daun memilki tunas. Hal ini

sesuai dengan pendapat Pramono et al., (2010) yang

menyatakan bahwa daun pada Desmodium cinereum biasanya

agak tebal, panjang 5 - 7 cm, ditutupi oleh bulu yang

halus, bunga berwarna ungu berada pada panikel terbuka,

buah polong dengan 6 - 8 biji. Hal ini ditambahkan

dengan pendapat Russel (2008) bahwa Desmodium cinereum

merupakan salah satu tanaman semak tegak berumur pendek

yang digunakan pada teras tanaman pagar untuk tanaman

tumpang sari.

Page 50: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

50

4.2.4. Gliricidia sepium (Gamal)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Gliricidia sepium

adalah sebagai berikut:

Sumber : Data Primer Praktik Tanaman Pakan, 2013.

Sumber : www.nusataniterpadu.Wordpress

Ilustrasi 9. Gliricidia sepium (gamal)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan

pakan bahwa Gliricidia sepium memiliki ciri-ciri permukaan

daun halus, daun tipe majemuk tunggal, akar tunggang

dan batang berkayu. Hal ini sesuai pendapat Yahya

(2002) yang menyatakan bahwa gamal merupakan tanaman

berkayu. Diperkuat oleh pendapat Pramono et al. (2010)

yang menyatakan bahwa ciri-ciri pada tanaman gamal

diantaranya adalah pohonnya merenggas yang tingginya

Page 51: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

51

mencapai 12 m, batang pendek, daunnya berseling,

menyirip, warnanya kuning hijau dan berambut halus.

4.2.5. Leucaena leucocephala (Lamtoro)

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman Leucaena

leucocephala adalah sebagai berikut:

Sumber : Data PrimerPraktikum Ilmu TanamanPakan, 2013.

Sumber :

www.id.wikipedia.org

Ilustrasi 10. Leucaena leucocephala (Lamtoro)

Berdasarkan praktikum pengenalan jenis hijauan

pakan bahwa Leucaena leucocephala memiliki ciri-ciri

tumbuh tegak, perakaran dalam, anak daun elips agak

oval dan kecil serta warna daun hijau tua agak kelabu

serta bunga berbentuk bola warna putih. Hal ini sesuai

pendapat Kavana et al., (2005) bahwa lamtoro mempunyai

Page 52: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

52

ciri fisik seperti daunnya bulat dan kecil yang tumbuh

pada tiap-tiap ruas daun, mempunyai tulang daun

menyirip. Leguminosa pohon seperti kaliandra, gamal dan

lamtoro merupakan sumber pakan ternak yang mampu

menyediakan protein by-pass, karena mengandung tannin

yang dapat memproteksi protein dari pencernaan mikroba

rumen. Pendapat ini diperkuat oleh Bahar (2008) yang

menyatakan bahwa lamtoro mempunyai ciri fisik seperti

tumbuh tegak, berupa pohon, tidak berduri, sistem

perakarannya dalam, daunnya berkarang dan bunga

berbentuk bola putih kekuningan atau merah muda.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil praktikum yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa rumput dan leguminosa memiliki ciri

yang berbeda. Rumput umumnya memiliki ciri-ciri umum

seperti daun menyirip, tumbuh berumpun, batang dan

permukaan daun berbulu, serta memiliki akar serabut.

Page 53: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

53

Sedangkan pada leguminosa memiliki ciri-ciri umum

seperti batang nodus dan internodus menyatu, daunnya

trifoliate atau lebih, bunga tumbuh pada setiap cabang,

biji polong dan ada yang tumbuh membelit, menjalar dan

tegak, serta memiliki akar tunggang.

5.2. Saran

Dalam praktikum pengenalan jenis tanaman pakan,

sebaiknya praktikan lebih teliti dan cermat dalam

menganalisis ciri-ciri khusus dari masing-masing

tanaman pakan. Untuk praktikum selanjutnya, sebaiknya

tamanan pakan yang yang akan diamati memiliki bagian-

bagian yang lebih lengkap (daun, akar, batang, bunga,

dan biji).

Page 54: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

54

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S. 2008. Balai Pengkajian Teknologi PertanianSulawesi Selatan. Produktivitas Hijauan Pakanuntuk Produksi Sapi Bali di Sulawesi Selatan. 233-237.

Christians, N. 2001. Fundamentals of TurfgrassManagement. Ann Arbor Press. Chelsea, Michigan,301 p.

Lukiwati, D.R. 2007. Peningkatan Prduksi dan KecernaanBahan Kering Centrosema pubescens dan Puerariaphaseoloides oleh Pemupukan Batuan Posfat danInokulasi MVA. Vol 9. No.1, 2007, Hal 1-5.

Mufarihin, A; Lukiwati, D.R dan Sutarno. 2012. Animal

Agriculture Journal. Pertumbuhan dan Bobot BahanKering Rumput Gajah dan Rumput Raja pada PerlakuanAras Auksin yang Berbeda. Vol 1.No. 2, 2012, p1-15.

Guntoro, S. 2009. Membuat Pakan Ternak dari LimbahPerkebunan. Agro.

Harjadi, S. 2002. Pengantar Agronomi Edisi 2. PTGramedia, Jakarta.

Mannetje dan R.M.Jones. 2000. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. PT Balai Pustaka, Jakarta.

Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I.Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan UntukPertanian. CIFOR, Bogor.

Page 55: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

55

Pudjiarti. 2004. Produksi Bahan Kering Serapan N dan PHijauan pada Pertamanan Ganda Setaria dan Pueroatau Centro dengan Pemupukan Fosfat dari Sumberyang Berbeda. 1-65.

Rahman, S.Y. 2006. Respons Pertumbuhan dan Adaptasi Terhadap Cekaman Kekeringan 3 Jenis Tanaman Legum Pakan yang Diinokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskuladan Rhizobium di Ultisol. 1-134.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak.Kanisius, Yogyakarta.

Russel. 2008. Pertanian Umum. Erlangga, Jakarta.

Sanderson, M. A. and R. A., Paul. 2008. Perennialforages as second Generation bioenergy crops.International Journal of Molecular Sciences, 9, 768-788.

Sukamto, B. 2006. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. JurusanNutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas PeternakanUniversitas Diponegoro, Semarang.

Sumarsono. 2007. Ilmu Tanaman Makanan Ternak. FacultasPeternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Turgeon, A.J. 2002. Turfgrass Management. 6th ed.Prentice-Hall, New Jersey. 400 p.

Umiyasih, U dan Yenny N.Y. 2006. Respons PerbaikanPakan Terhadap Produktivitas Sapi Potong IndukPeriode Post Partum Di Kabupaten Probolinggo. Hal1-7.

Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Erlangga, Jakarta.

Page 56: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

56

BAB 1

PENDAHULUAN

Hijauan pakan yang sering digunakan untuk ternak

adalah legum dan rumput. Bahan tanam untuk rumput

Page 57: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

57

berupa biji, pols, dan stek, sedangkan legum berupa

biji dan stek. Pemilihan bahan tanam dan pengolahan

lahan yang tepat dengan lingkungannya dapat memberikan

produksi yang tinggi. Produksi hijauan pakan di

Indonesia masih terhitung rendah karena banyak dari

peternak tidak mempertimbangkan ketersedian lahan untuk

tanaman pakan terutama peternak skala kecil, sehingga

perlu diadakan pengolahan lahan agar dengan lahan yang

minimum dapat menghasilkan produksi hijauan pakan yang

maksimum.

Dalam bidang peternakan produksi hijauan memegang

peranan sangat penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi hijauan adalah intensitas cahaya, curah hujan,

benih atau bibit yang digunakan dan manajemen sistem

pengolahan lahan. Pengolahan lahan yang biasa dilakukan

meliputi pembersihan, pembajakan, penggaruan dan

penyiapan bibit.

Tujuan dalam praktikum ini adalah mengetahui cara

pengolahan lahan yang benar, mampu memilih bahan tanam

yang sesuai, mengetahui cara tanam yang benar,

Page 58: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

58

mengetahui jarak tanam yang tepat, mampu memupuk yang

benar, mengetahui interval pemotongan yang tepat, mampu

memprediksi produksi hijauan pakan. Manfaat dari

praktikum ini adalah praktikan mampu memilih bahan

tanam yang sesuai sehingga dapat menghasilkan hasil

yang optimum dari tanaman pakan yang dikembangkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hijauan Pakan

2.1.1. Jagung

Jagung (Zea mays) merupakan salah satu komoditas

pertanian yang ekonomis dan berpeluang untuk

dikembangkan. Jagung biasanya digunakan sebagai bahan

baku industri makanan, indutri kimia, industri

fermentasi dan pakan ternak. Secara umum jagung

mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval

waktu antar tahap petumbuhan dan jumlah daun yang

berkembang berbeda. Pertumbuhan jagung dapat

Page 59: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

59

dikelompokkan menjadi ke dalam tiga tahap yaitu fase

perkecambahan, saat proses ambibisi air yang ditandai

dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum

munculnya daun pertama fase pertumbuhan vegetatif, fase

ini di identifikasikan dengan jumlah daun yang

terbentuk (Prasnasari et al., 2012). Pertambahan jumlah

daun akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur

tanaman dan sampai pada umur tertentu akan terhenti

atau menurun karena tanaman memasuki fase reproduktif

(Rahni, 2012).

2.1.2. Rumput Setaria

Rumput Setaria sphacelata merupakan salah satu rumput

yang produktif, bisa digunakan untuk konservasi tanah

dilahan kering. Selain itu rumput ini juga mempunyai

protein kasar yang tinggi (Hartanto dan Mulyono, 2001).

Untuk mendapatkan bahan kering dari setaria, maka harus

dikalikan antara kadar (%) bahan keringnya terhadap

produksi segar hijauan (Anwar, 2003). Produksi bahan

kering ini merupakan bobot rumput yang telah

Page 60: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

60

dikeringkan dalam oven selama 1 hari pada suhu 1050 C

dan beratnya stabil. Kandungan bahan kering ini semakin

meningkat seiring dengan semakin tua umur tanaman

tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan produksi berat

segar, bisa diukur dari jumlah hijauan yang dihasilkan

pada saat panen, dan untuk pengukuran produksi bahan

kering dengan cara pengambilan tanaman pada saat

defoliasi (Suswati, 2012).

2.2. Teknik Budidaya Tanaman

2.2.1. Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karena

dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase

tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman

pengganggu (Ohorella, 2011). Sistem olah tanah sempurna

akan memberikan jumlah daun yang lebih banyak pada

tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah (Ma’sumah,

2002). Perbedaan kondisi tanah pada sistem olah tanah

Page 61: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

61

sempurna dapat mengakibatkan perbedaan ketersediaan air

dan unsur hara yang dapat diserap tanaman sehingga

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(Mahmud et al., 2002).

2.2.2 Penanaman

Penanaman tanaman erat kaitannya dengan jarak

tanam dan berpengaruh terhadap produksi yang akan

dicapai. Jarak tanam yang tidak teratur akan

memungkinkan terjadinya kompetisi terhadap individu

tanaman lain, sehingga pengaturan jarak tanam yang

sesuai dapat mengurangi terjadinya kompetisi terhadap

faktor–faktor tumbuh tanaman (Ariwibawa et al., 2007).

Bahan penanaman yang digunakan dalam penanaman hijauan

makanan ternak yaitu biji, stek atau sobekan rumpun,

untuk jenis stolon atau rhizoma penanamanya dilakukan

Page 62: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

62

dengan potongan stolon atau rhizome (Muliwarni dan

Wawo, 2011).

2.2.3. Pemupukan

Pemupukan merupakan faktor terpenting dalam

penanaman karena unsur hara yang terdapat di dalam

tanah jumlahnya terbatas dan tidak selalu ada untuk

diserap oleh tanaman secara terus menerus sehingga

harus ada unsur hara yang diberikan secara teratur

yaitu berupa pupuk. Tidak semua pupuk yang diberikan

kedalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Pupuk NPK

sangat dibutuhkan untuk merangsang pembentukan akar

yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai

pembentukkan tinggi tanaman (Mamonto, 2005). Pemupukkan

berimbang berarti menyediakan semua unsur hara yang

cukup sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman yang

baik (Pusri, 2008). Pupuk N, P dan K adalah pupuk

majemuk yang dibuat dengan mencampurkan unsur unsur

pupuk yaitu N, P dan K.

Page 63: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

63

2.3.4. Pengairan

Pengairan merupakan proses pemberian air pada

tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Kegiatan

pengairan meliputi penampungan dan pengambilan air dari

sumbernya, mengalirkannya melalui saluran-saluran ke

tanah atau lahan pertanian, dan membuang kelebihan air

ke saluran pembuangan. Pengairan bertujuan untuk

memberikan tambahan air pada air hujan dalam jumlah

yang cukup dan pada waktu diperlukan tanaman (Kurnia,

2004). Interval pemberian air sangat berpengaruh

terhadap kelembaban tanah, baik untuk setiap jenis

tanaman maupun fase pertumbuhannya (Kurnia et al., 2002).

2.3.5. Penyiraman

Pemberian air atau irigasi dapat dilakukan dengan

cara Subsurface irrigation, dilakukan dengan mengatur

drainage dibawah permukaan tanah. Pemberian air dibawah

permukaan tanah dimaksudkan agar perakaran tanah tetap

Page 64: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

64

basah. Subsurface irrigation dilakukan melalui pipa-pipa yang

ditanam di bawah permukaan tanah. Surface irrigation

dilakukan dengan cara menyiram air ke tanaman. Surface

irrigation dapat dilakukan dengan cara mengairi lahan

melalui parit-parit yang disiapkan. Sprinker irrigation

merupakan cara penyiraman dengan penyemprotan melalui

sprinkler. Penyiraman dengan cara ini lebih sedikit

membutuhkan air. Trickle irrigation atau Drip irrigation, disebut

irigasi tetes. Dilakukan dengan cara memberi air dengan

jumlah sangat sedikit dan terus menerus (Purbajanti,

2013). Penyiraman dengan interval yang panjang juga

dapat menghindari tanah di pembibitan yang menjadi

padat karena penyiraman yang sering dilakukan (Haryati,

2003).

2.3.6. Defoliasi

Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan

bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik

oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri

diwaktu ternak itu digembalakan (Efendi, 2008).

Page 65: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

65

Defoliasi dengan waktu yang tepat dapat menghasilkan

tunas yang lebih tinggi dan diameter tunas yang lebih

besar perbedaan waktu defoliasi tidak memberikan

pengaruh pada persentase sambung jadi, diameter tunas

dan luas daun (Muthohar, 2008).

Page 66: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

66

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi

Pengolahan Lahan Hijauan Pakan dilaksanakan pada

tanggal 15 April 2013 sampai 22 Juni 2013 di Lahan

Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas

Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Semarang.

2.1. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanaman

Pakan dengan materi pengolahan lahan antara lain yaitu

sabit untuk menyiangi lahan dari tanaman liar, cangkul

untuk menggemburkan tanah, meteran untuk mengukur

tinggi tanaman, tali rafia digunakan untuk memberi

batas disekeliling lahan, oven digunakan untuk mengoven

bahan segar, kantong sampel digunakan untuk tempat

potongan bahan segar, timbangan digunakan untuk

Page 67: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

67

menimbang sampel, lahan seluas 3 x 3 meter untuk jagung

dan 2 x 2 meter untuk rumput setaria, dan alat tulis

digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Bahan yang

digunakan adalah rumput setaria, jagung, pupuk urea,

pupuk SP36 dan pupuk KCl.

2.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum pengolahan

lahan adalah menyiapkan lahan yang akan dipakai dengan

ukuran 3 x 3 m sebanyak 1 petak dan ditanami sesuai

jagung dengan jarak tanam 50 x 50 cm memakai bahan

tanam benih sebanyak 36 biji, dan menyiapkan lahan 2 x

2 m sebanyak satu petak untuk ditanami rumput setaria

dengan jarak 50 x 50 cm memakai bahan tanam pols

sebanyak 16 buah. Sebelum ditanami lahan dibersihkan

dari rumput liar dan di cangkul supaya tekstur dari

tanah menjadi gembur. Pemupukan pertama dilakukan

bersamaan waktu tanam untuk semua dosis urea 1/3 dosis,

SP36 dan KCl sesuai dosis anjuran. Penempatan pupuk

sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Penyiraman

Page 68: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

68

dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dan pengamatan

dilakukan tiap minggu terhadap pertumbuhan. Pemotongan

paksa dilakukan pada minggu 9 setelah tanam. Menimbang

bobot dari hasil defoliasi kemudian mengambil sampel

sekitar 1 kg dan diangin-anginkan. Ambil sampel 100 gr

dan masukan ke dalam amplop, setalah itu masukan oven

selama 24 jam. Menimbang bobot akhir setelah dioven.

Page 69: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

69

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Jagung

4.1.1. Pertambahan Jumlah Daun Jagung

Berdasarkan hasil pengamatan jumlah daun jagung

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun JagungParameter

Minggu ke-n (cm)1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rata-ratajumlahdaun

2,77

3,90

4,76

6.27

7,40 8,0 8,3 8,6

58,93

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013.

Grafik 1. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun

Page 70: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

70

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan data pengamatan terhadap pertambahan

jumlah daun jagung diperoleh hasil bahwa jumlah daun

dari minggu ke minggu mengalami kenaikan. Data diatas

menunjukkan bahwa rata – rata perumbuhan daun tercepat

terjadi pada minggu ketiga dan keempat, sedangkan pada

minggu berikutnya rata – rata pertambahan jumlah daun

hampir sama karena pertambahan daun ini meningkat

seiring dengan pertambahan umur tanaman jagung

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahni (2012)

yang menyatakan bahwa pertambahan jumlah daun akan

Page 71: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

71

meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman dan

sampai pada umur tertentu pertambahan jumlah daun akan

terhenti atau menurun karena tanaman memasuki fase

reproduktif. Diperkuat oleh Hermanuddin (2012) bahwa

meningkatnya jumlah daun tanaman jagung sangat

ditentukan oleh umur tanaman. Pertambahan jumlah daun

ini juga dipengaruhi oleh pemupukan. Sesuai dengan

pendapat Walalangi (2007) bahwa pemupukan yang kurang

tepat adalah suatu faktor yang sangat penting dalam

hubungannya dengan pertumbuhan dan produktivitas

tanaman jagung.

4.1.2. Pertambahan Tinggi Tanaman Jagumg

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi jagung dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi JagungParameter

Minggu ke-n (cm)1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rata-ratatinggi

11 22 21,9

37,6

63,2

104,2

110,7

133,1

152,1

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013.

Page 72: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

72

Grafik 2. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

terhadap tanaman jagung mendapat hasil bahwa

pertumbuhan tanaman jagung terus meningkat. Pada minggu

pertama hingga minggu kedua tanaman telah menunjukkan

pertumbuhan yang berarti, pada pengukuran awal

diperoleh rata-rata tinggi tanaman yaitu 11 – 22 cm

karena sel akan terus membelah. Hal ini sesuai dengan

pendapat Champbell (2002) pertumbuhan tanaman ditandai

dengan sel terus membeleh dan berdiferensiasi dan

Page 73: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

73

merupakan akibat dari aktivitas meristem lateral.

Kecepatan pertumbuhan tanaman jagung mengalami sedikit

penurunan pada minggu ketiga yaitu 21,9 cm, pada minggu

keempat mengalami kenaikan yaitu 63,2 cm. Penurunan

kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor

lingkungan salah satunya akibat pertumbuhan gulma dan

pemupukan.Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury dan

Cleon (2002) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan

perkembangan dapat dipengaruhi lingkungan. Persaingan

pertumbuhan jagung dengan gulma merupakan salah satu

faktor penyebab penurunan pertumbuhan jagung. Hal ini

ditambahkan Soejono (2004) yang menyatakan bahwa

hambatan pertumbuhan akibat adanya allelopati pada

gulma dapat menyebabkan hambatan pada pembelahan sel.

4.2. Pertumbuhan Rumput Setaria

4.2.2. Pertambahan Jumlah Daun Rumput Setaria

Berdasarkan hasil pengamatan pertambahan daun

rumput setaria dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 74: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

74

Tabel 9. Hasil Pengamatan Pertambahan Jumlah Daun Rumput SetariaParameter

Minggu ke-n (cm)1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rata-ratajumlahdaun

3,06

4,52

17

33,35

56,4

111,58

134,05

168,4

210,1

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013.

Grafik 3.Hasil Pengamatan Jumlah Daun Rumput Setaria

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertambahan

jumlah daun rumput setaria diperoleh hasil bahwa jumlah

daun terus mengalami kenaikan dari minggu ke minggu.

Data diatas menunjukkan bahwa pertambahan awal daun

berlansung lambat dan mengalami percepatan pada minggu

Page 75: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

75

kelima. Hal ini disebabkan karena sel daun terus

membelah pada pembelahan dimeristem apikal. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sri Mulyani (2006) bahwa

pertumbuhan daun terus menerus memanjang dari

pertumbuhan apikal. Pertambahan jumlah daun rumput

setaria dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

cahaya matahari. Semakin bayak cahaya matahari yang

masuk kedalam tanaman maka tanaman tersebut akan

semakin cepat tumbuh dengan cara berfotosintesis. Hal

ini sesuai dengan pendapat Farizaldi (2011) yang

menyatakan bahwa cahaya termasuk faktor lingkungan

terpenting karena cahaya mempengaruhi secara langsung

melalui proses fotosintesis dan secara tidak langsung

melalui pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

4.2.1. Pertambahan Tinggi Rumput Setaria

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi rumput setariadapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi Rumput Setaria Parameter

Minggu ke-n (cm)1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rata- 13, 15, 21, 25, 25, 36, 39, 42,

Page 76: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

76

ratatinggi 2 8 17,7 84 30 30 31 84 03

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanamn Pakan, 2013.

Grafik 4. Hasil Pengamatan Pertambahan Tinggi

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan data pengamatan terhadap tinggi rumput

setaria diperoleh data bahwa dari tiap minggu tinggi

tanaman setaria terus mengalami pertambahan yang

menandakan adanya pertumbuhan, pertumbuhan tanaman

terdiri atas fase vegetatif dan fase generative. Hal

ini sesuai dengan pendapat Purbajanti (2013) bahwa

pertumbuhan tanaman terdiri atas fase vegetatif dan

Page 77: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

77

fase generative, fase vegetatif terutama terjadi pada

perkembangan akar, daun dan batang baru. Pertambahan

tinggi tanaman setaria dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya jarak tanam, unsur tanah, dan perlakuan.

Jarak tanam akan mempengaruhi tinggi tanaman karean

semakin rapat jarak tanam maka tanaman akan bersaing

untuk mendapatkan sinar matahari dan unsur hara yang

terkandung dalam tanah. Hal ini sesuai pendapat

Suminarti (2000) bahwa melalui pengaturan jarak tanam

yang tepat tingkat persaingan antar maupun inter

tanaman dapat ditekan serendah mungkin.

4.3. Produksi Jagung

4.3.1. Produksi Bahan Segar Jagung

Hasil pengamatan bahan segar tanaman jagung adalah

sebagai berikut :

Tabel 11. Hasil Produksi Bahan Segar JagungParameter Jagung (kg/ha)

Produksi Bahan Segar 90.000

Page 78: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

78

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa

produksi bahan segar jagung sebesar 90 ton/ha/th. Hasil

bahan segar ini lebih besar dibandingkan dengan data

literatur dari Rahmat (2005) bahwa produksi bahan segar

sebesar 2,8 ton/ha/th. Bahan segar merupakan hasil

produksi yang diperoleh pada saat defoliasi. Produksi

bahan segar berbeda – beda setiap tahunnya karena

dipengaruhi beberapa faktor yaitu frekuensi defoliasi,

musim dan kesuburan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Purbajanti (2013) bahwa produksi hijauan pakan selama

setahun akan berbeda – beda karena dipengaruhi oleh

frekuensi defoliasi, musim dan kesuburan tanah.

Struktur tanah dan sistem pemupukan juga sangat

mempengaruhi hasil produksi bahan segar dari tanaman

jagung. Hal ini ditambahkan dengan pendapat Purwono dan

Hartono (2005) bahwa tanaman jagung akan tumbuh baik

pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus.

Page 79: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

79

4.3.2. Produksi Bahan Kering Jagung

Hasil pengamatan bahan segar tanaman jagung adalah

sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Produksi Bahan Kering JagungParameter Jagung (kg/ha)

Produksi Bahan Kering 29.000Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa

produksi bahan kering jagung sebesar 29.000 kg/ha/th.

Biji jagung mempunyai kemampuan untuk menimbun bahan

kering. Hal tersebut dikarenakan bahan kering yang

disimpan dalam biji berasal dari daun dan sebagian

kecil berasal dari bahan yang tersimpan dalam batang

sebagai hasil metabolisme sebelum tanaman berbunga.

Oleh karena itu kerusakan daun pada saat berbunga atau

setelah tanaman berbunga akan mengurangi suplai bahan

kering ke biji. Hal ini sesuai pendapat Surtinah (2005)

yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan berat kering,

maka pertumbuhan vegetatif tanaman perlu ditingkatkan

Page 80: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

80

karena pertumbuhan yang baik akan memacu proses

fisiologi tanaman. Peningkatan berat tongkol ada

kaitannya dengan lamanya waktu panen jagung manis,

semakin lama waktu panen maka semakin banyak waktu yang

digunakan oleh tongkol untuk menghimpun bahan kering

yang ada di bagian sumber dan dipindahkan ke tongkol.

Hal ini ditambahkan oleh pendapat Surtinah (2008) yang

menyatakan bahwa lamanya waktu panen maka peluang untuk

menghimpun bahan kering ke dalam biji menjadi lebih

lama dan lebih banyak.

4.4. Produksi Rumput Setaria

4.4.1. Produksi Bahan Segar Rumput Setaria

Hasil pengamatan bahan segar tanaman rumput

setaria adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Produksi Bahan Segar Rumput SetariaParameter Rumput Setaria (kg/ha)

Produksi Bahan Segar 84.000Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Page 81: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

81

Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa

produksi bahan setaria adalah sebesar 84.000 kg/ha/th.

Hal ini sesuai pendapat Suswati (2012) menyatakan bahwa

produksi hijauan segar diukur dari jumlah hijauan yang

dihasilkan pada saat panen dan untuk pengukuran

produksi bahan kering dengan cara pengambilan tanaman

pada saat defoliasi. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi bahan segar yaitu faktor

pencahayaan yang rendah mengakibatkan produksi bahan

segar menurun. Cahaya sangat berguna dalam proses

fotosintesis tumbuhan sehingga peran cahaya sangat

dibutuhkan dalam peningkatan produksi bahan segar.

Interaksi antara naungan dan jenis rumput juga

berpengaruh sangat nyata pada produksi berat segar.

Naungan mempengaruhi kecepatan fotosintesa. Hal ini

sesuai pendapat Kurniawan et al., (2007) berpendapat

bahwa hal ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan

produksi rumput. Hal ini sesuai pendapat Purbajanti et

al., (2007) menambahkan bahwa selain itu jenis

Page 82: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

82

rumputdan perlakuan salinitas menunjukkan pengaruh

nyata terhadap produksi hijauan segar.

4.4.2. Produksi Bahan Kering Rumput Setaria

Hasil pengamatan bahan segar tanaman rumput

setaria adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Produksi Bahan Kering Rumput SetariaParameter Rumput Setaria (kg/ha)

Produksi Bahan Segar 20.832Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,

2013.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan

diperoleh hasil perhitungan produksi bahan kering dari

rumput setaria yaitu 20,832 ton/ha/th. Hal ini sangat

berbeda jauh dengan produksi bahan kering rata-rata

dari rumput setaria. Hal ini sesuai pendapat Hartadi

(1993) berat kering rumput setaria adalah 25 ton/ha/th.

Produksi bahan kering rumput setaria dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor

internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi

diantaranya yaitu pemberian pupuk, jarak tanam, dan

Page 83: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

83

faktor biotik tempat tanaman tersebut hidup. Hal ini

sesuai pendapat Purbajanti (2013) menyatakan bahwa

kurangnya unsur hara akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan produksi yang rendah. Hal ini ditambahkan oleh pendapat

Cherney dan Cherney (2008) bahwa pertumbuhan daun pada

rumput sangat dirangsang oleh adanya pupuk nitrogen.

Jarak tanam juga sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan rumput setaria. Jarak tanam rumput setaria

berkisar antara 60 x 60 cm atau 70 x 90 cm. Hal ini

sesuai dengan pendapat Cherney dan Cherney (2008) yang

menyatakan bahwa jarak tanam rumput setaria berkisar

antara 70 x 90 cm. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Sutopo (2000) yang menyatakan bahwa pembiakan rumput

setaria dapat dilakukan dengan memisahkan rumpun dan

menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm. Selain jarak

pemberian pupuk dan jarak tanam, faktor biotik juga

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput

tersebut, faktor biotik yang sangat mempengaruhi

diantaranya adalah tanaman gulma dan hama. Hal ini

sesuai dengan pendapat Purbajanti (2013) yang

Page 84: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

84

menyatakan bahwa beberapa hal yang merupakan faktor

biotik penentu pertumbuhan tanaman adalah kompetisi,

alelopati, keterbatasan kemampuan simbiosis, aktifitas

manusia, hama dan penyakit. Faktor-faktor di atas

merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi produksi

bahan kering dari ruput setaria. Selain faktor

eksternal, faktor internal juga sangat berpengaruh

terhadap produksi bahan kering dari rumput setaria,

salah satunya adalah sifat genetik dari rumput

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbajanti

(2013) yang menyatakan bahwa sifat genetik tanaman

menentukan pertumbuhan tanaman karena kemampuan tanaman

berproduksi sangat ditentukan oleh faktor genetik.

Page 85: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Tanaman Pakan

dengan materi pengolahan lahan yang telah dilakukan

dapat diambil kesimpulan bahwa rata- rata pertumbuhan

jagung dan rumput setaria mengalami kenaikan setiap

minggunya, pertumbuhan jumlah daun setiap minggunya

terjadi penambahan dan penurunan pada minggu tertentu

yang disebabkan faktor luar seperti pemberian pupuk

yang berlebih dan air. Produksi bahan segar dan bahan

kering tanaman jagung dan rumput setaria berbeda dengan

literatur disebabkan beberapa faktor yang dapat

mempengaruhinya.

5.2. Saran

Page 86: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

86

Sebaiknya praktikan melakukan penyiangan,

pemupukan serta penyiraman tanaman secara teratur agar

tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasikan

produksi bahan segar serta bahan kering yang cukup

tinggi.

Page 87: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

87

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 2003. Toleransi Morfologi dan Faisiologi TanamanRumput Pakan Terhadap Cekaman Alumunium. FakultasPeternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

A.T. Soejono, (2004). Komunitas Ilmu Gulma [Online]. Available: www.elisa.ugm.ac.id.

Champbell. N A. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Cherney, J. H. and Cherney, D. J. R. 2008. Grass for Dairy Cattle. CAB International. Wallingford. UK.

Efendi, 2008. Pengaruh Jarak Tanamdan DefoliasiTerhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman JagungManis (Zea mays saccharata Sturt). Agronomy.

Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air TerhadapPertumbuhan dan Hasil Tanaman. Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Hermanuddin, Nurdin, dan Fitriah S. Jamin. 2012. Uji kurang satu pupuk N, P, dan K terhadap pertumbuhanjagung di Dutohe Kabupaten Bone Bolango. JAAT Vol.1 No. 2, Agustus 2012: 67-73 ISSN 2252-3774

Kurniawan W. Produksi dan Kualitas Rumput Brachiariahumidicola (Rend.) Sch, Digitaria decumbens StentdanStenotaphrum secundatum (Walter) O.Kunt. diBawah Naungan Sengon, Karet dan Kelapa Sawit.Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.Vol. 30 No. 1

Page 88: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

88

Mahmud, A., B. Guritno dan Sudiarso. 2002. PengaruhPupuk Organik Kascing Dan Tingkat Air TerhadapPertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine maxL.).

Ma’sumah. 2002. Pengaruh Macam Media Tanam Dan KonsentnFrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan DanHasil Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentumMill.) Secara Hidroponik. (Skripsi). FakultasPertanian UNS Surakarta.

Muthohar, Fendra.B.2008. Respon Beberapa VarietasEntres Mangga (Mangifera indica L) Pada PerbedaanWaktu Defoliasi Terhadap Pertumbuhan Bibit SecaraGrafting. Agronomy.

Ohorella, Z. 2011. Respon Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Kedelai pada Sistem Olah Tanah yangBerbeda. J. Agronomika (2011) Vol 1 No.2, 92-98.

Purbajanti, E.D. 2013. Rumput dan Legum sebagai HijauanMakanan Ternak. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rahni, Nini Mila.2012. Karakteristik pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L.) pada ultisols yang diberipupuk hayati dan pupuk hijau. Agriplus, Volume 22 Nomer : 03 September 2012, ISSN 0854-0128

Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 2002. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Institut Teknik Bandung, Bandung.

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Suminarti, N. E.2000. Pengaruh Jarak Tanam danDefoliasi Daun terhadap Hasil Tanaman Jagung (Zeamays L.) Varietas Bisma. Habitat. Vol. 11 (110): 58-64

Page 89: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

89

Surtinah. 2005. Hubungan Pemangkasan Organ bagian AtasTanaman Jagung (Zea mays L.) dan Dosis Urea terhadapPengisian Biji. Staf Pengajar Fakultas PertanianUniversitas Lancang Kuning. Jurnal Ilmiah PertanianVol. 1 No. 2.

Surtinah. 2008. Waktu Panen yang Tepat MenentukanKandungan Gula Biji Jagung Manis ( Zea mays saccharata). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 4 No. 2

Suswati. 2012. Pertumbuhan dan Produksi RumputBenggala (Panicum maximum) pada Berbagai UpayaPerbaikan Tanah Salin. Indonesian Jurnal of FoodTechnology Vol. 1 No.1

Sutopo, L. 2000. Bercocok Tanam. CV Rajawali, Jakarta.

Walalangi, I. Th. 2007. Pemupukan Nitrogen dan Ketahanan Jagung Terhadap Kekeringan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Unsrat

Page 90: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

90

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengamatan Perkecambahan

Tabel 15. Pengamatan Uji Perkecambahan SentroHarike -

Skarifikasi Uji Muncul Kecambah

Fisik Kimia MekanikU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 1 3 8 9 3 22 - - - - - -3 - - 1 - 4 34 - - - - - -5 - - - - - -6 - - 2 1 - -7 - - - - - -8 - - - - - -9 - - - - - -10 - - - - - -11 - - - - - -12 - - - - - -13 - - - - - -14 - - - - - -Jumlah 1 3 10 10 10

7 5Rata-rata

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Page 91: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

91

Tabel 16. Pengamatan Uji Perkecambahan PueroHarike -

Skarifikasi Uji Muncul Kecambah

Fisik Kimia MekanikU1 U2 U1 U2 U1 U2

1 - - 3 3 2 22 - - 2 - 2 -3 - - 1 - 3 14 - - - 1 - -5 - - - 1 - -6 1 1 - - - -7 - - - - - -8 - - - - - -9 1 1 - - 1 210 - - - - - -11 - - - - - -12 - - - - - -13 - - - - - 114 - 1 - - - -Jumlah 2 3 6

58 6

Rata-rataSumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Page 92: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

92

Tabel 17. Pengamatan Uji Perkecambahan KalopoHarike-

Skarifikasi Uji Muncul TanahFisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U21 1 1 5 1 7 -2 - - - - - -3 - - - 2 1 -4 - - - - - -5 - - - 1 1 -6 - - - - - -7 - - - - - -8 - - - - - -9 - - - - - -10 - - 1 1 1 -11 1 - - - - -12 - - - - - -13 - - - - - -14 - - - - - -

Page 93: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

93

Jumlah 2 1 6 5 10 8Rata-rataSumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Muncul Tanah

Tabel 18. Pengamatan Uji Muncul Tanah SentroHarike-

Skarifikasi Uji Muncul TanahFisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U21 - - - - - -2 1 1 5 8 9 63 1 - 1 - - -

Page 94: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

94

4 1 - 1 - 1 35 - - - - - -6 - 2 2 2 - 17 2 1 - - - -8 - - - - - -9 - - - - - -10 1 1 - - - -11 - 1 - - - -12 1 2 1 - - -13 - 1 - - - -14 1 1 - - - -Jumlah 8 10 10 10 10 10Rata-rataSumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Tabel 19. Pengamatan Uji Muncul Tanah PueroHarike-

Skarifikasi Uji Muncul TanahFisik Kimia Mekanik

Page 95: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

95

U1 U2 U1 U2 U1 U21 - - - - - 12 - - 1 1 - -3 - 1 1 2 2 -4 1 2 1 - - 15 - - - 2 - 16 - - - - - -7 - - 2 - - -8 - - - - - 19 1 1 1 - - -10 - - - - - -11 1 2 - - - 112 2 2 - - - -13 - - 3 1 1 -14 1 1 2 - - -Jumlah 6 9 11 6 3 5Rata-rataSumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Page 96: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

96

Tabel 20. Pengamatan Uji Muncul Tanah KalopoHarike-

SkarifikasikUji Muncul TanahFisik Kimia Mekanik

U1 U2 U1 U2 U1 U21 - - - - - 12 - - - - - 13 - - - - 2 24 - - - - 2 15 1 - - - 2 -6 - - - - - 27 - 3 - - 1 18 - - - - - -9 - - - 1 1 -10 - - - - 2 111 - - - - - -12 - - - - - -13 - - - 1 - -14 - - - 1 - -Jumlah 1 3 - 3 10 10Rata-rataSumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Page 97: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

97

Lampiran 3. Perhitungan Vigor Index dan Coefisien Vigor

Uji Perkecambahan

Keterangan:

VI : Vigor Index

C : Jumlah kecambah pada hari tertentu

D : Waktu yang berkorespondensi dengan

jumlah itu

Keterangan :

CV : Coefisien Vigor

T : Waktu yang berkorespondensi dengan A

A : Jumlah benih yang brkecambah pada

waktu tertentu

Page 98: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

98

1. Perlakuan Fisik

Sentro (Centrosema pubescens)

Puero (Pueraria phasioloides)

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Page 99: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

99

2. Perlakuan Kimia

Sentro (Centrosema pubescens)

Puero (Pueraria phasioloides)

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Page 100: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

100

3. Perlakuan Mekanik

Sentro(Centrosema pubescens)

Puero(Pueraria phasioloides)

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Page 101: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

101

Page 102: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

102

Lampiran 4. Perhitungan Vigor Index dan Coefisien Vigor

Muncul Tanah

Keterangan:

VI : Vigor Index

C : Jumlah kecambah pada hari tertentu

D : Waktu yang berkorespondensi dengan

jumlah itu

Keterangan :

CV : Coefisien Vigor

T : Waktu yang berkorespondensi dengan A

A : Jumlah benih yang brkecambah pada

waktu tertentu

1. Perlakuan fisik

Sentro(Centrosema pubescens)

Page 103: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

103

Puero(Pueraria phasioloides)

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

2. Perlakuan Kimiawi

Sentro(Centrosema pubescens)

Page 104: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

104

Puero(Pueraria phasioloides)

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

3. Perlakuan Mekanik

Sentro(Centrosema pubescens)

Page 105: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

105

Peuro(Pueraria phasioloides)

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

Page 106: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

106

Lampiran 5. Presentase Perkecambahan

Rumus:

Presentase Kecambah = Jumlah biji yang muncul x 100%

Semua biji yang ditanam

1. Fisik

Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100%= 10%

U2 x 100% = 40%

Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 20%

U2 x 100% = 30%

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100% = 20%

U2 x 100% = 10%

Page 107: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

107

2. Kimia

Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100 % = 100 %

Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100 % = 60 %

U2 x 100% = 50%

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100 % = 60%

U2 x 100% = 50%

3. Mekanik

Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 70%

Page 108: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

108

U2 x 100% = 50%

Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 80%

U2 x 100 % = 60%

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100% = 80%

Page 109: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

109

Lampiran 6. Presentase Uji Muncul Tanah

Rumus:

Presentase Uji Muncul Tanah = Jumlah biji yang muncul x 100%

Semua biji yang ditanam

1. Fisik

Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100% = 80%

U2 x 100 % = 100%

Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 60%

U2 x 100% = 90%

Kalopo(Calopogonium mucunoides)

U1 x 100% = 10%

U2 x 100% = 30%

Page 110: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

110

2. Kimia

Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100 % = 100%

Puero (Pueraria phasioloides)

U1 x 100% = 110%

U2 x 100 % = 60%

Kalopo(Calopogonium mucunoides)

U1 x 100% = 0%

U2 x 100% = 20%

3. Mekanik

Sentro(Centrosema pubescens)

U1 x 100 % = 100 %

Page 111: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

111

U2 x 100 % = 100%

Puero(Pueraria phasioloides)

U1 x 100 % = 30 %

U2 x 100 % = 50%

Kalopo (Calopogonium mucunoides)

U1 x 100 % = 100 %

U2 x 100% = 90%

Page 112: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

112

Lampiran 7. Pertumbuhan Tanaman Jagung

Jagung

Tinggi Tanaman Jagung Minggu Ke- Rata-Rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 10,6 18,5

20,5

35 62,7

80 105 137 167,5

70.75

2 11,8 19,5

23,5

31 57 78,6

113 147 179 151.9

3 9,7 16 13,5

25,4

49 67 96 134,5

154 62.78

4 12 21,7

30,5

56,8

93 113.5

137,5

154 174.4

88.15

5 15,6 24,1

27 57 98 121 146 169 184,5

82.21

6 11,1 18,5

25,7

47,8

75,5

98 124 155 161,5

69.45

7 6 16 25,3

38,5

51 61 93 132 152,5

52.85

8 9,7 16,1

18,8

37,6

74,3

95 136 151 183,5

80.22

9 10 19,4

30,9

55 85 115 129 162 183 87.7

10 14,8 26,5

44 70,6

108 137 141 165 184,5

99.04

11 - - - - - - - - - -12 12,7 22,

731 54,

385,7

111,5

124 157 168,5

85.26

13 - - 8 21 34 47 75,5

91 104 50.83

14 12.1 20,5

25,1

51 72,4

100 126,5

152 181 82.28

15 8,5 20 30.3

49 70 96 134 151,5

168 80.81

16 8 15,3

15,8

17.1

28,5

44,5

72.5

91 117,5

45.57

17 4 11, 18 26, 34 38 97, 118 148, 55.

Page 113: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

113

5 1 5 5 0618 11,8 18,

520 47,

266 94 139 163 172 81.

2719 10 22,

531 58,

396 122 142 168 178 91.

9720 10 19,

528 47,

587 104 133

,5157,3

183 85.53

21 10,8 14,4

14,8

20,3

25,5

58 61 79 96 56.6

22 10,1 13,6

13,7

13,8

- - - - - 12.8

23 9,6 16 20,5

- - - - - - 15.36

24 11,2 19 28,9

44,6

73 96 148,5

167,5

173 84.63

25 12,2 20,1

23,5

24,1

25 43 54 67 82 38.9

26 12,1 19,4

24.6

44 56 73,5

98,5

121,7

147 66.31

27 - - 7,2 17,8

25 34 51 63,2 76 39.17

28 10,5 15,2

25.5

44,5

71,3

91 128 145 168 77.66

29 - - 3,1 12 28 43 68 82 105 48.72

30 10,3 15,8

17,4

15 37 60,7

92.5

127 155 57.18

31 - - 14,9

32 54 77 94 134 161 80.98

32 12,4 14,6

28,2

47 79 101 131 152.5

167 81.41

33 12,7 19,1

31,5

40 78 98,5

139 162 178 84.31

34 12,6 22,2

22,7

41 79,8

94 119 132,7

167 76.77

35 9,8 14,3

15,5

17 - 35 57 72 90 38.82

36 9,3 13,3

- - - - - 11.3

Page 114: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

114

Jumlah

332 693 743 1239

1959

3335

3431

4260.9

4411.4

2040

Rata-rata

11 22 21,9

37.6

63.2

104.2

110.7

133.1

152.1

73

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Lampiran 8. Jumlah Daun Tanaman Jagung

Jagung Jumlah Daun Tanaman Jagung Rata-rata1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 3 3 5 7 8 7 7 7 7 62 3 4 3 4 6 8 10 10 11 113 3 4 4 4 6 7 8 8 10 64 3 4 7 9 10 9 8 8 8 7.3335 3 5 7 11 10 12 10 10 10 8.6666 3 2 5 6 9 9 9 8 8 6.5557 2 3 5 6 6 6 6 7 7 5.3338 3 4 5 7 6 9 9 9 9 6.7779 2 3 6 8 8 10 10 10 10 7.44410 3 6 7 9 9 10 10 12 12 8.66611  - -   -  -  -  -  -  -  -  -12 3 5 6 8 10 11 11 10 10 8.22213     3 5 9 6 7 8 8 6.57114 3 4 5 8 6 8 8 7 7 6.22215 3 5 6 8 7 9 9 9 8 7.11116 2 3 3 5 5 5 7 9 11 5.55517 2 3 4 6 6 8 8 10 10 6.33318 3 4 5 7 8 9 9 8 8 6.77719 3 4 5 8 11 11 10 10 10 820 3 5 4 6 9 10 10 10 10 7.44421 3 5 3 4 7 8 8 9 9 6.22222 3 3 4 3  -  -  -  - -  3.2523 3 3 2 - -  -  -  -  -  2.66624 3 4 5 6 7 9 9 9 9 6.77725 3 3 3 5 6 7 7 7 7 5.333

Page 115: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

115

26 3 4 6 6 6 7 7 8 8 6.11127  -  - 4 5 5 4 6 8 10 628 3 4 5 7 7 8 7 5 5 5.66629 -  - 2 4 5 6 8 8 9 630 3 4 6 6 8 6 7 8 8 6.22235 2 3 3 3 5 5 5 6 6 4.222

36 2 3 - - - - - - - 2.5

Jumlah 86 121162 207 237

259

267 277 286 1902

Rata-rata

2.77

3.90

4.76

6.27

7.40

8.0

8.3

8.65

8.937 6.572

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Lampiran 9. Pertumbuhan Tanaman Setaria

Setaria

Tinggi Tanaman Setaria Minggu Ke- Rata-Rata1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 23.4

24.5 23 26 26 33 37 38,5 40.5 29.17

2 15.5

20 19 25 27 32 35.5 37 40 27.88

3 17 24.5 25 26 33.5 39 44.5 48.7 51.5 34.414 12 12.5 13.5 14 16 26 27 28.3 29

19.815 14 24.5 25 35 36 44 45 46 47.5 35.226 4.5 4.5 8.5 14.5 18 25 28.7 30.5 33 18.577 15.

517.8 19 21 28 37 39 40.3 40.6 28.68

8 5 8 12 14 16.5 21.6 27.5 34 36.4 19.449 14 15 19.5 25.5 31 39 40.5 42 43.2 29.9610 15 18 17 24 29.5 30.1 35.5 40.8 44.6 28.2711 13 13 14 17 19.4 26.7 39 47 54,6 23.6312 - 4 16 22.5 23 29.6 33.4 36 39.4 25.4813 17.

520 19 23 24 32 38 45.5 49.2 29.8

Page 116: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

116

14 14 19 18 25 33 38 46.5 49 52.1 32.7315 10 15 22.5 23 23 28.8 33.5 36 40.5 25.8116 9 12.5 13.2 14 21 24 30.5 36.5 43 22.63

Jumlah

199 252.8

284.2

349.5

404,9

505.8

581.1

597.6

630.5

3805.8

Rata-rata

13.2 15.8 17.7

621.84

25.30

25.30

36.31

39.84

42.03 28.81

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Lampiran 10. Jumlah Daun Tanaman Setaria

Setaria

Jumlah Daun Setaria Minggu ke - Rata-

Rata1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 4 6 32 75 97 157 178 217 234 111.1

Page 117: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

117

2 4 6 26 53 70 205 132 149 251 99.55

3 3 3 7 9 20 27 34 57 78 26.44

4 4 4 15 23 51 110 139 151 243 82.22

5 3 5 18 21 36 75 106 142 195 66.77

6 1 2 4 7 25 55 89 166 182 597 6 10 39 75 103 225 245 263 276 1388 3 4 14 35 71 98 149 184 211 85.4

49 3 6 17 51 91 145 187 205 245 105.

510 4 6 13 28 43 60 83 137 198 63.5

511 3 3 11 28 53 103 148 192 229 85.5

512 - 5 13 55 96 141 171 198 254 116.

613 5 6 30 24 49 79 95 159 239 76.2

214 2 4 15 27 69 119 167 205 257 96.1

115 1 3 21 37 49 195 215 255 276 116.

816 2 2 11 15 31 97 134 175 195 73.5

5Jumla

h49 77 28

9567 959 1897 2279 2863 3572 1255

Rata-rata

3.063

4.529 17 33.3

556,4

111.58

134.05

168.4

210.1

82.05

Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,2013.

Page 118: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

118

Lampiran 11. Perhitungan Pemberian Pupuk

Pupuk yang dipakai Urea (46%N), SP36(36%P), dan KCL

(50%K)

Kebutuhan pupuk N P K untuk 1 ha:

Jagung : 200 kg N, 100kg P, 100 kg K

Rumput : 100 kg N, 100kg P, 100kg K

Legum : 50 kg N, 100 kg P, 100 kg K

Jawab :

Pupuk yang digunakan: Urea (46%), Sp36 (36%), dan KCL

(50%)

Kebutuhan pupuk N,P,K untuk 1 ha:

- Jagung : 200 kg N, 100 kg P, 100 kg K

- Rumput : 100 kg N, 100 kg P, 100 kg K

Page 119: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

119

1. Jagung dengan ukuran lahan (3 x 3 meter)

Kebutuhan urea untuk lahan 1 ha

Urea =

=

Kebutuhan urea untuk lahan 9 m2

Urea =

= 0,391302 kg

Kebutuhan Sp36 untuk 1 ha

Sp36 =

=

Kebutuhan Sp36 untuk lahan 9 m2

Sp36 = =

= 0,18 kg

= 180 gram

Kebutuhan KCL untuk 1 ha

KCL =

= 200 kg/ha

Kebutuhan KCL untuk lahan 9 m2

KCL =

= 0,18 kg

= 180 gram

100 46 X 200

434,78 kg/ha

9 m2

10.000 X 434,78

100 36 X 100kg/

200 kg/ha

9 m2

10.000 X 200 kg

100 50 X 100

9 m2

10.000 X 200

Page 120: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

120

2. Rumput raja dengan ukuran lahan (2x2 meter)

Kebutuhan urea untuk lahan 1 ha

Urea =

= 217,,39 kg/ha

Kebutuhan urea untuk lahan 4 m2

Urea =

= 0,086956 kg

Kebutuhan Sp36 untuk 1 ha

Sp36 =

= 277,78 kg/ha

Kebutuhan Sp36 untuk lahan 4 m2

Sp36 =

= 0,111112 kg

= 111,12 gram

Kebutuhan KCL untuk 1 ha

KCL =

= 200 kg/ha

Kebutuhan KCL untuk lahan 9 m2

KCL =

= 0,32 kg

= 320 gram

100 46 X 100

4 m2

10.000 X 217,39

100 36 X 100

4 m2

10.000 X 277,78 kg

100 50 X 100

4 m2

10.000 X 200

Page 121: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

121

Lampiran 12. Perhitungan Produksi Bahan Segar

Jagung

Produksi BS/ha/th = +

= +

= 90.000 kg BS/ha/th

Rumput Setaria

Produksi BS/ha/th = +

= +

= 84.000 kg BS/ha/th

BB X 30IPBB P BB X 30

IPBK12 P

6 X 3040

14.000

6 X 3060

7.000

BB X 30IPBB

BB X 30IPBK

12 PP

6 X 3040

15.000

6 X 3060

7.500

Page 122: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

122

Lampiran 13. Perhitungan Produksi Bahan Kering

Jagung

BK I = X

= X

= 30,53 %

BK II = X

= X

= 33,91 %

BK =

=

=

Rumput Setaria

BK I = X

= X

= 29,14 %

BK II = X

= X

= 20,46 %

BK =

B. Layu

B. OvenB. X 100%

0,62

0,0665 –0,0195 X 100%

B. Layu

B. OvenB. X 100%

0,62

0,0525 –0,0195 X 100%

BK I + BKII

29,14% +20,46%

B. Layu

B. OvenB. X 100%

0,50,7

0,0625 –0,0195 X 100%

B. Layu

B. OvenB. X 100%

0,50,7

0,0570 –0,0195 X 100%

BK I + BKII

30,53% +33,91%

32,2225 %

X

X

Page 123: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

123

=

= 24,8 %

Page 124: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

124

Lampiran 14. Curah Hujan

Bulan 20102011 2012

mm mm mm

Januari 356375

714

Februari 253

290

327

Maret 325294

206

April 267310

187

Mei 496174 0

Juni 103 20 66Juli 34 22 8Agustus 92 0 0September 278

137 6

Oktober 237137 86

November 228

227

287

Desember 227

429

399

Sumber: Tugas Akhir

Klasifikasi iklim

Scmidth-FergusonPerhitungan Bulan Basah (BB) dan Bulan

Kering (BK)

Page 125: LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TANAMAN PAKAN (ITP)

125

Bulan Basah : bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm

Bulan Kering : bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm

Bulan Lembab : bulan dengan curah hujan 60 - 100 mm

Klasifikasi iklim

OldemanPerhitungan Bulan Basah (BB) dan Bulan

Kering (BK)Bulan Basah : bulan dengan curah hujan

lebih dari 200 mmBulan Kering : bulan dengan curah hujan

kurang dari 100 mmBulan Lembab : bulan dengan curah

hujan 100 - 200 mm