Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa arus listrik yang mengalir
pada suatu rangkaian menghasilkan panas. Pada
peralatan–peralatan yang menggunakan arus listrik
sebagai sumber energinya, apabila kita aktifkan dalam
jangka waktu tertentu, maka akan timbul panas pada
bagian rangkaian listrik yang merupakan tempat/pusat
aktifitas arus listrik. Kenyataan tersebut perlu dikaji
lebih lanjut mengingat panas yang ditimbulkan
tergantung oleh beda potensial, arus listrik serta
waktu yang diperlukan.
Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak
dapat dimusnahkan dan diciptakan melainkan hanya dapat
diubah dari satu bentuk kebentuk lain. Di alam ini
banyak terdapat energi seperti energi listrik, energi
kalor, energi bunyi, namum energi kalor hanya dapat
dirasakan seperti panas matahari. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita sering melihat alat-alat pemanas yang
menggunakan energi listrik seperti teko pemanas,
penanak nasi, kompor listrik ataupun pemanas ruangan.
Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki cara kerja
yang sama yaitu mengubah energi listrik yang mengalir
pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama
halnya dengan kalorimeter yaitu alat yang digunakan
Page 2
untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang
dibebaskan.
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang
dimiliki oleh suatu zat. Secara umum, untuk mendeteksi
adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya
tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka
kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor
berikut:
1. Massa zat
2. Jenis zat (kalor jenis)
3. Perubahan suhu
Kalorimetri adalah pengukuran kalor yang
menggunakan alat kalorimeter. Kalorimeter adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas.
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang
dikenal dengan nama kalorimetri, yang merupakan
pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Yang
mendasari percobaan kalorimeter ini adalah teori asas
Black. Pada praktikum ini akan dilakukan penghitungan
tara panas listrik. Tara panas listrik merupakan
perbandingan antar kalor yang merupakan salah satu
bentuk energi dengan satuan kalori dan energi dengan
satuan Joule. Pada kalorimeter akan dialirkan arus
listrik, yang kemudian menimbulkan perubahan suhu atau
Page 3
panas, yang tahanan penghantar dan lamanya arus
mengalir yang terjadi. Arus listrik yang mengalir pada
suatu rangkaian akan menghasilkan panas pada bagian
rangkaian listrik yang merupakan tempat atau pusat
dari aktifitas arus listrik.
Dalam kalorimeter terjadi perubahan energi listrik
menjadi energi panas. Dalam percobaan kali ini pun kita
diharapkan memahami sistem kerja dalam kalorimeter.
1.2 Tujuan
1. Mampu memahami sistem kerja kalorimeter.
2. Mampu memahami arti fisis tara panas listrik.
Page 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalor
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang
dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi
adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya
tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat
besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka
kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat)
bergantung pada 3 faktor yaitu :
1. massa zat
2. jenis zat (kalor jenis)
3. perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 – t1)
Dimana :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kgC)
(t2 – t1) adalah perubahan suhu (C)
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis. Kalor yang
digunakan untuk menaikkan suhu. Kalor yang digunakan
Page 5
untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang
digunakan dalam kalor laten ada dua macam yaitu
Q = m.U dan Q = m.L.
Dengan :
U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur
(J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir
sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor
jenis (c). Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat
celcius.
H = Q/(t2 – t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat
celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar
kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.(t2 – t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka
terbentuk persamaan baru.
H = m.c
Hubungan antara kalor dengan energi listrik.
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah
dari satu bentuk kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum
Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah
menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor
dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan
Page 6
ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik
dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah
energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel
listrik, pemanas listrik, dll.
Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama
dengan besar kalor yang dihasilkan. Sehingga secara
matematis dapat dirumuskan.
W = Q
Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan
sebagai berikut :
W = P.t
Keterangan :
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2
– t1) maka diperoleh persamaan :
P.t = m.c.(t2 – t1)
2.1 Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat untuk menentukan kalor
jenis suatu zat. Prinsip kerja kalorimeter adalah
sebagai berikut: Kalorimeter terdiri atas bejana logam
yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dari
isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
perambatan kalor ke lingkungan sekitar, termometer, dan
pengaduk. Bejana logam berisi air yang suhu awalnya
Page 7
dapat diketahui dari termometer. Jika sebuah bahan yang
belum diketahui kalor jenisnya dipanaskan, kemudian
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor
jenis itu dapat dihitung.
Kalorimeter tidak hanya digunakan untuk mengukur
kalor jenis bahan logam, melainkan dapat juga digunakan
untuk keperluan lain yang berkaitan dengan kalor
(jumlah kalor). Beberapa kegunaan kalorimeter yang lain
adalah untuk menunjukkan asas Black, mengukur
kesetaraan kalor listrik, mengukur kalor lebur es,
mengukur kalor uap, dan mengukur kalor jenis cairan.
Jenis-jenis kalorimeter
Kalorimeter bom
Merupakan kalorimeter yang khusus digunakan untuk
menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
Kalorimeter bom digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna
(dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan
bakar. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat
berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan
stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada
tekanan tinggi) dan sejumlah air yang dibatasi dengan
wadah yang kedap panas. Reaksi pembakaran yang terjadi
di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh
air dan bom.
Page 8
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka :
Q reaksi = – (Qair + Qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung
dengan rumus :
Q air = m x c x ∆T
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.°C ) atau
( J / g. K )
∆T = perubahan suhu (°C atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung
dengan rumus :
Q bom = C bom x ∆T
dengan :
C bom = kapasitas kalor bom ( J / °C ) atau ( J / K )
∆T = perubahan suhu (°C atau K )
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom
berlangsung pada volume tetap ( ∆V = nol ). Oleh karena
itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem =
perubahan energi dalamnya.
DE = q + w
dimana :
w = - P. DV ( jika DV = nol maka w = nol )
maka :
DE = qv
Page 9
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
Gambar 1. Kalorimeter makanan
Kalorimeter makanan
Alat untuk menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein, atau lemak.Alat ini terdiri dari
sebuah tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm
dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian
dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah
penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan sebuah
sumbat karet yang berlubang di bagian tengah. Bagian
atas tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang
bundar. Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah
pengaduk, yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga
terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga. Ujung bawah
pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada
penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit
bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat
Page 10
lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah
termometer ke dalam tabung kaca. Tabung kaca itu
diletakkan di atas sebuah keping asbes dan ditahan oleh
3 buah keping. Keping itu berbentuk bujur sangkar yang
sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu
terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan
sumber listrik bila digunakan. Di atas keping asbes itu
terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu
tergantung sebuah kawat nikelin yang berhubungan dengan
kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin
itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila
berpijar oleh arus listrik. Dekat cawan terdapat pipa
logam untuk mengalirkan oksigen.
Kalorimeter larutan
Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada
dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan
perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan
suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor
reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini
kalorimeter larutan dengan ketelitian cukup tinggi
dapat diperoleh dipasaran.
2.3 Asas Black
Page 11
Asas Black adalah suatu prinsip dalam
termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph Black. Asas
ini menjabarkan :
Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya
dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada
benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan
jumlah kalor yang dilepas benda panas.
Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama
besar dengan kalor yang diserap bila dipanaskan.
Bunyi Asas Black adalah sebagai berikut:
"Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas
zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya
kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah."
Secara umum rumus Asas Black adalah
Qlepas = Qterima
Keterangan:
Qlepas adalah jumlah kalor yang dilepas oleh zat.
Qterima adalah jumlah kalor yang diterima oleh zat.
Rumus berikut adalah penjabaran dari rumus diatas :
(M1 × C1)(T1 – Ta) = (M2 × C2)(Ta – T2)
Keterangan :
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur
lebih tinggi.
C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat
temperatur lebih tinggi.
Page 12
T1 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur
lebih tinggi.
Ta = Temperatur akhir pencampuran kedua benda.
M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur
lebih rendah.
C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat
temperatur lebih rendah.
T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur
lebih rendah.
Pada pencampuran antara dua zat, sesungguhnya
terdapat kalor yang hilang ke lingkungan sekitar.
Misalnya, wadah pencampuran akan menyerap kalor sebesar
hasil kali antara massa, kalor jenis dan kenaikan suhu
wadah.
2.4 Hukum Kekekalan Energi
Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak
dapat dimusnahkan dan dapat diciptakan melainkan hanya
dapat diubah dari satu bentuk kebentuk lain.Di alam ini
banyak terdapat energi seperti energi listrik, energi
kalor, energi bunyi, namun energi kalor hanya dapat
dirasakan seperti panas matahari .Dalam kehidupan
sehari-hari kita sering melihat alat-alat pemanas yang
menggunakan energi listrik seperti teko pemanas,
penanak nasi, kompor listrik ataupun pemanas ruangan.
Pada dasarnya alat-alat tersebut memiliki cara kerja
yang sama yaitu merubah energi listrik yang mengalir
Page 13
pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama
halnya dengan kalorimeter yaitu alat ayang digunakan
untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang
dibebaskan.
Energi memiliki hukum kekekalan, di mana energi
itu tidak diciptakan dan tidak dapat hilang terpakai
atau musnah tetapi hanya berubah. Banyaknya energi yang
berubah menjadi bentuk energi lain sama dengan
banyaknya energi yang berkurang sehingga total energi
dalam sistem tersebut adalah tetap. Dengan demikian,
dapat kita simpulkan bahwa energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat berubah
bentuk menjadi bentuk energi lain. Pernyataan ini
dikenal sebagai Hukum Kekekalan Energi.
Perubahan Bentuk Energi
Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk
energi yang lain. Perubahan bentuk energi yang biasa
dimanfaatkan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
Energi kimia menjadi energi listrik. Perubahan
energi pada baterai dan aki merupakan contoh
perubahan energi kimia menjadi energi listrik.
Energi mekanik menjadi energi panas. Contoh
perubahan energi mekanik menjadi energi panas
adalah dua buah benda yang bergesekan.
Energi listrik menjadi energi panas. Contoh
perubahan energi listrik menjadi energi panas
Page 14
terjadi pada mesin pemanas ruangan, kompor
listrik, setrika listrik, heater, selimut listrik,
dan solder. Misalnya, ketika kamu menggosok-
gosokkan telapak tanganmu maka kamu akan merasa
panas.
Energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor.
Perubahan energi listrik menjadi energi cahaya dan
kalor terjadi pada berpijarnya bohlam lampu.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi
cahaya biasanya disertai bentuk energi lainnya,
misalnya kalor. Coba dekatkan tanganmu ke bohlam
lampu yang berpijar! Lama kelamaan tanganmu akan
merasa semakin panas.
Energi mekanik menjadi energi bunyi. Perubahan
energi mekanik menjadi energi bunyi dapat terjadi
ketika kita bertepuk tangan atau ketika kita
memukulkan dua buah benda keras.
Energi cahaya menjadi energi kimia. Perubahan
energi cahaya menjadi energi kimia dapat kita
amati pada proses pemotretan hingga terbentuknya
foto.
Rumus atau persamaan mekanik yang berhubungan dengan
Hukum Kekekalan Energi :
Em = Ep + Ek
keterangan:
Page 15
Em = energi mekanik
Ep = energi kinetik
Ek = energi kinetik
BAB III
METODOLOGI
Page 16
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Sebuah kalorimeter dilengkapi dengan kumparan
pemanas dan pengaduk, untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan.
2. Termometer, untuk mengukur suhu.
3. Sebuah voltmeter, untuk mengukur volt (besar
tegangan listrik).
4. Sebuah amperemeter, untuk mengukur ampere (kuat
arus listrik).
5. Sebuah gelas ukur, untuk mengukur volume larutan
dengan cara melihat meniskus secara tepat.
6. Sebuah stopwatch, untuk menghitung waktu yang
diperlukan.
7. 5 kabel penghubung, sebagai penghantar arus
listrik.
3.1.2 Bahan
1. Air suling 100 gram, dapat mendorong sistem
pembuangan racun untuk suatu waktu tertentu.
3.2 Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengisi kalorimeter dengan air suling sebanyak 100
gram menggunakan gelas ukur.
3. Menghitung massa air suling.
Page 17
4. Menyusun alat-alat percobaan sehingga seperti pada
yang sudah diperintahkan.
5. Menghubungkan arus dalam waktu yang singkat dan
mengatur arusnya sebesar 0,3 A, kemudian mematikan
sumber tegangan DC.
6. Mengaduk air dan mencatat suhu sebagai suhu awa
T1.
7. Mengalirkan kembali arus listrik (mengaktifkan
sumber tegangan DC) lalu mencatat tegangan yang
terukur pada voltmeter.
8. Mencatat suhu pada saat 3 menit, 6 menit, 9 menit,
12 menit, dan 15 menit, mengisi sebagai suhu akhir
T2. Setelah 15 menit, mematikan sumber tegangan
DC.
9. Mengganti air di dalam kalorimeter dan mengulangi
percobaan diatas dengan besar arus listrik yang
mengalir 0,5 A.
10. Mengisikan data pada tabel yang tersedia.
11. Menghitung tara panas listrik untuk masing-
masing percobaan dan menghitung rata-ratanya.
12. Menghitung hambatan dan daya hantar listrik
kumparan.
13. Mengitung ketelitian percobaan dengan
literatur (1 kalori = 4,2 Joule).
14. Memberikan kesimpulan yang berkaitan dengan
praktikum.
Page 18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Massa air suling = 100 gram = 0,1 kg
Cair = 4,2 kJ/kgK
aair = 1C =
14,2 = 0,238
Page 19
Tabel data
I (A) V (V) t (s) T1
(°C)
T2
(°C)
∆T
(°C)
a arata-
rata
0,3 0,2
180
29
30 1 0,039
0,069360 35 6 0,117540 35 6 0,078720 35 6 0,058900 36 7 0,054
0,5 0,3
180
33
36 3 0,047
0,029360 37 4 0,031540 38 5 0,026720 38,25 5,25 0,020900 39,75 6,75 0,021
Contoh perhitungan :
Diambil data pada arus 0,5 A dengan waktu 180 s
a1 = m.C.∆TV.I.t = 0,1.4,2.1
0,2.0,3.180 = 0,039
a2 = 0,1.4,2.60,2.0,3.360 = 0,117
a3 = 0,1.4,2.60,2.0,3.540 = 0,078
a4 = 0,1.4,2.60,2.0,3.720 = 0,058
a5 = 0,1.4,2.70,2.0,3.900 = 0,054
a6 = 0,1.4,2.30,3.0,5.180 = 0,047
Page 20
a7 = 0,1.4,2.40,3.0,5.360 = 0,031
a8 = 0,1.4,2.50,3.0,5.540 = 0,026
a9 = 0,1.4,2.5,250,3.0,5.720 = 0,020
a10 = 0,1.4,2.6,750,3.0,5.900 = 0,021
Dengan cara yang sama dapat dihitung nilai rata-rata
tara panas listrik :
ā1 = (0,039+0,117+0,078+0,058+0,054)
5 = 0,069
ā2 = (0,047+0,031+0,026+0,020+0,021)
5 = 0,029
Hambatan listrik (R1 dan R2)
R1 = VI =
0,20,3 = 0,667 Ω
R2 = 0,30,5 0,6 Ω
Daya (P1 dan P2)
P1 = V.I = 0,2.0,3 = 0,060 watt
P2 = V.I = 0,3.0,5 = 0,150 watt
Kalor (Q)
Q1 = a.I2.R.t = 0,039.(0,3)2.0,667.180 = 0,421 Joule
Q2 = 0,117.(0,3)2.0,667.360 = 2,528 Joule
Page 21
Q3 = 0,078.(0,3)2.0,667.540 = 2,528 Joule
Q4 = 0,058.(0,3)2.0,667.720 = 2,507 Joule
Q5 = 0,054.(0,3)2.0,667.900 = 2,917 Joule
Q6 = 0,047.(0,5)2.0,6.180 = 1,269 Joule
Q7 = 0,031.(0,5)2.0,6.360 = 1,674 Joule
Q8 = 0,026.(0,5)2.0,6.540 = 2,106 Joule
Q9 = 0,020.(0,5)2.0,6.720 = 2,16 Joule
Q10 = 0,021.(0,5)2.0,6.900 = 2,835
Ketelitian Percobaan (KP)
KP1 =│ā1−aair
aair│× 100% =│0,069–0,2380,238 │× 100% = 71,008%
KP2 = =│0,029−0,238
0,238 │× 100% = 87,815%
Kesalahan Relatif (KR)
KR1 = 100% – KP1 = 100% – 71,008% = 28,992%
KR2 = 100% – 87,815% = 12,185%
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan percobaan untuk
memahami sistem kerja kalorimeter serta memahami
mengenai tara fisis panas listrik. Percobaan ini
dilakukan sebanyak dua kali dengan kuat arus listrik
yang berbeda yaitu 0,3 A dan 0,5 A. Dari percobaan
kalorimeter ini diperoleh hasil arata-rata = 0,069 untuk
kuat arus listrik sebesar 0,3 A dan arata-rata = 0,029
untuk kuat arus listrik sebesar 0,5 A. Selanjutnya,
Page 22
hasil ketelitian percobaan untuk kuat arus listrik
sebesar 0,3 A adalah 71,008% sehingga kesalahan
relatifnya adalah 28,992%. Sedangkan untuk kuat arus
listrik sebesar 0,5 A, hasil ketelitian relatifnya
adalah 87,815% sehingga kesalahan relatifnya adalah
12,185%.
Selain itu, dari percobaan ini kita juga
menghitung hambatan listrik. Untuk kuat arus listrik
sebesar 0,3 A, diperoleh hambatan listrik sebesar 0,667
Ω. Dan untuk kuat arus listrik sebesar 0,5 A, diperoleh
hambatan listrik sebesar 0,6 Ω.
Dari percobaan kalorimeter ini juga, ketelitian
relatif yang baik adalah ketelitian relatif yang
mendekati angka 100%. Kesalahan relatif yang diperoleh
pada percobaan kali ini relatif besar. Hal-hal yang
mempengaruhi kesalahan relatif diantaranya adalah :
1. Ketidaktepatan praktikan ketika melihat
termometer, amperemeter maupun voltmeter.
2. Waktu pembacaan temperatur yang tidak sesuai,
sehingga suhu yang dibaca tidak tepat.
3. Besarnya nilai kapasitas kalorimetri yang
diabaikan.
4. Adanya kemungkinan bergesernya jarum pada
amperemeter karena tersenggol oleh praktikan lain.
Page 24
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kalor merupakan suatu bentuk energi yang
diterima oleh suatu benda yang menyebabkan
benda tersebut berubah suhu atau wujud
bentuknya.
Kalorimetri adalah pengukuran kalor dengan
menggunakan alat kalorimeter.
Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat
dalam suatu perubahan atau reaksi kimia.
Benda dengan suhu tinggi akan melepaskan kalor
yang akan diserap oleh fluida sehingga tercapai
keadaan seimbang sesuai dengan Asas Black.
Kuat arus sebanding dengan tegangan. Semakin
besar kuat arus yang diberikan, semakin besar
pula tegangan yang dihasilkan, dan begitu pula
sebaliknya.
Pada percobaan ini, perubahan energi yang
terjadi adalah perubahan dari energi listrik
menjadi energi panas yang terjadi pada
kalorimeter.
Kalor sebanding dengan tara panas listrik (a),
kuadrat arus listrik (I2), hambatan (R), danwaktu (t).
Tara panas listrik adalah perbandingan antara
Page 25
kalor yang merupakan salah satu bentuk energi
dengan satuan kalori dan energi dengan satuan
Joule.
Tara panas listrik dapat dihitung menggunakan
rumus :
a = m.C.∆TV.I.t
Besarnya tara panas listik air dipengaruhi oleh
massa air, kalor jenis air, perubahan suhu,
tegangan, kuat arus listrik, dan waktu yang
diperlukan agar terjadi perubahan suhu.
Hambatan listrik dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
R = VI
Ketelitian relatif dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
KP=|a–aairaair |x100% Kesalahan relatif dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
KR = 100% - Ketelitian relatif
5.2 Saran
Sebelum dimulainya praktikum, seharusnya
praktikan sudah mengerti dan memahami dengan
Page 26
baik konsep kalor, kalorimeter, hukum ohm, azas
Black, dan hukum kekekalan energi.
Sebelum memulai praktikum, sebaiknya praktikan
sudah mengerti dan memahami dengan baik mengenai
tujuan, prinsip, dasar teori, dan prosedur kerja
agar praktikum berjalan dengan lancar.
Diperlukan ketelitian oleh praktikan dalam
membaca skala amperemeter, voltmeter, dan
termometer.
Ketelitian dalam perhitungan juga perlu
diperhatikan, misalnya dalam pembulatan angka
desimal yang mengandung tiga angka dibelakang
koma.
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas. 2010. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung:
Erlangga.
Alljabbar. 2008. Kalor terdapat pada :
http://alljabbar.wordpress.com/2008/03/23/kalor/
Minggu, 29 September 2013, 23.48 WIB.
Anonim. 2013. Asas Black terdapat pada :
http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Black Senin, 30
September 2013, 00.31 WIB.
Anonim. 2012. Hukum Kekekalan Energi terdapat pada :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kalorimeter Senin, 30
September 2013, 00.40 WIB.