Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan, salah satunya adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Adanya penyakit tumbuhan sudah diketahui lama sebelum masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada sebelum manusia membudidayakan tanaman. Penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai gagalnya sel atau jaringan melaksanakan fungsi-fungsi fisiologgisnya akibat gangguan terus –menerus oleh agen atau penyebab primer dan menimbulkan gejala. Sementara itu gejala penyakit adalah kelainan atau penyimpanagan keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan dapat dilihat oleh mata telanjang.Menurut sifatnya gejala penyakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala morfologi adalah penyimpanagan pada tanaman yang mudah dikenalai dengan panca indra (lihat,raba,cium). Sedangkan gejala histologi adalah penyimpangan pada tanaman yang dapat diketahui melalui pemeriksaan mikroskop terhadap jaringan tanaman yang sakit Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tumbuhan serta keberadaan sangan dibutuhkan dalam 1
36

Laporan Praktikum IHPG

Sep 13, 2015

Download

Documents

pERTANIAN
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan, salah satunya adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Adanya penyakit tumbuhan sudah diketahui lama sebelum masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada sebelum manusia membudidayakan tanaman.Penyakit tumbuhan dapat didefinisikan sebagai gagalnya sel atau jaringan melaksanakan fungsi-fungsi fisiologgisnya akibat gangguan terus menerus oleh agen atau penyebab primer dan menimbulkan gejala. Sementara itu gejala penyakit adalah kelainan atau penyimpanagan keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan dapat dilihat oleh mata telanjang.Menurut sifatnya gejala penyakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala morfologi adalah penyimpanagan pada tanaman yang mudah dikenalai dengan panca indra (lihat,raba,cium). Sedangkan gejala histologi adalah penyimpangan pada tanaman yang dapat diketahui melalui pemeriksaan mikroskop terhadap jaringan tanaman yang sakit

Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tumbuhan serta keberadaan sangan dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil, peramalan tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit. Berat atau ringannya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga kriterium utama, yaitu insidensi penyakit (diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity), dan kehilangan hasil (crop loss).

Epidemic penyakit tanaman merupakan populasi dari tanaman yang terinfeksi penyakit dalam populasi inang, dan perubahan penyakit tanaman pada waktu dan ruang tertentu. Sebelum kita mengetahui lebih jauh tentang epidemic penyakit, terlebih dahulu kita harus memantaunya. Pemantauan terhadap penyakit tanaman dapat dilakukan dengan mengetahui intensitas penyakit tanaman.

Intensitas penyaikit tanaman perlu diketahui untuk memudahkan kita dalam member penanganan terhadap tanaman yang terserang penyakit. Karena penyakit tanaman merupakan interaksi antara tanaman dan pathogen yang disebabkan oleh lingkungan, maka perlu pengukuran kuantitas tanaman, pathogen, dan lingkungan dalam menimbulkan penyakit.

Intensitas penyakit mencakup isidensi (kejadian) penyakit dan severitas (keparahan) penyakit. Dengan mengetahui waktu terjadi dan keparahan penyakit, kita akan mampu mengetahui dampak ekonomi dan lingkungan yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Selauin itu, penanganan terhadap tanaman yang terserang penyakit pun akan lebih tepat.

B. Tujuan Praktikum

1) Mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan tanaman.

2) Mempelajari cara melakukan kuantifikasi penyakit tanaman dengan latihan pengamatan gejala penyakit, penghitungan intensitas penyakit, dan agihan penyakit tanaman.

3) Mempelajari teknik pendugaan kehilangan hasil akibat penyakit tanaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit tanaman dapat ditinjau dari dua sudut, dari sudut biologi dan ekonomi. Secara biologis, penyakit tanaman dapat diartikan sebagai suatu proses fisiologis yang abnormal dalam tubuh tanaman yang berlangsung secara kontinyu yang disebabkan oleh penyebab primer dan muncul sebagai suatu gejala. Secara ekonomis, penyakit tanaman diartikan sebagai ketidakmampuan tanaman untuk memberikan hasil seperti yang diharapkan (hasil yang normal). Kedua pengertian tersebut mengandung informasi bahwa:

a. penyakit tanaman dapat menyebabkan gangguan secara fisiologis dan menimbulkan kerugian secara ekonomis.

b. Karena penyakit merupakan suatu proses fisiologis, maka yang bisa diamati adalah manifestasinya yaitu gejala penyakit (symptom).

Gejala penyakit sebenarnya adalah perwujudan dari reaksi tanaman terhadap aksi penyebab penyakit (patogen) sehingga dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa parah suatu penyakit. Keparahan suatu penyakit yang dinyatakan dalam intensitas penyakit (disease intensity) dapat dikuantifikasi berdasarkan gejala yang teramati pada individu tanaman. Untuk menghitung intensitas penyakit biasanya dilakukan skoring terhadap gejala penyakit pada beberapa tanaman contoh sebagai representasi dari suatu populasi tanaman. Sementara itu, sebaran penyakit pada populasi tanaman dinyatakan sebagai agihan penyakit (disease incidence) yang menggambarkan seberapa luas suatu penyakit bisa ditemukan di lapangan. Agihan penyakit dihitung berdasarkan persentase tanaman yang menunujukkan gejala penyakit pada suatu pupulasi tanaman. Untuk penyakit-penyakit tertentu dengan gejala sistemik, intensitas penyakit dianggap identik dengan agihan penyakit.Intensitas penyakit pada suatu tanaman dapat berubah atau berkembang dengan laju tertentu. Laju perkembangan penyakit bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi lingkungan, ketahanan tanaman, praktek budidaya yang diterapkan, pengelolaan penyakit yang dilakukan, atau keberadaan organisme antagonis. Laju perkembangan penyakit juga dipengaruhi oleh tipe penyakitnya apakah penyakit yang bersifat monosiklik (monocyclic disease) atau penyakit polisiklik (polycyclic disease). Perkembangan suatu penyakit hanya dapat diketahui dengan melakukan monitoring yaitu pengamatan secara periodik dan kontinyu terhadap intensitas penyakitnya. Di samping berfungsi untuk monitoring perkembangan penyakit, pengamatan intensitas penyakit juga dapat dimanfaatkan untuk dasar pengendalian penyakit tanaman dan penaksiran kehilangan hasil karena penyakit tanaman.Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit antara lain adalah suhu, kelembaban udara atau kelembaban tanah, intensitas sinar matahari, periode basah daun, pH tanah, dan kandungan bahan organik tanah. Praktek budidaya yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit antara lain pengolahan tanah, pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, pengairan, pemupukan, pemangkasan, penggunaan mulsa, dan pengapuran (pemberian kapur pertanian). Sementara itu, ketahanan tanaman terhadap suatu penyakit dapat dipengarui oleh varietas, umur tanaman, bagian tanaman atau organ, dan jenis tanaman. Di samping itu virulensi patogen tentu saja dapat mempengaruhi laju perkembangan penyakit tanaman.Penilaian penyakit dan estimasi penyakit adalah istilah umum yang digunakan untuk mendiskribsikan pengukuran penyakit tanaman. Data penilaian penyakit dapat berupa data kuantitatif, kualitatif, atau gabungan keduanya. Suatu tanaman atau bagian tanaman dikatakan terserang penyakit atau tidak tergantung dari gejala-gejala yang tampak saat pengujian.

Intensitas penyakit terdiri dari insidensi penyakit (kejadian penyakit) dan keparahan penyakit (severitas penyakit). Insidensi penyakit merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan perbandingan tanaman atau bagian tanaman yang terserang penyakit dengan total populasi (N). Insiden penyakit merupakan variable diskrit. Keparahan penyakit (sereviatas penyakit) adalah bagian dari jaringan tanaman yang menunjukkan efek penyakit. Dengan sampel tanaman, nilai rata-rata individual tanaman berlaku untuk menentukan keparahan penyakit secara keseluruhan. Keparahan penyakit juga dapat diartikan sebagai bagian dari tanaman yang terserang penyakit atau daerah penyakit dari tanaman sampel. Namun, pada kenyataannya, serevitas penyakit ditentukan dengan nilai kelas atau kategori keparahan penyakit untuk setiap tanaman yang diuji. Dengan demikian, keparahan penyakit merupakan sebaran diskrit, meskipun mungkin dengan beberapa nilai yang berbeda.

Umumnya, pengertian dari serevitas penyakit adalah rata-rata dari semua serevitas penyakit tanaman atau bagian tanaman, baik yang terserang penyakit maupun tidak. Dengan kata lain, nilai severitas penyakit nol digunakan untuk pengamatan tanpa ada gejala-gejala penyakit, dan perhitungan berarti ukuran severitas penyakit untuk sampel tanaman. Ukuran severitas penyakit tanaman tergantung pada tanaman yang terinfeksi. Perbedaan severitas penyakit tanaman ditentukan dari semua tanaman yang diuji dibandingkan dengan tanaman yang terserang penyakit.

Penyakit bercak kacang tanah ( Cercospora aracidicola) merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri. Bercak daun yang terdapat banyak di negara ini disebut dengan tikka, terdapat disemua negara penanam kacang tanah, termaksud di Indonesia. Menurut Raciborski, pada tahun 1900 penyakit ini sudah tersebar di seluruh Jawa. Penyakit bercak kacang tanah selalu terdapat pada daun-daun kacang tanah yag menjelang masak. Hal ini sedemikian lajimnya dianggap sebagai keadaan yang biasa, bahkan banyak petani yang masih beranggapan bahwa datangnya penyakit ini menandakan bahwa tanamannya sudah hampir masak.Menurut pengamatan iskandar muda (1985) di Sumatera Barat intensitas penyakit berkisar antara 34-38%. Sedangkan menurut Jusfah (1985) di daerah yang sama bercak daun mengurangi jumlah polong total, jumlah polong yang bernafas, berat biji, jumlah biji, berat biji per tanaman. Tergan tung dari cepat dan lambatnya timbulnya penyakit, bercak daun dapat mengurangi produksi tanaman sampai 50%. Menurut Singh (1969) di India dapat menurunkan produksi sampai 20%. Dari banyak percobaan diketahui bahwa produksi tanaman akan mengkat jika penyakit ini dikendalikan. Bahkan di Afrika diberitahukan bahwa pengendalian bercak daun dengan fungisida dapat meningkatkan produksi sampai 60% (Semangun, 1991).BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Pelaksanaan

Praktikum ini dilaksanakan pada Kamis, 27April-29 Juni 2015 di Unit Percobaan Gunung Bulu dan Laboratorium Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta

B. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a) Bahan

1) Bibit kacang tanah2) Pupuk Urea3) Pupuk TSP4) Pupuk KCL5) Pupuk SP-366) Air7) Lembar pengamatanb) Alat

1) Cangkul2) Gembor

3) Tali Nylon

4) Alat tulisC. Prosedur Praktikum

Dalam praktikum ini akan dilakukan penanaman kacang tanah untuk mendapatkan populasi tanaman yang akan dijadikan obyek pengamatan. Kacang tanah yang ditanam dipilih dari varietas yang rentan terhadap penyakit tanaman agar nantinya diperoleh penyakit dengan intensitas penyakit yang cukup. Penyakit yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah penyakit bercak coklat (brown spot) yang disebabkan oleh Cercospora spp. Penyakit ini selalu muncul pada pertanaman kacang tanah saat tanaman sudah memasuki fase generatif. Intensitas penyakit yang tinggi dapat menyebabkan daun mati dan mengering sehingga mengurangi luasan daun yang dapat digunakan untuk fotosintesis.

a) Penanaman Kacang TanahPengolahan tanah dilakukan untuk memperoleh struktur tanah yang baik bagi perkembangan akar dan polong kacang tanah. Setelah pengolahan petak-petak dibuat dengan ukuran 2 x 3 m. Kacang tanah ditanam dalam petak-petak tersebut dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Pemupukan dilakukan dengan pemberian urea (50 kg/ha), TSP (100 kg/ha) atau SP36 dan KCl (50 kg/h). Pupuk urea diberikan dua kali yaitu setengah dosis pada saat tanam dan setengahnya lagi pada umur 3 minggu setalah tanam. Pupuk TSP dan KCl diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk kandang dengan dosis 5 ton/ha diberikan setelah pengolahan tanah dengan dicampurkan secara merata dengan tanah pada seluruh petak penanaman. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pengairan yang cukup, penyiangan, dan pendangiran. Untuk tujuan pendugaan kehilangan hasil akibat penyakit tanaman, dalam praktikum ini dilakukan juga penanaman kacang tanah pada petak-petak yang secara intensif dilakukan pengendalian penyakit bercak coklat dengan fungisida yang efektif.b) Pengamatan Intensitas Penyakit dan Agihan Penyakit

1. Penentuan tanaman contoh

Intensitas penyakit diamati pada tanaman contoh yang ditentukan secara acak untuk setiap petak di luar tanaman pinggir.

2. Pengamatan intensitas penyakit dimulai saat tanaman memasuki fase generatif. Untuk itu perlu diamati kapan gejala awal muncul. Intensitas penyakit diamati setiap minggu sebanyak empat kali pengamatan dengan cara skoring sebagai berikut:

SkorKriteriaKeterangan

0Tidakditemukangejalapenyakitsehat

10 25% permukaandaunnekrosisringan

225-50% permukaandaunnekrosissedang

350-75% permukaandaunnekrosisberat

4Lebihdari 75% pemukaandaunnekrosissangatberat

3. Intensitas penyakit dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dengan IP = intensitas penyakit, n = jumlah daun dengan kriteria tertentu, v = skor penyakit dari daun yang diamati, Z = skor tertinggi, N = jumlah daun yang diamati.

4. Agihan penyakit diamati setiap minggu bersamaan dengan pengamatan intensitas penyakit, kemudian dihitung dengan rumus sebagai berikut:

dengan A = agihan penyakit, n = jumlah tanaman yang menunjukkan gejala penyakit, N = jumlah seluruh tanaman yang diamati.

c) Pendugaan Kehilangan Hasil akibat Penyakit TanamanPendugaan kehilangan hasil dilakukan dengan model AUDPC (The Area under The Disease Progress Curve). Model yang digunakan adalah Y = o 1X dengan Y = hasil pada petak-petak tanaman yang terkena penyakit (tidak dikendalikan), o = hasil pada petak-petak tanaman yang sehat (dikendalikan penyakitnya), 1 = kehilangan hasil untuk setiap peningkatan unit AUDPC, dan X = unit AUDPC.d) Pengamatan Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan PenyakitFaktor lingkungan yang diamati dalam praktikum ini adalah intensitas sinar matahari, suhu udara, dan kelembaban udara. Pengamatan dilakukan secara periodik bersamaan dengan pengamatan intensitas penyakit.BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Jumlah daun dengan skor pengamatan penyakit CercosporaPengamatan ke/tanggalperlakuanNo sampelJumlah daun dengan skor

01234

1Fungisida1

27 April 20152

3

4

5

kontrol120

2201

315

417

514

861

2Fungisida1

04 Mei 20152

3

4

5

kontrol1251

2452

328

433

5271

1584

3Fungisida1

11 Mei 20152

3

4

5

kontrol1371

2591

3351

4421

5343

2076

4Fungisida1

18 Mei 20152

3

4

5

kontrol1441

26311

339

4472

54012

23326

Tgl. PengamatanPerlakuanNo tanamansampel

27 April 2015Kontrol13222,544045, 79

22840

32222

43628

53745

Nilai Intensitas Penyakit Cercospora

Pengamatan 1

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=0 %

Sampel 3=

=0 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

= 0 %Pengamatan 2

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=0 %

Sampel 3=

=0 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

= 0 %Pengamatan 3

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=

=0,76 %

Sampel 3=

=

=1,04 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

=

= 0,36 %Pengamatan 4

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=

=0,76 %

Sampel 3=

=

=1,04 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

=

= 0,36 %Tabel 2. Hasil pertumbuhan tanaman kacang tanahTgl. PengamatanNo tanamansampelJumlah polong (bh)Bobot Polong (g)Bobot Petak Panen (g)Bobot 100 bj (g)

29 Juni 20151293960043,5

22632

32635,5

45166,5

52026,5

Tabel 3. Intensitas penyakit bercak coklatTgl. PengamatanPerlakuanNo tanamansampelIntensitas penyakit (%)Rata-rata penyakit (%)

27 April 2015Fungisida10%0%

20%

30%

40%

50%

04 Mei 2015Fungisida10%0%

20%

30%

40%

50%

11 Mei 2015Fungisida10%0,36%

20,76%

31,04%

40%

50%

18 Mei 2015Fungisida10%0,37%

20,44%

30,89 %

40,52 %

50%

Rata-rata intensitas penyakit=

Ket : Perhitungan lengkap terdapat di lampiranTabel 4. Intensitas penyakit bercak coklat seluruh kelompokPerlakuanUlangan

123

Kontrol4,88%3,30%10%

Fungisida0%0,18%0,7%

Keterangan :

Perlakuan kontrol: Kelompok 1,3 dan 5

Perlakuan fungisida: Kelompok 2,4 dan 6

Agihan penyakitAgihan penyakit dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

A= Agihan penyakit

n= Jumlah tanaman yang menunjukkan gejala penyakitN= Jumlah tanaman yang diamatiPengamatan 1=

=0 %Pengamatan 2=

=0 %

Pengamatan 3=

= 40 %

Pengamatan 4=

= 60 %

Rata-rata= Tabel 5. Hasil pertumbuhan tanaman kacang tanah seluruh kelompokPerlakuanNo tanaman sampelJumlah polong (bh)Bobot Polong (g)Bobot Polong/Petak Panen (g)Bobot 100 bj (g)

KontrolKel.114,232,5163043,3

Kel.313,417,55630040,78

Kel.51728,4939045,8

Rata-rata14,8726,1944043,29

FungisidaKel.23131,544045,74

Kel.430,439,960043,5

Kel.625,640,561554,25

Rata-rata2937,355247,83

Pendugaan kehilangan hasil dilakukan dengan model AUDPC (The Area under The Disease Progress Curve).

Keterangan :

Y: hasil pada petak-petak tanaman yang terkena penyakit (tidak dikendalikan)o : hasil pada petak-petak tanaman yang sehat (dikendalikan penyakitnya)

1: kehilangan hasil untuk setiap peningkatan unit AUDPC

: unit AUDPC. Unit AUDPC dihitung dengan rumus :

Y: Intensitas penyakitt: waktun:jumlah pengamatan intensitas penyakit Perlakuan Kontrol

= 28,63 = 46,55

=

=

= = 1,49Rumus regresi : Perlakuan Fungisida

= 0,63 = 3,08

=

=

= = 30,18Rumus regresi : Tabel 6. Hasil uji DMRT variabel intensitas penyakit cercospora, jumlah polong, bobot polong, bobot polong/petak panen dan bobot 100 bijiPerlakuanIntensitas PenyakitJumlah polong (bh)Bobot Polong (g)Bobot Polong/Petak Panen (g)Bobot 100 bj (g)

Kontrol6,06 a14,87 a26,19 a440 a43,29 a

Fungisida0,29 b29 b37,3 a551,67 a47,83 a

B. PembahasanGejala penyakit sebenarnya adalah perwujudan dari reaksi tanaman terhadap aksi penyebab penyakit (patogen) sehingga dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk mengetahui seberapa parah suatu penyakit. Keparahan suatu penyakit yang dinyatakan dalam intensitas penyakit (disease intensity) dapat dikuantifikasi berdasarkan gejala yang teramati pada individu tanaman. Untuk menghitung intensitas penyakit biasanya dilakukan skoring terhadap gejala penyakit pada beberapa tanaman contoh sebagai representasi dari suatu populasi tanaman. Sementara itu, sebaran penyakit pada populasi tanaman dinyatakan sebagai agihan penyakit (disease incidence) yang menggambarkan seberapa luas suatu penyakit bisa ditemukan di lapangan. Agihan penyakit dihitung berdasarkan persentase tanaman yang menunujukkan gejala penyakit pada suatu pupulasi tanaman. Untuk penyakit-penyakit tertentu dengan gejala sistemik, intensitas penyakit dianggap identik dengan agihan penyakit.Menurut sifatnya gejala penyakit dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala morfologi adalah penyimpanagan pada tanaman yang mudah dikenali dengan panca indra (lihat,raba,cium). Sedangkan gejala histologi adalah penyimpangan pada tanaman yang dapat diketahui melalui pemeriksaan mikroskop terhadap jaringan tanaman yang sakit. (Haryono, 1996)

Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan penyakit bercak coklat yang disebabkan Cercospora spp. Gejala bercak daun awal pada umumnya ditandai oleh bercak bulat berwarna coklat tua yang dikelilingi oleh lingkaran halo berwarna kekuningan pada permukaan atas daun. Bercak daun akhir bercaknya lebih bulat, ukurannya lebih kecil dan berwarna lebih gelap (hitam) pada permukaan bawah daun seperti gambar 1. Gejala penyakit ini biasanya muncul pada saat fase generatif kacang tanah, lebih parah lagi pada saat fase pembentukan polong. Suhu dan kelembaban tinggi mendorong timbulnya peyakit. Jamurnya dapat bertahan pada sisa brangkasan dan tanaman kacang tanah yang tumbuh setelah panen.

Gambar 1. Gejala penyakit bercak coklatIntensitas penyakit pada suatu tanaman dapat berubah atau berkembang dengan laju tertentu. Laju perkembangan penyakit bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi lingkungan, ketahanan tanaman, praktek budidaya yang diterapkan, pengelolaan penyakit yang dilakukan, atau keberadaan organisme antagonis. Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan bercak coklat pada dua perlakuan, yaitu kontrol dan fungisida. Pada perlakuan kontrol diketahui bahwa intensitas penyakit bercak coklat sebesar 6,06% sedangkan pada perlakuan fungisida sebesar 0,29%.Setelah diuji dengan analisis varians diketahui bahwa perlakuan fungisida berpengaruh terhadap laju perkembangan (intensitas) penyakit bercak coklat. Fungisida mengandung bahan yang dapat menekan perkembangan jamur patogen.Intensitas penyakit yang tinggi dapat menyebabkan daun mati dan mengering sehingga mengurangi luasan daun yang dapat digunakan untuk fotosintesis. Gejala penyakit lebih banyak ditemukan pada daun-daun bawah.Agihan penyakit (disease incidence) atau sebaran penyakit menggambarkan seberapa luas suatu penyakit bisa ditemukan di lapangan. Pada praktikum ini agihan penyakit bercak coklat pada pengamatan 1 dan 2 sebesar 0% yang berarti penyakit ini belum menyebar dilapangan. Namun pada pengamatan selanjutnya agihan penyakit bercak coklat meningkat menjadi 40 % dan 60 %. Penyebaran penyakit ini dapat meluas disebabkan oleh faktor lingkungan, diantara angin, suhu dan kelembaban.Pendugaan kehilangan hasil dilakukan dengan model AUDPC (The Area under The Disease Progress Curve). Hal tersebut sesuai pernyataan Frey, et.al (1992) menyatakan bahwa AUDPC dipergunakan untuk menentukan nilai reaksi tanaman terhadap serangan Cercospora . Tanaman dikatakan tahan terhadap penyakit bercak daun apabila nilai AUDPC kurang dari nilai rata rata sedangkan apabila melebihi dari nilai rata rata maka digolongkan sebagai tanaman peka. Setelah dilakukan perhitungan diketahui rumus regresi AUDPC pada kontrol adalahdan perlakuan fungisida .Dari rumus tersebut diketahui bahwa besarnya intensitas penyakit sebanding dengan penurunan hasil kacang tanah. Berdasarkan hasil uji DMRT pada taraf 5% diketahui bahwa perlakuan fungisida berpengaruh terhadap intensitas penyakit, jumlah dan jumlah polong, namun tidak berpengaruh terhadap bobot polong, bobot polong/petak panen, dan bobot/100 biji.

BAB VKESIMPULAN

Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Penyakit bercak coklat muncul pada pertanaman kacang tanah pada fase generatif

2) Gejala bercak coklat oleh Cercospora yaitu munculnya bercak coklat kekuningan yang dikelilingi halo kuning yang terlihat jelas3) Intensitas penyakit bercak coklat kacang tanah pada perlakuan kontrol sebesar 6,06% sedangkan pada perlakuan fungisida sebesar 0,29%.4) Agihan penyakit bercak coklat pada kacang tanah sebesar 25%5) Rumus regresi AUDPC pada kontrol adalah dan perlakuan fungisida 6) Perlakuan fungisida berpengaruh terhadapintensitas penyakit bercak coklat pada kacang tanah.

7) Rumus regresi yang telah dibuat menunjukkan bahwa besarnya intensitas penyakit sebanding dengan penurunan hasil kacang tanah.8) Semakin besar nilai intensitas penyakit bercak coklat, semakin besar penurunan hasil kacang tanah.DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 1988.Plant Pathology. Academic Press, Inc. San Diego, California.

Alexopoulos, C. J. , C. W. Mims. 1979.Introductory Mycology. John Wiley &Sons, New York.

Andrewartha, H. G. 1976.Introduction to The Study of Animal Population. ELBS And Chapman & Hall Ltd., London.

Bessey, E. A. 1998.Morphology And Taxonomy of Fungi. Hafner Press, A division of Macmillan Publishing Co., Inc. New York.

Borror, D. J. and D. M. Delong. 1970.An Introduction to the Study of Insect. Halt Rimehart and Winston., New York.

Brown, J. F. , A. Kerr, F. D. Morgan. 1980.Plant Protection. Press Etching Pty Ltd, Melbourne.

Chisaka, H. 1988.Kerusakan oleh Gulma pada Tanaman, Kerugian Hasil Disebabkab oleh Persaingan Gulma dalam Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.

Crafts, A. S. & Robbin, W. W. 1973.A Textbook and Manual Weed Control. Tata McGrow Hill Publishing Comp. Ltd., New Delhi.

Erida, G. dan hasanuddin. 1996.Penentuan Periode Kritis Tanaman Kedelai(Glycine max)terhadap Kompetisi Gulma. Prosiding Konf. 13 HIGI : 14-18.

Eussen, J.H.H. 1972.Losses Due to Weeds. Sec. Weed Sci. Training Course, BIOTROP. 4pp.

Fryer, J.D. & S. Matsunaka. 1988.Penanggulangan Gulma Secara Terpadu. PT Bina Aksara. Jakarta.

Goto, M. 1992.Fundamental of Bacterial Plant Pathology. Academic Press, Inc. San Diego, California.

Horsfall, J. G. , E. B. Cowling. 1985.Plant Disease. Academic Press. New York.

Ivens, G. W. 1971.East Aficant Weeds and Their Control. Oxford Univercity Press. Nairobi.

LAMPIRANNilai Intensitas Penyakit Cercospora

Pengamatan 1

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=0 %

Sampel 3=

=0 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

= 0 %Pengamatan 2

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=0 %

Sampel 3=

=0 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

= 0 %Pengamatan 3

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=

=0,76 %

Sampel 3=

=

=1,04 %

Sampel 4=

=0 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

=

= 0,36 %Pengamatan 4

Sampel 1=

=0 %

Sampel 2=

=

=0,44 %

Sampel 3=

=

=0,89 %

Sampel 4=

=

= 0,52 %

Sampel 5=

=0 %

Rata-rata=

=

=

= 0,37 %10